You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Menurut SNI 15-2094-1991, batu bata adalah salah satu item penyusun pada
suatu konstruksi bangunan yang dibuat dari tanah liat dengan cara dibakar
dengan suhu yang cukup tinggi dengan tujuan supaya batu bata memiliki
kemampuan mempertahankan kekuatannya saat direndam dalam air dan
proses pembuatan batu bata juga bisa dilakukan dengan mencampurkan
material-material lainnya. Menurut SNI 15-2094-2000, bata merah
merupakan unsur bangunan yang berfungsi sebagai elemen struktural
berbentuk balok , kuat, memiliki lubang dibagian tengah dengan volume
sebesar 15% difungsikan sebagai sekat pada sebuah bangunan, diproduksi
dengan bahan dasar tanah liat, dan dibakar dengan suhu tertentu serta proses
produksinya juga bisa dicampur dengan material-material lainnya sebagai
pengikat dinamis. Batu bata merupakan unsur penyusun konstruksi
bangunan yang relatif paling sering dipakai di Indonesia. Daya serap air
menjadi kelebihan batu bata yang saat ini dipakai, yaitu memiliki daya serap
dibawah 20% dengan melakukan pembakaran yang cukup lama juga
memiliki harga yang relatif lebih murah. Kekurangan dari batu bata
produksi saat ini dibuat tanpa perhitungan struktur yang benar. Dari 10
tempat penelitian pembuatan batu bata merah dari berbagai daerah di
wilayah DIY, penilaian sifat mekanik diperoleh hasil yang fluktuatif namun
ditinjau dari perspektif kualitas, kuat tekan tidak memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan [1].

Dengan memanfaatkan limbah batu bara akan memiliki nilai tersendiri dan
pemberdayaan limbah industri yang dapat digunakan sebagai pengganti
agregat berbahan dasar tanah liat produksi material batu bata.
Perkembangan penelitian saat ini, banyak yang memanfaatkan bahan
material dalam pencampuran pembuatan batu bata untuk memberdayakan
bahan material yang tidak terpakai dan menambah mutu batu bata yang ada.

1
Penelitian yang relevan saat ini seperti analisis serbuk gergaji sebagai bahan
tambahan pada produksi batu bata yang ditinjau dari segi kualitas dan berat
batu bata yang divariasi. Dari penelitian variasi berat batu bata dengan rasio
20:70:90 dan 40:70:90 menjelaskan bahwa variasi berat batu bata memiliki
korelasi dengan daya serap air oleh batu bata. Batu bata yang memiliki daya
serap air lebih besar dari 20% diklasifikasikan tidak memenuhi standar
acuan yang ditetapkan pada SNI 15-2094-2000, namun kebanyakan dari
campuran batu bata mengandung zat garam (NaCl) lebih kecil dari 50%.
Pembakaran zat tambahan dengan serbuk gergaji lebih efektif 0,42 kali
dibandingkan tanpa zat tambahan [2].

Andoyo (2006) melaporkan bahwa perluasan fly ash ke beton portland dan
pengencang pada kapur menjadikan mortar memiliki kandungan yang lebih
kedap air karena nilai asimilasi pada mortar dengan fly ash 0% adalah 12,
912%, campuran rate 10% resapan air sebesar 12,119%, campuran rate
20% resapan air sebesar 11,868%, campuran rate 30% resapan air sebesar
9,31%, dan campuran rate 40% resapan air sebesar 10,886% [3]. Munir
melaporkan bahwa dengan penambahan fly ash sebanyak 5% dan 19% dapat
meningkatkan kuat tekan pada batako sebesar 5,6% dibandingkan dengan
tanpa adanya penambahan fly ash. Penambahan sampai 10% dapat
meningkatkan kualitas produksi batako yang awalnya berada pada tingkatan
mutu II mengalami proses eskalasi sehingga terklasifikasi pada kualitas
mutu I. Campuran fly ash hingga 25% masih memberikan jenis produk
batako mutu II. Zhong jian Sun, dkk. melaporkan bahwa setelah dilakukan
variasi terhadap bahan dasar keadaan optimum terjadi pada campuran fly
ash sebesar 41%, semen sebesar 25%, lime sebesar 15%, shell ash sebesar
15%, gypsum sebesar 4%, SBR sebesar 3%, dan fiber sebesar 0,10%
memiliki daya tekan 26 MPa [4].

