You are on page 1of 7

INTERAKSI SOSIAL ANAK YANG MENGALAMI

KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH DELAY)


Lutfiana Arbiah 1, Viony Syafitra 2
1
Mahasiswa FKIP, Pendidikan Masyarakat, Universitas Riau,
Email: lutfiana.arbiah2558@student.unri.ac.id
2
Dosen FKIP, Pendidikan Masyarakat, Universitas Riau
Email: vionysyafitra@lecturer.unri.ac.id

Abstrak
Keterlambatan bicara mempengaruhi beberapa aspek perkembangan bahasa anak sehingga mempengaruhi
keterampilan interaksi sosial anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk
mengidentifikasi interaksi anak yang mengalami keterlambatan bicara, cara guru mengatur interaksi sosial
anak dan faktor lain yang melatarbelakangi keterlambatan bicara mereka. Subjek penelitian ini adalah 2
orang anak yang mengalami speech delay dan 2 orang guru kelas. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam interaksi sosial anak speech delay dan anak normal. Guru mengelola interaksi sosial
mereka melalui umpan balik dan stimulasi, menggunakan alat permainan sederhana, mempelajari cara
pengucapan kata-kata lalu perbaiki pengucapan anak saat bermain berpasangan dengan teman yang sudah
tahu cara berbicara. Ada 5 faktor penyebab keterlambatan bicara yaitu ibu yang bekerja, kebiasaan orang
tua, televisi, jenis kelamin dan lingkungan yang kurang (lingkungan tenang).
Kata Kunci : speech delay, interaksi sosial

