You are on page 1of 25

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANKA PADA
BANK UMUM DI INDONESIA

NAMA
NIM

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2016

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUDL....................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 9

A. Landasan Teori.................................................................... 9

B. Penelitian Terdahulu............................................................ 23

C. Kerangka Pikir..................................................................... 26

D. Hipotesis.............................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 27

A. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional .................... 27

B. Populasi dan Penentuan Sampel ....................................... 28

C. Jenis dan Sumber Data....................................................... 29

D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 29

E. Metode Analisis .................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan perekonomian dunia yang memburuk secara sangat

cepat pada semester kedua tahun 2007 telah menjadi salah satu bahan

pembahasan penting Pemerintah, Bank Indonesia, dan DPR pada saat

membahas asumsi ekonomi makro tahun 2008 yang dipergunakan

sebagai dasar perhitungan besaran APBN 2008. Namun perubahan

situasi perekonomian global yang drastis dan cepat berubah hingga awal

tahun 2008 menyebabkan asumsi ekonomi makro 2008 yang telah

ditetapkan pada bulan Oktober 2007 menjadi tidak sesuai lagi.

Sebagai dampak dari krisis subprime yang terjadi, kebijakan

moneter yang cenderung ekspansif terjadi sejak awal tahun 2007dimana

terjadi penurunan BI rate sebesar 150 bps dari 9,75% di akhir tahun 2006

menjadi 8,25% di bulan Juli 2007. Namun demikian, kecepatan penurunan

BI rate ini melambat sejak bulan Agustus 2007. Hal tersebut diatas

terkait dengan kekhawatiran meningkatnya perkiraan inflasi ke depan

yang didorong oleh peningkatan fluktuasi nilai tukar akibat krisis

subprime. Selain itu, kecenderungan meningkatnya harga beberapa

komoditi internasional juga mendasari melambatnya penurunan BI rate.

1
2

Sejak bulan Juli hingga bulan Desember 2007, BI rate hanya turun

sebesar 25 bps di akhir tahun.

Hal itu membuat perbankan banyak menyalurkan dana untuk

kredit. Tingginya peningkatan kredit berdampak terhadap meningkatnya

angka rata-rata loan to deposit ratio (LDR) 64,7% di tahun 2006 menjadi

69,2% di akhir tahun 2007. Sementara itu, meskipun terjadi peningkatan

kredit yang cukup tinggi, posisi CAR yang mencerminkan tingkat

kesehatan permodalan bank masih tinggi sekitar 19,3% atau tidak banyak

berubah dari tahun sebelumnya sebesar 20,47%.

Dalam hal ini tingkat suku bunga dalam negeri dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik yang berasal dari luar negeri, seperti suku bunga

internasional, maupun yang berasal dari dalam negeri, seperti ekspektasi

inflasi, kondisi perbankan serta langkah dan tindakan otoritas moneter.

Bagi otoritas moneter, perkembangan dan tingkat suku bunga merupakan

satu indikator moneter yang sangat penting. Disatu sisi, perkembangan

suku bunga harus dapat merefleksikan faktor-faktor fundamental. Dan

disisi lain, suku bunga diupayakan dapat menunjang pencapaian sasaran-

sasaran ekonomi makro yang ditetapkan pemerintah, seperti inflasi,

permintaan dalam negeri, uang beredar (M2) dan aliran modal masuk

(Agustin, 2000 dalam Tuti, 2006).

Tingkat suku bunga pada dasarnya merupakan refleksi dan

kekuatan permintaan dan penawaran dana. Dengan demikian tingkat

suku bunga mencerminkan tingkat kelangkaan atau kecukupan dana di


3

masyarakat. Selain itu, tingkat suku bunga mempunyai kaitan yang cukup

erat dengan berbagai indikator ekonomi lainnya. Di sisi internal tingkat

suku bunga berkaitan dengan inflasi, permintaan dalam negeri dan nilai

tukar rupiah. Dalam lingkup eksternal tingkat suku bunga sangat berperan

terhadap arus modal masuk dan keluar. Oleh karena itu upaya

pengendalian tingkat suku bunga yang dilakukan harus selalu

memperhatikan keseimbangan berbagai faktor. Dalam rangka

meningkatkan kemampuan pengendalian pelaksanaan kebijakan moneter,

salah satu kebijakan mendasar yang telah ditempuh pemerintah adalah

kebijakan deregulasi perbankan yang dilaksanakan sejak tanggal 1 Juni

1983 dengan maksud agar kehidupan perbankan lebih mandiri, efisien

dan dapat meningkatkan mobilisasi dana masyarakat.