Perlit adalah bongkahan batuan yang dihasilkan melalui batuan vulkanik.


Perlit merupakan bahan anorganik yang memiliki insulasi termal yang
sangat baik pada rentang suhu yang sangat luas dari cryogenics yakni pada
minus 2730C hingga diatas 1000 0C. Limbah perlit dari industri selama ini
dibuang seperti limbah perlit yang dihasilkan dari industri pupuk, dimana
fungsi dari material perlit di industri pupuk digunakan untuk bahan isolasi

2
tanki amoniak maka setiap perioda tertentu perlit tersebut harus diganti.
Penggunaan perlit telah diaplikasikan pada konstruksi pelat beton, sebagai
konstruksi, dan sebagai bahan osilasi pada tanki amoniak. Perlit digunakan
dalam industri konstruksi untuk pemasangan bata dan jenis bangunan
lainnya, salah satu penggunaannya pada campuran bata beton karena perlit
memiliki kandungan silika yang tinggi. Dalam serangkaian eksperimen,
campuran perlit dicampurkan pada campuran beton untuk mereduksi berat
dari beton tersebut. Hasil dari eksperimen tersebut nilai kuat tekan optimal
tercapai dengan penambahan perlit sebesar 12%. Adapun penambahan di
atas 12% tidak lagi memberikan kenaikan kuat tekan karena kandungan
silika dalam perlit tidak mampu diikat oleh kalsium hidroksida.

Pembuatan batu bata dengan bahan dasar fly ash dengan campuran material
lain bisa diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas batu bata saat ini.
Oleh sebab itu, hal ini menarik minat peneliti untuk melakukan pengujian
batu bata dengan campuran material perlit dalam bahan dasar yang
digunakan. Kualitas batu bata akan diuji meliputi daya tekan batu bata,
kemampuan batu bata dalam proses penyerapan air, dan porositasnya.

1.2.Rumusan Masalah
Fly ash dengan campuran material perlit sebagai bahan dasar pembuatan
batu bata menjadi suatu keterbaruan dalam mengembangkan jenis batu bata
ringan dengan ukuran bulir fly ash dan variasi konsentrasi dari material
perlit sebagai fokus utama penelitian. Karakterisasi dari batu bata meliputi
daya tekan batu bata, kemampuan batu bata dalam proses penyerapan air
dan porositasnya.

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Memanfaatkan limbah batu bara dan limbah perlit dalam pembuatan


batu bata.
2) Mengetahui kualitas morfologi batu bata fly ash dengan pencampuran
material perlit.

3
3) Mengetahui daya tekan, kemampuan batu bata dalam proses
penyerapan air dan porositas batu bata fly ash dengan pencampuran
material perlit.

1.4.Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini dibagi dalam hal sebagai berikut:

1. Studi literatur
Studi literatur merupakan beberapa acuan refrensi baik melalui buku
ataupun jurnal yang berisi tentang materi batu bata sebagai bahan nilai
standar sesuai parameter yang dibutuhkan.
2. Perancangan penelitian
Perancangan penelitian dilakukan sesuai diagram alir penelitian,
penentuan alat dan bahan serta variasi yang dilakukan dalam pengujian
dan eksperimen.
3. Eksperimen dan Pengujian
Parameter-parameter yang diterapkan pada penelitian ini telah
ditentukan oleh standar referensi sebagai acuan untuk melakukan
eksperimen dan pengujian.
4. Analisis dan Kesimpulan
Setelah melakukan tahap pengumpulan data yang diperoleh dari tahap
eksperimen dan pengujian, data tersebut dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan
dan untuk mencapai tujuan penelitian.
5. Penyusunan Laporan
Laporan penelitian ini disusun dan dijabarkan secara komprehensif
dalam bentuk laporan.

You might also like