You are on page 1of 94

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KINOVARO


KABUPATEN SIGI TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh :

Nurhasana H.B.Jafar

PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2023
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KINOVARO KABUPATEN SIGI TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh :

Nurhasana H.B.Jafar

(19 777 011)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

2023

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian stunting Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puksesmas Kinovaro Kabupaten Sigi Tahun 2022
Nama : Nurhasana H.B.Jafar
Nomor Stambuk : 19777011

Skripsi ini

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

dr. Mayalisa Diantamaela, M.Sc dr. Maria Rosa Da Lima R, M.Biomed


Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Diketahui Oleh :

dr. H.A. Mukramin Amran, Sp.Rad dr. Nur Meity, M.Med.Ed


Dekan Ketua Program Studi

Tanggal Ujian :

3
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan dibawah ini


Nama : Nurhasana H.B.Jafar
Nomor Stambuk : 19 777 011
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas kinovaro kabupaten sigi tahun 2022”
ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Palu, Mei 2023
Yang Menyatakan

Nurhasana H.B.Jafar

4
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmutallahi Wabaraktuh. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta para sahabat dan keluarga yang telah memberikan tauladan dalam menjalani kehidupan
di dunia dan akhirat.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran Universitas
Alkhairaat Palu. Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Orang tua saya yang sangat saya sayangi dan saya banggakan, papa saya Hadi Baharudin
Hi.Jafar yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan bantuan yang begitu
berharga serta kasih sayang yang tulus dan ikhlas. Mama saya Idawati Laani yang telah
melahirkan dan membesarkan saya dengan sepenuh hati dan kasih sayang, yang selalu
mendukung dan memberikan semangat yang sangat tulus dan ikhlas untuk saya segera
menyelesaikan perkuliahan ini.
2. Dr. Mayalisa Diantamaela, M.Sc sebagai pembimbing I, dan dr. Maria Rosa Da Lima
Rupa, M.Biomed sebagai Pembimbing II, yang telah dengan tulus membimbing saya
mulai dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Drg. Hj. Lutfiah Sahabuddin, M.KM sebagai pembimbing akademik saya yang dari awal
masuk kuliah selalu membimbing dan memberi perhatian kepada saya hingga saya lulus.
4. Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas Kinovaro yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian.
5. Dekan Fakultas Kedokteran dr. H.A. Mukramin Amran, Sp. Rad, Dr. dr. Ilham Jaya
Patellongi, dr. Wijoyo Halim, Sp.S, M.Kes, seluruh Dosen dan Civitas Akademik
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat yang telah membantu dan melancarkan
penyusunan Skripsi ini.

5
6. Teman-Teman angkatan 2019 Xyphoideus, dan terkhusus kepada Jihan Oktafiani,
Adinda Andan Sari, Rafita Aldatami, Titan Linggastiwi, Rini Kadim, Syila Basalamah,
Khairunnisa, dan Dimas Saputra atas segalanya yang telah diberikan untuk saya,
dukungan dan dorongan serta banyak bantuan dari awal perkuliahan hingga saat ini.
7. Dan terakhir kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan telah
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Palu, ... Mei 2023

Nurhasana H.B.Jafar

6
ABSTRACT
Background: Stunting is a nutritional problem in toddlers that still occurs in Indonesia.
Indonesia is included in the high prevalence of stunting. There are many factors that influence
the occurrence of stunting, including birth weight, exclusive breastfeeding, maternal height,
education level, gender, and economy. The purpose of this study was to analyze factors
associated with stunting in toddlers in the working area of Puskesmas Kinovaro, Sigi Regency.

Objective: Knowing the factors associated with the incidence of stunting in toddlers in the
Kinovaro Health Center Working Area, Sigi Regency in 2022.

Method: This study is an analytical study, namely research that aims to determine the cause-
and-effect relationship between two or more variables, in this study researchers want to know
the factors associated with the incidence of stunting in the working area of the Kinovaro Health
Center, Sigi Regency in 2022. This study uses a case control approach, which is a study by
comparing case groups and control groups by looking at the causes or variables that influence
at the same time.

Result: Based on the results of the study, the variables associated with the incidence of stunting
are birth weight, exclusive breastfeeding, maternal height, economic status, education level, and
gender. While statistically significant factors are gender p-value 0.036 (95% CI 0.187-0.946),
exclusive breastfeeding p-value 0.052 (95% CI 0.993-4.952), maternal height p-value 0.000
(95% CI 2.010-9.992) and economic status p-value 0.000 The factor with the greatest risk of
stunting is maternal height (95% CI 3.151-19.595).

Conclusion: And based on the results of the study, it was found that the factors associated with
the incidence of stunting in toddlers in the Kinovaro Health Center working area in Sigi Regency
were poor economic status with a p-value of 0.000. The factor with the greatest risk of stunting
was low economic status (95% CI 3,151-19,595) which had a chance of 7.858 times
experiencing stunting compared to high economic status.

Keywords: Stunting, Birth weight, Exclusive breastfeeding, Maternal education level, Maternal
height, Gender, Economy.

7
ABSTRAK
Latar Belakang : Stunting merupakan permasalahan gizi pada balita yang masih terjadi di
Indonesia. Indonesia masuk dalam prevalensi tinggi kejadian stunting. Terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya stunting, diantara lain berat badan lahir, Asi Eksklusif, tinggi
badan ibu, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis factor yang berhubungan dengan stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kinovaro Kabupaten Sigi.

Tujuan Penelitian : Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi Tahun 2022.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih, dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di wilayah kerja
puskesmas kinovaro kab.sigi tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan case control
yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok
kontrol dengan melihat penyebab atau variabel-variabel yang mempengaruhi di masa yang sama.

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian variabel yang berhubungan dengan kejadian
stunting yaitu berat lahir, Asi Eksklusif, tinggi bada ibu, status ekonomi, tingkat pendidikan, dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor yang bermakna secara statistik yaitu jenis kelamin p-value 0,036
(95% CI 0.187-0.946), ASI eksklusif p-value 0,052 (95% CI 0.993-4.952), tinggi badan ibu p-
value 0,000 (95% CI 2,010-9,992) dan status ekonomi p-value 0,000 Faktor dengan besar risiko
paling besar terhadap kejadian stunting adalah tinggi badan ibu (95% CI 3.151-19.595).

Kesimpulan : Dan berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan bahwa faktor yang berhubungan
kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi yaitu status
ekonomi yang kurang dengan p-value 0,000 Faktor dengan besar risiko paling besar terhadap
kejadian stunting adalah status ekonomi rendah (95% CI 3.151-19.595) yang berpeluang 7,858
kali mengalami stunting di bandingkan dengan status ekonomi yang tinggi.

Kata Kunci : Stunting, Berat badan lahir, Asi Eksklusif, Tingkat pendidikan ibu, Tinggi badan
ibu, Jenis kelamin, Ekonomi.

8
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH......................................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................................v
ABSTRACT.................................................................................................................................vii
ABSTRAK...................................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................xiiii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4
2.1 Definisi Stunting..............................................................................................................4
2.2 Epidemiologi Stunting.....................................................................................................5
2.3 Patofisiologi Stunting......................................................................................................6
2.4 Faktor-faktor Penyebab Stunting dan Mekanismenya.....................................................7
2.4.1 Berat Badan Lahir..........................................................................................................7
2.4.2 Jenis Kelamin................................................................................................................ 8
2.4.3 Asupan Zat Gizi Kurang....................................................................................................9

9
2.4.4 Pola Asuh.......................................................................................................................... 9
2.4.5 Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI........................................................................10
2.4.6 Tinggi Badan Orang Tua.............................................................................................11
2.4.7 Tingkat Pendidikan Ibu................................................................................................12
2.4.8 Faktor Ekonomi...........................................................................................................13
2.4.9 Faktor Lingkungan..........................................................................................................14
2.4.10 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri................................................................15
2.5 Dampak Stunting....................................................................................................... 16
2.5 Kerangka Teori..............................................................................................................18
2.6 Kerangka Konsep..........................................................................................................19
2.7 Definisi Operasional......................................................................................................20
2.8 Hipotesis Penelitian.......................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................................22
3.1 Jenis dan Desain Penelitian...........................................................................................22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................................23
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian......................................................................................23
3.3.1 Populasi..................................................................................................................23
3.3.2 Subjek.................................................................................................................... 23
3.4 Kriteria Penelitian......................................................................................................... 23
3.5 Besar Sampel.................................................................................................................24
3.6 Variabel Penelitian........................................................................................................26
3.6.1 Variabel Dependen.................................................................................................26
3.6.2 Variabel Independen..............................................................................................26
3.7 Instrumen dan Bahan Penelitian....................................................................................26
3.12 Etika Penelitian............................................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................34
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................................. 34
4.1.1 Distribusi Frekuensi...............................................................................................34
4.1.2 Hasil Analisis Bivariat...........................................................................................36
4.1.3 Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting....................................38

10
3.6.2 Variabel Independen..............................................................................................26
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................43
5.1 Kesimpulan................................................................................................................... 43
5.2 Saran............................................................................................................................. 43

5.2.1 Bagi Puskesmas Kinovaro......................................................................................43


5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................................................44
5.2.3 Bagi Calon Ibu dan Ibu Dengan Balita...................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................45

11
DAFTAR TABEL

Table 2.1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan PB/U Anak Umur 0-60 Bulan............................................5
Table 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Analisa Variabel Independen .................................35
Table 4.2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen............................................................................36
Table 4.3. Hasil Analisis Multivariat Variabel Independen.......................................................................38

12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian.........................................................................................................18
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian......................................................................................................19
Gambar 3. Desain Penelitian........................................................................................................................22
Gambar 4. Alur Penelitian...........................................................................................................................33

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Naskah Penjelasan………………………………………………..48
2 Formulir persetujuan……………………………………………...50
3 Daftar Tim dan Biodata peneliti…………………………………..52
4 Daftar riwayat hidup peneliti……………………………………...53
5 Kuisioner Stunting………………………………….......................55
6 Jadwal penelitian…………………………………………………..59
7 Master Table................…………………………………………….60
8 Output SPSS 25……………………………………………………64
9 Rekomendasi persetujuan etik……………………………………..92
10 Surat permohonan izin meneliti……………………………………93
11 Surat selesai meneliti………………………………………………96
12 Dokumentasi penelitian....................................................................97

14
DAFTAR SINGKATAN

1. WHO (World Health Organization)


2. UNICEF (United Nations Children's Emergency Fund)
3. MGRS (Multicentre Growth Reference Study)
4. NCHS (National Center for Health Statistics)
5. RPJMN (Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
6. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
7. KEMENKES RI (Kementerian Kesehatann Republik Indonesia)
8. RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar)
9. DINKES (Dinas Kesehatan)