Abstract
Speech delays affect several aspects of a child's language development, thereby affecting the child's social
interaction skills. This research uses qualitative methods with the aim of identifying the interactions of
children who experience speech delays, the way teachers manage children's social interactions and other
factors behind their speech delays. The subjects of this research were 2 children who experienced speech
delay and 2 class teachers. The results show significant differences in the social interactions of speech
delayed children and normal children. Teachers manage their social interactions through feedback and
stimulation, using simple play tools, learning how to pronounce words and then correcting children's
pronunciation when playing in pairs with friends who already know how to speak. There are 5 factors that
cause speech delays, namely working mothers, parental habits, television, gender and poor environment
(quiet environment).
Keywords: speech delay, social interaction
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial erat Anak yang mengalami keterlambatan
kaitannya untuk saling berhubungan atau bicara mempunyai gejala perkembangan
berinteraksi dengan orang lain. Kehidupan yang sama dengan anak yang mengalami
sosial mengharuskan seseorang untuk etnstein. Oleh karena itu, einstein sering
mempunyai hubungan satu sama lain dan disebut dengan sindrom yang mengalami
saling membutuhkan. Kebutuhan ini yang keterlambatan dalam perkembangan bicara
mungkin menimbulkan sebuah proses dan bahasa, kesulitan belajar, terutama
interaksi sosial. Interaksi sosial akan dalam matematika dan fisika (Van Tiel,
tercapai jika ada hubungan atau komunikasi 2009) (Hui, Johnson, Greemberg, Penney, &
antar individu. Untuk dapat berinteraksi atau Ramsey, 2019).
berkomunikasi dibutuhkan skill atau Gangguan bicara biasanya menyertai
kemampuan dan pemahaman bahasa yang disfungsi otak minimal, dengan gejala
baik. Kemampuan berbahasa dapat perilaku seperti kesulitan belajar, hiperaktif,
dikatakan mahir apabila individu dan memiliki gangguan emosional dan
mempunyai kapasitas bicara yang baik dan gangguan perilaku lainnya (Madyawati & Si,
sesuai dengan tatanan bahasa sesuai kaidah. 2016; Mauldin, 2019). Anak dengan
Interaksi sosial tidak hanya gangguan bahasa tertentu berbeda jika
dilakukan oleh orang dewasa, tetapi juga dibandingkan dengan anak-anak tanpa
dilakukan oleh anak-anak. Dimana masa gangguan bahasa. Anak yang memiliki
anak-anak inilah mereka mengalami fase keterlambatan bicara akan kesulitan dalam
tumbuh dan berkembang. Baik itu dari segi membaca dan menulis, serta mereka tidak
bahasa, anggota gerak, kognisi, afektif, nilai mempunyai kemampuan dalam belajar (Hunt
moral agama, dan seni (Ningrum, 2017). & Marshall, 2012). Oleh karena itu, anak
Salah satu potensi yang dimiliki anak yang mengalami lambat bicara seringkali
adalah bahasa. Bahasa adalah suatu bentuk didiskriminasi sehingga berujung pada
aturan atau simbol yang digunakan oleh menurunnya rasa percaya diri anak, karena
anak-anak untuk berinteraksi, mengadaptasi mereka dianggap tidak mampu berpartisipasi
dan memahami ide satu sama lain dan emosi dalam pembelajaran dan berintegrasi dengan
orang. Bahasa bisa diungkapkan secara lingkungannya baik disekitar mereka.
lisan, tertulis, dan gerakan tubuh. Tetapi Meskipun hal ini tidak terjadi, karena anak
untuk bisa berbahasa, anak harus tersebut mengalami gangguan bahasa dan
mempunyai kemampuan terlebih dahulu keterlambatan bahasa hanyalah suatu proses
sesuai tahapan perkembangan usianya. perkembangan yang tertunda dibandingkan
Namun kemampuan berbahasa yang dengan kondisi normal karena beberapa
baik dan sesuai dengan kaidah penulisannya faktor yang timbul dari kelainan kehamilan
sulit untuk diterapkan pada anak yang atau penyakit bawaan, melainkan kondisi
mengalami keterlambatan bicara (speech aktual model pendidikan anak.
delay) dimana anak yang mengalami Hal ini menjadi masalah besar jika
keterlambatan bicara akan sulit untuk tidak segera ditangani, pasalnya
mengungkapkan kata yang ingin keterlambatan bicara dapat mempengaruhi
disampaikan. banyak hal pada anak, salah satunya dalam
berinteraksi sosial.
Berdasarkan hasil observasi di
PKBM Bina Kreasi, Jl. Melati Indah No.08,
Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan
Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, peneliti
menemukan 2 orang anak laki-laki dengan
kemampuan bicara yang tidak sesuai
dengan usianya.
Penelitian ini sejalan dengan
beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti lain, diantaranya (Hutami &
Samsidar, 2018) tentang Strategi
Komunikasi Simbolik Speech Delay Pada
Anak Usia 6 Tahun dan (Mardiyah, 2019)
tentang Metode Applied Behavior Analysis
(ABA) dalam Meningkatkan Interaksi
Sosial pada Anak Speech Delay. Kedua
penelitian tersebut memeiliki kesaaman
dalam mengangkat masalah speech delay
pada anak, namun memiliki fokus yang
berbeda. 2 penelitian sebelumnya berfokus
pada cara/usaha orang tua dan pendidik
dalam mengatasi keterlambatan bicara
speech delay pada anak usia 6 tahun dan
penggunaan metode ABA untuk menunjang
kemampuan anak yang terlambat bicara
dalam interaksi sosialnya. Sedangkan
penelitian ini akan mengungkap bagaimana
interaksi sosial anak yang mengalami
speech delay, cara guru menangani interaksi
sosial mereka, serta faktor yang
melatarbelakangi mereka mengalami
speech delay.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui interaksi sosial anak dengan
keterlambatan bicara, bagaimana guru
menangani interaksi sosial mereka, dan
faktor yang melatarbelakangi mereka
mengalami speech delay.
METODE
Metode yang digunakan dalam
kaijan ini yaitu kualitatif deskriptif.
Menurut Sugiyono (2016) metode
penelitian kualitatif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek
yang alamiah dimana peneliti sebagai
instrumen kunci. Menurut Nazir (2014)
penelitian deskriptif meneliti status
