You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

OLEH:

LALA FITRIANI

BT2201102

1D

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARITOJA

WATAMPONE

2023
I. KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2017)
Pneumonia adalah keadaan inflamasi akut yang terdapat pada
parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan
penyakit infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh
Daly, 2019).
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori,
alveoli, dan menimbulakn konsolidasi jaringan paru (Padila, 2017).
B. ETIOLOGI
Menurut (Padila, 2017) penyebab dari pneumonia yaitu :
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif
atau gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela
pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus. Influenzae virus, Parainfluenzae virus,
Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air),
Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial
pernapasan, hantavirus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
C. PATOFISIOLOGI
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi
atau pun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk
ke saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding
bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak.
Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis.
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien
menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2019)
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Suratun & Santa, 2018) Gejala yang dapat muncul pada
klien dengan pneumonia adalah
1. demam
2. berkeringat
3. batuk dengan sputum yang produktif
4. sesak napas
5. sakit kepala
6. nyeri pada leher dan dada
7. pada saat austultasi dijumpai adanya ronchi dan dullness pada perkusi
dada.
8. Mual dan muntah
9. Kekakuan sendi.
E. KOMPLIKASI
(Suratun & Santa, 2018) Komplikasi dari pneumonia bila tidak ditangani
secara ade kuat adalah sebagai berikut
1. Efusi pleura
2. Empiema
3. Pneumotoraks
4. Viopneumotoraks
5. Pneumatosel
6. Abses paru
7. Sepsis
8. Gagal napas
9. Ileus paralitik fungsional
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan diagnostik
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran
/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x
dada mungkin bersih.
b. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali,
terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru
dan efusi pleura
c. Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia
atrial dan ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan
gangguan konduksi intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan
voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat
nekrosis miokard.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) nilai normal 90-100 % :
tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
b. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
c. JDL nilai normal leukosit 4400-11300/mm3: leukositosis
biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
d. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
(Puspasari 2019),
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Pencegahan
a. Tindakan kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan
penurunan imun
b. Posisikan pasien untuk mencegah aspirasi
c. Untuk mencegah VAP
d. Hindari volume lambung yang berlebihan
2. Penatalaksaan infeksi akut
a. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin
pneumonia
b. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
c. Pemberian oksigen
d. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi (Suratun &
Santa, 2018)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses
melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk
mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan
pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian
harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan
keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi:
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan.
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopnemunia adalah sesak napas.
b. Riwayat keluhan utama
Keluhan utama di sertai keluhan lain yang di rasakan klien seperti
lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara nafas tambahan (ronchi
dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung,
muntah (diare).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC,
paru, trauma. Hal ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca
Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsan gangaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam.
d. Pola istirahat tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adanya sesak nafas.
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan
fisik
5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PPNI DPP SDKI Pokja Tim 2018
a) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
Penyebab
Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

Situasional

1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)
Objektif

1) Batuk tidak efektif


2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5) Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
b) Pola nafas tidak efektif
Definisi
Inspirasi dan/atau ekspresi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan
ototpernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram (EEG) positif, cedera
kepala, ganguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energy
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan

Subjektif

1) Dispnea

Objektif

1) Penggunaan otot bantu


2) Pernapasan
3) Fase ekspirasi memanjang Pola napas abnormal
(mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

Subjektif

1) Ortopnea

Objektif

1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
c) Ganguan pertukaran gas
Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbodioksida pada
membran alveolus-kapiler
Penyebab
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif
1) Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO₂ menurun 3. Takikardia
3) pH arteri meningkat/menurun
4) Bunyi napas tambahan

Gejala dan Tanda Manor

Subjektif
1) Pusing
2) Penglihatan kabur

Objektif

1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
C. PENYIMPANAN KDM
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO TUJUAN
KEPERAWATAN
1 D000 Bersihan jalan Setelah dilakukan Obervasi :
nafas b.d sekresi yang intervensi 1. Monitor pola nafas.
tertahan. keperawatan 2. Monitor bunyi
Di buktikan dengan di harapkan bersihan nafas.
1. Sputum berlebihan. jalan nafas 3. Identifitaski
2. Batuk tidak efektif. meningkat dengan kemampuan batuk.
3. Tidak mampu batuk. kreteria hasil: 4. Monitor sputum
4. Mengi,wheezing 1. Produksi sputum (jumlah, warna,
atau rongki kering. menurun. aroma).
5. Pola nafas berubah. 2. Mengi menurun. 5. Monitor tanda dan
6. Frekuensi nafas 3. Whezing gelaja infeksi
bertambah. menurun. saluran nafas.
4. Frekuensi nafas
Teraupetik:
dalam rentang
normal. 6. Pisisikan semi
5. Batuk efektif fouler.
meningkat. 7. Berikan minuman
6. Pola nafas air hangat.
meningkat. 8. Lakukan subtion
selama 15 detik.
9. Berikan oksigen,
jika perlu.
Edukasi:

10. Anjurkan asupan


cairan 2000
ml/hari.
11. Ajakan teknik
batuk efektif.

