You are on page 1of 20

Pengukuran dan Penentuan Biaya

Disusun Oleh :
Nama NPM

Lenita Alfiah 220301006


Alfarizalrahmansyah 220301011

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi


Manajemen
Dosen Pengampu : Sunarmi, S.E., M.Ak

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL & BISNIS
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengukuran dan Penentuan Biaya”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah


SAW yang telah menuntun ummatnya dari masa kegelapan hingga menuju masa
yang terang benderang dengan banyak keilmuan seperti sekarang.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sunarmi.S.E.,M.Ak selaku dosen


pengampuh mata kuliah Akuntansi Manajemen serta teman-teman kami yang
telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Dan juga terima kasih
kepada teman-teman kelompok 1 yang sudah bekerja sama dalam pembuatan
makalah ini yang berjudul dan menjelaskan tentang “Penentuan dan Pengukuran
Biaya”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 29 februari2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengukuran dan Penentuan biaya..............................................3
1.2 Penentuan Biaya Proses............................................................11

BAB III PENUTUP


1.1 Kesimpulan ..............................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penentuan biaya produk merupakan suatu proses pembebanan biaya produksi
terhadap produk yang dibuat. Manajer perlu memahami proses ataupun cara-cara
dalam menentukan kos suatu produk yang akan berpengaruh terhadap laha bersih
yang akan dilaporisan oleh Perusahaan Proses penentuan biaya produk bertujuan
untuk menghasilkan informasi mengenai biaya yang dapat membantu para
manajer dalam hal perencanaan, pengendalian, pengarahan perusahaan dan
membuat keputusan. Biaya produk terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik Terdapat beberapa metode penentuan
biaya produk, diantaranya yaitu metode biaya pesanan (job-order costing method)
dan metode biaya proses (process costing method). Penggunaan kedua metode
tersebut sangat bergantung pada karakteristik kegiatan perusahaan. Apabila
perusahaan membuat produk atas dasar pesanan, maka metode yang cocok
digunakan adalah metode biaya pesanan. Namun, jika perusahaan memproduksi
produk secara masal berdasarkan peramalan penjualan (sales forecast), maka
metode yang cocok digunakan adalah metode kos proses.
Tidak hanya mengadopsi salah satu metode sasa, suatu dapat mengadapat
kedua metode tersebut sekaligus sepanjang karakteristik kegiatan perusahaan
dianggap cocok dengan kedus metinde tersebut. Seperti contoh perusahaan mebel.
Perusahaan jena ini selain membuat mebel sejenis secara masal, juga menerima
pesana khusus sesuai dengan model yang diminati oleh pembeli. Bab ini akan
menjelaskan mengenai sistem penentuan biaya dan penerapannya pada
Perusahaan perusahaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pengukuran biaya?


2. Apa yang dimaksud dengan penentuan biaya proses?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuran biaya
2. Untuk menegetahui pengertian dari penentuan biaya
3. Untuk mengetahui metode-metode penentuan dan pengukuran biaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGUKURAN DAN PEMBEBANAN BIAYA


Perhitungan biaya produk pada perusahaan manufaktur ataupun perusahaan
jasa, secara konsep tidaklah sulit, namun dalam praktiknya, perhitungan tersebut
sangat kompleks karena melibatkan berbagai macam variabel, pertimbangan,
asumsi, kebijakan dan sebagainya. Biaya manufaktur harus diukur dan kemudian
dihubungkan dengan unit-unit yang diproduksi.Pengukuran biaya atau penentuan
biaya (cost measurement) adalah penentuan jumlah (rupiah) bahan baku,tenaga
kerja dan overhead pabrik yang digunakan atau dikonsumsi dalam produksi.Nilai
rupiah dapat berarti jumlah rupiah yang benar-benar dikeluarkan atau jumlah
rupiah yang diperkirakan akan terjadi .Dalam praktik ,seringkali data yang
digunakan adalah informasi taksiran guna menjamin ketepatan informasi biaya
atau untuk mengendalikan biaya.Proses menghubungkan biaya dengan unit byang
diproduksi disebut dengan pembebanan biaya (cost assignment).
Pengukuran dan pembebanan biaya -bisys produksi pada Perusahaan
manufaktur dilakukan untuk menentukan biaya per unit dari sebuah produk.Biaya
tersebut dapat digunkan untuk menilai persediaan menentukam laba (biaya barang
yang terjual),serta membuat berbagai Keputusan penting.Untuk dapat melaporkan
nilai persediaan didalam neraca,Perusahaan hendaknya memiliki data tentang
jumlah unit produk yang tersedia digudang dan biaya per unit produk
tersebut.Selain itu,pelaporan biaya penjualan dalam laporan laba atau rugi juga
membutuhkan data tentang jumlah unit yang terjual dan data tentang biaya per
unit.
Dalam membuat berbagai macam keputusan,biaya per unit juga menjadi hal
yang penting. Keputusan mengenai penentuan harga yang ditawarkan ke
konsumen juga membutuhkan informasi biaya per unit yang akurat.Keputusan
tentang rancangan produk dan pengenalan produk baru,membeli atau membuat
sendiri produk ,menerima atau menolak pesanan produk,tetap membuat dan

