You are on page 1of 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

TOPIK BAHASAN : Pendidikan Kesehatan Tentang Stunting Pada


Anak
POKOK BAHASAN : Tanda-tanda Stunting Pada Anak
SASARAN : Ibu-ibu yang memiliki anak balita
WAKTU : Rabu, 06 Maret 2024 pukul . 10. 00 WIT - Selesai
TEMPAT : Posyandu

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:


Setelah dilakukan penyuluhan (pendidikan kesehatan), ibu-ibu yang
memiliki balita di Desa Dullah mampu memahami tentang stunting pada anak.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :


Setelah diberikan penyuluhan 1 x 30 menit, ibu-ibu yang memiliki balita di
wilayah Desa Dullah diharapkan mampu :
1. Masyarakat mengetahui pengertian Stunting Pada Anak
2. Masyarakat mengetahui penyebab Stunting Pada Anak
3. Masyarakat mengetahui ciri-ciri Stunting Pada Anak
4. Masyarakat mengetahui pemeriksaan Stunting Pada Anak
5. Masyarakat mengetahui pengaruh Stunting Pada Anak
6. Masyarakat mengetahui pencegahan Stunting Pada Anak
7. Masyarakat mengetahui penanggulangan Stunting Pada Anak

METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
PEMATERI:
1. Felomena Rahawarin
2. Febriyanto Yauply
3. Fresya Sambonu
DOKUMENTASI:
1. Elisabeth M. Huninkore
2. Fitria Rahayaan

MATERI : Terlampir
ALOKASI WAKTU : 30 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL : Power point & Leaflet

PROSES BELAJAR MENGAJAR :


No. Pemberi Materi Peserta Metode Media Waktu
Pre Interaksi
1. Memberi salam Menjawab salam -
2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan Ceramah 2 Menit
penyuluhan dan tema memperhatikan pemberi -
penyuluhan. materi
3. Apersepsi dengan Menjawab Tanya 3 menit
memberikan pertanyaan jawab
tentang Stunting Pada
Anak

Isi
4. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
terkait Stunting Pada memperhatikan Ceramah Powerpoint 15 menit
Anak
5. Memberikan Mengajukan pertanyaan
kesempatan untuk Tanya
- 5 menit
bertanya tentang materi Jawab
yang disampaikan.
Penutup
6. Melakukan evaluasi Menjawab
Tanya
dengan memberikan -
jawab 3 Menit
pertanyaan mengenai
Stunting

7. Menyimpulkan hasil Mendengarkan Ceramah - 2 menit


kegiatan penyuluhan.
8. Menutup penyuluhan Menjawab salam Pemberian -
dan mengucapkan leaflet
salam.

EVALUASI :
a. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan posyandu
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta mengajukan pertanyaan
3. Peserta menjawab pertanyaan pre test dan post test
c. Evaluasi Hasil
1. Masyarakat mampu menjawab Stunting Pada Anak
2. Masyarakat mampu menjawab mengetahui ciri-ciri Stunting Pada
Anak
3. Masyarakat mampu menjawab pengaruh Stunting Pada Anak
4. Masyarakat mampu menjawab penanggulangan Stunting Pada Anak

MATERI STUNTING PADA ANAK

1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah,
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak –
anak lain seusianya. Stunted ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak (Aryastami & Tarigan, 2017).
Pertumbuhan Stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untuk tumbuh pendek pada usia remaja. Anak yang tumbuh pendek
pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun memiliki
risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia pubertas,
sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia dini dapat mengalami growth
faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek pada
usia pra-pubertas (Wong, 2008).Oleh karena itu, intervensi untuk mencegah
pertumbuhan Stunting masih tetap dibutuhkan bahkan setelah melampaui
1000 HPK (Aryastami & Tarigan, 2017).

2. Penyebab Stunting Pada Anak


Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi
sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada
masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang
peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (Anugraheni,
2012) :
a. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan
disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit
infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta
mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi
pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi
gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting.
c. Banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan
oleh masyarakat di lingkungannya. "Antara lain tak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
d. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah
kemiskinan.
e. Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan
masyarakat akan gizi. Namun kedua faktor ini masih belum menjadi
faktor penyebab utama kemiskinan.
f. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan
merupakan salah satu biang kerok munculnya anak stunting. Karena
pola makan sering kali seiring dengan kondisi kesejahteraan.
Konsumsi ikan laut masyarakat masih rendah, padahal protein dan
omega yang dikandung sangat bermanfaat bagi anak. Sangat ironis
memang, karena Indonesia merupakan negara bahari.
3. Ciri-Ciri Stunting Pada Anak (Aridiyah, Rohmawati, & Ririanty,
2015)
a. Anak yang stunting, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan
(lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan
dengan anak non-stunted jika ditempatkan dalam situasi penuh
tekanan.
b. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting)
menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori
belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak.
c. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah
5cm/tahun decimal
d. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis,
rambut ketiak, panjangnya testis dan volume testis)
e. Wajah tampak lebih muda dari umurnya
f. Pertumbuhan gigi yang terlambat
4. Pemeriksaan dan Diagnosis
Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan
pertumbuhan dan masurasi dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi
kongential, KMK (Kecil Masa Kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ
(saluran cerna, kardiovaskular, organ pernafasan dan ginjal) (Sulastri, 2012)
5. Pengaruh Stunting Pada Anak
Beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya adalah sebagai berikut
(Mah & Nadhiroh, 2015) :
a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang
dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar
secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-anak dengan tinggi badan
normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah
dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status
gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak
dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak.
Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak dengan stunting mengkonsumsi makanan yang
berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak
stunted pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi
secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan
peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
6. Pencegahan Stunting
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat
badan secara teratur dan terus menerus.
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia
dibawah empat bulan.
c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk
bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan
efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan.
d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada
masyarakat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu.

7. Penanggulangan Stunting pada anak


a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak
janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan
periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan
gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari
selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
dilahirkannya.
b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan
masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak
langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air
minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor
penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan,
politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik)
dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian
tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, pemberian
vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan inisiasi
menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A, pemantauan
pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan
yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan,
penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur
(perbaikan jalan, pasar), dll.
d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth
Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar
standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan
oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-
ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu
mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan
lingkungan.
e. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, meliputi (Aryastami & Tarigan, 2017) :
1. Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang
baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau
telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan
makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6
bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
imunisasi dasar lengkap. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus
diupayakan oleh setiap rumah tangga.

Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah
ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara
fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anugraheni, H. S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-
36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. UNiversitas Diponogoro.

Aridiyah, O. F., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban
Areas). E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1), 163–170.
https://doi.org/10.1007/s11746-013-2339-4

Aryastami, N. K., & Tarigan, I. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan


Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4),
233–240. https://doi.org/10.22435/bpk.v45i4.7465.233-240

Mah, N. K., & Nadhiroh, R. S. (2015). Faktor Yang Berhubungan dengan


Kejadian Stunting Pada Balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13–18.
https://doi.org/10.1109/INPAC.2014.6981136
Nadiyah, Briawan, D., & Martianto, D. (2014). Faktor Risiko Stunting Pada Anak
Usia 0—23 Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Gizi Dan Pangan, ISSN 1978(2), 125—132.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.25182/jgp.2014.9.2.%25p

Sulastri, D. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Usia


Sekolah Di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Majalah Kedokteran
Andalas, 36(1), 40–50.

Wong, L. D. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

You might also like