You are on page 1of 18

MAKALAH

“Mengetahui dan Memahami tentang Rasm Al-Qur’an”

Disusun Oleh :
Kelompok 2

MUHAMMAD ASRI (2304010102)


ADHELIA ANASTAZIA (2304010103)
NUR AISYA (2304010094)

Dosen Pengampuh : Nur Aini, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan mata kuliah Ulumul Qur'an yang
diberikan oleh Dosen Nur Aini, S.Pd., M.Pd dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam. semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang kita
nanti- nantikan svafaatnya di vammul akhir nanti.

Dalam penulisan makalah yang berjudul Rasm il Al-Qur'an ini kami susun
dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan Rasm ilmu Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca pada umumnya
dan dari dosen pada khususnya yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Ulumul Our'an ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua unsur yang telah membantu


dalam penyelesaian makalah ini, semoga dengan adanya makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca dan kami sebagai penyusun.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaruh

Palopo, 25 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasm Al-Qur’an......................................................................3
B. Macam-macam Rasm Al-Qur’an..............................................................4
C. Kaidah-kaidah Rasm Utsmani...................................................................6
D. Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an................................................9
E. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’at Al-Qur’an .................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran–Saran...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran sebagai kitab suci terakhir dimaksudkan untuk menjadi


petunjuk, bukan saja bagi anggota masyarakat tempat kitab diturunkan, tetapi juga
bagi seluruh masyarakat manusia hingga akhir zaman.
Al-Quran juga merupakan salah satu sumber hukum islam yang
menduduki peringkat teratas. Dan seluruh ayatnya berstatus qat’I al-wurud yang
diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah SWT.
Autensitas serta orisinilitas Al-Quran benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan. Karena ia merupakan kalam Allah baik dari segi lafadz maupun dari
segi maknanya.
Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Quran telah ditulis dan
didokumentasikan oleh para tulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW.
Disamping itu seluruh ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan secara
mutawattir baik secara hafalan maupun tulisan ditulis dan dibukukan dalam satu
mushaf.
Al-Quran yang dimiliki ummat Islam sekarang mengalami proses sejarah
yang unik penulisan untuk dikumpulkan dalam satu mushaf. Akan tetapi hanya
ditulis dalam kepingan-kepingan tulang, pelapah-pelapah kurma, dan batu-batu
sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat pada waktu itu yang belum
mengenal adanya alat tulis menulis seperti kertas.
Untuk menfungsikan Al-Qur’an dan memahami isi serta kandungannya
maka diperlukan suatu ilmu yang terkait salah satunya adalah ilmu rasm al-quran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Rasm Al-Qur’an ?

1
2. Apa saja Macam – macam Rasm Al-Qur’an ?
3. Apa saja Kaidah – kaidah Rasm Utsmani ?
4. Bagaimana Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an ?
5. Bagaimana Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’ah Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan

6. Untuk mengetahui Pengertian Rasm Al-Qur’an.


7. Untuk mengetahui Macam – macam Rasm Al-Qur’an.
8. Untuk mengetahui Kaidah – kaidah Rasm Utsmani.
9. Untuk mengetahui Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an.
10. Untuk mengetahui Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’ah Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Al-Qur’an

Rasm Al-Qur’an atau Rasmul Qur`an adalah ilmu yang mempelajari


tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik
dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasm Al-Qur’an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman
bin Affan memerintahkan untuk membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan
membakar semua mushaf selain mushaf Al-Imam ini karena pada zaman Usman
bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab
yang memiliki sosio-kultur berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur
antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab murni termasuk di dalamnya
lahjah dan cara bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari
daerah lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya orang
arab akan menyebabkan banyak perbedaan dalam membaca Al-Qur’an.1

Istilah Rasmul Qur`an terdiri dari dua kata yaitu Rasm dan Al-Qur`an.
Kata rasm berarti bentuk tulisan. Sedangkan Al-Qur`an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat jibril,
ditulis dalam mushaf-mushaf berbahasa arab dan disampaikan kepada umat
manusia secara mutawatir (oleh banyak orang) dan mempelajarinya merupakan
suatu ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatiha dan diakhiri dengan surat An-Nas.