Jadi dalam hal ini bank-bank telah diberi kebebasan dalam

menetapkan tingkat suku bunga deposito, tingkat bunga pinjaman dan

pengelolaan lainnya. Sehingga penghimpunan dana meningkat pesat

karena bank-bank menawarkan tingkat bunga yang kompetitif, begitu pula

dengan penyaluran pinjaman kepada nasabahnya. (Nugroho, 2002). Tidak

jarang bank-bank menetapkan suku bunga terselubung, yaitu suku bunga

simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang diinformasikan secara

resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang

dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang.

Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan

dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi


4

atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan

demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku

bunga (Khalwaty, 2000). Tetapi tingkat suku bunga yang tinggi belum

tentu intensif bagi kinerja perbankan karena walaupun mampu

mendapatkan dana segar dari masyarakat yang besar, perbankan tidak

akan mampu bertahan selama modal mereka terus-menerus terkuras

akibat negative spread (selisih bunga deposito dengan kredit).

Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mencari tahu seberapa besar pengaruh kinerja fundamental keuangan

perbankan berupa CAR (Capital Adequancy Ratio), ROA (Return on

Assets) serta LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap tingkat suku bunga

deposito pada Bank Umum di Indonesia dalam menghadapi masa-masa

sebelum suprime mortgage crisis terkuak, pada saat terkuak dan pasca

krisis. Oleh karena itu maka penulis mencoba melakukan penelitian

dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM

DI INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang

menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Tingkat

Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum?


5

2. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Tingkat Suku

Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum?

3. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Tingkat

Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian :

a. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR)

terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank

Umum.

b. Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum.

c. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR)

terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank

Umum.

2. Kegunaan Penelitian :

a. Memberikan dasar bagi penyusunan rencana dan strategi yang

baik dan terarah untuk digunakan sebagai referensi bagi peneliti

lain yang berhubungan dengan masalah tingkat suku bunga

dimana yang akan datang secara lebih efektif dan efisien.

b. Bagi penulis merupakan tambahan khasanah pengetahuan dan

wawasan yang sangat berharga yang disinkronkan dengan

pengetahuan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Profitabilitas

Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu

harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan

atau profitabilitas. Yang dimaksud dengan profitabilitas (profitability)

atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh

laba (Simorangkir, 2004).

Laba merupakan tujuan dengan alasan sebagai berikut :

a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada

pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan.

Sudah barang tentu bertambahnya cadangan akan menaikan

kredibilitas (tingkat kepercayaan) bank tersebut dimata masyarakat.

b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan. Pimpinan bank

yang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan

keuntungan yang lebih besar dari pada pimpinan yang kurang

cakap.

c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk

menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan

atau ditetapkan oleh bank. Pada gilirannya bank akan mempunyai

6
7

kekuatan modal untuk memperluas penawaran produk dan jasanya

kepada masyarakat.

Perhitungan profitabilitas didasarkan pada modal bank. Selain itu

juga memperhatikan pendapatan bruto (revenues) dan biaya. Biaya

meliputi biaya modal, overhead, biaya yang berhubungan dengan

proses pemberian pinjaman dan investasi portofolio, dan biaya yang

berhubungan dengan kewajiban-kewajiban pajak.

Profitabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

Profitabilitas yang diproksikan oleh ROA dengan rumus sebagai

berikut :

2. Capital Adequancy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh

aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di

luar bank. CAR adalah rasio kecukupan modal yang merupakan faktor

yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan

menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menerapkan CAR yaitu

kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu

dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari

total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) atau secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2003) :


8

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan

bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Lukman

Dendawijaya, 2003, rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas

bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif

dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu

bank membawa konsekuwensi semakin besar risiko yang ditanggung

oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit yang disalurkan

mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami

kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat.

4. Tingkat Suku Bunga

Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004),

suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan

uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit

waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk

meminjam uang. Menurut


9

Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi

keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada suratberharga,

dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga

(bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya),

sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita

capital loss atau gain. Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku

bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku

bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah

yang diinvestasikan.

b. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi

akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal

dikurangi laju inflasi.

B. Penelitian Terdahulu

Rahmat Wiranata (2005), melakukan penelitian terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada

bank umum, Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perkembangan kondisi eksternal dan internal perbankan serta mengetahui

risiko yang muncul akibat semakin ketatnya persaingan dikalangan

perbankan. Sampel penelitian adalah 130 bank umum yang beroperasi

pada bulan Maret 2003 – Desember 2007. Hasil penelitian menyatakan

bahwa NPL, LDR, CAR dan inflasi berpengaruh terhadap tingkat suku

bunga deposito berjangka pada bank umum.


