You are on page 1of 267

PARADIGMA BARU

PEMBELAJARAN PKn ABAD 21

Dra. Reinita, M.Pd


Atri Waldi, M. Pd
Yesi Anita, M.Pd

PENERBIT CV. PENA PERSADA

i
PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN PKn ABAD 21

Penulis:
Dra. Reinita, M.Pd
Atri Waldi, M. Pd
Yesi Anita, M.Pd

ISBN : 978-623-6688-13-7

Design Cover :
Retnani Nur Briliant

Layout :
Hasnah Aulia

Penerbit CV. Pena Persada


Redaksi :
Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah
Email : penerbit.penapersada@gmail.com
Website : penapersada.com Phone : (0281) 7771388
Anggota IKAPI

All right reserved


Cetakan pertama : 2020

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin
penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Buku ini ditulis sebagai usaha ikut berperan dalam


mengatasi keprihatinan terhadap generasi bangsa atas
keterpurukan bangsa ini, khususnya dalam kemerosotan moral
dengan semakin maraknya ketidakjujuran, kemunafikan, dan
maraknya tindak korupsi, serta terus terkikisnya nilai-nilai luhur
bangsa yang terkristalisasi dalam Pancasila. Pembelajaran PKn di
SD pada hakikatnya memiliki tujuan menjadikan warga Negara
Indonesia yang cerdas, bermanfaat dan aktif dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan tujuan ini maka
diperlukan buku “Paradigma Baru Pembelajaran PKn Abad 21”
sebagai sumber yang mampu menyajikan pembelajaran PKn
sesuai dengan perkembangan zaman, dan diharapkan dapat
memenuhi tantangan dan keadaan yang dinamis dimasa
mendatang.
Pokok-pokok bahasan dalam buku ini meliputi: hakikat,
fungsi, dan tujuan pembelajaran PKn di SD, karakter warga
Negara Indonesia sebagai individu yang memegang teguh
prinsip Bhineka Tunggal Ika, hakikat manusia Indonesia,
manusia Pancasila, Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan
bangsa, Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan sehari-
hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia,
kemajemukan masyarakat Indonesia dan kebanggaan berbangsa
dan bernegara di Indonesia, UUD 1945 dan amandemen UUD
1945, dan Dewan Perwakilan Rakyat. Buku ini cocok untuk
digunakan sebagai buku panduan mata kuliah wajib untuk
jurusan PGSD.
Penulis menyadari bahwa buku ini bisa terwujud berkat
adanya dorongan dan partisipasi dari pihak keluarga, Tim Mata
Kuliah, dan semua pihak yang banyak memberikan kesempatan
pada penulis untuk bisa menyelesaikan buku ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih dan berharap semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat, nikmat, serta berkahNya kepada
kita semua, dan tak lupa pula ucapan terimakasih kepada Drs. M.
Fachri Adnan, M.Si, Ph.D yang telah bersedia menelaah
kelayakan isi buku ini dengan baik.

iii
Buku ini sarat dengan kelemahan dan kekurangan bahkan
mungkin kekeliruan, oleh karena itu penulis berharap agar
pembaca dan pemerhati pendidikan khususnya berkenan
menyampaikan kritik dan saran demi kebaikan bersama.
Harapan penulis buku ini dapat bermanfaat dalam mendukung
cita-cita bersama menghasilkan anak bangsa yang demokratis,
cerdas, bertanggung jawab, partisipatif, berbudi luhur, humanis,
dan religius.

Padang, Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii


DAFTAR ISI ........................................................................................ v
BAB I PARADIGMA PEMBELAJARAN PKN ABAD 21
A. Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pembelajaran Pkn Di Sd ...... 1
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
di Sekolah Dasar ................................................................... 1
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) di SD ........................................................................... 5
B. Hakikat Paradigma Baru Pembelajaran Pkn Sd Abad 21 .... 8
1. Pengertian Paradigma Baru Pembelajaran PKN di SD
Abad 21 .................................................................................. 8
2. Tugas Pkn dengan Paradigma Baru Pembelajaran Pkn
Di SD ..................................................................................... 15
3. Model Pembelajaran PKn dengan Paradigma Baru ........ 23
C. Pembelajaran Pkn Dalam Upaya Mewujudkan Warga
Negara Indonesia Yang Demokratis ...................................... 33
BAB II KARAKTER INDIVIDU WARGA NEGARA INDO-
NESIA SEBAGAI INDIVIDU YANG MEMEGANG TEGUH
PRINSIP BERBHINEKA TUNGGAL IKA
A. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia
Yang Cerdas (Civil Intelligent) .............................................. 38
B. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia
Yang Bisa Berpartisipasi (Civil Participation) ...................... 39
C. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia
Yang Bisa Bertanggung Jawab (Civil Responsibility) ......... 44
D. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia
Yang Bisa Taat Beragama (Religius) Dan Toleransi ............ 49
1. Warga Negara yang Taat Beragama (Religius) ................ 49
2. Pentingnya Toleransi ........................................................... 51
BAB III HAKIKAT MANUSIA INDONESIA MANUSIA
PANCASILA
A. Hakikat Manusia Indonesia Manusia Pancasila .................. 55
1. Hakikat Manusia Indonesia Sebagai Mahluk Tuhan
YangMaha Esa .................................................................... 55
2. Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Sosial ......................... 57

v
3. Hakikat Manusia Indonsia Sebagai Warga Negara
Indonesia .............................................................................. 58
4. Diagram Hakikat Pribadi Manusia Pancasila ................... 59
BAB IV PANCASILA DALAM KONTEK SEJARAH PERJU-
ANGAN BANGSA INDONESIA
A. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Dan Majapahit, Zaman Penjajahan, Kebangkitan Nasional
1. Masa Kerajaan Kutai ............................................................ 64
2.Masa Kerajaan Sriwijaya....................................................... 64
3. Masa Sebelum Majapahit..................................................... 66
4. Masa Kerjaan Majapahit ...................................................... 67
5. Zaman Penjajahan ................................................................ 68
6.Kebangkitan Nasional ........................................................... 69
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Menghadapi
Penjajahan Di Indonesia
1. Perjuangan Rakyat Demak Melawan Portugis ................. 70
2. erlawana Aceh Melawan Portugis ..................................... 70
3. Perlawanan Rakyat Ternate melawan Portugis ............... 71
4. Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan
Jepang ..................................................................................... 71
C. Proklamasi Kemerdekaan ....................................................... 72
D. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam
Mempertahnkan Dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia .... 76
1. Perlawanan Fisik................................................................... 76
2. Perjuangan Bersenjata .......................................................... 80
BAB V PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHI-
DUPAN SEHARI-HARI, BERMASYARAKAT, BERBANGSA
DAN BERNEGARA DI INDONESIA
A. Hakikat Pembelajaran Pancasila, Fungsi Dan Tujuan
Pendidikan Pancasila ............................................................... 87
1. Hakikat Pembelajaran Pancasila ........................................ 87
2. Fungsi Pendidikan Pancasila .............................................. 88
3. Tujuan Pendidikan Pancasila .............................................. 89
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ........................ 91
1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
POLEKSOSBUDHANKAM ................................................ 93

vi
2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama. ......................................................... 95
3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK ..... 95
4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi........................... 96
5. Pancasila Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani ...... 98
6. Pancasila dalam konteks Globalisasi ................................. 108
C. Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan .............................. 110
1. Aktualisasi Pancasila Secara Objektif ................................ 110
2. Aktualisasi Pancasila Secara Subjektif .............................. 110
BAB VI KEMAJEMUKAN MASYARAKAT INDONESIA DAN
KEBANGGAAN BERBANGSA DAN BERNEGARA INDO-
NESIA
A. Keberagaman Masyarakat Indonesia .................................... 112
1. Keberagaman di Bidang Sosial Budaya, Agama dan
Lainnya .................................................................................. 112
2. Tipe Sosial Budaya yang Dimiliki Bangsa Indonesia ...... 118
B. Konflik ........................................................................................ 120
1. Sumber-Sumber Konflik ..................................................... 122
2. Upaya-upaya untuk Mengatasi Konflik ........................... 125
C. Kebanggan Berbangsa Dan Bernegara Indonesia ................ 126
1. Hakikat Bangga Berbangsa ................................................. 126
2. Hakikat Bangga Bernegara ................................................. 131
3. Faktor Pembentukan Bangsa dan Negara ........................ 133
4. Faktor yang Memperkuat Persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia ................................................................. 138
5. Berbagai Keunggulan Bagi Bangsa Indonesia ................. 141
6. Upaya dalam Memelihara/Menjaga Keunggulan yang
Dimiliki Bangsa Indonesia .................................................. 145
7. Bersyukur dengan Keunggulan yang Dimiliki ................ 148
BAB VII UUD 1945 DAN AMANDEMEN 1945
A. UUD 1945................................................................................... 149
1. Konsep, Sifat, Fungsi, dan Kedudukan UUD 1945. ........ 149
2. Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945 .. 154
B. Penjelasan Tentang Undang-Undang DasarNegara
Indonesia Umum ....................................................................... 164
1. Undang-Undang Dasar Sebagian dari Hukum

vii
Dasar........................................................................................... 164
2. Pokok Pokok Pikira Dalam Pembukaan ........................... 165
3. Undang-Undang Dasar Menciptakan Pokok-Pokok
Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan dan
Pasal-Pasalnya. ...................................................................... 166
4. Undang-Undang Dasar Bersifat Singkat dan Supel ........ 166
C. Sistim Pemerintahan Negara ................................................... 168
1. Indonesia Ialah Negara Yang Berdasar
Atas Hukum .......................................................................... 168
2. Sistim Konstitusionil ............................................................ 168
3. Kekuasaan negara yang Tertinggi di Tangan MPR ......... 168
4. Presiden Ialah Penyelenggara Pemerintah Negara
Yang Tertinggi Dibawah Majelis ........................................ 168
5. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR ............ 169
6. Menteri Negara Ialah Pembantu Presiden ....................... 169
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas ............... 169
D. Kedudukan dewan perwakilan rakyat .................................. 169
E. Menteri-Menteri Negara Bukan Pegawai Tinggi Biasa ........ 170
F. Bab Bab Dan Pasal Pasal Uud 1945 Hasil
Amandemen................................................................................ 171
G. Amandemen Uud 1945 ............................................................. 178
1. Pengertian Amandemen ..................................................... 178
2. Amandemen Uud 1945 ........................................................ 179
3. Tujuan Amandemen Uud 1946 ........................................... 181
4. Latar Belakang Amandemen Uud 1945 ............................. 183
5. Bab Bab Dan Pasal Pasal Uud 1945 Hasil
Amandemen ......................................................................... 187
H. Perbandingan Rumusan Pasal Uud 1945 Sebelum dan
Sesudah Amandemen .............................................................. 215
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 250
PARADIGMA BARU PKN SD ABAD 21 ..................................... 255

viii
BAB I
PARADIGMA PEMBELAJARAN
PKN ABAD 21
A. Hakikat, Fungsi, Dan Tujuan Pembelajaran Pkn Di Sd
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah
Dasar
Hakikat PKn di SD adalah sebagai program
pendidikan yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila dalam
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur serta moral
yang berakar pada budaya bangsa yang akan menjadi jati
diri dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran dari berbagai segi
kehidupan seperti agama, sosial budaya, usia bahasa, dan
suku bangsa yang berfokus pada pembentukan watak
kewarganegaraan yang mampu memahami dan
melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sebagai warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter
sesuai dengan yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945
Hakikatnya kewarganegaraan itu merupakan hasil
dari sintesis antara pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan demokrasi dan citizenship yang berlandaskan
pada filsafat Pancasila, serta materi identitas nasional dan
bela negara. Dengan hakikat pendidikan kewarganegaraan
Indonesia yang berbasis Pancasila tersebut, maka dapat
dirumuskan bahwa pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan
kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, demokrasi, HAM,
dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat madani
Indonesia dengan menggunakan filsafat Pancasila sebagai
pisau analisisnya. Pancasila merupakan dasar Negara,
maka dalam mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara
mempunyai sifat imperatif yang artinya setiap warga
negara Indonesia harus tunduk dan taat padanya.

1
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari tidak disertai sanksi hukum, tetapi memiliki sifat
mengikat artinya setiap manusia Indonesia terkait dalam
cita-cita yang terkandung di dalamnya.(Hadiwijono, 2016)
Dalam Kurikulum 1946, 1957, dan 1961 tidak
mengenal mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Dalam kurikulum 1946 dan 1957 materi tersebut itu dikemas
dalam mata pelajaran Pengetahuan Umum di Sekolah Dasar
atau Tata Negara di Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Atas. Pada Kurikulum SD tahun 1968
mulai dimuat mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN). Pada Kurikulum ini Pendidikan Kewargaan
Negara mencakup Sejarah Indonesia, Civics dan Geografi
yang diartikan sebagai pengetahuan Kewargaan Negara.
Pada kurikulum SMP 1968 PKN mencakup materi sejarah
Indonesia dan Tata Negara, sedangkan pada kurikulum
SMA 1968 PKN lebih didominasi oleh materi UUD 1945.
Sementara itu, pada kurikulum SPG 1969 PKN mencakup
sejarah Indonesia, UUD, Hak Asasi Manusia dan
Kemasyarakatan. Pada Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat mata pelajaran
Pendidikan dan Pengetahuan Kewargaan Negara. Sedikit
berbeda, menurut kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan 1973 diperkenalkan mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk Sekolah
Dasar 8 tahun yang berisikan integrasi materi ilmu
pengetahuan sosial. Sedangkan di Sekolah Menengah 4
tahun selain studi sosial terpadu, juga terdapat mata
pelajaran PKN sebagai program inti serta Civics dan
Hukum sebagai program utama pada jurusan sosial.
Dalam wacana yang berkembang selama ini ada dua
istilah yang perlu dibedakan, yakni kewargaannegara dan
kewarganegaraan. Istilah Kewargaannegara adalah
terjemahan dari kata "Civics" yang merupakan mata
pelajaran sosial dengan tujuan membina dan
mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara

2
yang baik. Good Citizen merupakan warga negara yang mau,
tahu dan mampu berbuat baik" atau jika dideskripsikan
secara general good citizen adalah warga negara yang
mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak serta
kewajibannya sebagai warga negara. Dalam pandangan lain
berkaitan dengan istilah kewarganegaraan digunakan dalam
perundangan mengenai status formal warga negara dalam
suatu negara, misalnya peraturan tentang diri
kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisasi atau
pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia bagi
orang atau warga negara asing. Namun demikian, kedua
konsep tersebut kini digunakan untuk kedua-duanya
dengan istilah kewarganegaraan yang secara konseptual
diadopsi dari konsep citizenship, dan secara umum diartikan
sebagai hal-hal yang terkait pada status hukum (legal
standing) dan karakter warga negara, sebagaimana dimuat
dalam perundang-undangan kewarganegaraan untuk status
hukum warga negara, dan pendidikan kewarganegaraan
sebagai program pengembangan karakter warga negara
secara kurikuler.(S. Winataputra, 2003)
Berkaitan dengan pernyatan sebelumnya, Daryono
(dalam Syam, 2011) menyebutkan bahwa PKn merupakan
salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah. PKn
bertujuan membina perkembangan moral peserta didik
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar dapat mencapai
perkembangan secara optimal dan dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Agar terwujudnya
tujuan pendidikan nasional tersebut maka guru harus siap
dan mampu untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada

3
diri siswa sebagai generasi penerus sehingga siswa tersebut
memiliki kepribadian yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional dan berjiwa Pancasila.
Berdasarkan naskah Penguatan Kurikulum mata
pelajaran PPKn terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
(Puskurbuk) Kemdikbud 2012, dinyatakan bahwa pelajaran
PKn disesuaikan menjadi mata pelajaran PPKn. Perubahan
atau disebut sebagai penyesuaian ini dimaksudkan agar
dapat mengakomodasi perkembangan dan persoalan yang
berkembang di masyarakat. Penyesuaian menjadi mata
pelajaran PPKn ini dilakukan untuk mengakomodasi 4
pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai ruang lingkup
baru. Dalam naskah tersebut dijelaskan pula jatidiri atau
karateristik dari PPKn sebagai pendidikan
kewarganegaraan Indonesia di masa depan sebagai
berikut:
a. Eksistensi PPKn dinyatakan dalam pasal 37 UU No. 20
Tahun 2003. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 37
dinyatakan bahwa: “...pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air”. Dalam mengakomodir perkembangan baru
dan mewujudkan pendidikan sebagai bagian utuh dari
proses pencerdasan kehidupan bangsa, maka nama
mata pelajaran PKn berserta ruang lingkup dan proses
pembelajarannya disesuaikan menjadi PPKn, yang
bertujuan untuk membentuk peserta didik yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, Bhineka
Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Dalam PPKn, Pancasila ditempatkan sebagai entitas
inti yang menjadi acuan serta indikator dalam

4
mengukur keberhasilan dari keseluruhan ruang lingkup
mata pelajaran.
c. UUD NRI tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika,
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan
sebagai bagian integral dari keseluruhan tatanan
penyelenggaraan negara yang berdasarkan atas dan
bermuara pada sistem nilai dan moral Pancasila.
d. Dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mata
pelajaran PPKn memuat secara utuh keempat ruang
lingkup tersebut. (Gandamana, 2013)

Abdul Azis menyatakan bahwa Pembelajaran PKn


ditujukan bukan sekedar untuk menghafalkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 (UUD 1945), tetapi
bagaimana siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-harinya.
Melalui proses pembelajaran, khususnya pembelajaran
PKn, guru harus mampu mendorong peserta didik menjadi
warga negara yang baik, yakni warga negara yang sadar
akan hak dan kewajibannya serta selalu berpikir kritis
terhadap isu yang berkembang di negaranya.(Azis, 2018)
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
di SD
Fungsi dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menurut Darmadi (2010) ialah:
1. Membina, mengembangkan, dan melestarikan konsep
nilai moral serta norma Pancasila secara dinamik dan
bertanggung jawab.
2.Membina dan mengembangkan jati diri manusia
Indonesia seutuhnya, khususnya guru PKn Profesional
yang berkepribadian Pancasila dan melek politik
(political literate) serta mampu menjadi
insan teladandan narasumber dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Memuat acuan pokok pola pembinaan dan
pengembangan program dan pengajaran pendidikan
Pancasila, kewarganegaraan, ketatanegaraan, dan

5
hukum persekolahan, disamping acuan pokok formal
lainnya.
4.Membina perbekalan pengetahuan dan keterampilan
okupasional selaku guru PKn dan tata negara RI pada
persekolahan.

Selain itu, Winataputra (2008) juga menyampaikan


bahwa pembelajaran PKn berfungsi sebagai wahana
kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia
yang demokratis dan bertanggung jawab. PKn berperan
besar dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik dengan memberikan keteladanan dan
membangun motivasi, serta pengembangan kreativitas
peserta didik, sehingga pada proses pembelajaran PKn
sekolah perlu dikembangkan pusat pengembangan
wawasan, sikap, dan keterampilan dalam membangun
kehidupan yang demokratis.
Sedangkan tujuan umum dari PKn ialah untuk
mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang
baik, sehingga dapat dilukiskan dengan “Warga negara
yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara,
beragama, demokratis, dan Pancasila sejati”. Melalui PKn
peserta didik diharapkan untuk memahami dan menguasai
secara nalar, konsep, dan norma Pancasila sebagai falsafah,
ideologi negara, dan pandangan hidup negara Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan mengacu kepada
penanaman konsep kenegaraan dan dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan pendidikan
kewarganegaraan dilakukan agar terwujudnya warga
negara yang baik (to be good citizens), yaitu warga negara
yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) spiritual,
intelektual, emosional, serta sosial yang memiliki rasa
bangga dan tanggung jawab (civics responsibility), serta
mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.

6
Menurut Darmadi (2010) PKn pada dasarnya
bertujuan untuk menjadikan warga Negara Indonesia yang
cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan diharapkan
dapat:
a. Membentuk kecakapan partisipatis yang bermutu dan
bertanggung jawab.
b. Menjadikan warga yang baik dan demokratis.
c. Menghasilkan peserta didik yang berfikir komprehensif,
analis, dan kritis.
d. Mengembangkan kultur atau budaya demokrasi.
e. Membentuk siswa menjadi good and responsible citizen.

Selain itu Rosyada mengungkapkan tujuan PKn,


antara lain sebagai berikut:
a. Untuk pembentukan partisipasi warga negara dan
bertanggungjawab dalam kehidupan politik dan
masyarakat, baik ditingkat lokal, nasional, regional, dan
global;
b. Mewujudkan masyarakat yang mampu menjaga
persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan
Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis;
c. Menghasilkan peserta didik yang berfikiran
komprehensif, analitis, kritis, dan bertindak demokratis;
d. Mengembangkan kultur atau budaya demokrasi, yaitu
kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi,
kemampuan menahan diri, kemampuan mengambil
keputusan, serta kemampuan berpartisipasi dalam
kegiatan politik kemasyarakatan; dan,
e. Menjadikan peserta didik menjadi good and responsible
citizen (warga negara yang baik dan bertanggungjawab)
melalui penanaman moral dan keterampilan (social
skills) sehingga kelak mereka mampu memahami dan
memecahkan persoalan aktual kewarganegaraan seperti
toleransi, perbedaan pendapat, bersikap empati,
menghargai pluralitas, kesadaran hukum, Hak Asasi

7
Manusia, serta mengaktualisasikan proses
demokratisasi dalam berbagai lapangan kehidupan, dan
menghargai kearifan lokal (local wisdom).(Juliardi, 2015)

Selanjutnya Abdul Azis menyatakan Tujuan


pembelajaran PKn di Sekolah Dasar adalah untuk
menjadikan warganegara yang baik yaitu warganegara
yang sadar akan hak dan kewajibannya serta selalu
berpikir kritis terhadap isu kewarganegaraan di negaranya
serta mau mengikuti kemajuan teknologi modern.
Pembelajaran PKn di sekolah dasar harus mampu
mengikuti perkembangan masa depan sebagaimana
dikatakan (BPSDMPK & PMP, 2014). Hal tersebut akan
dapat terwujud apabila telah terjadi perubahan pola pikir
dalam proses pembelajaran yaitu dari teacher center
(berpusat pada guru) menuju student center (berpusat pada
siswa), pembelajaran interaktif dan kolaboratif, aktif
menyelidiki dunia nyata yang berbasis tim atau kelompok,
berorientasi pada pembelajaran dari luas menuju perilaku
khas memberdayakan kaidah keterkaitan dan multimedia,
pembelajaran konvensional menuju kooperatif, produksi
massal menuju kebutuhan pelanggan dan dari satu ilmu
pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak,
dan menumbuhkan pembelajaran yang kritis dan kreatif
serta inovatif. (Azis, 2018)
B. Hakikat Paradigma Baru Di Pembelajaran Pkn Sd Abad 21
1. Pengertian Paradigma Baru Pembelajaran PKN di SD
Abad 21
Paradigma PKn adalah model atau kerangka
berpikir dalam proses pendidikan kewarganegaraan (PKn)
di Indonesia. Pkn paradigma baru mensyaratkan materi
pembelajaran yang memuat komponen-komponen
pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian
warga negara yang fungsional. Tidak hanya dalam tataran
kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara, tetapi juga
dalam masyarakat global. Dinamika perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh

8
semakin terbukanya dan ketatnya persaingan antarbangsa,
maka Indonesia mulai memasuki era reformasi diberbagai
bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih
demokratis. Pada masa transisi atau proses perjalanan
bangsa menuju masyarakat madani (civil society), PKn
sebagai salah satu mata pelajaran yang perlu
menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Proses pembangunan karakter bangsa (nation
character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan
Indonesia telah mendapat prioritas, saat ini perlu
dilakukan revitalisasi menyesuaikan dengan amanat
konstitusi NKRI. Proses pembentukan karakter bangsa
diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat
Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai titik pusatnya/sentral.
Dalam proses tersebut pembangunan karakter bangsa
kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat
mendesak dan perlu paradigma atau pola pikir yang baru.
Arus Globalisasi telah menjadi sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Efek pertumbuhan teknologi informatika
dan perkembangan ekonomi dunia merupakan bentuk dari
gerak globalisasi yang telah menyentuh dunia pendidikan.
Pendidikan dalam arus globalisasi berwujud sebagai
antisipasi untuk munculnya dampak negatif dari
globalisasi dan di sisi lain pendidikan berdiri sebagai hal
yang berada di lingkup pengaruh globalisasi. Wujud
pendidikan dalam arus globalisasi menjadikan young citizen
atau peserta didik yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan prinsip prinsip nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana tertanam dalam
ideologi Indonesia yakni Pancasila.
Transformasi pendidikan untuk mendukung
perwujudan perdamaian dunia dalam konteks membenahi
pendidikan nilai dan moral peserta didik menjadi bagian
yang penting sebagai bentuk pandangan tujuan dalam

9
pendidikan yang antisipatoris untuk kebutuhan masa
depan sebagaimana diungkapkan oleh Buchori, Mochtar
(1995:199) bahwa transformasi pendidikan dalam
pandangan prospektif caranya membuat sistem pendidikan
menjadi lebih antisipatoris, lebih mampu untuk bekerja
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan masa depan.
(Choiriyah, Nadziroh, & Pratomo, 2017)
Ihsan juga berpendapat bahwa kecenderungan
global dalam Pendidikan Kewarganegaraan zaman era
reformasi telah membuka jalan ke arah terwujudnya
paradigma baru pendidikan kewarganegaraan. Paradigma
ini berorientasi pada terbentuknya masyarakat demokratis
(Muchson AR, 2003). Hal ini sejalan dengan kecenderungan
global pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk
demokrasi (John J Patric, 1997). Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan paradigma baru berupaya
memberdayakan warga negara melalui proses pendidikan
agar mampu berpatisipasi aktif dalam sistem pemerintahan
yang demokratis.
Lahirnya paradigma baru pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan itu tentu bukanlah kebetulan. Ia lahir
dari harapan pendidikan di Indonesia dalam
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini penting, sebab secara historis, negara Indonesia
diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk
Republik.(Ihsan, 2017)
Pendidikan di sekolah memerlukan pengembangan
wahana sosial kultural untuk membangun kehidupan yang
demokratis. Sekolah diharapkan menjadi wahana
pendidikan dalam mempersiapkan kewarganegaraan yang
demokratis melalui pengembangan kecerdasan spiritual,
rasional, emosional, dan sosial warga negara. Dengan
demikian, paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn
perlu dikembangkan dengan memperhatikan sifat

10
multidimensional. Sifat multidimensional ini terletak pada:
1) Pandangan yang pluralistik-uniter, 2) sikap dalam
menempatkan individu, negara, dan masyarakat global
secara harmonis, 3) tujuan yang mengarah pada semua
dimensi kecerdasan, dan 4) konteks (setting) yang
menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka,
fleksibel atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada
dimensi tujuannya (Winataputra, 2008).
Selain itu, lingkungan sekolah juga dapat
dikembangkan sedemikian rupa menjadi lab demokrasi
atau democratic laboratory. Sekolah diperlakukan sebagai
lingkungan kehidupan demokratis yang bersifat mikro
atau disebut micro cosmos of democracy. Sedangkan,
lingkungan masyarakat umum dapat diperlakukan sebagai
kelas global yang terbuka atau open global classroom.
Dengan demikian, diharapkan konsep “learning democracy,
in democracy, and for democracy” dengan Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai wahana kurikuler utama dapat
diwujudkan. Dimana dimaksudkan agar siswa dapat
belajar demokrasi dan proses demokratisasi dalam situasi
yang demokratis, dengan tujuan untuk melatih diri
menjadi warga negara yang demokratis, sehingga akan
membangun kehidupan yang demokratis.
Lasmawan mengemukakan bahwa penanda utama
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan paradigma
baru tidak lagi menekankan pada mengajar tentang PKn
tetapi berorientasikan pada pembelajaran PKn. Melalui
pandangan ini guru hendaknya memiliki kemampuan
untuk menseleksi dan menggunakan metode pembelajaran
PKn yang tepat, efektif, menarik, dan menyenangkan
untuk membelajarkan PKn di sekolah. Sebagai
persyaratannya guru harus kompeten dalam penguasaan
pendekatan pembelajaran. Kemampuan dalam
menerapkan berbagai pendekatan akan berpengaruh pada
keberhasilan belajar peserta didik baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ketidakmampuan

11
memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran akan
berakibat pada kegagalan dalam mencapai tujuan
pembelajaran sehingga penggunaan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan terampil oleh guru akan
membantu pencapaian tujuan pembelajaran dengan baik.
(Suhartono, 2018)
Menyadari akan pentingnya peran Pendidikan
Kewarganegaraan dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik seumur hidup (long life
learning), melalui keteladanan, membangun kemauan, dan
pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran maka dengan melalui PKn sekolah perlu
dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan,
sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang
demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.
Pendidikan persekolahan seyogianya dikembangkan
sebagai wahana sosial budaya untuk membangun
kehidupan yang demokratis. Sekolah sebagai wahana
pendidikan untuk mempersiapkan kewarganegaraan yang
demokratis melalui pengembangan kecerdasan spiritual,
intelektual, emosional, dan sosial warga negara. Karakter
utama warga negara yang cerdas dan baik adalah memiliki
komitmen secara konsisten atau ajek, mau dan mampu
memelihara, dan mengembangkan cita-cita dan nilai
demokrasi sesuai perkembangan zaman, serta secara efektif
menangani dan mengelola krisis yang muncul untuk
kepentingan masyarakat Indonesia sebagai bagian integral
dari masyarakat global yang damai dan sejahtera.
Apabila ditampilkan sebagai wujud program
pendidikan, maka paradigma baru ini menuntut hal-hal
sebagai berikut. Pertama, memberikan perhatian yang
cermat dan kesungguhan pada pengembangan pengertian
tentang hakikat dan karakteristik demokrasi. Kedua,
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang
dirancang dalam memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengeksplorasi bagaimana cita-cita demokrasi telah

12
diterjemahkan ke dalam kelembagaan dan praktiknya di
berbagai negara dalam kurun waktu berbeda. Ketiga,
tersedianya sumber belajar untuk peserta didik yang dapat
mengeksplorasi sejarah demokrasi di negaranya. Keempat,
ketersediaan sumber belajar yang dapat memfasilitasi
peserta didik dalam memahami proses demokratisasi. (S.
Winataputra, 2003)

DIMENSI PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU


Visi 1. Penekanan pada membangun 1. Penekanan pada nation
negara (state building). and character building.
2. Mendukung penguatan 2. Pemberdayaan warga
koorporatis negara. negara (citizen
empowerment).
3. Penguatan
berkembangnya
masyarakat kewargaan
(civil society).

Misi Good Citizen : Good Citizen:


1. Patuh kepada rezim. 1. Aktif berpartisipasi
2. Pendukung status- quo rezim. dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. Berbudaya politik
kewarganegaraan (civic
culture).
3. Berkemampuan berpikir
kritis dan kreatif.

Substansi Nilai moral P4 sebagai tafsiran Demokrasi politik,


Materi tunggal rezim. demokrasi ekonomi dan
demokrasi sosial yang
dikembangkan terutama
dari disiplin ilmu politik,
hukum dan filsafat
moral/filsafat Pancasila.
Strategi Indoktrinasi - hegemoni Dialog – kritis.
Pembelajar
an.

13
Performanc 1. Lemah/tidak jelas akar 1. Kuat/jelas akar
e keilmuannya (body of knowledge). keilmuannya (body of
2. Intervensi rezim untuk knowledge).
menitipkan kepentingannya 2. Terbebas (independen)
sangat kuat. dari intervensi rezim
3. Rentan terhadap perubahan 3. Memiliki otonomi
rezim atau mengikuti selera keilmuan dan eksistensi
kepentingan rezim. yang kuat sehingga
4. Fokus sebagai pendidikan mampu mempertahankan
kewarganegaraan/pendidikan jati dirinya sebagai
politik tidak tampak, yang pendidikan
tampak adalah sebagai kewarganegaraan
indoktrinasi politik rezim. terhadap perubahan rezim.
5. Kredibilitas akademik dan 4. Fokus sebagai
fungsinya bagi anak pendidikan
didik/masyarakat sangat kewarganegaraan
rendah, karena lemahnya akar (pendidikan demokrasi,
keilmuan serta tidak relevannya pendidikan hukum dan
dengan kebutuhan masyarakat pendidikan moral) tampak
demokratis. jelas dan kuat.
5. Kredibilitas akademik
dan fungsinya akan
menguat karena
disamping akar
keilmuannya yang jelas,
juga akan diraskan sebagai
sesuatu yang fungsional
bagai masyarakat yang
sedangkan
mengembangkan
demokrasi dan
demokratisasi.

Choisin juga berpendapat, PKn paradigma baru


dikenal sebagai Pendidikan Kewarganegaraan yang
bermutu. Dikatakan demikian karena memiliki pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), yang berbasis pada
keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat
demokratis, memiliki ketrampilan kewarganegaraan (civic
skills), karakter kewarganegaraan (civic dispositions) dalam

14
pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga
Negara suatu negara. (Cholisin, 2005)
2. Tugas Pkn dengan Paradigma Baru Pembelajaran Pkn di
SD
Pendidikan kewarganegaraan memiliki tugas dalam
mempersiapkan para peserta didik menjadi warga negara
baik dan cerdas (be good and smart citizen), yakni warga
negara yang menguasai pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), mengartikulasikan keterampilan/keca-
kapan kewarganegaraan (civic skills), dan memiliki karakter
kewarganegaraan (civic dispositions). Bagi bangsa Indonesia
ukuran warga negara yang baik sangat dipengaruhi oleh
ideologi nasional yaitu Pancasila, dimana Pancasila
memiliki fungsi sebagai acuan/landasan/dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.(Ulfah, 2018)
Arah pengembangan PKn di Indonesia harus
berlandaskan ideologi Pancasila, landasan konstitusional
UUD NRI Tahun 1945, dan landasan operasional Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan merupakan salah satu bentuk dari
domain kurikuler pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan. Sesuai dengan namanya, Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
terdapat pada tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah.
Secara ontologis, mata pelajaran PKn berawal dari
nilai-nilai Pancasila dan konsepsi kewarganegaraan. Secara
epistemologis, mata pelajaran PKn merupakan program
pengembangan individu, dan secara aksiologis mata
pelajaran ini bertujuan untuk pendewasaan peserta didik
sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan komponen
bangsa Indonesia.
Pembelajaran PKn di sekolah merupakan
pengembangan dan peningkatan kualitas warga negara
secara utuh, dalam berbagai aspek yaitu:

15
a. civic literacy atau kesadaran sebagai warga negara, yakni
pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang
hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan
demokrasi konstitusional Indonesia.
b. civic engagement atau komunikasi sosial kultural
kewarganegaraan , yakni kemauan dan kemampuan peserta
didik untuk melibatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural
sesuai dengan hak dan kewajibannya
c. civic skill and participation atau kemampuan berpartisipasi,
yakni kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik
sebagai warga negara dalam mengambil prakarsa dan turut
serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur
kewarganegaraan di lingkungannya.
d.civic knowledge atau penalaran kewarganegaraan, yakni
kemampuan peserta untuk berpikir secara kritis dan
bertanggungjawab tentang ide, instrumentasi, dan praksis
demokrasi konstitusional Indonesia.
e. civic participation and civic responsibility atau partisipasi
kewarganegaraan secara bertanggung jawab, yakni kesadaran
dan kesiapan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan
penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi
konstitusional. (Dokumen SKGK, Depdiknas, 2004)

PKn di sekolah sangat erat kaitannya dengan dua


disiplin ilmu yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu
Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan humaniora dan
dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan
pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.
PKn di sekolah memiliki tujuan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik,
yakni warga negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes
and values) yang digunakan dalam menumbuhkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

16
PKn secara konseptual merupakan program
pendidikan yang menitikberatkan pada pembinaan dan
pengembangan pribadi warga negara paripurna. Secara
psikologis ranah seyogyanya dikembangkan melalui
pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan digambarkan
oleh Udin S. Winaputra (2003).