Dengan demikian, Rasm Al-Qur`an berarti bentuk tulisan Al-Qur`an. Para


ulama lebih cenderung menamakannya dengan istilah rasmul mushaf. Adapula
yang menyebutnya rasmul Utsmani karena Khalifah Utsmanlah yang merestui
dilakukannya penulisan Al-Qur`an. Rasmul mushaf merupakan ketentuan atau
pola yang digunakan oleh Utsman bin Affan beserta sahabat-sahabat lainnya
dalam penulisan Al- Qur`an yang berkaitan dengan susunan huruf-hurufnya yang
1
Acep Hermawan, Rasm Al-Qur'an (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 94.

3
terdapat dalam mushaf-mushafyang dikirim ke berbagai daerah dan kota serta
mushaf Al-Imam yang berada ditangan khalifah Utsman bin Affan itu sendiri.

B. Macam - macam Rasm Al-Qur’an

Melihat dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat arab rasm a-lqur’an


dibagi menjadi tiga macam:

1. Rasm Qiyasi (‫)الرسم القياسى‬


2. Rasm A’rudi (‫)الرسم العروضي‬
3. Rasm Usman (‫)الرسم العثمان‬

Berikut penjelasan dari masing-masing ungkapan diatas:

1. Rasm Qiyasi / Imla'i

Rasmul Imla’i adalah penulisan menurut kelaziman pengucapan /


pertuturan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dengan rasm imla’I
dapat dibenarkan, tetapi khusus bagi orang awam. Bagi para ulama atau yang
memahami rasm Utsmani tetap wajib mempertahankan keaslian rasm Utsmani. 2

Pendapat diatas diperkuat oleh Al-Zarqani dengan mengatakan bahwa


rasm Imla’I diperlukan untuk menghindarkan ummat dari kesalahan membaca Al-
Qur’an, sedangkan rasm Utsmani di perlukan untuk memelihara keaslian mushaf
Al-Qur’an. Tampaknya, pendapat ini lebih moderat dan lebih sesuai dengan
kondisi ummat, disatu pihak mereka ingin melestarikan rasm Utsmani, sementara
dipihak lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur’an dengan rasm
Imla’I untuk memberikan kemudahan bagi kaum muslimin yang kemungkinan
mendapat kesulitan membaca Al-Qur’an dengan rasm Utsmani.

Namun demikian, kesepakatan para penulis Al-Qur’an dengan rasm


Utsmani harus diindahkan dalam pengertian menjadikannya sebagai rujukan yang
2
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Stali mu Al-Qur'an (Cet. VI: Jakarta: Pustaka 29 Al-
Koutsar, 2011), h. 182.

4
keberadaannya tidak boleh hilang dari masyarakat Islam. Sementara jumlah
ummat Islam dewasa ini cukup besar yang tidak menguasai rasm Utsmani.
Bahkan, tidak sedikit jumlah ummat Islam untuk mampu membaca aksara arab.
Mereka membutuhkan tulisan lain untuk membantu mereka agar dapat membaca
ayat-ayat Al-Qur’an, seperti tulisan latin. Namun demikian Rasm Utsmani harus
dipelihara sebagai standar rujukan ketika dibutuhkan.

Contoh dari Rasm Qiyasi adalah lafaz (‫ )انا‬ditulis dengan (‫ )انا‬walaupun


jika dilanjutkan alifnya hilang seperti (‫ )نذير انا‬seperti hamzah washal seperti (‫الحق‬
‫ )جاء‬hamzah pada lafaz (‫ )الحق‬tetap harus ditulis, walaupun tidak diucapkan pada
waktu ia berada ditengah kalimat sebab jika dimulai dari awal kalimat maka
diucapkan (‫ )الحق جاء‬.

2. Rasm ‘Arudi

Rasm ‘Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab disesuaikan


dengan wazan sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan untuk mengetahui “bahr”
(nama macam sya’ir). Dari sya’ir tersebut contohnya seperti :

‫ وليل كموج البحر ار خي سدو له‬sepotong sya’ir Imri’il qais tersebut jika ditulis
akan berbentuk:

‫و‬ll‫دو له‬ll‫وج البح ر ار خي س‬ll‫ وليلن كم‬sesuai dengan ‫ا عيلن‬ll‫ولن مف‬ll‫ا عيلن فع‬ll‫و لن مف‬ll‫فع‬
sebagai timbangan sya’ir yang mempunyai “ bahar tawil.”