2
menghentikan pembuatan sebuah produk juga dapat membutuhkan informasi
mengenai biaya merupakan hal yang penting bagi seorang manajer.
Untuk tujuan pelaporan keuangan ,informasi mengenai biaya harus mencakup
seluruh biaya per unit. Apabila perusahaan neroperasi dibawah kapasitas penuh,
maka informasi biaya yang disajikan hanya informasi kos incremental saja untuk
memutuskan apakah perusahaan akan menerima atau menolak sebuah pesanan
khusus. Dengan demikian, kandungan informasi biaya yang disajikan tergantung
pada tujuannya. Hal ini dikenal dengan istilah different costs for different
purposes.
Perusahaan jasa dan organisasi nirlaba juga membutuhkan informasi biaya per
unit. Langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi ini adalah
dengan mengidentifikasi unit jasa yang dihasilkan Seperti contoh, rumah sakit
akan mengumpulkan biaya per unit pasien, hari pasien dan jenis perawatan.
Perusahaan jasa akan menggunakan data biaya untuk kepentingan sama dengan
Perusahaan manufaktur, yaitu untuk menentukan kemampulabaan, kelayakan
peluncuran produk (jasa) baru dan sebagainya. Namun demikian, karena
perusahaan jasa tidak menghasilkan produk fisik (barang). tentunya perusahaan
jasa tidak perlu menilai persediaan barang dalam proses dan persediaan produk
jadi. Namun, karena Perusahaan Jasa memiliki suplais, tentunya persediaan
suplais tersebut perlu dinilai meskipun menggunakan biaya historis.
Pembebanan biaya dapat dilakukan dengan metode penentuan biaya
pesanan (job-order-costing), dan penentuan biaya proses (process casting).
Pengukuran biaya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penentuan biaya
sesungguhnya (actual costing), dan penentuan kos normal (normal costing).
Kombinasi atau gabungan antara metode pengukuran dan pembebanan biaya akan
membentuk sebuah system akuntansi biaya. Secara keseluruhan, kombinasi antara
keduanya akan membentuk 4 (empat) alternatif sistem akuntansi biaya yang
digambarkan pada matriks berikut:
Gambar 3.1
Empat Kemungkinan Sistem Akuntansi Biaya
Pembebanan Pengukuran Biaya

3
Biaya
Pesanan – Sesungguhnya Pesanan - Normal
Proses – Seungguhnya Proses - Normal

1.2 Perbandingan antara Penentuan Biaya Pesanan dan Penentuan Proses


Perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa dapat di bagi kedalam
(dua) kelompok atau dasar proses produk yang dilaksanakannya yaitu
perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan dan Perusahaan yang
berproduksi secara masal .Perbedaan cara berproduksi tersebut akan
berpengaruh terhadap cara pengumpulan biaya. Dengan demikian, metode
pengukuran dan pembebanan biaya yang diterapkan pada kedua perusahaan
tersebut berbeda. Untuk memahami perbedaan keduanya, perlu terlebih
dahulu untuk memahami cara produksinya.
Gambar 3.2
Perbandingan antara Sistem Penentuan Biaya Pesanan dan Sistem
Penentuan Biaya Proses