Inti dari kepribadian warga negara adalah kebijakan


kewarganegaraan (civic virtues). Pengembangan kebijakan
kewarganegaraan perlu ditopang dengan pengembangan
elemen-elemennya yakni: wawasan/pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), sikap kewarganegaraan
(civic disposition), keterampilan kenegaraan (civic skills),
komitmen kenegaraan (civic commitment), kepercayaan diri
kenegaraan (civic confidence), dan kecakapan kenegaraan
(civic competence). Secara keseluruhan kebijakan kenegaraan
tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang agar mau dan
mampu mewujudkan partisipasi kewarganegaraan secara
cerdas dan bertanggung jawab (intelligent and responsible
civic participation).
Berdasarkan dengan poin yang dijelaskan
sebelumnya, pendidikan berperan penting dalam
mempersiapkan warga negara yang berkomitmen dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

17
Republik Indonesia. Usaha yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan program pendidikan yang memberikan
berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara
melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(citizenship). Keluarga, tokoh keagamaan dan tokoh
masyarakat, media massa, serta lembaga-lembaga lainnya
yang bekerja sama dan memberikan kontribusi yang
kondusif terhadap tanggung jawab pendidikan tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan
mata kuliah yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, bahasa, usia, sosial budaya,
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter positif yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. (Akbal, 2016)
Tugas pokok Pkn dengan paradigma barunya ialah
untuk mengembangkan pendidikan demokrasi yang
mengemban tiga fungsi pokok, yaitu:
a. Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara (Civic
Intelligence)
Kecerdasan warga negara yang akan
dikembangkan untuk membentuk warga negara yang
baik, bukan hanya dalam dimensi/kecerdasan rasional
saja, melainkan juga dimensi lain seperti dimensi
spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma
baru PKn bercirikan multidimensional. Warga negara
yang cerdas tidak saja akan mampu mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia,
tetapi warga negara yang cerdas akan dapat
mengangkat derajat dan martabat bangsa serta
menjadikan bangsa ini memiliki nilai kompetitif yang
tinggi dalam melakukan hubungan dengan negara lain.
Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan yang
diberikan di sekolah diharapkan akan dapat melahirkan
warga negara yang cerdas juga baik.
Masrukhi berpendapat bahwa Civic Intellegence
merupakan kemampuan seseorang untuk memainkan

18
peran dirinya secara proaktif sebagai warga negara dan
warga masyarakat dalam tata kehidupan yang
kompleks dengan berbasiskan identititas normatif
bangsa. Seseorang yang memiliki kecerdasan
kewarganegaraan akan menunjukkan performance
sebagai warga negara yang peduli terhadap kondisi
sosial, jujur dalam mensikapi berbagai fenomena yang
ada, kritis terhadap kondisi yang ada, serta tangguh
dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang
dialaminya. Jika kecerdasan kewarganegaraan ini
tumbuh subur dalam diri seseorang, maka akan
menjadilah dia sosok warga negara yang baik (good
citizenship). Dengan demikian kunci dari pembentukan
warga negara yang baik adalah Civic
Intellegence.(Masrukhi, 2018)
Adapun kecerdasan jamak yang harus dimiliki
warga negara Indonesia meliputi:
1) Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah bentuk
kemampuan individu untuk berpikir, mengolah, dan
menguasai lingkungannya secara maksimal serta
bertindak secara maksimal serta bertindak secara
terarah. Kecerdasan ini digunakan untuk
memecahkan masalah logika maupun strategis. Pada
kehidupan masyarakat sering ditampilkan dengan
cara berpikir yang rasional melalui penalaran,
namun tidak mengindahkan atau mengabaikan nilai-
nilai moral, nilai-nilai agama, dan nilai-nilai
kemanusiaan. Hanya memiliki kecerdasan
intelektual saja tanpa disokong dengan kecerdasan
yang lain, manusia manganggap rasio atau akal
sebagai sumber utama dan satu-satunya sumber
kebenaran.
2) Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan emosional (EQ) seseorang
diaplikasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan

19
menghargai dan menghormati kepentingan orang
lain. Dengan sikap seperti itu dapat membimbing
dan mengarahkan seseorang menjadi orang yang
peka dan peduli sesama. Sehingga menjadikan
manusia bersikap toleran dan menghargai segala
perbedaan yang ada. Sikap yang mencerminkan
kecerdasan emosional itu dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan. Kecerdasan emosional yang
dimiliki seseorang secara perlahan akan dapat
mencairkan potensi konflik yang ada.
3) Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan Spiritual (SQ) berkaitan dengan
internalisasi, pemahaman, serta pengamalan nilai-
nilai spiritual dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Orang yang memiliki
kecerdasan spiritual maka sikap dan perbuatannya
selalu mencerminkan nilai-nilai agama yang dianut
memiliki kebenaran mutlak. Dalam pikiran setiap
manusia bersemayam suatu titik yang disebut titik
hati nurani atau kata hati atau Insan Qolbu. Titik ini
menjadi pilar dari kecerdasan spiritual. Adapula
yang menyebutnya dengan kecerdasan hati.
Kecedasan spiritual atau kecerdasan hati dapat
diasah atau dilatih. Kecerdasan hati bisa menjadi
cerdas dengan cara membiasakan dalam setiap
menangkap, memahami, serta mengamini kebenaran
dengan menggunakan hati. Dalam
perkembangannya sangat bergantung pada
lingkungan dimana dia dibesarkan. Disinilah
dibutuhkan adanya pembiasaan.

20
The Psychology of Spiritual Intellegence, Sumber sqi.co
(Buku ajar Ristekdikti Pendidikan Pancasila)

b. Membina Tanggung Jawab Warga Negara (Civic


Responsibility)
Membina tanggung jawab warga negara
berkaitan dengan kesadaran akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Masyarakat
demokratis artinya masyarakat yang mempunyai
kebebasan untuk mengeluarkan ide/aspirasinya kepada
pemerintah, sesuai dengan batas/aturan yang berlaku.
Contohnya, masyarakat berhak memilih langsung wakil
rakyat yang akan duduk pada kursi pemerintahan
menggunakan musyawarah mufakat untuk mencapai
keputusan. Dalam mewujudkan masyarakat yang
demokratis melalui PKn diperlukan suatu strategi serta
pendekatan pembelajaran khusus sesuai dengan
paradigma baru Pkn.
c. Mendorong Partisipasi Warga Negara (Civic
Participation)
Partisipasi disini berarti ikut serta secara
bertanggung jawab dalam kegiatan kenegaraan yang
menyangkut masalah warga negara, baik secara
individu, sosial, maupun sebagai pemimpin dimasa
depan. Contohnya, menjalankan hak dan kewajiban

21
warga negara, ikut pemilu, memeluk agama, membela
negara, dan lainnya.
Civic participation adalah partisipasi
kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn
dalam mewujudkan generasi yang demokratis.. Hakikat
dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta
didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara
(civic literacy), komunikasi sosial budaya
kewarganegaraan (civic engagement), kemampuan
untuk berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill
and participation), penalaran kewarganegaraan (civic
knowledge), kecerdasan warga Negara (civic
intelligenece) dan partisipasi kewarganegaraan yang
bertanggung jawab (civic participation and civic
responsibility). Secara keseluruhan pembelajaran PPKn
mengembangkan 3 aspek kompetensi, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Untuk melihat bagaimana
perkembangan aspek kompetensi tersebut terutama
dalam aspek psikomotorik guru PPKn berupaya
membentuk civic participation dari peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya bagaimana partisipasi dari peserta didik dalam
pembelajaran PPKn dan diimplementasikan dalam
kegiatan sekolah
Melihat realita generasi muda seperti yang
digambarkan di atas sangatlah mengkhawatirkan.
Mereka sebagai generasi yang seharusnya menjadi agen
of change malah terlihat acuh dan tidak tertarik
terhadap politik. Mereka selalu menunjukkan
ketertarikan politik yang lemah dibandingkan dengan
kaum tua. Partisipasi politik nampaknya masih
dianggap suatu hal yang tak penting bagi siswa.
Keikutsertaan mereka dalam membangun
pemerintahan yang demokratis nampaknya masih
belum begitu dirasa penting. Dalam membentuk
pembangunan negara yang demokrasi, partisipasi

22
setiap warganya sangat diharapkan dan mempunyai
pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan bangsa.
Siswa sebagai generasi penerus harusnya mempunyai
kesadaran penuh akan peran dan tugasnya sebagai
masyarakat selain dia memenuhi haknya sebagai warga
negara.(Rejeki & Pagasan, 2019)
3. Model Pembelajaran PKn dengan Paradigma Baru
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran adalah bungkus atau bingkai dari
diterapkannya suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Walaupun demikian, seringkali penggunaan
istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran. Selanjutnya Desain pembelajaran
merupakan upaya dalam merencanakan dan menyusun,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai hasil
pembelajaran secara sistematis.
Proses pembelajaran PKn merupakan proses kegiatan
belajar peserta didik yang direkayasa oleh seluruh
komponen belajar yang terdiri dari guru, materi, metode,
media, sumber dan evaluasi pembelajaran. Oleh sebab itu
beberapa alternatif model pembelajaran dapat digunakan
dalam rangka mencapai civic intelligence, civic
responsibility & civic participation, adalah dengan
menggunakan Cognitive Developmental Model, Portfolio
Based Model, Role Playing, Considaration Model, Inquiry
Social, VCT, Reflective Inquiry.(Trisiana, 2015)
Model pembelajaran PKn dalam paradigma baru
memiliki karakteristik yakni membelajarkan serta melatih
peserta didik untuk berpikir kritis dan membawa siswa
mengenal, memilih dan memecahkan masalah
(Fathurohman 2011: 11). Winataputra, (2006:5.44),
mengatakan bahwa ciri utama dari PKn adalah bukan lagi
menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih
berfokus pada membelajarkan PKn atau pada upaya-upaya

23
yang dilakukan guru untuk melaksanakan PKn. Oleh sebab
itu, dalam pembelajaran PKn peserta didik dibina/
dibimbing untuk membiasakan atau melakoni isi pesan
materi PKn. Jadi, sekali lagi dalam proses pembelajaran
tekananya diarahkan pada bagaimana belajar. Dengan
demikian, alangkah baiknya apabila guru memahami tipe-
tipe belajar. PKn adalah mata pelajaran yang menekankan
pada sikap dan mental Siswa. Karakteristik siswa SD
berada pada tahap operasional konkrit, atau siswa masih
kesulitan memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh
sebab itu materi yang bersifat abstrak dapat menggunakan
contoh dalam bentuk gambar dan foto.(Ragwan, 2011)
Model pembelajaran PKn dalam paradigma baru
memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. Membelajarkan serta melatih peserta didik berpikir
kritis.
b. Membawa peserta didik untuk mengenal, memilih, dan
memecahkan masalah.
c. Melatih peserta didik untuk berpikir sesuai dengan
metode ilmiah.
d. Melatih peserta didik untuk berpikir dengan
keterampilan sosial lain yang sejalan dengan
pendekatan inkuiri.

Dengan adanya paradigma baru dalam pembelajaran


PKn ini akan memunculkan suatu proses pembelajaran baru
karena masalah utama dalam pembelajaran PKn adalah
penggunaan metode pembelajaran yang selama ini terkesan
kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan lebih
cenderung dominan one-way method. Dimana, guru PKn
lebih banyak mengajar untuk mengejar target yang
berorientasi pada nilai ujian akhir serta masih menggunakan
model konvensional yang masih monoton. Aktivitas guru
yang lebih dominan daripada peserta didik mengakibatkan
guru seringkali abai akan proses pembinaan tatanan nilai,
sikap, dan tindakan. Dalam mencapai tujuan PKn dengan

24
paradigma baru perlu disusun materi atau konten dan
model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan
harapan dari pembelajaran Pkn, yaitu pengembangan
kecerdasan warga Negara bersifat multidimensional.
Mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi peserta
didik sebagai warga negara guna menopang tumbuh dan
berkembangnya warga negara yang baik.

Dari pemaparan diatas dapat dikemukakan bahwa


paradigma baru Pkn merupakan paradigma demokrasi
yang perlu dikembangkan di lingkungan sekolah yang
bersifat multidimensional. Jika aktualisasikan dalam wujud
program pendidikan, paradigma baru ini menuntut hal-hal
sebagai berikut (Winataputra, 2008):
a. Memberikan pemahaman yang tepat dan mendalam
mengenai hakikat dan karakteristik demokrasi yang
beragam, tidak hanya yang berkembang di Indonesia.
b. Mengembangkan kurikulum yang mampu
menggambarkan perkembangan demokrasi secara
menyeluruh, seperti bagaimana cita-cita demokrasi telah
diterjemahkan ke dalam kelembagaan dan praktik
diberbagai penjuru dunia.
c. Menyediakan sumber belajar yang memungkinkan
peserta didik agar dapat mengeksplorasi sejarah
demokrasi di Indonesia, serta menganalisa kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan secara jelas.
d. Menyediakan sumber belajar yang memungkinkan
peserta didik agar dapat memahami penerapan
demokrasi di negara lain sehingga peserta didik
memiliki wawasan yang luas terkait pemikiran dan
sistem demokrasi dalam berbagai konteks.

Pembelajaran Pkn selayaknya dapat membekali


peserta didik dengan pengetahuan juga keterampilan
intelektual yang memadai serta pengalaman praktis supaya
memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi.
Maka untuk mengatasi masalah tersebut dari paradigma

25
baru muncul suatu model pembelajaran yang dianggap
efektif dan efisien sebagai alternatif pendekatan, yaitu
model pembelajaran berbasis portofolio (portfolio-based
learning) atau Proyek Belajar Kewarganegaraan Kami
Bangsa Indonesia (PKKBI).
Portofolio merupakan beberapa pekerjaan yang
dikumpulkan oleh peserta didik secara terpadu dan
memiliki tujuan tertentu kemudian diseleksi menurut
panduan ketentuan yang ada. Portofolio pada pembelajaran
PKn merupakan sekumpulan informasi yang telah disusun
dengan baik dan menggambarkan rencana kelas peserta
didik berkaitan dengan isu kebijakan publik yang telah
ditetapkan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun
kelas secara menyeluruh.
Pembelajaran Pkn yang menggunakan portofolio
diperkenalkan kepada peserta didik dan mendidik siswa
dengan beberapa metode serta langkah-langkah yang
digunakan dalam proses politik. Tujuan dari pembelajaran
ini adalah untuk membina komitmen aktif peserta didik
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya, serta
mendidik siswa agar mampu menganalisis berbagai dimensi
kebijakan publik dan dengan kapasitasnya sebagai warga
negara muda, mencoba memberi masukan terhadap
kebijakan publik yang ada di lingkungannya. Hasil yang
diharapkan adalah terciptanya kualitas warga negara yang
cerdas, kreatif, prospektif, partisipatif, serta bertanggung
jawab.
Strategi instruksional yang digunakan dalam model
ini pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning,
discovery learning, problem solving learning, reseach oriented
learning” yang dikemas dalam model “Project” ala John
Deway. Dalam hal ini diterapkan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
b. Mengumpulkan serta menilai informasi dari berbagai
sumber terkait dengan masalah yang dikaji.

26
c. Mengkaji pemecahan masalah.
d.Membuat kebijakan publik.
e. Membuat rencana tindakan.

Selanjutnya adalah pembelajaran PKn dengan Model


Bermain Peran. Bermain peran merupakan salah satu model
yang dapat di gunakan pada pembelajaran yang berdimensi
pribadi dan dimensi sosial, seperti yang di ungkapkan oleh
Dahlan (1990 : 123). Model bermain peran adalah suatu
model pembelajaran yang berakar pada dimensi pribadi dan
dimensi sosial kependidikan. Dari sudut dimensi pribadi
model ini berupaya membantu individu menemukan makna
dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Bila
dilihat dari dimensi sosial, model ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam
menganalisis situasi-situasi sosial terutama masalah-
masalah hubungan antar pribadi siswa. Pemecahan masalah
dilakukan secara demokrasi, dengan demikian model
bermain peran mendorong siswa turut aktif dalam
pemecahan masalah serta menyimak secara seksama
bagaimana orang lain berbicara tentang masalah yang
tengah dihadapi. Bermain peran merupakan usaha untuk
memecahkan masalah melalui peragaan tindakan, sehingga
dapat mendukung suatu situasi belajar berdasarkan
pengalaman. Di samping itu, pada model bermain peran
diasumsikan bahwa proses psikologis yang tersembunyi
berupa sikap, nilai-nilai, perasaanperasaan, dan sistem
keyakinan, dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui
kombinasi pemeranan secara spontan. Model ini dalam
aplikasinya pada pembelajaran PKn adalah bentuk
permainan pendidikan yang dimanfaatkan untuk
menjelaskan sikap-sikap, tingkah laku, dan nilai-nilai moral
dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara menghayati
perasaan orang lain (membayangkan diri sendiri, seperti
keadaan orang lain) dengan strategi pemecahan
masalah.(Syam, 2011)

27
Berikutnya model pembelajaran PKn berbasis isu isu
kontroversial di media masa dimodivikasi dengan Everyone
is a Teacher Here; Question Student Have, Reading Guide;
Information Search; Answer Gallery ; Planted Questions ;
The Power of Two; Snow Balling; True or False; Team Quiz ;
Active Debate; Point- Counterpoint; Group to group
exchange (small group discussion); Carrousel; Student
Teams Achievement Division (STAD); Physical Self-
Assesment; Group Investigation; Problem Based Learning.
Desain model tentative pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis isu-isu kontroversial di media
masa untuk peningkatan sikap demokrasi dan implikasinya
bagi masyarakat madani. Pada awalnya model ini didesain
sebagai berikut: (a) dosen melakukan presentasi dengan
menayangkan video/ slide yang berisi isu kontroversial di
media masa terkait dengan materi yang akan dikaji; (b)
dosen memberikan orientasi tentang berbagai permasalahan
kepada mahasiswa; (c) dosen mengorganisasi apa yang telah
diketahui dan apa yang tidak diketahui mahasiswa atas
permasalahan yang diajukan; (d) dosen mengembangkan
alternatif pemecahan dengan melibatkan kelompok-
kelompok kecil; (e) masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya; (f) dosen mengembangkan
materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam serta
memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep
yang diajukan oleh setiap kelompok dalam laporannya; (g)
dosen menyampaikan kesimpulan dan menutup
pembelajaran. 3. Model pembelajaran pendidikan
Kewarganegaraan berbasis isu-isu kontroversial di media
masa untuk peningkatan sikap demokrasi mahasiswa dan
implikasinya bagi masyarakat madani yang layak dirujuk
dengan melakukan modivikasi pembelajaran yaitu Model
pembelajaran PKn berbasis isu-isu kontroversial di media
masa dimodivikasi dengan active learning sebagaimana
hasil kesimpulan dari FGD yang telah dilakukan.(Muhibbin
& Sumardjoko, 2016)

28
Model pembelajaran CTL (Contextual teaching and
learning) merupakan pendekatan yang efektif karena proses
pembelajaran dilaksanakan oleh peserta didik secara aktual
agar dapat menemukan hubungan yang bermakna antara
pemikiran abstrak dan aplikasi praktis dalam konteks dunia
nyata. Pelaksanaan pembelajaran konsep, prinsip, prosedur,
dan fakta sebagai mata pelajaran diinternalisasikan melalui
penemuan, penguatan, antar hubungan, dan proses
terintegrasi. Pembelajaran kontekstual merupakan
penggabungan antara mata pelajaran dan kemampuan
intelektual yang dimiliki oleh peserta didik dan kebutuhan
lingkungannya.
Blancard menyatakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran dan
pengajaran yang membantu guru dalam mengaitkan atau
menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata serta mendorong peserta didik dalam membuat
korelasi antara pengetahuan pada diri mereka sebagai
anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Pembelajaran
kontekstual menjadikan peserta didik mampu
menghubungkan materi dengan konteks kehidupan sehari-
hari dalam menemukan makna kehidupan tersebut.
Pembelajaran kontekstual sangat cocok diaplikasikan dalam
pembelajaran PKn yang mempunyai kompetensi
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengaplikasian pembelajaran kontekstual merupakan
kebutuhan harus segera dilakukan dalam memecahkan
permasalahan PKn selama ini, sejalan dengan pendapat
Komalasari yang menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran PKn.
Pendekatan kontekstual ini memiliki komponen dan
strategi pembelajaran yang mendukung pengembangan
contextualized, yaitu:
1) Pembelajaran dalam konteks keterkaitan

29
2) Pembelajaran dalam konteks pengalaman langsung
3) Pembelajaran dalam konteks penggunaan (aplikasi)
4) Pembelajaran melalui kerja sama
5) Pembelajaran yang diatur sendiri; dan
6) Pembelajaran dengan penilaian autentik.

Berikutnya pendekatan kontekstual sebagai suatu


pendekatan pembelajaran menurut Johnson, yang
dimodifikasi oleh Ditjen Manajemen Dikdasmen menjadi
tujuh komponen yaitu:
1) Konstruktivisme
2) Inquiry (inkuiri
3) Questioning (bertanya),
4) Learning community (masyarakat belajar),
5) Modelling (pemodelan),
6) Reflection (refleksi),
7) Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya).

Keseluruhan komponen tersebut merupakan unsur-


unsur yang harus muncul dalam implementasi
pembelajaran kontekstual. Kemunculannya yang optimal
sekaligus menjadi ukuran kadar kontekstual dari penerapan
pendekatan pembelajaran.(Suhartono, 2018)
Selanjutnya adalah model pembelajaran Konsep
Metode Seminar Socrates. Menurut Sani metode Seminar
Socrates diawali dari kegiatan belajar dengan mengajukan
pertanyaan baik dalam mengajukan permasalahan maupun
dalam menjawab pertanyaan diperkenalkan oleh Socrates
sehingga dinamakan metode dialog Socrates. Socrates
menyebutkan metode ini dengan nama “maieutic” yang
berarti seni “menyampaikan”. Metode Seminar Socrates
juga dikembangkan menjadi seminar Socrates (Socratic
Seminar) yang mengutamakan aktivitas tanya-jawab di
kelas.
Seminar Socrates merupakan dialog intelektual
dengan mengajukan sebuah pertanyaan terbuka (divergen)
tentang sebuah teks. Tujuan metode seminar Socrates ini

30
adalah agar peserta didik kompeten dalam
mengkomunikasikan idenya secara jelas, menyelesaikan
permasalahan abstrak, membaca teks secara teliti, dan
critical thinking. Proses pembelajaran dengan menggunakan
metode ini didominasi dengan percakapan antarpeserta
didik, namun bukan berarti debat atau mempertahankan
pendapat. Diskusi dilakukan secara intelektual, yaitu
dilakukan secara sopan, cerdas dan bergantian, serta
menyajikan data untuk mendukung sebuah pertanyaan atau
jawaban. Data dapat diperoleh berdasarkan eksperience
atau pengalaman, pengajaran, atau referensi. Peserta didik
harus bekerja sama untuk memahami suatu materi ajar
secara mendalam.
Paraskevas dan Wickens juga menngemukakan
bahwa seminar Socrates merupakan suatu metode yang
menjadikan pertanyaan sebagai alat pembelajaran yang
utama. Metode pembelajaran ini menyadarkan peserta didik
akan keterbatasan pengetahuannya sehingga memotivasi
untuk belajar lebih giat. Paraskevas dan Wickens melihat
bagaimana peserta didik dalam berdialog saling
menyatakan argumen masing-masing disertai dengan data-
data yang telah direncanakan peserta didik untuk
menyokong atau mendukung pernyataan yang
disampaikan. Dialog yang interaktif ini secara tidak
langsung akan menyadarkan peserta didik bahwa banyak
argumentasi yang dapat diterima oleh akal, sehingga akan
menimbulkan keinginan untuk dapat mengetahui data-data
yang mendukung suatu pernyataan ilmiah.
Selain itu, Ultanir & Ultamir menyampaikan bahwa
metode pembelajaran seminar Socrates merupakan metode
pembelajaran inovatif dengan menggunakan pertanyaan-
petanyaan bersifat terbuka yang diarahkan oleh guru.
Metode pembelajaran Socrates merupakan adopsi pemikiran
Socrates seorang filsuf Yunani yang dikenal memiliki
pemikiran kritis yang ideal. Sejalan dengan itu Conklin yang
memberikan penguatan bahwa seminar Socrates merupakan

31
metode pembelajaran yang sangat baik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik melalui
diskusi intelektual. Apa yang disampaikan peserta didik
seyogyanya disertai dengan data yang mendukung baik
berupa data empirik (kenyataan/kajian penelitian/berita)
dan data teoretik.
Luther menyatakan tujuan seminar Socrates adalah
memberikan gambaran bahwa seminar Socrates dapat
meningkatkan kemampuan kesadaran berpikir kritis peserta
didik dengan dikonfrontasikan dengan kontradiksi
ekonomi, politik, dan sosial. Tucker dan Neely
mengemukakan seminar Socrates memiliki tujuan dalam
membantu guru untuk memotivasi peserta didik berdialog
dalam pembelajaran yang aktif. Peserta didik akan memiliki
pemikiran kritis dan melahirkan solusi atas beberapa isu
atau persoalan. Dengan demikian, metode pembelajaran
seminar Socrates ini menciptakan pengalaman belajar yang
bermakna. Sedangkan Picciano mengemukakan bahwa
metode pembelajaran tersebut disenangi oleh guru karena
pertanyaan yang mereka ajukan akan membantu peserta
didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
mereka. Pengaturan tempat duduk dalam seminar Socrates
dapat dilakukan seperti diskusi panel atau secara melingkar.
Metode pembelajaran ini efektif dalam
mengembangkan aspek kewarganegaraan terutama pada
civic skills. Sejalan dengan tujuan metode pembelajaran
seminar Socrates yang memprioritaskan pada critical
thinking skills. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini
sangat relevan untuk menjawab salah satu tantangan di
abad 21. Pengembangan aspek kewarganegaraan yang
dihasilkan dari penerapan metode pembelajara Seminar
Socrates turut membantu guru dalam mencapai tujuan yang
terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Tujuan tersebut adalah menjadikan
peserta didik memiliki cara pikir yang kritis, rasional, dan
kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Peserta

32
didik dapat berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab,
serta bertindak secara cerdas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga peserta
didik berkembang secara baik dalam membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.(Sutiyono, 2017)

C. Pembelajaran Pkn Dalam Upaya Mewujudkan Warga


Negara Indonesia Yang Demokratis
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses
pembentukan dan pembangunan manusia seutuhnya.
Program pendidikan harus meliputi pendidikan untuk
mengetahui, pendidikan untuk berbuat, dan pendidikan
untuk menjadi (education for becoming). PKn dipandang sebagai
mata pelajaran yang berperan penting dalam memujudkan
warga negara yang baik sesuai dengan falsafah dan konstitusi
negara kita. Dengan memperhatikan visi dan misi mata
pelajaran PKn agar dapat membentuk warga Negara yang
baik maka selain mencangkup dimensi pengetahuan,
karakteristik mata pelajaran PKn ditandai dengan pemberian
penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan.
Bardasarkan karakteristik di atas, pembelajaran PKn
diharapkan mampu melaksanakan peran pembelajaran
dengan baik dan melatih peserta didik untuk
mengembangkan wawasan dan kemampuan berpikir kritis.
Melalui pembelajaran PKn, peserta didik memiliki kesadaran
dan tanggung jawab, menyadari hak dan kewajiban sebagai
warga negara, serta kesadaran untuk berpartisipasi dalam
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Paradigma PKn menjadi salah faktor yang menentukan sukses
atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran PKn.
Belajar hidup dalam perbedaan adalah sikap hidup
yang penuh toleransi, yaitu sikap menenggang rasa
(membolehkan, membiarkan, menghargai), pendirian (bisa
berupa pendapat, kepercayaan, kelakuan dan lain-lain) yang
tidak sama atau bertolak belakang dengan pendapat diri
sendiri. Disamping itu, toleransi juga bermakna sebagai

33
kemampuan batiniyah agar dapat menerima perbedaaan
dengan orang lain, meskipun ada perselisihan tentang makna
jalan kehidupan yang benar, baik dan layak menurut kita.
(Sya‟roni Hasan, 2019)
Manusia sebagai makhluk sosial pasti mempunyai
perbedaan, baik perbedaan dari segi kepribadiannya maupun
dari segi sosialnya. Demikian juga dengan Bangsa Indonesia,
yang memiliki pulau dari sabang sampai merauke terdiri dari
berbagai macam bahasa,suku, budaya, ras dan agama.
Beragam perbedaan itu tidak menghalangi para pendiri
bangsa untuk bersatu padu menjalin persatuan serta kesatuan
Bangsa Indonesia, sebagaimana tercermin dengan slogan
„Bhinneka Tunggal Ika‟
Hal-hal yang didasarkan pada suatu permasalahan,
diantaranya:
1. Siswa masih kurang memperhatikan pembelajaran yang
diberikan.
2. Rendahnya tanggung jawab siswa yang dapat dilihat dari
bentuk pelanggaran yang dilakukan, seperti kurang
disiplin terhadap waktu atau menggunakan model baju
yang tidak sesuai ketentuan sekolah.
3. Kurangnya partisipasi siswa di berbagai aktivitas sekolah,
seperti membersihkan ruangan kelasdan masih ditemukan
siswa yang mencoret dinding sekolah.

Peran guru merupakan sebuah keharusan atau tuntutan


dalam sebuah profesi serta berkaitan dengan keadaan dan
kenyataan karena salah satu faktor utama yang menentukan
mutu pendidikan adalah guru. Oleh karena itu, guru bisa
mendedikasikan dirinya dibidang pendidikan secara aktif
dalam peranannya sebagai tenaga professional sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Peran guru
PKn adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat
membentuk kecerdasan warga negara yang baik dapat
membentuk perilaku-perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara.

34
Dengan demikian, peran guru tidak hanya mengajar tetapi
juga mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang
cakap dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan sebagaimana
yang dipahami secara umum tidak hanya dipahami sebagai
proses yang hanya mewariskan pengetahuan saja, tetapi juga
bagaimana cara membimbing anak didik menjadi generasi
cerdas, kreatif, dan santun. Selain itu, para siswa juga dapat
memiliki tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai
paradigma pembelajaran PKn.
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana konsep
pendidikan kewarganegaraan (civic education) yang efektif
untuk mempersiap kan warganegara yang demokratis
tersebut? John J. Patrick mengemukakan konsep-konsep
substantif demokrasi sebagai fondasi pendidikan
kewarganegaraan mencakup hal-hal berikut (Bahmuller &
Patrick, 1999): 1)Demokrasi (minimal), 2) Konstitusionalisme,
3) Hak-hak warganegara, 4) Kewarganegaraan, 5) Civil Society,
6) Ekonomi Pasar, 7) Ketegangan yang berkelanjutan dalam
demokrasi konstitusional (liberal). Sedangkan untuk Indikator
sistem politik demokrasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetisi yang sehat diantara warganegara dan partai
politik untuk mendapatkan jabatan politik.
2. Partisipasi warganegara dalam memilih pemimpin dan
kebijakan politik.
3. Pemilu yang dilaksanakan secara reguler dan adil.
4. Kebebasan berbicara.
5. Kebebasan membentuk dan bergabung dalam organisasi.
6. Kebebasan pers.

Sementara itu International Commision of Yurist dalam


konferensi di Bangkok tahun 1965 mengemukakan
persyaratan dasar demi terlaksananya pemerintahan yang
demokratis berdasarkan rule of law adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan konstitusional
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilu yang bebas

35
4. Kebebasan berpendapat
5. Kebebasan berserikat, berorganisasi, dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan.

Lebih lanjut Patrick mengemukakan pendidikan efektif


untuk mempersiapkan warganegara demokratis mencakup 4
komponen dasar sebagai berikut:
1. Pengetahuan kewarganegaraan dan pemerintahan
demokrasi. Melalui komponen pertama ini diajarkan
konsep-konsep dan implementasi demokrasi yang
mencakup konsep demokrasi (minimal), konstitusionalisme,
hak-hak warganegara, kewarga-negaraan, civil society
(masyarakat madani) dan ekonomi pasar,
2. Keterampilan kognitif warganegara yang demokratis
(cognitive skills) yang ditujukan agar dapat memberdayakan
warganegara supaya memiliki kemampuan
mengidentifikasikan, mendiskripsikan, menjelaskan
informasi dan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan
masalah publik dan menentukan dan mempertahankan
keputusan tentang masalah-masalah tersebut.
3. Keterampilan partisipatori warganegara yang demokratis
dimaksudkan untuk dapat memberdayakan warganegara
agar mampu mempengaruhi kebijakan dan keputusan
publik dan memiliki tanggungjawab terhadap wakil-
wakilnya di pemerintahan. Kombinasi keterampilan kognitif
dan keterampilan partisipastori dapat dijadikan sarana bagi
warganegara berpartisipasi secara efektif untuk memajukan
kepentingan umum dan personal serta mempertahankan
hak-hak mereka. Pengembangan keterampilan kognitif dan
partisipatori membutuhkan agar siswa belajar secara
intelektual di dalam maupun diluar kelas.
4. Kebaikan dan disposisi warganegara demokratis yang
berkaitan dengan kebaikan-kebaikan dan disposisi terhadap
demokrasi. Komponen ini menunjukkan sifat atau karakter
yang diperlukan untuk mendukung dan mengembangkan
demokrasi. (Adnan, 2005)

36
CIVIC KNOWLEDGE CIVIC DISPOSITION
CONFIDENT

CIVIC KNOWLEDGE CIVIC SKILL


COMPETENT

CIVIC KNOWLEDGE CIVIC DISPOSITION


INTELLIGENT

37
BAB II
KARAKTER INDIVIDU WARGA NEGARA
INDONESIA SEBAGAI INDIVIDU YANG
MEMEGANG TEGUH PRINSIP BERBHINEKA
TUNGGAL IKA

A. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia Yang


Cerdas (Civil Intelligent)
Warga negara yang cerdas (civil intelligent) tentu sangat
dibutuhkan oleh suatu Negara, baik untuk mempertahankan
kelangsungan hidup negaranya maupun dalam mencapai
tujuan dan cita-cita negaranya. Dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, suatu bangsa membutuhkan warga
negara yang cerdas, termasuk Negara kita Indonesia. Bagi
Indonesia, warga negara yang cerdas selain dapat
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara,
juga dapat mengangkat derajat dan martabat bangsa serta
meningkatkan nilai kompetitif menjalin hubungan dengan
bangsa dan negara lain. Oleh karena itu, melalui pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan di sekolah maka diharapkan
dapat melahirkan warga negara yang cerdas dan baik.
Menurut Ricey (dalam Sulfemi (2012) ada enam
kompetensi dasar warga negara, yaitu:
1. Kemampuan Memperoleh dan Menggunakan Informasi
Warga negara yang cerdas dalam konteks kehidupan
di era informasi dewasa ini tidak hanya dituntut untuk
mengetahui berbagai informasi, melainkan dituntut pula
untuk selalu berupaya mencari, memperoleh, dan
menggunakan informasi tersebut dengan efektif.
2. Membina Ketertiban
Warga negara yang cerdas adalah warga negara
yang mampu menjaga dan membina ketertiban, dimulai
dari lingkungan sekitar hingga di lingkungan berbangsa
dan bernegara.
3. Membuat Keputusan
Warga negara yang cerdas adalah warga negara
yang mampu mengambil keputusan secara cerdas.

38
Dimana, pengambilan keputusan itu tidak didasari dengan
sikap emosional, melainkan dengan sikap dan tindakan
rasional, logis, dan sistematis.
4. Berkomunikasi
Dalam komunikasi secara lisan maupun tulisan,
warga negara yang cerdas mampu mengekspresikan
komunikasi yang tidak hanya hampa makna (meaningless),
melainkan komunikasi yang berisikan pesan-pesan
informatif serta penuh dengan makna (meaningfull).
5. Menjalin Kerjasama
Warga negara yang cerdas menyadari bahwa
keberadaan atau eksistensinya tidak dapat lepas dari
keberadaan anggota masyarakat yang lain, sehingga
mendorong warga negara tersebut untuk saling
bekerjasama dengan anggota masyarakat lainnya.
6. Melakukan Berbagai Macam Kepentingan Secara Benar
Merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa
setiap individu warga negara memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Namun, dalam menjalankan kepentingan
tersebut setiap warga negara yang cerdas akan
menjalankannya dengan benar sesuai dengan aturan yang
ada, sehingga tidak mengganggu kepentingan warga
negara lain. Kecerdasan warga negara bersifat
multidimensional, sehingga dalam penerapannya semua
kecerdasan tersebut harus dilakukan secara seimbang dan
tidak hanya fokus pada dimensi intelektual, sebagaimana
yang sering dilaksanakan selama ini. Melalui PKn warga
negara diharapkan memiliki kecerdasan yang jamak,
meliputi kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional
(EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan moral (MQ)
(Yuliana, 2019).

B. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia Yang


Bisa Berpartisipasi (Civil Participation)
Negara sangat mengharapkan warganya berpartisipasi
aktif atau terlibat dalam setiap kegiatan pembangunan oleh
negaranya. Bentuk dan wujud partisipasi tersebut sangat

39
variatif, bisa berupa fisik maupun non-fisik. Partisipasi
dilakukan dengan beberapa alasan/landasan, seperti paksaan
yang disertai sanksi, ajakan oleh seseorang/sekelompok
orang, maupun atas dasar kesadaran sendiri. Partisipasi
tertinggi adalah partisipasi yang dilaksanakan seseorang
berdasarkan kesadaran dan kemauannya sendiri. Koentja-
raningrat (dalam Suwanda (2016) menyatakan bahwa terdapat
tiga bentuk partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi Berbentuk Tenaga
Merupakan partisipasi dimana warga negara ikut serta
atau terlibat dalam berbagai kegiatan melalui tenaga yang
dimilikinya. Partisipasi ini disebut juga partisipasi fisik.
Contohnya adalah ikut serta terlibat dalam gotong royong
atau kerja bakti yang dilaksana di lingkungannya.
2. Partisipasi Berbentuk Pikiran
Partisipasi dimana warga negara ikut serta atau terlibat
dengan cara menyumbangkan ide, gagasan, atau pemikiran
dalam memecahkan isu maupun persoalan yang tengah
dihadapi bersama dan demi kepentingan bersama. Contohnya
ialah menyampaikan masukan atau saran kepada pemerintah,
baik lisan maupun tulisan melalui sarana yang ada seperti
media koran, majalah, radio, atau televisi. Saran atau masukan
tersebut dapat disampaikan dengan menggunakan bahasa
yang santun dan bersifat membangun.
3. Partisipasi Berbentuk Materi/Benda
Partisipasi dalam bentuk ini adalah keikutsertaan atau
keterlibatan warga negara pada suatu kegiatan yang
diwujudkan dalam bentuk materi maupun benda tertentu.
Contoh partisipasi ini ialah memberikan sumbangan berupa
barang atau uang pada korban bencana alam, memberikan
bantuan kepada warga negara yang sedang dilanda musibah
di suatu daerah, dan lain sebagainya.
Berpartisipasi aktif merupakan salah satu ciri sebagai
warga negara yang baik karena berpartisipasi merupakan
kewajiban warga negara dan sebagai perwujudan kedaulatan
rakyat. Penerapan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa

40
yang demokratis dapat terhambat jika tidak adanya partisipasi
dari warganya. Pemerintahan demokrasi sebagaimana yang
dikemukakan Abraham Lincoln adalah pemerintahan yang
berasal dari rakyat, dilaksanakan oleh rakyat, dan ditujukan
untuk rakyat. Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa
pada hakikatnya demokrasi hakikatnya adalah partisipasi
sehingga partisipasi menjadi sangat penting artinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari penjelasan sebelumnya terihat bahwa partisipasi
merupakan keikutsertaan atau keterlibatan warga negara
dalam proses bernegara, berpemerintahan, dan
bermasyarakat. Terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan sebagai warga negara yang berpatisipasi,
yaitu (1) adanya rasa kesukarelaan atau tanpa adanya
paksaan, (2) adanya keterlibatan secara emosional, dan (3)
adanya manfaat yang diperoleh dari keterlibatan tersebut.
Warga negara yang partisipatif adalah warga negara yang
secara sadar melibatkan diri atau ikut serta dalam berbagai
kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara pada berbagai aspek kehidupan nasional.
Membentuk warga negara yang partisipatif bukanlah hal yang
mudah, tetapi membutuhkan kesadaran dan komitmen yang
tinggi.
Partisipasi warga negara meliputi berbagai aspek
kehidupan nasional, diantaranya:
a. Partisipasi Pada Aspek Politik
Partisipasi politik berkaitan dengan keikutsertaan
warga negara pada kegiatan politik yang ada, dimana hal
tersebut disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap warga negara tersebut. Partisipasi politik dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu partisipasi politik
konvensional dan non-konvensional. Dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara partisipasi
politik konvensional dianggap sebagai partisipasi yang
normal. Partisipasi politik merupakan hal yang lumrah
dilaksanakan di negara demokrasi modern. Bentuk

41
partisipasi politik konvensional dapat berupa pemberian
suara (voting), diskusi politik, kampanye, pembentukan
suatu kelompok kepentingan, komunikasi aktif dengan
pejabat politik atau pemerintah. Sementara itu partisipasi
politik non-konvensional merupakan partisipasi politik
yang penuh kekerasan atau dilakukan secara revolusioner.
Partisipasi politik ini sering dianggap sebagai partisipasi
yang illegal. Bentuk-bentuk partisipasi politik non-
konvensional, diantaranya adalah petisi, konfrontasi,
mogok. Demontstrasi, tindakan kekerasan politik terhadap
benda atau manusia, perang gerilya, revolusi, dan lain
sebagainya.

Berikut contoh partisipasi politik yang dapat


dilakukan warga negara sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, diantaranya adalah:
1) Mengkritisi secara arif kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah
2) Aktif dalam partai politik
3) Aktif dalam kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)
4) Aktif melakukan diskusi politik

b. Partisipasi Pada Aspek Sosial


Partisipasi sosial ini berkaitan keikutsertaan atau
keterlibatan warga negara pada kegiatan sosial
kemasyarakatan. Partisipasi sosial akan berjalan dengan
baik apabila setiap individu warga negara memiliki
kepekaan sosial, yaitu suatu kondisi dimana individu
warga negara dapat memberikan respon atau reaksi ketika
terdapat masalah dalam masyarakat.
Perwujudan partisipasi sosial dapat dilaksanakan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
1) Membantu orang lain sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, baik berupa bantuan moril maupun materiil.

42
2) Membantu memberikan alternatif solusi terhadap suatu
fenomena atau permasalahan yang dialami orang lain,
masyarakat, bangsa, dan negara.
3) Menjadi agen perubahan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat.
4) Ikut serta pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di
lingkungan masyarakat.
5) Ikut menjaga keamanan seperti melakukan siskamling.
6) Selalu menempatkan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan.

c. Partisipasi Dalam Bidang Ekonomi


Partisipasi ini merupakan keterlibatan atau
keikutsertaan warga negara dalam pembangunan ekonomi
bangsa dan negaa. Partisipasi aktif warga negara sangat
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
negara. Partisipasi dalam aspek ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya:
1) Taat membayar pajak.
2) Menggunakan dana yang ada sesuai kebutuhan atau
hemat.
3) Menyiapkan masa depan dengan cara menabung.
4) Menyisihkan harta untuk orang yang membutuhkan.
5) Tidak menggunakan fasilitas negara demi kepentingan
pribadi, kelompok maupun golongan tertentu.
6) Mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga mampu
membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.

d. Partisipasi Pada Aspek Budaya


Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang
kondisi masyarakatnya majemuk dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti agama, budaya, adat istiadat, dan
golongan (SARA). Keberagaman yang kita miliki
merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dan patut kita
jaga dan lestarikani. Untuk itulah partisipasi aktif dari
seluruh warga negara sangat dibutuhkan.

43
Contoh partisipasi dalam aspek budaya, diantaranya
sebagai berikut:
1) Mencintai budaya nasional atau budaya lokal,
contohnya dengan menggunakan dan mencintai
produk-produk daerah sendiri dan produk dalam
negeri.
2) Tidak bersikap etnosentrisme ataupun chauvisisme
dengan terlalu mengagung-agungkan daerah atau
bangsa sendiri dan menganggap daerah/bangsa yang
lain lebih rendah.
3) Berinovasi dan berkreasi dalam mengembangkan
budaya daerah sekaligus budaya nasional.

Oleh karena itu, partisipasi warga Negara di


berbagai aspek kehidupan sangat diperlukan dalam rangka
mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional. Tanpa
partisipasi aktif dari seluruh warga negara, tujuan dan cita-
cita yang diinginkan negara kita akan sulit dicapai.
Partisipasi warga negara yang baik dan bertanggung jawab
dapat ditingkatkan melalui cara berikut ini:
1.Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
mengingatkan masyarakat agar dapat berpartisipasi
dengan baik.
2.Memberikan latihan kepada masyarakat akan
keterampilan untuk berpartisipasi.
3.Pengembangan internalisasi nilai guna membentuk
karakter masyarakat.
4.Memiliki komitmen dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sebagai warga negara yang
baik.

C. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia Yang


Bisa Bertanggung Jawab (Civil Responsibility)
Menurut Ridwan Halim 1988 (dalam Suwanda (2016))
mendefinisikan tanggung jawab merupakan suatu akibat dari
pelaksanaan peranan, baik berupa hak, kewajiban, maupun

44
kekuasaan. Sementara menurut Purbacaraka 1988 (dalam
Suwanda (2016)) mengemukakan bahwa tanggung jawab
adalah sesuatu yang bersumber atau lahir pada penggunaan
fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk
menggunakan hak dan kewajibannya. Dari pernyataan
tersebut ditarik sebuah kesimpulan bahwa tanggung jawab
sangat erat kaitannya dengan penggunaan hak dan kewajiban
serta kekuasaan yang dimiliki oleh individu.
Aristoteles menyatakan warga negara yang
bertanggung jawab adalah warga negara yang baik, yaitu
warga negara yang memiliki kebajikan atau keutamaan
sebagai warga negara. Terkait dengan kebajikan dan
keutamaan ini, Plato mengatakan terdapat empat kebajikan
atau keutamaan yang dihubungkan dengan tiga bagian jiwa
manusia. Keempat keutamaan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pengendalian diri (temperance), yang berhubungan dengan
nafsu.
b. Keperkasaan (fortitude), yang berhubungan dengan
semangat.
c. Kebijaksanaan atau kearifan, yang berhubungan dengan
akal.
d. Keadilan, yang berhubungan dengan ketiga bagian jiwa
manusia sebelumnya.

Terdapat beberapa jenis tanggung jawab yang harus


dilaksanakan oleh seorang warga negara, diantaranya: 1)
tanggung jawab pribadi; seperti tanggung jawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, tanggung jawab terhadap diri sendiri,
dan 2) tanggung jawab sosial (sosial responsibility); seperti
tanggung jawab terhadap lingkungan, tanggung jawab
terhadap masyarakat, tanggung jawab terhadap bangsa dan
negara (Rohani, 2013).
1. Tanggung Jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini di dasarkan pada sila 1

45
Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa” dan UUD 1945
pasal 29 ayat (1) yang berbunyi “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”, pasal 29 ayat (2) yang berbunyi
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu”. Berdasarkan penjelasan
sebelumnhya, dapat dilihat bahwa setiap warga negara
Indonesia memiliki kewajiban agar senantiasa bersikap dan
berperilaku berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung
jawab warga Negara terhadap Tuhannya dapat diterapkan
dengan cara melaksanakan semua perintah dan mejauhi
larangan-larangan-NYA. Beberapa cara dalam
mengimplementasikan bentuk tanggung jawab warga
negara terhadap Tuhan YME, diantaranya:
a. Mensyukuri segala nikmat yang telah dikaruniakan-
NYA.
b. Menjalanankan ibadah berdasarkan keyakinan masing-
masing.
c. Melaksanakan segala perintah-NYA dan menjauhi
segala laranganNYA.
d. Long life learning serta menggunakannya demi
kebaikan umat.
e. Menjalin silaturahmi siapapun agar tercipta kehidupan
yang aman dan tentram dan juga damai.

2. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat


Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa lepas dari
masyarakat. Dengan kata lain manusia tidak bisa
melepaskan diri dari ikatan manusia lainnya. Dalam
memenuhi seluruh kebutuhan hidup kita selalu
membutuhkan orang lain. Keterkaitan inilah yang disebut
manusia sebagai anggota masyarakat senantiasa cenderung
hidup berkelompok/bermasyarakat. Sebagai anggota
dalam masyarakat, penerapan tanggung jawabnya dapat
dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perilaku berikut ini:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

46
b. Menjaga persatuan dan kesatuan kita dalam hidup
bermasyarakat.
c. Meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial diantara
sesama anggota masyarakat.
d. Jangan bersikap dan berbuat tindakan diskriminatif
agar terhindar dari perpecahan antar kita sesama.

3. Tanggung Jawab terhadap Lingkungan


Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang
sangat erat satu sama lain yang tidak terpisahkan. Manusia
membutuhkan lingkungan sebagai tempat hidup dan
kehidupannya. Sementara itu lingkungan membutuhkan
campur tangan manusia agar tetap lestari. Manusia dan
alam ada dalam konteks keruangan yang saling
mempengaruhi. Namun tingkat pengaruh yang diberikan
manusia terhadap lingkungan ditentukan oleh penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia.
Berdasarkan IPTEK tersebut maka hubungan manusia
dengan alam dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Kelompok manusia yang masing sangat tergantung
kepada alam.
b. Kelompok manusia yang baru mampu menyesuaikan
dengan alam.
c. Kelompok manusia yang sudah mampu mengelola serta
memanfaatkan alam.

Tanggung jawab yang dimiliki manusia dalam


melakukan hubungan dengan lingkungan alam tidaklah
ringan. Manusia dituntut memiliki sikap dan dan perilaku,
antara lain:
a. Memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan
b. Mengeksploitasi lingkungan sesuai kebutuhan dan
tidak berlebihan.
c. Menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Jika setiap individu di dalam masyarakat


melaksanakan hubungannya dengan lingkungan secara

47
bertanggung jawab seperti yang dipaparkan sebelumnya,
maka kehidupan hidup bermasyarakat akan berjalan
dengan tertib, aman, damai serta penuh keindahanan.
Penggunakan teknologi yang ramah lingkungan dalam
pemaanfaatan potensi alam akan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dan juga akan tetap menjaga
kelestariannya. Oleh karena itu, manusia harus mampu
menguasai teknologi, bukan sebaliknya teknologi yang
menguasai manusia. Dengan menguasai teknologi manusia
akan dapat mengendalikan teknologi tersebut sesuai
dengan keinginannya. Ketidakmampuan manusia
menguasai teknologi akan atau teknologi sudah menguasai
manusia maka akan menimbulkan kerusakan alam
lingkungan kita.
4. Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Tanggung jawab menentukan keberlangsungan
suatu negara serta maju atau tidaknya suatu negara.
Berdirinya suatu negara karena keinginan bersama dari
warga negaranya. Konsekuensinya bahwa untuk
mempertahankan kelangsungan hidup negara yang
didirikan menjadi tanggung jawab semua warga negara.
Demikian pula keadaan suatu bangsa, apakah bangsa itu
maju, berkembang, bahkan mengalami kemunduran sangat
bergantung dan menjadi tanggung jawab warganya
sendiri. Sebagai warga negara Indonesia sudah menjadi
tugas dan tanggung jawab kita semua untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa adanya partisipasi
(sebagai bentuk tanggung jawab) seluruh warga negara,
tidak menutup kemungkinan bangsa dan negara ini bisa
mengalami kehancuran. Apalagi jika kita ingin
mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.Hal itu
menuntut semua warga negara melakukan tanggung jawab
secara konsisten dan konsekuen. Semua itu dapat

48
diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku kehidupan
sehari-hari, seperti:

a. Memahami, menghayati, serta mengaktualisasikan nilai-


nilai Pancasila dalam dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara.
c. Menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
d. Membina kesetiakawanan sosial diantara sesama warga
negara Indonesia.

D. Sikap Dan Perilaku Sebagai Warga Negara Indonesia Yang


Bisa Taat Beragama (Religius) Dan Toleransi
1. Warga Negara yang Taat Beragama (Religius)
Manusia adalah homo religius yang artinya makhluk
yang beragama dan makhluk yang mempunyai keyakinan
akan kekuasaan Tuhan YME yang menguasai alam jagad
raya besarta seluruh makhluk hadup lainya di dunia.
Warga negara religius adalah warga negara yang
senantiasa memahami serta mengaktualisasikan nilai-nilai
ajaran agama yang dipeluk dan diyakininya dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan harus senantiasa tercermin dalam sikap
maupun perilaku yang ditampilkan oleh setiap warga
negaradalam hal:
a. Berhubungan dengan Tuhan.
b. Berhubungan dengan sesama warga negara.
c. Berhubungan dengan lingkungannya.
d. Berhubungan dengan pemerintah dan negaranya.

Sesuai dengan makna Indonesia yang berlandaskan


Pancasila maka kesatuan integrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara memiliki sifat kebersaman,
keluargaan, serta regulitas. Negara Indonesia bisa
dikatakan negara yang religius karena menjunjung tinggi
nilai keagamaan. Hal ini terlihat jelas pada dasar negara,
yaitu pada Pancasila sila 1. Makna dari sila 1 tersebut,
ialah:

49
a. Pengkuan adanya kausa prima (sebab pertama), yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Indonesia mayoritas
mengakui bahwa adanya kausa prima, namun
pandangan dan keyakinan masyarakat terhadap kausa
prima itu berbeda.
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan beribadah menurut agamanya. Negara
menjamin kebebasan untuk warga negaranya dalam
memeluk agama dan beribadah sesuai ketentuan
agamanya masing-masing. Negara tidak mengharuskan
warganya untuk memeluk agama tertentu apalagi
memaksakan. Namun negara Indonesia mengharuskan
warga negaranya untuk memeluk agama.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama tetapi
diwajibkan memeluk agama sesuai dengan hukum yang
berlaku. Dalam kalimat ini perlu dicermati bahwa
negara Indonesia tidak mengharuskan warga negaranya
memeluk agama tertentu, negara memberi kebebasan
terhadap rakyatnya untuk memeluk agama apa saja
namun tidak boleh memeluk agama yang belum
disahkan oleh negara. Kemudian memberikan
kebebasan untuk beragama sesuai dengan keentuan-
ketentuan agama yang dipeluk oleh masing-masing
individu, karena agama merupakan keyakinan batin
yang tercermin dalam hati dan tidak bisa dipaksakan
oleh siapapun. Dan kebebasan beragama dan kebebasan
agama adalah mutlak hak asasi manusia karena
langsung bersumber pada martabat manusia yang
berkedudukan sebagai mahluk pribadi dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
d. Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
Indonesia tidak mengharuskan warga negaranya untuk
memeluk agama, tetapi tidak memperbolehkan warga
negaranya tidak beragama. Di negara Indonesia tidak
ada tempat untuk atheisme dan sekulerisme karena
hakikat manusia kodratnya sebagai mahluk tuhan.

50
e. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya
kehidupan beragama serta menjunjung nilai toleransi
antar umat beragama. Berkaitan dengan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa negara sebagai pengawas dari
kehidupan beragama di negara kita Indonesia.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh
berkembangnya agama dan iman warga negara dan
sekaligus sebagai mediatorsaat terjadi konflik antar
umat beragama.

2. Pentingnya Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin, yaitu “tolerare”
yang artinya sabar membiarkan sesuatu. Jadi definisi
toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku
manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dengan kata
lain seseorang tersebut menghargai serta menghormati
setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi dalam
konteks sosial budaya dan agama dapat diartikan sikap
dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak
dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Hingga sampai pada saat ini masih ditemukan kontroversi
dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari
kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat
beragama adalah suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan untuk menghormati
dan menghargai manusia yang beragama lain.
Secara umum toleransi di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Toleransi agama, yaitu toleransi yang menyangkut
keyakinan dan berhubungan dengan aqidah.
b. Toleransi sosial, yaitu toleransi yang menyangkut
hubungan sosial masyarakat.

51
Contoh sikap toleransi, diantaranya:
a) Bergaul atau berinteraksi dengan sesama warga
masyarakat dengan tidak menonjolkan perbedaan
agama, keturunan, bahasa, budaya, ras, atau etnik.
b) Tidak melakukan tindakan yang memprofokasi, seperti
mengadu domba, rasa kedaerahan (primordialisme)
yang sempit, etnosentrisme, dan pelecehan ajaran
agama tertentu.
c) Tidak mencampur adukkan ajaran-ajaran agama yang
satu dengan yang lainya.

Dalam melaksanakan toleransi antar umat beragama


kita harus mempunyai sikap atau prinsip untuk mencapai
kebahagiaan dan ketentraman. Adapun prinsip-prinsip
tersebut menurut Said Aqil Al Munawar :
a. Kesaksian yang jujur dan saling menghormati (frank
witness and mutual respect).
b. Prinsip kebebasan beragama (religius freedom). Meliputi
prinsip kebebasan perorangan dan kebebasan sosial
(individual freedom and social freedom).
c. Prinsip penerimaan (Acceptance)
d. Berfikir positif dan percaya (positive thinking and
trustworthy).28

Selanjutnya Jurhanuddin dalam Amirulloh Syarbini


menjelaskan bahwa tujuan kerukunan umat beragama
adalah sebagai berikut:
a. Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan
masing-masing agama. Masing-masing agama dengan
adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong
untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran
ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk
mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.
b. Kedua, mewujudkan stabilitas nasioonal yang mantap.
Dengan adanya leransi umat beragama secara praktis
ketegangan-ketegangan yang ditimbulka akibat
perpedaan paham yang berpangkal pada keyakinan

52
keagamaan dapat dihindari. apabila apabila kehidupa
beragama rukun, dan saling menghormati, maka
stabilitas nasional akan terjaga.
c. Ketiga, menjunjung dan menyukseskan pembangunan.
Usaha pembangunan akan sukses apabila di dukung dan
ditopang oleh seganap lapisan masyarakat. Sedangkan
jika umat beragama selalu bertikai dan saling menodai,
tentu tidak dapa mengarahkan kegiatan untuk
mendukung serta membantu pembangunan, bahkan
dapat berakibat sebaliknya.
d. Keempat, memelihara dan mempererat rasa
persaudaraan. Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan
akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila
kepentingan pribadi dan golongan dapat dikurangi.29

Adapun Manfaat toleransi antar umat beragama


yaitu:
a. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat
beragama
b. Dapat mempererat tali silaturahmi
c. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam
pelaksanaannya
d. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat
e. Lebih mempertebal keimanan.30

Indikator sikap toleransi beragama yang merupakan


suatu ukuran keberhasilan adalah sebagai berikut:
a. Saling menghormati antar sesama tanpa memandang
suku, agama, ras, dan aliran.
b. Saling membantu antar sesama dalam kebaikan.
c. Tidak mau ikut serta mengolok-olok orang yang berbeda
dengan dirinya.
d. Tidak mau menertawakan suku, agama, budaya, ukuran
tubuh, gender, atau orientasi seksual seseorang.
e. Memfokuskan pada persamaan bukan pada perbedaan.
f. Tidak menolak orang yang berbeda atau tidak
berpengalaman untuk bergabung.

53
g. Membela orang-orang yang diolok atau dicela.
h. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan
agama.(Sya‟roni Hasan, 2019)

54
BAB III
HAKIKAT MANUSIA
INDONESIA MANUSIA
PANCASILA
A. Hakikat Manusia Indonesia Manusia Pancasila
1. Hakikat Manusia Indonesia Sebagai Mahluk Tuhan Yang
Maha Esa
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
dianugrahi dengan akal dan pikiran. Manusia memiliki
derajat paling tinggi diantara ciptaan Tuhan yang lainnya.
Hal dasar yang membedakan antara dengan makhluk
lainnya adalah manusia dilengkapi dengan akal, pikiran,
perasaan, dan keyakinan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya di dunia. Pendidikan merupakan proses
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang sebagai usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan pelatihan. Pandangan mengemukakan
bahwa pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada perkembangan anak dalam
mencapai kedewasaannya yang bertujuan agar anak
memiliki kecakapan dalam melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Oleh karena
manusia dianugrahi akal dan pikiran oleh Tuhan maka
pendidikan akan membantu dalam mengembangkan
kehidupan keseharian kita.(S.Sumantri, n.d.)
Tuhan YME menciptakan manusia sebagai makhluk
paripurna. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia
tersebut merupakan tugas mereka sebagai khalifah di
muka bumi ini. Kitab suci menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-
macam istilah, seperti Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran
(consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Manusia
adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu

55
membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di
luar dirinya (objek). Selain hal tersebut, manusia tidak
hanya mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya,
tetapi juga sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun
manusia menyadari perbedaannya dengan alam bahwa
dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia
merupakan bagian daripadanya. Oleh sebab itu, selain
mempertanyakan asal usul alam semesta tempat ia berada,
manusia pun mempertanyakan asal-usul keberadaan
dirinya sendiri.
Dalam hidup kita akan menemukan adanya
serangkaian sebab-akibat. Sebab pertama merupakan
sumber bagi sebab lainnya, tidak berada sebagai materi,
melainkan sebagai "Pribadi" atau "Khalik". Manusia
berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME sehingga
dalam hidup kita dapat mengalami sendiri terjadinya
fenomena kemakhlukan antara lain berupa pengakuan atas
kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia
daripada Tuhannya. Di hadapan Tuhan Yang Maha Besar
dan Maha Tinggi manusia merasakan dirinya begitu kecil
dan rendah. Manusia punya keterbatasan dan
ketidakberdayaannya, manusia kaya akan ketidaktahuan,
sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana,
sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih
sayang Tuhannya, namun manusiapun mengetahui begitu
pedihnya siksa-Nya. Semua itu melahirkan rasa takut dan
cemas pada diri manusia terhadap Tuhannya, akan tetapi
di balik semua itu beriringan dengan rasa hormat, rasa
kagum, dan rasa segan karena Tuhannya begitu luhur dan
suci. Selain itu, manusia selalu berharap dan berdo‟a
karena menyadari akan maha kasih sayangnya Sang
Pencipta maka kepada-Nya. Dengan demikian, di balik
adanya rasa cemas dan takut itu beriringan muncul adanya
harapan yang mengimplikasikan kesiapan dalam
mengambil tindakan dalam hidupnya. Hal tersebut dapat
memperjelas tujuan hidupnya, menimbulkan sikap positif

56
dan familiaritas akan masa depannya, menimbulkan rasa
dekat dengan penciptanya.
2. Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Pada kodradnya manusia merupakan makhluk
monodualis, artinya selain sebagai mahluk individu,
manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Sebagai
mahluk individu, manusia juga merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani dan rohani
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jasmani dan rohani
inilah yang membentuk individu sebagai makhluk sosial
artinya manusia sebagai warga masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia
selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia
cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan
bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk
sosial.
Aristoteles (384 -322 SM) mengemukakan bahwa
manusia merupakan mahluk yang pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia
lainnya (zoon politicon) yang artinya mahluk yang selalu
hidup bersama dalam masyarakat. Sejak lahir di dalam diri
manusia sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat
untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah
masyarakat bersama manusia lainnya. Naluri manusia
untuk hidup bersama dengan manusia lainnya yang
disebut (gregoriousness). Ada beberapa alasan dasar
manusia selaku mencari orang lain, terutama adalah
dorongan biologisnya, seperti (1) dorongan untuk
kebutuhan makan, (2) dorongan untuk mempertahankan
diri, dan (3) dorongan untuk melanjutkan
keturunannya/jenisnya. Dorongan tersebut
menggambarkan bahwa individu dalam perkembangannya
sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu

57
merupakan satu komponen yang saling ketergantungan
dan membutuhkan. Sehingga komunikasi dalam
masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai
makhluk sosial.
3. Hakikat Manusia Indonesia Sebagai Warga Negara
Indonesia
Keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau
ikatan antara negara dan warga Negara dapat diartikan
sebagai kewarganegaraan dimana segala jenis hubungan
dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Warga negara bisa terdiri dari orang-orang
asli dan orang-orang bangsa lain dengan rumus baku yang
memenuhi persyaratan berdasarkan Undang-Undang
kewarganegaraan. Menurut Undang-Undang
kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan
adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Warga negara dan negara mempunyai ikatan khusus
dalam mengatur kedudukan serta hubungan yang terkait
dengan hak dan kewajiban warga negara. Warga negara
memiliki hubungan hak dan kewajiban yang bersifat
fungsional, yakni kewajiban dan hak yang saling timbal
balik antar keduanya. Maksudnya, bahwa secara terinci
hak dan kewajiban bagi setiap warga negara diatur dalam
hukum dasar dan peraturan yang bersifat menjabarkan
dalam berbagai peraturan yang derajatnya dibawah
konstitusi. Sebagai seorang warga negara kita harus tahu
hak dan kewajiban kita sendiri. Jika kita telah
melaksanakan kewajiban kita dengan baik, kita boleh
menuntut hak kita sebagai warga negara kepada
pemerintah. Dengan begitu, rasa keadilan akan lebih terasa
di tengah kehidupan kita. Hak-hak bagi warga negara
secara mendasar telah diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 terutama yang
berkaitan dengan hak-hak dasar dan konstitusional, antara
lain adanya jaminan Hak Asasi Manusia (HAM). Aturan

58
ini tercantum dari Pasal 28-A sampai dengan Pasal 284.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang baik, perlu
adanya kesadaran yang lebih untuk meningkatkan
semangat guna melaksanakan kewajiban kita sebagai
warga negara Indonesia dan kewajiban lain yang patut
dengan etika yang berlaku.
4. Diagram Hakikat Pribadi Manusia Pancasila
“Monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia
yang terdiri dari rohani (jiwa) dan jasmani (raga), sifat
kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk
sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis.
Adapun ciri-ciri kodrat manusia monopluralis tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Manusia terdiri atas jiwa dan raga berdasarkan susunan
kodratnya.
b. Manusia sebagai individu sekaligus sosial berdasarkan
sifat kodratnya.
c. Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan
berdasarkan kedudukan kodratnya.

Upaya peningkatan manusia secara totalitas dari


berbagai aspek seperti jiwa dan raga, pribadi dan social,
serta aspek ketuhanan diwujudkan melalui pembangunan
nasional.
a. Manusia sebagai Makhluk Monopluralis
Monopluralis, artinya terdiri dari banyak segi
tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
b. Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu harus
memiliki kesadaran diri. Realita, martabat kepribadian,
persamaan dan perbedaan kepribadian dengan orang
lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi.
Pendidikan dapat menggali dan mengoptimalkan
segala potensi yang ada pada diri manusia, serta dapat

59
mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu
sendiri.
c. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia tidak hidup dalam kesendirian
bersosialisasi dengan sesamanya berhubungan dengan
manusia lain konsekuensi-konsekuensi sosial, baik
dalam arti positif maupun negative yang merupakan
perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia
bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi
antar individu. Nilai-nilai sekaligus watak manusia
bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi
antar individu. Contoh sikapnya yaitu kekeluargaan
dan gotong royong. Setiap manusia memerlukan
pengertian, pengakuan, kasih sayang, harga diri, dan
berbagai rasa emosional lain. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam
suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat
menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia
tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Manusia sebagai makhluk
sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong,
setia kawan dan toleransi serta simpati dan empati
terhadap sesamanyamenjadikan suatu masyarakat yang
baik, harmonis dan rukuntimbullah norma, etika dan
kesopan santunan yang dianut oleh masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2
hasrat, yaitu:
1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang
lain disekelilingnya (masyarakat).
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekitarnya.

60
d. Manusia sebagai Makhluk Religius
Ibadah yang dilakukan kepada Tuhan YME
memerlukan suatu ilmu dan melalui pendidikan
manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan
mana yang benar dan tidak benar. Pertama,
memakmurkan bumi. Kedua, memelihara bumi dari
upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun. Hakikat pribadi manusia dalam Pancasila
yaitu sebagai makhluk individu manusia harus
memiliki kesadaran diri, realita, martabat, kepribadian,
persamaan dan perbedaan dengan pribadi orang lain,
khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi.
Pendidikan dapat menggali dan mengoptimalkan
segala potensi yang ada pada diri manusia, serta dapat
mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu.
Pengakuan atau keyakinan terhadap kebenaran
suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku merupakan karakteristik manusia yang hidup
di lingkungan yang beragam yang dapat terjadi pada
manusia manapun, dan kapanpun manusia itu bereda.
Defini agama adalah tata keimanan atau keyakinan atas
adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, tata
peribadatan manusia terhadap yang dianggap mutlak
tersebut, dan tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya. Manusia hidup
beragama dikarenakan agama berkaitan dnegan
masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan
keberagamaan akan terlihat dalam kehidupan
berdasarkan agama yang dianutnya masing-masing.
Dalam keberagamaan manusia akan dapat
merasakan kebermaknaan dalam hidupnya. Tata cara
hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, serta tahu

61
apa yang menjadi tujuan hidupnya yaitu sebagai
berikut:.
1) Manusia adalah makhluk utama, yaitu, manusia
mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia
diantara semua makhluk natural dan supranatural
2) Manusia adalah kemauan bebas. bahwa
kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas
sebagai sumber utama yang bebas kepadanya dunia
alam world of nature, sejarah, dan masyarakat
sepenuhnya bergantung serta terus menerus.
3) Manusia adalah makhluk yang sadar, bahwa melalui
daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami
aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang
tersembunyi dari pengamatan, dan mampu
menganalisa setiap realita dan peristiwa.
4) Manusia adalah makhluk yang sadar diri, bahwa
manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup
yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya
sendiri, ia mampu mempelajari, menganalisis,
mengetahui, dan menilai dirinya.
5) Manusia adalah makhluk kreatif, aspek kreatif
tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara
keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di
samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia
memiliki kekuatan ajaib semu quasi-miracolous yang
memberinya kemampuan untuk melewati parameter
alami dari eksistensi dirinya.
6) Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan
dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan
kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh
realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu
memaksa manusia untuk merenung, menemukan,
menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta
dalam alam jasmaniah dan rohaniah.

62
7) Manusia adalah makhluk moral. Berkaitan dengan
nilai, dimana nilai terdiri dari ikatan yang ada antara
manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau
dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada motif
manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut
ikatan suci karena ia dihormati dan dipuja begitu
rupa sehingga orang merasa rela untuk
membaktikan atau mengorbankan kehidupan
mereka demi ikatan ini.
8) Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami,
mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai
suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang
bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan,
ikut campur dalam alam yang independen, memiliki
kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil
dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan
alami.(S.Sumantri, n.d.)

63
BAB IV
PANCASILA DALAM KONTEK
SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA
A. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Dan Majapahit, Zaman Penjajahan, Kebangkitan Nasional
1. Masa Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400
M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa
7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat
diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman ketururunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan
kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana dan
para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima
kasih raja yang dermawan (Sumadio, Bambang, & Dkk,
1977). Masyarakat Kutai yang membuka zaman
sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-
nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan,
kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan
yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang
meliputi hampir separuh Indonesia dan seluruh wilayah
Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatera
dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2. Masa Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara
kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang Bangsa Indonesia. Negara kebangsaaan Indonesia
terbentuk melalui tiga tahap yaitu: 1) zaman Sriwijaya
dibawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan
kedatuan. 2) negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-
1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut

64
merupakan negara kebangsaan Indonesia lam, 3)
kebangsaan modern yaitu negara Bangsa Indonesia
merdeka (sekarang negara proklamasi 17 Agustus 1945).
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan
di Sumatera yaitu kerajaan Wijaya, dibawah kekuasaaan
bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti kedudu-
kan bukit di kaki bukit Sguntang didekat Palembang yang
bertarik 683 M., dalam bahasa melayu kuno huruf Pallawa.
Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan
kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah
barat dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian
selat Malaka (775). Pada zaman itu kerjaan Sriwijaya
merupakan kerajaan besar yang cukup disegani
di kawasan asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja
yang disebut Tuhan An Vatakvurah sebagai pengawas
dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah
untuk memasarkan dagangannya (Ali, 2005). Demikian
pula dalam sistem pemerintahaannya terdapat pegawai
pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang
menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung
dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat
dilepaskan dengan nilai Ketuhanan (Hutugalung, 2010).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan
mendirikan suatu universitas agama Budha, yang sangat
terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari
negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu di
universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan
bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India.
Bahkan banyak guru-guru besar tamu dari India yang
mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita
tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah
tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu
berbunyi „marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa‟ (suatu
cita-cita negara yang adil dan makmur) (Suwarno, 1993).

65
3. Masa Sebelum Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu
kerajaan yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme,
telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa
Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad
ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah
wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah
bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX).
Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode
kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya
Candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke
IX) dan Candi Prambanan (candi agama Hindhu pada abad
ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut
di Jawa Timur juga muncul beberapa kerajaan lainnya,
seperti kerajaan Isana (pada abad ke-IX) dan Darmawangsa
(abad ke-X). Demikian juga kerajaan Airlanga pada abad
ke-XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan
asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam
beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah
agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai (Toyyibin, 2000). Menurut
prasasti Kelagen, raja Airlangga telah mengadakan
hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola, dan Champa. Hal ini menunjukkan nilai-nilai
kemanusiaan. Demikian pula Airlangga mengalami
penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019
para pengikutnya, rakyat, dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon
Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana,
sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut
prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi
kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima
(Toyyibin, 2000). Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri

66
pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang
kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit.
4. Masa Kerjaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang
mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan
raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang
dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasa-
an Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Ba-
rat melalui Kalimantan Utara.
Pada masa itu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan.
Empu Prapanca menulis sebuak kita,
yaitu Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah telah
terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular juga
mengarang buku Sutasoma dan di dalam buku itulah kita
jumpai seloka persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal
Ika“, dimana berbunyi lengkap “Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda, namun
satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki
tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih
GajahMada dalam sidang ratu dan menteri-menteri di
paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara Raya, sebagai
berikut: “Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan
negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah
dikalahkan” .
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit
terdapat semacam penasihat, seperti Rakryan I Hino,
I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat
kepada raja. Hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah

67
mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan
kerajaan Majapahit.
5. Zaman Penjajahan
Pada abad ini sejarah mencatat bahwa Belanda
berusaha dengan keras untuk memperkuat dan
mengitensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia.
Melihat hal tersebut maka munculah perlawanan yang
masih bersifat kedaerahaan. Seperti di Maluku
(1817), Imam Bonjol (1821-1837), Pangeran Diponegoro,
dan masih banyak lainnya. Dorongan akan cinta tanah air
menimbulkan semangat untuk melawan penindasan
Belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan
dan persatuan diantara mereka dalam melawan penjajah,
maka perlawanan terebut senantiasa kandas dan
menimbulkan banyak korban.
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI
maka berkembanglah agama islam dengan pesatnya
di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang pulalah
kerajaan-kerajaan islam seperti kerajan Demak, dan
mulailah berdatangan orang-orang Eropa di Nusantara.
Mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudian
diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat
tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada
awalnya berdagang adalah orang-orang portugis. Pada
akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke
Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan.
Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri,
kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang
yang bernama VOC, yang dikalangan rakyat dikenal
dengan istilah „kompeni‟. Praktek-praktek VOC mulai
kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai
mengadakan perlawanan. Mataram dibawah
pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya
mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada
tahun 1628 dan tahun 1929.