3. Rasm Utsmani

Rasmul Utsmani adalah pola penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman dan
disetujui oleh Utsman. Rasm utsmani menjadi salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm Utsmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai
ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara Rasm utsmani dan untuk
mengetahui segi perbedaan antara rasm utsmani dan kaidah-kaidah rasm istilahi
(rasm yang biasa selalu memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan)
sebagai berikut contoh antara rasm utsmani dengan rasm istilahi.

Dalam rasm utsmani :

5
a. lafadz (‫ )اليستوون‬ditulis (‫)اليستون‬
b. Lafadz (‫ )الصالة‬ditulis (‫)الصلوة‬
c. Lafadz (‫ )الزكاة‬ditulis (‫)الزكوة‬
d. Lafadz (‫ )الحياة‬ditulis (‫)الحيوة‬

1. Dengan demikian perlu kita amati adalah bahwa rasm atau tulisan Al-qur’an
yang telah dipergunakan pada masa sahabat usman mempunyai beberapa nilai
diantaranya:
a. Rasm usmani memberikan kontribusi yang sangat besar karena rasm
usmani merupakan sejarah dan kebudayaan arab masa lalu
b. Dengan adanya rasm usmani maka erat sekali persamaan kita saat ini
dengan para sahabat yang hidup pada kurun abad pertama hijriyah
c. Salah satu syarat bacaan yang diterima qiraat qur’an dari berbagai versi
bacaan adalah jika sesuai dengan rasm usmani
d. Terjaganya kemurnian Alqur’an

C. Kaidah – kaidah Rasm Utsmani

Rasm bisa diartikan atsar (bekas), khat (tulisan) atau metode penulisan.
Rasm Utsmani atau disebut juga Rasmul Qur’an adalah tata cara penulisan Al-
Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul
Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin
Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu
mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin
Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah -
kaidah tertentu , para ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam istilah 3,
yaitu:

1. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf)


Contohnya :

3
Anshori, Ulumul Quran Kaidak-kaidah Memahami Rasm Al-Qur’an (Cet. III; Jakarta: Rajawali
Pers, 2016), h. 155.

6
a. menghilangkan huruf alif pada yaa` nida`, seperti ‫ يَا ّيها الّناس‬menurut
kaidah imlak (‫)ياْايها الناس‬
b. membuang huruf yaa’ , huruf yaa’ dibuang dari manqushah munawwan
(bertanwin), baik berharakat rafa’ maupun jarr, seperti ‫ باغ‬aslnya ‫با ِغ ى‬
c. membuang huruf wawu, dibuang apabila bergandengan dengan wawu
yang lain. Seperti ‫ َال َيْسَتْو َن‬asalnya ‫ال َيْسَتُوْو َن‬
d. membuang huruf lam, dihilangkan apabila dalam keadaan idhghom .
seperti ‫ اَّلْيُل‬dan ‫ اّلذى‬asal keduanya ‫ الَّلْيُل‬dan ‫الَّلذى‬
2. Al-Ziyadah ( penambahan)
Contohnya :
a. menambahkan huruf alif setelah wawu pada akhir isim jama’ seperti
ungkapan ‫ ُاوُلوا اَاللباب‬dan ‫ُم ال ُقواَر ِّبهم‬
b. menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas
tulisan wawu) (‫ ) ؤ‬seperti : ‫ َتا هللا َتْفَتُؤا‬asalnya ‫َتا هللا َتفَتُأ‬
c. Penambahan huruf “yaa’ pada kata-kata ‫ ِم ْن ِتْلَقاِئ َنْفِس ى‬dan ‫ِح َج اٍبمن ورائ‬
d. Penambahan huruf “wawu”, pada kata-kata tertentu ‫ اولوا‬, ‫ الئك‬, ‫اوالت اوالء‬
dan ‫ساوريكم‬.
3. Al-Hamzah
Apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang
sebelumnya. Seperti : “I’dzan” ‫اْئذْن‬
Al-Hamzah al-Sakinah yang aslinya ditulis di atas huruf yang sesuai dengan
harakat sebelumnya, baik di awal, tengah, maupun akhir, seperti , ‫هيء‬
)‫(اقرأ‬,)‫(جئنك‬ kecuali dalam kata-kata tertentu, seperti (‫ )فادارءثم‬dan (‫)ورءيا‬
maka kedua kata tersebut hurufnya dihilangkan dan hamzah ditulis
menyendiri.
Al-Hamzah al-Mutaharrikah apabila berada di awal kata atau digabungkan
dengan huruf tambahan, hamzah tersebut ditulis dengan alif secara pasti
(mutlak, baik dalam keadaan fatah, dammah maupun kasrah, seperti kata (
‫)اولوا‬.(‫)اذا‬,(‫)أيوب‬,(‫)فيأئ‬,(‫)سأصرف‬kecuali di tempat-tempat tertentu seperti ‫قل‬
‫ أئنكم لثكفرون‬di dalam surah fushilat.
4. Badal (penggantian),