Penentuan Biaya Pesanan Penentuan Biaya Proses


1. Produk bersifat heterogen 1.Produki bersifat homogen
2.Biaya produksi dikumpulkan 2.Biaya produksi dikumpulkan
berdasarkan pesanan berdasarkan proses atau departemen
3.Biaya per unit dihitung dengan 3. Kos per unit dihitung dengan
membagi total biaya produksi per membagi total biaya produksi untuk
pesanan dengan jumlah unit yang satu periode dengan jumlah unit
dihasilkan untuk pesanan yang yang diproduksi dalam periode yang
bersangkutan. sama

A.Produksi Berbasis Pesanan dan Penentuan Biaya Pesanan

4
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan menghasilkan produk
yang sangat bervariasi satu sama lainnya Setiap pana menghendaki spesifikasi
produk yang unik sesuai dengan selers pemesan. Contoh perusahaan yang
berproduksi atas dasar pemanas antara lain perusahaan percetakan,
perusahaan konstruks perusahaan mebel, bengkel dan salon. Pada perusahaan
manufaktur selruah pesanan dapat terdiri atas 1 (satu) unit produk (contohnya
mobil dan rumah) atau dapat juga terdiri atas beberapa produk.
Sistem biaya pesanan dapat juga digunakan untuk menghasilkan
barang yang akan disimpan sebagai persediaan dan kemudian dijual ke pasar.
Sistem biaya pesanan seringkali dikaitkan dengan pesanan (order) dari
seorang pelanggan. Untuk dapat memahami metode ini, hendaknya dilakukan
penelusuran secara terpisah antara satu pekerjaan (job) dengan pekerjaan
lainnya. Pada sistem produksi berbasis pesanan, biaya produksi dikumpulkan
per pekerjaan yang akan menghasilkan informasi penting bagi manajemen.
Apabila proses produksi telah selesai, maka kos per unit dapat dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang
diproduksi (untuk pesanan atau pekerjaan tertentu).
Sebagai contoh, apabila total biaya produksi untuk mencetak 100
eksemplar buku sebesar Rp 5.000.000,00, maka biaya per unit buku adalah
Rp 50.000,00. Melalui informasi tersebut, manajer dapat menentukan marjin
laba tertentu dengan jumlah yang layak jika harga jual yang ditetapkan tidak
menghasilkan laba yang layak, maka hal tersebut merupakan tanda bagi
manajer bahwa biaya produksi terlalu besar, sehingga manajer dapat
mengambil tindakan untuk mengurangi biaya produksi apabila
menguntungkan .Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah Perusahaan
hanya memfokuskan pembuatan produk yang dapat menghasilkan marjin laba
yang memadai.
B. Produksi Masal dan Penentuan Biaya Proses
Perusahaan yang melaksanakan produksi secara masal umumnya
membuat produk dalam jumlah hanyak dan bersifat homogen. Setiap produk
tidak mudah dibedakan satu sama lainnya, Contoh produksi yang dihasilkan

5
dari produksi masal yaitu produk makan minuman, alat tulis, fashion, semen,
dan lain-lain. Perusahaan yang menggunakan metode ini akan mengumpulkan
biaya produksi berdasarkan proses atau per departemen produksi untuk satu
periode tertentu. Biaya per unit dapat dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk satu periode dengan output pada periode yang sama.

1.3 Penentuan Biaya Normal dan Penentuan Biaya Sesungguhnya


Terdapat dua cara dalam mengukur biaya yang berhubungan
dengan produksi, yaitu penentuan biaya sesungguhnya dan penentuan
biaya normal. Penentuan biaya sesungguhnya menghendaki perusahaan
untuk menggunakan biaya sesungguhnya untuk seluruh sumberdaya
yang digunakan dalam produksi dengan tujuan untuk menentukan biaya
per unit. Metode kedua, yaitu penentuan biaya normal menghendaki
perusahaan untuk membebankan biaya sesungguhnya untuk bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung, sedangkan biaya overhead atau
biaya produksi tidak langsung dibebankan ke produk atas dasar taksiran
yang ditentukan dimuka.

