Professional Documents
Culture Documents
Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah
Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah
Dosen Pembimbing :
Arwi Yudhi Koswara ST. MT
Disusun Oleh :
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah yang berjudul, ‟Strategi
Pengembangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kabupaten Pesisir Barat,
Provinsi Lampung” sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah , Penulis berterima
kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini, yaitu:
1. Dosen Mata Kuliah Ekonomi Wilayah, Bapak Arwi Yudhi Koswara, ST., MT. atas
bimbingan, saran dan kritik yang telah diberikan selama proses penelitian.
2. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Melalui laporan ini kami berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri maupun
kepada pembaca dalam rangka menambah informasi dan ilmu pengetahuan mengenai Ekonomi
Wilayah untuk kedepannya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... 7
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran............................................................................................................ 2
1.3 Sistematika Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................. 4
2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)..........................................................................4
2.2 Teori Basis Ekonomi............................................................................................................4
2.3 Tinjauan RPJMD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2021-2026.............................................4
2.4 Tinjauan RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037.............................................. 5
BAB III............................................................................................................................................6
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................... 6
3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................................................... 6
3.2 Jenis Penelitian.....................................................................................................................6
3.3 Metode Analisis................................................................................................................... 6
3.3.1 Analisis LQ................................................................................................................. 6
3.3.2 Analisis Shift Share.....................................................................................................9
3.3.3 Tipologi Klassen....................................................................................................... 11
BAB IV..........................................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................... 13
4.1 Analisis Struktur Ekonomi...........................................................................................13
4.2 Analisis Pola Persebaran Pertumbuhan Ekonomi........................................................17
4.3 Analisis Potensi, Peluang dan Permasalahan Perekonomian Kabupaten Pesisir Barat...
19
BAB V........................................................................................................................................... 36
KONSEP PENGEMBANGAN................................................................................................... 36
5.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan...............................................................36
5.2 Sektor Pariwisata......................................................................................................... 37
5.3 Sektor Pelayanan Publik.............................................................................................. 38
BAB VI..........................................................................................................................................39
KESIMPULAN............................................................................................................................ 39
4
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 41
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan
komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh
daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi
menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (Lincolin, 2002). Salah satu indikator
untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah juga bisa dengan cara melihat
besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pesisir Barat adalah sebuah kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten
yang baru diresmikan pada tahun 2013 ini merupakan kabupaten termuda di Provinsi
Lampung. Kabupaten Pesisir Barat merupakan daerah agraris yang ditunjukkan dengan mata
pencaharian utama penduduknya di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Dalam
provinsi Lampung, Kabupaten Pesisir Barat adalah satu-satunya kabupaten yang menempati
kategori tertinggal
Dari segi ekonomi, Kabupaten Pesisir Barat memiliki potensi yang tinggi dalam
sektor pariwisata. Setiap tahun ratusan bahkan ribuan turis datang untuk berlibur dan
menikmati keindahan alamnya. Selain itu, terdapat juga potensi hasil bumi dan hutan seperti
damar, cengkih, kopi, dan lada. Wilayah pertanian di Kabupaten Pesisir Barat terletak
khususnya di Kecamatan Pesisir Selatan yang memiliki ribuan hektar sawah dengan sistem
pengairan irigasi.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pesisir Barat tidak terlepas dari pengaruh
pandemi yang menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi (BPS, 2023). Setelah pandemi,
ekonomi Kabupaten Pesisir Barat kembali menunjukkan sebuah pertumbuhan. Peningkatan
atau pengembangan ekonomi wilayah sendiri mempunyai beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor kunci tersebut dalam pengembangan ekonomi wilayah
yaitu mengetahui sektor unggulan di wilayah tersebut.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesisir Barat, kabupaten ini memiliki fokus utama
pengembangan ekonomi pada sektor pariwisata. Selain sektor pariwisata, RTRW Kabupaten
Pesisir Barat juga telah mengembangkan strategi untuk menunjang kegiatan minapolitan dan
1
agroindustri di daerahnya. Melalui analisis LQ dan Shift Share, akan ditemukan apa saja
sektor unggulan hingga sektor terbelakang yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat. Hasil
analisis ini nantinya akan dikaitkan dengan kebijakan yang terdapat di RTRW untuk
menentukan strategi pengembangan ekonomi yang tepat di Kabupaten Pesisir Barat.
2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil analisis dari penelitian berdasarkan data yang sudah
dikumpulkan. Pembahasan hasil analisis terbagi menjadi 3 bagian yaitu analisis struktur
ekonomi, analisis pola persebaran pertumbuhan ekonomi, serta analisis potensi, peluang
dan permasalahan ekonomi di Kabupaten Pesisir Barat.
