You are on page 1of 12

Vol. 02 No.

04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER ISLAM PADA


SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Zsasa Aulia Hubara1 , 2Surya Alfi Nurrahma, 3Nurul Jannah


1,2,3Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
zsasaaulia09@gmail.com1 , 2suryaalfinurrahma21@gmail.com, 3jnurul1992@gmail.com

Received: 27 Oktober 2021; Accepted: 18 November 2021; Published: 30 November 2021

Abstrak
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya
dalam bidang ekonomi. Tantangan yang dihadapi industri keuangan syariah antara lain, menyelesaikan masalah 'bentuk
di atas substansi, mengadopsi keuangan sosial dan etika berbasis nilai, dan memperkuat kepercayaan publik.
Tantangan-tantangan ini hanya dapat dihadapi jika keuangan Islam didasarkan pada perspektif moneter ekonomi Islam.
Kebijakan moneter bertujuan yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Penelitian ini didasarkan
pada analisis literatur tentang moneter konvensional dan moneter Islam. Kebijakan moneter dari perspektif Islam belum
diterapkan di yurisdiksi pada sistem perekonomian Indonesia. Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Adapun
tujuan jurnal ini yaitu mengetahui kebijakan moneter dalam perspektif Islam. Hal ini menarik untuk dibahas karena ada
perbedaan mendasar antara kebijakan moneter konvensional dengan kebijakan moneter dalam perpektif ekonomi Islam.

Kata kunci : Kebijakan Moneter Islam; Perekonomian Indonesia; Kebijakan Ekonomi Konvensional

Abstract
Economic growth is an illustration of the impact of government policies implemented, especially in the economic
field. The challenges facing the Islamic finance industry include, among others, resolving the issue of 'form over
substance, adopting value-based social and ethical finance, and strengthening public trust. These challenges can
only be faced if Islamic finance is based on the monetary perspective of Islamic economics. Monetary policy aims to
achieve and maintain stability in the value of the rupiah. This study is based on an analysis of the literature on
conventional monetary and Islamic monetary. Monetary policy from an Islamic perspective has not been
implemented in jurisdictions in the Indonesian economic system. The objective of monetary policy is to achieve and
maintain stability in the value of the rupiah. This objective as stated in Law no. 23 of 1999 concerning Bank
Indonesia, as amended by Law no. 3 of 2004 and Law no. 6 of 2009 in article 7. The purpose of this journal is to
know monetary policy from an Islamic perspective. This is interesting to discuss because there are fundamental
differences between conventional monetary policy and monetary policy from an Islamic economic perspective.

Key words : Islamic Monetary Policy; Indonesian Economy; Conventional Economic Policy

