You are on page 1of 2

A.

Biografi Dan Latar Intelektual Imam Malik


Nama lengkapnya adalah al-Imam Abu Abdillah Malik bin Anas bin
Malik bin Abi ‘Amir bin Umar bin al-Ḥadith bin Ghaylan bin Hasyd bin Umar
bin al-Harith al-Ashbahi al-Himyari. Ia lahir di Madinah tahun 93 H./712 M,
berasal dari keturunan bangsa Arab dari desa Dzu Ashbah, sebuah desa di
pinggiran kota Himyar (daerah Yaman), dan beliau wafat pada tahun 179 H.1
Perlu dijelaskan bahwa, nama Anas bin Malik (ayah Imam Malik) itu
bukannya Anas bin Malik yang pernah menjadi sahabat dan pelayan Nabi kita
Muhammad saw. yang terkenal itu; karena Anas bin Malik ini (sahabat Nabi)
adalah bin Nadar bin Damdan bin Zaid al-Ansari al-Khazraji. Adapun Anas bin
Malik (ayah bagi Imam Malik) itu adalah bin Abi Amir bin Amr bin al-Haris| bin
Sa‘ad bin Auf bin Adi bin Malik bin Yazid. Ia (Anas) termasuk seorang tabi’in
(seorang Muslim yang hidup setelah sahabat Nabi), dan termasuk daripada
sahabat Nabi ialah Abu Amir (ayah bagi kakek beliau).2
Imam Malik merupakan Imam kedua dari keempat Imam fiqih yang
terkenal dalam Islam. Di antara keempat Imam fiqih ini dia paling terkenal.
Karena, kota Madinah al-Munawwarah tempat dimana beliau tinggal menjadi
faktor paling dominan dalam mempromosikan dirinya dan mazhabnya. 3
Imam Malik termasuk ulama dua zaman, ia lahir pada zaman Bani
Umayyah, tepatnya pada zaman pemerintahan al-Walid ‘Abdul Malik dan
meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman Harun al-Rasyid. Ia
sempat merasakan masa pemerintahan Umayyah selama 40 tahun, dan masa
pemerintahan Bani Abbas selama 46 tahun.4

1
Umi Sumbulah, Study Sembilan Kitab Hadis Sunni, (Malang, Uin Malang, 2013) hlm. 141.
2
Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang,
1994), hlm. 84.
3
M. Hasan al-Jamal, Hayah al-A’immah, diterjemahkan oleh M. Khaled Muslim dengan judul
Biografi 10 Imam Besar (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), hlm. 31.
4
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 79.
Semasa hidupnya, Imam Malik dapat mengalami dua corak pemerintahan,
Umayyah dan Abbasiyah di mana terjadi perselisihan hebat di antara dua
pemerintahan tersebut. Di masa itu pengaruh ilmu pengetahuan Arab, Persi, dan
Hindi (India) tumbuh dengan subur di kalangan masyarakat di saat itu. Ia dapat
juga melihat perselisihan antara pro-Abbasiyah dan pro-‘Alawiyyin dan juga
orang Khawarij, juga perselisihan antara golongan Syi‘ah dan golongan Ahlus-
Sunnah dan orang Khawarij.5
Imam Malik merupakan orang yang maju dalam masalah ilmu karena ia
sudah mulai menuntut ilmu dari sejak kecil ditambah dengan kemampuan
intelektualnya yang luar biasa, ia memiliki daya hafalan yang sangat kuat,
memiliki kecakapan akademik, cerdas daya pikirannya, tepat pandangannya,
analitis dan teliti dalam menggali hukum dari al-Qur’an dan Hadis, interpretasi
fiqihnya indah, relefantif dalam mengkorelasikan dalil-dalil nash terhadap tujuan-
tujuan syara’ dengan tetap menjaga kemaslahatan umum dan menghindari
timbulnya fitnah dan kerusakan. Dia seorang yang cerdik dalam memerinci dan
menginterpretasikan hukum yang dikeluarkan dari dalil-dalil pokok dan kulli,
yang ditunjukkan oleh dalildalil tersebut, berdasarkan illat-illat yang dinukil, atau
yang bisa diterima, yang akurasi kevaliditasannya benar-benar tak terbantah6

5
Ahmad al-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Imam Empat Mazhab terj. Sabil Huda ( Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 71-138.
6
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Cet. II; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 251.

You might also like