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN
Pada bab ini dijelaskan strategi pengembangan ekonomi dari berbagai macam sektor
yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. Terdiri atas: (1) Sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan ; (2) Sektor Pariwisata ; (3) Sektor Pelayanan Publik
BAB VI KESIMPULAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian komoditas unggulan Kabupaten
Pesisir Barat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator penting
untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi di suatu wilayah/provinsi dalam suatu
periode tertentu ditunjukkan oleh data time series, baik atas dasar harga yang berlaku atau
atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun tertentu sebagai dasar.
4
aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Visi
RPJMD Tahun 2021-2026 adalah “Terwujudnya Pesisir Barat Yang Amanah, Maju Dan
Sejahtera” dapat formulasi misi pembangunan sebagai berikut:
● Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkeadilan, maju dan
berdaya saing.
● Mengembangkan infrastruktur wilayah dengan konsep pembangunan
inklusif untuk konektivitas antar wilayah dengan memperhatikan aspek
mitigasi bencana dan berwawasan lingkungan.
● Mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan produktivitas
sektor pertanian dan perikanan.
● Mengembangkan destinasi pariwisata unggulan daerah yang berpijak pada
kearifan lokal.
● Menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas melalui tata kelola
pemerintahan yang bersih dan produktif serta penguatan sinergitas antar
lembaga.
2.4 Tinjauan RTRW Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017-2037
Pasal 3 pada RTRW Kabupaten Pesisir Barat menyebutkan bahwa “Penataan
Ruang Kabupaten Pesisir Barat bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Pesisir Barat
sebagai destinasi wisata berbasis industri pertanian dan kelautan yang memperhatikan
aspek kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.”.
Dalam pasal 4 terkait kebijakan penataan ruang, terdapat 3 kebijakan mengenai
fokus pembangunan ekonomi yaitu:
● Pengembangan pariwisata berbasis wisata alam dan budaya dengan
pembangunan pariwisata yang terintegrasi dan berkelanjutan
● Pengembangan kawasan minapolitan dengan pengelolaan sumber daya lokal
berbasis pengelolaan komoditas unggulan melalui proses industrialisasi yang
ramah lingkungan
● Pengembangan kawasan pertanian dalam mewujudkan agroindustri yang
kompetitif dan terintegrasi antar sektor
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik.
Pendekatan ini merujuk pada kerangka berpikir rasionalisme yang mendasarkan diri pada
pemahaman intelektual yang disokong oleh data yang relevan dan fakta empirik, sebagaimana
diungkapkan oleh Muhadjir (1996). Dalam konteks ini, pendekatan rasionalistik secara sistematis
membangun kebenaran teori dengan menggabungkan hasil observasi indera serta pertimbangan
nalar, yang selanjutnya diperkuat oleh dasar-dasar teori.
6
● Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi;
● Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar;
● Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan
depan maupun kebelakang;
● Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share adalah dua contoh
pendekatan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan potensi, peluang, dan
masalah perekonomian suatu wilayah.
7
pada titik tertentu. LQD juga dimaksudkan untuk
menyempurnakan LQ untuk mengidentifikasi reposisi atau
perubahan sektor.
Keterangan: Keterangan:
Kriteria: Kriteria:
● Jika LQS > 1 maka lapangan
● Jika LQD > 1 maka potensi perkembangan
usaha merupakan lapangan usaha
lapangan usaha di Kabupaten Pesisir Barat
basis, artinya lapangan usaha di
lebih cepat dibandingkan dengan lapangan
Kabupaten Pesisir Barat memiliki
8
tingkat spesialisasi lebih tinggi usaha di Provinsi Lampung.
dibandingkan Provinsi Lampung ● Jika LQD = 1 maka potensi perkembangan
sehingga dapat melakukan lapangan usaha di Kabupaten Pesisir Barat
kegiatan ekspor ke daerah sama dengan lapangan usaha di Provinsi
lainnya. Lapangan usaha basis Lampung.
juga dapat memberikan efek ● Jika LQD < 1 maka lapangan usaha di
multiplier bagi lapangan usaha Kabupaten Pesisir Barat lebih lambat
lainnya. dibandingkan dengan lapangan usaha di
● Jika LQS = 1 maka tingkat Provinsi Lampung.
spesialisasi Kabupaten Pesisir
Barat sama dengan Provinsi
Lampung sehingga terjadi
self-sufficient atau daerah
memenuhi kebutuhannya sendiri
dan tidak melakukan ekspor dan
impor.
● Jika LQS < 1 maka lapangan
usaha merupakan lapangan usaha
non-basis, artinya lapangan usaha
di Kabupaten Pesisir Barat
memiliki tingkat spesialisasi leih
rendah dibandingkan Provinsi
Lampung sehingga harus
melakukan kegiatan impor dari
daerah lainnya.