463 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

PENDAHULUAN

Kebijakan moneter adalah instrumen bank indonesia yang dirancang sedemikian rupa yang digunakan
untuk mengendalikan variabel-variabel finansial, seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang. Hal yang ingin
dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai
uang mengambarkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan memengaruhi realisasi pencapaian tujuan
pembangunan perekonomian suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi,
perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan moneter merupakan hal yang penting dalam pengendalian perekonomian nasional. Namun,
perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memunculkan pandangan yang berbeda tentang kebijakan
moneter. Sistem ekonomi konvensional memiliki pandangan yang berbeda tentang kebijakan moneter dengan
sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi moneter Islam merupakan sistem ekonomi Islam yang memiliki tujuan
hendak dicapai dalam moneter Islam diantaranya adalah untuk mewujudkan keadilan dan kemashlahatan.
Maqashid Syariah menegakkan keadilan (Iqamah al „Adl), yaitu mewujudkan keadilan dalam semua bidang
kehidupan manusia dan menghasilkan kemaslahatan (Jalb al Maslahah), yaitu menghasilkan kemaslahatan
umum bukan kemaslahatan yang khusus untuk pihak tertentu.
Dalam hal ini, Keselarasan antara sektor moneter akan mempengaruhi sektor perekonomian secara
agregat. Peningkatan pembiayaan bank syariah terhadap akan mempengaruhi keseimbangan perekonomian
yang akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sistem keuangan syariah di
Indonesia telah semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dari instrumen moneter syariah yang telah
berkembang seiring dengan peningkatan kinerja dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
syariah(Asnuri, 2015).
Terlihat dari semakin meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan yang dilakukan
oleh perbankan syariah yang pada bulan Juli 2021 DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah mencapai Rp
504 triliun dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan sebesar Rp 405 triliun. Perkembangan aset dan DPK dan
pembiayaan perbankan syariah meningkat tiap tahun dan tumbuh positif di tengah pandemi. Per Desember
2020, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk Saham Syariah) mencapai Rp1.802,86 triliun atau
USD 127,82 miliar (OJK, 2020).
Secara komposisi angka itu masih didominasi oleh 12 bank umum syariah sebesar 65,73%. Sementara
itu, jumlah rekening bank syariah meningkat, tercermin dari rekening DPK per Juli 2021 mencapai 40 juta
rekening, dan rekening pembiayaan mencapai 6 juta rekening. serta adanya instrumen moneter berupa Pasar
Uang Antar-Bank Syariah (PUAS) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk membantu likuiditas
perbankan syariah pun. Terlebih karakter keuangan syariah memperlihatkan adanya keterkaitan langsung (direct
link) antara sektor moneter dengan sistem perekonomian.
Bertambah kokohnya sistem keuangan syariah akan meningkatkan porsi pembiayaan yang disalurkan
oleh perbankan syariah. Hal ini terlihat dari peningkatan pembiayaan bank syariah yang berpengaruh pada
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan di masyarakat. Pada saat produktivitas masyarakat meningkat maka
kemungkinan pemenuhan kebutuhan domestik akan terpenuhi dan pilihan untuk melakukan ekspor barang ke
luar negeri akan meningkat pula. Dengan peningkatan angka ekspor maka akan menambah sumber pendapatan

464 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

negara dari devisa yang dihasilkan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang modal kebutuhan
dalam negeri. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pengaruh kebijakan moneter islam terhadap
perekonomian di Indonesia. Dengan demikian, manfaat penelitian secara teoritis yaitu dapat menambah
wawasan keilmuan dalam bidang ekonomi islam.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan usaha yang dilakukan dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan hara dan infasi serta terjadinya peningkatan seimbang output.
Hampir semuan sektor ekonomi terikat sehingga sektor moneter lebih cepat berkembang dari pada sektor rill.
Hal ini disebabkan karena sektor moneter lebih cepat memberikan keuntungan dari pada sektor riil.
Definisi lain juga menyebutkan bahwa kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang
sebuah negara, biasanya otoritas moneter dipegang oleh bank sentral suatu negara. Kebijakan moneter
konvensional merupakan istrumen bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi
variabel-variabel finansial, seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.
Dalam sistem moneter konvensional, instrumen yang dijadikan alat kebijakan moneter pada dasarnya
ditunjukkan untuk mengendalikasn uang beredar di masyarakat adalah bungan. Sedangkan dalam sistem islam
kebijakan moenter tidak memperkenankan instrumen bunga eksisi di pasar. Fokus kebiajakan moneter islam
lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi. Dengan demikian, secara sederhana para
regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi dan produk keuangan syariah yang mampu
menyerap potensi inventasi masyarakat. Dengan begitu, waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan
diekan seminimal mungkin, dimana waktu tersebut sebenarnya menghambat velocity. Dengan kata lain,
penyediaan regulasi berupa peluang usaha, produk-produk keuangan syariah serta ketentuan lainnya berkatan
dengan arus uang di masyarakat akan semakin meningkat velocity dalam perekonomian.
Salah satu bentuk kebijakan moneter adalah dengan mengendalikan jumlah uang beredar agar tidak
beredar dalam jumlah yang berlebihan. Apabila jumlah yang beredar banyak, akan menyebabkan terjadinya
peningkatan harga-harga (inflasi) yang nantinya dapat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

Kebijakan Moneter pada Masa Rasulullah

Perekonomian arab pada jaman rosulullah, bukan ekonomi terbelakang yang hanya mengenal barter,
bahkan jauh dari gambaran seperti itu. Pada masa itu telah terjadi :
1. Valuta asing dari persa dan romawi yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat arab, bahkan menjadi
alat bayar resminya adalah dinar dan dirham.
2. Sistem devisa bebas ditetapkan,tidak ada halangan sedikitpun untuk mengimpor dinar dan dirham.
3. Transaksi tidak tunai diterima secara luas dikalangan pedagang.