68
Walaupun tidak berhasil meruntuhkan,
namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam
serangan Sultan Agung yang kedua itu. Di Makassar yang
memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga
dikuasai kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan
dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul pula
wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat
ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684.
Perlawanan Trunojoyo dan Untung Suropati di Jawa Timur
pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu
meruntuhkan kekuasa. Demikian pula
ajakan Ibnu Iskandar\pimpinan Armada dari Minang-
kabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap
kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat.
Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang
terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut
banyak mengalami kegagalan sehingga banyak
menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa.
6. Kebangkitan Nasional
Kebangkitan nasional Indonesia diawali dengan
berdirinya Budi Utomo yang dipelopori Dr. Wahidin
Sudirihusodo pada tanggal 20 Mei 1908. Gerakan ini
merupahan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan
sendiri. Lalu mulailah berunculan Indische Partij dan
sebagainya. Dalam masalah ini munculah PNI (1927) yang
dipelopori oleh Soekarno. Mulailah perjuangan Bangsa
Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada
tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai
penggerak kebangkitan nasional.
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan
nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri.
Diantaranya adalah Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr.
Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian
Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai

69
Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang didirikan oleh
Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh
lainnya. Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia
mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Perjuangan nasional diteruskan dengan adanya gerakan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air
yaitu Indonesia Raya.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Menghadapi Pen-


jajahan Di Indonesia
Pada awal abad ke XVI mulai dapat suasana baru
diperairan Indonesia yaitu munculnya para pelaut berkulit
putih dari eropa yang di awali oleh orang-orang Portugis.
Sejak kedatangan bangsa Portugis pada abad ke XV
ketenangan perdagangan di Indonesia mulai tergangu.
Ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia makin besar
setelah Portugis berhasil menguasi Bandar Malaka pada tahun
1511. Perlawanan rakyat pun mulai timbul, terutama di
Demak, Aceh, dan Ternate, mereka berjuang dengan gigih
melawan Portugis.
1. Perjuangan Rakyat Demak Melawan Portugis
Pada tahun 1518 sampai 1521, Pati Unus
memerintahkan Demak menggantikan ayahnya selama
memerintah ia selalu memusihi portugis karena Malaka
selalu mengimpor beras dari demak. Demak selalu
berusaha menyatukan kerajaan-kerajaan pantai utara Jawa
seperti Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dibawah
pimpinan Demak untuk menghadapi Portugis dan
menghalau kembali ke Malaka.
2. Perlawanan Aceh Melawan Portugis
Dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda rakyat
Aceh berjuang mempertahankan kedaulatan Aceh dan
mengusir kekuasaan Portugis dari semenajung Malaka
pada tahun 1607 sampai 1636. Pada tahun 1629 armada
besar Aceh menyerang Malaka yang dikuasi Portugis.

70
Berkat persatuan dan kesatuan, Aceh dapat menggagalkan
usaha penjajahan portugis di wilayahnya.
3. Perlawanan Rakyat Ternate melawan Portugis
Dibawah pimpinan Sultan Hairun rakyat Ternate
menentang kekuasaan Portugis. Portugis terdesak lalu
menawarkan perdamian dan mengajak Sultan Hairun
berunding di benteng Portugis. Dalam perundingan
tersebut Sultan Hairun itu dihianati dan dibunuh
kemarahan rakyat Maluku pun berkobar. Dibawah Sulatan
Baabullah, putra Sultan Hairun, rakyat Maluku
menghantam Portugis. Benteng Portugis dikepung dan
akhirnya mereka menyerah dan diusir dari Ternate.
4. Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan
Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang
Pasifik, yaitu dengan dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang.
Dalam waktu singkat Jepang dapat menduduki daerah-
daerah jajahan sekutu (Amerika, Inggris, dan Belanda) di
daerah Pasifik. Demikianlah maka pada tanggal 9 Maret
1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau penjajah
Belanda. Pada waktu itu Jepang mengetahui apa yang
diinginkan Bangsa Indonesia, yakni kemerdekaan bangsa
dan tanah air Indonesia.
Untuk mendapatkan bantuan rakyat Indonesia,
Jepang mempropaganda bahwa kehadirannya di bumi
Indonesia adalah justru untuk membebaskan bangsa dan
tanah air Indonesia dari penjajahan Belanda. Tipu muslihat
Jepang yang demikian itu berhasil tetapi kenyataan yang
dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada waktu itu ialah
bahwa sesungguhnya Jepang pun merupakan penjajah
yang tak kurang kejamnya dibandingkan dengan penjajah
Belanda. Maka timbullah perlawanan terhadap Jepang,
baik secara legal maupun illegal, seperti pemberontakan
PETA di Blitar.
Perang Pasifik menunjukan tanda-tanda akan
berakhir dengan kekalahan Jepang dimana-mana. Jepang

71
berada diujung kekalahanya mencoba menarik hati Bangsa
Indonesia dengan mengumumkan janji Indonesia merdeka
dikelak kemudian hari apabila perang telah usai.

C. Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan dr. Rajiman dipanggil oleh Panglima tertinggi
Mandala Selatan Jepang yang membawahi seluruh Asia
Tenggara, yakni Marsakal Darat Hisaici ke markas besarnya di
Dalat (Vietnam Selatan). Marsekal Terauci menyampaikan
kepada ketiga pemimpin itu bahwa pemerintah Jepang telah
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Sesuai dengan BPUPKI, para anggota PPKI kecuali
yang berkewarganegaraan Jepang, bertugas mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Yang ditunjuk sebagai ketuanya
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai wakilnya.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Jendral Terauchi
memberikan kepada mereka 3 cap, yaitu:
1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai
wakil, dan Radjiman sebagai anggota
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9
Agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan
seperlunya pada panitia.

Berita penyerangan Jepang kepada sekutu pada tanggal


15 Agustus 1945 telah diketahui oleh sebagian pemimpin
Indonesia terutama para pemimpin muda. Golongan pemuda
menghendaki agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang,
sementara Soekarno-Hatta ingin berbicara lebih dulu dengan
pihak Jepang lalu merapatkanya dalam PPKI. Golongan
pemuda tetap memaksakan kehendaknya dan rencana itu
dilaksanakan oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco
Singgih. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta
dibawa ke Renggasdenglok, sebuah kota kewedanaan di
sebelah utara Karawang yang telah diambil alih dari

72
kekuasaan jepang dan merupakan tempat kedudukan sebuah
kompi tentara Peta dibawah Syudanco Subeno. Berdasarkan
perundingan dan tercapainya kata sepakat antara Mr. Ahmad
Subarjo dari golongan tua dan Syudanco Subeno dari
golongan pemuda, Mr. Ahmad Subarjo menjamin bahwa
proklamasi akan dirumuskan keesokan harinya.
Setelah tiba di Jakarta dari Rengasdenglok, Soekarno
dan Hatta langsung dibawa ke rumah Laksamana Muda
Maeda, seorang kepala perwakilan angkatan laut Jepang di
Jakarta tempat Achmad Subarjo bekerja sebagai stafnya. Di
rumah Maeda, Mr. Subarjo memohon agar para tokoh
pergerakan diperbolehkan berkumpul di rumahnya untuk
membicarakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
keesokan harinya. Laksamana Maeda memberikan izin dan
menjamin keselamatan mereka di rumahnya yang berlokasi di
jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta. Pada malam itu, Soekarno-
Hatta menemui kepala pemerintahan umum, Mayor Jenderal
Nisyimura untuk menjajaki sikapnya. Ternyata Nisyimura
takut dislahkan oleh sekutu.
Dengan demikian, proklamasi kemerdekaan memang
harus dilakukan terlepas dari campur tangan Jepang. Malam
itu juga musyawarah dilaksanakan. Pembicaraan tentang
perumusan Teks Proklamasi yang baru dimulai pada pukul
23:00 dihadiri oleh para tokoh, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh
Hatta, Mr. Achmad Soebarjo, anggota PPKI, dan para tokoh
pemuda, antara lain Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan
Mbah Sudiro. Ir. Soekarno yang dengan pena dan secarik
kertas ditangannya merumuskan teks proklamasi bersama
Drs. Moh. Hatta dan Mr. Achmad Subarjo menyampaikan
kalimat pertama yang berbunyi:
“Kami Bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia”.
Kemudian Moh. Hatta menyempurnakan dengan
kalimat kedua:

73
“Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan
dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”.
Teks proklamasi yang telah disusun lalu dibawa ke
ruang depan untuk dimusyawarahkan. Saat itu tumbul
persoalan tentang siapa yang akan menandatangani teks
proklamasi tersebut. Chaerul Saleh menyatakan tidak setuju
jika teks proklamasi itu ditandatangani oleh anggota-anggota
PPKI, sebab badan itu dibentuk oleh pemerintahan Jepang.
Sukarni kemudian mengusulkan agar teks proklamasi
ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas
nama Bangsa Indonesia. Seluruh hadirin pun setuju. Setelah
itu konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik
untuk diketik. Dalam pengetikan, Sayuti mengadakan
perubahan sedikit yaitu kata “tempoh” dan “wakil-wakil Bangsa
Indonesia” diubah menjadi “Atas nama Bangsa Indonesia”.
Penulisan tanggal juga dirubah menjadi “DJakarta, hari 17
boelan 8 tahoen 05”. Tahun 05 adalah tahun showa (Jepang),
yaitu 2605 yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.
Moh.Hatta. Naskah inilah yang dianggap sebagai naskah
autentik
Perumusan Teks Proklamasi hingga penandatanganan
baru selesai pukul 04:00 tanggal 17 Agustus 1945.Kemudian
pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jumat Legi, jam 10
pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30 waktu Jepang). Bung
Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah
Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato,
sebagai berikut:

74
PROKLAMASI

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan


Indonesia. Hal-hal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia

Soekarno Hatta

Walaupun isinya sangat singkat, teks proklamasi


tersebut mengandung makna yang sangat dalam karena
merupakan pernyataan Bangsa Indonesia yang sebelumnya
terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Tokoh yang juga
berperan dalam proklamasi kemerdekaan ialah ibu Fatmawati
karena beliaulah yang membuat Bendera Merah Putih yang
dikibarkan pada upacara Proklamasi 17 Agustus 1945. Sehari
setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus
1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan,
sebagai berikut:
a. Mengesahkan UUD 1945, meliputi:
1) Setelah melakukan perubahan Piagam Jakarta yang
kemudian berfungsi sebagai pembukaan UUD 1945.
2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah
diterima dari badan penyelidik pada tanggal 17 Juli
1945, mengalami perubahan karena berkaitan
dengan perubahan Piagam Jakarta dan kemudian
berfungsi sebagai UUD 1945.

75
3) Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama
menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai badan musawarah darurat.
2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)
a. Tentang daerah propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda
Kecil.
b. Untuk sementara waktu kedudukan kota dan sebagainya
diteruskan seperti sekarang.
c. Untuk sementara waktu kedudukan dan menteri
diteruskan seperti sekarang dan di bentuknya 12
departemen kementrian.
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
Melakukan pembahasan terhadap agenda tentang
badan penolong korban perang yang terdiri dari 8 pasal
tersebut, yaitu pasal 2 dibentuklah suatu badan yang
disebut Badan Keamanan Rakyat (BKR).
4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Membahas agenda tentang Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia yang berkedudukan di Indonesia.

D. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam


Mempertahankan Dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
1. Perlawanan Fisik
Revolusi fisik merupakan perkembangan kejadian
atau perjuangan yang dimulai dari saat proklamasi
kemerdekaan sampai tahun 1950, dimana perjuangan pada
saat ini difokuskan untuk mengagalkan keinginan Belanda
yang ingin menguasai Indonesia kembali. Dinamakan
revolusi fisik, karena pada saat ini perjuangan lebih banyak
dalam bentuk fisik untuk mempertahankan kemerdekaan
yang baru diperoleh.
Revolusi fisik terdiri atas:
a. Perjuangan Diplomatik
a. Mencari Dukungan Internasional
Perjuangan mencari dukungan Internasional
lewat PBB dilakukan baik secara langsung maupun

76
tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan dengan
mengemukakan masalah Indonesia dihadapan sidang
Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung
dilakukan melalui pendekatan dan hubungan baik
dengan Negara-Negara yang mendukung seperti
Australia, India, negara-negara liga Arab, negara-
negara anggota Dewan keamanan PBB.

b. Perundingan dengan Belanda


b. Permulaan Perundingan Perundingan dengan
Belanda (10 Februari 1946)
Letnan Jenderal Christison memprakarsai
pertemuan Pemerintah RI dengan Belanda. Pada awal
perundingan, H. J. Van Mook menyampaikan
pernyataan politik pemerintah Belanda. Pada tanggal
12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan pernyataan balasan.
c. Perundingan di Hooge Veluwe (14-25 April 1946)
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan
pendahuluan, diselenggarakanlah perundingan resmi
antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI
untuk menyelesaikan konflik namun mengalami
kegagalan.
d. Perundingan Gencatan Senjata (20-30 September
1946)
Banyaknya insiden pertempuran antara
pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan
Belanda mendorong diadakannya perundingan
gencatan senjata, perundingan tidak mencapai hasil
yang diinginkan.
e. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan berlangsung dirumah Konsul
Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7 Oktober
1946. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan
senjata yang gagal perundingan tanggal 30 September
1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam tingkat
panitia yang diketuai Lord Killearn.

77
f. Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Tanggal 10 November 1946 di Linggarjati di
Cirebon, dilangsungkan perundingan antara
Pemerintah RI dan komisi umum Belanda. Berikut
isinya:
a) Belanda mengakui secara defacto Republik
Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura.
b) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama
dalam membentuk Negara Serikat dengan nama
RIS.
c) RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua.
Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda
dan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947 dalam
suatu upacara kenegaraan di Istana Negara
Jakarta.
g. Perjanjian Renville (8 Desember 1947-17 Januari
1948)
Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8
Desember 1947. Perjanjian Renville menghasilkan
beberapa keputusan sebagai berikut:
a) Penghentian tembak-menembak.
b) Daerah- daerah dibelakang garis van Mook harus
dikosongkan dari pasukan RI.
c) Belanda bebas membentuk negara-negara federal
di daerah-daerah yang didudukinya dengan
melalui plebisit terlebih dahulu.
d) Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara
Indonesia Serikat yang ada di dalamnya sederajat
dengan Kerajaan Belanda.
h. Resolusi DKPBB (28 Januari 1949)
Berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II,
pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan sebuah resolusi, isinya:

78
a) Belanda harus menghentikan semua operasi
militer dan pihak RI diminta untuk menghentikan
aktivitas gerilya, kedua pihak harus mengadakan
perdamaian.
b) Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat
semua tahanan politik dalam daerah RI oleh
Belanda sejak 19 Desember 1948.
c) Belanda harus memberikan kesempatan kepada
pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta
dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI
menurut batas-batas Persetujuan Renville
dikembalikan kepada RI.
d) Perundingan akan dilakukan dalam waktu yang
secepat-cepatnya dengan dasar Persetujuan
Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan
pembentukan suatu Pemerintah Interim Federal
paling lambat tanggal 15 Maret 1949.
i. Perjanjian Roem-Royen (17April-7 Mei 1949)
Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret
1949 memerintahkan UNCI untuk membantu
pelaksanaan resolusi DKPBB pada tanggal 28 Januari
1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad
Roem. Delegasi Belanda dipimpin Dr. Van Royen.
Pertemuan dipimpin Merle Cohran dari UNCI yang
berasal dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal
7 Mei 1949 tercapai persetujuan. Persetujuan itu
dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”.
j. Konferensi Inter-Indonesia (19-22 Juli 1949 dan 31
Juli - 2 Agustus 1949)
Konferensi Inter-Indonesia ini penting untuk
menciptakan kesamaan pandangan menghadapi
Belanda dalam KMB. Konferensi Inter-Indonesia I
diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949,
dipimpin oleh Mohammad Hatta. Konferensi Inter-
Indonesia II diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli-2
Agustus 1949, dipimpin oleh Sultan Hamid (Ketua

79
BFO). Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik
Indonesia dan Belanda mencapai persetujuan
penghentian tembak-menembak yang akan mulai
berlaku di Jawa dan Sumatera.
k. Konferensi Meja Bundar (KMB) (23 Agustus 1949 -
2 November 1949)
KMB dipimpin oleh Perdana Menteri
Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung dari
tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. KMB dapat
menghasilkan beberapa persetujuan. Berikut ini hasil
dari KMB di Den Haag:
a) Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia
sepenuhnya dan tanpa syarat kepada RIS.
Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas
Republik Indonesia dan 15 negara federal. Corak
pemerintahan RIS diatur konstitusi yang dibuat
oleh RI dan BFO.
b) Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambat-
lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c) Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam
waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan.
d) Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni
Indonesia - Belanda.
e) Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia
dan membubarkan KNIL.
f) RIS harus membayar utang Belanda yang
diperbuatnya semenjak tahun 1942.

2. Perjuangan Bersenjata
1) Pertempuran Surabaya
Tragedi ini terjadi karena insiden bendera di
Hotel Yamato yang melibatkan Indonesia dan sekutu.
Kedatangan pasukan AFNEI di Surabaya
menumbuhkan kecurigaan bagi pemerintah RI bahwa
kedatangan AFNEI diboncengi oleh NICA. Pada
tanggal 27 Oktober 1945 mulailah pertempuran antara
pasukan Indonesia melawan AFNEI. Soekarno-Hatta

80
dan Amir Syarifuddin tiba di Surabaya tanggal 29
Oktober 1945. Insiden ini mengakibatkan tewasnya
Brigjen Mallaby, menyulut kemarahan pasukan AFNEI.
Pada tanggal 10 November 1945, pasukan AFNEI
menggempur kota Surabaya melalui darat, laut, dan
udara, tetapi rakyat Surabaya gigih mempertahankan
Kota Surabaya. Pertempuran yang terakhir terjadi pada
tanggal 28 November 1945 di Gunung Sari.

2) Insiden Bandung Lautan Api


Pada bulan Oktober 1945, TRI dan pemuda serta
rakyat sedang berjuang melawan tentara Jepang untuk
merebut senjata dari tangan Jepang. Disamping itu, TRI
harus mengosongkan kota Bandung bagian utara paling
lambat tanggal 29 Oktober 1945. Pada tanggal 23 Maret
1946, AFNEI kembali mengeluarkan ultimatum supaya
TRI meninggalkan kota Bandung. Sebelum
meninggalkan Bandung, TRI dan rakyat Bandung
mengadakan perlawanan dengan membumi hanguskan
kota Bandung bagian selatan yang dikenal dengan
Bandung Lautan Api.
3) Pertempuran Medan Area
Tanggal 9 Oktober 1945 pasukan AFNEI dibawah
pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan.
Tawanan yang ada di Medan dibebaskan, kemudian
dipersenjatai dan dibentuk menjadi Batalyon KNIL di
Medan. Hal tersebut memancing kemarahan para
pemuda sehingga meletuslah pertempuran di Medan
pada tanggal 13 Oktober 1945. Pada tanggal 18 Oktober
1945 AFNEI mengeluarkan ultimatum yang memeri-
ntahkan TKR dan Laskar Perjuangan supaya
menyerahkan senjata. Tanggal 1 Desember 1945 AFNEI
membatasi daerah Medan dengan memasang papan
pembatas yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan
Area (Batas Resmi Medan Area) di sudut-sudut

81
pinggiran kota Medan. Pada bulan April 1946, kota
Medan dikuasai oleh pasukan AFNEI.
4) Peristiwa Merah Putih di Manado
Sejak akhir tahun 1945 pasukan AFNEI
meninggalkan Sulawesi Utara dan kekuasaan
diserahkan sepenuhnya kepada NICA, sehingga ia
bertindak semena-mena. Mantan anggota KNIL ini
dikenal sebagai Tangsi Hitam yang kemudian
membentuk Pasukan Pemuda Indonesia. Pada tanggal
14 Februari 1946 tanpa dilengkapi senjata, PPI
menyerbu kedudukan NICA di Teling. Pada hari itu
juga, sebagian pejuang Indonesia mengambil bendera
Belanda yang berada di pos penjagaan dan merobek
warna birunya sehingga yang masih ada hanya warna
merah dan putih. Bendera itu dikibarkan di Tangsi
Teling. Peristiwa ini menandai peristiwa merah putih di
Manado.
5) Pertempuran di Jakarta
NICA dan KNIL terus melakukan provokasi yang
menyebabkan kemarahan masyarakat sehingga
keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan.
Pendaratan pasukan mariner Belanda di Tanjung Priok
tanggal 30 Desember 1945 membuat situasi semakin
memburuk maka ibukota Republik Indonesia
dipindahkan ke Yogyakarta.
6) Peristiwa Merah Putih di Biak
Di Biak terbentuk pula Partai Indonesia Merdeka
yang dipimpin oleh Lucas Roemkorem. Tanggal 14
Maret 1948 para pejuang Irian menyerang tangsi militer
Belanda di Sorido dan Biak yang dipimpin oleh Yoseph.
Karena persenjataan NICA lebih unggul, maka serangan
mengalami kegagalan. Tiga orang pimpinan ditangkap
dan diadili di Belanda, dua orang dihukum mati dan
seorang dijatuhi hukuman seumur hidup.
7) Pertempuran Lima Hari di Semarang

82
Pertempuran ini dimulai tanggal 15 Oktober 1945
dan berakhir 20 Oktober 1945 yang disebabkan karena
larinya tentara Jepang dan tewasnya Dokter Kariadi.
Terdengar bahwa Jepang meracuni sumber air dikota
Semarang. Dokter Kariadi bersikeras memeriksa kondisi
mata air tersebut. Diperjalanan ia tertembak oleh tentara
Jepang yang membuat rakyat sangat marah dan
menyerang tentara Jepang.
8) Pertempuran Puputan Margarana
Pada tanggal 18 November 1946 Ngurah Rai
mengadakan serangan terhadap markas Belanda di
Kota Tabanan, dan meraih kemenangan kemudian
memusatkan markas perjuangannya di Desa
Margarana. Namun pada 20 November 1946 Belanda
menyerang secara tiba-tiba sehingga Ngurah Rai beserta
pasukannya gugur. Pertempuran ini sampai titik darah
penghabisan atau lebih dikenal Perang Puputan.
9) Pertempuran Palagan Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20
November-15 Desember 1945. Pertempuran Ambarawa
dikarenakan AFNEI membebaskan tawanan perang di
Ambarawa dan Magelang dan mempersenjatai bekas
tawanan itu. Pada tanggal 20 November 1945
pertempuran antara pasukan TKR dibawah pimpinan
Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman,
Koman, dan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman
kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota
Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam
oleh pasukan RI.
10) Pertempuran Lima Hari di Palembang
Pasukan sekutu mendarat di Palembang tanggal
12 Okteber 1945, dipimpin oleh Letnan Kolonel
Carmichael, bersama sekutu dan aparat NICA. Pasukan
sekutu ini hanya diizinkan mendiami Talang Semut,
akan tetapi mereka tidak mengindahkan peraturan itu.

83
Ketika meninggalkan kota Palembang sekutu
menyerahkan kedudukannya pada Belanda, sementara
perundingan berlangsung pada tanggal 1 Januari 1947,
pertempuran meletus kembali pertempuran
berlangsung selama 5 hari. Pada tanggal 6 Januari 1947
dicapai persetujuan gencatan senjata antara Belanda
dan pemerintah Indonesia di Palembang.
11) Peristiwa Westerling
Peristiwa ini adalah peristiwa pembunuhan
ribuan rakyat sipil yang ada di Sulawesi Selatan yang
dilakukan oleh Belanda yaitu Depot Speciale Tropen
(DST) yang dipimpin oleh Raymond Pierre Paul
Westerling. Tahap I pada 11 Desember 1946 di Desa
Batua, tahap II pada 19 Desember 1946 di
Polobangkeng, Makassar, tahap III pada 26 Desember
1946.
12) Agresi Militer Belanda I
Agresi Militer Belanda I dilatarbelakangi oleh
perbedaan pendapat dan penafsiran yang semakin
memuncak mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan
Linggarjati. Tanggal 27 Mei 1947 Belanda
menyampaikan ultimatum kepada Pemerintah RI yang
harus dijawab dalam waktu 14 hari. Jam 10.04 pagi
kapal pemburu torpedo “PietHein” menghujani markas
ALRI tersebut dengan tembakan meriam. Di selatan
Sitoebondo para pejuang Republik berusaha menahan
serangan dari dalam parit dan bunker buatan, tapi
karena kalah unggul dalam persenjataan, terpaksa
mereka menarik mundur. Pertempuran terakhir terjadi
di Pabrik Gula Prajekan, dimana tersimpan 30.000 ton
gula.
13) Agresi Militer Belanda II
Agresi Militer Belanda II diawali serangan
terhadap Yogyakarta penangkapan Soekarno,
Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Agresi Militer Belanda II dilatarbelakangi oleh Belanda

84
masih ingin menguasai Indonesia dan berusaha untuk
mengingkari perjanjian Renville 18 Desember 1948. PBB
juga mendesak Belanda untuk menghentikan operasi
militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia
dan membuat Belanda mengakhiri agresi militer II.
14) Serangan Umum 1 Maret 1949
Propaganda yang dilakukan oleh Belanda dapat
dibuyarkan oleh serangan secara terrorganisasi ke
Ibukota Yogyakarta. Serangan itulah yang dikenal
sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan umum
itu dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade
10/Wehkreise III, dibawah pimpinan Letkol Soeharto.
Keberhasilan serangan umum itu amat ditentukan oleh
peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dalam waktu
relative singkat, pasukan TNI berhasil memukul
mundur pasukan Belanda keluar Yogyakarta.
15) Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional suatu negara yang
merupakan faktor penting dan determinan terhadap
eksistensi suatu bangsa dan negara yang bersangkutan.
Ketahanan nasional merupakan benteng pertahanan
bangsa dan negara didalam menghadapi dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh
bangsa dan negara yang bersangkutan, tak terkecuali
bagi bangsa Indoneisia. Hal ini penting, mengingat
ketahanan nasional tidak saja berkaitan dengan aspek
keamanan dan ketertiban masyarakat saja, melainkan
berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan bangsa,
termasuk aspek penyelenggaraan negara dan
pemerintahan negara.
Secara filosofis, ketahanan nasional mengandung
makna yang sangat dalam dan mendasar bagi
kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), sedangkan secara empiris ketahanan
nasional menghadapi berbagai masalah yang dinamis
seiring dengan dinamika kehidupan bangsa dan negara

85
Indonesia, baik karena dinamika perubahan yang
terjadi didalamnya maupun perubahan global diluar
negeri. Sebagai bangsa yang besar, bangsa dan negara
Indonesia harus mampu memecahkan berbagai masalah
dengan memperkuat dan memperkukuh kondisi
ketahanan nasional dengan dilandasi semangat
persatuan dan kesatuan, nasionalisme, dan cinta tanah
air berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk membangun ketahanan nasional yang
tangguh atau kuat lemahnya ketahanan nasional sangat
dipengaruhi oleh unsurunsur ketahanan nasional
sebuah bangsa dan negara. Menurut para pakar
ketahanan nasional mengemukakan secara berbeda-
beda. Untuk mengatahui unsur-unsur atau faktor-
faktor yang mempengaruhi ketahanan nasional dapat
diuraikan di bawah ini.
Menurut Basri (2002) mengemukakan bahwa
yang diperlukakan untuk dapat membangun ketahana
nasional adalah unsur-unsur sebagai berikut:
1) Ketahanan Individu, yaitu ketahanan yang dimiliki
oleh seorang warga negara yang sehat jasmani dan
rohani.
2) Ketahanan Keluarga, yaitu ketahanan yang dimiliki
oleh suami, istri, dan anak dalam keluarga yang
harmonis dalam menciptakan kerukunan dalam
rumah tangga.
3) Ketahanan Wilayah, yaitu ketahanan yang dimiliki
oleh masyarakat di daerah dengan menciptakan
stabilitas wilayah secara sejahtera dan aman.
4) Ketahanan Nasional, yaitu ketahanan yang dimiliki
oleh negara untuk menciptakan stabilitas nasional.
5) Ketahanan nasional merupakan pendekatan yang
utuh menyeluruh atau komprehensif integral yang
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek
kehidupan nasional bangsa yang terangkum dalam
asta gartra.

86
BAB V
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA DI INDONESIA

A. Hakikat Pembelajaran Pancasila, Fungsi Dan Tujuan


Pendidikan Pancasila
1. Hakikat Pembelajaran Pancasila
Menurut Pancasila berasal dari bahasa sansekerta
yaitu, panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Jadi Pancasila adalah prinsip pedoman yang menjadi
landasan masyarakat Indonesia dan sumber hukum
negara. Hakekat pembelajaran Pancasila adalah upaya
sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Hakikat
pembelajaran Pancasila juga bersifat universal, tetap dan
tidak berubah. Nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan dalam
setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan dalam
wujud norma-norma baik norma hukum, kenegaraan,
maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan
oleh setiap warga negara Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia,
sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum lahirnya Pancasila sebagai
dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak
zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini memiliki
beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat
Indonesia, sebagai contoh:
1.Percaya kepada Tuhan dan toleran,
2.Gotong royong,
3.Musyawarah,

87
4.Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
(Kementerian Riset, 2016)
2. Fungsi Pendidikan Pancasila
a.Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia. Fungsi ini agar
Indonesia tetap hidup dalam jiwa Pancasila. Bangsa
Indonesia lahir sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia, yaitu
sebagai hal yang memberi corak khas bagi bangsa dan
menjadi pembeda Bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
c. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, yaitu
mengatur semua hukum yang berlaku di negara
Indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan
Pancasila sebagai sumbernya.
d. Pancasila sebagai pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
yaitu Bangsa Indonesia harus berpedoman, menjadikan
Pancasila petunjuk kehidupan sehari-hari, segala bentuk
cita-cita moral bangsa dan bentuk budaya harus
bersumber dari Pancasila.
e. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia.
Termuat dalam pembukaan UUD 1945, sehingga
Pancasila merupakan tujuan dan cita-cita Bangsa
Indonesia. Cita-cita inilah yang menjadi tujuan, bangsa,
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
f. Pancasila menjadi falsafah hidup bangsa, yaitu pemersatu
Bangsa Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai
kepribadian yang dipercayai paling benar, bijaksana,
adil, dan cocok untuk Bangsa Indonesia untuk
mempersatukan rakyat.
g. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan
negara, segala sesuatu kehidupan di Indonesia, seperti
rakyat, pemerintah, dan wilayah.
h. Pancasila sebagai perjanjian luhur Bangsa Indonesia.
Pada saat Bangsa Indonesia melakukan proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangsa
ini belum memiliki UUD Negara yang tertulis, untuk

88
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yang
merupakan berdasar dari Pancasila.
3. Tujuan Pendidikan Pancasila
Terdapat beberapa tujuan pendidikan Pancasila,
diantaranya:
a. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan
ideologi bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai Pancasila.
b. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan
nilai-nilai dasar Pancasila kepada mahasiswa sebagai
warga negara Republik Indonesia.
c. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis
dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu
mengapresiasi nilai-nilai ketuhana, kemanusiaan, dan
kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis.

Alwi Kaderi berpendapat tujuan kita mempelajari


pancasila ialah :
a. Untuk mengetahui Pancasila secara benar, yaitu dapat
dipertanggung jawabkan baik secara yuridis-
konstitusional maupun secara obyektif ilmiah. Yuridis
konstitusional maksudnya karena Pancasila merupakan
Dasar negara yang dipergunakan sebagai Dasar negara,
maka oleh sebab itu tidak setiap individu boleh
memberikan pengertian, penafsiran menururut
pendapatnya sendiri. Sedangkan secara ilmiah obyektif
maksudnya karena Pancasila adalah suatu faham filsafat,
atau suatu philosophical way of thinking, sehingga
uraiannya haruslah logis dan dapat diterima oleh akal
sehat.
b. Agar Pancasila yang benar tersebut itu dapat kita
amalkan dengan sebaik-baiknya, baik untuk kepentingan
pribadi maupun untuk kepentingan sosial, bahkan untuk
kepentingan hidup bermasyarakat dan bernegara.

89
c. Agar Pancasila yang benar tersebut setelah kita amalkan,
selanjutnya kita amankan, agar jiwa dan semangatnya,
perumusan dan sistematiknya yang sudah benar tersebut
tidak akan diubah-ubah lagi, apalagi dihapuskan atau
diganti dengan isme-isme lainnya. (Kaderi, 2015)

Adapula tujuan pendidikan Pancasila lainnnya, yaitu:


a. Mengehendaki bangsa yang religius yang taat kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menjadi bangsa yang adil secara sosial ekonmi.
c. Menjadi bangsa yang menghargai HAM (Hak Asasi
Manusia).
d. Menghendaki bangsa yang demokratis.
e. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang
mencintai tanah air Indonesia

Dalam buku Ristekdikti Pendidikan Pancasila dinyatakan


bahwa Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan
nasional, memiliki tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa
berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar:
a. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi
pekerti luhur;
c. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan
bertanggung jawab
d. sesuai hari nurani;
e. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
f. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan
berkesejahteraan bagi bangsanya.(Kementerian Riset,
2016)

Tujuan nasional pendidikan ditegaskan dalam


pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 menyatakan “melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

90
berdasarkann kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial”.

Adapun Pancasila sebagai paradigma kehidupan


dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, yaitu:
a. Pola Pelaksanaan Pancasila
Untuk melaksanakan Pancasila perlu usaha yang
dilakukan secara berencana dan terarah berdasarkan
suatu pola. Tujuannya adalah agar Pancasila sungguh
dihayati dan diamalkan oeh segenap warga negara, baik
dalam kehidupan orang seorang maupun dalam
kehidupan. Berdasarkan pola itu diharapkan lebih
terarah usaha-usaha, yaitu:
a. Pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
Pancasila.
b. Pembangunan bangsa untuk mewujudkan
masyarakat Pancasila
b. Jalur Media Massa
Pancasila melalui jalur media massa dapat pula
digolongkan sebagai salah satu aspek jalur pendidikan
dalam arti luas, namun peranan media massa sedemikian
pentingnya sehingga perlu mendapat penonjolannya
sebagai jalur tersendiri.
c. Jalur organisasi sosial politik, organisasi sosial
kemasyarakatan, dan perangkat sosial sesuai dengan
tekad untuk menjunjung tinggi.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


Indonesia sebagai negara berkembang dalam mencapai
tujuan perlu dilaksanakannya pembangunan nasional. Ini
merupakan perwujudan untuk meningkatkan harkat dan
martabat Bangsa Indonesia. Sebagaimana tujuan negara pada
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Hal ini merupakan
tujuan negara dengan rumusan “memajukan kesejahtetraan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain tujuan nasional,
Indonesia memiliki tujuan internasional yang tertera dalam

91
pembukaan UUD 1945 yaitu “ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial”.
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa dalam
melaksanakan pembangunan nasional harus berasaskan
Pancasila. Hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa
Pancasila adalah dasar negara dan menjadi dasar dalam
melakukan segala tindakan yang bertujuan untuk masyarkat,
bangsa, dan negara. Sehingga untuk melaksanakan
pembangunan nasional dan internasional harus mendasari
nilai-nilai sila Pancasila. Pembangunan nasional harus
meliputi aspek jiwa dan aspek raga. Aspek-aspek ini
dijabarkan melalui pembangunan, dalam berbagai bidang
yaitu politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya,
IPTEK, dan agama.
Pancasila sebagai ideologi atau pandangan hidup
bangsa implikasinya adalah Pancasila menjadi paradigma
pembangunan. Paradigma menurut KBBI adalah model dalam
teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan
pembangunan menurut Denis Goulet (1997), seorang tokoh
yang merintis etika pembangunan menyebut tiga pandangan
tentang pembangunan: pertama, pandangan yang melihat
pembangunan sinonim dengan pertumbuhan ekonomi,
dengan indicator GNP dan tingkat pertumbuhan per tahun;
kedua, sebagaimana dirumuskan oleh PBB, bahwa
“pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi ditambah
perubahan sosial”. Pembangunan dalam artian ini sangat luas,
namun kerapkali ditekankan pada perkembangan pembagian
kerja, kebutuhan institusi baru, tuntutan akan sikap-sikap
baru yang sesuai dengan kehidupan modern; dan pandangan
ketiga mengenai pembangunan menekankan nilai-nilai etis.
Tekanan diberikan pada peningkatan kualitatif seluruh
masyarakat dan seluruh individu dalam masyarakat.
Dengan demikian paradigma pembangunan adalah cara
berpikir, acuan berpikir, pola berpikir, atau kerangka berpikir
dalam melakukan suatu proses pembangunan yang meliputi

92
aspek sosial, aspek politik, aspek ekonomi, aspek pertahanan,
aspek infrastruktur, aspek pendidikan, aspek teknologi, aspek
budaya dan lain sebagainya. Pancasila diharapkan dapat
menjadi matriks atau kerangka referensi untuk membangun
suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan
sosial-budaya. Ada dua fungsi dari Pancasila sebagai
kerangka acuan yaitu: pertama, Pancasila menjadi dasar visi
yang memberi inspirasi untuk membangun suatu corak
tatanan sosial-budaya yang akan datang, membangun visi
masyarakat Indonesia di masa yang akan datang; dan kedua,
Pancasila sebagai nilai-nilai dasar menjadi referensi kritik
sosial-budaya (Siswoyo, D. 2016). Pada aspek pendidikan,
pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila.
Menurut Notonagoro (1973) dalam Siswoyo, D. (2016), perlu
disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila tentang ajaran,
teori, filsafat, praktek pendidikan nasional, yang menjadi
dasar tunggal bagi penyelesaian masalah pendidikan nasional.
(Fauziah Hanum, 2019)
Berikut ini penjabaran lebih lanjut berkaitan dengan
aspek pembangunan dalam berbagai bidang:
1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
POLEKSOSBUDHANKAM
a. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik
harus didasarkan pada ontologisme manusia. Sistem
politik negara harus mendasarkan turutan hak dasar
kemanusiaan yang dalam istilah ilmu hukum adalah
hak asasi manusia (HAM). Oleh karena itu, kekuasaan
negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat bukannya
perseorangan atau kelompok. Pancasila dapat
memberikan dasar-dasar moralitas politik negara.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urutab sistematis
bahwa politik negara harus berdasarkan kerakyatan,
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan.

