Professional Documents
Culture Documents
Makalah Pusatpertanggungjawaban Kelompok4 SPM
Makalah Pusatpertanggungjawaban Kelompok4 SPM
Pusat Pertanggungjawaban
KELOMPOK 4 :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pusat Pertanggungjawaban” dengan tepat
waktu.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I.......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................2
1.4 Manfaat Masalah..............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban........................................................3
2.2 Sifat Pusat Pertanggungjawaban...................................................................3
2.3 Hubungan Antara Input dan Output...............................................................5
2.4 Mengukur Input dan Output............................................................................6
2.5 Efisiensi dan Efektifitas...................................................................................7
2.6 Jenis Pusat Pertanggungjawaban..................................................................8
2.7 Pusat Pertanggungjawaban Pendapatan.....................................................13
BAB III...................................................................................................................... 15
KASUS......................................................................................................................15
3.1 Studi Kasus Pada Zumwald AG....................................................................15
BAB IV...................................................................................................................... 21
PENUTUP................................................................................................................. 21
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pusat pertanggungjawaban?
2. Apa saja sifat pusat pertanggungjawaban?
3. Apa hubungan antara input dan output?
4. Bagaimana efisiensi serta efektifitas pada pusat pertanggungjawaban?
5. Apa saja jenis dari pusat pertanggungjawaban?
6. Apa yang dimaksud dengan pusat pertanggungjawaban penghasilan
(revenue center)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dimaksud adalah membantu mengimplementasikan rencana strategi manajemen
puncak. Suatu pusat pertanggungjawaban menggunakan suatu input tertentu
(sejumlah bahan baku, tenaga kerja dan jasa lain) untuk menghasilkan output yang
bisa berupa barang atau jasa. Dalam proses pengerjaannya diperlukan juga modal
kerja (persediaan, piutang), peralatan dan asset lain. Pusat pertanggungjawaban
menghasilkan output yang bisa disebut barang (jika dapat dilihat) dan jasa (jika tiidak
dapat dilihat). Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai output. Bagian
produksi pada suatu perusahaan manufaktur menghasilkan suatu barang. Bagian
administrasi dan akuntansi output nya berupa suatu jasa. Barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu pusat pertanggungjawaban bisa diserahkan ke pusat
pertanggungjawaban lain dalam satu organisasi dan bisa dijual kepada pihak luar.
Pendapatan dalam hal ini merupakan jumlah yang diperoleh dari penjualan suatu
output.
Ilustrasi A
INPUT OUTPUT
PRODUKSI
KERTAS
KAYU, MESIN, AIR
Ilustrasi B
Input untuk
Input : Pusat
Pertanggung
Bahan baku Output : jawaban
Pusat Pertanggung Lainnya
Tenaga Kerja jawaban Barang
Jasa Lainnya Jasa
Dijual kepada
pihak luar
Ilustrasi C
4
Ilustrasi A memberikan gambaran kertas sebagai suatu pusat
pertanggungjawaban. Sebagai suatu pusat pertanggungjawaban, bagian:
1) Menggunakan input.
2) Melakukan pekerjaan.
Input dapat berupa : Kayu, Mesin dan air, yang diproduksi menjadi sebuah
kertas, dalam suatu proses pembuatan kertas melalui mesin pencetak kertas.
Output yang dihasilkan dari proses ini berupa sebuah kertas.
5
output yang diinginkan yaitu sesuai dengan ketentuan dan standar kualitas yang
ditetapkan pada waktu dan kuantitas seperti yang diinginkan.
6
biasanya menitikberatkan pada pertanggungjawaban biaya pusat
pertanggungjawaban.
Menurut Samryn (2001 : 264) biaya dapat digolongkan atas dasar pengaruh manajer
terhadap biaya, penggolongannya adalah sebagai berikut:
Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan atau pejabat tertentu berdasarkan wewenang yang
dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka
waktu tertentu.
7
secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakainya. Dalam hal ini, ia dapat
dibebani tanggung jawab pemakaian barang atau jasa tersebut.
c) Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan dapat
mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsingnya sendiri, ia
dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki
agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang
bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.
Menurut Mulyadi (2001 : 169), biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya
terkendalikan melalui dua cara yang saling berkaitan.
Efisiensi adalah perbandingan output terhadap input , atau jumlah output per
unit input. Dalam banyak pusat pertanggungjawaban, efisiensi diukur dengan cara
membandingkan biaya-biaya aktual dengan standar dimana biaya-biaya tersebut
harus diukur dengan output yang terukur.