kelompok manusia, objek, kondisi, sistem
pemikiran ataupun peristiwa masa sekarang
dengan tujuan untuk membuat deskriptif
secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta yang diteliti. Penelitian
dekriptif ini bertujuan untuk dapat
memberikan gambaran dan deskripsi
mengenai fenomena-fenomena yang ada,
karakteristrik maupun kulitas dan Setelah keadaan kelas kondusif, kemudian
keterikatan antar kegiatan. guru menguji kemampuan anak-anak
Teknik pengumpulan data yang mengenai bentuk angka, dimana anak-anak
digunakan yaitu observasi, wawancara, dan diminta untuk mengurutkan angka,
dokumentasi/studi kepustakaan. Melalui misalnya 1-10 atau 1-20 tergantung pada
observasi, peneliti dapat mengamati tingkat kemampuan anak dalam mengingat
mengenai perilaku, dan mengamati jalannya angka. Setelah anak-anak mampu
proses pmebelajaran. Kemudian wawancara mengurutkan angka dengan benar, guru
dilakukan untuk mengetahui informasi meminta anak untuk menyebutkan angka
secara lebih mendalam mengenai masalah yang ditunjukkan oleh guru. Kemudian
yang sedang diteliti. Dokumentasi setelah anak-anak mengetahui angka yang
merupakan catatan peristiwa yang sudah telah ditunjuk sebelumnya, selanjutnya guru
terjadi, dimana dapat berbentuk tulisan, akan menunjuk angka terlebih dahulu dan
gambar atau karya dari seseorang. Adapaun meminta anak untuk meletakkan stik es krim
dokumentasi yang digunakan dalam sesuai dengan angka yang ditunjuk. Apabila
penelitian ini yaitu foto-foto selama kegatan satu angka sebelumnya sudah benar, maka
pembelajaran matematika. Studi guru akan menunjuk angka selanjutnya dan
kepustakaan dilakukan untuk informasi kembali meminta anak untuk meletakkan
tertulis terkait dengan masalah yang diteliti. stik es krim sesuai dengan angka yang
Subjek penelitian ini adalah anak kelas VI ditunjuk guru. Apabila anak sudah
Tunagrahita Sekolah Luar Biasa Negeri meletakkan stik es krim pada kedua angka
Pembina Pekanbaru yang berjumlah 3 orang. dengan benar, maka guru akan meminta
anak untuk menghitung semua stik es kerim
HASIL DAN PEMBAHASAN yang ada pada kedua. Setelah dihitung, anak
Berdasarkan hasil observasi, pun diminta untuk menuliskan atau
awancara, dokumnetasi, dan studi menyampaikan hasinya secara langsung.
kepustakaan yang dilakukan tentang Guru pun memberikan apresiasi kepada
penggunaan media pembelajaran stik es anak-anak yang berani menjawab. Adanya
krim dalam pengenalan konsep penjumlahan apresiasi juga menjadi penyemangat bagi
pada tunagrahita di SLB Negeri Pembina anak-anak untuk mencoba menjulahkan
terlihat bahwa dengan adanya media angka-angka yang berbeda. Apabila jawaban
pembelajaran stik es krim ini, anak sudah benar, maka guru akan memberikan
tunagrahita menjadi lebih berminat dalam angka lain kepada anak untuk kembali
belajar mengenai penjumlahan dikarenakan melakukan tahapan seperti sebelumnya.
menggunakan stik es krim yang mempunyai Namun apabila kurang tepat maka guru akan
ragam warna sehingga anak-anak lebih focus kembali menjelaskan kepada anak yang
untuk memperhatikan dan mempraktekkan bersangkutan dan mencontohkannya.
apa yang diajarkan gurunya. Terlihat juga Secara umum anak-anak mampu
bahwa sedikit demi sedikit anak-anak memahami konsep penjumlahan dengan
tunagarhita mampu memahami konsep menggunakan stik es krim ini sehingga
penjumlahan melalaui penggunaan media penngunaan media pembelajaran stik es
stik es krim ini. krim ini efektif untuk digunakan. Hanya saja
Dalam proses pembelajarannya terkadang ada kalanya anak cepat lupa,
pertama-tama guru menarik perhatian anak- sebagaimana karakteristik anak tunagrahita
anak an membuat anak fokus misalnya yang mudah lupa. Hal inilah yang terlakang
dengan uji konsentrasi dan sebagainya. menjadi kendala dan kesulitan tersendiri
bagi guru dalam mengajar anak tuna grahita. ilmiah ini. Oleh sebab itu saya mengucapkan
Terkadang anak juga lupa bentuk angka terima kasih kepada:
sehingga pembelajaran harus dilakukan
secara berulang-ulang. Agar pembelajaran 1. Almamater tercinta yaitu Universitas
dapat diingat oleh anak dalam jangka waktu Riau yang telah memberikan
yang lebih lama. dukungan dalam kegiatan ini dan
juga kepada pihak-pihak terkait yang
SIMPULAN telah bekerja keras demi kelancaran
Anak tuna grahita merupakan anak penyelenggaran Pengenalan
yang mengalami hambatan fisik dan mental. Lingkungan Persekolahan (PLP) ini.
Hal ini menyebabkan anak tunagrahita 2. Seluruh pihak terkait di SLB Negeri
mengalami kesulitan berkomunikasi, mudah Pembina yang telah membantu,
lupa, serta mengalami kesulitan dalam membimbing, mendorong, dan telah
berpikir secara abstrak. Untuk itu diperlukan memberikan saya kesempatan untuk
adanya media pembelajaran yang bersifat mendapatkan pengalaman yang
konkret terutama dalam pembelajaran sangat berharga selama saya berada
matematika khususnya penjumlahan. Maka di SLB Negeri Pembina Pekanbaru.
digunakanlah stik es krim sebagai media 3. Ibu Muryanti, S.Pd, M.Sc dan ibu
pembelajaran untuk membantu anak Masyitha Ramadhani, M.Pd selaku
tunagrahita dalam memahami konsep dosen pembimbing lapangan yang
penjumlahan. Berdasarkan hasil penelitian telah memberikan bimbingan,
maka didapatkan hasil bahwa dengan arahan, dukungan serta masukan
menggunakan stik es krim sebagai media kepada penulis
pembelajaran, secara umum anak dapat 4. Ibu Alrumby Elmi, S.Pd dan Ibu Siti
dapat sedikit demi sedikit memahami konsep Suarti, S.Pd selaku guru pamong
penjumlahan dan menjadi lebih fokus dalam yang selalu mengayomi serta
proses pembelajaran. Hanya saja ada memberikan bimbingan, arahan,
kalanya anak cepat lupa sehingga perlu dukungan, dan masukan kepada
dilakukan pembelajaran secara berulang- penulis
ulang agar anak tunagrahita dapat 5. Orang tua tercinta, keluarga, dan
sepenuhnya memahami dan mengerti konsep teman-teman yang selalu mendoakan
penjumlahan dengan baik dan dalam jangka dan memberikan dorongan semangat
waktu yang lebih lama. kepada penulis

UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA


Pertama-tama, Puji dan syukur saya [1] Ardhi Wijaya. Teknik Mengajar Siswa
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Tunagrahita. Yogyakarta: Imperium,
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat 2013
menyelesaikan artikel ilmiah ini dalam [2] F. Havivah and S. A. Asep.
rangka memenuhi persyaratan untuk “Pelaksanaan Pembelajaran
kegiatan Pengenalan Lingkungan Matematika Bagi Anak Tunagrahita
Persekolahan, Fakultas FKIP, Universitas Ringan Kelas IX di SLB Negeri 1
Riau. Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar”.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan Ranah Research: Journal of
bimbingan dari berbagai pihak, cukup sulit Multidicsiplinary Research and
bagi saya untuk menyelesaikan artikel Development. Vol.2, no. 2, pp. 93-103,
2020
[3] H. Muhlishotul, S. Imam, and
Pangadi. “Proses Berpikir Siswa
Tunagrahita Ringan Dalam
Memecahkan Masalah Matematika
Bentuk Soal Cerita Pada Operasi
Hitung Campuran”. Journal of
Mathematics and Mathematics
Education, vol. 4, no. 1, pp.20-32,
2014
[4] L. Saidatul and R. Ika. “ Metode
Pembelajaran Matematika Pada Siswa
Tunagrahita Ringan di SDN Tebel
Sidoarjo”. Jurnal PGSD, vol. 06, no.
08, pp. 1482-1493, 2018
[5] Moh. Nazir. Metode Penelitian.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2014
[6] Sandie. “Proses Berpikir Siswa
Tunagrahita Dalam Memecahkan
Masalah Matematika Ditinjau Dari
Perbedaan Gender”. Tesis.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
2013
[7] Siahaan, Ervina M, and Willhelmina
Sinaga, “Gambaran Kemandirian pada
Remaja Tunagrahita Ringan di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Medan Sumatera Utara”.
Proceeding Seminar Nasional
Psikologi Positif. Fakultas Psikologi:
Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya, 2016
[8] Sugiyono. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: IKAPI, 2016
[9] Suwarti, Sri. “Meningkatkan
Kemampuan Opesi Pengurangan
Dengan Teknik Meminjam Media
Benda Asli Bagi Anak Tunagrahita
Ringan Sekolah Luar Biasa Negeri
Tanjung Pinang”. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, vol. 1, no. 2, pp.
187-197, 2013
[

You might also like