15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting merupakan salah satu masalah yang menghambat perkembangan manusia
secara global. Saat ini terdapat sekitar 162 juta anak berusia dibawah lima tahun
mengalami stunting. Jika ini terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025
terdapat 127 juta anak berusia dibawah lima tahun akan mengalami stunting. Menurut
United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak stunting
atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau sebesar 37% tinggal di
Afrika (UNICEF 2016).
Hasil Riset Kesehatan Dasar mencatat prevalansi stunting pada tahun 2007 yaitu
sebesar 36,8% sempat turun menjadi 35,6% pada tahun 2010, namun meningkat menjadi
37,2% pada tahun 2013, pada tahun 2018 telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari
30,8% tahun 2018 (Riskesdas 2018) menjadi 27,67% tahun 2019. Dari prevelansi
tersebut dapat dilihat bahwa prevelansi stunting di Indonesia justru meningkat sebesar

16
1.6% dalam kurun waktu 2010-2013 atau 0,4% pertahun. Menurut World Health
Organization (WHO), prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat
jika prevalensinya 20% atau lebih (WHO 2016).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stunting sangat banyak diantaranya
yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500
gram akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan anak, termasuk dapat
berisiko menjadi pendek jika tidak ditangani dengan baik.Hal ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan bahwa anak dengan riwayat
kelahiran BBLR berisiko menderita stunting dibandingkan dengan anak yang tidak
menderita BBLR. Penelitian yang dilakukan di Nigeria juga menyebutkan bahwa anak
yang mengalami BBLR berisiko menderita stunting (Tiwari dan Rina,2018).
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kejadian stunting, anak-anak yang lahir
dari orang tua yang berpendidikan cenderung tidak mengalami stunting dibandingkan
dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat pendidikanya rendah. Penelitian yang
dilakukan di Nepal pada tahun 2018 juga menyatakan bahwa anak yang terlahir dari
orang tua yang berpendidikan berpotensi lebih rendah menderita stunting dibandingkan
anak yang memiliki orang tua yang tidak berpendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Haile yang menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua
yang memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih mudah dalam menerima edukasi
kesehatan selama kehamilan, misalnya dalam pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi
saat hamil dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Haile 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Pada tahun (2020) menunjukkan prevalensi status gizi balita di Provinsi Sulawesi
Tengah dengan masalah BB Kurang adalah 11,9% , stunting sebesar 16,2% dari target
RPJMN. Prevalensi stunting yang tertinggi di Kabupaten Donggala dibandingkan dengan
12 kabupaten/kota lainnya, prevalensi masalah status gizi balita di Kabupaten Donggala
yaitu stunting sebanyak 27,1% sedangkan prevalensi stunting di Kabupaten Sigi sebanyak
45,20 % (Dinkes Palu 2020).
Banyaknya kasus stunting pada balita akan berdampak pada kegagalan
pertumbuhan, terganggunya perkembangan otak kecerdasan, gangguan pertumbuhan

17
fisik, gangguan metabolisme dalam tubuh, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua, sehingga perlu di ketahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya stunting (Akombi dan Blessing Jaka 2017).
Karena itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : “faktor apa
sajakah yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi Tahun 2022 ?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui hubungan faktor tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting.
b. Mengetahui hubungan faktor tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.
c. Mengetahui hubungan faktor status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting.
d. Mengetahui hubungan faktor pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dengan kejadian
stunting.
e. Mengetahui hubungan faktor berat badan lahir dengan kejadian stunting.
f. Mengetahui hubungan faktor jenis kelamin dengan kejadian stunting.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Peneliti selanjutnya

18
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan kajian bagi peneliti lain
atau peneliti lanjutan.
b. Insitusi Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai faktor-faktor
penyebab stunting.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stunting


Stunting menurut World Health Organization (WHO) adalah gangguan tumbuh
kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial
yang tidak memadai. Anak-anak didefinisikan terhambat gizinya jika tinggi badan
mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar
pertumbuhan anak WHO (WHO 2018).
Bayi lima tahun pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang
atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku Multicentre
Growth Reference Study (WHOMGRS) tahun 2005, yang menyatakan bahwa nilai Z-
score nya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-score nya
kurang dari -3SD (Haile dan Demwoz 2018).
Tinggi badan dalam keadaan normal akan bertambah seiring dengan bertambahnya
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif

19
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh kekurangan zat
gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks
ini dapat digunakan untuk menggambarkan status gizi pada masa lalu. Status gizi pada
balita dapat dilihat melalui klasifikasi status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U
pada Tabel 2.1.

Table 2.1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan PB/U Anak Umur 0-60 Bulan

Indeks Status Gizi Ambang Batas

Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD

Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3 SD sampai < -2 SD

Badan menurut Umur Normal -2 SD sampai 2 SD

(TB/U) Tinggi > 2 SD

Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Tahun 2010

2.2 Epidemiologi Stunting


Stunting merupakan masalah gizi utama yang terjadi pada negara-negara
berkembang. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara
berkembang di Asia dan Afrika. Indonesia merupakan negara urutan kelima yang
memiliki prevalensi anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan.

20
Saat ini, prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun di Asia Selatan sekitar 38%
(UNICEF 2018).
Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia
(55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita
stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling
sedikit di Asia Tengah (0,9%) (Gibson 2020).
Kejadian stunting di Bangladesh, India, dan Pakistan menunjukkan dimana anak-
anak berusia 24-60 bulan ditemukan berada dalam risiko lebih besar pertumbuhan yang
terhambat. Prevalensi stunting dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59
bulan yaitu 50% dan 24% dibandingkan anak-anak usia 0-23 bulan. Tingginya prevalensi
stunting pada anak usia 24-59 bulan menunjukkan bahwa stunting tidak mungkin
reversible (Gibson 2020).

Prevalensi stunting tertinggi ada di Timor Leste sebesar 48,8%. Laos berada di
posisi setelah Indonesia dengan prevalensi 30,2%. Kemudian, Kamboja berada di posisi
empat dengan prevalensi stunting balita sebesar 29,9%. Filipina menyusul dengan tingkat
prevalensi stunting balita sebesar 28,7%. Adapun, tingkat prevalensi anak penderita
stunting terendah berasal dari Singapura. Tingkat prevalensinya hanya 2,8% (Gibson
2020).
Saat ini, Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik dibandingkan Myanmar (35%),
tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan
Singapura (4%) (Gibson 2020).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) angka prevalensi stunting pada anak di bawah
umur 5 tahun secara nasional yaitu 36,8%.Angka prevalensi ini tidak mengalami
penurunan yang signifikan, karena angka prevalensi stunting pada anak umur di bawah 5
tahun di Indonesia tahun 2010 tetap tinggi yaitu 35,6%. Hasil Riskesdas (2015)
menunjukkan bahwa masih terdapat 19 provinsi di Indonesia dengan prevalensi anak
umur di bawah 5 tahun pendek dan sangat pendek lebih tinggi dari prevalensi nasional
(KEMENKES 2017).

21
Pada tahun (2020) menunjukkan prevalensi status gizi balita di Provinsi Sulawesi
Tengah dengan masalah BB Kurang adalah 11,9% , stunting sebesar 16,2% dari target
RPJMN. Prevalensi stunting yang tertinggi di Kabupaten Donggala dibandingkan dengan
12 kabupaten/kota lainnya, prevalensi masalah status gizi balita di Kabupaten Donggala
yaitu stunting sebanyak 27,1% sedangkan prevalensi stunting di Kabupaten Sigi sebanyak
45,20 % .

2.3 Patofisiologi Stunting


Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh
(catch up growth) yang memadai (Mitra, 2015).
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga
ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan
kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).

22
2.4 Faktor-faktor Penyebab Stunting dan Mekanismenya

2.4.1 Berat Badan Lahir


Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita
adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR
akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak
mencukupi, sering mengalami infeksi, dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat
menyebabkan anak stunting (Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Juli 2014).
Penelitian menemukan bahwa pada bayi BBLR kecil masa kehamilan, setelah
berusia 2 bulan mengalami gagal tumbuh (growth falthering) . Gagal tumbuh pada usia
dini (2 bulan) menunjukkan risiko untuk mengalami gagal tumbuh pada periode
berikutnya. Usia 12 bulan bayi BBLR kecil masa kehamilan tidak mencapai Panjang
badan yang dicapai oleh anak normal, meskipun anak normal tidak bertumbuh optimal,
dengan kata lain kejar tumbuh (catch up growth) tidak memadai (Darwin Nasution, dkk
2017).
pada anak yang lahir BBLR berlangsung hingga usia dua tahun. Gagal tumbuh dan
kejar tumbuh yang tidak memadai merupakan suatu keadaan patologis yang
menyebabkan kejadian stunting pada balita (Darwin Nasution, dkk 2017).
Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan jangka
panjang anak balita, pada penelitian yang dilakukan oleh (Anisa) menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara berat lahir dengan kejadian stunting pada balita
di Kelurahan Kalibaru. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu
<2500 gram, akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya serta
kemungkinan terjadi kemunduran fungsi intelektual dan kognitifnya serta rentan
mengalami infeksi dan hipotermi (Anisa, 2019).
Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menemukan bahwa ada hubungan antara
berat badan lahir dengan kejadian stunting. Selain itu, penelitian yang dilakukan di
Malawi (2019) juga menyimpulkan bahwa prediktor kuat kejadian stunting adalah BBLR
(DINKES DIY 2020).

23
2.4.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi untuk seseorang. Pria
lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih
sanggup mengerjakan pekerjaan berat yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa
bayi dan anak-anak, anak perempuan cenderung lebih rendah kemungkinannya menjadi
stunting dan severe stunting daripada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat
bertahan hidup dalam jumlah lebih besar daripada bayi laki-laki dikebanyakan Negara
berkembang termasuk Indonesia. Anak perempuan memasuki masa puber dua tahun lebih
awal daripada anak laki-laki, dan dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan
tinggi antara kedua jenis kelamin (Semba, 2017).
Studi kohort di Ethiopia menunjukan bayi dengan jenis kelamin laki-laki memiliki
risiko dua kali lipat menjadi stunting dibandingkan bayi perempuan. Anak laki-laki lebih
berisiko stunting dan atau underweight dibandingkan anak perempuan. Beberapa
penelitian di sub-Sahara Afrika menunjukan bahwa anak laki-laki prasekolah lebih
berisiko stunting dibanding rekan perempuannya. Dalam hal ini, tidak diketahui apa
alasannya (Taguri 2016).
Dalam dua penelitian yang dilakukan di tiga negara berbeda,yaitu Libya. serta
Bangladesh dan Indonesia, menunjukan bahwa prevelansi stunting lebih besar pada anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa jenis kelamin anak adalah faktor prediktor yang kuat dari stunting dan severe
stunting pada anak usia 0-23 bulan dan 0-59 bulan. Anak perempuan memiliki risiko
yang lebih rendah dibandingkan anak laki-laki dalam hal ini. Selama masa bayi dan masa
kanak-kanak, anak perempuan cenderung lebih rendah kemungkinannya menjadi stunting
dan severe stunting, selain itu bayi perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar
daripada bayi laki-laki di kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia (Lesiepeto
2021).