465 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

4. Cek dan promssory note lazim digunakan,misalnya umar bn khottob menggunakan instrumen ini ketika
melakukan impor barang-barang yang baru dari mesir ke madinah.
5. Instrumen factory (anjak utang) yang baru populer pada tahun 1980-an telah dikenal dengan nama
hiwalah,tetapi tentunya bebas dar unsur riba.

Pada saat itu, bila penerima akan uang meningkat, maka dinar dan driham diimpor. Sebaliknya bila
permintaan uang turun, maka komoditaslah yang diimpor. Sebaliknya bila penerimaan uang turun, maka
komoditaslah yang diimpor. Nilai emas maupun perak yang terkandung dalam koin dinar maupun koin dinar
maupun dirham sama dengan nilai noninalnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa penawaran uang cukup
elastis. Kelebihan penawaran uang dapat diubah menjadi barang perhiasan . Kondisi ini dapat menyebabkan
permintaan dan penawaran uang cukup stabil. Kebijakan moneter Rasululloh, dengan demikian selalu terkait
dengan sektor riil. Disisi lain mata uang sangat stabil. Kedua hal ini membawa pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi yang tinggi.

Tujuan Kebijakan Moneter

Untuk mencapai atau menjamin berfungsi sistem moneter secara baik, biasanya otoritas moneter
melakukan pengawasan pada keseluruhan sistem. Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan
mempengaruhi sektor rill. Kebijakan moneter merupakan instrument penting dari kebijakan publik dalam sistem
ekonomi. Kebjakan moneter dalam islam bertujuan untuk :
1. Kesejahteraan Ekonomi Dengan Kesempatan Kerja Penuh
Tujuan ini erat kaitannya dengan maqosid shar‟iyah. Kesejahteraan ekonomi mengambil bentuk
terpenuhinya semua kebutuhan pokok manusia, dihapusnya semua sumber utama kesulitan dan
peningkatan kualitas hidup secara moral dan meterial. Juga terciptanya suatu lingkungan ekonomi dimana
kita mampu memanfaatkan waktu, kemampuan fisik dan mentalnya bagi pengayaan diri, keluarga dan
masyarakat.
Kesejahteraan bukanlah memaksimalkan kekayaan dan konsumsi untuk diri sendiri tanpa mengihiraukan
orang lan, atau untuk kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok yang lain. Manusia hidup didunia
adalah sebagai khalifah Allah bersama manusia lain yang juga khalifah Allah. sumber daya yang
disediakan merupakan sumber daya yang disediakan untuk semua orang. Karena itu pemanfaatan sumber
daya oleh individu adalah boleh (sah), Namun dibatasi dengan sedemikian rupa tidak membahayakan bagi
kebahagiaan dan kebaikan sosial.
2. Keadilan Sosio-Ekonomi dan Distribusi Pendapatan dan Kekayaan
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Konsep ini mengandung dua unsur
pengertian, yakni :
a. Suatu bentuk keseimbangan dan perbandingan antara orang yang memiliki hak.
b. Hak seseorangan hendaklah diberikan dan diserahkan dengan seksama.

466 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

Keadilan ini merefleksikan, bahwa imbalan materi haruslah diberikan secara wajar atas kerja keras
kreativitas dan kontribusinya yang diberika kepada output, kekayaan memang adalah hasil jerih payah
individu, akan tetapi di dalam kekayaan tersebut ada hak orang lain. Kekayaan dengan demikian harus
didistribusikan kepada mereka yang memiliki hak. Terkait dengan tujuan ini, pengaturan bank sentral harus
bersifat realistis dan mengurangi konsentrasi kekayaan dan kekuasaan ditangan segelintir orang.
3. Stabilitas Nilai Uang
Stabiltas uang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan perekonomian baik secara ediologi
maupun praktek, karena uang menentukan nilai dan harga suatu barang dan jasa. Ketidak menentukan
uang mengakibatkan kerusakan perekonomian, karena ekonomi didasarkan pada prinsip penawaran
sebelum permintaan, sehingga peramalan suatu harga dengan tepat menjadi sulit dilakukan.
Stabiltas uang adalah prioritas utama dalam kegiatan manajemen moneter islam. Stabilitas nilai uang yang
tercermin dalam stabilitas tingkat harga sangat berpengaruh terhadap realisasi mencapaian tujuan
pembangunan ekonomi suatu negara seperti; pemenuhan kebutuhan pokok, pemerataan distribusi
pendapatan dan kekayaan, tingkat pertumbuhan ekonomi riil yang optimum perluasan kesempatan kerja
dan stabiltas ekonomi secara keseluruhan.