9
Analisis shift-share merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kinerja perekonomian daerah beserta pertumbuhan atau pergeseran strukturnya. Berbeda
dengan LQD yang hanya membandingkan nilai PDRB ADHK di Kabupaten Wonosobo
dengan Provinsi Jawa Timur, analisis shift-share cenderung lebih kompleks karena
mempertimbangkan tiga jenis komponen pertumbuhan perekonomian.
Keterangan:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
PEB : Pertumbuhan Ekonomi Bersih (shift-share)
𝑌𝑡 : PDRB Provinsi Lampung akhir tahun analisis
𝑌0 : PDRB Provinsi Lampung awal tahun analisis
𝑌𝑖𝑡 : PDRB Provinsi Lampung sektor i akhir tahun analisis
𝑌𝑖0 : PDRB Provinsi Lampung sektor i awal tahun analisis
𝑦𝑖𝑡 ` : PDRB Kabupaten Pesisir Barat sektor i akhir tahun analisis
10
𝑦𝑖0 : PDRB Kabupaten Pesisir Barat sektor i awal tahun analisis
Kriteria :
● KPP < 0 artinya lapangan usaha di Kabupaten Pesisir Barat
memiliki pertumbuhan lambat.
● KPPW ≥ 0 artinya lapangan usaha i di Kabupaten Pesisir Barat
mempunyai daya saing yang tinggi dibandingkan dengan lapangan
usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Lampung.
● KPPW < 0 artinya lapangan usaha i di Kabupaten Pesisir Barat
mempunyai daya saing yang rendah dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Lampung.
● Shift-share ≥ 0 artinya lapangan usaha memiliki pertumbuhan atau
mengalami pergeseran progresif.
● Shift-share < 0 artinya lapangan usaha merupakan sektor yang
mengalami kemunduran dan lambat laun tertinggal.
11
4 Terbelakang <1 <1 >0
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Struktur Ekonomi
Analisis struktur ekonomi untuk tahun 2018–2022 didasarkan pada PDRB Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK) yang dijabarkan per lapangan usaha. PDRB ADHK
dipilih karena dapat mengurangi bias dalam perbandingan dengan menghitung
pertambahan nilai menggunakan harga acuan yang sama untuk setiap tahun. Dalam
perhitungan PDRB ADHK, dasar harga setiap tahun analisis yang dibandingkan adalah
yang sama, yaitu tahun 2010. Tabel perbandingan PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat
dan grafiknya dapat dilihat di sini.
Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022
Katego Lapangan
2018 2019 2020 2021 2022
ri Usaha
Pertanian,
Kehutanan 1.486.368, 1.496.953, 1.497.306, 1.496.109, 1.446.430,
A
, dan 78 86 34 64 73
Perikanan
Pertamban
B gan dan 161.219,18 171.484,13 171.483,59 161.611,88 170.827,54
Penggalian
Industri
C Pengolaha 147.174,38 147.031,92 128.664,11 131.654,56 130.530,19
n
Pengadaan
D Listrik dan 435,36 551,01 579,01 625,26 652,19
Gas
13
Pengadaan
Air,
Pengelolaa
E n Sampah, 1.413,79 1.437,94 1.510,15 1.599,91 1.634,60
Limbah
dan Daur
Ulang
F Konstruksi 176.621,77 226.954,63 222.346,59 243.767,18 260.167,62
Perdagang
an Besar
dan
Eceran;
G 362.011,30 394.994,75 379.167,35 405.612,43 470.965,72
Reparasi
Mobil dan
Sepeda
Motor
Transporta
si dan
H 30.383,80 32.662,54 31.116,15 32.414,01 39.639,34
Pergudang
an
Penyediaa
n
Akomodas
I 46.525,09 59.034,46 56.352,13 54.483,97 63.005,97
i dan
Makan
Minum
Informasi
dan
J 68.866,25 75.123,89 77.371,54 85.709,15 88.177,08
Komunika
si
14
Jasa
Keuangan
K 41.859,60 43.108,03 43.233,99 44.829,14 43.370,58
dan
Asuransi
L Real Estat 115.056,25 122.246,49 117.606,64 121.657,63 129.794,09
Jasa
M,N 3.958,41 4.293,87 4.215,97 4.270,92 4.450,15
Perusahaan
Administra
si
Pemerintah
an,
O Pertahanan 136.797,23 148.966,03 150.962,17 155.819,46 166.025,46
dan
Jaminan
Sosial
Wajib
Jasa
P 102.615,35 112.347,91 116.942,22 120.943,69 126.584,90
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
Q dan 32.326,55 35.106,63 38.453,95 39.949,53 41.053,05
Kegiatan
Sosial