93
b. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Pengembangan ekonomi tidak dipisahkan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pengembangan
ekonomu harus didasarkan dengan Pancasila, seperti
ekonomi kerakyatan yang mendasarkan kemanusiaan
dan kesejahteraan. Oleh karena itu, ekonomi harus
didasarkan pada Pancasila demi kesejahteraan manusia.
Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang
ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas
kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazimnya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan
bebas dan akhirnya yang kuat yang menang. Pada
aspek ekonomi, pembangunan ekonomi nasional harus
juga berarti pembangunan sistem ekonomi yang
dianggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam
penyusunan sistem ekonomi nasional yang tangguh
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
adalah dengan berlandaskan Pancasila. Itulah yang
disebut Sistem Ekonomi Pancasila. Menurut Yudi Latif
(2015) perekonomian yang dikembangkan dengan
semangat kekeluargaan. Sedangkan sistem Ekonomi
Pancasila bukanlah sistem ekonomi yang liberal
kapitalistik, dan juga bukan sistem ekonomi yang
etatitik atau serba negara. Meskipun demikian sistem
pasar tetap mewarnai kehidupan perekonomian.(Latif,
2018)
c. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial
Budaya
Dalam pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai
dengan nilai budaya yang dimiliki masyarakat. Pada
masa reformasi sosial budaya harus didasari dengan
Pancasila yang terdapat pada rumusan sila kedua
”kemanusiaan yang adil dan beradab” dalam pengem-
bangan sosial budaya Pancasila merupakan sumber

94
normatif bagi peningkatan humanisasi dalam berbagai
bidang sosial budaya.
d. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Negara hakikatnya adalah suatu masyarakat
hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka
diperlukan peraturan perundang-undangan negara.
Karena Pancasila merupakan dasar negara, maka
Pancasila harus menjadi aturan dalam pengembangan
Hankam untuk mencapai tujuan Indonesia menjaga
keamanan dan menegakkan hukum.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan
Beragama.
Pada proses reformasi beberap wilayah negara
Indonesia mengalami konflik sosial yang bersumber pada
masalah SARA, terutama kehidupan beragama. Ini
merupakan tugas yang berat bagi Bangsa Indonesia untuk
mengembalikan perdamaian diantara umat beragama.
Pancasila telah memberikan dasar yang fundamental bagi
umat beragama agar hidup rukun, damai, saling
menghormati, saling menghormati, saling menghargai,
tanpa memandang latar belakang suku, agama, bahkan
yang berbeda-beda.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan hasil kreativitas manusia untuk mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Tujuan yang esensial dari IPTEK adalah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga tidak bebas dari
nilai namun terlihat oleh nilai. Pancasila mendasari dalam
pengembangan IPTEK. Dimana, dalam mengembangkan
IPTEK harus diimbangi dengan pelestarian dan manfaat
yang akan diberikan kepada manusia terdapat pada sila
pertama Pancasila.
Dalam mengembangkan IPTEK harus beradab dan
bermoral yang didasarkan pada hakikat tujuan demi
kesejahteraan manusia seperti sila ke-2 Pancasila.

95
Pengembangan IPTEK harus mengembangkan rasa
nasionalisme seperti yang tertuang dalam Pancasila sila ke-
3. Ilmuwan yang mengembangkan IPTEK harus bijaksana
dalam menghormati dan menghargai kebebasan orang lain
secara terbuka seperti halnya sila ke-4 Pancasila.
Mengomplementasikan pengembangan IPTEK harus
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
manusia seperti sila ke-5 Pancasila.
Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan
yang adil dan beradab. Pancasil yang sila-silanya
merupakan satu-kesatuan yang sistematis haruslah
menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK.
Harapannya Pancasila dapat menopang peradaban yang
besar dan menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara
yang besar. Karena menurut John Gardner dalam Yudi
Latif (2015) menyebutkan bahwa tidak ada bangsa yang
dapat mencapai suatu kebesaran jika bangsa itu tidak
percaya kepada sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya
berdimensi moral guna menopang peradaban yang besar.
(Latif, 2018)
4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
Indonesia pernah dilanda gerakan reformasi yang
menyebabkan seluruh aturan maun dalam politik
mengalami keruntuhan terutama praktek elit politik yaitu
KKN. Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini dibayar
mahal oleh bangsa yang berdampak pada sosial, politik,
ekonomi, dan kemanusiaan. Kondisi ekonomi juga
menambah daftar terpuruknya bangsa karena gerakan
reformasi. Namun, dibalik berbagai macam keterpurukkan
masih tersisa satu keyakinan akan nilai luhur yang
dimiliki, yaitu Pancasila. Reformasi harusnya digunakan
untuk menata kehidupan bangsa yang berasakan Pancasila
sebagai dasar negara. Reformasi harus memiliki tujuan,
dasar, cita-cita, serta platform yang jelas bagi Bangsa

96
Indonesia. Pancasila itulah yang merupakan nilai-nilai
dasar paradigma reformasi total yang sebenarnya.
a. Gerakan Nasioanl
Praktek KKN yang merajalela membawa rakyat
semakin menderita. Wakil rakyat harusnya mengemban
amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
Pancasila yang seharusnya mampu menjadi sumber
nilai, dasar moral etik bangsa disalahgunakan sebagai
alat legitimasi politik.
b. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Pada era reformas rakyat lebih menekankan pada
perubahan terhadap tatanan dalam perundang-
undangan. Dimana, pada masa orde lama maupun pada
masa orde baru hal yang mengalami kerusakan parah
ialah bidang hukum.
c. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan aksiologi atau sumber nilai bagi sistem
politik Indonesia terkandung dalam pembukaan UUD
1945 pada alinea ke-4. Apabila dikaitkan dengan makna
alinea ll tentang cita-cita negara dan kemerdekaan, yaitu
demokrasi dan kemakmuran. Dasar politik ini
menunjukkan kepada kita bahwa bentuk dan bangunan
kehidupan masyarakat yang bersatu sesuai sila ke-3,
demokrasi sesuai dengan sila ke-4, berkeadilan dan
berkemakmuran sesuai dengan sila ke-5 serta negara
yang memiliki dasar-dasar moral ketuhanan dan
kemanusiaan.
Nilai demokrasi secara normatif terjabarkan
dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu pasal 1 ayat (2),
pasal 2 ayat (2), pasal 5 ayat (1), serta pasal 6 ayat (2).
Berdasarkan semangat dari UUD 1945 yang merupakan
esensi pasal-pasal itu, sebagai berikut:
1) Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi
negara.
2) Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.

97
3) Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan karenanya harus
tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4) Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh
presiden, baik sendiri maupun bersama-sama
lembaga lain, kekuatannya berada di bawah majelis
permusyawaratan rakyat atau produk-produknya.
d. Pancasila sebagai paradigma reformasi ekonomi
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini
diterapkan hanya mendasar pada pertumbuhan dan
mengabaikan prinsip-prinsip nilai kesejateraan seluruh
bangsa kesejahteraan tersebut hanya sebagian kecil
kelompok tertentu saja yang merasakannya. Pada saat
ini, ekonomu global tidak mampu bertahan, krisis
ekonomi yang terjadi didunia dan melanda Indonesia
mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk sehingga
kepailitan yang diderita oleh pengusaha harus
ditanggung oelh rakyat. Kenyataannya sektor ekonomi
yang mampu bertahan pada masa krisis adalah
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada
usaha rakyat.
5. Pancasila Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Majid mengemukakan bahwa “Masyarakat Madani
atau Civil Society dapat diartikan sebagai sebuah
masyarakat berperadaban yang memiliki kebebasan untuk
merefleksikan kreatifitas dan dinamikanya secara egaliter
dan kompetitif menuju cita kehidupan yang telah
disepakati bersama-sama, serta diatur oleh norma hukum
yang kuat lepas dari pengaruh kelompok atau kekuatan
orang tertentu. Dawan Rahardjo mendefinisikan
masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban
yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya dalam masyarakat madani warga negara
bekerja sama membangun ikatan sosial, jaringan produktif
dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non negara,

98
kemudian Rahardjo menjelaskan dasar utama masyarakat
madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang
didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindari diri
dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
a. Karakteristik Masyarakat Madani
Ubaedillah dan Abdul Rozak (2016 : 225)
mengemukakan ada beberapa karakteristik masyarakat
madani yaitu :
1. Wilayah publik yang bebas (Free Public Sphere) adalah
ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang
bebaslah individu dalam posisinya yang setara
mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan
praksis politik tanpa mengalami distorsi dan
kehawatiran. Persyarat ini dikemukakan oleh Arendit
dan Habermal lebih lanjut dikatakan bahwa ruang
publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah
dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap
kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan informasi kepada publik.
2. Demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi
penegak wacana masyarakat madani, diaman dalam
menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk meyakinkan aktifitas
kesehariannya, termasuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat
berlaku santun dalam pola hubungan berinteraksi
dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak
mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasarat
demokrasi ini banyak dikemukakan oleh para pakar
yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan

99
demoktrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi
penegakan masyarakat madani.
3. Toleransi merupakan sikap yang dikembangkan
dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap
saling menghargai dan menghormati aktifitas yang
dikemukakan orang lain. Toleransi ini
memungkinkan akan adanya kesadaran masing-
masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktifitas yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat yang lain berbeda. Toleransi
menurut Nurcholish Madjid merupakan persoalan
ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika
toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan
yang “enak” antara berbagai kelompok yang berbeda-
beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai
“hikmah” atau “manfaat” dari pelaksanaan ajaran
yang benar. Azyumardi Azra pun menyebutkan
bahw masyarakat madani (civil society) lebih dari
sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat
madani juga mengacu kehidupan yang berkualitas
dan tamaadun (civil). Civilitas meniscayakan ideransi,
yakni kesediaan individu-individu untuk menerasi
pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.
4. Pluralisme (kemajemukan) merupakan satuan
prasarat penegakan masyarakat madani, maka
pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan
menciptakan sebuah tatacara kehidupan yang
menghargai dan menerima kemajemukan dalam
konteks kehidupan sehari-hari pluralisme tidak bisa
dipahami hanya dengan sikap mengakui dan
menerima kenyataan masyarakat yang majemuk,
tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk
menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai
positif dan merupakan rahmat Tuhan. Menurut
Nurcholis Madjid, konsep pluraslime ini merupakan

100
prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.
Pluraslime menurutnya adlaah pertalian sejati
kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaan. Bahkan
pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusia antara lain melalui
mekanisme pengawasan dan pengembangan.
5. Keadilan sosial merupakan keadilan yan
menyebutkan kesimbangan dan pembagian yang
proposional terhadap hak dan kewajiban setiap warga
negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Dalam pemikiran mengenai format bernegara menuju
Indonesia Baru Pasca Orde Baru (era reformasi)
teridentifikasi konsep masyarakat madani yang telah
berkembang sebagai alternatif pendekatan, karena
masyarakat madani berisikan nilai-nilai dan konsep-
konsep dasar tertentu yang berguna dalam rangka
pemberdayaan masyarakat atau lebih
menyeimbangkan posisi dan peran penentuan yang
tetap terasa pada perwujudan cita-cita berbangsa dan
bernegara sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
Adapun nilai-nilai dasar masyarakat madani antara
lain adalah kebutuhan, kemerdekaan, hak asasi dan
martabat manusia, kebangsaan, demokrasi,
kemajemukan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan,
kesejahteraan, keadilan dan supermasi hukum dan
sebagainya. (Agus, 2016)

Mewujudkan masyarakat madani merupakan upaya


mengakat upaya harkat dan martabat manusia pada posisi
yang sebenarnya. Banyak tantangan yang harus dihadapi
terutama dalam memberdayakan potensi yang ada dalam
diri manusia. Masyarakat madani atau sering disebut
dengan civil society, merupakan salah satu upaya mengerli
bagaimana kita dapat menjadi bangsa negara yang baik.
Salah satu cara yang paling strategis untuk membangun

101
demokratis dan masyarakat madani telah nenyelenggarakan
pendidikan kewarganegaraan (civil education).
Masyarakat madani menuju masayarakat Indonesia
yang berperadaban, dengan masyarakat madani yang
memiliki moral dan adab yang baik dimasyarakat. Dengan
terwujudnya masyarakat madani Indonesia akan menjadi
negara mandiri dan memiliki moral yang baik.
Masyarakat madani muncul karena beberapa faktor,
yaitu:
1. Adanya batasan untuk mengemukakan pendapat
sehingga menyulitkan masyarakat untuk
mengemukakan pendapat.
2. Muculnya penguasa politik yang cenderung ingin
menguasai dalam suatu bidang atau cenderung lebih
peduli dengan kepentingan pribadi.
3. Masyarakat yang dianggap sebagai orang yang tidak
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
penguasanya.

Masyarakat madani merupakan suatu kondisi yang


senantiasa diidam-idamkan oleh semua lapisan masyarakat
di negara Indonesia. Karena itu, tantangan yang harus
mampu dilakukan oleh seluruh masyarakat supaya tercapai
kehidupan madani adalah:
1. Sikap demokratis
Mengembangkan sikap demokratis bukan hanya
mengenai pembentukan individu yang mempunyai
harga diri, yang berbudaya, yang memiliki identitas
sebagai bangsa Indonesia yang bhinneka, tetapi juga
menumbuhkan sikap demokratis tersebut perlu
didukung oleh suatu sistem yang juga mengembangkan
sikap demokratis. Sistem pendidikan yang hanya
mementingkan sekelompok manusia seperti manusia
yang berinteligensi tinggi saja, tentunya tidak demokratis
sifatnya. Demikian pula proses belajar yang tidak
menumbuhkan sikap kreatif dan bebas serta sanggup

102
mengemukakan pendapat, berbeda pendapat, dan
menghargai pendapat yang lebih baik, perlu dimasukkan
di dalam proses belajar serta kurikulum. Demikian pula
para pendidik, para dosen yang otokratis tidak
memungkinkan tumbuhnya sikap demokratis dari para
peserta didik.
2. Sikap toleran
Wajah budaya Indonesia yang bhinneka menuntut
sikap toleran yang, tinggi dari setiap anggota
masyarakat. Sikap toleransi tersebut harus dapat
diwujudkan oleh semua anggota dan lapisan masyarakat
sehingga terbentuk suatu masyarakat yang kompak tapi
beragam sehingga kaya akan ide-ide baru. Di dalam
diskusi yang diselenggarakan oleh Indonesian Council
on World Affairs (ICWA) Maret 1999, Juwono Sudarsono
mengemukakan di samping sikap toleransi juga penting
sikap kompromi perlu dikembangkan dalam pendidikan.
3. Saling pengertian
Di dalam suatu masyarakat demokrasi, perbedaan
pendapat justru merupakan suatu hikmah untuk
membentuk suatu masyarakat yang mempunyai horizon
yang luas dan kaya. Untuk keperluan tersebut
diperlukan pengetahuan dan penghayatan mengenai
kebhinnekaan tersebut. Pendidikan nasional harus
menampung akan kebutuhan masyarakat yang beragam
tersebut. Keanekaragaman budaya daerah haruslah
dikembangkan seoptimal mungkin sehingga pada
gilirannya dapat memberikan sumbangan kepada
terwujudnya suatu budaya nasional, budaya Indonesia.
Saling pengertian hanya dapat ditumbuhkan apabila
komunikasi antarpenduduk dan antar etnis dapat
terwujud dengan bebas dan intens. Oleh sebab itu
pengembangan budaya daerah, pertukaran kunjungan
antar masyarakat dan budaya daerah haruslah
diintensifkan.

103
4. Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa
Masyarakat Indonesia yang bhinneka dengan
beragam nilai-nilai budayanya, namun merupakan ciri
khas dari masyarakat Indonesia, adalah masyarakat yang
beriman. Manusia yang beriman adalah manusia yang
berakhlak tinggi oleh karena semua agama yang hidup
dan berkembang di Indonesia adalah agama yang
mengajarkan nilai-nilai moral yang tinggi. Keragaman
agama yang hidup dan berkembang di Indonesia
menuntut sikap toleransi dan saling pengertian setiap
anggotanya. Oleh sebab itu pendidikan agama di dalam
sistem pendidikan nasional haruslah dilaksanakan begitu
rupa sehingga terwujudlah suatu kehidupan bersama
yang mengandung unsur-unsur toleransi serta saling
pengertian yang mendalam. Kita perlu menghindari
ramalan Huntington yang memprediksikan adanya
konflik-konflik budaya dan agama sebagai pengganti
konflik kekerasan senjata dalam kehidupan umat
manusia pada melenium ketiga yang akan datang.
5. Manusia dan masyarakat yang berwawasan global
Masyarakat Indonesia memasuki suatu kehidupan
baru dalam melenium ketiga yaitu masyarakat global
yang ditandai oleh kemajuan teknologi serta
perdagangan bebas. Kehidupan global tersebut
memberikan kesempatan-kesempatan yang baru tetapi
juga tantangan-tantangan yang semakin sulit dan
kompleks sehingga meminta kualitas sumber daya
manusia Indonesia yang bukan saja menguasai dan
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga
yang terampil di dalam memecahkan masalah-masalah
yang muncul akibat gelombang globalisasi tersebut.
Menurut pengamatan UNESCO terdapat beberapa
bahaya yang inheren di dalam gelombang globalisasi
yang perlu diwaspadai dalam proses pendidikan.
Tantangan-tantangan tersebut ialah regionisasi,
polarisasi, marginalisasi, dan fragmentasi.(Suroto, 2015)

104
Pancasila dalam mewujudkan masyarakat madani
adalah sebagai berikut:
1. Free Public Sphere (ruang publik yang bebas). Dimana,
masyarakat dapat menyampaikan pendapat dan
mempublikasikan informasi kepada publik. Demokmtisasi
yaitu proses untuk menerapkan prinsip demokrasi sehingga
mewujudkan masyarakat yang demokratis.
2. Toleransi, yaitu kesediaan menerima pandangan-pandangan
dan sikap sosial yang berbeda.
3. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan
masyarakat yang majemuk.
4. Keadilan sosial (sosial justice), yaitu keseimbangan antara
hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap
lingkungannya.
5. Partisipasi sosial, aitu partisipasi masyarakat yang benar
bersih sehingga mandiri dalam berpolitik.
6. Supermasi Hukum, yaitu upaya memberikan jaminan
terciptanya keadilan.
7. Masyarakat madani terwujud karena adanya pemahaman
nilai-nilai kebebasan berpendapat dan berekpresi yang
termasuk didalam Pancasila dan nilai-nilai demokrasi.

Dasar negara Pancasila tentu saja memiliki hubungan


dengan masyarakat madani. Pancasila sangat berperan dalam
penciptaan masyarakat madani karena nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang sesuai
dengan karakter masyarakat madani yaitu masyarakat
beradab dan memiliki moral yang baik. Implementasi
Pancasila dalam perwujudan masyarakat madani/masyarakat
yang beradab dan terwujud dalam sila-sila dalam Pancasila,
antara lain :
a. Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama).
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan masyarakat memiliki adab terhadap

105
Tuhan seperti melakukan ibadah sesuai kepercayaan
masing-masing.
2) Tidak ada saling memaksakan kehendak memeluk
agama akrena adanya toleransi antar umat beragama.
3) Pelarangan atheisme di Indonesia. Negara atau
pemerintah mengadakan fasilitas dalam menunaikan
agama masing-masing.
b. Sila ke-2 : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
1) Memanusiakan manusia atau menempatkan manusia
sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan,
tidak ada pembedaan antara si kaya dan si miskin,
yang kuat dan yang lemah karena semuanya sama di
hadapan Tuhan.
2) 2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala
bangsa, dalam masyarakat madani diwujudkan dengan
adanya ruang publik yang luas untuk berpendapat dan
adanya demokrasi dalam masyarakat. Misalnya dengan
melkukan musyawarah dalam menyelesaikan
konflik/permasalahan.
3) Adanya penegakan hukum yang tegas, karena
merupakan sebuah kedewasaan dan tanggung jawab
yang besar dalam penegakan hukum. sepennaggungan,
dengan keswasembadaan , keswadayaan, dan
kemandirian untuk menghasilkan.
c. Sila ke-3 : Persatuan Indonesia.
1) Rasa nasionalisme terhadap negara yang tidak
berlebihan, dengan menjaga kebudayaan asli Indonesia
seperti sopan santun, gotong royong, pakaian, tempat
tinggal, dan lain-lain.
2) Cinta bangsa dan tanah air, dengan memiliki moral
yang baik.
3) Menggalang kesatuan dan persatuan, dengan
bermusyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah
dan tidak membeda-bedakan karena semuanya
bersaudara.
4) Memahami pluralisme.

106
5) Menumbuhkan rasa senasib sepennaggungan, dengan
keswasembadaan , keswadayaan, dan kemandirian
untuk menghasilkan.
d. Sila ke-4 : Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
1) Adanya demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.
2) Dalam mengambil keputusan dengan musyawarah
mufakat seperti dalam masyarakat madani.
3) Adanya kejujuran bersama dalam pengambilan
keputusan.
4) Pemutusan masalah menghasilkan keputusan yang
bulat bukan dengan pemungutan suara seperti yang
terjadi di dunia Barat.

e. Sila ke-5 : Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


1) Kemakmuran yang merata pada seluruh rakyat dalam
arti dinamis dan meningkat seperti rasa kebersamaan
yang diciptakan masyarakat madani, tidak egois dan
selalu ada rasa saling tolong menolong.
2) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan
untuk kebahagiaan bersama menurut potensi masing-
masing.
3) Melindungi yang lemah agar kelompok masyarakat
dapat bekerja sesuai bidangnya, dalam masyarakat yang
beradab tentunya perlindungan terhadap yang lemah
ada dengan jika yang lemah tertindas itu artinya telah
melanggar hak asasi manusia maka hukum yang tegas
diperlukan.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis,


menyukai persaudaraan, musyawarah dalam menyelesaikan
masalah, dan moral-moral beradab seperti nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu Pancasila sangat
berperan dalam mewujudkan masyarakat madani. Peranannya
antara lain :

107
1. Sarana kontrol / pengendali sosial kemasyarakatan
bersikap dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan
dasar negara Indonesia.
2. Menyatukan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat.
3. Pengamalan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-
hari yang sesuai dengan adab dan moral bangsa.
4. Pemberi motivasi dalam melaksanakan nilai-nilai luhur
dalam Pancasila karena Pancasila merupakan identitas
bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain.
5. Sarana pembelajaran pembentukan moral yang baik untuk
mewujudkan masayrakat madani. (Nany, 2010)

6. Pancasila dalam konteks Globalisasi


Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam
peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat
global dan merupakan bagian dari proses manusia global
itu sendiri. Pancasila kini tengah dihadapkan dengan
tantangan eksternal berskala besar berupa modialisasi atau
globalisasi. Globalisasi yang berbasiskan pada
perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi, secara dratis telah mentransendensi batas-
batas etnis bahkan bangsa. Pengaruh dari globalisasi ini
dengan demikian begitu cepat dan mendalam. Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya Bangsa Indonesia. Derasnya arus
informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan
sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia haruslah
menajdi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berbagai tantangan dalam
menjalankan ideologi Pancasila tidak mampu
menggantikan Pancasila sebagai ideologi Bangsa
Indonesia. Tantangan di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa dan kini mau
tidak mau, suka tidak suka, Bangsa Indonesia berada

108
dipusaran arus globalisasi dunia. Pancasila sangat penting
dalam menghadapi arus globalisasi karena Pancasila
merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi
Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai dari luar. Pancasila
sebagai dasar Negara diwujudkan dalam hukum nasional
Indonesia, dimana Pancasila menjadi sumber dari segala
sumber hukum yang ada di Negara Indonesia. Sedangkan
sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila dijadikan
sebagai tuntunan bagi seluruh masyarakat Indonesia
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (Puji Asmaroini,
2017)
Globalisasi membawa perubahan-perubahan dalam
tatanan dunia internasional yang pengaruhnya langsung
terhadap perubahan-perubahan di berbagai Negara. Salah
satu dampak dari perubahan-perubahan tersebut adanya
kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa
Indonesia. Maka dari itu bangsa Indonesia wajib
meningkatkan kewapadaan nasional dan ketahanan mental
dan ideologi bangsa Indonesia. Kemampuan menghadapi
tantangan yang amat dasar dan akan melanda kehidupan
nasional, sosial, dan politik, bahkan mental dan bangsa
maka benteng yang terakhir ialah keyakinan nasional atas
dasar Negara Pancasila yang sebagai benteng dalam
menghadapi tantangan pada era Globalisasi yang semakin
berkembang pada saat ini.
Sebagai identitas dan kepribadian bangsa Indonesia,
Pancasila adalah sumber motivasi inspirasi, pedoman
berperilaku sekaligus standar pembenarannya. Dengan
demikian gerak ide, pola aktivitas, perilaku, serta hasil
perilaku bangsa Indonesia harus bercermin pada Pancasila
(Untari, 2012: 22). Sehingga Pancasila hendaknya mampu
menyaring dampak dari Globalisasi yang mampu
membawa perubahan pada tatanan dunia khususnya bagi
masyarakat Indonesia. Dengan berpegang teguh pada
Pancasila maka masyarakat Indonesia mampu mewujudkan
nasionalisme Indonesia.

109
Tantangan Pancasila di era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau
tak mau, suka tidak suka, bangsa Indonesia berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa
bangsa dan negara Indonesia tidak seharusnya kehilangan
jati diri, karena hidup di antara pergaulan dunia.
(Asmaroini, 2016)

C. Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan


1. Aktualisasi Pancasila Secara Objektif
Aktualisasi Pancasila secara objektif, yaitu
melaksanakan Pancasila dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara pemahaman aktualisasi.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memerlukan
kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan
masyarakat yang dapat dicerminkan nilai-nilai Pancasila itu
dan dapat terlihat dalam perilaku yang sesungguhmya.
Aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu,
bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi,
dan hukum terutama dalam penjabaran ke dalam Undang-
Undang, GBHN, pertahanan dan keamanan, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya.
2. Aktualisasi Pancasila Secara Subjektif
Aktualisasi Pancasila secara subjektif adalah
aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam
aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat. Aktualisasi tersebut tidak terkecuali baik warga
negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa
negara, terurama kalanagan elit politik. Pelaksanaan
Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan kesadaran,
ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Pelaksanaan Pancasila subjektif akan
terselenggara dengan baik apabila suatu keseimbangan
kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan

110
dimana kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi
kesadaran wajib moral.
Adapun aktualisasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dilihat dari aspek, diantaranya:
a.Keharusan moral
b. Subjektif
c. Ketaatan moral
d. Kesadaran moral
e. Internalisasi pembentukan kepribadian Pancasila
f. Proses pembentukan kepribadian Pancasila
g. Implementasi nilai-nilai Pancasila.

111
BAB VI
KEMAJEMUKAN MASYARAKAT
INDONESIA DAN KEBANGGAAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA
INDONESIA

A. Keberagaman Masyarakat Indonesia


1. Keberagaman di Bidang Sosial Budaya, Agama dan
Lainnya
Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan Bangsa
Indonesia yang terdapat dalam lambang negara Burung
Garuda. Istilah tersebut diambil dari buku Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang ditulis dengan bahasa
Sansekerta. Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki
keanekaragaman, baik dalam aspek agama, budaya, ras,
maupun suku bangsa. Kebhinekaan sangat berpengaruh
terhadap Bangsa Indonesia karena Bhineka Tunggal Ika
merupakan perekat atau patri bagi Bangsa Indonesia dari
awal-awal kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya
kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu pada
tahun 1908 dalam melawan dan mengisi serta
mempertahankan kemerdekaan bangsa. Keadaan yang
demikian sedikit demi sedikit menyadarkan para
pemimpin perjuangan bangsa sehingga pada tahun 1908
telah dirintis perjuangan yang bersifat nasional dengan
dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo berdirilah suatu
organisasi modern yang diberi nama Budi Utomo.
Selain Budi Utomo, masih banyak lagi organisasi
nasional yang bergerak untuk membebaskan Bangsa
Indonesia dari penjajah. Terutama setelah dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Dengan demikian,
jelaslah bahwa kebhinekan merupakan kekuatan dari
kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi Bangsa
Indonesia. Dengan keanekaragaman yang dimiliki oleh
Bangsa Indonesia, maka diperlukan sifat kesatuan dan
persatuan yang kuat demi mewujudkan semangat dan cita-

112
cita bangsa. Untuk memenuhi cita-cita tersebut maka
diperlukan perencanaan yang matang dan waktu untuk
memenuhi serta proses untuk melaksanakan berbagai
tindakan kebijakan. Hal yang tidak jauh berbeda juga
terjadi di luar negeri, seperti Jepang, India, Filipina. Di
Negara mereka, untuk mencapai kesepakatan dan
persatuan juga sangat sulit dilaksanakan. Hal ini
dikarenakan oleh masih terganggu oleh keanekaragaman
yang terdapat di Negara tersebut. Oleh karena itu, MPR
mengeluarkan ketetapan yang mengatur tentang kesatuan
yaitu, Ketetapan Nomor V/MPR/2000 tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional yang dalam
salah satu kalimatnya menyatakan bahwa konflik sosial
budaya telah terjadi karena kemajemukan suku,
kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik
dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat.
Kondisi yang terjadi di Indonesia tidaklak seburuk
yang terjadi di India atau Filipina. Namun, apabila
keanekaragaman tersebut tidak dapat diatasi dengan baik,
maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan
mengalami hal yang serupa atau mungkin lebih buruk.
Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa kebhinekaan
dapat menjadi tantangan atau ancaman karena dengan
adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat orang
untuk berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerahan, kesukuan, atau
kekerasan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang
akan mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Konflik-konflik yang terjadi dapat diatasi dengan
mengadakan perbincangan atau dialog dengan tokoh
masyarakat. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah pusat dalam mengantisipasi apa yang menjadi
harapan dan keinginan daerah-daerah di Indonesia maka
mulai tahun 2001 ditetapkan otonomi daerah. Berbagai
kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat ini
bukanlah satu-satunya obat yang mujarab untuk

113
menangkal dan mengantisipasi tuntutan melepaskan diri
dari daerah-daerah yang menjadi kedaulatan NKRI. Oleh
karena itu, diperlukan kesiapan yang matang dari daerah-
daerah untuk menerima dan melaksanakan berbagai
otonomi daerah tersebut.
Akar nasionalisme Indonesia sejak awal justru
didasarkan pada tekad yang menekankan pada pentingnya
cita-cita bersama, di samping pengakuan sekaligus
penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat
kebangsaan. Kesadadaran semacam itu jelas terlihat pada
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menekankan pada
pentingnya cita-cita yang sama dan sekaligus
kemajemukan sebagai perekat kebangsaan. Pada
prinsipnya etika ini meneguhkan pada pentingnya
komitmen negara untuk memberi ruang bagi
kemajemukan pada satu pihak dan pada pihak lain
tercapainya cita-cita kemakmuran dan keadilan sebagai
wujud dari tujuan nasionalisme Indonesia (Sparringa,
2006). (Aris Shofa, 2016)
Keanekaragaman yang dimiliki oleh Bangsa
Indonesia utamanya disebabkan oleh jumlah suku-suku
Bangsa Indonesia yang mendiamai
wilayah Indonesia sangat banyak, dan tersebar dimana
suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter
tersendiri, baik alam aspek sosial maupun budaya. Jumlah
suku bangsa yang ada di Indonesia mencapai 300 suku
bangsa. Dengan demikian, apabila masing-masing suku
bangsa tersebut memiliki tradisi sosial budayanya masing-
masing, berarti di Indonesia telah ada dan berkembang 300
keanekaragaman budaya.
Contoh lain dalam aspek bahasa, setiap daerah
mempunyai bahasa daerahnya masing-masing, bahasa
daerah orang Jayapura akan berbeda dengan bahasa
daerah orang Dayak, bahasa daerah orang Cirebon akan
berbeda dengan bahasa daerah orang Ciamis dan
sebagainya. Di seluruh wilayah Nusantara ada sekitar 102

114
bahasa daerah, bahkan bila dilihat dari segi dialek maka
jumlahnya akan jauh lebih banyak lagi, di Irian saja ada
sekitar 185 dialek bahasa lokal.
Keanekaragaman ini tampak pula dalam hasil-hasil
kebudayaan daerah di wilayah Indonesia, seperti tarian
dan nyanyian. Hampir semua daerah atau suku bangsa
mempunyai jenis tarian dan nyanyian yang berbeda, begitu
juga dalam hasil karya atau kerajinan, setiap daerah
mempunyai hasil karya yang berbeda yang menjadi ciri
khas daerahnya masing-masing. Contoh tari-tarian daerah,
misalnya tari Topeng (Cirebon); tari Kipas (Sulawesi
Selatan), tari Piring dan tari Payung (Sumatera Barat), Tari
Jaipong (Jawa Barat), tari Kecak (Bali), tari Seudati (Aceh),
tari Maengket (Sulawesi Utara), tari Lueso (Maluku).
Begitu juga halnya dengan nyanyian daerah, seperti
terdapat lagu Es Lilin, Tokecang, Cingcangkeling, Ole-Ole
Bandung, Borondong Garing, Manuk Dadali, Bubuy Bulan,
Warung Pojok, Sintren (Jawa Barat); dari Jawa Tengah,
misalnya lagu Suwe Ora Jamu, Sekolah, Lir Ilir, Gundul
Pacul, Ande-ande Lumut, Dhongdhong Apa Salak;
sedangkan dari Jawa Timur ada lagu Bapak Tane, Rek Ayo
Rek, Grimis-Grimis dan sebagainya. Sementara itu dari
Flores juga ada lagu Tutu Koda, Pai Mura Ramerame. Dari
Irian ada lagu Yamko Rambe dan Apuse, sedang dari
Maluku kita kenal lagu Burung Kakatua, Naik-naik ke
Puncak Gunung, Nona Manis Siapa yang Punya.
Sedangkan dari Sulawesi Utara ada lagu O Ina Ni Keke dan
Si Patokaan. Dari Bugis kita juga kenal lagu Ma Rencong
Rencong. Dari Sulawesi Selatan kita kenal lagu Anging
Mamiri dan Ampar-ampar Pisang. Dari Kalimantan Selatan
ada lagu Saputangan Babuncu Ampat. Kemudian, dari
Kalimantan tengah ada lagu Kalayar dan Naluya.
Dalam mata pencaharianpun setiap lingkungan
daerah mempunyai jenis pencaharian yang berbeda,
masyarakat yang sebagian besar tinggal di daerah
pedesaan bermata pencaharian dari pertanian, masyarakat