Prinsip Kebijakan Moneter Islam

Dalam (Wahyudi, 2013) dijelakan kebijakan moneter dalam islam berbijak pada prinsip-prinsip dasar
ekonomi islam adalah sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi adalah miliki Allah dan Allah pemilik yang absolut.
2. Manusia merupakan pemimpin (khalifah) di bumi, tetapi bukan pemiliki sebenarnya.
3. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin Allah, dan oleh karena itu saudara-
saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagia kekayaan yang dimiliki sudara-saudaranya
yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Menghilangkan jurang perbedaan antara individu dalam perekonomian,dapat mengahpus konflik antara
golongan.
7. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu termasuk bagi anggota
masyarakat yang miskin.

Dalam aspek teknis, kebijakan moneter islam harus bebas dari unsur riba dan bunga bank. Dalam islam
riba, yang termasuk didalamnya bunga bank diharamkan secara tegas. Dengan adannya pengharaman ini maka
bunga bank yang dalam ekonomi kapitalis menjadi insturment utama manajemen moneter menjadi tidak berlaku
lagi. Majemen moneter dalam islam didasarkan pada prinsip bagi hasil.

467 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

Instrumen Kebijakan Moneter Islam

Ada empat instrumen utama yang digunakan untuk mengatur uang yang beredar, yakni :
1. Operasi pasarterbuka (open market operation) Adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga miliki pemerintah (government security).
2. Fasilitas diskonto (discounto rate) Adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bak umum
yang menjamin ke bank sentral.
3. Rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio) Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah
jumlah uang yang beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemapuan bank memberikan kredit
akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
4. Imbauan moral (moral persuasion) Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau
mengendalikan jumlah uang beredar.

Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter
konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga
pertumbuhan ekonomi yang merata diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari
tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan dalam Al Qura‟an
dalam QS.Al-An‟am :152.
َ‫ف َو أ‬ ِ ‫ِِ ْط ِس قْ ِل‬
ْ ‫ب َ انَ ِيز ْم ا َل َو ْل َي كْ ال ْ ا ُو‬
Yang artinya ; “dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil...”

Mengenai stabilitas nilai uang ditegaskan oleh M.Umar Chapra (Al Qur‟an menuju sistem moneter yang
adil), kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian islam adalah stok uang, sasarannya haruslah menjamin
bahwa pengembangan moneter yang tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat
mengekspolitasi kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bag kesejahteraan sosial umum
(Aisyah & Nurmala, 2019).
Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaanya secara prinsip,
moneter syaria‟ah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya.
Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis instrumennya tersebut adalah prinsip syariah tidak membolehkan
adanya jaminan terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena itu, apabila dikaitkan
dengan target pelaksaan kebijakan moneter maka secara otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasisi
syariah tidak memugkinkan menetapkan suku bunga sebagai target/sasaran operasionalnya.
Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir semua instrumen moneter
pelaksanaan kebjakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung
unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung unsur bunga (bank rates,
discount rate, open market operation dengan sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan
pada pelaksaan kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi islam masih dapat digunakan
untuk mengontrol uang dan kredit, seperti reserve requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion
and change in monetary base.

468 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

Dalam ekonomi islam tidak ada sistem bungan sehingga bank sentral tidak dapat menerapkan kebijakan
discount rate tersebut. Bank sentral islam memerlukan instrumen yang bebas bungan untuk mengontrol
kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi islam.
Secara mendasar terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi islam , yaitu :
1. Reserverse Ratio
Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral.
2. Moral Suassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab
mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya kredit dikucurkan maka uang dapat
dimasukkan ke dalam ekonomi.
3. Lending Ratio
Dalam ekonomi islam,tidak ada istilah lending (meminjamkan) lending ratio dalam hal ini berati Qardhul
hasan (pinjaman kebaikan).
4. Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat, pembiyaan yang
diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak
di dorong untuk memberikan pinjaman.
5. Porfit Sharing Ratio
Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral
dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin
meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.
6. Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah, dimana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih
banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi.
7. Government Investment Certificate
Penjualan atau pembelian sertifikat bank sentral dalam kerangka komersia disebut sebagai treasury bills.
Instrumen ini dikelurkan oleh menteri keuangan dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah
besar.