R,S,T, Jasa
31.248,86 33.811,27 32.293,02 31.940,40 39.815,25
U lainnya
2.944.881, 3.106.109, 3.069.604, 3.132.998, 3.223.124,
PDRB ADHK
95 36 94 77 46
Sumber: BPS Kabupaten Pesisir Barat, 2023
15
Gambar 2 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesisir Barat Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022
16
4.2 Analisis Pola Persebaran Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 3 Grafik Perkembangan Ekonomi Kabupaten Pesisir Barat Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2018-2022
17
Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2022
18
Transportasi
H dan 7,50% -4,73% 4,17% 22,29% 7,31%
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
I 26,89% -4,54% -3,32% 15,64% 8,67%
dan Makan
Minum
Informasi dan
J 9,09% 2,99% 10,78% 2,88% 6,43%
Komunikasi
Jasa
K Keuangan 2,98% 0,29% 3,69% -3,25% 0,93%
dan Asuransi
L Real Estat 6,25% -3,80% 3,44% 6,69% 3,15%
Jasa
M,N 8,47% -1,81% 1,30% 4,20% 3,04%
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
O , Pertahanan 8,90% 1,34% 3,22% 6,55% 5,00%
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
P 9,48% 4,09% 3,42% 4,66% 5,41%
Pendidikan
Jasa
Kesehatan
Q 8,60% 9,53% 3,89% 2,76% 6,20%
dan Kegiatan
Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya 8,20% -4,49% -1,09% 24,65% 6,82%
Sumber: Hasil analisis penulis, 2023
4.3 Analisis Potensi, Peluang dan Permasalahan Perekonomian Kabupaten Pesisir Barat
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah harus mampu mengidentifikasi
potensi, peluang, dan masalah ekonominya. Sayangnya, banyak daerah masih kesulitan
19
untuk melakukannya, meskipun pengetahuan tentang potensi, peluang, dan masalah
ekonomi suatu daerah sangat penting untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi secara efektif dan efisien. Salah satu bentuknya adalah melalui pengetahuan
terkait sektor unggulan yang memiliki ciri-ciri menurut Sambodo (dalam de fretes, 2017)
sebagai berikut:
· Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi;
· Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar;
· Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan
depan ataupun kebelakang;
· Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share adalah dua contoh
pendekatan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan potensi, peluang, dan
masalah perekonomian suatu wilayah.
A. Analisis Location Quotient (LQ)
Untuk menilai struktur ekonomi unggulan, metode perhitungan
Location Quotient, juga dikenal sebagai LQ, digunakan. LQ merupakan
perbandingan antara peran sektor ekonomi di suatu daerah terhadap peran
sektor ekonomi yang sama di seluruh negeri atau terhadap daerah dengan
cakupan administratif yang lebih besar (Tarigan, 2014). LQ statis (LQS)
dan LQ dinamis (LQD) adalah dua kategori LQ.
a. LQ statis (LQS) merupakan rasio sederhana yang digunakan
untuk menentukan tingkat konsentrasi atau dominasi suatu
entitas, dalam hal ini lapangan usaha, di suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah acuan atau patokan yang lebih
tinggi tingkatannya. Pada perhitungan ini pendapatan per
lapangan usaha yang ada di Kabupaten Pesisir Barat
dibandingkan dengan yang ada pada tingkat Provinsi Lampung.
b. Seperti halnya LQ statis, LQ dinamis (LQD) menilai tingkat
konsentrasi dengan melihat laju pertumbuhan lapangan usaha
pada PDRB pada suatu wilayah berdasarkan laju di wilayah
acuan. Menurut Suyatno (2000) dalam Muta'ali (2015),
20
munculnya LQD bertujuan untuk mengatasi kelemahan metode
LQ yang bersifat statis, yang hanya memberikan gambaran
pada titik tertentu. LQD juga dimaksudkan untuk
menyempurnakan LQ untuk mengidentifikasi reposisi atau
perubahan sektor.