2.4.3 Asupan Zat Gizi Kurang


Zat gizi sangat penting bagi pertumbuhan. Pertumbuhan adalah peningkatan
ukuran dan massa konstituen tubuh. Pertumbuhan adalah salah satu hasil dari metabolism
tubuh.Metabolisme didefinisikan sebagai proses dimana organisme hidup mengambil dan

24
mengubah zat padat dan cair asing yang diperlukan untuk pemeliharaan kehidupan,
pertumbuhan, fungsi normal organ, dan produksi energi (Kinasih dkk, 2016).
Asupan zat gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu asupan zat gizi makro atau mkronutrien dan asupan zat gizi mikro atau
mikronutrien. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, asupan zat gizi makro yang paling
mempengaruhi terjadinya stunting adalah asupan protein, sedangkan asupan zat gizi
mikro yang paling mempengaruhi kejadian stunting adalah asupan kalsium, seng, dan zat
besi (Mitra, 2015).

2.4.4 Pola Asuh


Pola asuh anak merupakan perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh anak dalam
pemberian makan, pemeliharaan kesehatan, pemberian stimulasi, serta dukungan
emosional yang dibutuhkan anak untuk proses tumbuh kembangnya. Kasih sayang dan
tanggung jawab orang tua juga termasuk pola asuh anak (Asrar, Hamam dan Dradjat,
2009).

Kejadian stunting yang terjadi pada anak di Indonesia salah satu factor penyebab
utamanya adalah dikarenakan pola asuh ibu yang salah dari orang tua, kesalahan pola
asuh yang terjadi pada anak seperti halnya kesalahan dalam pemberian makanan yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya asupan gizi pada anak tersebut dapat menyebabkan
terjadinya stunting. Sehingga pengetahuan yang cukup dimiliki oleh orang tua sangat
mempengaruhi status gizi seorang anak. anak yang kecukupan gizinya terpenuhi akan
meningkatkan potensi yang dimiliki anak tersebut sehingga dapat meningkatakan kualitas
sumber daya manusia utamanya di Indonesia (Oktarina & Sudiarti,2014).

2.4.5 Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI


ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang
diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan bayi

25
0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga
penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-
enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran makanan belum
bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna. Manfaat dari ASI Eksklusif
ini sendiri sangat banyak mulai dari peningkatan kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan
gizi, murah, mudah, bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau ikatan batin
antara ibu dan anak (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2016).
Penelitian yang dilakukan di Kota Banda Aceh menyatakan bahwa kejadian
stunting disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga, pemberian ASI yang tidak
eksklusif, pemberian MP-ASI yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan
faktor yang paling dominan pengaruhnya adalah pemberian ASI yang tidak eksklusif. Hal
serupa dinyatakan pula oleh (Arifin) pada tahun (2017) dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, asupan gizi
balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan
keluarga, jarak antar kelahiran namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI
Berarti dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi dapat menurunkan kemungkinan
kejadian stunting pada balita, hal ini juga tertuang pada gerakan 1000 HPK yang
dicanangkan oleh pemerintah Republik Indonesia (Arifin, 2017).
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena
memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI
terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh,
foremik (susu awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan
lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang
tinggi yang banyak memberi energi dan memberi rasa kenyang lebih lama
(Ruslianti dkk, 2015).
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang
semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI
adalah sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya
oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-
ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan

26
mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan
energinya (Ruslianti dkk, 2015). Hasil penelitian dari (Aridiyah dkk, 2015)
mengatakan bahwa pemberian ASI dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali
mengalami stunting.

2.4.6 Tinggi Badan Orang Tua


Stunting pada masa balita akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang
sulit diperbaiki. Pertumbuhan fisik berhubungan dengan genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik meliputi tinggi badan orang tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah dan
ibu yang pendek merupakan risiko terjadinya stunting (Sartono 2015).
Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4 tahun secara signifikan
berhubungan dengan tinggi badan ayah dan ibu. Hasil penelitian (Rahayu,2016) ada
hubungan antara tinggi badan ayah dan ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Jesmin
mengemukakan bahwa tinggi badan ibu merupakan faktor yang berpengaruh langsung
terhadap anak yang stunting. Penelitian (Candra,2018) juga mengemukakan bahwa tinggi
badan ayah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2
tahun. Anak yang memiliki tinggi badan ayah < 162 cm memiliki kecenderungan untuk
menjadi pendek sebesar 2,7 kali.
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa tinggi badan orang tua sangat
mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Salah satunya adalah penelitian di kota
Semarang pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa Ibu pendek (< 150 cm)
merupakan faktor risiko stunting pada anak 1-2 th. Ibu yang tubuhnya pendek
mempunyai risiko untuk memiliki anak stunting 2,34 kali dibanding ibu yang tinggi
badannya normal. Ayah pendek (< 162 cm) merupakan faktor risiko stunting pada anak
1-2 th. Ayah pendek berisiko mempunyai anak stunting 2,88 kali lebih besar dibanding
ayah yang tinggi badannya normal (Oktarina, 2017).
Sebuah metaanalisis pada tahun 2016 juga menyimpulkan bahwa tinggi badan
orang tua mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan tinggi badan ibu <145 cm berisiko memiliki anakpendek 2,13 kali
dibanding ibu dengan TB normal. Tinggi badan ibu 145-150 cm memiliki risiko memiliki

27
anak stunting 1,78 kali dibanding ibu normal, sedangkan TB ibu 150-155 cm berisiko
memiliki anak stunting 1,48 kali dibanding ibu normal. (Oktarina,2017)

2.4.7 Tingkat Pendidikan Ibu


Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk memiliki
ataupun meraih wawasan dan pengetahuan seluas- luasnya. Orang –orang yang memiliki
pendidikan lebih tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas jika
dibandingkan dengan orang- orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah (Rahayu
dan Leni, 2016).
Anak-anak yang lahir dari orang tua yang terdidik cenderung tidak mengalami
stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat pendidikanya
rendah.Penelitian yang dilakukan di Nepal juga menyatakan bahwa anak yang terlahir
dari orang tua yang berpendidikan berpotensi lebih rendah menderita stunting
dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang tidak berpendidikan.Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Haile yang menyatakan bahwa anak yang terlahir
dari orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih mudah dalam menerima
edukasi kesehatan selama kehamilan, misalnya dalam pentingnya memenuhi kebutuhan
nutrisi saat hamil dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Rahayu dan Leni, 2016).

2.4.8 Faktor Ekonomi


Azwar (2015), yang dikutip oleh Manurung (2017), mengatakan pendapatan
keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang akan dikeluarkan
untuk membiayai keperluan rumah tangga selama satu bulan. Pendapat keluarga yang
memadai akan menunjang perilaku anggota keluarga untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan keluarga yang lebih memadai.
Beberapa faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan. Kemiskinan dinilai
mempunyai peran penting yang bersifat timbal balik sebagai sumber permasalahan gizi
yakni kemiskinan menyebabkan kekurangan gizi sebaliknya individu yang kurang gizi
akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses kemiskinan (Ramli,
2017).

28
Hal ini disebabkan apabila seseorang mengalami kurang gizi maka secara langsung
akan menyebabkan hilangnya produktifitas kerja karena kekurang fisik, menurunnya
fungsi kognitif yang akan mempengaruhi tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi
keluarga. Dalam mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi,tantangan yang
dihadapi adalah mengusahakan masyarakat miskin, terutama ibu dan anak balita
memperoleh bahan pangan yang cukup dan gizi yang seimbang dan harga yang
terjangkau (Milman,2016).
Standar kemiskinan yang digunakan BPS bersifat dinamis, disesuaikan dengan
perubahan/pergeseran pola konsumsi agar realitas yaitu Ukuran Garis Kemiskinan
Nasional adalah jumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk makanan
setara 2.100 Kilo kalori perorang perhari dan untuk memenuhi kebutuhan nonmakan
berupa perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang/jasa
lainnya (Jesmin,2020).
Dengan pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih
murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi umumnya
mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi penghasilan yang tinggi tidak
menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang tinggi tidak selamanya
meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan
akan menambah kesempatan untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi
makanan yang disukai meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi (Ibrahim dan
Faramita, 2014).
Menurut penelitian dari (Kusuma dan Nuryanto 2013) menunjukkan bahwa anak
dengan status ekonomi keluarga yang rendah lebih berisiko 4,13 kali mengalami stunting.

2.4.9 Faktor Lingkungan


1) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang baik pada balita akan meningkatkan kualitas
pertumbuhan dan perkembangan balita, baik pelayanan Kesehatan ketika sehat maupun
saat dalam kondisi sakit. Pelayanan kesehatan anak balita merupakan pelayanan
kesehatan bagi anak berumur 12 – 59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar,

29
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2 kali setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun (Kemenkes, 2016b).
Keaktifan balita ke posyandu sangat besar pengaruhnya terhadap pemantauan
status gizi. Kehadiran balita ke posyandu menjadi indicator terjangkaunya pelayanan
kesehatan pada balita, karena balita akan mendapatkan penimbangan berat badan,
pemeriksaan kesehatan jika terjadi masalah, pemberian makan tambahan dan penyuluhan
gizi serta mendapat imunisasi dan program kesehatan lain seperti vitamin A dan
kapsul yodium. Balita yang mendapatkan program kesehatan dasar maka diharapkan
pertumbuhan dan perkembangannya terpantau, karena pada masa balita terjadi
rawan/rentan terhadap infeksi dan rentan terkena penyakit gizi. Anak yang sehat bukan
karena anak semakin gemuk tetapi anak yang juga mengalami kenaikan karena
pertambahan tinggi (Welasasih dan Wirjatmadi, 2008).

2) Sanitasi lingkungan
Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
kejadian indeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada tubuh
perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya
pertumbuhan (Kemenkes, 2016b).
Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, karena pada usia anak-anak rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit. Paparan
terus menerus terhadap kotoran manusia dan binatang dapat menyebabkan infeksi bakteri
kronis. Infeksi tersebut disebabkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan yang kurang baik
yang membuat gizi sulit diserap oleh tubuh. Salah satu pemicu gangguan saluran
pencernaan yaitu sanitasi dan kebersihan lingkungan yang rendah. Hal tersebut membuat
energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi
(MCA, 2013).

30
2.4.10 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Antropometri adalah ukuran dari tubuh.Pengertian dari sudut pandang gizi
antropometri adalah hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas, dan tebal lemak
dibawah kulit (Medhin,2019).
Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan
cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif atau subjektif. Data yang
telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Penilaian
status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung
dan penilaian status gizi secara tidak langsung (Arifin,2017).
Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status gizi secara
langsung yang paling sering digunakan di masyarakat. Antropometri dikenal sebagai
indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat.Pengukuran
antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana,
selain itu antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena memiliki ambang batas
dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana, dan dapat dilakukan dalam
jumlah sampel yang besar (Arifin,2017).
Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi adalah berat
badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak. Pengukuran
yang sering dilakukan untuk keperluan perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat
badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB).Indeks antropometri adalah
pengukuran dari beberapa parameter yang merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Indeks antropometri
yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Arifin,2017).
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena
mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U

31
menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif
dan spesifik status gizi saat ini (Arifin,2017).