Pengertian Uang Menurut Ekonomi Islam

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat tidak dapat melakukan semuanya secara seorang diri.
Ada kebutuhan yang dihasilkan oleh pihak lain, dan untuk mendapatkannya seorang individu harus menukarnya
dengan barang atau jasa yang dihasilkannya. Namun, dengan kemajuan zaman, merupakan suatu hal yang
tidak praktis jika untuk memenuhi suatu kebutuhan, setiap individu harus menunggu atau mencari orang yang
mempunyai barang atau jasa yang dibutuhkannya dan secara bersamaan membutuhkan barang atau jasa yang
dimilikinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sarana lain yang berfungsi sebagai media pertukaran dan satuan
pengukur nilai untuk melakukan sebuah transaksi. Jauh sebelum bangsa barat menggunakan uang dalam setiap
transaksinya, dunia islam telah mengenal alat pertukaran dan pengukur nilai tersebut, bakan Al Quran secara

469 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

eksplisit menyatakan alat pengukur nilai tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para fuqaha
menafsirkan emas dan perak tersebut sebagai dinar dan dirham.
Ekonomi islam secara jelas telah membedakan antara money dan capital. Dalam islam, uang adalah
public good/milik masyarakat, dan oleh karenanya penimbunan uang (atau dibiarkan tidak produktif) berarti
mengurangi jumlah uang beredar. Implikasiya, proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Disamping itu
penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik sepert tamak,
rakus dan malas beramal (zakat,infak dan sadaqah). Sifat –sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak
baik terhadap kelangsungan perekonomian (Latifah, 2015). Oleh karenanya islam melarang
penumpukan/penimbunan harta, memonopoli kekayaan, “al khanzu”sebagaimana telah disebutkan dalam QS. At
Taubah 34-35 berikut :
Yang artinya; “hai orang-orang yang yang beriman,sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim yahudi dan rahib-rahib nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalanbatil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih.”(at Taubah 32)
Yang artinya; “pada hari dipanaskan emas perak itu dalam nereka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahil mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri,maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.
Uang adalam pandangan al-Ghazali & Ibnu khaldun jauh sebelum adam smith menulis buku “the wealth
of nations” pada tahun 1766 di eropa. Abu hamis al ghazali dalam kitabnya “ihya ulumuddin” telah membahas
fungsi uang dalam perekonomian. Beliau menjelaskan. Uang berfungsi sebagai media penukaran, namun uang
tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Maksudnya, adalah uang diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan
menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut, dan uang bukan merupakan sebuah komiditi. Menurut al-
ghazali uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi merefleksikan semua warna. Maknanya
adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua barang. Dalam istilah ekonomi klasik
disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan langsung (direct utiliy function) yang artinya adalah jika
uang digunakan untuk membeli barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.

Aplikasi Moneter Islam di Indonesia

Dalam menjalankan fungsi-funsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah
mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut :
1. Giro wajib minimum: bisa juga dinamakan staturory reserve requerement adalah simpanan minimum bank-
bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan persentase tertentu dari dana pihak
ketiga. Dana pihak ketiga yang dimaksud disini adalah: giro wadiah, tabungan mudharabah, deposito
nvestasi mudharabah, kewajiban lainnya. Dana pihak ketiga dalam IDR ini tidak termasuk danna yang
diterima oleh Bank dari Bank indonesia (BI) dan BPR. sedangkan dana ketiga dalam mata uang asing
meliputi: giro wadiah, deposito investasi, kewajiban lainnya.