115
yang tinggal di daerah pantai sebagian besar mata
pencahariannya dari laut sebagai nelayan. Sedangkan, bagi
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan mata
pencahariannya bervariasi, ada yang berprofesi sebagai
pejabat negara, pedagang, buruh, penjual jasa, dan
sebagainya.
Koentjaraningrat dalam Winataputra (2016)
menguraikan secara garis besar unsur-unsur pokok yang
hidup dalam seleksi dari 15 kebudayaan di Indonesia. Ke-
15 kebudayaan tersebut hanya merupakan contoh kecil saja
dari kondisi dan kenyataan yang sesungguhnya. Ke-15
kebudayaan itu, misalnya sebelelah barat Sumatera ada
kebudayaan Simalur, Nias, Banyak, Batu, Mentawai dan
Enggano. Orang Simalur dan Banyak lebih terpengaruh
oleh kebudayaan dan adat istiadat Aceh, termasuk agama
yang dipeluknya juga mayoritas Islam. Sedangkan orang
Nias belum pernah terpengaruh oleh kebudayaan Hindu
maupun Islam, jadi lebih banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Megalithikum (kebudayaan batu). Oleh
karena itu, banyak dari mereka yang mengembangkan seni
bangunan yang indah. Agama yang dianut oleh orang Nias
pada umumnya Kristen dan Katolik. Sementara itu orang
Mentawai mempunyai kebudayaan bercocok tanam padi,
dan agama yang dianutnya Kristen dan Katolik, sedangkan
bagi masyarakat Enggano hampir sama dengan
kebudayaan orang Mentawai.
Di Pantai Utara Irian Jaya menunjukkan
keanekawarnaan yang bervariasi, seperti ada kebudayaan
Cendrawasi, Pantai teluk Cendrawasih, PulauPulau
Cendrawasih, Rawa-Rawa di daerah Pantai Utara,
Pegunungan Jayawijaya, Rawa-rawa dan Sungai-Sungai di
bagian Selatan dan penduduk daerah Sabana di bagian
selatan. Sedangkan di Batak sebagian besar mendiami
pegunungan Sumatera Utara, yaitu mulai dari perbatasan
Aceh di Utara sampai perbatasan Riau dan Sumatera Barat
di Selatan. Penduduknya sebagian besar tinggal di

116
pedesaan, ada yang disebut Huta, Kerta, Lumbon, Sosor,
Bius, Pertalian dan Pertumpukai. Masyarakat Batak ini
terkenal dengan sebutan masyarakat patrilineal atau
masyarakat kebapaan.
Dalam masyarakat multikultural, dibutuhkan
adanya sebuah pendidikan yang mampu mengajarkan
kepada siswa akan pentingnya nilai-nilai multikultural.
Hal ini dipandang penting karena dalam masyarakat
multikultural potensinya terjadinya konflik dan gesekan
diantara masyarakatnya sangat besar. Sihingga dibutuhkan
sebuah usaha kebudayaan berupa pendidikan yang dapat
menumbuhkan spirit keberagaman, serta menumbuhkan
motivasi hidup bangsanya yang hidua dalam keberagaman
dan pluralitas. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
pendidikan multikultur adalah sebuah strategi pendidikan
yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan
cara menggunakan perbedaan kultural yang terdapat pada
diri siswa, seperti perbedaan etnis, perbedaan agama,
perbedaan bahasa, perbedaan jenis kelamin, perbedaan
kelas, ras, agar proses pembelajaran menjadi efektif dan
sesuai dengan tujuan pmbelajaran. Pelaksanaannya melalui
penerapan model dan pendekatan pembelajaran yang
mampu membawa siswa memiliki pengalaman belajar
khususnya pengalaman untuk menerapkan nilai-nilai
multikultural di luar proses pembelajaran.
Pendidikan multikultural sangat penting khususnya
dalam pendidikan Kewarganegaraan. Karena dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa
diajarkan bagaimana menjadi manusia Indonesia yang
pancasilais, yang mampu menempatkan diri sebagai
seorang individu yang mengerti memahami keberagaman
dan pluralitas di Indonesia, dan Pendidikan multikultural
sebagai jawaban adalah proses bagaimana penanaman cara
hidup untuk menghormati secara tulus, dan toleran dalam
keberagaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat majemuk bagi bangsa Indonesia khususnya

117
generasi muda. Dengan diberikannya pendidikan
multikultural diharapkan adanya kelenturan mental
bangsa dalam menghadapi konflik-konflik yang berbau
suku antar golongan ras dan agama (SARA), sehingga
persatuan bangsa tidak mudah retak dan terjadi
disintegrasi bangsa. Keharusan untuk mewujudkan
masyarakat Indonedia yang mengerti dan memahami
keberagaman ini tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan
dari warga negara itu sendiri baik secara individu mauun
sebagai bagian dari masyarakat. PKn merupakan salah satu
ujung tombak dari pendidikan multikultural dalam rangka
pembentukan karakter warga negara multikultural yang
menghargai identitas budaya masyarakat yang plural
secara demokratis, dan membentuk mosaik yang indah
(cultural pluralism: mozaik analogy) dalam satu semboyan
Bhinneka Tunggal Ika (Garcia, 1982, pp. 37–42). (Prasetyo
& Wahono, 2017)
2. Tipe Sosial Budaya yang Dimiliki Bangsa Indonesia
Koentjaraningrat dalam Winataputra (2016)
mengelompokkan 15 kebudayaan yang dimiliki daerah-
daerah tersebut ke dalam 6 tipe sosial budaya, yaitu:
a. Tipe masyarakat berkebun yang amat sederhana dengan
keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam
kombinasi dengan berburu atau meramu, penanaman
padi tidak dirasakan, sistem dasar kemasyarakatannya
berupa desa terpencil tanpa deferensiasi dan stratifikasi
yang berarti, gelombang pengaruh kebudayaan
menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan
agama hindu dan islam tidak dialami, isolasi dibuka oleh
Zending atau Missie. Contoh kebudayaan Mentawai di
pantai Utara Irian Jaya.
b. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocoktanam
di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman
pokok, sistem dasar kemasyarakatannya berupa
komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi
sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian

118
bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan
suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab
di masyarakat kota. Contohnya, Kebudayaan Nias,
Batak, Kalimantan Tengah, Minahasa, Flores,
dan Ambon.
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam
di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman
pokoknya, sistem dasar kemasyarakatnya berupa desa
komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi
sosial yang sedang, masyarakat kota yang menjadi arah
orientasinya mewujudkan suatu peradaban bekas
kerajaan berdagang dengan pengaruh kuat dari agama
islam, yang bercampur dengan peradaban yang dibawa
oleh pemerintahan koloni. Contohnya, kebudayaan
Aceh, Minangkabau, dan Makasar.
d. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam dengan
padi sebagai tanaman pokok, sistem dasar
kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan
deferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak komplek,
masyarakat kota sebagai arah orientasi mewujudkan
suatu peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur
dengan peradaban kepegawaian yang dibawa oleh
pemerintahan koloni, semua gelombang pengaruh
kebudayaan asing dialami. Contohnya, kebudayaan
Sunda, Bali, dan Jawa.
e. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri
pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan
industri lemah. Contohnya, kebudayaan kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan
Medan.
f. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengemba-
ngkan suatu sektor perdagangan dan industri yang agak
berarti, tetapi yang masih didominasi oleh aktivitas
kehidupan pemerintah, dengan suatu sektor
kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik
ditingkat daerah maupun nasional. Contohnya,

119
kebudayaan kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, dan Medan.

Awan Mutqin dalam Winataputra (2016) menyatakan


bahwa kontruksi keragaman kebudayaan Bangsa
Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi
ekologis, sistem kemasyarakatan, dan berbagai unsur lainnya,
sebagai berikut:
a. Budaya berkebun sederhana.
b. Budaya berladang dan bersawah.
c. Budaya bersawah.
d. Budaya masyarakat kota.
e. Budaya metropolitan.

Menurut Koentjaraningrat dalam Winataputra (2016)


aspek yang harus diperhatikan dalam menganalisis hubungan
antar suku-suku bangsa dan golongan, yaitu:
a. Sumber-sumber koflik
b. Potensi untuk toleransi
c. Sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan
terhadap sesama suku bangsa atau golongan
d. Kondisi masyarakat dimana hubungan dari pergaulan antar
suku bangsa atau golongan tersebut berlangsung.

B. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja, yaitu configure yaitu
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok), dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya. Menurut Soekanto (2006) konflik
sosial adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan. Berdasarkan teori konflik, masyarakat senantiasa
berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsur yang

120
ada dalam masyarakat. Teori konflik melihat bahwa setiap
elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial.
Selain itu, teori konflik beranggapan bahwa keteraturan yang
terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena
adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas
golongan yang berkuasa. Konflik sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Ketika orang memperebutkan sebuah
area, mereka tidak hanya memperebutkan sebidang tanah
saja, namun juga sumber daya alam seperti air, emas, meneral,
hutan serta berbagai sumber daya alam yang terkandung
didalamnya. Setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih
pertentangan antara individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok, individu atau kelompok dengan
pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik.
Tetapi dapat berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan
dan tidak berbentuk kekerasaan. Konflik yang terjadi dapat
berupa konflik vertikal, yaitu antar pemerintah, masyarakat
dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota dan
desa, serta konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat.
Teori konflik menganggap bahwa unsur-unsur yang terdapat
di dalam masyarakat cenderung bersifat dinamis atau sering
kali mengalami perubahan. Setiap elemen yang terdapat pada
masyarakat dianggap mempunyai potensi terhadap
disintegrasi sosial.
Pada umumnya istilah konflik sosial mengandung
suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar
pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan
dan peperangan internasional. Konflik sosial merupakan
suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap
status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber
pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan saingangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konflik
adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang
terjadi antar anggota atau masyarakat dengan tujuan untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling
menantang dengan ancaman kekerasan.

121
1. Sumber-Sumber Konflik
Handoko (2012) menyatakan bahwa sumber-sumber
konflik adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi, seperti salah pengertian yang berkenaan
dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau
informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya
individu manajer yang tidak konsisten.
b. Struktur pertarungan kekuasaan antar departemen
dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian
yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan
sumber-sumber daya yang terbatas, atau saling
ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok
kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
c. Pribadi, seperti ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai
sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang
diperankan pada jabatan mereka dan perbedaan dalam
nilai-nilai atau persepsi.

Sepanjang sejarah peradaban manusia, agama dan


keyakinan sebetulnya telah banyak memberikan
sumbangsih besar bagi terciptanya perdamaian di muka
bumi. Akan tetapi, karena pengetahuan dan kedewasaan
masyarakat yang kurang mengenal toleransi, persoalan
agama justru kerap menjadi pemicu lahirnya konflik
horizontal (Wach, 1971:35). Di negara yang menganut
paham kebebasan beragama seperti Indonesia sendiri, telah
terjadi beberapa contoh konflik semacam ini.
Hendropuspito, (1986: 32) mengemukakan bahwa paling
tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial
yang bersumber dari agama yaitu:
1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Perlu disadari atau tidak semua pihak umat beragama
yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing
menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang
menjadi penyebab dari benturan itu. Entah sadar atau
tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran
agamanya, membandingkan dengan ajaran agama
lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan
agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat

122
(subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada
agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan
kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut
patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia,
merupakan agama samawi (revealed religion), yang
meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi, sering memiliki
rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Kelompok ini begitu agresif dan mempertahankan
argumen masing-masing, kurang toleran, dan terkadang
fanatik dan malah menganut garis keras. Karena itu,
faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan
kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil
sebagai pemicu konflik.
2. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama
memperlebar jurang permusuhan antar bangsa.
Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan
agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan
perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh
di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak
di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan
Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu
hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam
konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan
ketentraman dan keamanan, termasuk konflik antar suku
di Papua. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras
disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya
konflik.
3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya melalui praktek
ritual manusia. Kenyataan tersebut membuktikan
perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama.
Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya
dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya
modern. Kelompok masyarakat setempat memiliki
budaya yang sederhana atau tradisional, sedangkan

123
kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau
modern. Karena itu,perbedaan budaya dan gaya hidup
masyarakat tradisional dan modern sering mengalami
konflik. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat
yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah
ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut
mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok
agama di Indonesia.
4. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab.
Tetapi dalam masyarakat memiliki agama yang pluralis
biasanya menjadi penyebab konflik berikut masalah
mayoritas dan minoritas golongan agama. Jadi, tentunya
bagi Indonesia yang multikulture dan multi talenta
menjadi kebanggaan identitas nasional, namun pada sisi
lain dapat menjadi pemicu konflik jika tidak bijak
menyikapi kenyataan tersebut. Kenyataan lain konflik
sosial dapat terjadi berlatarbelakang ekonomi. Sebab
masalah ekonomi menjadi kebutuhan dasar hidup
manusia. Dari berbagai kasus konflik sosial ekonomi
biasanya akan berimbas pada keyakinan masyarakat.

Membina sikap toleransi umat beragama di


Indonesia menjadi tanggungjawab sosial bersama dan
merupakan budaya positif yang perlu dilanjutkan.
Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh seringnya
terjadinya konflik hubungan antar umat beragama di
Indonesia (Sardar, 1988:48). Untuk itu, jika belajar dari
kasus konflik antar umat bergama umumnya disebabkan
antara lain:
1. Terbatasnya pengetahuan para pemeluk agama akan
agamanya sendiri dan agama pihak lain.
2. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan
agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.

124
3. Sikap tanggungjawab dari setiap pemeluk agama, yang
mengandung misi dakwah dan tugas dakwah masing-
masing.
4. Keterbatasan pengertian dalam menghadapi masalah
perbedaan pendapat dalam menjalan ibadah agama.
5. Fanatisme para pemeluk agama yang tidak mampu
mengontrol diri, sehingga tidak menghormati bahkan
memandang rendah agama lain.
6. Adanya kecurigaan antar umat beragama, baik intern
maupun eksternal antar umat beragama dengan
pemerintah.
7. Masalah ketidakadilan ekonomi dan sosial, artinya jika
ekonomi mengalami ketimpangan, ekonomi akan
menjadi pemicu konflik. (Digdoyo, 2018)

2. Upaya-upaya untuk Mengatasi Konflik


Secara sosiologi, proses sosial dapat berbentuk
proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative
processes) dan proses sosial yang menceraikan (dissociative
processes). Proses sosial yang bersifat asosiatif diarahkan
pada terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial, cinta
kasih, kerukunan, solidaritas. Sebaliknya proses sosial yang
bersifat dissosiatif mengarah pada terciptanya nilai-nilai
negatif atau asosial, seperti kebencian, permusuhan,
egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan dan
sebagainya. Jadi, proses sosial asosiatif dapat dikatakan
proses positif. Proses sosial yang dissosiatif disebut proses
negatif. Sehubungan dengan hal ini, maka proses sosial
yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha
menyelesaikan konflik. Adapun bentuk penyelesaian
konflik yang lazim dipakai, yakni konsiliasi, mediasi,
arbitrasi, koersi (paksaan), détente. Urutan ini berdasarkan
kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah,
yakni cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara
yang formal, jika cara pertama membawa hasil.

125
C. Kebanggan Berbangsa Dan Bernegara Indonesia
1. Hakikat Bangga Berbangsa
a. Kebanggaan Sebagai Bangsa Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini
dibuktikan dari nama lain Indonesia, yaitu Nusantara
yang berarti diantara nusa atau diantara pulau. Jadi,
Indonesia terdiri diantara pulau-pulau. Sebagai negara
kepulauan jumlah pulai yang besar dan kecil yang
terbesar diwilayah Indonesia sekitar 17.508 pulau. Pulau
tersebut terletak dipersimpangan dunia, yaitu diantara
dua samudra dan diantara dua benua, kedua samudera
itu adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,
serta diantara Benua Asia dan Benua Australia.
Begitulah indahnya pulau-pulau yang terletak di
wilayah Indonesia yang membujur di garis khatulistiwa
sehingga diibaratkan bagaikan “Untaian Ratna Mutu
Manikan atau Zamrud Khatulistiwa”
Sekalipun wilayah Indonesia tersebar diantara
pulau-pulau yang jumlahnya lebih dari 17.000, namun
hal tersebut tidak menjadikan Bangsa Indonesia bercerai
berai, namun justru menjadi perekat untuk semakin
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Hal
ini dikarenakan secara yuridis formal Bangsa Indonesia
telah mempunyai landasan yang kuat melalui
Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea 2, yaitu
“Dan perjangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan
rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur.”

Dengan demikian, jelaslah bahwa setelah kita


berhasil melaksanakan perjuangan melepaskan diri dari
belenggu penjajahan maka tujuan yang hendak dicapai
oleh oleh bnagsa Indonesia adalah mewujudkan bangsa
negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat yang adil

126
dan damai. Jadi, negara yang hendak kita bentuk ini
bukan negara serikat atau federal, tetapi jelas negara
kesatuan. Konsekuensi nya pemerintah Negara
Republik Indonesia harus mampu melindungi
kepentingan seluruh warga negara, termasuk menjaga
keselamatan bangsa dan tumpah darahnya,
sebagaimana ditekadkan dalam pembukaan UUD 1945
alinea IV yang berbunyi;

“… Pemerintah Negara Indonesia yag melindungi


segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia… “
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan secara tegas bahwa Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dengan
Demikian, sekalipun secara nyata di Indonesia terdiri
dari berbagai keanekaragaman yang terbesar di
berbagai pulau besar dan kecil tidak menjadikan Bangsa
Indonesia bercerai-berai. Bahkan dalam sidang tahunan
pertama MPR telah mengeluarkan TAP khusus tentang
persatuan dan kesatuan bangsa ini, yaitu melaui
ketetapan Nomor V/MPR/2000 tentang pemantapan
persatuan dan kesatuan Nasional.
Adapun yang dimaksud dengan bangsa secara
umum adalah kesatuan orang-orang yang mempunyai
kesamaan asal keturunan, adat istiadat, bahasa, dan
sejarahnya. Dengan mengkaji rumusan pengertian
bangsa diatas, dapat disimpulkan bahwa terbentuknya
bangsa karena adanya kesamaan dalam hal,
diantaranya:
1) Latar belakang sejarah
2) Pengalaman
3) Perjuangan dalam mencapai kemerdekaan,
4) Keturunan,
5) Adat istiadat,
6) Bahasa.

127
Jadi, sekalipun Bangsa Indonesia beraneka
ragam, namun karena diikat oleh adanya kesamaan
latar belakang sejarah, pengalaman, perjuangan dalam
mencapai kemerdekaan, keturunan, adat istiadat, dan
bahasa yang diikat dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia maka tetap menjadikan Bangsa
Indonesia bersatu padu dalam melaksankaan
pembangunan.
Keberhasilan Bangsa Indonesia dalam sejarah
perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan
yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan berkat
rahmat Allah yang Maha Kuasa. Kenyataan ini secara
yuridis formal tercantum dalam pembukaan UUD 1945
alinea 3 yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah yang
maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaanya”.
Dengan demikian, jelaslah apapun yang terjadi di
bumi pertiwi ini tidak terlepas dari bantuan dan rahmat
Allah Yang Maha Kuasa. Selain itu, juga secara lahiriah
Bangsa Indonesia telah mempunyai semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” yang selau dijadikan pegangan
dan pedoman dalam melaksanakan berbagai
perjuangan sehingga rasa persatuan dan kesatuan
bangsa sebagai salah satu sila Pancasila selalu terjaga
dan terpelihara dengan baik.
Berbagai krisis politik dan penghianatan terhadap
Bangsa Indonesia, baik yang bersumber dari dalam
maupun dari luar negeri dapat diatasi, terutama oleh
adanya semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh
karenanya, untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa telah ditetapkan berbagai perangkat
hukum, seperti Pancasila, UUD 1945, TAP MPR, GBHN,
UU Kewarganegaraan, wawasan Nusantara, dan
peraturan perundang-undangan lainnya.

128
Melihat dan mencermati kondisi dan letak
geografis wilayah Indonesia, sudah sewajarnyalah
setiap insan yang merasa dirinya sebagai warga Negara
Indonesia mempunyai kebanggan tersendiri. Bangga
disini dalam arti merasa berbesar hati atau merasa
gagah karena mempunyai berbagai kelebihan atau
keunggulan. Jadi, yang dimaksud dengan bangga
sebgai bangsa dan bertanah air Indonesia adalah merasa
besar hati atau merasa berbesar jiwa atau merasa gagah
menjadi Bangsa Indonesia.
Konsekuensinya kalau kita merasa bangga
sebagai Bangsa Indonesia akan selalu berupaya
menjunjung tinggi nama baik bangsa dan Negara.
Dimanapun kita berada. Kita juga akan selalu berupaya
meningkatkan citra dan nama baik Indonesia melalui
perbuatan-perbuatan nyata di masyarakat, seperti tidak
merusak hutan-hutan lindung, benda-benda bersejarah
apalagi memperjualbelikannya, selalu menggunakan
produk dalam negeri.
b. Alasan Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Alasan yang menyebabkan kita harus bangga
sebagai Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Kita mendirikan bangsa ini dengan perjuangan
sendiri yang didukung oleh kecerdasan, keberanian,
dan kerelaan berkorban, dengan darah dan air mata,
serta semangat menyatukan segala perbedaan, kita
berhasil mengumandangkan proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
mengusir penjajah dari tanah air yang kita cintai ini.
Kita adalah bangsa pejuang.
2) Kita patut bangga dengan karunia yang telahkan
dilimpahkan Tuhan kepada bangsa ini, baik berupa
kekayaan budaya dan kekayaan alamnya. Bangsa kita
terdiri atas lebih dari 900 suku bangsa, 400 lebih
bahasa daerah, dan dialek dengan warisan adat
istiadat, cara hidup, dan kearifan masing-masing. Ada

129
bermacam-macam upacara budaya, busana, tarian,
musik, dan seni tradisional lainnya, serta berbagai
makanan khas daerah. Berbagai karya budaya kita
seperti wayang, keris, batik, angklung, dan tari saman
serta banyak lagi kebudayaan lain telah diakui oleh
organisasi dunia, yaitu UNESCO sebagai warisan
budaya dunia tak benda. Negeri kita adalah negeri
kepulauan yang sungguh indah dengan lebih dari
17.500 pulau dengan panjang tidak kurang dari 5.000
kilometer yang terbentang dari Timur ke Barat. Kita
memiliki pantai terpanjang dan terindah. Tidak
banyak bangsa dan negara lain yang mendapat
karunia Tuhan seperti ini. Kita patut bangga dan
tentu tidak lupa bersyukur menjadi bangsa terpilih
untuk mendapatkan karunia yang amat berharga ini.
3) Bangsa kita berasal dari peradapan yang tinggi. Kita
memiliki banyak sekali warisan benda cagar budaya,
termasuk candi dan situs bersejarah lainnya. Candi
dan situs yang tersebar di seluruh nusantara ini
adalah bukti bahwa sejak dulu, bangsa ini telah
memiliki peradaban yang tidak kalah dengan bangsa-
bangsa lain. Kita memiliki catatan sejarang tentang
kejayaan Sriwijaya, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan
besar lainnya yang pernah ada di kepulauan
Indonesia dan pada masanya amat dikenak seta
disegani oleh bangsa bangsa lain.

Oleh sebab itu janganlah kita silau memandang


semua yang serba asing. Apalagi mengagung-agungkan
kehebatan bangsa lain. Yang asing belum tentu lebih
baik dari apa yang sudah kita miliki. Kita harus
memandang bahwa bangsa kita berdiri sama tinggi dan
duduk sama rendah dengan bangsa bangsa lain. Kita
memiliki banyak hal yang baik-baik yang belum tentu
dimiliki oleh bangsa lain. Jangan pernah menjelek-
jelekkan bangsa sendiri, sebuah kebiasaan yang buruk

130
yang jelas-jelas akan menghambat kemajuan kita semua
sebagai bangsa. Semua bangsa memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Jangan biarkan ada orang
yang merendahkan martabat bangsa kita di mana pun
dan kapan pun kita berada.
2. Hakikat Bangga Bernegara
Istilah Negara dari de staat (Belanda), the state
(Inggris), I‟ etat (Prancis), Io stato (Italia) dan Der staat
(Jerman). Menurut bahasa Sangsekerta, nagari atau Negara,
berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku di
Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yaitu tempat
tinggal. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia Negara
adalah persekutuan bangsa yang hidup dalam suatu
wilayah dengan batas-batas tertentu yang diperintah dan
diurus oleh suatu badan pemerintah dengan teratur.
Negara dalam arti sempit sama dengan
pemerintahan dalam arti luas (lembaga legislatif, eksekutif,
yudikatif) yang merupakan alat untuk mencapai
kepentingan bersama, sedangkan negara dalam arti luas
adalah kesatuan sosial yang mengatur, memimpin, dan
mengkoordinasi masyarakat supaya dapat hidup wajar dan
berkembang terus. Dalam mengemban tugasnya, negara
memiliki aparatur negara dan wewenangnya.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi
yang kekuasaannya, baik politik, militer, ekonomi, sosial,
maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada
di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah
yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independen. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki
rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang
berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari negara lain. Negara juga dapat
di artikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya, baik politik, militer, ekonomi, sosial
maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada

131
di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah
yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut dan berdiri secara
independent.
Setelah abad ke-16, negara Indonesia masih terdiri
dari kerajaan-kerajaan yang tersebar. Pada masa itu
terdapat jajahan dari negara luar yang menggunakan
politik adu domba, memecah belah, saling menghasut,
memfitnah satu sama lain sehingga menimbulkan
kerenggangan hubungan antara satu dengan yang lainnya
yang menimbulkan kerajaan tersebut yang dijajah berjuang
sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak manapun karena
telah dipecah belah. Selain perpecahan, terjadi juga perang
antar saudara di Indonesia. Setelah beratus-ratus tahun
dijajah oleh bangsa lain, timbullah kesadaran untuk
melawan penjajah, tapi usaha perlawanan tidak bisa
dilakukan sendiri- sendiri, namun dapat dilakukan dengan
baik jika setiap kerajaan saling membantu dalam
menumpas kolonialisme dan imperialisme. Sehingga, pada
akhirnya lambat laun perjuangan yang mulanya dilakukan
sendiri-sendiri kemudian menjadi perjuangan merebut
kemerdekaan secara bersama dan terbentuklah cikal bakal
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.Yang didasarkan
pada faktor-faktor berikut:
a) Adanya persamaan nasib.
b) Ada keinginan untuk merdeka dari penjajahan.
c) Adanya kesatuan wilayah tempat tinggal.
d) Adanya cita- cita untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan.
e) Timbul kesadaran atas hak untuk merdeka.

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai


lahirnya Bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia
menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk
menentukan nasib dan tujuannya sendiri. Bentuk negara
yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik

132
Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk
republik dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945),
dimana pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya diluar bidang pemerintahan yang oleh Undang-
Undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa:
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah
profinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
Undang-Undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan
kota mengatur dengan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan
kota memiliki DPRD yang anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
4) Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan
kota dipilih secara demokrasi.
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur dalam Undang-Undang

3. Faktor Pembentukan Bangsa dan Negara


Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan
bangsa dan negara, yaitu:
a. Model Ortodoks.
Model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa
terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa itu

133
membentuk suatu Negara tersendiri. Contoh bangsa
Yahudi berupaya mendirikan negara Israel.
b. Model mutakhir.
Model mutakhir berawal dari adanya Negara terlebih
dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduk Negara merupakan sekumpulan
suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan
Negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Abdulgani mengemukakan tiga macam teori


terbentuknya sebuah bangsa, yakni: (1) Cultur-natie-theorie
(teori kebudayaan) yang menyebutkan bahwa bangsa
adalah kelompok manusia yang memiliki persamaan
kebudayaan; (2) Staats-theorie (teori negara) yang
menyebutkan bahwa suatu bangsa timbul karena adanya
negara, sehingga negara harus ada terlebih dahulu untuk
membentuk sebuah bangsa; dan (3) Geveols-natie-theorie
(teori kemauan, keinginan) yang menjelaskan bahwa syarat
mutlak timbulnya suatu bangsa adalah adanya keinginan
untuk hidup bersama dalam ikatan suatu bangsa, dan tidak
memerlukan adanya persamaan kebudayaan, ras atau
agama. (Kusumawardani & Faturochman, 2004)
1. Proses Terbentuknya Bangsa
Pengertian bangsa yang dikemukakan secara
unik oleh Ben Anderson dapat ditelaah lebih lanjut
mngenai proses dan unsur-unsur pembentuknya.
Menurut pengamatan Ben Anderson, ilmuwan politik
dari Universitas Cornel, bangsa merupakan komunitas
politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas
batasnya dan berdaulat. Mengapa dikatakan sebagai
komunitas polotik yang dibayangkan? Karena suatu
bangsa yang paling kecil sekalipun, setiap individunya
tidak kenal satu sama lain. Begitupula dengn bangsa
yang besar sekalipun, yang jumlah anggota atau
penduduknya hingga ratusan jiwa, mempunyai batas
wilayah yang relatif jelas. Kekuasaan dan wewenang

134
suatu bangsa atas suatu wilayah yang berdaulat,
merupakan dibawah wewenang kenegaraan atau
Negara yang mempunyai kekuasaan atas seluruh
wilayah dan bangsa tersebut.
2. Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar Identitas
a. Primordial, yaitu ikatan kekerabatan (darah dan
keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa,
dan adat istiadat.
b. Sakral, kesamaan agama yang dianut oleh suatu
masyarakat menimbulkan ideologi dokttriner yang
kuat dalam suatu masyarakat, sehingga
keterkaitannya dapat membentuk bangsa negara.
c. Tokoh, tokoh yang kharismatik bagi masyarakat akan
menjadi panutan untuk mewujudkan misi-misi
bangsa.
d. Sejarah, sejarah dan pengalaman masa lalu seperti
penderitaan akibat penjajahan akan melahirkan
solidaritas (senasib dan sepenanggungan).
e. Bhinneka Tunggal Ika, yaitu faktor kesadaran
antaranggota masyarakat mengenai pentingnya
persatuan dan berbagai perbedaan.
f. Perkembangan ekonomi, perkembangan ekonomi
yang terspesialisasi sesuai kebutuhan masyarakat
akan meningkatkan mutu dan variasi kebutuhan
masyarakat yang lain.
g. Kelembagaan, lembaga-lembaga pemerintahan dan
politik mempertemukan berbagai kepentingan di
kalangan masyarakat
3. Faktor Pembentuk Bangsa Menurut Segi Organisasi
a. Negara sebagai Organisasi Kekuasaan
b. Negara sebagai Organisasi Politik
c. Negara Ditinjau dari Segi Organisasi Kesusilaan.
d. Negara Ditinjau dari Segi Integritas antara
Pemerintah dan Rakyat
4. Proses Terbentuknya Negara
a. Unsur-unsur Negara

135
Menurut para ahli Negara, antara lain
Oppenheim dan Lauterpacht, tiga unsur pokok
tersebut adalah rakyat atau masyarakat,
wilayah/daerah, meliputi udara, darat, dan perairan
(perairan bukan merupakan syarat mutlak), dan
pemerintah yang berdaulat:
1) Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berdiam
di dalam Negara suatu Negara atau menjadi
penghuni Negara. Rakyat merupakan unsur
terpenting dari Negara.
2) Wilayah
Pembatasan wilayah suatu Negara sangat
penting sekali karena menyangkut pelaksanaan
kedaulatan suatu Negara dalam segala bentuk
seprti hal-hal berikut:
a) berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada
dildalamnya
b) berkuasa mengusir orang-orang yang bukan
warga negaranya dalam wilayah tersebut bila
tidak izin dari Negara itu.

Pembagian Wilayah:
1) Daratan
Pembatasan antara negara dapat berupa batas
alam, seperti sungai, danau, pegunungan, atau
lembah. Batas buatan, seperti pagar tembok,
pagar kawat berduri. Batas menurut geofisika,
seperti lintang utara/selatan, bujur
timur/barat.

2) Lautan
Wilayah laut suatu Negara ialah semua
perairan, lautanh, dan sungai yang berada
dalam batas-batas Negara (laut territorial).
Penentuan batas laut harus berpedoman

136
kepada hukum laut internasional. Masalah
laut menjadi masalh internasional karena ada
dua konsepsi kalautan yang bertentangan,
yaitu sebagai berikut.
3) Udara
Batas wilayah udara menjadi masalah, karena
terdapat beberapa aliran pemikiran yang
dikelompokkan atas dua bagian, yaitu Aliran
Udara Bebas. Aliran ini dilengkapi oleh tiga
macam pendapatan, yaitu kebebasan ruang
udara tanpa batas, kebebasan ruang udara
yang dilengkapi oleh hak khusus dari negara
kolong, kebebasan ruang udara dilengkapi
zona teritorial dari negra kolong untuk dapat
dilaksanakan.
4) Wilayah Ekstrateritorial
Berdasarkan ketentuan hukum internasional
yang termasuk wilayah ekstrateritorial adalah
wilayah dimana kapal-kapal laut yang
berbendera negara tertentu sedang berlayar di
lautan bebas, pesawat-pesawat terbang yang
sedang mengangkasa di atas lautan bebas di
bawah identitas negara tertentu dan tempat
atau gedung perwakilan diplomatik suatu
negara tertentu.
5) Pemerintahan yang Berkedaulatan
Pemerintahan yang berdaulat dalam arti luas
merupakan gabungan antara lembaga
legislatif, eksekutif, dan yudikatif dan dalam
arti sempit hanya mencakup lembaga
eksekutif. Pemerintahan yang berkedaulatan
yaitu adanya penyelenggara negara yang
memiliki kekuasaan menyelenggarakan
pemerintahan di negara tesebut. Pemerintah
tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam
maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti

137
negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh
rakyatnya. Sedangkan, kedaulatan ke luar
artinya negara mampu mempertahankan diri
dari serangan Negara lain.

4. Faktor yang Memperkuat Persatuan dan kesatuan Bangsa


Indonesia
Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang
berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan/kesatuan
mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan
serasi. Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti
persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Kesatuan Bangsa Indonesia yang kita rasakan saat
ini terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung
lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk
dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya
masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam
jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial
budaya itu antara lain sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-
royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok
Bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan
dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar,
maka terjadi proses akulturasi (percampuran kebudayaan).
Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam,
Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka
ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang
masuk diseleksi oleh Bangsa Indonesia. Kemudian sifat-
sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan
yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa
dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal
itulah yang mendorong terwujudnya persatuan Bangsa
Indonesia. Jadi makna dan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan,
jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain sebagainya.

138
Tahap-tahap pembinaan persatuan Bangsa Indonesia
itu yang paling menonjol, ialah:
a.Perasaan senasib
b. Kebangkitan Nasional
c. Sumpah Pemuda
d. Proklamasi Kemerdekaan

Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa


terdapat beberapa prinsip yang menjadi pondasinya. Ada
lima prinsip penting, yaitu:
a. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai
suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang
majemuk. Hal ini ewajibkan kita bersatu sebagai Bangsa
Indonesia.
b. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita
mengagung-agungkan bangsa kita sendiri.
Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa
lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin
memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab
pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita.
Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung
jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya
dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
d. Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia
ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial,
budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan

139
wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta
mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
pembangunan nasional.
e. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan
Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat
mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan
menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Agar terbina persatuan dan kesatuan paling kurang


terdapat 9 hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan
b. Bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan
sistematik dalam bekerja
c. Bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan
yang selalu berubah
d. Selalu membuat perencanaan
e. Memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi
f. Menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang
lain
g. Rasional dan percaya kepada kemampuan iptek
h. Menjunjung tinggi keadilan
i. Berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan
efisiensi

Muhammad Yamin menyampaikan adanya lima


faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu:
a. Sejarah
Sejarah berperan penting dalam pembelajaran dan
dalam proses seseorang menjadi lebih dewasa.
Membaca, mempelajari dan meneladani sejarah
bagaimana sikap para tokoh bangsa untuk bisa bersatu
di atas perbedaan-perbedaan, dapat mendorong
semangat persatuan dan kebangsaan pelajar dan
generasi bangsa saat ini.
b. Bahasa

140
Bahasa Indonesia yang diikrarkan pada Sumpah
Pemuda sebagai bahasa persatuan, sudah sewajarnya
disemarakkan lagi gaungnya. Diperlukan gerakan
untuk menanamkan rasa bangga pada bahasa
Indonesia dan pendidikan untuk mendorong
pemahaman yang baik terhadap bahasa nasional kita,
bahasa Indonesia.
c. Hukum adat
Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam
lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan Negara-
negara lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok.
Hukum adat adalah hukum asli Bangsa Indonesia.
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh dan berkembang dan
dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak
tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis.
Hukum adat yang dimaksud Muhammad Yamin
adalah kearifan lokal yang merupakan warisan kearifan
dan kebijaksanaan dari generasi bangsa terdahulu.
d. Pendidikan
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
mendukung terwujudnya pribadi yang berwawasan
luas dan luwes, dan mampu menyikapi perbedaan
dengan arif dan bijaksana.
e. Kemauan
Tanamkan kemauan untuk bersatu dan menjadi
nasionalis.