1.4 Penentuan Biaya Sesungguhnya (Actual Costing)


Sistem biaya sesungguhnya merupakan cara penentuan biaya
produksi berdasarkan seluruh pengeluaran (bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan overhead) yang benar-benar terjadi
(dikonsumsi oleh produk) yang digunakan untuk menentukan biaya
per unit produksi tersebut. Dalam praktiknya, sistem ini jarang
digunakan karena dianggap tidak mampu menghasilkan informasi
biaya per unit secar tepat waktu. Hal ini disebabkan biaya produk
baru dapat diakan pada akhir periode setelah semus biaya yang
sesunggulinya terjadi diketahui dengan pasti. Persoalan utama yang
dihadapi adalah penentuan jumlah biaya overhead yang dibebankan
kepada produk biaya overhead meruapakan Kumpulan biaya biaya

6
yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk, sehingga
biaya overhead per unit harus dihitung dengan rata-rata.
1.5 Penentuan Biaya Normal (Normal Costing)
Sistem penentuan biaya produk berdasarkan hiaya normal
merupakan kombinasi antara biaya yang sesungguhnya terjadi untuk
biaya bahan haku dan biaya tenaga kerja langsung dengan biaya yang
jumlahnya ditaksir (untuk biaya overhead pabrik). Sistem ini
digunakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada sistem
penentuan biaya sesunggulinya, jika kesalahan pengukuran jumlahnya
kecit, maka selisih antara biaya normal dan biaya sesungguhnya tidak
signifikan. Contohnya, tarif yang ditentukan dimuka adalah Rp
5.000,00 per unit sedangkan biaya yang sesungguhnya terjadi adalah
Rp 5.150,00. Selisih antara kedua angka tersebut tidak signifikan.
1.6 Penentuan Biaya Pesanan
Metode penentuan biaya pesanan adalah metode pengumpulan
biaya produk berdasarkan pesanan. Metode ini digunakan oleh
Perusahaan pemanufakturan yang membuat barang berdasarkan
spesifikasi tertentu dari pelanggan. Perusahaan percetakan yang
membuat kartu undangan dan kalender dengan ukuran dan fitur sesuai
keinginan konsumen adalah contoh perusahaan yang menggunakan
metoda penentuan biaya pesanan. Metoda penentuan biaya pesanan
mengumpulkan setiap elemen biaya produk berdasar pada pesanan.
Untuk setiap pesanan disediakan kartu biaya pesanan (job-order cost
sheet). Jika dalam suatu perioda (misal bulan) tertentu terdapat 5
pesanan yang berbeda karakteristik pesanannya, disediakan 5 kartu
pesanan yang berbeda. Bahan baku dan tenaga kerja langsung diukur
dengan biaya historis, sedangkan overhead ditentukan biayanya
dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka (predetermined
overhead rate).
A. Kartu biaya pesanan

7
Kartu biaya pesanan digunakan untuk mengumpulkan
biaya produk pesanan. Elemen-elemen biaya dalam kartu
tersebut terdiri atas bahan baku, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik Sebagai contoh, pada 1 Februari 2015
sebuah perusahaan menerima pesanan untuk membuat
1000 buah kartu undangan dengan spesifikasi tertentu
dengan harga Rp600.000. Pada 1 Februari kartu undangan
tersebut segera dibuat dengan biaya bahan baku Rp
100.000. Pada tanggal 5 Februari dibayar tenaga kerja
langsung Rp 200.000 untuk upah sampai selesainya
seluruh kartu undangan Kartu undangan selesai pada 5
Februari. Overhead yang dibebankan ke pesanan adalah
75% dari biaya tenaga kerja langsung .Jika seluruh elemen
biaya pesanan telah dikumpulkan di kartu pesanan tersebut
akan tampak sebagai berikut.
Gambar 3.3
Kartu Biaya Pesanan

No pesanan :A01-25 Kuantitas :1.000 Unit


Tanggal Dipesan ;1Februari 2015 Tanggal selesai :5 Februari2015
Produk Dipesan :Kartu Undangan Harga jual :Rp600.000