470 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

2. Sertifikat investasi mudharabah antar bank syariah: Sertifikat IMA adalah suatu instrument yang di gunakan
Bank-bank syariah yg kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana
penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.
3. Sertifikat wadiah bank indonesia : SWBI adalah BI yang sesuai dengan syariah Islam yang di gunakan
dalam OMO. Selain itu SWBI ini juga dapat digunakan oleh Bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

Bank sentral Islam harus menjalankan kebijakan moneternya untuk menghasilkan suatu pertumbuhan
dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output selama periode
jangka menengah dan panjang dalam kerangka harga-harga yang stabil dan sasaran sosioekonomi lainnya.
Tujuannya untuk menjamin ekspansi moneter yang tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, tetapi
cukup mampu menghasilkan pertumbuhan yang memadai yang dapat menghasilkan kesejahteraan merata bagi
masyarakat. Realistis serta mencakup jangka menengah dan jangka panjang.
Untuk mewujudkan sasaran Islam ini tidak saja harus melakukan reformasi perekonomian dan
masyarakat sejalan dengan syariat Islam, tetapi juga memerlukan peran positif pemerintah dan semua kebijakan
negara termasuk fiskal, moneter dan pendapatan harus sejalan seirama. Praktik-praktik yang monopolistis
harus dihilangkan dan setiap usaha harus dilakukan untuk menggalakkan semua faktor yang mampu
menghasilkan peningkatan barang dan jasa.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka atau studi kepustakaan yaitu
berisi teori-teori yang relevan dengan masalah – masalah penelitian. Penelitian kepustakaan atau library
research, merupakan penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang
bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau telaah yang
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan
mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan (Hughes, 2008).
Adapun masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan ekonomi
moneter islam dalam sistem perekonomian indonesia. Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep
dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan
dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi dasar
studi dalam penelitian Kajian pustaka atau studi pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam
penelitian,khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun
aspek manfaat praktis. Sehingga dengan menggunakan metode penelitian ini penulis dapat dengan mudah
menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

471 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan moneter merupakan usaha yang dilakukan dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan hara dan infasi serta terjadinya peningkatan seimbang output.
Hampir semuan sektor ekonomi terikat sehingga sektor moneter lebih cepat berkembang dari pada sektor rill.
Hal ini disebabkan karena sektor moneter lebih cepat memberikan keuntungan dari pada sektor riil.
Dalam hal ini, Keselarasan antara sektor moneter akan mempengaruhi sektor perekonomian secara
agregat. Peningkatan pembiayaan bank syariah terhadap akan mempengaruhi keseimbangan perekonomian
yang akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sistem keuangan syariah di
Indonesia telah semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dari instrumen moneter syariah yang telah
berkembang seiring dengan peningkatan kinerja dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
syariah.
Terlihat dari semakin meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan yang dilakukan
oleh perbankan syariah yang pada bulan Juli 2021 DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah mencapai Rp
504 triliun dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan sebesar Rp 405 triliun. Perkembangan aset dan DPK dan
pembiayaan perbankan syariah meningkat tiap tahun dan tumbuh positif di tengah pandemi. Per Desember
2020, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk Saham Syariah) mencapai Rp1.802,86 triliun atau
USD 127,82 miliar.
Secara komposisi angka itu masih didominasi oleh 12 bank umum syariah sebesar 65,73%. Sementara
itu, jumlah rekening bank syariah meningkat, tercermin dari rekening DPK per Juli 2021 mencapai 40 juta
rekening, dan rekening pembiayaan mencapai 6 juta rekening. Kendati demikian, perkembangan bank syariah
menghadapi berbagai tantangan. Antara lain perubahan ekosistem keuangan yang cepat karena perubahan
teknologi diikuti perubahan ekspektasi masyarakat yang menginginkan produk dan layanan yang lebih mudah
diakses serta sesuai kebutuhan. Tantangannya dari skala usaha, daya saing, kapasitas modal, risiko digital,
cyber security, dan sistem failure risk.
Untuk itu, OJK menerbitkan Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (RPS2SI) 2020-
2025 (RP2SI) sebagai langkah strategis untuk selaraskan arah pengembangan perbankan syariah Indonesia
serta menjadi katalisator akselerasi pengembangan Syariah.(Priestnall et al., 2020) Perbankan syariah masih
memiliki kelemahan seperti model bisnis, indeks literasi dan inklusi, kuantitas dan kualitas SDM dan teknologi
yang belum memadai. Sehingga diperlukan transformasi agar jadi perbankan syariah yang berdaya saing tinggi.
okohnya sistem keuangan syariah akan meningkatkan porsi pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
syariah. Hal ini terlihat dari peningkatan pembiayaan bank syariah yang berpengaruh pada jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan di masyarakat. Pada saat produktivitas masyarakat meningkat maka kemungkinan
pemenuhan kebutuhan domestik akan terpenuhi dan pilihan untuk melakukan ekspor barang ke luar negeri akan
meningkat pula.