Kolaborasi:

12. Pemberian
prokondiloar

2 Pola nafas tidak efektif Setelah dikalukan Observasi :


b.d depormitas dinding interpensi
1. Monitor pola nafas
dada. Dibungtikan keperawatan
(frekuensi,
dengan : diharapkan pola
kedalaman, usaha
1. Penggunaan otot nafas membaik
nafas).
bantu pernafasan. dengan kriteria hasil:
2. Monitor bunyi nafas
2. Fase ekspirasi 1. Kapasitas vital
tambahan (kurkling,
memanjang. membaik.
mengi, wheezing,
3. Dispenea. 2. Tekanan
ronki).
4. Pola nafas abnormal ekspirasi
3. Auskultasi bunyi
(takibnea, meningkat.
nafas.
bradibnea, 3. Tekanan inspirasi
4. Monitor saturasi
hipopentilasi). meningkat.
oksigen.
5. Pernafasan cuping 4. Dipsnea
hidung. menurun.
6. Tekanan ekspirasi 5. Penggunaan otot
menurun. bantu menurun.
7. Tekanan inspirasi 6. Frekusensi nafas Terapotik:
menurun. membaik.
5. Posisikan semi foler.
6. Lakukan fisoterapi
dada.
7. Berikan oksigen,
jika perlu.

Kolaborasi:

8. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator.

3 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Observasi:


gas b.d interpensi 1. Monitor frekuensi,
ketidakseimbangan keperawatan irama, kedalam
pentilasi-perpusi. diharapkan dan upaya nafas.
Dibuktikan dengan : pertukaran gas 2. Monitor adanya
1. Dipsnea. meningkat dengan sumbatan jalan
2. Takikardi. kriteria hasil : nafas.
3. Bunyi nafas 1. Dyspnea 3. Auskultasi bunyi
tambahan. menurun. nafas.
4. PCO 2 2. Bunyi nafas 4. Monitor saturasi
meningkat/menurun. tambahan oksigen.
5. PO2 menurun. menurun. 5. Monitor kecepatan
6. Pusing. 3. Pusing aliran oksigen.
7. Penglihatan kabur. menurun. 6. Monitor
8. Sianosis. 4. Penglihatan kemampuanmelepa
9. Gelisah. kabur menurun. skan oksigen saat
10. Nafas cuping 5. Gelisah makan.
hidung. menurun.
Terapotik:
11. Pola nafas 6. Nafas cuping
abnormal. hidung 7. Pertahankan
12. Kesadaran menurun. menurun. kepatenan jalan
7. PCO2 nafas.
membaik. 8. Berikan oksigen
8. PO2 membaik. tambahan bila
9. Takikardia perlu.
membaik.
Kolaborasi:
10. Sianosis
membaik. 9. Kolaborasi
11. Pola nafas penentuan dosis
membaik. oksigen.
12. Warna kulit 10. Kolaborasi
membaik. penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan tidur.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus di miliki perawat
pada tahap implementasi adalahkemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2017).
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Tujuan evaluasi keperawatan yaitu untuk menilai pencapaian tujuan
pada rencana keperawatan yang lebih ditetapkan, mengidentifikasi variabel-
variabel yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan
apakah rencana keperawatan diteruskan, dimodifikasi, atau dihentikan (Kozierg,
B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Z. 2017. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Indonesia.

Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM. 2018.
Patofisiologi: konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC.
Hal:796-815

Djojodibroto, R.D. Respirologi : Respiratory Medicine. 2017. Jakarta : ECG.

Asmadi. (2019), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Dahlan, Zul. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : FKUI.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suratun & Santa. (2013). Gangguan Sistem Pernapasan (II; Agung Wijaya, Ed.).
Jakarta: CV. Trans Info Media.

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI.

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta: DPP PPNI.

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI.

You might also like