Untuk keduanya, data dasar yang digunakan adalah PDRB ADHK
tahun 2018–2022. Sama seperti analisis struktur ekonomi dari tahun ke
tahun dan laju pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan
sebelumnya, nilai PDRB ADHK tersebut dipilih karena dapat
menunjukkan perbandingan dengan dasar yang konstan untuk
mengurangi bias perhitungan. Berikut adalah rumus untuk menghitung
LQS dan LQD:
Keterangan: Keterangan:
21
Kriteria: Kriteria
● Jika LQS > 1 maka lapangan ● Jika LQD > 1 maka potensi
usaha merupakan lapangan perkembangan lapangan usaha di
usaha basis, artinya lapangan Kabupaten Pesisir Barat lebih cepat
usaha di Kabupaten Pesisir dibandingkan dengan lapangan usaha di
Barat memiliki tingkat Provinsi Lampung.
spesialisasi lebih tinggi ● Jika LQD = 1 maka potensi
dibandingkan Provinsi perkembangan lapangan usaha di
Lampung sehingga dapat Kabupaten Pesisir Barat sama dengan
melakukan kegiatan ekspor ke lapangan usaha di Provinsi Lampung.
daerah lainnya. Lapangan ● Jika LQD < 1 maka lapangan usaha di
usaha basis juga dapat Kabupaten Pesisir Barat lebih lambat
memberikan efek multiplier dibandingkan dengan lapangan usaha di
bagi lapangan usaha lainnya. Provinsi Lampung.
● Jika LQS = 1 maka tingkat
spesialisasi Kabupaten Pesisir
Barat sama dengan Provinsi
Lampung sehingga terjadi
self-sufficient atau daerah
memenuhi kebutuhannya
sendiri dan tidak melakukan
ekspor dan impor.
● Jika LQS < 1 maka lapangan
usaha merupakan lapangan
usaha non-basis, artinya
lapangan usaha di Kabupaten
Pesisir Barat memiliki tingkat
spesialisasi lebih rendah
dibandingkan Provinsi
Lampung sehingga harus
22
melakukan kegiatan impor dari
daerah lainnya.
Sumber : Hasil Simpulan Rumus Perencana, 2023
Berdasarkan pada rumus dan ketentuan perhitungan tersebut, pada PDRB ADHK
Kabupaten Pesisir Barat tahun 2018-2022 diperoleh hasil perhitungan seperti pada tabel
berikut:
Tabel 6 Hasil Perhitungan LQ Statis Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2022
23
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
G Reparasi 1,01 1,03 1,05 1,04 1,07 Basis
Mobil dan
Sepeda
Motor
Transportasi
H dan 0,20 0,20 0,20 0,21 0,21 Non Basis
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi
I 1,09 1,27 1,27 1,25 1,30 Basis
dan Makan
Minum
Informasi
J dan 0,49 0,49 0,47 0,49 0,51 Non Basis
Komunikasi
Jasa
K Keuangan 0,69 0,69 0,66 0,68 0,69 Non Basis
dan Asuransi
L Real Estate 1,29 1,29 1,26 1,29 1,35 Basis
Jasa
M,N 0,97 1,01 1,00 1,01 0,91 Non Basis
Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan
O , Pertahanan 1,51 1,57 1,51 1,51 1,65 Basis
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
P 1,23 1,24 1,24 1,27 1,32 Basis
Pendidikan
24
Jasa
Kesehatan
Q 1,13 1,15 1,13 1,14 1,19 Basis
dan Kegiatan
Sosial
R,S,T,
Jasa lainnya 1,15 1,15 1,15 1,17 1,18 Basis
U
Sumber: Hasil analisis penulis, 2023
Tabel 7 Hasil Perhitungan LQ Dinamis Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2022
Pengadaan
Lebih lambat
D Listrik dan 1,21 0,92 1,21 0,74
dari Provinsi
Gas
Pengadaan
Air,
Pengelolaan Lebih cepat
E 0,94 1,04 1,02 1,00
Sampah, dari Provinsi
Limbah dan
Daur Ulang
25
Lebih lambat
F Konstruksi 1,46 0,82 0,89 0,89
dari Provinsi
Perdagangan
Besar dan
Eceran; Lebih lambat
G 1,03 1,06 0,94 0,99
Reparasi dari Provinsi
Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi
Lebih cepat
H dan 0,96 1,00 1,03 1,02
dari Provinsi
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi Lebih lambat
I 1,37 0,88 0,82 0,94
dan Makan dari Provinsi
Minum
Lebih cepat
L Real Estat 0,98 0,91 1,04 1,07
dari Provinsi
Administrasi
Lebih cepat
O Pemerintahan, 1,06 0,85 0,93 1,19
dari Provinsi
Pertahanan
26
dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Kesehatan dan Lebih cepat
Q 1,03 0,94 0,98 1,06
Kegiatan dari Provinsi
Sosial
27
yaitu (1) Pengadaan Listrik dan Gas, (2) Konstruksi, dan (3) Jasa
Perusahaan. Ketiganya apabila ditipologikan untuk analisis LQ dapat
dikategorikan sebagai lapangan usaha terbelakang Kabupaten Pesisir
Barat.