Tanggal Bahan Baku Tenaga Kerja Overhaid pabrik langsung


Rp Rp

Feb 1 100.00 200.000 150.000


Feb 5

Biaya Pesanan Selesai


Bahan Baku Rp.100.000
Tenaga Kerja Langsung 200.000
Overhaid Pabrik 150.000

8
Biaya Total Rp 450.000
Biaya per unit(Biaya Total:Kuantitas) Rp .450

1.6.1 Overhead Lebih atau Kurang-Dibebankan


Contoh pada kartu biaya pesanan menunjukkan bahwa biaya overhead
pabrik yang dibebankan ke produk adalah Rp150.000. Jika tenyata
overhead pabrik yang sesungguhnya dikeluarkan oleh perusahaan
adalah Rp160.000, terjadilah apa yang disebut overhead kurang-
dibebankan atau under-applied overhead. Jumlah yang kurang-
dibebankan ini kemudian dapat dibebankan ke biaya produk sehingga
akhirnya biaya produk dihitung berdasar biaya historis. Pada contoh di
atas, biaya produk menjadi Rp460.000 sebagaimana perhitungan
berikut.
Elemen Biaya Jumlah
Bahan Baku Rp.100.000
Tenaga kerja langsung Rp.200.000
Overhead-dibebankan Rp.150.000 +
Rp.450.000

(+) Overhead kurang-dibebankan Biaya 1.000 unit undangan


yang sesungguhnya Rp 460.000 Jika terjadi sebaliknya, yakni
overhead sesungguhnya lebih kecil, selisihnya disebut overhead lebih-
dibebankan atau over-applied overhead. Selisih ini kemudian menjadi
pengurang biaya produk. Dengan cara seperti ini, produk pada
akhirnya dihitung dengan biaya historis.

Apabila jumlah pesanan dalam satu perioda lebih dari satu


pesanan. Maka selisih lebih kurang overhead tidak dapat ditentukan
secara langsung ke pesanan tertentu. Sebagai akibatnya, kita akan

9
membebankan selisih tersebut ke masing-masing pesanan dengan cara
alokasi. Dasar alokasi mungkin adalah jumlah biaya relatif masing-
masing pesanan terhadap seluruh biaya pesanan. Contohnya sebagai
berikut, sebuah perusahaan dalam suatu bulan tertentu mengerjakan
dua pesanan yang berbeda-pesanan dengan No. A-12 dan pesanan
dengan No. A-13. Overhead sesungguhnya yang terjadi adalah
Rp315.000. Adapun biaya bahan baku sesungguhnya, tenaga kerja
langsung sesungguhnya, dan overhead yang dibebankan ke masing-
masing pesanan dengan tarif 150 persen dari biaya tenaga kerja
langsung adalah
sebagai berikut.
Pesanan No.A.12 Pesanan No. A.13
10 Unit 50 Unit

Bahan baku Rp.100.000 Rp.75.000


Tenaga kerja langsung(TKL) 50.000 150.000
Overhead-dibebankan 150% dari TKL 75.000 225.000
Rp.225.000 Rp.450.000

Overhead sesungguhnya adalah Rp315.000 dan overhead dibebankan adalah


Rp300.000 (Rp75.000 + Rp225.000), terjadilah overhead kurang-dibebankan
Rp15.000. Andaikan selisih overhead ini akan dialokasi ke biaya pesanan di atas,
alokasinya dapat pada biaya produk sebelum menerima alokasi. Perhatikanlah
bahwa biaya pesanan No. A-12 adalah Rp225.000 dan biaya pesanan No. A. biaya
atah Rp 450.000. Jadi, perbandingan biayanya adalah 1.2 Alokasi selisih overhead
kurang-dibebankan, oleh karena itu, adalah sebagai berikut.

Ke pesanan No. A-12 = 1/(1+2) x Rp15.000 Rp. 5.000


Ke pesanan No. A-13 = 2/(1+2) x Rp15.000 Rp. 10.000 +
Rp 15.000

10
Setelah alokasi ini biaya sesungguhnya pesanan A-12 total tentunya Rp 230.000
(Rp 225.000+ Rp 5.000) dan biaya sesungguhnya resanan A-13 total tentunya Rp
460.000 (Rp 450.000 + Rp 10.000).