2.5 Dampak Stunting


Menurut laporan UNICEF beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya adalah
sebagai berikut: Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang
parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan
mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan
anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih
lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang (UNICEF,2018).
Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak.Faktor
dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting mengkonsumsi
makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan (KEMENKES,2017).
Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunting pada usia lima
tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting
dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga
meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunting terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko
lebih besar meninggal saat melahirkan (RISKESDAS,2015).

32
2.5 Kerangka Teori

Faktor Penyebab Stunting

Lingkungan Balita Orang Tua

ANC Hygiene Umur PB BBLR Asupan Pendidikan


tidak tidak
gizi pada yang rendah
baik adekuat
ibu saat
Usia lahir Kekurangan Metabolisme hamil
prematur nutrisi zat gizi tidak
terganggu sempurna Pola asuh
Kontrol Aliran air
kurang baik
posyandu bersih Maturitas
tidak berkurang organ Kekurangan Absorbsi zat
adekuat 33
belum hormon gizi tidak
sempurna pertumbuhan sempurna
Sering
Pemberian
Asi
Pendapat-
eksklusif
an yang
tidak
rendah
Pengetahuan Penggunaan sempurna
tentang energi/kalori selama 6
perawatan yang tinggi Gangguan bulan
1000 hari pencernaan
pertama
kehidupan Pemberian
kurang MP-ASI
yang
Pertumbuhan kurang
terganggu protein
hewani

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independent
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Berat Badan Lahir
1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Jenis Kelamin
1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Variabel Dependen
Asi Eksklusif

34
1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Stunting

Tinggi Badan Orang Tua


1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Pendidikan Ibu
1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Ekonomi
1.Berisiko
2.Tidak berisiko

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Definisi Operasional


1. Stunting
Keadaan status gizi seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur
(U) dimana terletak pada <-2 SD. Diperoleh dari pengukuran dan perhitungan.
- Berisiko : Ya, jika mengalami stunting
- Tidak berisiko : Tidak, jika tidak mengalami stunting

2. Berat Badan Lahir


Ukuran dari berat atau masa bayi yang di timbang dalam bentuk gram pada waktu 1
jam pertama setelah lahir .
- Berisiko : Berisiko (< 2,5 Kg)
- Tidak berisiko : Tidak berisiko ( >2,5 Kg)
35
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin secara biologis sejak seseorang lahir yang tertulis dalam rekam medis.

4. Pemberian Asi Ekslusif


Cara pemberian ASI eksklusif pada bayi dalam kurun 6 bulan pertama setelah lahir
yang diperoleh dengan data primer dengan menggunakan angket.
- Berisiko : Tidak Eksklusif (bila nilai TIDAK <100% dari seluruh komponen
pernyataan)
- Tidak berisiko : Ya (bila nilai TIDAK 100% dari seluruh komponen pertanyaan)

5. Tinggi Badan Orang Tua


Tinggi badan yang diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna dan tanpa alas kaki
menggunakan microtoise.

- Berisiko : Jika Ibu ( <150 cm ) dan Ayah ( < 170 cm)


- Tidak berisiko : Jika Ibu ( >150 cm ) dan Ayah ( >170 cm )

6. Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formil terakhir yang ditempuh
ibu.
- Berisiko : Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP)
- Tidak berisiko : Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)

7. Ekonomi
Gaji atau pendapatan yang didapat ibu dan ayah pada awal kehamilan yang diperoleh
dari angket.
- Berisiko : Rendah (bila jumlah rata-rata pendapatan keluarga per bulanya <Rp.
1.337.650,00)

36
- Tidak berisiko : Tinggi (bila jumlah rata-rata pendapatan keluarga per bulanya
>Rp. 1.337.650,00)

2.8 Hipotesis Penelitian


Tinggi badan ibu yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, status ekonomi
yang rendah, pemberian asi ekslusif yang kurang, berat badan lahir yang rendah, dan
jenis kelamin ada hubungan dengan kejadian stunting.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih, dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di wilayah
kerja puskesmas kinovaro kab.sigi tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan
case control yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara kelompok kasus
dan kelompok kontrol dengan melihat penyebab atau variabel-variabel yang
mempengaruhi di masa yang sama (Notoatmodjo, 2015). Berikut merupakan bagan
desain penelitian case control:

Kasus
Faktor Risiko (+)
Stunting

37
Faktor Risiko (-)

Kontrol
Faktor Risiko (+)
Tidak Stunting
Faktor Risiko (-)

Ditelusuri secara retrospektif Waktu memulai Penelitian

Gambar 4. Desain Penelitian

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu
Waktu penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan rekomendasi etik.
3.2.2 Tempat
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kab.Sigi.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu dan balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kinovaro Kab.Sigi 2022.

3.3.2 Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah balita yang tidak mengalami stunting
sebagai kelompok kontrol dan balita yang mengalami stunting sebagai kelompok
kasus.

38
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
Balita laki-laki dan perempuan yang masuk kategori stunting di Puskesmas Kinovaro
Kab.Sigi tahun 2022, dengan ibu dari balita yang bersedia ikut penelitian tanpa
paksaan setelah mendapatkan penjelasan.

3.4.2 Kriteria Ekslusi


Balita kategori stunting dengan penyakit bawaan.

3.5 Besar Sampel


Adapun besar sampel untuk kelompok tidak berpasangan pada dua kelompok case dan
control :

39
Jadi :

40
Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 orang yang diambil
dari ibu yang memiliki balita sebanyak 76 orang sebagai kelompok kasus dan sebanyak
76 orang sebagai kelompok kontrol dari wilayah kerja Puskesmas Kinovaro Kab.Sigi.
Sampel diperoleh secara simpel random sampling sampai didapatkan jumlah sampel yang
sesuai.
Sampel kasus dan kontrol dikelompokan terlebih dahulu sesuai umur. Setelah
dikelompokan masing-masing sampel diberi nomor urut yang kemudian dipilih secara
acak dari masing-masing sampel baik case maupun kontrol.

41
3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Dependen


Kejadian Stunting : Keadaan status gizi seseorang berdasarkan z-skor tinggi
badan (TB) terhadap umur (U) dimana terletak pada <-2 SD. Indeks TB/U merupakan
indeks antropometri yang menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan
berhubungan dengan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

3.6.2 Variabel Independen


a) Berat lahir :Ukuran dari berat atau masa bayi yang di timbang dalam bentuk gram
pada waktu 1 jam pertama setelah lahir .
b) Jenis kelamin :Jenis kelamin secara biologis sejak seseorang lahir yang ditulis
dalam rekam medis.
c) Tingkat pendidikan ibu :Tingkat pendidikan formal terakhir yang di tempuh ibu.
d) Pemberian ASI : Pemberian air susu ibu pada bayi baru lahir.
e) Tinggi badan ibu: Tinggi badan yang diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna
dan tanpa alas kaki menggunakan microtoise.
f) Status ekonomi : Keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu
keluarga dalam masyarakat berdasarkan jumlah penghasilan.

3.7 Instrumen dan Bahan Penelitian


Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner
(Angket) dan data sekunder diperoleh dari buku KIA ibu yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kinovaro Kab.Sigi, kuesioner terlampir.

42
3.8 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
3.8.1 Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian maupun pengumpulan data orang
lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, tinggi badan ibu, tingkat
pendidikan, yang tercatat dalam buku KIA di Puskesmas Kinovaro. Data primer
merupakan data yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada ibu. Data
primer dalam penelitian ini adalah pemberian ASI dan tingkat ekonomi.

3.8.1 Teknik pengumpulan data


Data sekunder diperoleh dari buku KIA ibu yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kinovaro. Data yang dibutuhkan ditulis dengan panduan daftar isian dan
master tabel yang dibuat peneliti. Daftar isian digunakan untuk memastikan semua data
yang dibutuhkan untuk penelitian tercatat dari masing-masing buku KIA ibu. Sedangkan
untuk data primer diperoleh dari kuesioner yang diberikan pada ibu.

3.9 Prosedur Penelitian


1. Tahap pra lapangan (persiapan) Tahap pra lapangan dimulai sejak awal bulan
Desember 2022 yaitu dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menyusun proposal penelitian dan konsultasi dengan pembimbing.
b. Mengurus perizinan penelitian dan ethical clearencedari Jurusan Kedokteran
Universitas Al-Khairaat Palu
c. Menyiapkan perlengkapan pengumpulan data.
2. Tahap pekerjaan lapangan Tahap pekerjaan lapangan dimulai dengan melakukan
kegiatan:
a. Menentukan jadwal pelaksanaan pengumpulan data.
b. Menentukan populasi yaitu balita dan mengambil sampel sesuai jumlah sampel
minimal menggunakan teknik simple random sampling.
c. Mengumpulkan data sekunder melalui buku KIA ibu yang meliputi data BMI, jenis
kelamin balita, tinggi badan ibu,tingkat pendidikan.
d. Melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang sudah ditentukan.

43
e. Memasukkan data sampel meliputi inisial responden, BMI, jenis kelamin balita, tinggi
badan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, dan pemberian ASI ke dalam
format pengumpulan data.
f. Memindahkan data dari format pengumpulan data lapangan ke dalam master tabel.
g. Melakukan analisis data hasil yang diperoleh.
3. Tahap akhir dari kegiatan penelitian adalah membuat laporan tertulis tentang hasil
penelitian yang telah dilakukan.

3.10 Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing (pememeriksaan data), yaitu memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang
dicatat dalam format pengumpulan data. Peneliti melakukan koreksi pada kelengkapan
ataupun kesalahan pencatatan data.
b. Coding (pemberian kode), yaitu kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Coding berguna untuk mempermudah pada saat analisis
data dan juga mempercepat pada entry data.