B. Analisis Shift Share
Analisis shift-share merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kinerja perekonomian daerah beserta pertumbuhan
atau pergeseran strukturnya. Berbeda dengan LQD yang hanya
membandingkan nilai PDRB ADHK di Kabupaten Pesisir Barat dengan
Provinsi Lampung, analisis shift-share cenderung lebih kompleks karena
mempertimbangkan tiga jenis komponen pertumbuhan perekonomian.
Komponen pertumbuhan tersebut meliputi Komponen
Pertumbuhan Nasional (KPN), Komponen Pertumbuhan Proporsional
(KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW). Akan
tetapi, dalam hal ini untuk konteks perhitungan perekonomian pada level
kabupaten nilai KPN konstan (yaitu pada kasus ini bernilai 0.23), sehingga
dapat diasumsikan tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan dan
menghasilkan nilai Pertumbuhan Ekonomi Bersih atau biasa disebut shift
share. Perhitungan shift-share dilakukan berdasarkan rumus berikut:
Keterangan:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
PEB : Pertumbuhan Ekonomi Bersih (shift-share)
𝑌𝑡 : PDRB Provinsi Lampung akhir tahun analisis
28
𝑌0 : PDRB Provinsi Lampung awal tahun analisis
𝑌𝑖𝑡 : PDRB Provinsi Lampung sektor i akhir tahun analisis
𝑌𝑖0 : PDRB Provinsi Lampung sektor i awal tahun analisis
𝑦𝑖𝑡 ` : PDRB Kabupaten Pesisir Barat sektor i akhir tahun analisis
𝑦𝑖0 : PDRB Kabupaten Pesisir Barat sektor i awal tahun analisis
Kriteria :
● KPP < 0 artinya lapangan usaha di Kabupaten Pesisir Barat
memiliki pertumbuhan lambat.
● KPPW ≥ 0 artinya lapangan usaha i di Kabupaten Pesisir Barat
mempunyai daya saing yang tinggi dibandingkan dengan lapangan
usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Lampung.
● KPPW < 0 artinya lapangan usaha i di Kabupaten Pesisir Barat
mempunyai daya saing yang rendah dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Lampung.
● Shift-share ≥ 0 artinya lapangan usaha memiliki pertumbuhan atau
mengalami pergeseran progresif.
● Shift-share < 0 artinya lapangan usaha merupakan sektor yang
mengalami kemunduran dan lambat laun tertinggal.
Berdasarkan rumus dan dasar interpretasi tersebut, diperoleh hasil sebagai
berikut:
29
Tabel 8 Hasil Perhitungan Shift-Share Kabupaten Pesisir Timur Tahun 2018-2022
Lapangan Dasar Perhitungan KPP KKPW Shift Share
Kategori
Usaha/Industry Yit/Yio Yt/Yo yit/yio Hasil Kesimpulan Hasil Kesimpulan Hasil Kesimpulan
Pertanian, Pergeseran
Pertumbuhan Daya Saing
A Kehutanan, dan 1,036 0,973 -0,073 -0,063 -0,136 Tidak
Lambat Rendah
Perikanan Progresif
Pertambangan Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
B 0,900 1,060 0,900 0,159 1,060
dan Penggalian Cepat Tinggi Progresif
Industri Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
C 1,077 0,887 1,077 -0,191 0,887
Pengolahan Cepat Rendah Progresif
Pengadaan Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
D 1,076 1,498 1,076 0,422 1,498
Listrik dan Gas Cepat Tinggi Progresif
Pengadaan Air, 1,11
Pengelolaan
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
E Sampah, 1,227 1,156 1,227 -0,071 1,156
Cepat Rendah Progresif
Limbah dan
Daur Ulang
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
F Konstruksi 1,153 1,473 1,153 0,320 1,473
Cepat Tinggi Progresif
Perdagangan
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
G Besar dan 1,250 1,301 1,250 0,051 1,301
Cepat Tinggi Progresif
Eceran;
30
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor
Transportasi dan Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
H 1,255 1,305 1,255 0,049 1,305
Pergudangan Cepat Tinggi Progresif
Penyediaan
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
I Akomodasi dan 1,149 1,354 1,149 0,205 1,354
Cepat Tinggi Progresif
Makan Minum
Informasi dan Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
J 1,245 1,280 1,245 0,036 1,280
Komunikasi Cepat Tinggi Progresif
Jasa Keuangan Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
K 1,050 1,036 1,050 -0,013 1,036
dan Asuransi Cepat Rendah Progresif
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
L Real Estat 1,090 1,128 1,090 0,038 1,128
Cepat Tinggi Progresif
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
M,N Jasa Perusahaan 1,217 1,124 1,217 -0,092 1,124
Cepat Rendah Progresif
Administrasi
Pemerintahan,
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
O Pertahanan dan 1,127 1,214 1,127 0,087 1,214
Cepat Tinggi Progresif
Jaminan Sosial
Wajib
31
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
P Jasa Pendidikan 1,171 1,234 1,171 0,063 1,234
Cepat Tinggi Progresif
Jasa Kesehatan
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
Q dan Kegiatan 1,230 1,270 1,230 0,040 1,270
Cepat Tinggi Progresif
Sosial
Pertumbuhan Daya Saing Pergeseran
R,S,T,U Jasa lainnya 1,266 1,274 1,266 0,008 1,274
Cepat Tinggi Progresif
Sumber: Hasil analisis penulis, 2023
32
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 16
lapangan usaha yang memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama
dengan nol, artinya lapangan-lapangan usaha tersebut bersifat progresif
atau bergerak maju. Pada dasarnya, semakin besar nilai KPP atau
pertumbuhan proporsional lapangan usaha, serta semakin besar nilai
KPPW atau pertumbuhan pangsa wilayah yang menunjukkan adanya daya
saing, maka semakin besar pula kemungkinan nilai shift-share menjadi
positif, sebab shift-share merupakan hasil penjumlahan keduanya.