1.2 PENENTUAN BIAYA PROSES


Metode penentuan biaya proses adalah metode pengumpulan biaya produk
berdasar proses. Metode ini digunakan oleh perusahaan pemanufakturan yang
membuat produk massal.
A. Produk Diproses Melalui Satu Departemen
Pak Amat dan Rekan membuat dan menjual sebuah produk yang diberinya
merk Arek. Produk tersebut diproses melalui satu departemen saja. Pada bulan
Januari 2021 bahan baku dimasukkan ke Departemen A dengan jumlah yang
cukup untuk membuat 1.000 unit produk. Sampai akhir bulan tersebut seluruh
produk dapat diselesaikan secara sempurna. Menurut catatan, biaya bahan
baku Rp100.000, tenaga kerja langsung Rp200.000, dan overhead yang
dibebankan ke produk 75% dari biaya tenaga kerja langsung, yakni
Rp150.000. Berapakah biaya produksi barang jadi per unit? Biaya produksi
total adalah Rp450.000 dan biaya per unit adalah Rp 450 sebagaimana
perhitungan berikut.
Bahan baku Rp 100.000
Tenaga kerja langsung Rp 200.000
Overhead pabrik 75% x Rp200.000 Rp 150.000
Total Rp 450.000
Jumlah produk selesai 1.000 unit
Biaya per unit Rp450.000:1.000 unit Rp 450

B. Unit Ekuivaien

11
Pada contoh di atas seluruh produk dapat selesai sempurna sampai akhir
perioda. Pada kasus seperti itu perhitungan biaya per unit sangatlah
mudah. Namun, jika pada akhir perioda masih terdapat produk yang belum
jadi secara sempurna, untuk menghitung biaya per unit diperlukan
perhitungan unit ekuivaien. Satu unit produk yang sudah jadi sempurna
tentunya ekuivaien atau setara dengan satu unit produk jadi. Artinya,
tingkat penyelesaiannya 100 persen. Satu unit produk yang belumjadi rçan
satu unit produk jadi dikalikan dengan tingkat mnya. Jadi, seluruh
produksi harus dihitung ekuivalensinya atau kesetaraannya.
Contohnya berikut ini:
Pada bulan Januari 2021 sebuah perusahaan memroses 500 unit produk
dengan biaya total Rp920.000. Sampai akhir bulan tersebut hanya 400 unit
yang selesai, sedangkan 100 unit sisanya masih dalam proses dengan
tingkat penyelesaian 60 persen. Jumlah 400 unit yang sudah selesai jelas
setara atau ekuivalen dengan 400 unit produk selesai. Tetapi 100 unit yang
masih dalam proses dengan Tingkat penyelesaian 60 persen adalah setara
dengan 60 unit produk selesai (60% x 100 unit). Jadi, perusahaan dalam
bulan Januari 2015 telah membuat barang yang jumlahnya setara dengan
460 unit produk selesai. Dengan demikian, biaya per unit produk adalah
Rp2.000 (Rp920.000:460 unit). Biaya produk selesai sebanyak 400 unit,
oleh karena itu, adalah Rp 800.000; sedangkan biaya barang dalam proses
100 unit adalah Rp 120.000. Paparan berikut mungkin lebih jelas.
Biaya Total Unit Ekuivalen Biaya per unit
C. Rp 920.00 400 + (100x60%)=460 unit Rp 2000
Produk jadi 400 x100% x 2.000 Rp.800.000
Produk dalam proses 100 x 60% x .Rp2000 Rp.120.000
Rp.920.000

Produk Diproses Melalui Dua Departemen


Pada bulan Januari 2021 sebuah produk diproses melalui dua departemen-
Departemen A dan Departemen B. Mula-mula bahan baku dimasukkan ke
Departemen A untuk diproses. Jumlah bahan yang dimasukkan adalah