1) Stunting
1= terjadi stunting (kasus)
2= tidak terjadi stunting (kontrol)

2) Jenis Kelamin
1 = berisiko (laki-laki )
2 = tidak berisiko ( perempuan )

3) Berat Bayi Lahir


1 = Berisiko ( < 2500gram)
2 = Tidakberisiko ( >2500 gram)

44
4) Pemberian ASI
1 = berisiko (bila nilai pemberian ASI eksklusif <100% dari
seluruh pertanyaan pemberian ASI Eksklusif)
2 = tidak berisiko (bila nilai pemberian ASI eksklusif 100%
dari seluruh pertanyaan pemberian ASI Eksklusif)

5) Tinggi badan ibu


1 = Berisiko ( < 150 cm)
2 = Tidak berisiko (> 150 cm)

6) Status ekonomi
1 = Rendah (bila jumlah rata-rata pendapatan keluarga per
bulanya < Rp. 1.337.650,00
2 = Tinggi (bila jumlah rata-rata pendapatan keluarga per
bulannya > Rp.1.337.650,00

7) Tingkat pendidikan
1 = Rendah (SD, SMP)
2 = Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)

c. Transfering (memindahkan data), yaitu proses memindahkan data

ke dalam master tabel.

d.Tabulating (menyusun data), yaitu kegiatan menyusun data dalam

tabel distribusi frekuensi. Tabulasi adalah kegiatan untuk meringkas data

yang masuk atau data mentah ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

45
3.11 Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.11.1 Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian analisis untivariat
terdiri dari tinggi badan, usia kehamilan, tingkat pendidikan, status ekonomi,
pemberian ASI, berat bayi lahir, dan jenis kelamin. Rumus yang digunakan:

Keterangan:
P = Persentase subjek pada kategori tertentu

X = ∑ sampel dengan karakteristik tertentu

Y = ∑ sampel total

3.11.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan. Analisis
bivariat dilakukan setelah ada perhitungan analisis univariat. Pada penelitian ini
dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan tinggi badan, usia kehamilan, tingkat
pendidikan, status ekonomi, pemberian ASI, berat bayi lahir, dan jenis kelamin
dengan kejadian stunting pada balita. Pada penelitian ini menggunakan uji statisrik
sebagai berikut:

1) Chi-square
Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square, apabila memenuhi syarat uji
Chi-square yaitu tidak ada nilai expected yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-
square tidak terpenuhi, maka dapat dipakai uji alternatifnya yaitu uji Fisher’s
Exact Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan yang

46
signifikan apabila dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p-value
kurang dari 0,05. Rumus perhitungan Chi-square :

Keterangan :

= Chi Kuadrat

= Frekuensi yang diobservasi

= Frekuensi yang diharapkan

2) Odds Ratio (OR)


Odds Ratio digunakan sebagai indikator adanya hubungan sebab akibat antara
faktor risiko dan efek. Interpretasi OR lebih dari 1 menunjukkan bahwa faktor
yang diteliti memang merupakan faktor risiko, bila OR=1 atau mencakup angka 1
berarti bukan merupakan faktor, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor
protektif.

3.11.3 Analisa Multivariat


Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu
variabel independent dengan satu variabel dependent yaitu menganalisa pengaruh
variabel independent (tinggi badanm, tingkat pendidikan, status ekonomi,
pemberian asi, berat lahir, jenis keamin) terhadap variabel dependent (kejadian
stunting) dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), untuk
mengetahui variabel independent yang mana yang lebih erat hubungannya dengan
variabel dependent dengan nilai p <0,25.

47
3.12 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh
yakni:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human diginity)

Pada penelitian ini peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian dengan


memberikan informasi mengenai tujuan peneliti melakukan penelitian. Peneliti
memberikak kebebasan pada subjek untuk memberikan informasi atau tidak
berpartisipasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian, peneliti memberikan formulir persetujuan subjek penelitian (inform consent)
yang mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian.
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.
d. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi
yang diberikan responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (Respect for privacy and
confidential)
Dalam penelitian ini peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasian subjek. Peneliti menggunakan kode sebagai pengganti identitas responden,
nama responden hanya diisi dengan inisial, dan peneliti hanya menggunakan data untuk
keperluan penelitian.

3. Keadilan dan keterbukaan (Respect for justice and inclusive)


Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada pihak yang bersangkutan dengan
penelitian ini. Semua subjek dalam penelitian ini memperoleh perlakuan yang sama
tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing harm and benefit)
Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Al-Khairaat Palu , dan dinyatakan telah memenuhi prinsip etis.

48
3.13 Alur Penelitian

Populasi Penelitian
Memenuhi Kriteria Inklusi

Informed Konsent

Subyek Penelitian

Pengambilan Data Wawancara Kuisioner

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penulisan Hasil

Penyajian hasil

Gambar 5. Alur Penelitian

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul “faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja puskesmas kinovaro kabupaten sigi tahun 2022” . Penelitian ini
menggunakan desain case control dengan Teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling. Pada Teknik ini jumlah subjek dihitung terlebih dahulu dalam
populasi terjangkau yang akan dipilih subjeknya sebagai sampel penelitian. Setiap subjek
diberi nomor kemudian dipilih secara random.
Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 152 orang yang
diambil dari ibu yang memiliki balita sebanyak 76 orang sebagai kelompok kontrol dan
76 ibu yang memiliki balita stunting sebagai kelompok kasus. Sampel kasus dan kontrol
akan dikelompokan terlebih dahulu sesuai umur. Dalam penelitian ini penulis membagi
rentang usia balita menjadi tiga rentang. Rentang usia 26- 36 bulan. 37-48 bulan, dan 49-
59 bulan. Setelah dikelompokkan masing-masing sampel diberi nomor urut yang
kemudian dipilih secara acak dari masing-masing sampel baik case maupun control.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas


Kinovaro Kabupaten Sigi hasil penelitian disajikan sebagai berikut:

4.1.1 Distribusi Frekuensi


Subjek penelitian berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

50
Table 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Analisa Variabel Independen terhadap
Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi.
Variabel Independen Kejadian Stunting Jumlah
Ya Tidak
n % n % n %
Berat Lahir
̶ Kurang (<2,5kg) 42 54.5% 35 45.5% 77 49.4%
̶ Cukup (>2,5kg) 36 45.6% 43 54.4% 79 50.6%
Pemberian ASI
̶ Tidak Eksklusif 44 66.7% 22 33.3% 66 42.3%
̶ Eksklusif 34 37.8% 56 62.2% 90 57.7%
Tinggi Badan Ibu
̶ Berisiko (<150cm) 52 65.8% 27 34.2% 79 50.6%
̶ Tidak Berisiko (>150cm) 26 33.8% 51 66.2% 77 49.4%
Status Ekonomi
̶ Rendah (<Rp.1.337.650,00) 67 63.8% 38 36.2% 105 67.3%
̶ Tinggi (>Rp.1.337.650,00) 11 21.6% 40 78.4% 51 32.7%
Tingkat Pendidikan
̶ Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP) 43 64.2% 24 35.8% 87 42.9%
̶ Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) 35 39.3% 54 60.7% 89 57.1%
Jenis Kelamin
̶ Laki – laki 47 58.0% 34 42.0% 81 51.9%
̶ Perempuan 31 41.3% 44 58.7% 75 48.1%

Pada tabel 4.1. memperlihatkan bahwa karakteristik responden kelompok balita


stunting dari berat lahir bayi, balita yang lahir dengan berat lahir kurang dan mengalami
stunting yaitu sebesar 54,5%, sedangkan balita yang tidak mengalami stunting dengan
berat lahir kurang yaitu sebesar 45,5%. Pada pemberian ASI Eksklusif, balita yang tidak
diberikan ASI Eksklusif dan mengalami stunting yaitu sebesar 66,7%, sedangkan balita
yang tidak diberi ASI Eksklusif dan tidak mengalami stunting yaitu sebesar 33,3%.
Pada ibu dengan tinggi badan kurang yaitu sebesar 65,8%, sedangkan balita yang
tidak stunting dengan tinggi badan ibu kurang hanya sebesar 34,2%. Kelompok kasus
dengan status ekonomi keluarga yang rendah yaitu sebesar 63,8%, sedangkan kelompok
kontrol dengan status ekonomi rendah sebesar 36,2%.
Pada tingkat pendidikan, balita stunting dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah
yaitu sebesar 64,2%, sedangkan balita yang tidak mengalami stunting dengan tingkat
pendidikan ibu yang rendah sebesar 35,8%. Faktor terakhir jenis kelamin, balita dengan
jenis kelamin laki-laki yang mengalami stunting yaitu sebesar 58,0%, sedangkan balita
dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak mengalami stunting yaitu sebesar 42,0%.

4.1.2 Hasil Analisis Bivariat

51
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

Table 4.2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen terhadap Kejadian Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi.

Variabel Independen Kejadian Stunting


Ya Tidak p-value OR CI
n % n %
Berat Lahir
̶ Kurang (<2,5kg) 42 54.5% 35 45.5% 0.262 1.433 0.763-2.692
̶ Cukup (>2,5kg) 36 45.6% 43 54.4%
Pemberian ASI
̶ Tidak Eksklusif 44 66.7% 22 33.3% 0.000 3.294 1.692-6.412
̶ Eksklusif 34 37.8% 56 62.2%
Tinggi Badan Ibu
̶ Berisiko (<150cm) 52 65.8% 27 34.2% 0.000 3.778 1.947-7.329
̶ Tidak Berisiko (>150cm) 26 33.8% 51 66.2%
Status Ekonomi
̶ Rendah (<Rp.1.337.650,00) 67 63.8% 38 36.2% 0.000 6.411 2.948-13.944
̶ Tinggi (>Rp.1.337.650,00) 11 21.6% 40 78.4%
Tingkat Pendidikan
̶ Rendah (Tidak sekolah, SD, 43 64.2% 24 35.8%
0.002 2.764 1.435-5.327
SMP)
̶ Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) 35 39.3% 54 60.7%
Jenis Kelamin
̶ Laki – laki 47 58.0% 34 42.0% 0.037 0.510 0.270-0.964
̶ Perempuan 31 41.3% 44 58.7%

Hasil analisis hubungan antara berat lahir bayi, balita yang lahir dengan berat lahir
kurang dan mengalami stunting yaitu sebesar 54,5%, sedangkan balita yang tidak
mengalami stunting dengan berat lahir kurang yaitu sebesar 45,5%. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,262 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara berat
lahir dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 1,433 kali (95% CI 0.763-2.692)
pada balita yang lahir berat lahir kurang dibanding balita yang lahir dengan berat lahir
cukup.
Hasil analisis hubungan antara pemberian ASI Eksklusif, balita yang tidak
diberikan ASI Eksklusif dan mengalami stunting yaitu sebesar 66,7%, sedangkan balita
yang tidak diberi ASI Eksklusif dan tidak mengalami stunting yaitu sebesar 33,3%. Hasil
uji statistik didapatkan p-value 0,000 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pemberian Asi Eksklusif dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 3,294 kali
(95% CI 1.692-6.412) pada balita yang tidak mendapatkan Asi Eksklusif di banding
balita yang mendapat Asi Eksklusif.

52
Hasil analisis hubungan antara ibu dengan tinggi badan kurang yaitu sebesar 65,8%,
sedangkan balita yang tidak stunting dengan tinggi badan ibu kurang hanya sebesar
34,2%. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000 berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 3,778
kali (95% CI 1.947-7.329) pada balita yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari
150 cm dibanding balita yang lahir dari ibu dengan tinggi lebih dari 150 cm.
Hasil analisis hubungan antara status ekonomi keluarga yang rendah yaitu sebesar
63,8%, sedangkan kelompok kontrol dengan status ekonomi rendah sebesar 36,2%. Hasil
uji statistik didapatkan p-value 0,000 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara status ekonomi dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 6,411 kali (95% CI
2.948-13.944) pada balita yang memiliki status ekonomi rendah dibanding balita dengan
status ekonomi tinggi.
Hasil analisis hubungan antara balita stunting dengan tingkat pendidikan ibu yang
rendah yaitu sebesar 64,2%, sedangkan balita yang tidak mengalami stunting dengan
tingkat pendidikan ibu yang rendah sebesar 35,8%. Hasil uji statistik didapatkan p-value
0,002 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 2,764 kali (95% CI 1.435-5.327) pada
balita yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibanding balita yang lahir
dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi.
Hasil analisis hubungan antara faktor jenis kelamin, balita dengan jenis kelamin
laki-laki yang mengalami stunting yaitu sebesar 58,0%, sedangkan balita dengan jenis
kelamin laki-laki yang tidak mengalami stunting yaitu sebesar 42,0%. Hasil uji statistic
didapatkan p-value 0,037 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 0,510 kali (95% CI 0.270-0.964)
pada balita yang berjenis kelamin laki-laki dibanding balita yang berjenis kelamin
perempuan.