7
Contohnya :
a. Alif di tulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata : ‫ الّز كوّة‬, ‫الّصلوَة‬
b. Alif di tulis dengan yaa’ pada kata : ‫ إلى‬, ‫ على‬, ‫ أّنى‬yang berarti , ‫ متى‬, ‫كيف‬
‫ لدى‬,‫بلى‬
c. Alif di gantindengan huruf nun taukid khafifah pada kata ‫ إًذ ا‬pada
ungkapan (‫)وكأين من نبي‬, maka ditulis dengan nun’.
d. Ha’ at-Ta’nis ( ‫ ) ة‬ditulis dengan huruf ta (‫ )ث‬.seperti kata ‫رحمة‬ menjadi
‫ رحمت‬.
5. Washal (penyambungan) dan Fashl (pemisahan)
Metode penyambungan kata yang mengakibatkan hilang atau dibuangnya
huruf tertentu.
Contoh :
a. (‫ ) من‬min bersambng dengan maa ( ‫ ) ما‬penulisannya di sambung dan
huruf nun pada mim tidak ditulis. Seperti : ‫ مّم َا‬kecuali pada ‫من ما ملكت أْيما نكم‬
b. ( ‫ ) ِإْن‬in disusul dengan maa ( ‫ ) ما‬ditulis bersambung dengan meniadakan
nun sehingga imma ( ‫ ) إَّم ا‬, kecuali pada ‫تو عُدون إْن َم ا‬
c. ( ‫ ) ِم ن‬min disusul dengan man ( ‫ ) َم ْن‬ditulis bersambung dengan
menghilangkan huruf nun sehingga menjadi mimman ( ‫ ) مَّم ْن‬bukan ‫ِم ْن َم ْن‬
6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi
Suatu kata yang boleh dibaca dengan dua cara tapi penulisannya
disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Tetapi yang kita maksudkan bukan
bacaan yang janggal (syaddzah).
Di dalam mushaf `Utsmani, penulisan kata semacam itu di tulis dengan
menghilangkan alif, misalnya “maliki yaumiddin” . Ayat di atas boleh di baca
dengan menetapkan alif (yakni di baca dua alif), boleh juga hanya menurut
bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).
Dengan demikian , perlu diketahui bahwa kaidah penulisan yang telah
disebutkan diatas tidak sepenuhnya berlaku pada penulisan Al-Qur’an , sebab
ada banyak lafadz – lafadz dalam Al-Qur’an yang pada suatu ayat ditulis
dengan pola tertentu , pola penulisan Al-Qur’an tidak bisa dijadikan pedoman
yang baku , tidak bisa pula dijadikan qiyas atau standar. Oleh karena itu , maka

8
tidak boleh seseorang membaca Al-Qur’an hanya berpedoman pada penuisan
mushaf tanpa disertai talaqqi atau berguru kepada seorang guru yang mutqin
(ahli).

D. Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an

1. Menurut Ibnu Mubarak rasmul Qur`an adalah tauqifi (bukan produk manusia,
tetapi sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah yang nabi sendiri
tidak mempunyai otoritas untuk menyangkalnya) dan metode penulisannya
dinyatakan sendiri oleh Rasulullah saw. Pendapat ini dianut dan dipertahankan
oleh Ibnu Mubarak yang sependapat dengan gurunya Abdul Azis ad-Dabbagh.
Ia menyatakan bahwa, tidak seujung rambutpun huruf Al-Qur`an yang ditulis
atas kehendak seorang sahabat nabi atau yang lainnya.Rasmul Qur`an adalah
tauqifi dari nabi Muhammad saw, yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan
langsung dari Rasulullah saw. Beliaulah yang menyuruh mereka (baca, para
sahabat) untuk menulis rasmul Qur`an itu dalam bentuk yang dikenal sampai
sekarang. Termasuk tambahan huruf “alif” dan pengurangannya, yaitu rahasia
yang di khususkan Allah swt, bagi kitab suci Al-Qur`an suatu kekhususan
yang tidak diberikan kepada kitab-kitab suci lainnya.
2. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa rasm ‘Utsmani bukan tauqifi, tetapi
merupakan kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang disetujui ‘Utsman dan
deterima umat, sehingga wajib diikuti oleh siapapun yang menulis Al-Qur’an.
Asyhab bercerita bahwa ketika ditanya tengtang penulisan Al-Qur’an, apakah
perlu menulisnya seperti yang dipakai banyak orang sekarang, Malik
menjawab “Saya tidak berpendapat demikian, seseorang hendaklah
menulisnya sesuai dengan tulisan pertama”.4

4
Zainal Arifin Madzkur, "Urgensi Rasm Utsmani", Jurnal Khatulistiwa, vol. 1 no. 1 (Maret 2011),
h 18.

9
Imam Ahmad bin Hambal pernah berkata : “Haram hukumnya menyalahi
khath mushaf ‘Utsmani dalam soal wawu, alif, ya’, atau huruf lainnya”.

3. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasm al-qur’an bukanlah tauqifi.


Tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat
menggunakan cara tertentu untuk menulis Al-Qur’an yang berlainan dengan
Rasm ‘Utsmani.
1. Dengan demikian , berkaitan dengan ketiga pendapat di atas, Al-Qaththan
memilih pendapat kedua karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-
Qur’an dari perubahan dan penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa
diperbolehkan menulis Al-Qur’an sesuai dengan tren tulisan pada masanya,
menurutnya, perubahan tulisan Al-Qur’an terbuka lebar pada setiap masanya.
Al-Qaththan menegaskan bahwa perbedaan khath pada mushaf-mushaf yang
ada merupakan satu hal, dan cara menulis huruf merupakan hal lain.

E. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’at Al-Qur’an

Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti


‘bacaan’, dan ia adalah masdar (verbal noun) dari Qara’a. Secara terminologi
atau istilah ilmiyah Qiraat adalah salah satu Mazhab (aliran) pengucapan
Qur’an yang dipilih oleh seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang
berbeda dengan mazhab yang lainya.

Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sanad-sanadnya sampai kepada


Rasulullah. Periode qurra’ (ahli / imam qiraat) yang mengajarkan bacaan
Qur’an kepada orang-orang menurut cara mereka masing-masing adlah
dengan berpedoman kepada masa para sahabat.diantara para sahabat yang
terkenal yang mengajarkan qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn Mas’ud,
Abu Musa Al-Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat
dan Tabi’in di berbagai negri belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada
Rasulullah.

10
Sahabat-sahabat nabi terdiri dari beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan itu mempunya lahjah (bunyi suara / sebutan) yang berlainan satu
sama lain. Memaksa mereka menyebut pembacaan atau membunyikan al-
Qur’an dengan lahjah yang tidak mereka biasakan, suatu hal menyukarkan.
Maka untuk mewujudkan kemudahan, Allah Yang Maha Bijaksana
menurunkan al-Qur’an dengan lahjah-lahjah yang biasa dipakai oleh golongan
Quraisy dan oleh golongan-golongan yang lain di tanah Arab. Oleh karna itu
menghasilkan bacaan al-Qur’an dalam berbagai rupa atau macam bunyi
lahjah. Dan bunyi lahjah yang biasa ditanah Arab ada tujuh macam. Di
samping itu ada beberapa lahjah lagi. Sahabat-sahabat nabi menerima al-
Qur’an dari nabi menurut lahjah bahasa golonganya. Dan masing-masing
mereka meriwayatkan al-Qur’an menurut lahjah mereka sendiri. Sesudah itu
munculah segolongan ulama yang serius mendalami ilmu qira’at sehingga
mereka menjadi pemuka qira’at yang dipegangi dan dipercayai. Oleh karena
mereka semata-mata mendalami qira’at untuk mendakwahkan al-Qur’an pada
umatnya sesuai dengan lahjah tadi. Kemudian muncullah qurra-qurra yang
kian hari kian banyak. Maka ada diantara mereka yang mempunyai keteguhan
tilawahnya, lagi masyhu, mempunyai riwayah dan dirayah dan ada diantara
mereka yang hanya mempunyai sesuatu sifat saja dari sifat-sifat tersebut yang
menimbulkan perselisihan yang banyak.

Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha


menerangkan mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat
disesuaikan dengan bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu
mushaf Usmani serta sah pula sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk
kedalam qira’at tujuh, maupun diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun
dari yang lain.

Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya


mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam
pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam
pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu

11
belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama
dan belum ada baris harakat.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf


‘ustmani yang tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang
untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih
terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.

Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat.


Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula
kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam
Al-Qur’an.Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali
berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-
orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-
tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an
dan memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
1. Rasm al-Qur’an adalah ketentuan atau pola yang digunakan oleh Utsman bin
Affan beserta sahabat lainnya dalam hal penulisan al-Qur’an berkaitan
dengan mushaf-mushaf yang di kirim ke berbagai daerah dan kota, serta
Mushaf al-Imam yang berada di tangan Utsman bin Affan sendiri.
2. Cara penulisan kalimat-kalimat arab rasm a-lqur’an dibagi menjadi tiga
macam:
a. Rasm Qiyasi (Penulisan menurut kelaziman pengucapan / pertuturan).
b. Rasm A’rudi (Cara menuliskan kalimat arab disesuaikan dengan wazan
sya’ir arab).
c. Rasm Utsmani (Pola penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman dan
disetujui olehnya).
3. Para ulama merumuskan kaidah-kaidah Rasm Utsmani menjadi enam istilah,
yaitu:
a. Al-Hadz berarti membuang, menghilangkan atau meniadakan huruf.
b. Al-ziyadah berarti penambahan.
c. Al-Hamzah berarti hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf
berharakat yang sebelumnya.
d. Badal berarti penggantian.
e. Washal dan fashal (penyambungan dan pemisahan),
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi
4. Dari berbagai pendapat ulama tentang Rasm Al-Qur’an , ada dua pendapat
besar ,yaitu :
a. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Al-Qur’an bersifat
Tauqifi.
b. Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Qur’an bukan
tauqifi , akan tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yang disetujui
oleh utsman dan diterima oleh umat , sehingga wajib diikuti oleh siapapun
ketika menulis Al-Qur’an. Tidak boleh ada yang menyalahinya.
5. Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula

13
kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung
didalam Al-qur’an.

B. Saran

Dari pemaparan kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan


dalam penulisan , oleh karena itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami
bisa belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Atas kekurangannya kami
mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA

14
AF, Hasanuddin. 1995. Anatomi Al-Qur’an Perbedaan dan Pengaruhnya
Terhadap Istimbath Hukum Dalam Al-Qur’an, Cet 1;Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, Cetakan ketujuh, Februari 2012.
Al-Qaththan Syaikh Manna.2011. Pengantar Stali mu Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka
29 Al-Koutsar.
Anshori. Ulumul Quran Kaidak-kaidah Memahami Rasm Al-Qur’an. Jakarta:
Rajawali Pers. 2016
Anwar, Rosihan . 2010. Ulum AL-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Hermawan Acep.2016. Rams Al-Qur'an. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Izzan, Ahmad. 2005. Ulumul Qur’an. Bandung: Tafakkur.
Khallaf, Abdul Wahab. 1968. Ilmu Ushul Al-Fiqh [cet 1], Mesir: Maktabah al-
Dakwah al-Islamiyah.
Khalil, al-Qattan Manna, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta : PT Pustaka Antar
Nusa, Tahun 1994 .
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Jakarta :
Bulan Bintang, Cetakan ketigabelas, Tahun 1990.
Madzkur Zainal Arifin. "Urgensi Rasm Utsmani". Jakarta : Jurnal Khatulistiwa.
Maret 2011
Marzuki, Kamaluddin. 1994. Ulum al-Qur’an. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Shihab, M. Quraish, dkk. 2001. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an Cet. III; Jakarta:
Pustaka Firdaus.

15

You might also like