Meskipun metode ini dapat digunakan, tetapi metode ini mempunyai dua kelemahan
besar yaitu:
8
Peranan Laba
9
Setiap pusat pertanggungjawaban akan menggunakan input dan akan
menghasilkan output berupa barang atau jasa. Berdasarkan hubungan input dan
output tersebut, pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan menjadi empat :
10
bertanggungjawab atas nilai rupiah keluarannya, selain itu karena kesukaran dalam
mengukur keluaran pusat tersebut.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja manajer pusat biaya
dinilai berdasarkan atas pengaturannya terhadap biaya yang keluar pada bidangnya,
dimana dengan melihat perbandingan antara anggaran yang telah disusun
sebelumnya dengan realisasi biayanya. Apakah terdapat penyimpangan anggaran
baik itu penyimpangan menguntungkan maupun panyimpangan yang tidak
menguntungkan. Pengendalian pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan
pelaporan. Berdasarkan pengendalian tersebut pusat biaya dibagi dua yaitu pusat
biaya teknis dan pusat biaya kebijakan.
Pusat biaya teknis (engineered expense center) adalah pusat biaya yang
sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dan nyata
keluarannya, dimana manajer pusat biaya teknik bertanggungjawab atas
efisiensi dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya.
Pusat biaya kebijakan (discretionary expense center) adalah pusat biaya yang
sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan proporsional atau
hubungan fisik yang nyata dengan keluarannya. Oleh karena masukan dan
keluaran pusat biaya kebijakan tidak mempunyai hubungan fisik yang nyata,
maka pusat biaya kebjakan tidak dapat dinilai efisiensinya.
11
c. Pusat Laba (Profit Center)
Misalnya: pimpinan anak perusahaan atau manajer divisi yang tidak diberi hak untuk
mengambil keputusan tentang investasi. Laba merupakan ukuran kinerja yang
berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan
satu indikator yang komprehensit, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa
indicator.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi. Seluruh pusat tanggung jawab
dibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggung jawab
yang sangat jelas merupakan pusat lana sampai pusat tanggung jawab yang bukas
merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari
delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana
dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan desain system pengendalian
manajemen, dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.
Dalam pusat laba, kinerjanya diukur berdasarkan laba yang diperoleh yang
dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
12
Apabila suatu pusat pertanggungjawaban diukur prestasinya atas dasar laba yang
diperoleh, maka pusat pertanggungjawaban tersebut disebut pusat laba. Dalam
pusat laba, baik masukan atau biaya maupun keluaran atau pendapatan dinyatakan
dalam satuan moneter. Pusat laba dapat berbentuk divisi apabila kegiatan-kegiatan
fungsional dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri.
Selain itu pusat laba dapat juga berbentuk organisasi kegiatan fungsional serta
organisasi pelayanan jasa dan organisasi-organisasi lainnya. Kinerja keuangan
pusat laba diukur berdasarkan laba, yang merupakan pengurangan antara
pendapatan dan biaya. Laba sekaligus merupakan alat penilai efisiensi dan
efektifitas pusat laba. Laba yang diperoleh suatu pusat laba perlu dibandingkan
dengan anggarannya. Hal ini diperlukan oleh manajemen puncak sebagai langkah
pengendalian pusat laba.
13
dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok barang-barang yang mereka
pasarkan.
14
pengajuan rekening dan aktivitas yang terkait dengan fungsi kredit dan penagihan
piutang. Hampir di semua perusahaan, pekerjaan-pekerjaan dokumen yang meliputi
aktivitas-aktivitas logistik dan penagihan piutang sekarang bisa dituntaskan secara
cepat dengan biaya rendah melalui internet. Aktivitas pemasaran adalah aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh pesanan. Aktivitas-
aktivitas ini meliputi uji pemasaran: pembentukan, pelatihan, dan pengawasan
terhadap tenaga penjualan; periklanan, dan promosi penjualan yang seluruhnya
memiliki karakteristik-karakteristik yang menimbulkan permasalahan pengendalian
manajemen.
Secara ringkas, terdapat tiga jenis aktivitas dalam organisasi pemasaran dan
sebagai konsekuensinya, terdapat tiga jenis ukuran aktivitas. Pertama, ada aktivitas
logistik Kedua, ada penciptaan pendapatan, Ketiga, biaya pencarian pesanan yang
merupakan beban kebijakan karena tidak seorangpun tahu berapa persisnya jumlah
optimal yang harus dikeluarkan. Konsekuensinya, ukuran efisiensi dan efektivitas
untuk biaya-biaya tersebut sangat subjektif.
Tetapi kaitan antara output dengan input sangat sukar untuk dinilai per tahun
karena "produk" akhir dari litbang bisa melibatkan usaha selama bertahun-tahun.