Dengan begitu dapat diartikan pula bahwa 16 lapangan usaha yang
memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama dengan nol dimungkinkan
merupakan lapangan usaha yang paling memiliki pertumbuhan dengan
kecenderungan lebih cepat serta berdaya saing lebih besar. Atau
setidaknya, apabila pertumbuhannya lambat maka daya saingnya sangat
unggul sehingga dapat mendorong hasil keduanya, dan sebaliknya.
Rincian 16 lapangan usaha tersebut, yaitu:
● Pertambangan dan Penggalian
● Industri Pengolahan
● Pengadaan Listrik dan Gas
● Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
● Konstruksi
● Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
● Transportasi dan Pergudangan
● Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
● Informasi dan Komunikasi
● Jasa Keuangan dan Asuransi
● Real Estate
● Jasa Perusahaan
● Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
● Jasa Pendidikan
● Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
● Jasa Lainnya
33
C. Analisis Sektor Unggulan
Penetapan sektor unggulan dilakukan berdasarkan analisis-analisis
yang telah dilakukan sebelumnya dengan metode Tipologi Klassen.
Melalui metode tersebut dilakukan penginteraksian kesimpulankesimpulan
dari analsisi LQS, LQD, dan shift-share, kemudian dikategorisasikan
menjadi empat, yaitu lapangan usaha unggulan, potensial, berkembang
dan terbelakang dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 9 Kriteria Tipologi Klassen Sektor Unggulan Kabupaten Pesisir Barat
No. Tipologi Klassen LQS LQD Shift Share
1 Unggulan >1 >1 >0
2 Potensial >1 >1 <0
3 Berkembang >1 <1 <0/>0
<1 >1 <0/>0
4 Terbelakang <1 <1 >0
<1 <1 <0
Sumber: Hasil olahan data, 2023
Berdasarkan standar tersebut maka diperoleh hasil Tipologi Klassen
sebagai berikut:
Tabel 10 Kuadran Sektor Unggulan Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2022
Kuadran II – Lapangan Usaha Potensial Kuadran I – Lapangan Usaha Unggulan
● Pertambangan dan Penggalian
● Real Estat
● Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
● Jasa Pendidikan
● Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
Kuadran III – Lapangan Usaha Kuadran IV – Lapangan Usaha
Berkembang Terbelakang
34
● Pertanian, Kehutanan, dan ● Pengadaan Listrik dan Gas
Perikanan ● Konstruksi
● Industri Pengolahan ● Jasa Perusahaan
● Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
● Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
● Transportasi dan Pergudangan
● Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
● Informasi dan Komunikasi
● Jasa Keuangan dan Asuransi
● Jasa lainnya
Sumber : Hasil Analisis, 2023
Berdasarkan kuadran tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Pesisir
Barat memiliki 5 lapangan usaha unggulan yang menjadi sektor basis
dengan laju pertumbuhan lebih cepat dari provinsi dan memiliki
perkembangan yang progresif, yaitu lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian, Real Estate, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial.
Sementara itu, untuk tidak ada lapangan usaha yang masuk ke
dalam kuadran II yang berarti tidak ada Lapangan Usaha Potensial.
Kemudian di kuadran III terdapat 9 lapangan usaha yang masuk di
dalamnya dan menjadi lapangan usaha berkembang di Kota Surabaya.
Sedangkan untuk lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi,
dan Jasa Perusahaan termasuk ke dalam kuadran IV dan menjadi sektor
terbelakang di Kota Surabaya.