53
4.1.3 Faktor yang paling berhubungan dengan Kejadian Stunting
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
kejadian stunting, maka dilakukan analisis multivariat dengan mencari hubungan antara
variabel independent dengan dependen. Hasil analisis bivariat yang menghasilkan p-value
<0,25 dapat dimasukkan pada tahap analisis multivariat. Berdasarkan hasil analisis
bivariate dapat dilihat variabel yang memenuhi syarat untuk masuk analisis multivariat
dengan p-value <0,25 adalah tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi,
pemberian ASI eksklusif, berat lahir, dan jenis kelamin.
Variabel yang memenuhi syarat dari analisis bivariat dimasukkan ke dalam analisis
multivariat. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dihasilkan p-
value masing-masing variabel. Langkah pertama menguji pengaruh tinggi badan ibu,
tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, berat lahir, dan jenis
kelamin.

Table 1.3. Hasil Analisis Multivariat Variabel Independen terhadap Kejadian Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi.

Variabel Independen Koeff. β p-value OR CI


Berat Lahir
̶ Kurang (<2,5kg) 0.649 0.110 1.913 0.864-4.236
̶ Cukup (>2,5kg)
Pemberian ASI
̶ Tidak Eksklusif 0.797 0.052 2.218 0.993-4.952
̶ Eksklusif
Tinggi Badan Ibu
̶ Berisiko (<150cm) 1.500 0.000 4.481 2.010-9.992
̶ Tidak Berisiko (>150cm)
Status Ekonomi
̶ Rendah (<Rp.1.337.650,00) 2.061 0.000 7.857 3.151-19.595
̶ Tinggi (>Rp.1.337.650,00)
Tingkat Pendidikan
̶ Rendah (Tidak sekolah, SD,
0.659 0.114 1.932 0.855-4.370
SMP)
̶ Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi)
Jenis Kelamin
̶ Laki – laki 0.865 0.036 0.421 0.187-0.946
̶ Perempuan

54
Berdasarkan analisis multivariat pada tabel 4. di atas menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu berat lahir, Asi Eksklusif, tinggi bada
ibu, status ekonomik, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang
bermakna secara statistik yaitu jenis kelamin p-value 0,036 (95% CI 0.187-0.946), ASI
eksklusif p-value 0,052 (95% CI 0.993-4.952), tinggi badan ibu p-value 0,000 (95% CI
2,010-9,992) dan status ekonomi p-value 0,000 Faktor dengan besar risiko paling besar
terhadap kejadian stunting adalah status ekonomi (95% CI 3.151-19.595). Stunting
berpeluang 7,857 kali pada balita status ekonomi rendah daripada balita yang memiliki
status ekonomi tinggi.

4.2 Pembahasan

Stunting merupakan keadaan status gizi seseorang berdasarkan z- skor tinggi badan
(TB) terhadap umur (U) dimana terletak pada <-2 SD (Senbanjo, I., et al. 2017). Tinggi
badan dalam keadaan normal akan bertambah seiring bertambahnya umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan
gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan
tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini dapat digunakan untuk
menggambarkan status gizi pada balita (Supariasa 2016).
Stunting pada balita akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit
diperbaiki. Pertumbuhan fisik berhubungan dengan genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik meliputi tinggi badan orang tua. Tinggi badan ibu merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya stunting (Rahayu, leni. 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan pada balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kinovaro Kabupaten Sigi, hasil penelitian menyebutkan balita yang mengalami stunting
dan balita yang lahir dengan berat lahir kurang dan mengalami stunting yaitu sebesar
54,5%, sedangkan balita yang tidak mengalami stunting dengan berat lahir kurang yaitu
sebesar 45,5%. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,262 berarti dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara berat lahir dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang
1,433 kali (95% CI 0.763-2.692) pada balita yang lahir berat lahir kurang dibanding
balita yang lahir dengan berat lahir cukup.

55
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akombi (2017) yang
menyatakan bahwa balita yang lahir dengan berat lahir rendah lebih berhubungan secara
signifikan untuk menderita stunting. Penelitian lain juga menyatakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram akan mengalami hambatan pada pertumbuhan
dan perkembangannya serta mungkin terjadi kemunduran fungsi intelektual dan lebih
rentan terkena infeksi dan hipotermi (Direktorat Bina Kesehatan Ibu . 2016).
ASI Eksklusif juga ambil andil cukup banyak dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja.
Menyusui secara eksklusif juga penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum
mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa
pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna
(Al-Rahmad, 2018).
Banyaknya manfaat ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan inilah yang
mendukung hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan balita yang mengalami
stunting dan tidak ASI eksklusif sebesar 67,1%, sedangkan balita yang tidak diberi ASI
Eksklusif dan tidak mengalami stunting yaitu sebesar 33,3%. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pemberian Asi Eksklusif dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 3,294 kali (95%
CI 1.692-6.412) pada balita yang tidak mendapatkan Asi Eksklusif di banding balita yang
mendapat Asi Eksklusif.
Selain Asi Eksklusif tinggi badan ibu juga berpengaruh besar terhadap stunting
pada balita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting pada
ibu dengan tinggi badan kurang yaitu sebesar 65,8%, sedangkan balita yang tidak stunting
dengan tinggi badan ibu kurang hanya sebesar 34,2%. Hasil uji statistik didapatkan p-
value 0,000 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tinggi badan ibu
dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 3,778 kali (95% CI 1.947-7.329) pada
balita yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dibanding balita yang
lahir dari ibu dengan tinggi lebih dari 150 cm.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016), bahwa kejadian
stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan
dengan tinggi badan ibu. Penelitian Candra (2018), dkk juga mengemukakan bahwa

56
tinggi badan ibu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting pada
balita. Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2019) yang
menyatakan bahwa tinggi badan ibu tidak berhubungan dengan kejadia stunting.
Beberapa faktor penyebab masalah stunting adalah kemiskinan. Kemiskinan dinilai
mempunyai peran penting yang bersifat timbal balik sebagai sumber permasalahan
stunting yakni kemiskinan menyebabkan kekurangan gizi sebaliknya individu yang
kurang gizi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses
kemiskinan (BAPPENAS. 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting dengan
status ekonomi keluarga yang rendah yaitu sebesar 63,8%, sedangkan kelompok kontrol
dengan status ekonomi rendah sebesar 36,2%. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000
berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian
stunting. Stunting berpeluang 6,411 kali (95% CI 2.948-13.944) pada balita yang
memiliki status ekonomi rendah dibanding balita dengan status ekonomi tinggi.
Pendidikan juga merupakan sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk
memiliki ataupun meraih wawasan dan pengetahuan seluas-luasnya. Orang- orang yang
memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih
luas jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah.
Hal ini mendukung hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap
kejadian stunting (Notoatmodjo, Soekidjo. 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting dengan
tingkat pendidikan ibu yang rendah yaitu sebesar 64,2%, sedangkan balita yang tidak
mengalami stunting dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah sebesar 35,8%. Hasil uji
statistik didapatkan p-value 0,002 berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Stunting berpeluang 2,764 kali (95% CI
1.435-5.327) pada balita yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibanding
balita yang lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi.
Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi untuk seseorang. Pria
lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih
sanggup mengerjakan pekerjaan berat yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa
bayi dan balita-balita, balita perempuan cenderung lebih rendah kemungkinannya

57
menjadi stunting dan severe stunting daripada balita laki-laki, selain itu bayi perempuan
dapat bertahan hidup dalam jumlah lebih besar daripada bayi laki-laki dikebanyakan
Negara berkembang termasuk Indonesia(Ramli 2017).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting dengan
jenis kelamin laki-laki, balita dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami stunting
yaitu sebesar 58,0%, sedangkan balita dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak
mengalami stunting yaitu sebesar 42,0%. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,037
berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
stunting. Stunting berpeluang 0,510 kali (95% CI 0.270-0.964) pada balita yang berjenis
kelamin laki-laki dibanding balita yang berjenis kelamin perempuan.

58
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting
yaitu berat lahir, Asi Eksklusif, tinggi bada ibu, status ekonomi, tingkat pendidikan, dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor yang bermakna secara statistik yaitu jenis kelamin p-
value 0,036 (95% CI 0.187-0.946), ASI eksklusif p-value 0,052 (95% CI 0.993-4.952),
tinggi badan ibu p-value 0,000 (95% CI 2,010-9,992) dan status ekonomi p-value 0,000
Faktor dengan besar risiko paling besar terhadap kejadian stunting adalah tinggi badan
ibu (95% CI 3.151-19.595).
Dan berdasarkan dari hasil penelitian di dapatkan bahwa faktor yang berhubungan
kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi yaitu
status ekonomi yang kurang dengan p-value 0,000 Faktor dengan besar risiko paling
besar terhadap kejadian stunting adalah status ekonomi rendah (95% CI 3.151-19.595)
yang berpeluang 7,858 kali mengalami stunting di bandingkan dengan status ekonomi
yang tinggi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Puskesmas Kinovaro

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Puskesmas Kinovaro
untuk menggalakan pemberian ASI Eksklusif, sehingga dapat menekan kejadian stunting,
selain itu puskesmas dapat memberikan edukasi kepada orang tua dari balita dengan
status ekonomi rendah untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan dan
perkembangan balita setelah lahir karena merupakan faktor risiko terjadinya stunting.
Untuk orang tua balita yang memiliki anak dengan jenis kelamin laki-laki dapat diberikan

59
edukasi untuk lebih memperhatikan asupan nutrisi anaknya guna menekan kejadian
stunting di Puskesmas Kinovaro.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya


Apabila memungkinkan dilakukan penelitian lebih lanjut, hendaknya
menggunakan kohort prospektif sehingga dapat diikuti sejak kelahiran balita
mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.

5.2.3 Bagi Calon Ibu dan Ibu dengan Balita


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai faktor
penyebab stunting, yaitu ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm, anak dengan
jenis kelamin laki-laki, dan anak yang tidak diberi ASI Eksklusif. Sehingga calon ibu
dapat benar-benar mempersiapkan kehamilanya dengan memperhatikan faktor risiko
tersebut, sedangkan bagi ibu dengan balita dapat menggalakan pemberian ASI
Eksklusif dan lebih memperhatikan pemberian gizi bagi anak dengan jenis kelamin
laki-laki dan anak yang lahir dari orang tua dengan status ekonomi rendah.

60
DAFTAR PUSTAKA

Akombi, Blessing Jaka, dkk, 2017. Stunting and severe stunting among children under-5
years in Nigeria: A multilevel analysis. Nigeria: BMC Pediatrics.

Anisa, Paramitha, 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting


Pada Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibiru Depok Tahun 2019.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Arifin, Irdasari, dkk, 2017. Analisis sebaran dan faktor resiko stunting pada balita di
Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi Komunitas FKUP Bandung.

