Dorothea Gracia Ana’a Laia (205030401111024_27) Galih Sukma Aji (205030407111049_37) Herlando Samuel (205030400111004_02) Levika Ulil Amalia (205030400111007_03) Privitisasi Dalam Layanan Publik Privatisasi dapat didefinisikan sebagai konsep penjualan aset-aset publik. Dalam hal ini dapat dikatakan sebagai proses pengalihan bentuk hukum perusahaan negara berdasar Undang- Undang dengan diikuti penjualan saham kepada pihak swasta. Menurut Undang-Undang No 19 Tahun 2003, privatisasi merupakan sebuah bentuk penjualan saham milik perusahaan perseroan termasuk BUMN kepada pihak lain. Privatisasi ini dinilai sebagai upaya dalam meningkatkan nilai perusahaan, memperluas kepemilikan saham serta memperbesar manfaat baik bagi negara maupun masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No 19 Tahun 2003 Pasal 74 dan 75 kebijakan privatisasi dilakukan dengan tujuan melaksanakan layanan publik dan meningkatkan kinerja dengan tetap memperhatikan prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban serta kewajiban. Dalam pelaksanaan privatisasi ini diharapkan tidak bertentangan dengan kewajiban dan tujuan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang merata dan berkualitas. Privatisasi ini juga dapat mendorong persaingan bebas dan mengurangi dampak kegagalan pasar yang disebabkan oleh inefisiensi, informasi tidak simetris, biaya sosial, dan intervensi pemerintah. Menyikapi pekerjaan pemerintah yang semakin luas, banyak negara di dunia menempuh jalan memberikan sebagian tanggung jawabnya pada swasta dengan melakukan privatisasi. Contohnya di Inggris mantan perdana mentri Margaret Thatcher mengawali privatisasi sektor publik pada 1979. Thatcher melakukanprivatisasi adalah untuk memangkas pemerintah guna efisiensi keuangan negara dan pelayanan birokrasi yang lebih baik. Tema penting lain yang sering diperdebatkan adalah soal strategi atau metode pelaksanaan privatisasi. Terkait dengan strategi privatisasi , Savas (1982) yang dikutip dalam Faisal Basri (2003) menawarkan empat cara tipikal pelaksanaan privatisasi yang dewasa ini sudah menjadi strategi konvensional. Empat cara tipikal itu adalah sistem kontrak (contract), waralaba (franchise), dana bantuan (grant) dan kupon (voucher) Sistem kontrak mewakili pelayanan publik yang diserahkan pemerintah kepada swasta di bawah perjanjian kontrak untuk jangka waktu tertentu.