You are on page 1of 10

RANGKUMAN MATERI AGENDA I

(Sikap Perilaku Bela Negara)

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI BELA NEGARA

Pergerakan kebangsaan Indonesia adalah serangkaian gerakan politik, sosial, dan budaya yang
bertujuan untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan kolonial Belanda. Dimulai pada awal
abad ke-20, pergerakan ini melibatkan organisasi politik, sosial, dan agama serta perlawanan
bersenjata terhadap penjajah. Pergerakan ini mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945,
ketika Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meskipun
kemerdekaan secara resmi diakui pada tahun 1949 setelah Perang Kemerdekaan melawan
Belanda, pergerakan kebangsaan terus berperan dalam membangun dan memperkuat negara
Indonesia yang merdeka

Mengingat akan perjuangan pendahulu dan pengorbanan para pahlawan bangsa, sudah
sewajarnyalah kita sebagai generasi masa kini untuk memiliki pengetahuan tentang wawasan
kebangsaan. Dengan wawasan kebangsaan kita memiliki pemahaman tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta
menghormati keberagaman dalam sebuah negara. Hal ini penting untuk memperkokoh jati diri
bangsa, membangun rasa solidaritas, dan menciptakan kesejahteraan bersama dalam kerangka
negara yang adil dan demokratis. Selain itu berpegang teguh pada 4 konsensus dasar berbangsa
dan bernegara merupakan landasan penting yang akan memperkuat jati diri bangsa Indonesia,
mengikat seluruh warga negara, serta menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dilandasi oleh semangat
untuk membela negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat
senjata, tetapi sesuai dengan kemampuan yang masing-masing. Nilai bela negara mencakup
kesadaran, kepedulian, dan partisipasi aktif dalam berbagai bidang, seperti pertahanan,
keamanan, ekonomi, sosial, dan budaya. Nilai bela negara mengajarkan pentingnya loyalitas
terhadap negara, semangat patriotisme, kewajiban mematuhi hukum, serta menghargai
keberagaman dan persatuan bangsa. Dengan menerapkan nilai bela negara, diharapkan setiap
warga negara dapat berperan aktif dalam menjaga dan memajukan negara demi kepentingan
bersama.
Berdasarkan pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, “Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa organisasi Pemerintahan
NegaraRepublik Indonesia besifat unitaris, walaupun dalam penyelenggaraan pemerintahan
kemudian terdesentralisasi. Sistem administrasi negara Republik Indonesia didasarkan pada
prinsip-prinsip demokrasi dan negara hukum. Terdiri dari tiga cabang utama: eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan, dipilih secara
langsung oleh rakyat. DPR dan DPD sebagai lembaga legislatif, bertugas membuat undang-
undang dan mengawasi pemerintahan. Sementara itu, Mahkamah Agung sebagai lembaga
yudikatif menegakkan hukum. Pemerintahan daerah juga memiliki kewenangan di tingkat
provinsi, kabupaten, dan kota, sesuai prinsip otonomi daerah. Sistem ini didasarkan pada
Pancasila sebagai dasar negara, dengan menghormati keberagaman budaya dan agama.

ANALSIS ISU KONTEMPORER

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal
yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan
memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai
membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal
(modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan,
dan produktivitas kerja. Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan
complicated saat ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk
meningatkan daya saing sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu
disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu
yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar
bangsa. Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu
strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak
pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk
Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan
cara-cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh
karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa
yang matang.

KESIAPSIAGAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga,
merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatu kesadaran bela negara. Dikatakan bahwa
kesadaran bela negara itu pada hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.

Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang
teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara
tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang
mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia.

Kegiatan kesiapsiagaan bela negara diantaranya:

a. Baris Berbaris dan Tata Upacara


b. Keprotokolan
c. Kewaspadaan Diri
d. Membangun Tim
e. Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
RANGKUMAN MATERI AGENDA II

(Nilai-nilai Dasar PNS)

BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun
penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
untuk kegiatan pelayanan publik.

Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Selain tugas dan
fungsi yang melekat pada pegawai ASN, pegawai ASN juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional. Peran tersebut dilaksanakan melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Sehingga ASN tentu akan terlibat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut,
yang membutuhkan kesadaran bersama untuk meningkatkan peran pegawai ASN khususnya
dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik melalui perbaikan birokrasi di
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat secara umum.