12
untuk membuat 100 unit produk. Sampai akhir bulan hanya 90 unit yang
selesai, sedangkan 10 unit iainnya belum Tingkat penyelesaian untuk
bahan adalah 100 persen. sedangkan untuk biaya konversi (tenaga kerja
langsung dan overhead) adalah 60 persen. Produk yang telah selesai
diproses di Departemen A diproses lebih lanjut di Departemen B tanpa
adanya tambahan bahan apa pun. Setiap produk dari Departemen A
menjadi satu unit produk Departemen B. Dari 90 unit yang diproses di
Departemen B hanya 50 unit yang sudah selesai, sedangkan 40 unit
sisanya masih perlu proses lanjutan. Tingkat penyelesaian untuk bahan
100 persen, sedangkan untuk biaya konversi 90 persen. Biaya bahan baku
sesungguhnya, biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan biaya
overhead dibebankan untuk masing-masing departemen adalah sebagai
berikut.
Departemen A Departemen B
Bahan baku Rp 500.000 Rp-
Tenaga kerja langsung (TKL). Rp 192.000 Rp 37.000
Overhead dibebankan 50% dari TKL Rp 96.000 Rp 18.500
Dari data di atas, hitunglah biaya per unit barang jadi dan barang dalam proses
untuk masing-masing departemen. Penyelesaiannya sebagai berikut.
Biaya total Unit ekuivalen Biaya per unit
Departemen A

Bahan baku Rp.500.00 90+10x100%=100 Rp.5000


unit
TKL Rp.192.000 90 + 10 x 60%=96 Rp.2000
unit
Overhead- Rp.96.000 90 + 10 x 60%=96 Rp.1.000
dibebankan unit
Rp.788.000 Rp.8000

Produk yang ditransferkan ke depaertemen B=90 unit @Rp.8000 Rp.720.000

13
Barang dalam proses 10 unit:
Bahan baku 10 x 100% xRp.5000 Rp.50.000
TKL 10 x 60% xRp.2000 Rp.12.000
Overhead 10 x 60% x Rp.1.000 Rp.6000 6.800
Rp.788.000

Perhatikanlah bahwa biaya produk yang di transfer dari Departemen A ke


Departemen B adalah Rp. 720.000 untuk 90 unit produk selesai di Departemen
A.Biaya yang di transfer ini kemudian diperlakukan sebagai biaya bahan (baku) di
Dapartemen B.
Departemen B
Biaya Total Unit ekuivalen Biaya per unit
Rp.720.000 50+(40x100%)=9 Rp.8000
0 unit
Bahan baku dari
dapartemen A
TKL Rp.37.000 50 + Rp.500
(40x60%)=74 unit
Overhead- Rp.18.500 50 + (40x 60%=96 Rp.8.750
dibebankan unit
Rp.788.000 Rp.8750
Produk jadi= 50 unit @ Rp.8.750 Rp.437.500
Barang dengan proses 40 unit :
Bahan baku 40 x 100% x 8.000 Rp.320.000
TKL 40 x 60% xRp.5.000 12.000
Overhead 40 x 60% x Rp 250 6.000 338.000
Rp.775.500

14
Contoh soal:
PT.JACO adalah perusahaan pengelolaan yang dikemas dalam
kaleng ,pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui
dapartemen pengolahan .Awal September perusahaan baru mulai
beroperasi ,dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg .pada akhir september
produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg ,sedangkan yang 400
kg masih dalam proses dengan tingkat penyerepan biaya bahan baku 100%,biaya
tenaga kerja 75%,dan biaya overhaid pabrik 80%.biaya yang dikeluarkan untuk
mengolah nanas tersebut adalah:
Biaya Bahan Baku Rp6.000.000
Biaya Tenaga kerja Rp4.740.000
Biaya Overhead Pabrik Rp3.168.000
Diminta:Susunlah laporan biaya produksi PT.JACO pada bulan September 2022

15
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Metode dan penerapan biaya adalah kunci dalam proses pengelolaan keuangan
perusahaan. Dengan menggunakan berbagai metode seperti Activity-Based
Costing (ABC), Job Order Costing, atau Process Costing, perusahaan dapat
mengukur dan mengelola biaya produksi, distribusi, dan penjualan dengan lebih
efektif. Penerapan metode ini memungkinkan perusahaan untuk membuat
keputusan yang lebih baik terkait alokasi sumber daya, penetapan harga produk,
dan evaluasi kinerja. Secara keseluruhan, pemahaman yang baik tentang metode
dan penerapan biaya sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuan
keuangan mereka dan mempertahankan daya saing di pasar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Manajemen (Sanjaya, Putu Sugiartha, et al. AKUNTANSI MANAJEMEN. CV.


Intelektual Manifes Media, 2023.) Editor Dr.Miko Andi Wardana .S.T..M.Si

17

You might also like