Tidak adanya keselarasan cita-cita. Manajer penelitian pada hakikatnya ingin
membangun organisasi penelitian yang terbaik, meskipun barangkali lebih mahal
dari apa yang bisa didanai oleh perusahaan.
15
BAB III
KASUS
Direktur Manajemen
Rolf Fettinger
16
Divisi yang terlibat dalam sengketa adalah tiga divisi perusahaan, yaitu: Divisi
Sistem Pencitraan (ISD), Divisi Heidelberg (Heidelberg) dan Divisi Komponen
Elektronik (ECD).
ISD menjual USG kompleks dan system pencitran resonansi magnetic dan
altrasound yang kompleks. System ini bermilai mahal, biasanya dijual €
500.000-1 juta,
Heidelberg menjual monitor resolusi tinggi, pengendali grafis, dan layar
subsistem display. Sekitar setengah dari penjualan dibuat untuk pelanggan
diluar. ISD adalah salah satu dari pelanggan intemal utama Heidelberg.
ECD menjual sirkuit dan subassambly terintegrasi yang dikhususkan pada
aplikasi. ECD pada awalnya didirikan sebagai captive supplier untuk divisi
Zumwald lainnya, tetapi dalam sepuluh tahun terakhir manajernya telah
menemukan pasar di luar perusahaan untuk beberapa produk keluaran divisi
tersebut. Karena itu, manajer ECD yang diberi tanggung jawab pusat laba.
Pada tahun 2001, ISD mendesain sistem pencitraan ultrasound yang baru,
dinamakan X73. Dalam perancangan X73 ini, insinyur Heidelberg ikut berpartisipasi.
Setelah spesifikasi ditentukan, manajer ISD mengumpulkan uang untuk bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam memproduksi komponen X73. Berikut ada tiga
pemasok untuk memasok display yang dibutuhkan dalam memproduksi sistem X73,
yaitu:
17
Terjadi sengketa antar divisi untuk harga bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam memproduksi komponen X73 sehingga berkaitan dengan harga transfer yang
tidak sesuai harapan masing-masing divisi.
Identifikasi Masalah
Terjadi sengketa tentang harga produk dari tiga divisi yang ada di Zumwald AG, tiga
divisi itu adalah Divisi Sistem Pencitraan (ISD), Divisi Heildelberg, dan Divisi
Komponen Elektronik (ECD). Sengketa bermula dari pembuatan produk baru yaitu,
X73.
18
Harga transfer adalah biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas
pemindahan (transfer) suatu barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam
suatu perusahaan. Kewenangan dalam menetapkan besaran harga transfer ini
ditentukan oleh masing- masing divisi. Pada perusahaan Zumwald AG sudah jelas
bahwa Divisi Komponen Elektronik (ECD) berperan sebagai pusat laba (profit
center) maka ECD memiliki peranan yang tinggi dalam penentuan pendapatan yang
harus diperoleh dengan biaya yang harus ditekan agar profit yang didapat tinggi.
Dalam penentuan harga transfer harus sudah jelas dan disepakati bersama metode
yang akan digunakan sehingga tidak akan terjadi perselisihan dan memudahkan
koordinasi jika ada hal- hal yang di luar kendali misal harga pasar dari bahan baku.
Dalam penentuan harga transfer, perusahaan Zumwald AG dinilai kurang siap dalam
menjaga kestabilan kondisi internal perusahaan.
Hal ini karena manajemen belum menentukan metode apakah yang akan dijadikan
pedoman dalam menentukan atau menghitung harga transfer di masing -masing
divisi, Penentuan metode ini pun harus melalui perhitungan yang matang dan cermat
agar tidak merugikan salah satu divisi vang terlibat dan dapat menunjang
pencapaian tujuan (target) perusahaan.
Hal utama yang menjadi perhatian dalam menentukan metode ini adalah harus
dilakukan kesepakatan dan perhitungan yang sangat matang agar metode yang
dipilih sesuai dengan kondisi perusahaan dan masing- masing divisi. Konflik atau
sengketa yang terjadi di tiga divisi perusahaan Zumwald AG bisa diselesaikan
dengan cara arbitrase harga transfer melalui suatu prosedur yang harus mampu
menengahi hal ini.
Tingkat formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung pada jenis dan luasnya
potensi harga transter. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer merupakan
tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat kantor pusat karena keputusan
arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit- unit (divisi) usaha.
Untuk itulah direktur perusahaan Zumwald AG harus ikut campur dalam
penyelesaian sengketa harga ini. Ada empat cara yang dapat dilakukan oleh
eksekutif tingkat atas (direksi) yaitu : memaksa (forcing), membujuk (smoothing),
menawarkan (bargaining), dan penyelesaian masalah (problem solving). Direktur
19
harus dapat membaca situasi untuk memilih cara yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa yang ada.