35
BAB V
KONSEP PENGEMBANGAN
36
Praktik agroforestri menggabungkan pertanian dengan keberadaan pohon atau vegetasi
hutan. Ini bisa mencakup sistem tanaman campuran, pohon peneduh, atau tanaman keras
(seperti buah-buahan atau pohon kayu keras) yang dapat menyokong pertanian. Pemanfaatan
alam akan menjadi strategi penting untuk membantu menciptakan kompetitif dengan
kabupaten kabupaten lainya guna mendongkrak pergeserannya menjadi positif. Masyarakat
disana juga harus diberikan suatu program pemberdayaan masyarakat dan sosialisasi terkait
potensi potensi untuk mengembangkan alam dari daerah tersebut sehingga dapat optimal.
37
Masyarakat sekitar yang menjadi pengelola dan pemerintahan dinas pariwisata harus adanya
kolaborasi untuk membuat diversifikasi wisata itu. Para masyarakat harus mencoba menggali
budaya mereka dan menerapkan terhadap pelayanan wisata disana dengan juga bantuan
pendanaan maupun pemberdayaan oleh kontroling dari dinas pariwisata.
38
BAB VI
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dalam suatu pengembangan ekonomi wilayah seperti pada Kabupaten Pesisir Barat,
dibutuhkan suatu menggali potensi ekonomi seperti sektor pariwisata, pertanian, dan
pelayanan publik sesuai dengan adanya kebijakan pembangunan, spasial, dan sektoral.
Meskipun adanya suatu pandemi, potensi ekonomi harus menunjukkan pertumbuhan
kembali. Dalam pengembannya tersebut harus ditunjukkan dukungan oleh strategi
agrowisata dan minapolitan. Analisis sektor unggulan dan keterbelakangan melalui LQ statis
maupun dinamis serta Shift Share bahkan tipologi klaasen menjadi landasan guna
merumuskan strategi pengembangan ekonomi wilayah sesuai dengan kebijakan yang ada.
Dengan adanya tersebut terjadi halnya kesimpulan seperti berikut ;
1. Berdasarkan hasil analisis LQ didapatkan dengan hasil memiliki 9 lapangan usaha basis
dan 8 lapangan usaha non-basis. Secara LQ dinamis dengan perkembangan lapangan
usaha, mempunyai 10 lapangan usaha dengan kelajuan pertumbuhan lebih cepat daripada
provinsi dan 7 lapangan usaha lebih lambat daripada provinsi.
2. Berdasarkan hasil analisis shift share, Kabupaten Pesisir Barat memiliki 16 lapangan
usaha yang mengindikasikan menjadi sebuah sektor bersifat progresif dan bergerak maju.
Hanya sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki hasil negatif dan
dikatakan bersifat stagnan atau tidak pergeseran tidak progresif.
3. Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, terdapatnya beberapa 3 kuadran yang terjadi
pada Kabupaten Pesisir Barat yaitu lapangan usaha unggulan, berkembang, dan
terbelakang. Pada lapangan usaha unggulan terjadinya pada sektor Pertambangan dan
Penggalian, Real Estat, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib, Jasa Pendidikan, dan jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor berkembang ada
9 sektor berkembang antara lain Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Industri
Pengolahan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan
39
dan Asuransi, dan Jasa lainnya. Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, dan Jasa
Perusahaan menjadi sektor yang masih terbelakang pada lapangan usaha.
Dengan ini diharapkan pada sektor sektor yang dibutuhkan pada kebijakan harus
lebih dioptimalkan karena sektor tersebut menjadi suatu strategis wilayah Kabupaten
Pesisir Barat terutama semacam pertanian, pariwisata, dan pelayanan publik.
Diharapkannya lapangan usaha berikut bisa mengakomodasi ekonomi wilayah dan
penyeimbang untuk mengakomodasi lapangan usaha yang terbelakang.
40
DAFTAR PUSTAKA
Sukanto. (2009). Analisis Daya Saing Ekonomi Antar Daerah Di Provinsi Sumatera Selatan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 7(2), 86-102.
Syamsudin., Cahya, Bayu Tri., Dewi, Syahrina Nurmala. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Manajemen
Sumber Daya. Vol. 17, No. 1, Juni 2015, halaman 15-27. ISSN 1411-3422
Febriaty, Hastina. 2018. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera
Utara. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan 2018. Tema: “Strategi
Membangun Penelitian Terapan yang Bersinergi dengan Dunia Industri, Pertanian dan
Pendidikan dalam Meningkatkan Daya Saing Global”
Irawati, dkk. 2012. Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian
Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di
Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional:
Bandung
Ridwan dkk. 2016. Analisis Daya Saing Daerah Di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas
Janabadra, Yogyakarta.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2005 – 2025.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. 2021. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJPD) Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2021 – 2026.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. 2017. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2017 – 2037.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. 2023. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD)
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2023.
41