5. Berbagai Keunggulan Bagi Bangsa Indonesia


Keunggulan-keunggulan Bangsa Indonesia diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar,
yaitu menempati urutan keempat di dunia setelah
RRC, India, dan amerika Serikat. Jumlah penduduk

141
yang besar merupakan potensi yang tak ternilai
harganya dalam upaya mengisi dan mempertahankan
kemerdekaan, termasuk sebagi modal dasar dalam
melaksanakan pembangunan dalam upaya
mensejahterakan bangsa.
b. Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek
kehidupan sosial budaya, seperti adat istiadat,
bahasa, agama, kesenian dan sebagainya. Perbedaan
atau keanekaragaman tersebut tidak menjadikan
Bangsa Indonesia bercerai-berai, namun justru
merupakan potensi untuk mengembangkan dirinya
menjadi bangsa yang besar. Hal ini juga didorong
oleh adanya semangat persatuan dan kesatuan
sehingga sekalipun terdapat perbedaan, namun
bukan perbedaan yang ditonjolkan, tetapi justru
persamaannya.
c. Dalam pengembangan wilayah, kita mempunyai
konsep wawasan Nusantara sehingga sekalipun
terdapat berbagai keanekaragaman namun
prinsipnya kita tetap satu pandangan, yaitu yang
memandang Bangsa Indonesia merupakan satu
kesatuan ideology, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hukum.
d. Semangat Sumpah Pemuda yang selalu merasuki jiwa
dan kalbu Bangsa Indonesia. Dengan menunjukan
bahwa kita sama-sama memahami satu wilayah
Negara dan tanah air yang sama, yaitu Indonesia
sama-sama merasa berbangsa yang satu Bangsa
Indonesia, dan sama-sama bahasa yang sama, yaitu
bahasa Indonesia serta memiliki sejarah yang sama,
yaitu sejarah Indonesia. Dalam pergaulan yang
ditonjolkan adalah Bangsa Indonesia, bukan dari
mana asal daerahnya.
e. Memiliki tata krama atau keramah tamahan yang
tidak dimiliki oleh bangsa lain, sejak dahulu Bangsa
Indonesia sangat terkenal akan keramah tamahan dan

142
kesopan santunanya sehingga sangat menarik bangsa
-bangsa lain di dunia untuk datang ke Indonesia.
Namun demikian, pada masa pra dan pasca reformasi
ini kesopana dan keramahan Bangsa Indonesia agak
tercemar oleh ulah segelintir manusia yang tidak
bertanggung jawab, terutama yang gemar membuat
kerusuhan, kerusakan dan perangai-perangai lain
yang justru membuat bangsa lain ikut dating ke
Indonesia.
f. Letak wilayahnya yang amat strategis, yaitu posisi
silang dunia sehingga membuat Negara Indonesia
menjadi wilayah yang mat ramai dan mudah untuk
dikunjungi dan disinggahi oleh bangsa-bangsa lain.
g. Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi,
seperti di pantai-pantai Bali (Pantai Kuta, Pantai
Sanur dan sebagainya), NTB, Sumatera (Danau Toba),
Jawa Barat (Pantai Pangandaran, Pantai Carita,
Gunung Tangkuban Perahu). Keanekaragaman flora
dan faunanya membuat Bangsa Indonesia juga sering
dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain.
h. Salah satu keajaiban dunia juga ada di Indonesia,
yaitu berupa Candi Borobudur yang tidak sedikit
menarik wisatawan untuk datang ke Indonesia.
i. Wilayah sangat luas, seperti:
1) Luas keseluruhan wilayah Indonesia 5. 193. 250
Km2
2) Luas daratan 2. 027. 087
Km2
3) Luas Lautan 3. 166. 163
Km2
j. Tanahnya amat subur dan kaya akan sumber alam.
k. Matahari dapat bersinar sepanjang hari.
l. Adanya tekad yang dikemukakan oleh para pemuka
agama dalam seminar dan lokal karya rekonsiliasi
Indonesia yang diselenggarakan tanggal 16-19
November 2000 di Jakarta. tekad tersebut menyatakan

143
bahwa para pemuka agama, ulama dan rohaniawan
mempertegas kembali komitmennya terhadap
wawasan kebangsaan untuk hidup bersama tanpa
membedakan identifitas etnik, agama dan
kebudayaan lokal.

Selain hal-hal di atas yang merupakan kondisi


objektif Bangsa Indonesia maka secara internasional atau
mendunia, Bangsa Indonesia juga sudah beberapa kali
dipercaya oleh bangsa-bangsa lain untuk
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan yang bersifat
internasional yang juga tidak sedikit melahirkan sejarah
bagi bangsa bangsa lain, Kita masih ingat apa yang terjadi
pada tahun 1955, dimana Bangsa Indonesia dipercaya
untuk menjadi tuan rumah dalam menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika yang dampaknya sangat luas bagi
bangsa-bangsa diwilayah asia afrika dalam upaya
memerrdekakan diri dari belenggu penjajah, terutama yang
masih belum merdeka saat itu.
Kita juga pernah dipercaya menjadi tuan rumah
Konferensi Tingakat Tinggi Negara-negara Non-Blok pada
tahun 1991, dan kita juga termasuk perintis dan pendiri
gerakan Non-Blok tersebut. Selain itu kita juga memiliki
pabrik pesawat terbang yang bernama PT Dirgantara
Indonesia (dulu Nurtanio, kemudian berubah menjadi
IPTN) yang telah menghasilkan pesawat-pesawat yang bisa
dibanggakan karena kualitasnya diakui oleh negara di
dunia sehingga tidak sedikit negara-negara lain memesan
pesawat buatan PT DI tersebut walaupun saat ini
kondisinya sedang memprihatikan sebagai akibat dari
krisis multi dimensi yang berkepanjangan.
Pada dunia olahraga, Bangsa Indonsia mempunyai
atlet-atlet kelas dunia, terutama dalam cabang bulu
tangkis, kita kenal nama-nama Mulyadi, Rudi hartono,
Cuncun, Johan Wahyudi, Christian Hadi Nata, Lie Sumirat,
Minarni, Retno, Verawaty, Susi Susanti. Dan di era

144
sekarang ada Ricky Subagja, Taufik hidayat, dan lainnya.
Begitu juga melalui cabang penahanan, kita pernah berjaya
di Olimpiade Seoul, serta di cabang tinju kita pernah punya
nama Ellyas Pical, Chris John, dan baru-baru ini kita juga
menjadi juara dunia investasi bridge dunia.
Sebagai bukti rasa cinta dan bangga yang sangat
mendalam terhadap wilayah tanah air, banyak diantara
seniman-seniman kita yang mereflesikan dalam bentuk
syair ataupun lagu. Kita masih ingat ada lagu Rayuan
Pulau Kelapa yang dikarang Ismail Marzuki. Kita juga
masih ingat ada beberapa lagu karya Koes Plus yang diberi
judul Nusantara dan Kolam Susu yang menggambarkan
betapa indah dan suburnya keadaan alam Indonesia.

6. Upaya dalam Memelihara/Menjaga Keunggulan yang


Dimiliki Bangsa Indonesia
a. Penguatan Ideologi
Keberagaman kita mulai merisaukan dengan
munculnya kesadaran sosial yang anti toleran. Jika
hal tersebut dibiarkan tumbuh dan menyebar maka
persatuan dan kesatuan sebuah bangsa yang plural
mulai dipertanyakan. Oleh karena itu, satu upaya
mengelola keberagaman bangsa adalah
menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan
keberagaman dan penguataan ideologi.
Tanpa penguatan ideologi, kemungkinan
proses menjaga keberagaman akan gagal. Kasus
konflik sosial berlatar belakang perbedaan masih
kerap terjadi dimasyarakat Indonesia. Pola tersebut
akan terus terjadi ketika pemerintah absen didalam
menyelesaikan kekisruhan yang muncul di tengah
masyarakat. Kedepan masalah yang dihadapi
Bangsa Indonesia akan begitu banyak. Potensi
memecah-belah keberagaman tentu masih selalu
terbuka.
Oleh karena itu, generasi muda perlu diberi
tempat yang memadai untuk ikut menjaga keutuhan

145
bangsa dengan saling menghargai keberagaman.
Karena generasi muda pemilik jaman. Selain
memiliki gagasan pembaruan, generasi muda juga
berpotensi menawarkan metode baru dalam
menjaga keberagaman bangsa. Untuk itu, generasi
muda harus terlibat aktif merawat keberagaman
dengan cara mengelola potensi keberagaman,
menjungjung tinggi kesatuan dan persatuan.
Mengajarkan generasi muda secara bijak dan arif
melihat persoalan keberagaman serta penuh
kreativitas, toleran, dan cinta keberagaman. Sebagai
contoh, generasi muda dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi dan informasi untuk
menahan diri menyebarkan berita hoax yang berbau
SARA. Di samping itu, juga diperlukan penyegaran
dan penguatan kembali pemahaman wawasaan
kebangsaan. Bagaimanapun keberagaman bangsa
telah menghasilkan sejumlah pencapaian yang
penting, antara lain kebebasan memeluk agama,
termasuk di dalamnya kebebasan pendapat,
berserikat, dan berbudaya. Dengan modal kebebasan
itu, kita memiliki peluang bersama-sama membuang
kerikil bahkan batu sekalipun dari jalan perubahan
yang kita sepakati bersama.
b. Integrasi Sosial
Fakta sosiologis bahwa Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang plural dan tidak mungkin
diseragamkan apalagi dengan menggunakan
instrumen konstitusi negara. Merawat Indonesia
yang plural, toleran, dan damai hanya bisa
dilakukan jika elemen bangsa mampu
menumbuhkan kesadaran orisinal untuk mengakui
keberagaman, menegaskan jaminan hak, kesempatan
dan akses yang setara. Kesadaran orisinal semacam
itu yang sekarang telah terkikis dalam kehidupan
berbangsa. Bukan saja dikalangan masyarakat

146
umum, tapi juga dikalangan para penyelenggara
negara itu sendiri. Oleh karena itu, satu cara
merawat keberagaman dengan menciptakan
Integrasi sosial berbasis kebudayaan.
Secara sosiologis beberapa faktor
mempermudah terjadinya integrasi sosial dalam
masyarakat, yaitu:
1) Menguatkan sikap toleransi diantara kelompok
yang berada dalam masyarakat. Tranformasi nilai
tolerasi merupakan syarat mutlak melakukan
integrasi sosial kebudayaan.
2) Memberi kesempatan yang seimbang dibidang
ekonomi, sosial, politik, dan memilih agama serta
kepercayaan masing masing tanpa intervensi dan
diskriminasi.
3) Menumbuhkan sikap saling menghargai terhadap
kebudayaan yang didukung oleh masyarakat lain
dengan mengakui kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
4) Saling menunjukan sikap terbuka dari golongan
yang berkuasa dalam masyarakat, yang antara lain
diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang
sama bagi golongan minoritas dalam berbagai
bidang kehidupan sosial.
5) Melakukan sosialisasi pengetahuan dan
kebudayaan masing-masing kelompok melalui
berbagai penelitian kebudayaan khusus (sub-
cultures).
6) Integasi sosial dapat dilakukan melalui
perkawinan campuran antar berbagai kelompok
yang berbeda kebudayaan.
7) Bersatu mencegah adanya ancaman musuh
bersama dari luar kelompok dan bersama-sama
menghadapi musuh dari luar yang
membahayakan masyarakat.

147
7. Bersyukur dengan Keunggulan yang Dimiliki
Cara terbaik mensyukuri keberagaman budaya di
Indonesia adalah dengan merawat dan memelihara
beragam budaya tersebut sehingga tetap menjadi
bagian dari identitas Bangsa Indonesia dimasa kini
hingga masa yang akan datang. Indonesia dikenal dunia
sebagai negara yang kaya karena kebudayaannya yang
beragam. Oleh sebab itu, kita harus memandang
keberagaman tersebut sebagai pemersatu bukan
pembeda. Cara merawat dan memelihara kebudayaan
ini beragam, bisa dengan mempelajari dan melestarikan
kebudayaan masing-masing atau kebudayaan yang
diminati, menyaring budaya asing, bangga terhadap
budaya bangsa, dan masih banyak lagi lainnya.
Selain merawat dan memelihara kebudayaan,
cara lain untuk mensyukuri keberagaman budaya
adalah dengan bersikap toleran terhadap keberagaman
yang ada. Kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
yang lain terkadang bertolak belakang. pada kondisi ini
diperlukan sikap toleran dengan cara menghormati
perbedaan tersebut agar tidak berujung pada
perpecahan.

148
BAB VII
UUD 1945 DAN AMANDEMEN
1945
A. UUD 1945
1. Konsep, Sifat, Fungsi, dan Kedudukan UUD 1945.
a. Konsep UUD 1945
Sutji & Supandi (2016) berpendapat UUD 1945
merupakan hukum dasar tertulis dan sumber tertib
hukum yang tertinggi dalam negara Indonesia yang
memuat tentang:
1) Hak Asasi Manusia
2) Hak dan kewajiban warga negara
3) Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara
4) Wilayah negara dan pembagian daerah,
kewarganegaraan, dan kependudukan keuangan
negara

Sebagai peraturan negara yang tertinggi UUD RI


1945 menjadi acuan dan parameter dalam pembuatan
peraturan yang ada dibawahnya. Undang-Undang Dasar
1945 berdasarkan tata urutan peraturan perundang-
undangan RI merupakan peraturan negara yang paling
tinggi kedudukannya dibandingkan dengan peraturan
lainnya. Dengan demikian, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yang merupakan konstitusi
bangsa dan negara Indonesia adalah aturan hukum
tertinggi yang keberadaannya dilandasi legitimasi
kedaulatan rakyat dan negara hukum. Oleh karena itu,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 dipandang sebagai bentuk kesepakatan bersama
seluruh rakyat Indonesia yang memiliki kedaulatan. Hal
itu sekaligus membawa konsekuensi bahwa Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

149
merupakan aturan tertinggi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara yang mengatur bagaimana kedaulatan
rakyat akan dilaksanakan. Inilah yang secara teoretis
disebut dengan supremasi konstitusi sebagai salah satu
prinsip utama tegaknya negara hukum yang demokratis.

Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


(Buku Ajar Risktekdikti KWN)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945 juga memuat tujuan nasional sebagai cita-cita
kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam Pembukaan.
Antara tujuan nasional dengan aturan-aturan dasar
tersebut merupakan satu kesatuan jalan dan tujuan. Agar
tiap-tiap tujuan nasional dapat tercapai, pelaksanaan
aturan-aturan dasar konstitusi dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi syarat mutlak yang
harus dipenuhi. Selain itu, dalam sebuah kontitusi juga
terkandung hak dan kewajiban dari setiap warga negara.
Oleh karena itu, konstitusi harus dikawal dengan
pengertian agar selalu benar-benar dilaksanakan.
b. Sifat UUD 1945
1) Sifat Luwes (Flexible) dan Kaku (Rigit)

150
Konstitusi bersifat luwes memiliki maksud bahwa
konstitusi bisa diubah dengan langkah yang sama
dalam langkah membuat Undang-Undang negara
yang berhubungan. Konstitusi bersifat kaku
memiliki maksud bahwa konstitusi bisa diubah
dengan jalan yang berbeda dengan jalan dalam
membuat Undang-Undang negara yang
berhubungan. Menurut C.F. Strong, Undang-
Undang negara dapat berubah dengan beberapa
cara, yang dilakukan oleh:
a) Lembaga legislatif, namun ada pembatasan-
pembatasannya.
b) Melalui sebuah referendum yang dilakukan secara
langsung oleh rakyat.
c) Kepentingan negara-negara bagian (negara
serikat).
d) Melalui kebiasaan ketatanegaraan yang dilakukan
oleh lembaga khusus yang dibangun hanya untuk
hal perubahan keperluan negara.
2) Formil dan Materil
Konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang
tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu negara.
Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru
bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk
naskah tertulis dan diundangkan, misal UUD 1945.
Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat
dari segi isinya yang merupakan peraturan bersifat
mendasar dan fundamental. Artinya tidak semua
masalah yang penting harus dimuat dalam
konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat pokok,
dasar, atau asas-asasnya saja (Nadiroh, Arianto, &
Suriyanto, 2011).
3) Singkat dan Supel
Singkat bila dibandingkan dengan UUD negara yang
umumnya lebih dari 80 pasal. Walaupun singkat
umum sudah cukup lengkap. Sedangkan bersifat

151
supel maksudnya negara kita dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan jaman tanpa merubah
UUD dengan melalui pembuatan peraturan-
peraturan baru yang lebih rendah daripada UUD,
misal TAP UU dan konvensi. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus
berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan
terus tumbuh dan berkembang seiring dengan
perubahan zaman. Oleh karena itu, Bangsa
Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem
Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.
c. Fungsi UUD 1945
1) UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga
negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat
setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka
berada dan juga mengikat setiap penduduk yang
berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
2) Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber
hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk
hukum seperti Undang-Undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang
lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya
peraturan perundang-undangan tersebut harusdapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
UUD 1945, yang mengacu pada Pancasila yang
merupakan dasar negara.
3) Sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah
sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih
tinggi, dan pada akhirnya apakah normanorma
hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan
ketentuan UUD 1945.

152
4) UUD 1945 juga memiliki fungsi sebagai pedoman
atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
d. Kedudukan UUD 1945
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan
sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk
hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti
Undang-Undang, peraturan pemerintah, atau peraturan
presiden, dan lain-lainnya, bahkan setiap tindakan atau
kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.
Tata urutan peraturan perundang-undangan
pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur
dengan Undang-Undang No.10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana
dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan yaitu adalah sebagai
berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945,
2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang,
3) Peraturan Pemerintah,
4) Peraturan Presiden,
5) Peraturan Daerah, meliputi 1) Peraturan Daerah
Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur, 2)
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
bersama Bupati/Walikota, 3) Peraturan
Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan

153
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan
kepala desa atau nama lainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau


keseluruhan hukum dasar, melainkan hanya merupakan
sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar
yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tidak tertulis tersebut merupakan aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis, yaitu
yang biasa dikenal dengan nama konvensi. Konvensi
merupakan aturan pelengkap atau pengisi kekosongan
hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan ketatanegaaan, dimana Konvensi tidak
terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945.

2. Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945.


a. Pengertian Alinea dalam Pembukaan dan Pokok
Pikiran dalam Pembukaan.
(Sutji & Supandi, 2016) mengemukakan makna
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sumber
dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad Bangsa
Indonesia. Pembukaan UUD 1945 merupakan inti atau
kristalisasi dari pikiran atau gagasan dari para pendiri
Negara (the founding farmers). Pembukaan UUD juga
merupakan hasil perjuangan dari para pendiri negara
dalam upaya memeberikan landasan yang kokoh bagi
Negara Republik Indonesia agar mampu bertahan lama,
tidak hanya untuk puluhan tahun melainkan untuk
ratusan tahun. Pembukaan UUD 1945 memuat rumusan
dasar Negara Indonesia, yaitu Pancasila. Oleh karena
itu, kedudukan UUD 1945 sangatlah tinggi. Pembukaan
UUD 1945 memilki kedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi.
Selain itu, pembukaan UUD juga merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental. Pada saat

154
pemerintah melaksanakan amandemen terhadap UUD
1945, satu-satunya unsur dalam sistematika UUD 1945
yang tidak diamandemen adalah Pembukaan UUD
1945. Pembukaan UUD 1945 mungkin dapat dianggap
sebagai preambule yang lengkap karena memenuhi
unsur-unsur politik, religius, moral dan mengandung
ideologi negara (state ideology), yaitu Pancasila. Pada
pembukaan UUD 1945 itulah terdapat Pancasila secara
formal yuridis.
Dari sudut pandang ilmu hukum, walaupun
UUD 1945 merupakan hukum dasar Negara Indonesia
yang tertulis, pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan diatas UUD yang terdiri atas pasal-pasal.
Pembukaan UUD mempunyai kedudukan tetap tidak
dapat berubah karena mengubah isi pembukaan berarti
sama dengan membubarkan negara. Kehidupan
bernegara Bangsa Indonesia sejak awalnya dengan
sadar juga didasarkan pada konstitusi. Hal itu tampak
dari pembukaan UUD 1945 yang telah direncanakan
sebelum dilakukannya proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945. Kalimat induk alinea IV
pembukaan itu antara Iain menyatakan “…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu UUD Negara Indonesia…” kalimat induk disusul
oleh anak kalimat yang menyatakan “…yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat…” dari dua kalimat itu tampak
bahwa sejak awal bernegara Bangsa Indonesia
menganut konstitusionalisme yang nasional itu tampak
dari kemerdekaan yang disusun dalam UUD adalah
kemerdekaan kebangsaan. Adapun konstitusionalisme
yang demokratis itu tampak dari sifat UUD Negara
yang berbentuk republik dan berkedaulatan rakyat.
Pernyataan serupa juga terdapat dalam mukadimah
konstitusi Negara Republik Indonesia Serikat dan
mukadimah UUD sementara. Dalam kedua mukadimah

155
itu dinyatakan bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia
itu disusun dalam suatu piagam, yaitu UUD. Untuk
mengetahui apakah UUD 1945 merupakan konstitusi
yang demokratis dapat diukur dengan
mempertanyakan kekuasaan pemerintah ditetapkan
dalam UU.

(Sutji & Supandi, 2016) juga berpendapat


mengenai isi kedudukan pembukaan UUD 1945 yaitu:
a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, segala
bentuk penjajahan harus dihapuskan, dan Bangsa
Indonesia perlu membantu bangsa-bangsa lain yang
ingin merdeka.
b. Perjuangan Bangsa Indonesia telah sampai kepada
saat yang tepat untuk memproklamasikan
kemerdekaan, kemerdekaan bukanlah akhir
perjuangan, perlu upaya mengisi kemerdekaan.
c. Kemerdekaan yang yang diperoleh oleh Bangsa
Indonesia diyakini sebagai Rahmat Allah YME,
bahwa kemerdekaan Indonesia dimotivasi juga oleh
keinginan luhur untuk menjadi bangsa yang bebas
dari penjajahan.
d. Terdapat tujuan negara, mengatur kehidupan negara,
bentuk pemerintahan dan dasar negara.

Di samping itu, pembukaan UUD 1945 juga


memuat empat pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pokok pikiran pertama: Negara Persatuan
Mengandung makna Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan Negara mengatasi
segala paham golongan atau perorangan.
Mengutamakan kepentingan golongan atau
perorangan.
b. Pokok pikiran kedua: Negara berkeadilan sosial
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, didasarkan pada kesadaran

156
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam masyarakat.
c. Pokok pikiran ketiga: Negara berkedaulatan rakyat
d. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR.
Pokok pikiran keempat: Negara berketuhanan Yang
Maha Esa
Negara berdasar Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. BAB-BAB dan Pasal- Pasal dalam Batang Tubuh UUD


1945
Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
mengandung semangat dan merupakan perwujudan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat
dan terpadu.
Pada dasarnya, di dalam batang tubuh Undang-
Undang Dasar memuat pasal-pasal yang berisi tentang:
a. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem
pemerintahan negara yang di dalamnya termasuk
pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang,
dan tata hubungan dari lembaga-lembaga negara dan
dan pemerintah.
b. Pasal-pasal yang berisi materi tata hubungan antara
negara dan warga negara dan penduduknya secara
timbal-balik serta dipertegas oleh Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 berisi konsepsi negara
dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu politik,
ekonomi, sosial-budaya, dan hankam, ke arah mana
negara, bangsa, dan rakyat Indonesia akan bergerak
mencapai cita-cita nasionalnya. Disamping
mengandung materi-materi tersebut, batang tubuh
Undang-Undang Dasar memuat pula hal-hal lain,

157
seperti bendera, bahasa, dan perubahan Undang-
Undang Dasar. Dalam hal ini sekali perlu disadari
bahwa materi materi itu merupakan kesatuan dan
tercakup secara bulat dalam Batang Tubuh (dan
penjelasan) Undang-Undang Dasar 1945.

Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945


Terdiri dari 16 BAB dan 37 Pasal, yaitu:

BAB I: Bentuk dan Kedaulatan


1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik.
Pasal 1 2) Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3) Negara Indonesia adalah negara hukum (A.3)
BAB II: Majelis Permusyawaratan Rakyat
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan
utusan-utusan dari Daerah-daerah dangolongan-
golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan
Pasal 2
Undang-Undang.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalamlima tahun di Ibukota Negara.
3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
ditetapkan dengan suara yang terbanyak
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
menetapkan dan mengubah Undang-Undang Dasar
(A.3)
Pasal 3
2) MPR melantik Presiden dan atau Wakil Presiden (A.3)
3) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
(A.3)
BAB III: Kekuasaan Pemerintahan Negara
1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
Pasal 4 Pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu
oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5 1) Presiden memegang kekuasaan membentuk
Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan

158
Rakyat.
2) Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
1) Presiden ialah orang Indonesia
Pasal 6
2) Presiden dan wakil Presiden dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan suara yang terbanyak.
1) Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
Pasal 7
masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.
1) Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari,
MPR menyelanggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden
(A.3)
3) Jika Presiden dan wakil Presiden mangkat, berhenti,
dan diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
Pasal 8
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
Pelaksana Tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan
secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh
hari setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua peket
calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang paket
calon Presiden dan wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
sebelumnya, sampai habis masa jabatannya (A.4)
1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Pasal 9 Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden:
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban
Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik
Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan

159
segala Undang-Undang dan Peraturannya dengan seluas-
luasnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
Janji Presiden (Wakil Presiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi
kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala Undang-Undang dan Peraturannya
dengan seluas-luasnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa"
2) Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang,
Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan pimpinan MPR dan disaksikan oleh pimpinan
MA (A.1)
Pasal 10 1) Presiden memegang kekuasan tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan Negara lain.
2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
Pasal 11
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara dan atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan Undang-Undang harus
dengan persetujuan DPR (A.3)
3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian
internasional diatur dengan Undang-Undang (A.3)
e. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat
Pasal 12
dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
Undang-Undang.
Pasal 13 1) Presiden mengangkat Duta dan Konsul.
2) Presiden menerima Duta negara lain.
1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan
Pasal 14 memperhatikan pertimbangan MA (A.1)
2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR (A.1)
1) Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain
Pasal 15
tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-
Undang (A.1)

160
BAB IV: Dewan Pertimbangan Agung
a) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan
dengnan Undang-Undang.
Pasal 16
b) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas
pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul
kepada Pemerinta.
BAB V: Kementerian Negara
1. Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Pasal 17
Presiden
3. Menteri-menteri itu memimpin Departemen
Pemerintahan.
BAB VI: Pemerintah Daerah
1) Pembagian Daerah atas Daerah besar dan kecil, dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
Pasal 18 Undang-Undang dengan memandang dan mengingat
dasar permusyawaratan dalam sidang Pemerintahan
Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang
bersifat Istimewa.
BAB VII: Dewan Perwakilan Rakyat
1) Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum.
2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan
Pasal 19
dengan Undang-Undang.
3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam setahun.
1) Tiap-tiap Undang-Undang menghendaki persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 20 2) Jika suatu rancangan Undang-Undang tidak
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, maka
rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
mengajukan rancangan Undang-Undang.
2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan
Pasal 21
Perwakilan Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka
rancangan tadi tidak boleh dimajukan dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 22 1) \ Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa,


Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah

161
sebagai Pengganti Undang-Undang.
2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat
persetujuan Dewa Perwakilan Rakyat dalam
persidangan berikutnya.
3) Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan
Pemerintahan itu harus dicabut.
BAB VIII: Hal Keuangan
1) Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-
tiap tahun dengan Undang-Undang. Apabila Dewan
Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
2) Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan
Undang-Undang.
Pasal 23 3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan
Undang-Undang.
4) Hal keuangan Negara selanjutnya diatur dengan
Undang-Undang.
5) Untuk memeriksa tanggung-jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hal pemeriksaan itu diberitahukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB IX: Kekuasaan Kehakiman
1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh
sebuahMahkamah Agung dan lain-lain Badan
Pasal 24
Kehakiman menurut Undang-Undang.
Susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman itu
diatur dengan Undang-Undang
Pasal 25 1) Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan
sebagai Hakim ditetapkan dengan Undang-Undang.
BAB X: Warganegara dan Penduduk
1) Yang menjadi Warganegara ialah orang-orang
Bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang-Undang sebagai
Pasal 26 Warganegara.
2) Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang
yang bertempat tinggal di Indonesia.
3) Syarat-syarat mengenai wargga negara dan
penduduk diatur dengan Undang-Undang.

162
1) Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di
dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung
Pasal 27 Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
2) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
1) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
Pasal 28
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
BAB XI: Agama
1) Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa
Pasal 29 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XII: Pertahanan Negara
1) Tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta
Pasal 30 dalam usaha pembelaan Negara
2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan
Undang-Undang.
BAB XIII: Pendidikan dan Kebudayaan
1) Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran
Pasal 31 2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
Undang-Undang.
1) Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Pasal 32
Indonesia.
BAB XIV: Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara
Pasal 33 dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
hajat hudup orang banyak dikuasai oleh Negara
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalammya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
Pasal 34
oleh Negara.
BAB XV: Bendera dan Bahasa
Pasal 35 1) Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36 1) Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

163
BAB XVI: Perubahan Undang-Undang Dasar
1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-
kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis
Pasal 37
Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir.

Aturan Peralihan
Pasal I Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan kepidahan Pemerintahan kepada
Pemerintah Indonesia.

Pasal II Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih


langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.

Pasal III Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia.

Pasal IV Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan


Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang
Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan Komite Nasional.

Aturan Tambahan
a. Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya,
Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.
b. Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk,
Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.

c. Penjelasan dalam UUD 1945.

B. Penjelasan Tentang Undang-Undang DasarNegara Indo-


nesia Umum.
1. Undang-Undang Dasar Sebagian dari Hukum Dasar.
Undang-Undang Dasar suatu negara ialah hanya
sebagian dari hukum dasar negara itu. Undang-Undang
Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang

164
disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara, meskipun tidak ditulis. Memang
untuk menyelidiki hukum dasar (droit constitutionnel) suatu
negara, tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal
Undang-Undang Dasarnya (loi constituionnelle) saja, akan
tetapi harus menyelidiki juga sebagaimana prakteknya dan
sebagaimana suasana kebatinannya (geistlichen
Hintergrund) dari Undang-Undang Dasar itu. Undang-
Undang Dasar Negara manapun tidak dapat dimengerti,
kalau hanya dibaca teksnya saja. Untuk mengerti sungguh-
sungguh maksudnya Undang-Undang Dasar dari suatu
Negara, kita harus mempelajari juga bagaimana terjadinya
teks itu, harus diketahui, keterangan-keterangannya dan
juga harus diketahui dalam suasana apa teks itu dibikin.
Dengan demikian kita dapat mengerti apa maksudnya
Undang-Undang yang kita pelajari aliran pikiran apa yang
menjadi dasar Undang-Undang itu.
2. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan.
Pokok-pokok yang terkandung dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar:
a. Negara yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian Negara persatuan, Negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
Jadi Negara mengatasi segala paham golongan,
mengatasi segala paham perseorangan. Negara, menurut
pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan,
meliputi segenap Bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah
suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.

165
c. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam pembukaan
ialah negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh
karena itu sistim negara yang terbentuk dalam Undang-
Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat
dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia.
d. Pokok pikiran yang keempat, yang terkandung dalam
pembukaan ialah negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Oleh karna itu Undang-Undang Dasar harus


mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.

3. Undang-Undang Dasar Menciptakan Pokok-Pokok


Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan dan Pasal-
Pasalnya.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana
kebatinan dari Undang-Undang Dasar Indonesia. Pokok-
pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee)
yang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum yang
tertulis (Undang-Undang Dasar), maupun hukum yang
tidak tertulis. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-
pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.
4. Undang-Undang Dasar bersifat singkat dan supel.
Undang-Undang Dasar hanya memuat 37 pasal.
Pasal-pasal lain hanya memuat peralihan dan tambahan.
Maka rencana ini sangat singkat jika dibandingkan
misalnya dengan Undang-Undang Dasar Filipina. Maka
telah cukup jikalau Undang-Undang Dasar hanya memuat
aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar
sebagai instruksi, kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain

166
penyelenggara negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Terutama bagi
negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar
yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok,
sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan
pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih
mudah caranya membuat, merubah dan mencabut.
Demikianlah sistim Undang-Undang Dasar. Kita
harus senantiasa ingat kepada dinamik kehidupan
masyarakat dan negara Indonesia. Masyarakat dan negara
Indonesia tumbuh, zaman berubah terutama pada zaman
revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu kita harus
hidup secara dinamis, harus melihat segala gerak-gerik
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Berhubung
dengan itu janganlah tergesa-gesa memberi kristalisasi,
memberi bentuk, (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang
masih mudah berubah.
Memang sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh
karena itu, makin "supel" (elastic) sifatnya aturan itu makin
baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistim Undang-
Undang Dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Jangan
sampai kita membikin Undang-Undang yang lekas usang
(verouderd). Yang sangat penting dalam pemerintahan dan
dalam hidup negara, ialah semangat, semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin
pemerintahan. Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar
yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan, apabila
semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan itu bersifat perseorangan, Undang-Undang
Dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek.
Sebaliknya meskipun Undang-Undang Dasar itu tidak
sempurna, akan tetapi jikalau semangat para
penyelenggara pemerintahan baik, Undang-Undang Dasar
itu tentu tidak akan merintangi jalannya negara. Jadi yang
paling penting ialah semangat. Maka semangat itu hidup,
atau dengan lain perkataan, dinamic. Berhubung dengan

167
itu, hanya aturan-aturan pokok-pokok saja harus
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar, sedangkan hal-
hal yang perlu untuk menyelenggarakan aturan-aturan
pokok itu harus diserahkan kepada Undang-Undang.

C. Sistim Pemerintahan Negara


Sistim pemerintahan negara yang ditegaskan dalam
Undang-Undang Dasar ialah:
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas Hukum
(Rechtsstaat)
Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat)
tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2. Sistim Konstitusionil
Pemerintahan berdasar atas sistim konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, (Die gesammte Staatsgewalt
liegt alle in bei der Majelis).
Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu Badan,
bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai
penjelmaan seluruh Rakyat Indonesia (Vertrettungsorgan des
Willens des Staatvolkes). Majelis ini menetapkan Undang-
Undang Dasar dan menetapkan garis-garis besar haluan
negara. Majelis ini mengangkat kepala negara (presiden)
dan wakil kepala negara (wakil presiden).
Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara
yang tertinggi, sedang presiden harus menjalankan haluan
negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh
majelis. Presiden yang diangkat oleh majelis, bertunduk dan
bertanggung jawab kepada majelis.
4. Presiden ialah penyelenggara Pemerintah Negara yang
tertinggi dibawahnya Majelis.
Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden
ialah penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi.
Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan

168
tanggung-jawab adalah di tangan presiden (concentration of
power and responsibility upon the President).
5. Presiden tidak bertanggung-jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
Di samping Presiden adalah Dewan Perwakilan
Rakyat, presiden harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-Undang dan
untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja
negara. Oleh karena itu, presiden harus bekerja bersama-
sama dengan dewan, akan tetapi presiden tidak
bertanggung-jawab kepada dewan, artinya kedudukan
presiden tidak tergantung dari pada dewan.
6. Menteri Negara ialah pembantu Presiden; Menteri Negara
tidak bertanggung-jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-
menteri negara. Menteri-menteri itu tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Kedudukannya tidak tergantung dari pada dewan, akan
tetapi tergantung dari pada presiden. Mereka ialah
pembantu presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Meskipun kepala negara tidak bertanggung-jawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan diktator artinya
kekuasaan tidak terbatas. Di atas telah ditegaskan, bahwa ia
bertanggung-jawab kepada Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-
sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat.

D. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat


Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat.
Dewan ini tidak bisa dibubarkan oleh presiden (berlainan
dengan sistim parlementair). Kecuali itu anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat semuanya merangkap menjadi
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh karena itu
Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi
tindakan-tindakan presiden dan jika Dewan menganggap

169
bahwa presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah
ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, maka majelis itu dapat diundang
untuk persidangan istimewa agar supaya bisa minta
pertanggungan-jawab kepada presiden.

E. Menteri-Menteri Negara Bukan Pegawai Tinggi Biasa


Meskipun kedudukannya menteri negara tergantung
dari pada presiden, akan tetapi mereka bukan pegawai tinggi
biasa oleh karena menteri-menterilah yang terutama
menjalankan kekuasaan pemerintah (pouvoir executief) dalam
praktek. Sebagai pemimpin departemen, menteri mengetahui
seluk-beluk-nya hal-hal yang mengenai lingkungan
pekerjaannya. Berhubung dengan itu menteri mempunyai
pengaruh besar terhadap presiden dalam menentukan politik
negara yang mengenai departemennya. Memang yang
dimaksudkan ialah, para menteri itu pemimpin-pemimpin
negara. Untuk menetapkan politik pemerintah dan koordinasi
dalam pemerintahan negara para menteri bekerja bersama,
satu sama lain seerat-eratnya di bawah pimpinan presiden.

170
F. Bab-Bab Dan Pasal-Pasal Uud 1945 Hasil Amandemen
BAB I BENTUK DAN KEDAULATAN NEGARA
Pasal 1
Menetapkan bentuk negara kesatuan dan Republik,
mengandung isi pokok pikiran kedaulatan rakyat.
Majelis Permusyawaratan Rakyat, ialah penyelenggara
negara yang tertinggi. Majelis ini dianggap sebagai
penjelmaan Rakyat, yang memegang kedaulatan Negara.