Masalah dalam kasus ini yaitu ISD yang membeli system display dari pemasok
eksternal, bukan pemasok internal. ISD akan membeli system display dari Display
Technologies Plc yang merupakan pemasok eksternal dengan harga yang lebih
murah dari pemasok internal yaitu Heidelberg. Dari hal ini timbul masalah, manajer
divisi Heidelbelrg tidak senang dengan keputusan manajer divisi ISD karena tidak
memasok barang dari divisi Heidelberg. Alasan ISD tidak memasok barang dari
Heidblerg karena harga transfernya lebih mahal dibandingkan dengan pemasok
eksternal tersebut. Oleh karena itu terjadi perselisihan antar divisi. Alasan manajer
divisi Heidelberg memberikan harga transfer yang lebih mahal karena jika diberikan
dengan harga yang murah makan akan hilang dari pasar. Untuk itu direktur Zumwald
harus mengambil suatu keputusan untuk penyelesaian masalah tersebut.
Menurut kami, masalah tersebut muncul karena kurangnya kerjasama antar divisi
untuk membuat suatu keputusan yang menguntungkan bagi Zumwald. Jadi setiap
divisi seharusnya mementingkan keuntungan keseluruhan yang diperoleh Zumwald
tanpa mementingkan keuntugan antar divisi.
Sebaiknya divisi ISD memasok barang dari pemasok internal yaitu dari divisi
Heidelberg. Karena jika memasok barang dari Heidelberg maka keuntungan
tidak hanya untuk Heidelberg tetapi keuntungan akan diperoleh untuk
perusahaan Zumwald AG secara keseluruhan. Jika diperhitungkan lagi,
perusahaan akan lebih untung jika memasok barang dari pemasok internal,
karena dengan membeli system tampilan dari Heidelberg division akan
memberikan kontribusi yang baik untuk divisi Heidelberg dan juga untuk divisi
ECD. Keuntungan yang diperoleh perusahaan Zumwald secara keseluruhan
akan lebih menguntungkan jika membeli dari divisi Heidelberg.
Komunikasi antar divisi juga harus terjalin dengan baik agar antar divisi tidak
terjadi pertikaian atau salah paham antar divisi. Antar divisi harus
mengutamakan keuntungan yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan
bukannya mementingkan keuntungan antar divisi tersebut.
20
Untuk menyelesaikan sengketa transter perusahaan dapat memilih metode
Variasi dari satu atau lebih metode utama transfer. Salah satu kemungkinan
dari transfer adalah marginal cost plus a fixed lump sum fee. Berikut manfaat
penerapan metode marginal cost plus a fixed lump sum fee dalam kasus
Zumwald, yaitu:
Lump sum fee didesain untuk mengimbangi pusat laba penjualan untuk
mengikat beberapa kapasitas tetap yang menghasilkan produk yang
ditransfer secara internal
Metode ini mempertahankan kesesuaian tujuan karena tambahan
transfer unit yang dibuat pada biaya marginal
Metode ini juga mempertahankan informasi untuk tujuan evaluasi
karena divisi penjualan dapat memperbaiki biaya tetap dan profit
margin melalui lump sum fee.
Hal ini juga menstimulasi perencanaan intraperusahaan dan koordinasi
karena entitas penjualan dan pembelian harus mendiskusikan dasar
bagi lump sum fee.
Masalah lain yang muncul pada kasus ini karena kurangnya kerjasama antar
divisi untuk membuat suatu keputusan yang menguntungkan bagi Zumwald. Jadi
setiap divisi seharusnya mementingkan keuntungan keseluruhan yang diperoleh
Zumwald tanpa mementingkan keuntungan antar divisi.
21
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pusat pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh
seorang manager yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan.
Perusahaan pada dasarnya merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab,
yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi. Pusat-
pusat tanggung jawab tersebut selanjutnya membentuk suatu hierarki. Pada tingkat
terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja (workshift) dan unit
organisasi kecil lainnya. Departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi
yang lebih kecil menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut
pandang manajer senior dan dewan direksi perusahaan secara keseluruhan
merupakan pusat tanggung jawab meskipun istilah ini biasanya berkenaan dengan
unit-unit dalam perusahaan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Michael Porter, (2001) Strategi Bersaing. Teknik Menganalisis Industry dan Pesaing,
Jakarta: Erlangga.
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan ,Management (2007) Control System, 12th
Edition, McGraw-Hill, Boston.
24