472 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

KESIMPULAN

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter yang
meliputi bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai tujuan perekonomian yang
diinginkan. Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah
melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7 (Purwanto, 2017).
Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar ekonomi islam sebagai yaitu:
Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah lah pemilik yang absolut, Manusia merupakan pemimpin
(khalifah) di bumi, tetapi buka pemilik yang sebenarnya, Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia
adalah karena seizin Allah, dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung, Kekayaan tidak boleh ditumpuk
terus atau ditimbun, Kekayaan harus diputar, Menghilangkan jurang perbedaan antara individu dalam
perekonomian, dapat menghapus konflik antar golongan, dan Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan
sukarela bagi semua individu, termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin. Instrumen moneter keuangan
syariah adalah hukum syariah.
Tujuan kebijakan moneter yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sebagaimana
tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Adapun contoh tentang penerapan
instrument kebijakan moneter Islam di beberapa negara yaitu negara Sudan, Iran, dan Indonesia. Pelaksanaan
ekonomi konvensional, fungsi uang disamakan dengan komoditi sehingga menyebabkan timbulnya pasar
tersendiri dengan uang sebagai komoditinya dan bunga sebagai harganya. Pasar ini adalah pasar moneter yang
tumbuh sejajar dengan pasar riil (barang dan jasa) berupa pasar uang, pasar modal, pasar obligasi dan pasar
derivatif. Akibatnya, dalam ekonomi konvensional timbul dikotomi sektor riil dan moneter. Dengan keadaan
pandemi covid19 Bank Indonesia melakukan langkah sebagai berikut dalam menjalankan kebijakan moneter
seperti: melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme
pasar; memperkuat strategi operasi moneter; mempercepat langkahlangkah pendalaman pasar uang dan pasar
valuta asing; memperkuat implementasi kebijakan untuk mendorong UMKM; dan memperkuat ekosistem
ekonomi dan keuangan digital.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., & Nurmala, S. (2019). Aktualisasi kebijakan moneter islam dalam permasalahan makro ekonomi
islam. Syariah, 7(2).
Asnuri, W. (2015). Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Al-Iqtishad: Journal of Islamic Economics, 5(2). https://doi.org/10.15408/aiq.v5i2.2569
Hughes, R. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kopetensi Dan Praktiknya. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 287.
Latifah, N. A. (2015). Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi Syariah. Jurnal Ekonomi MODERNISASI,

473 | P a g e
Vol. 02 No. 04, 2021

TRIANGLE
Journal Of Management, Accounting, Economic and Business
http://trianglesains.makarioz.org

11(2), 124.
OJK. (2020). Snapshot Perbankan Syariah Indonesia 2020. Otoritas Jasa Keuangan, 1–6.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Snapshot-Perbankan-Syariah-
Juni-2020.aspx
Priestnall, S. L., Okumbe, N., Orengo, L., Okoth, R., Gupta, S., Gupta, N. N., Gupta, N. N., Hidrobo, M., Kumar,
N., Palermo, T., Peterman, A., Roy, S., Konig, M. F., Powell, M., Staedtke, V., Bai, R. Y., Thomas, D. L.,
Fischer, N., Huq, S., … Chatterjee, R. (2020). Title. Endocrine, 9(May), 6.
https://www.slideshare.net/maryamkazemi3/stability-of
colloids%0Ahttps://barnard.edu/sites/default/files/inline/student_user_guide_for_spss.pdf%0Ahttp://www.ib
m.com/support%0Ahttp://www.spss.com/sites/dm-
book/legacy/ProgDataMgmt_SPSS17.pdf%0Ahttps://www.n
Purwanto, H. (2017). Kebijakan Pengendalian Moneter di Indonesia dalam Perspektif Perbankan Syari‟ah.
Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 3(01), 103–118. https://doi.org/10.32699/syariati.v3i01.1146
Wahyudi, A. (2013). Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam. Justicia Islamica, 10(1).
https://doi.org/10.21154/justicia.v10i1.142

474 | P a g e

You might also like