Professional Documents
Culture Documents
Sap Stunting
Sap Stunting
(SAP)
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
PEMATERI:
1. Felomena Rahawarin
2. Febriyanto Yauply
3. Fresya Sambonu
DOKUMENTASI:
1. Elisabeth M. Huninkore
2. Fitria Rahayaan
MATERI : Terlampir
ALOKASI WAKTU : 30 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL : Power point & Leaflet
Isi
4. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
terkait Stunting Pada memperhatikan Ceramah Powerpoint 15 menit
Anak
5. Memberikan Mengajukan pertanyaan
kesempatan untuk Tanya
- 5 menit
bertanya tentang materi Jawab
yang disampaikan.
Penutup
6. Melakukan evaluasi Menjawab
Tanya
dengan memberikan -
jawab 3 Menit
pertanyaan mengenai
Stunting
EVALUASI :
a. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan posyandu
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta mengajukan pertanyaan
3. Peserta menjawab pertanyaan pre test dan post test
c. Evaluasi Hasil
1. Masyarakat mampu menjawab Stunting Pada Anak
2. Masyarakat mampu menjawab mengetahui ciri-ciri Stunting Pada
Anak
3. Masyarakat mampu menjawab pengaruh Stunting Pada Anak
4. Masyarakat mampu menjawab penanggulangan Stunting Pada Anak
1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah,
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak –
anak lain seusianya. Stunted ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka
panjang untuk gizi kurang pada anak (Aryastami & Tarigan, 2017).
Pertumbuhan Stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untuk tumbuh pendek pada usia remaja. Anak yang tumbuh pendek
pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun memiliki
risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia pubertas,
sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia dini dapat mengalami growth
faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek pada
usia pra-pubertas (Wong, 2008).Oleh karena itu, intervensi untuk mencegah
pertumbuhan Stunting masih tetap dibutuhkan bahkan setelah melampaui
1000 HPK (Aryastami & Tarigan, 2017).
Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah
ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara
fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anugraheni, H. S. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-
36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. UNiversitas Diponogoro.