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena
tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting
untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

AKUNTABEL

Terkait masalah pelayanan di Indonesia, sering kita dengar peribahasa, sebuah sarkasme, ‘kalau
bisa dipersulit, buat apa dipermudah’. Terminologi ‘oknum’ sering dijadikan kambing hitam
dalam buruknya layanan publik, namun, definisi ‘oknum’ itu seharunya hanya dilakukan oleh
segelintir personil saja, bila dilakukan oleh semua, berarti ada yang salah dengan layanan
publik di negeri ini. Tugas berat kita sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut
berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa
jadi, secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun secara pola pikir dan mental,
harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat. Sebagai seorang ASN
aturan dan kode etik tertulis memang penting, namun, komitment kita secara pribadi juga
menjadi hal yang tidak kalah penting. Terlebih, bila kita menyadari bahwa semua gaji dan
fasilitas yang kita gunakan berasal dari Pajak yang dibayarkan Masyarakat negeri ini yang
menuntut dilayani dengan layanan yang terbaik.

Akuntabilitas dan Integritas merupakan dua aspek yang sangat mendasar yang harus dimiliki
dari seorang pelayan publik. Selain itu setiap ASN juga wajib memahami etika pelayanan
publik. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.

KOMPETEN

Dunia VUCA yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi
(complexity) serta ambiguitas (ambiguity). Sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus
2021 telah ditetapkan ASN branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar
operasional BerAkhlak meliputi: Berorietnasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif dan Kolaboratif. Selain itu, adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan
setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri.
Sistem merit penting dalam pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN) karena memastikan
bahwa rekrutmen, promosi, dan penghargaan didasarkan pada kinerja, kompetensi, dan prestasi
yang objektif. Hal ini membantu memastikan bahwa ASN yang menempati posisi tertentu
memiliki kemampuan dan kualifikasi yang sesuai, sehingga meningkatkan efisiensi,
profesionalisme, dan akuntabilitas dalam pelayanan publik. Dengan sistem merit, keadilan dan
transparansi dipromosikan, yang pada gilirannya memperkuat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan.

Salah satu tantangan yag dihadapi, diantaranya, terkait dengan profil pendidikan ASN relatif
masih rendah. Pembelajaran dari model Singapura, menggambarkan kesiapan birokrasi
pemerintahan Singapura, dalam merespon dinamika lingkungan strategis dan kebutuhan
keahlian ke depan. termasuk sejalan (link and match) dengan prioritas pembangunan
pemerintahannya. Antara lain beberapa cirinya, membangun sistem budaya belajar sepanjang
hayat (lifelong learning) dan responsif dengan tantangan lingkungan strategisnya (meet
enhancing challenges). Dengan demikian isu pengembangan kompetensi menjadi bagian
penting dalam merespon tantangan lingkungan strategis, kebijakan pembangunan nasional,
termasuk di dalamnya pembangunan aparatur.

HARMONIS

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga
sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahawa pada masa lalu bangsa kita adalah bangsa
yang besar. Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahwa pada masa lalu bangsa kita adalah
bangsa yang besar. Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah
dimiliki bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki
bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.

Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu aliran
modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno. Membangun budaya harmonis
tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang
positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi
disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan
dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

LOYAL

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Bagi seorang
Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-
cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas
merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang,
terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: taat pada
peraturan, bekerja dengan integritas, tanggung jawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja
sama, rasa memiliki yang tinggi, hubungan antar pribadi, kesukaan terhadap pekerjaan, dan
keberanian mengutarakan ketidaksetujuan.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga
nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan
negara. Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme,
dan pengabdian.

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan
ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang
didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan
sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya,
yaitu: 1. Cinta Tanah Air 2. Sadar Berbangsa dan Bernegara 3. Setia pada Pancasila sebagai
Ideologi Negara 4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara 5. Kemampuan Awal Bela
Negara.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas), ketenteraman,
keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin adalah turunnya harkat,
martabat, citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas
Unit Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara.

ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi merupakan kemampuan
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri)

Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam
menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi permasalahan
yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik adaptif
dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.

Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif, yang dapat terus berkembang dan survive
meski berada di lingkungan yang terus berubah perlu konsep dan strategi berikut: Landscape,
Learning, dan Leadership.

KOLABORATIF

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “
value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more
competitive by developing shared routines”.

Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu dijelaskan
yaitu collaborative governance. Collaborative governance dalam artian sempit merupakan
kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Pada
collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur
horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu,
Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka
dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan
berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

RANGKUMAN MATERI AGENDA III


( Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI)
SMART ASN

Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan (affordances) yang
dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini
publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013). Berdasarkan arahan Presiden pada poin
pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kominfo sendiri menjabarkan literasi
digital ke dalam 4 kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills),
budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics),
dan aman menggunakan media digital (digital safety).

Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat digital yang
dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat digital meliputi
aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital. Pemerintah digital
meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital. Sementara itu, ekonomi digital
meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan riset inovasi digital.

MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang
unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan

2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Pengelolaan Jabatan
Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi. Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian


dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN memperhatikan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

You might also like