BAPPENNAS, 2011. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan

Candra A, Puruhita N, dkk , 2018. Risk Factors of Stunting among 1-2 Years Old
Children in Semarang City.

Dinkes Palu, 2020. Tentang prevalensi stunting pada Sulawesi tengah.

Dinas Kesehatan DIY, 2020. Profil Kesehatan DIY Tahun 2020. Yogyakarta: Dinkes
DIY.

Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2016. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Akan Lakukan
Assessment Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 20 Kabupaten/Kota.

Gibson, R. S. 2020. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford


University Press Inc, New York Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran.

Haile, Demwoz, dkk . 2018. Exploring spatial variations and factors associated with
childhood stunting in Ethiopia: spatial and multilevel analysis.

61
Jesmin, Aklima et al, 2020. Prevalence and Determinants of Chronic Malnutritionamong
Preschool Children: A Cross-sectional Study in Dhaka City,Bangladesh. Journal
of Health Population and Nutrition.

Kementerian Kesehatan RI, 2017. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2016. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2016. Jakarta: Kemenkes
RI.

Manurung, Joni J, dkk 2017. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

Milman, A. Frongillo, dkk, 2016. Differential Improvement among Countries in Child


Stunting is Associated with Long-Term Development and Specific Interventions.
The Journal of Nutrition.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2015. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2018. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Rahayu, leni, 2016. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan Perubahan Status
Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun.

Ramli, et al, 2017. Prevalence and Risk Factor for Stunting and Severe Stunting Among
Under Fives in North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics. Press,
Inc. Florida. Page. 147-198.

62
Supariasa, 2016. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.Kementrian
Kesehatan RI.

Semba, et al, 2017. Effect Parental Formal Education On Risk Of Child Stunting In
Indonesia And Bangladesh : A Cross Sectional Study.

Sartono, 2015. Hubungan Kurang Energi Kronis Ibu Hamil Dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kota Yogyakarta. Tesis. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.

Tiwari, Rina, dkk . 2018. Determinants of stunting and severe stunting among under-
fives: evidence from the 2018 Nepal Demographic and Health Survey.Nepal:
BMC Pediatrics.

Taguri, AE et al, 2016. Risk Factor For Stunting Among Under Five In Libya. Public
health nutrition. Dapat diakses di www.ncbi.nlm.nih.gov.

UNICEF, 2016. A Fair Chance For Every Child. New York. USA
www.unicef.org/publications.

UNICEF, 2018. Tracking Progress on Child and Maternal Nutrition a Survival and
Development Priority. New York. USA www.unicef.org/publications.

UNICEF, 2018. The State of The World’s Children. Oxford University press.

Word Health Organization, 2016. Childhoold Stunting: Challenges and Opportunities.


Switzerland: Department of Nutrition for Health and Development.
www.who.int.

63
Word Health Organization, 2018. Childhoold Stunting: Challenges and Opportunities.
Switzerland: Department of Nutrition for Health and Development.
www.who.int.

64
Lampiran 1 :

NASKAH PENJELASAN UNTUK RESPONDEN (SUBJEK)

Nomor Kode Responden:

Assalamualaikum/Selamat pagi, Saya Nurhasana H.B.Jafar dari Fakultas Kedokteran


Alkhairaat ingin melakukan penelitian tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kinovaro Kabupaten Sigi Tahun 2022.
Pada penelitian ini, yang saya harapkan untuk menjadi peserta penelitian adalah ibu dan
balita, yang merupakan penduduk di Kabupaten Sigi Desa Kinovaro. Dalam pengambilan data,
saya hanya akan melakukan pemeriksaan berat badan menggunakan timbangan baby scale dan
panjang badan menggunakan alat meteran, dimana pemeriksaan ini tidak memiliki efek samping
atau bahaya dan saya akan memberikan angket yang terdiri atas serangkaian pertanyaan-
pertanyaan yang telah dilengkapi dengan tempat untuk menjawab maupun alternatif jawaban
yang disediakan, sehingga penelitian ini tidak akan memberikan efek samping atau bahaya dan
tidak dikenakan biaya apapun dalam mengikuti penelitian ini. Semua biaya yang ada
hubungannya dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.
Pada penelitian ini, Saya sangat mengharapkan anak Bapak/Ibu saudara bersedia untuk ikut
dalam penelitian ini, dan bila bersedia diharapkan dapat memberikan persetujuan secara tertulis.
Keikutsertaan anak Ibu/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, tanpa paksaan atau
intervensi dari pihak manapun sehingga Ibu/saudari berhak untuk menolak menolak ikut serta
atau mengundurkan diri tanpa resiko kehilangan hak untuk mendapat Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas ini.
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini akan sangat berguna bagi Pemerintah (dinas
kesehatan), masyarakat (subjek penelitian & masyarakat lainnya), institusi pendidikan, dan
peneliti. Sebab dengan adanya penelitian ini maka pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan

65
dengan baik. Dan untuk anak-anak yang menderita penyakit yang berhubungan dengan stunting,
dapat segera dicegah untuk menjadi lebih parah dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
sedini mungkin.
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas peserta dalam penelitian ini akan
dirahasiakan, baik dalam bentuk arsip atau alat elektronik komputer dan hanya diketahui oleh
peneliti dan petugas yang berkepentingan. Hasil penelitian ini akan dipaparkan tanpa identitas
peserta penelitian.
Apakah ibu/saudari mengerti dengan apa yang telah saya jelaskan tadi?
Bila ibu/saudari mengerti, maka apakah bersedia untuk menjadi salah satu peserta penelitian
ini bila memenuhi persyaratan?
Bila ada hal yang ibu/saudari kurang dimengerti atau kurang jelas, maka tetap bisa
menanyakan pada saya : Nurhasana H.B.Jafar (085240629470)
Jika ibu/saudari setuju untuk berpartisipasi, diharapkan menandatangani formulir persetujuan
mengikuti penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Identitas Peneliti Disetujui oleh


A.
Nama : Nurhasana H.B.Jafar Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran UNISA
Alamat : JL. Tembang 88
Tanggal ….................................
Telepon : 082271098171

66
Lampiran 2 :

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH MENDAPAT


PENJELASAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

No. Kode responden :

Setelah mendengar/membaca penjelasan yang diberikan mengenai tujuan, manfaat apa yang
akan dilakukan pada penelitian ini. Saya mengerti bahwa dari semua hal yang dilakukan Saudari
Nurhasana pada saya hanya berupa wawancara dan pemeriksaan berat badan dan panjang badan.
Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saya bisa
menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk
mendapat pelayanan kesehatan. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada
peneliti bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang
penelitian ini.
Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penelitian ini,
akan ditanggung oleh peneliti, maka saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini.
Saya dengan ini menyetujui semua data saya yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan
dalam bentuk lisan maupun tulisan.

67
68
Lampiran 3 :

SUSUNAN TIM PENELITI

Kedudukan Dalam
Nama Keahlian
Penelitian
Mahasiswa Fakultas
Nurhasana
Peneliti Utama Kedokteran Universitas
H.B.Jafar
Alkhairaat Palu

Dokter Umum dan dosen


dr. Mayalisa
Pembimbing 1 pembimbing di PSPD Unisa
Diantamaela, M.SC
Palu

Dokter Umum dan dosen


dr. M. Rosa Da
Lima R, M. Pembimbing 2 pembimbing di PSPD Unisa
Biomed Palu

Mahasiswa Fakultas
Jihan Oktafiani dan
Pembantu Penelitian Kedokteran Universitas Al-
Adinda Andan Sari
khairaat Palu

69
Lampiran 4 :

BIODATA PENELITI UTAMA

IDENTITAS DIRI BIODATA PENELITI

a) Data pribadi

Nama : Nurhasana H.B.Jafar

Tempat tanggal lahir : Ndindibung, 12 Januari 2002

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : jln. Tembang 88

b) Riwayat keluarga

Nama Ayah : Hadi Baharudin Hi.Jafar

Nama Ibu : Idawati La Ani

Saudara : 1. Nurul Khalifa H.B.Jafar

70
c) Riwayat Pendidikan
No. Nama Sekolah Tempat Tahun

1. TK - -

2. SD SDN Inpres Bungin 2013

3. SMP SMPN 1 Banggai Laut 2016

4. SMA SMAN 2 Luwuk Banggai 2019

5. PT Program Studi Pendidikan Dokter 2019-Sekarang

d) Pengalaman Organisasi

Anggota organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Tahun 2020-2022

e) Pengalaman Meneliti

Belum ada

71
Lampiran 5 :

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KINOVARO KABUPATEN SIGI
TAHUN 2022

No. Responden : (diisi oleh peneliti)


Tanggal pengisian :

A. Identitas

1. Nama anak :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki


Perempuan

3. Berat badan :

4. Tinggi badan :
5. Tempat dan tanggal lahir: umur :

6. Nama orang tua

Ibu : umur :

BB :

TB :

Ayah : umur :

BB :

TB :

72
7. Pendidikan terakhir ibu : Tamat SD
Tamat SMP

Tamat SMA

D3/S1/S2/S3

Tidak sekolah

8. Pendidikan terakhir ayah : Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

D3/S1/S2/S3

Tidak sekolah

9. Pekerjaan ibu :

10. Pekerjaan ayah :

11. Pendapatan orang tua: <Rp.1.337.650,00 per bulan

>Rp.1.337.650,00 per bulan


12. Alamat :

(Rumah Sendiri/Tinggal bersama orang tua/Rumah kontrakan/Kos-kos-an)

73
B. Riwayat Maternal

N0 PERTANYAAN PERNYATAAN

1 Berapa tinggi badan ibu saat hamil?


2 Berapa bulan umur anak saat lahir?
3 Berapa berat badan anak saat lahir?
4 Berapa tinggi badan anak saat lahir?

74
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pertanyaan di bawah
ini dengan menjawab Ya/Tidak.

C. Riwayat Pemberian Asi Ekslusif

N0 PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah ibu memberikan asi pada anak saat bayi?

2 Apakah ibu memberikan asi pada anak saat berusia 0-6


bulan?
3 Apakah ibu memberikan asi pada anak saat berusia 6-12
bulan?
4 Apakah ibu memberikan susu formula pada anak saat
bayi?
5 Apakah ibu memberikan susu formula pada anak saat
berusia 0-6 bulan?
6 Apakah ibu memberikan susu formula pada anak saat
berusia 6-12 bulan?
7 Apakah ibu pernah memberikan air teh, air gula dan madu
pada anak saat bayi ?
8 Apakah ibu pernah memberikan makanan tambahan
selain asi?
9 Apakah ibu meninggalkan asi apabila ibu keluar?