10

Wisnu Mawardi (2005) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja keuangan bank umum di Indonesia dengan

total asset kurang dari 1 trilliun. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perkembangan kondisi eksternal dan internal

perbankan serta mengetahui risiko yang muncul akibat semakin ketatnya

persaingan dikalangan perbankan. Data yang digunakan yaitu data

sekunder berupa laporan keuangan publikasi bank umum tahun 1998-

2001.Populasi penelitian menggunakan seluruh bank umum yang

beroperasi dan mempunyai total asset kurang dari 1 trilliun rupiah. Sampel

menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) dengan

pertimbangan pertimbangan tertentu (judgment sampling) sehingga

didapat 56 bank yang memenuhi syarat untuk dijadikan sample. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan bank sebagai

variabel bebasnya dan Efisiensi Operasi (BOPO), Non Performing Loan

(NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Current Asset Ratio (CAR) sebagai

variabel babas.

C. Kerangka Pikir

Dari pemaparan telaah pustaka di atas, maka susunan kerangka

berpikir teorittis yang dibangun adalah sebagai berikut :

CAR

ROA Tingkat Suku


Bunga
11

LDR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran teoritis diatas, maka dapat diambil

beberapa hipotesis sebagai berikut :

H1 : Diduga ada pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap tingkat

bunga deposito berjangka

H2 : Diduga ada pengaruh Loan to Defisit Ratio (LDR) terhadap tingkat

bunga deposito berjangka

H3 : Diduga ada pengaruh Capital Adecuancy Ratio (CAR) terhadap

tingkat bunga deposito berjangka


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Suku Bunga Deposito (Y)

Tingkat bunga deposito berjangka adalah suatu harga penggunaan

uang yang dapat diukur dari besarnya penggunaan uang dalam

jangka waktu tertentu yang disesuaikan dengan tingkat permintaan

dalam pasar dana investasi sebagai imbalan atas penanaman dana

pada deposito berjangka. Variabel ini dinyatakan dalam persen.

Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data

yang diambil adalah tingkat suku bunga deposito mulai bulan

Januari 2007-Desember 2008.

b. Return On Assets (ROA) (X1)

Formula yang digunakan dalam ROA adalah laba sebelum pajak

dibandingkan dengan rata-rata total asset dalam satu periode (SE

Bank Indonesia No. 3/30/DPNP).

c. Capital Adequancy Ratio (CAR) (X2)

Variabel modal dalam penelitian diidentifikasikan dengan rasio

modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko atau Capital

Adequancy Ratio (CAR). (SE Bank Indonesia No. 3/30/DPNP)

12
13

d. Loan Deposit Ratio (LDR) (X3)

Merupakan proksi dari intermediasi dimana pengukurannya

dilakukan dengan membandingkan total loan dengan total

deposit. (SE Bank Indonesia No. 3/30/DPNP)

B. Populasi dan Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki ciri dan

karakteristik yang sama. Penentuan spesifikasi populasi dalam suatu

penelitian mutlak dilakukan agar penelitian dapat dilakukan dengan

terarah dan sistematis. Populasi adalah jumlah obyek (satuan-satuan

atau individu–individu) yang karakteristiknya hendak diduga (J.

Supranto, 1998).

2. Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive

sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang

digunakan oleh peneliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan keterangan yang memberikan gambaran tentang

suatu keadaan atau persoalan. Jadi ketersediaan data merupakan suatu

hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data ada 2

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

dikumpulkan berdasarkan situasi sesungguhnya yang terjadi (menurut

perilaku dan sikap objek), sehingga merupakan data asli yang belum
14

mengandung unsur pengolahan. Data sekunder adalah data yang berasal

dari sumber-sumber yang ada, sehingga sudah mengandung

analisis/manipulasi dalam penyajiannya dan penelitian tinggal

memakainya untuk dianalisis.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini

menggunakan studi dokumentasi yaitu dengan studi pustaka dari berbagai

literatur, pengambilan gambar dengan media tertentu, jurnal atau buku-

buku yang berkaitan dengan permasalahan ini dan berbagai sumber-

sumber lain yang berasal dari instansi-instansi terkait.

E. Metode Analisis

1. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau

lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen

dengan variable independen. Adapun rumus dari regresi linier

berganda (multiple linier regresion) secara umum adalah sebagai

berikut

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ e

Berdasarkan mekanisme hubungan antar variabel maka formulasi

matematis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

SB = a + b1 ROA + b2 LDR + b3 CAR + e

Dimana :
15

SB = Suku Bunga Deposito

ROA = Return on Assets

LDR = Loan to Deposit Ratio

CAR = Capital Adequancy Ratio

2. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis

regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam

penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliput i

uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal

atau mendekatinormal. Ghozali (2006), pada prinsipnya normalitas

dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Dasar pengambilan keputusan :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.
16

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas lain pada penelitian

ini menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0: Data residua l berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

b. Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas ini berguna untuk mengetahui apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya mult

ikolonieritas dalam model regresi adalah dengan menganalisis

matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas

ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini

mengindikasikan adanya multikolonieritas (Ghozali 2006:95).

Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan nilai

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

varibel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas

lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan

nilai VIF ≥ 10 (Ghozali 2006:95-96).


17

Sebagai dasar acuannnya dapat disimpulkan :

1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel

bebas dalam model regresi.

2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10 maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel bebas

dalam model regresi. (Ghozali, 2006);

c. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)

yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2006). Dasar

analisisnya :

1) Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya


18

heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji

glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali 2006:129).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasiyang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk menguji ada atau

tidaknya autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-

Waston (DW test).

3. Pengujian Hipotesis

Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Uji Parsial (t test)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol

(H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama

dengan nol, atau: H0 : bi=0. Artinya apakah suatu variabel

independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu


19

variabel tidak sama dengan nol, atau : HA : bi ≠ 0. Artinya

variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen. Kriteria pengujian :

Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak

Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima

Untuk mengukur nilai t tabel, ditentukan tingkat signifikansi 5

persen dengan derajat kebebasan df = (n-2) dengan n adalah

jumlah observasi.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara

bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol, atau H0 : b1 = b2 =

……= bk = 0. Artinya, apakah semua variabel independen bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan

sama dengan nol, atau HA : b1 ≠ b2 ≠….. ≠ bk ≠ 0. Artinya,

semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian

yang digunakan adalah :

Jika f hitung > f tabel maka H0 ditolak

Jika f hitung < f tabel maka H0 diterima


20

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 . Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2006:87).


21

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana dan Wahyu Utomo, 2006, Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada
Bank Umum di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 10 No.
1, Oktober 2006.

Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. 2004. Analisis Pengaruh Nilai
Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi
Bisnis. Vol. III No.5

Andriani, Mukti. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Bunga yang


Diterima Perbankan di Indonesia. Skripsi Sarjana Tidak
Diterbitkan, UPN Veteran Jawa Timur

Boediono. 1990. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE-UGM

Cooper, Donald R. And Pamela S Schindler. 2000. Business Research


Methods. USA : Mcgraw-Hill College

Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua,


Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta

Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik non-Parametrik: Teori


dan Aplikasi dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP

http://www.wahana-statistika.com/olah-data/eviews/122-pengantar-
eviews.html

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian.


Yogyakarta : BPFEUGM

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Keynes, John Maynard. 1991. Kesempatan Kerja, Bunga dan Uang.


Diterjemahkan Oleh Willem H Makaliwe, Universitas Hasanudin.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Nopirin, Phd. 1990. Ekonomi Moneter. Buku Satu. Edisi Ketiga.


Yogyakarta : BPFE UGM
22

Nugroho, Widjajanto.2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Besarnya Tingkat Bunga Deposito di Indonesia (Periode 1999-
2001). Tesis. Universitas Diponegoro Semarang

Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta : Intermedia.

Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non


Bank. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sofriza, Sofyan. 2002. Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja


Perbankan di Indonesia. Media Bisnis dan Manajemen Vol. 2 No.
3 Desember 2002, pp 194-219.

Statistik Perbankan Indonesia-Vol. 3, No. 12, November 2005

Sudrajat W. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung

Supranto, J. 1998. Pengantar Matrix. Jakarta. Rineka Cipta

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP/2001 Tahun 2001.

Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum Serta


Laporan Tertentu yang Disampaikan Kepada Bank Indonesia.
Jakarta Suyatno, Thomas dkk. 1990. Kelembagaan Perbankan.
Jakarta : STIE Perbanas-Gramedia

Syakir, Akhmad. 2004. Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank


Terbesar Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA). Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 13/Desember/2004.

Syakir, H Imam. 1995. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito Pada Bank-Bank Umum
Pemerintah Dan Bank-Bank Umm Swasta Nasional Di Indonesia.
Disertasi, Unair Surabaya

Taufik, Muhammad, 2004. Analisis Pengaruh Fluktuasi Instrumen Bank


Indonesia Terhadap Suku Bunga Deposito Industri Perbankan
(Januari 2001 – Desember 2003). Tesis. Universitas Indonesia
Jakarta

Tuti. 2006. Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam Negeri Pada


Bank Umum di Indonesia. Skripsi. UII Yogyakarta
23

Wisnu Mawardi. 2005. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank
Umum Dengan Total Assets Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis
Dan Strategi. Vol.14. No.1. Juli 2005.

Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Penerbit


Handayani, 1992

Santoso, Iman. 2001. Analisa Beberapa Variabel yang Mempengaruhi


Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank
Umum Swasta Nasional. Tesis. Universitas Brawijaya

You might also like