You are on page 1of 3

Nama : Muhammad iqbal ramadhani

Kelas : XII.IPS.2

Jawablah pertanyaan berikut dengan menganalisis materi tentang tokoh pejuang daerah
Lampung!
1. Apakah sebelumnya kalian telah mengetahui ketiga pahlawan daerah Lampung tersebut? jika sudah
jelaskan dari manakah informasinya!
2. Berikan pendepat kalian, bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh ketiga tokoh tersebut!
3. Simpulkan berdasarkan materi yang ada, bagaimana perjuangan masing-masing tokoh tersebut
dalam mempertahankan kemerdekaan di daerah Lampung?
4. Berdasarkan jasa yang mereka lakukan untuk daerah Lampung, apa yang seharusnya dilakukan
sebagai bentuk penghargaan kepada mereka?

Jawab :

1. Saya belum pernah mengetahui ketiga pahlawan tersebut, karena saya bukanlah asli orang
lampung, tapi yang sering saya dengar dan cukup familiar itu adalah Radem intan dan saya
hanya tau bahwa beliau adalah pahlawan di bandar lampung.

2. Menurut saya Perjuangan yang di lakukan oleh ketiga tokoh tsb sangat lah hebat dan belum
tentu semua orang dapat memiliki keberanian seperti mereka, untuk membela dan
membebaskan penjajahan di tanah lampung ini

3. A. K.H Gholib
Perjuangan dakwah di Pringsewu diawali dengan tinggal di rumah M Anwar Sanprawiro di Pagelaran.
Selanjutnya, ia membeli tanah di Desa Fajarisuk, Kecamatan Pringsewu. Namun, keberadaannya diusik
oleh Belanda sehingga ia berpindah ke Desa Bambu Seribu yang sekarang dikenal dengan nama
Pringsewu. “Di Pringsewu, KH Ghalib mulai berdakwah dengan membangun masjid pada 1928 yang
merupakan masjid pertama di Pringsewu,” terang Wakil Rais Syuriyah PCNU Pringsewu ini yang
rumahnya hanya berjarak 100 meter dari Masjid KH Ghalib.Dengan adanya masjid ini, suasana religius
di daerah tersebut semakin terasa. Penduduk sekitar merasa senang karena dapat melakukan shalat
berjamaah dan mengaji pada setiap malam. Kiai Ghalib pun membangun pesantren di daerah tersebut
pada 1930 sehingga masyarakat menyebut daerah tersebut dengan nama Komplek Pesantren.

Dikutip dari buku Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung, KH Ghalib membangun pesantren
itu adalah bukan hanya untuk mencetak para santri yang pandai dalam bidang keagamaan. Para santri
juga diajarkan pendidikan formal berupa madrasah yang saat itu berjumlah lebih kurang 100 orang.
Madrasah ini menempati tiga lokal dengan bangunan yang sangat sederhana, beralantaikan tanah dan
berdinding gribik.Perkembangan pesantren ini kemudian diusik oleh kolonial Belanda karena dianggap
sebagai sebuah ancaman. Kegiatan KH Ghalib dan pesantrennya pun selalu diawasi oleh pasukan
Belanda sampai masa penjajahan Jepang di Indonesia. Jepang pun pernah menangkap dan menahan
Kiai Ghalib selama 15 hari meski akhirnya dibebaskan.

Perjuangan KH Ghalib dalam mengangkat senjata terjadi pada masa agresi militer Belanda kedua yaitu
saat KH Gholib terlibat langsung dalam pertempuran melawan Belanda di daerah Gedongtataan.
Dengan memimpin laskar Hisbullah, ia bersama tentara Indonesia berhasil merebut kembali
Karesidenan Gedongtataan dari tangan Belanda.Kiai Ghalib wafat pada malam Kamis Legi, 6
November 1949, bertepatan dengan 16 Syawal 1968 H. Berkat jasa-jasanya, pada tahun 1992 KH
Gholib mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Lampung sebagai Pahlawan Lampung.

B. Gele harun nasution


ada 5 Januari 1949, Gele Harun diangkat sebagai acting Residen Lampung (kepala pemerintahan
darurat) menggantikan Residen Rukadi. Baru sebentar bertugas, pada 18 Januari 1949, Gele Harun
terpaksa memindahkan keresidenan dari Pringsewu ke Talangpadang. Hal ini dilakukan karena Belanda
telah memasuki kawasan Pringsewu. Serangan Belanda yang begitu bertubi-tubi, membuat Gele Harun
kembali memindahkan pemerintahan darurat ke pegunungan Bukit Barisan di Desa Pulau Panggung,
dan terakhir hingga ke Sumber Jaya, Lampung Barat.[2]

Saat berjuang di Waytenong, kondisi makanan dan obat-obatan yang sulit didapatkan, menyebabkan
seorang putrinya, Herlinawati, yang berusia delapan bulan meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan di
sebuah desa di tengah hutan kawasan itu juga. Gele Harun dan pasukannya keluar dari hutan
Waytenong setelah gencatan senjata antara Indonesia-Belanda pada 15 Agustus 1949. Gele Harun dan
pasukannya baru kembali ke Tanjungkarang setelah penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1947.[2]

C. K.H Ahmad hanifa


Dia juga sosok komandan laskar yang rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri serta selalu berjuang
tanpa pamrih. Selain itu, dia diakui juga sebagai tokoh agama, ulama, pejuang, politisi dan komandan
perang yang dikenal sebagai laskar bergolok karena mereka selalu bersenjatakan golok ciomas saat
bertempur. KH Ahmad Hanafiah juga memiliki sejumlah pengalaman, di antaranya pada masa
penjajahan Jepang menjadi anggota `chuo sangi kai` Karesidenan Lampung pada 1943. Dia juga
menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Kewedanaan Sukadana pada 1945-1946. Ia pun menjadi
Ketua Partai Masyumi dan Pimpinan Hizbullah Kewedanaan Sukadana. Lalu, menjadi anggota DPR
Karesidenan Lampung tahun 1946 sampai 1947, dan Wakil
Kepala merangkap Kepala Bagian Islam pada Kantor Jawatan Agama Karesidenan Lampung sejak awal
1947. Puncaknya beliau gugur di medan perang dalam upaya merebut kemerdekaan RI dari agresor
Belanda menjelang malam 17 Agustus 1947 di Front Kemerung, Baturaja, Sumatera Selatan. Guna
mengenang jasa-jasanya, Pemkab Lampung Timur telah membangun monumen patung KH Ahmad
Hanafiah. "Sebagai penghargaan atas jasa-jasa KH Ahmad Hanafiah, Pemkab Lampung Timur telah
membangun monumen patungnya beliau sebagai pejuang sekaligus tokoh dan ulama dari daerah ini,"
ujar Budi Yul Hartono, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung
Timur. Monumen patung itu dibangun pada 2015 dan berdiri di ruas jalan utama Sukadana, sehingga
dapat disaksikan oleh setiap orang yang melewati jalan utama kabupaten ini.
4.

o Mempelajari sejarah perjuangan pahlawan.


o Menghormati upacara bendera sebagai wujud rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
o Menghormati simbol-simbol negara.
o Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.
o Mengharumkan nama bangsa dan negara Indoensia.
o Menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar.

You might also like