75
76
Lampiran 6 : Jadwal penelitian

N 2021 2022 2023


Kegiatan
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
I Persiapan

1 Pembuatan Proposal

2 Seminar Proposal
3 Permohonan izin
Pengurusan
4
Rekomendasi Etik
5 Persiapan Alat
II Pelaksanaan
1 Pengambilan Data
2 Pemasukan Data
3 Analisis Data
4 Penulisan laporan
III Pelaporan
1 Progres Report
2 Seminar Hasil
3 Perbaikan Laporan
4 Ujian Skripsi
Lampiran 7 : Master Table

No Berat Bayi Pemberian Tinggi Status Tingkat


Responden Jenis kelamin Stunting Lahir Asi Badan Ibu ekonomi Pendidikan
1 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
2 Perempuan 1 1 1 1 1 1
3 Perempuan 1 1 1 1 1 1
4 Perempuan 1 1 1 1 1 1
5 Laki-Laki 1 1 1 2 1 1
6 Perempuan 1 1 1 2 1 1
7 Perempuan 1 1 1 2 1 1
8 Perempuan 1 1 1 1 1 1
9 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
10 Laki-Laki 1 1 2 1 1 2
11 Laki-Laki 1 1 1 1 1 2
12 Perempuan 1 1 2 2 1 2
13 Perempuan 1 1 2 2 1 2
14 Laki-Laki 1 1 1 2 1 2
15 Perempuan 1 1 1 1 1 1
16 Perempuan 1 1 2 1 1 2
17 Perempuan 1 1 2 1 1 2
18 Perempuan 1 1 1 1 1 1
19 Perempuan 1 1 1 1 1 1
20 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
21 Perempuan 1 1 1 2 1 1
22 Laki-Laki 1 1 1 1 1 2
23 Laki-Laki 1 1 2 1 1 2
24 Laki-Laki 1 1 2 1 1 2
25 Perempuan 1 1 2 1 1 1
26 Perempuan 1 1 2 1 1 1
27 Perempuan 1 1 2 2 1 1
28 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
29 Perempuan 1 1 1 1 1 1
30 Perempuan 1 1 1 1 1 1
31 Perempuan 1 1 1 1 1 1
32 Laki-Laki 1 1 2 1 1 2
33 Laki-Laki 1 1 1 1 1 2
34 Perempuan 1 1 2 1 1 2
35 Laki-Laki 1 1 2 2 1 2
36 Laki-Laki 1 1 1 2 1 2
37 Perempuan 1 1 1 1 1 2
38 Perempuan 1 1 1 1 1 2
39 Perempuan 1 1 1 1 1 2
40 Laki-Laki 1 1 2 2 1 1
41 Perempuan 1 1 1 2 1 1
42 Laki-Laki 1 1 1 2 1 1
43 Laki-Laki 1 1 1 2 1 1
44 Laki-Laki 1 1 2 2 1 1
45 Perempuan 1 1 2 1 2 1
46 Laki-Laki 1 1 2 1 2 2
47 Perempuan 1 1 2 1 2 2
48 Laki-Laki 1 1 1 1 1 2
49 Perempuan 1 1 1 2 1 1
50 Perempuan 1 1 1 1 2 1
51 Perempuan 1 1 2 1 1 1
52 Perempuan 1 1 2 1 1 1
53 Perempuan 1 1 2 2 1 1
54 Perempuan 1 1 1 1 1 1
55 Perempuan 1 1 2 1 1 1
56 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
57 Laki-Laki 1 1 2 2 1 2
58 Perempuan 1 1 2 1 2 2
59 Laki-Laki 1 1 1 1 2 2
60 Perempuan 1 1 1 1 2 2
61 Laki-Laki 1 1 1 2 1 2
62 Laki-Laki 1 1 1 2 1 2
63 Perempuan 1 1 1 1 1 1
64 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1
65 Perempuan 1 1 2 1 1 1
66 Perempuan 1 1 2 1 1 1
67 Perempuan 1 1 2 1 2 1
68 Perempuan 1 1 2 1 2 2
69 Perempuan 1 1 2 2 1 2
70 Laki-Laki 1 1 2 2 1 2
71 Laki-Laki 1 1 2 2 1 2
72 Laki-Laki 1 1 2 2 1 2
73 Perempuan 1 1 2 1 2 1
74 Perempuan 1 1 2 1 2 1
75 Laki-Laki 1 1 1 1 1 2
76 Perempuan 1 1 1 1 1 1
77 Perempuan 1 1 1 2 1 2
78 Perempuan 1 1 1 2 1 2

61
79 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
80 Perempuan 2 2 1 2 1 2
81 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
82 Perempuan 2 2 1 1 1 2
83 Perempuan 2 2 1 1 1 2
84 Laki-Laki 2 2 1 1 1 1
85 Perempuan 2 2 2 2 1 1
86 Perempuan 2 2 1 2 2 1
87 Perempuan 2 2 1 2 2 1
88 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1
89 Perempuan 2 2 2 2 1 1
90 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
91 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
92 Laki-Laki 2 2 2 1 2 2
93 Perempuan 2 2 2 2 2 2
94 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
95 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
96 Laki-Laki 2 2 1 2 2 2
97 Perempuan 2 2 2 2 1 2
98 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
99 Perempuan 2 2 2 2 1 2
100 Perempuan 2 2 2 2 1 2
101 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
102 Laki-Laki 2 2 2 2 2 1
103 Laki-Laki 2 2 1 1 2 2
104 Laki-Laki 2 2 2 1 2 2
105 Perempuan 2 2 2 1 2 1
106 Perempuan 2 2 2 2 2 1
107 Perempuan 2 2 2 2 2 2
108 Perempuan 2 2 2 2 2 2
109 Laki-Laki 2 2 2 2 2 1
110 Perempuan 2 2 2 2 2 2
111 Perempuan 2 2 1 2 1 2
112 Laki-Laki 2 2 2 2 1 1
113 Perempuan 2 2 2 2 1 1
114 Perempuan 2 2 2 1 2 2
115 Laki-Laki 2 2 2 2 2 1
116 Perempuan 2 2 2 1 2 2
117 Laki-Laki 2 2 2 1 2 1
118 Perempuan 2 2 2 2 2 2
119 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1

62
120 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
121 Laki-Laki 2 2 2 2 2 1
122 Perempuan 2 2 2 2 2 2
123 Perempuan 2 2 2 1 2 2
124 Laki-Laki 2 2 2 1 2 2
125 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
126 Perempuan 2 2 1 2 2 2
127 Perempuan 2 2 2 2 1 2
128 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
129 Laki-Laki 2 2 1 2 1 1
130 Laki-Laki 2 2 1 1 1 1
131 Perempuan 2 2 1 2 2 1
132 Perempuan 2 2 2 2 2 2
133 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
134 Perempuan 2 2 2 1 2 2
135 Perempuan 2 2 1 1 2 2
136 Laki-Laki 2 2 1 1 2 2
137 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
138 Perempuan 2 2 2 2 1 2
139 Perempuan 2 2 2 2 1 1
140 Perempuan 2 2 2 2 1 1
141 Laki-Laki 2 2 1 1 1 1
142 Laki-Laki 2 2 2 1 1 1
143 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
144 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
145 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
146 Laki-Laki 2 2 1 2 1 2
147 Perempuan 2 2 1 2 1 2
148 Perempuan 2 2 2 2 1 2
149 Laki-Laki 2 2 2 2 2 2
150 Laki-Laki 2 2 2 1 2 2
151 Laki-Laki 2 2 2 1 2 2
152 Laki-Laki 2 2 1 1 1 1
153 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2
154 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
155 Laki-Laki 2 2 2 2 1 2
156 Laki-Laki 2 2 1 2 1 2

63
Lampiran 8 : Output SPSS

Berat Bayi Lahir * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

Berat Bayi Lahir <2,5kg Count 42 35 77

% within Berat Bayi Lahir 54.5% 45.5% 100.0%

% of Total 26.9% 22.4% 49.4%

>2,5kg Count 36 43 79

% within Berat Bayi Lahir 45.6% 54.4% 100.0%

% of Total 23.1% 27.6% 50.6%

Total Count 78 78 156

% within Berat Bayi Lahir 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Pemberian ASI * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

Pemberian ASI Tidak Eksklusif Count 44 22 66

% within Pemberian ASI 66.7% 33.3% 100.0%

% of Total 28.2% 14.1% 42.3%

Eksklusif Count 34 56 90
% within Pemberian ASI 37.8% 62.2% 100.0%

% of Total 21.8% 35.9% 57.7%

Total Count 78 78 156

% within Pemberian ASI 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Tinggi Badan Ibu * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

Tinggi Badan Ibu Berisiko (<150 cm) Count 52 27 79

% within Tinggi Badan Ibu 65.8% 34.2% 100.0%

% of Total 33.3% 17.3% 50.6%

Tidak Berisiko (>150cm) Count 26 51 77

% within Tinggi Badan Ibu 33.8% 66.2% 100.0%

% of Total 16.7% 32.7% 49.4%

Total Count 78 78 156

% within Tinggi Badan Ibu 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Status Ekonomi * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

65
Status Ekonomi Rendah (<Rp. 1.337.650,00) Count 67 38 105

% within Status Ekonomi 63.8% 36.2% 100.0%

% of Total 42.9% 24.4% 67.3%

Tinggi (>Rp. 1.337.650,00) Count 11 40 51

% within Status Ekonomi 21.6% 78.4% 100.0%

% of Total 7.1% 25.6% 32.7%

Total Count 78 78 156

% within Status Ekonomi 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Tingkat Pendidikan * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

Tingkat Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP) Count 43 24 67

% within Tingkat Pendidikan 64.2% 35.8% 100.0%

% of Total 27.6% 15.4% 42.9%

Tinggi (SMA, Perguruan Tinggi) Count 35 54 89

% within Tingkat Pendidikan 39.3% 60.7% 100.0%

% of Total 22.4% 34.6% 57.1%

Total Count 78 78 156

% within Tingkat Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

66
Jenis Kelamin * Stunting

Crosstab

Stunting

Stunting Tidak Stunting Total

Jenis Kelamin Laki - laki Count 31 44 75

% within Jenis Kelamin 41.3% 58.7% 100.0%

% of Total 19.9% 28.2% 48.1%

Perempuan Count 47 34 81

% within Jenis Kelamin 58.0% 42.0% 100.0%

% of Total 30.1% 21.8% 51.9%

Total Count 78 78 156

% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

67
Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Berat Bayi Lahir .649 .406 2.558 1 .110 1.913 .864 4.236

Pemberian ASI .797 .410 3.777 1 .052 2.218 .993 4.952

Tinggi Badan Ibu 1.500 .409 13.443 1 .000 4.481 2.010 9.992

Status Ekonomi 2.061 .466 19.548 1 .000 7.857 3.151 19.595

Tingkat Pendidikan .659 .416 2.504 1 .114 1.932 .855 4.370

Jenis Kelamin -.865 .413 4.385 1 .036 .421 .187 .946

Constant -6.911 1.581 19.098 1 .000 .001

a. Variable(s) entered on step 1: Berat Bayi Lahir, Pemberian ASI, Tinggi Badan Ibu, Status Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin.

68
Lampiran 9 : Rekomendasi persetujuan etik
Lampiran 10 : Surat permohonan izin meneliti

93
94
95
Lampiran 11 : Surat selesai meneliti

96
Lampiran 12 : Dokumentasi penelitian

97
98

You might also like