BAB II MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


Pasal 2
Maksudnya ialah, supaya seluruh rakyat, seluruh
golongan, seluruh daerah akan mempunyai wakil dalam
Majelis, sehingga Majelis itu akan betul-betul dapat
dianggap sebagai penjelmaan rakyat.
Yang disebut "golongan-golongan", ialah badan-badan
seperti koperasi Serikat Sekerja dan lain-lain badan
kolektif. Aturan demikian memang sesuai dengan aliran
zaman. Berhubung dengan anjuran mengadakan sistim
koperasi dalam ekonomi, maka ayat ini mengingat akan
adanya golongan-golongan dalam badan-badan ekonomi.
Ayat 2. Badan yang akan besar jumlahnya bersidang
sedikit-dikitnya sekali dalam 5 tahun. Sedikit-dikitnya, jadi
kalau perlu dalam 5 tahun tentu boleh bersidang lebih dari
sekali dengan mengadakan persidangan istimewa.
Pasal 3
Oleh karena Majelis Permusyawaratan Rakyat memegang
kedaulatan Negara, maka kekuasaannya tidak terbatas,
mengingat dinamik masyarakat, sekali dalam 5 tahun.
Majelis memperhatikan segala yang terjadi dan segala
aliran-aliran pada waktu itu dan menentukan haluan-
haluan apa yang hendaknya dipakai untuk di-kemudian
hari.

BAB III KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA


Pasal 4 dan pasal 5 ayat 2.

171
Presiden ialah Kepala Kekuasaan executif dalam Negara.
Untuk menjalankan Undang-Undang, ia mempunyai
kekuasaan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah
("pouvoir reglementair").
Pasal 5 ayat 1.
Kecuali "executive power", Presiden bersama-sama dengan
Dewan Perwakilan Rakyat menjalankan "legislative power"
dalam Negara.
Pasal-pasal 6, 7, 8, 9.
Telah jelas.
Pasal-pasal 10, 11, 12, 13, 14, 15.
Kekuasaan-kekuasaan Presiden dalam pasal-pasal ini, ialah
konsekwentie dari kedudukan Presiden sebagai Kepala
Negara.

BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG


Pasal 16
Dewan ini ialah sebuah Council of State yang berwajib
memberi pertimbangan-pertimbangan kepada Pemerintah.
Ia sebuah Badan Penasehat belaka.

BAB V KEMENTERIAN NEGARA


Pasal 17
Lihatlah di atas.

BAB VI PEMERINTAHAN DAERAH


Pasal 18
1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu "eenheids
Staat", maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di
dalam lingkungannya yang bersifat "Staat" juga. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi, dan
daerah propinsi akan dibagi pula dalam daerah lebih
kecil. Daerah-daerah itu bersifat autonom bersifat
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang
akan ditetapkan dengan Undang-Undang. Di daerah-
daerah yang bersifat autonom akan diadakan badan
perwakilan daerah oleh karena didaerahpun

172
pemerintahan akan bersendi atas dasar
permusyawaratan.
2. Dalam territoir Negara Indonesia terdapat ±250
"Zelfbesturende landschappen" dan
Volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali,
negeri di Minangkabau, dusun dan marga di
Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu
mempunyai susun asli, dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan
daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan
negara yang mengenai daerah itu akan mengingat hak-
hak asal-usul daerah tersebut.

BAB VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


Pasal 12 19, 20, 21 dan 23.
Dewan ini harus memberi persetujuannya kepada tiap-tiap
rancangan Undang-Undang dari Pemerintah. Pun Dewan
mempunyai hak inisiatif untuk menetapkan Undang-
Undang.
Dewan ini mempunyai juga hak begrooting pasal 23.
Dengan ini, Dewan Perwakilan Rakyat mengontrol
Pemerintah. Harus diperingati pula bahwa semua anggota
Dewan ini merangkap menjadi anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 22
Pasal ini mengenai "noodverordeningsrecht", Presiden.
Aturan sebagai ini memang perlu diadakan agar supaya
keselamatan Negara dapat dijamin oleh Pemerintah dalam
keadaan yang genting yang memaksa Pemerintah untuk
bertindak lekas dan tepat. Meskipun demikian, Pemerintah
tidak akan terlepas dari pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat. Oleh karena itu Peraturan Pemerintah dalam pasal
ini, yang kekuatannya sama dengan Undang-Undang
harus disyahkan pula oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

173
BAB VIII HAL KEUANGAN
Pasal 23
Ayat 1 memuat hak Begrooting Dewan Perwakilan Rakyat.
Ayat: 1, 2, 3, 4.
Cara menetapkan anggaran pendapatan dan belanja adalah
suatu ukuran bagi sifat pemerintahan negara. Dalam
negara yang berdasar fascisme, anggaran itu ditetapkan
semata-mata oleh Pemerintah. Tetapi dalam negara
demokrasi atau dalam negara yang berdasarkan
kedaulatan rakyat, seperti Republik Indonesia, anggaran
pendapatan dan belanja itu ditetapkan dengan Undang-
Undang. Artinya dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Betapa caranya Rakyat - sebagai bangsa-akan hidup dan
dari mana didapatnya belanja buat hidup, harus ditetapkan
oleh Rakyat itu sendiri, dengan perantaraan Dewan
Perwakilannya.
Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara
hidupnya.
Pasal 23
menyatakan, bahwa dalam hal menetapkan pendapatan
dan belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih
kuat dari pada kedudukan Pemerintah. Ini tanda
kedaulatan Rakyat.
Oleh karena penetapan belanja mengenai hak Rakyat untuk
menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang
menempatkan beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan
lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-Undang,
yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Juga tentang hal macam dan harga mata uang ditetapkan
dengan Undang-Undang. Ini penting karena kedudukan
uang itu besar pengaruhnya atas masyarakat. Uang
terutama ialah alat penukar dan pengukur harga. Sebagai
alat penukar untuk memudahkan pertukaran - jual-beli
dalam masyarakat. Berhubung dengan itu perlu ada
macam dan rupa uang yang diperlukan oleh Rakyat.

174
Sebagai pengukur harga untuk dasar menetapkan harga
masing-masing barang yang dipertukarkan. Barang yang
menjadi pengukur harga itu, mestilah tetap harganya
jangan naik-turun karena keadaan uang yang tidak teratur.
Oleh karena itu keadaan uang itu harus ditetapkan dengan
Undang-Undang.
Berhubung dengan itu kedudukan Bank Indonesia yang
akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas,
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Ayat 5.
Cara Pemerintah mempergunakan uang belanja yang
sudah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat harus
sepadan dengan keputusan tersebut. Untuk memeriksa
tanggung-jawab Pemerintah itu perlu ada suatu badan
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah.
Suatu badan yang tunduk kepada Pemerintah tidak dapat
melakukan kewajiban yang seberat itu. Sebaliknya badan
itu bukanlah pula badan yang berdiri di atas Pemerintah.
Sebab itu kekuasaan dan kewajiban badan itu ditetapkan
dengan Undang-Undang.

BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN


Pasal 24 dan 25
Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka
artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah.
Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam
Undang-Undang tentang kedudukannya para hakim.

BAB X WARGA NEGARA


Pasal 26
Ayat 1
Orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan
Belanda, peranakan Tionghoa dan peranakan Arab, yang
bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara
Republik Indonesia, dapat menjadi warga-negara.
Ayat 2

175
Telah jelas.
Pasal 27, 30, 31
Pasal ini mengenai hak-haknya warga-negara.
Pasal 28, 29
Pasal-pasal ini mengenai kedudukan penduduk.
Pasal-pasal, baik yang hanya mengenai warga-negara
maupun yang mengenai seluruh penduduk memuat hasrat
Bangsa Indonesia untuk membangunkan negara yang
bersifat demokratis dan yang hendak menyelenggarakan
keadilan sosial dan peri-kemanusiaan.

BAB XI AGAMA
Pasal 29 ayat 1.
Ayat ini menyatakan kepercayaan Bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

BAB XII PERTAHANAN NEGARA


Pasal 30
Telah jelas.

BAB XIII PENDIDIKAN


Pasal 31 Ayat 2.
Telah jelas.
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai
buah usaha budi-daya Rakyat Indonesia seluruhnya.
Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-
puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru
dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan
atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan Bangsa Indonesia.

176
BAB XIV KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah
pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan
kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas usaha
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
ialah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi,
kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau
tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang seorang
yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya
perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang
banyak boleh di tangan orang seorang.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam
bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu
harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Telah cukup jelas, lihat di atas.

BAB XV BENDERA DAN BAHASA


Pasal 35
Telah jelas.
Pasal 36
Telah jelas. Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa
sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik
(misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dsb.) bahasa-
bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara.
Bahasa-bahasa itupun merupakan sebagian dari
kebudayaan Indonesia yang hidup.

177
BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
Telah jelas.

G. Amandemen Uud 1945


1. Pengertian Amandemen
Secara estimologis, istilah amandemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu: to amend diartikan sebagai to make better,
to remove the faults. Selanjutnya amandemen diartikan
sebagai a change for the better; a correction of error, faults etc.
Sementara itu, dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US
Convention) amendmen adalah an addition to, or a change of a
constitution or an organic act which is a pendent to the document
rather than intercalated in the text. Amandemen diambil dari
bahasa Inggris yaitu "amendment". Amends artinya merubah,
biasanya untuk masalah hukum.
Secara harfiah, amandemen berasal dari Bahasa
Inggris: to amend diartikan sebagai membuat lebih baik dan
menghapus sebuah kesalahan. Lebih jauh amandemen
diartikan sebagai sebuah perubahan yang lebih baik dan
mengoreksi sebuah kesalahan. Amandemen yang pokok
tidak sembarangan, hal itu merupakan hal yang serius.
Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi dalam
bernegara. Jika ingin menyempurnakan konstitusi satu-
satunya pilihan ialah amandemen. Amandemen haruslah
dipahami sebagai penambahan atau perubahan pada
sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari naskah aslinya dan diletakkan pada
dokumen yang bersangkutan. Pengertian lebih lanjut
adalah amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata
atau perihal baru dalam teks. Amandemen bukan pula
penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan
total dengan merumuskan konstitusi baru mencakup hal-
hal mendasar seperti mengganti bentuk negara, dasar
negara, maupun bentuk pemerintahan.
Dari beberapa pengertian amandemen diatas maka
dapat disimpulkan bahwa amandemen merupakan suatu

178
perubahan yang bersifat penambahan pada sebuah
konstitusi yang mana perubahan tersebut bukan
merupakan penggantian, tetapi amandemen merupakan
perubahan dalam arti untuk menyempurnakan sebuah
konstitusi suatu negara.
2. Amandemen UUD 1945
Mengingat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah prestasi dan simbol
perjuangan serta kemerdekaan bangsa dannegara
Indonesia sekaligus menjadi hukum dasar tertulis, dalam
melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, fraksi-fraksi MPR perlu
menetapkan kesepakatan dasar agar perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mempunyai arah, tujuan, dan batas yang jelas. Dengan
demikian, dapat dicegah kemungkinan terjadinya
pembahasan yang melebar kemana-mana atau terjadinya
perubahan tanpa arah. Selain itu, perubahan yang
dilakukan merupakan penjabaran dan penegasan cita-cita
yang terkandung di dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kesepakatan dasar itu menjadi koridor dan platform dalam
melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pada saat itu, fraksi-fraksi MPR juga menyepakati
bahwa perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tidak menyangkut dan
tidak mengganggu eksistensi negara, tetapi untuk
memperbaiki dan menyempumakan penyelenggaraan
negara agar lebih demokratis, seperti disempumakannya
sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks
and balances) dan disempumakannya pasal-pasal mengenai
hak asasi manusia. Konsekuensi dari kesepakatan itu
adalah perubahan dilakukan terhadap pasal-pasal, bukan
terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

179
Di tengah proses pembahasan perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Panitia Ad Hoc I menyusun kesepakatan dasar berkaitan
dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Kesepakatan dasar itu terdiri atas lima butir, yaitu
a. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
c. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
d. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal normatif
akan dimasukkan ke dalam pasalpasal (Batang Tubuh)
e. Melakukan perubahan dengan cara adendum

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 memuat dasar filosofis dan
dasar normatif yang mendasari seluruh pasal dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengandung staatsidee berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan
(haluan) negara serta dasar negara yang hams tetap
dipenahankan.
Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk
negara kesatuan yakni Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) didasari pertimbangan bahwa negara
kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal
berdirinya negara Indonesia dan dipandang paling tepat
untuk mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang
majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang.
Kesepakatan dasar untuk mempertegas sistem
pemerintahan presidensial bertujuan untuk memperkukuh
sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis yang
dianut oleh negara Republik Indonesia dan pada tahun

180
1945 telah dipilih oleh pendiri negara ini. Kesepakatan
dasar lainnya adalah memasukkan Penjelasan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang memuat hal~ hal normatif ke dalam pasal-pasal
(Batang Tubuh). Peniadaan Penjelasan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dimaksudkan untuk menghindarkan kesulitan dalam
menentukan status “Penjelasan” dari sisi sumber hukum
dan tata urutan peraturan perundangundangan. Selain itu,
Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bukan produk Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
karena kedua lembaga itu menyusun rancangan
Pembukaan dan Batang Tubuh (pasal-pasal) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tanpa Penjelasan.
Kesepakatan perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 dilakukan dengan
cara adendum. Artinya, perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu dilakukan
dengan tetap mempertahankan naskah asli Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagaimana terdapat dalam Lembaran Negara Nomor 75
Tahun 1959 hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan naskah
perubahan-perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun I945 diletakkan melekat pada
naskah asli (Rahimullah, 2006).
3. Tujuan Amandemen UUD 1945.
Rahimullah (2006) mengemukakan tujuan
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ialah untuk:
a. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara
dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan memperkokoh Negara

181
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila
b. Menyempumakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas
partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi
c. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan
perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban
umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi
suatu negara hukum dicita-citakan oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
d. Menyempumakan aturan dasar penyelenggaraan negara
secara demokratis dan modern, antara lain melalui
pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan, dan
pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk
mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman
e. Menyempumakan aturan dasar mengenai jaminan
konstitusional dan kewajiban negara mewujudkan
kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam
perjuangan mewujudkan negara sejahtera
f. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam
penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan
perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti
pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum
g. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan
bemegara dan berbangsa sesuai dengan perkembangan
aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi

182
kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan
datang.
4. Latar Belakang Pentingnya Amandemen UUD 1945
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi
pemikiran perlunya amandemen UUD 1945 ini. Gerakan
reformasi yang digerakan oleh mahasiswa dan juga
pemuda terhadap keinginan adanya perubahan di segala
bidang kehidupan yang terjadi pada Mei 1998 ini
menyebabkan adanya demonstrasi besar besaran di Jakarta
maupun di daerah lainnya sehingga menyebabkan
presiden Soeharto turun atau mengundurkan diri dari
jabatan sebagai presiden Indonesia yang terjadi pada
tanggal 21 Mei tahun 1998. Peristiwa ini terjadi disaat
Bangsa Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi yang
sangat berat, sehingga membebani rakyat Indonesia.
Era reformasi telah memberikan harapan bagi rakyat
Indonesia untuk terciptanya pemerintahan yang
demokratis dan juga transparan serta juga memiliki
akuntabilitas yang tinggi. Dan juga untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik serta keinginan akan adanya
kebebasan untuk berpendapat. Demonstrasi atau unjuk
rasa yang terjadi pada saat ini menuntut atau
memperjuangkan beberapa hal yang ingin dicapai oleh
pemuda maupun mahasiswa, yaitu tuntutan adanya
reformasi. Tuntutan adanya reformasi meliputi:
a. Mengamandemen UUD RI 1945
b. Dihapusnya doktrin dwifungsi ABRI
c. Dilakukan penegakan supremasi hukum, penghormatan
terhadap HAM dan juga pemberantasan Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme
d. Desentralisasi atau otonomi daerah
e. Adanya kebebasan pers
f. Terwujudnya kehidupan demokrasi

Gerakan reformasi ini mendorong pemerintah untuk


segera melakukan evaluasi terhadap kekurangan dan juga
kelemahan yang ada. dan yang berhak atas berwenang

183
mengubah UUD 1945 ini adalah MPR yang diatur di pasal
3 UUD 1945. Sedangkan pasal 37 UUD 1945 mengatur
mengenai tata cara perubahan UUD bila MPR akan
merubahnya.
Dasar pemikiran dari perlunya amandemen UUD
1945:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi ditangan MPR yang
sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal itu
berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan
saling mengimbangi (checks and balances) pada institusi-
institusi ketatanegaraan. Penyerahan kekuasaan tertinggi
kepada MPR merupakan kunci yang menyebabkan
kekuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak
memiliki hubungan dengan rakyat.
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (presiden).
Sistem yang dianut oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 adalah dominan
eksekutif (executive heavy), yakni kekuasaan dominan
berada di tangan presiden. Pada diri presiden terpusat
kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief executive)
yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional
yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain memberi
grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi) dan kekuasaan
legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk
Undang-Undang. Hal itu tertulis jelas dalam Penjelasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, yang berbunyi presiden ialah penyelenggara
pemerintah negara yang teninggi dibawah majelis. Dua
cabang kekuasaan negara yang seharusnya dipisahkan
dan dijalankan oleh lembaga negara yang berbeda, tetapi
nyatanya berada disatu tangan (presiden) yang
menyebabkan tidak bckcrjanya prinsip saling mengawasi

184
dan saling mcngimbangi (checks and balance) dan
bcrpotensi mendorong lahirnya kekuasaan yang otomom
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengandung pasal pasal yang terlalu luwes
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsiran
(multitafsir), misalnya Pasal 7 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
diubah) yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatannya selama masa lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali”. Rumusan pasal itu dapat
ditafsirkan lebih dari satu, yakni tafsir pertama bahwa
presiden dan wakil presiden dapat dipilih berkali-kali
dan tafsir kedua adalah bahwa presiden dan wakil
presiden hanya boleh memangku jabatan maksimal dua
kali dan sesudah itu tidak boleh dipilih kembali. Contoh
lain adalah Pasal 6 ayat (l) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
diubah) yang berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia
asli”. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tidak memberikan penjelasan dan
memberikan arti apakah yang dimaksud dengan orang
Indonesia asli. Akibatnya rumusan itu membuka tafsiran
beragam, antara lain, orang Indonesia asli adalah warga
negara Indonesia yang lahir di Indonesia atau warga
negara Indonesia yang orang tuanya adalah orang
Indonesia.
d. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan
kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal
penting dengan Undang-Undang. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menetapkan bahwa Presiden juga memegang kekuasaan
legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai dengan kehendaknya dalam
undangundang. Hal itu menyebabkan pengaturan
mengenai MPR, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan

185
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA),
HAM, dan pemerintah daerah disusun oleh kckuasaan
Presiden dalam bentuk pengajuan rancangan undang-
undang ke DPR.
e. Rumusan Undang-Undang Dasar Ncgara Republik
Indonesia Tahun 1945 tentang semangat penyelenggara
negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi
yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang
demokratis, supremasi hukum, pcmbcrdayaan rakyat.
pcnghormatan hak asasi manusia (HAM), dan otonomi
dacrah. Hal itu membuka peluang bagi berkembangnya
praktik penyelenggaraan negara yang tidak sesuai
dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Ncgara
Republik Indonesia tahun I945, antara Iain, sebagai
berikut:
1) Tidak adanya saling mengawasi dan saling
mengimbangi (checks and balances) antarlembaga
negara dan kekuasaan terpusat pada Presiden.
2) lnfrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai
politik dan organisasi masyarakat, kurang
mempunyai kebebasan berekspresi sehingga tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3) Pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan untuk
memenuhi persyaratan demokrasi formal karena
seluruh proses dan tahapan pelaksanaannya dikuasai
oleh pemerintah.
4) Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah
sistem monopoli, oligopoli, dan monopsoni.

Perubahan ini dilakukan secara konstitusional,


artinya didasarkan pada konstitusi itu sendiri. hal ini dapat
dilihat pada pasal 3 yang menegaskan bahwa MPR
menetapkan UUD dan GBHN dan pasal 37 yang
menyatakan bahwa untuk mengubah UUD sekurang-

186
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir dan
putusan diambil sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota
yang hadir. Selain itu perubahan UUD 1945 didasarkan
juga pada:
a. Tap MPR Nomor IX/MPR/1999 tentang penugasan BP
MPR untuk melanjutkan perubahan UUD.
b. Tap MPR Nomor IX/MPR/2000 tentang Penugasan BP
MPR untuk mempersiapkan rancangan perubahan UUD.
c. Tap MPR Nomor XI/MPR/2001 tentang perubahan atas
ketetapan MPR Nomor IX/MPR/200

UUD 1945 yang sudah mengalani amaandemen


diantaranya pada (tahun 1999, 2000, 2001 dan tahun 2002)
yang mana amaandemen tersebut meliputi:
a. Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19
Oktober 1999,
b. Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan
18 Agustus 2000,
c. Amandemen ke-3 pada sidang tahunan MPR, disahkan
10 November 2001,
d. Amandemen ke-4 pada sidang tahunan MPR, disahkan
10 Agustus 2002.

5. BAB- BAB dan Pasal- Pasal UUD 1945 Hasil Amandemen


a. Amendemen pertama UUD 1945 (1999)
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Setelah
mempelajari, melaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguhsungguh hal-hal yang bersifat
mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa dan
negara, serta dengan menggunakan kewenangannya
berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawara-
tan Rakyat Republik Indonesia mengubah Pasal 5 Ayat
(1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2), Pasal 14, Pasal 15,
Pasal 17 Ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-

187
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sehingga selengkapnya menjadi berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 5
1) Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-
Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan.
Pasal 9
1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai berikut:
2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang,
Presiden dan Wakil Presiden bersumpah di hadapan
Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.
Pasal 13
1) Dalam hal mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
2) Presiden menerima penempatan duta negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Pasal 14
1) Presiden memberi grasi dan rahabilitasi dengan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.

188
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 17
1) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
2) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dan
pemerintahan.
Pasal 20
1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang.
2) Setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
3) Jika rancangan Undang-Undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, rancangan Undang-Undang
itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
4) Presiden mengesahkan rancangan Undang-Undang
yang telah disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang.
Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan
usul rancangan undangundang. Naskah perubahan ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari naskah
Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Perubahan tersebut diputuskan dalam
Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia ke 12 tanggal 19 Oktober 1999
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 Oktober 1999.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

189
KETUA
ttd.
Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A.
b. Amandemen kedua UUD 1945 (2000)
Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertim-
bangkan dengan saksama dan sungguhsungguh hal-hal
yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat,
bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A,
Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal
22A, Pasal 22B, Bab IXA, pasal 25E, BAB X, pasal 26
Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat (3), BAB XA, pasal
28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal
28F, Pasal 28G, pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII,
Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai
berikut:
Pasal18
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai
pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-
undang
2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.

190
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.Gubernur, Bupati, dan Walikota
masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
4) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
5) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
6) Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Pasal18A
1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota
atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur
dengan undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya a ntara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.
Pasal18B
1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang.
2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat

191
Pasal19
1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui
pemilihan umum.
2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan
undang-undang.
3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali
dalam setahun.
Pasal20
1) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden
dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-
undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.
Pasal20A
1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.Dalam
melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam
pasal-pasal lain Undangundang Dasar ini, Dewan
Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket dan hak menyatakan pendapat.
2) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-
undang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan
Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.
3) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan
Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat
diatur dalam undang-undang.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan
undang-undang diatur dengan undangundang.
Pasal 22 B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat
diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan
tata caranya diatur dalam undang-undang.

192
BAB IX A
WILAYAH NEGARA
Tidak ada pasal yang mengatur mengenai wilayah negara
sebelum diamandemenkan.

Pasal 25E
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26
1) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
2) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undang-undang.
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

193
Pasal 28D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Setiap orang
berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
2) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan
yang sama dalam pemerintahan. Setiap orang berhak
atas status kewarganegaraannya.
Pasal 28E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan
hak asasi.

194
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan
hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apa pun.
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.
3) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan
hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah.

195
4) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia
sesuai dengan dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2) Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Pasal 30
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara, sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai sebagai
alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat serta menegakkan hukum
3) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan

196
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisia
n Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal
yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.
BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG
NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya
Sebelum amandemen UUD hanya mengatur tentang bendera dan
bahasa. Setelah amandemen bukan cuma bendera dan bahasa yang
diatur, lambang negara dan lagu kebangsaan pun ikut dicantumkan.
Inilah bukti keseriusan Indonesia untuk memperbaiki negara menjadi
lebih baik.
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan
undang-undang.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2000
c. Amendemen Ketiga UUD 1945 (2001)
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Setelah
mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan deng-
an saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat
mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan
negara, serta dengan menggunakan kewenangannya
berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawa-
ratan Rakyat Republik Indonesia mengubah dan/atau
menambah Pasal 1 Ayat (2) dan (3); Pasal 3 Ayat (1), (3),

197
dan (4); Pasal 6 Ayat (1), dan (2); Pasal 6A Ayat (1), (2),
(3), dan (5); Pasal 7A; Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), dan (7); Pasal 7C; Pasal 8 Ayat (1) dan (2); Pasal 11
ayat (2) dan (3); Pasal 17 Ayat (4); Bab VIIA, Pasal 22C
Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 22D Ayat (1), (2), (3), dan
(4); BAB VIIb, Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6);
Pasal 23 Ayat (1), (2), (3); Pasal 23A; Pasal 23C; Bab
VIIIA, Pasal 23E Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 23F Ayat
(1) dan (2); Pasal 23G Ayat (1) dan (2); Pasal 24 Ayat (1)
dan (2); Pasal 24A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal
24B Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 24C Ayat (1), (2), (3),
(4), (5), dan (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sehingga selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
Sebelum amandemen kedaulatan masi dilakukan sepenuhnya oleh
MPR. Setelah amandemen kedaulatan sepenuhnya berada di tangan
rakyat. Artinya, kekuatan rakyat diakui sebagai salah satu penyebab
munculnya negara kita ini. Selain itu, ditegaskan juga bahwa negara
Indonesia ini adalah negara hukum dengan begitu semua tingkah laku
penduduk harus berdasar hukum.
Pasal 1
1) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Negara Indonesia adalah negara hukum.
Pasal 3
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar.Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dapat
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-
Undang Dasar.
Pasal 6
1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus
warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan

198
tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani
dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.
2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.
Pasal 6A
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat.
2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksa-
naan pemilihan umum. Pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih
lama dari lima puluh presiden dari jumlah suara
dalam pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum. Tata cara pelaksanaan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur
dalam undang-undang.
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan
Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
Pasal 7B
1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat

199
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Agung untuk
memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa penghiatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden.Pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum tersebut
ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam
rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat.
2) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat
kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat
dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat
yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri
oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili,
dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut
paling lama sembilan puluh hari setelah
permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima
oleh Mahkamah Konstitusi.Apabila Mahkamah
Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan

200
Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang
paripurna untu merumuskan usul perberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib
menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan
Rakyat menerima usul tersebut.
5) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota
dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden
dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan
menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 8
1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden
sampai masa jabatannya. Dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permus-
yawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang
untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diusulkan oleh Presiden.
Pasal 11
1) Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait

201
dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan
undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian
internasional diatur dengan undang-undang.
Kekuasaan eksekutif menjadi perhatian dalam amandemen ketiga ini.
Terbukti, dalam amandemen diatur lagi lebih mendetail mulai dari
proses pemilihan, syarat, wewenang, hingga pemberhentian presiden
sebagai lembaga eksekutif dicantumkan dalam amandemen ketiga ini.

Pasal 17
1) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
kementrian negara diatur dalam undang- undang.
BAB VIIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22C
1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari
setiap provinsi melalui pemilihan umum. Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi
jumlahnya sama dan jumlah Seluruh anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu tidak lebih
dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan
Daerah.
2) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya
sekali dalam setahun.Susunan dan kedudukan
Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-
undang.
Dicantumkannya aturan mengenai Dewan Perwakilan Daerah
pertanda bahwa semakin diperhatikannya kesejahteraan daerah. Tapi
dalam prakteknya, DPD hanya menjadi simbol daerah saja. Wewenang
dan tugas DPD tidak terlalu menonjol seperti DPR padahal suara yang
harusnya lebih didengar adalah anggota DPD karena mereka dipilih
secara langsung oleh rakyat daerah asalnya. Tidak seperti DPR yang
hanya lambang partainya saja yang dipilih, selebihnya merupakan
wewenang petinggi partai untuk menentukan siapa yang pantas
mewakili partai mereka di kursi parlemen. Oleh karenanya, perlu

202
diadakan amandemen ulang mengenai DPD agar tugas dan wewenang
mereka sebagai wakil daerah lebih diperluas agar tidak ada lagi
kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat terkhusus masyarakat
golongan bawah.

Pasal 22D
1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan
Undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemakaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas
Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan pemekaran, dan penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
atas rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan Rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai: otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan

203
Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
3) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat
diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
BAB VIIB PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali.
2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peserta
pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah adalah partai politik.
3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.
Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu
komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap dan mandiri
2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum
diatur dengan undang-undang.
Pasal 23
1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2) Rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

204
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui Rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undangundang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan
undang-undang.
BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pasal 23E
1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan satu badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah,sesuai dengan kewenangnnya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh
lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Pasal 23F
1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden. Pimpinan Badan Peme-
riksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di
Ibukota negara, dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa
Keuangan diatur dengan undang-undang.

205
Pasal 24
1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Pasal 24A
1) Mahkamah Agung berwenang menjadi pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundangundangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan
oleh undang-undang.
2) Hakim agung harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, adil, professional,
dan berpengalaman di bidang hukum.
3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial
kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih
dari dan oleh hakim agung. Susunan, kedudukan,
keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung
serta badan peradilan dibawahnya diatur dengan
undang-undang.
Pasal 24B
1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dibidang hukum serta

206
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela.
3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi
Yudisial diatur dengan undang-undang.
Pada amandemen ketiga dicantumkannya lembaga khusus BPK. Ini
menandakan pemerintah ingin memunculkan transparansi anggaran.
Namun nyatanya masih banyak korupsi yang terjadi yang belum
terungkap seperti di Papua yang mana kesenjangan masyarakat asli
Papua semakin menonjol di tanah yang subur dan kaya.

Pasal 24C
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan
sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar, memutuskan pembubaran partai politik,
dan memutuskan perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan
atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan
orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga
orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh
Presiden.
3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi
dipilih dari dan oleh Hakim konstitusi.
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan

207
kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,
serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.
Pengangkatan dan pemberhentian hakim
konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya
tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan
undang-undang.

Naskah perubahan ini merupakan bagian tak


terpisahkan dari naskah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan tersebut
diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7
(lanjutan 2) tanggal 9 November 2001 Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,
dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 November 2001
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,
KETUA Prof. Dr. H.M. AMIEN RAIS

d. Amendemen Keempat Uud 1945 (2002)


Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,
Setelah mempelajari, menelaah, dan memper-
timbangkan dengan saksema dan sungguh-sungguh
hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh
rakyat, bangsa, dan negara serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia menetapkan:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan
perubahan pertama, kedua, ketiga dan perubahan
keempat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan

208
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli
1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal
22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat;
2) Penambahan bagian akhir pada Perubahan Kedua
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dengan kalimat, "Perubahan tersebut
diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ke-9
tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan Mejelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,";
3) Mengubah penomeran pasal 3 ayat (3) dan ayat (4)
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 3 ayat
(2) dan ayat (3); Pasal 25E Perubahan Kedua
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menajdi Pasal 25A;
4) Penghapusan judul Bab IV tentang Dewan
Pertimbangan Agund dan pengubahan substansi
Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara;
5) Pengubahan dan/atau penambahan Pasal 2 ayat (1);
Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3); Pasal 11 ayat (1);
Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24 ayat (3); Bab
XIII, Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5); Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2); Bab XIV, Pasal
33 ayat (4) dan ayat (5); Pasal 34 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4); Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5); Aturan Peralihan Pasal I, II,
dan III; Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai
berikut:

209
Pasal 2
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6A
Dalam hal tidak adanya pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh suara
rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden
Pasal 8
Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah
Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya
tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawatan
Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai berakhir masa
jabatannya.
Pasal 11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang
bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada

210
Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-
undang.

BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG


Dihapus
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan
Undang-undang
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang.
Dihapuskannya DPA dikarenakan fungsi dan wewenang DPA dinilai
kurang jelas. Keberadaan DPA tidak sesuai lagi dengan
karakteristiknya sebagai lembaga konsultatif atau pertimbangan. DPA
itu dianggap tidak efektif, tugasnya sebagai lembaga konsultatif
presiden digantikan oleh staf ahli kepresidenan.
Pasal 24
Badan-badang lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.
BAB XIII PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pasal 31
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya
(3) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.
3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan
dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

211
4) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradapan serta kesejahteraan umat manusia
Lebih diperhatikannya pendidikan warga negara setelah amandemen
keempat. Tapi pada prakteknya banyak warga negara yang sulit
mengenyam pendidikan. Tidak hanya terjadi kesenjangan antara warga
yang kaya dan miskin, juga kesenjangan antara yang pintar dan yang
kurang. Tentunya ini sudah bertentangan dengan UUD kita ini.
Pasal 32
1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
2) Negara menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

BAB XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESE-


JAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal
ini diatur dalam undang-undang.
Pasal 34
1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara
2) Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan

212
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal
ini diatur dalam undang-undang.
Pasal 37
1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar
dapat diagendakan dalam sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang
Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.Untuk mengubah pasal-pasal
Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusya-
waratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Putusan untuk mengubah pasal-pasal
Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetuju-
an sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah
satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Khusus mengenai bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.

ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih
tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi
sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-
Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III

213
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya
pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hokum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
untuk diambil putusan pada sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang
Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan
pasal-pasal.
Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
ke-6 (lanjutan) pada tanggal 10 Agustus 2002 Sidang
Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,
dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2002
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,
Ketua Prof. Dr. H.M. Amien Rais

214
H. Perbandingan Rumusan Pasal UUD 1945 Sebelum dan
Sesudah Amandemen
SEBELUM AMANDEMEN SESUDAH AMANDEMEN
BAB I BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1 Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah negara (1) Negara Indonesaia ialah
kesatuan yang berbentuk Negara kesatuan, yang berbentuk
Republik. Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan (2) Kedaulatan berada ditangan
rakyat, dan dilakukan rakyat, dan dilaksanakan menurut
sepenuhnya oleh Majelis undang-undang dasar.
(3) Negara Indonesia adalah
negara hukum
BAB II BAB II
MAJELIS MAJELIS
PERMUSYAWARATAN PERMUSYAWARATAN
RAKYAT RAKYAT
Pasal 2 Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan (1) MPR dan perwakilan daerah
Rakyat terdiri atas dipilih melalui pemilihan umum
anggotaanggota Dewan dan di atur lebih lanjut dengan
Perwakilan Rakyat, ditambah undang-undang
dengan Utusan-utusan dari (2) MPR bersidang sedikitnya
daerah-daerah dan golongan- sekali dalam lima tahun di
golongan menurut aturan yang Ibukota Negara
ditetapkan dengan undang- (3) Segala putusan MPR
undang. ditetapkan dengan suara yang
(2) Majelis permusyawaratan terbanyak
rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam lima tahun di
ibukota Negara.
(3) Segala keputusan majelis
permusyawaratan rakyat
ditetapkan dengan suara
terbanyak.

215
Pasal 3 Pasal 3
Majelis permusyawaratan Rakyat (1) MPR berwenang mengubah
menetapkan Undang-undang dan menetapkan Undang-undang
Dasar dan Garis-Garis besar Dasar.
haluan Negara. (2) MPR melantik presiden dan
Wakil Presiden.
(3) MPR hanya dapat
memberhentikan Presiden dan
Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-
udang Dasar
BAB III BAB III
KEKUASAAN KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARA PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4 Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia (1) Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang- pemerintahan menurut Undang-
undang Dasar. undang Dasar.
(2) Dalam melakukan (2) Dalam melakukan
kewajibannya Presiden dibantu kewajibannya Presiden dibantu
oleh satu orang Wakil Presiden oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5 Pasal 5
(1) Presiden memegang (1) Presiden berhak mengajukan
kekuasaan membentuk undang- rancangan Undang-undang
undang dengan persetujuan kepada DPR.
Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Presiden menetapkan
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
peraturan pemerintah untuk menjalankan Undang-undang
menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya.
sebagaimana mestinya.

216
Pasal 6 Pasal 6
(1) Presiden adalah orang (1) Calon Presiden dan Calon Wakil
Indonesia Asli. Presiden harus seorang warga Negara
(2) Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
dipilih oleh Majelis pernah penerima kewarganegaraan
Permusyawaratan Rakyat dengan lain karena kehendaknya sendiri, tidak
suara terbanyak. pernah menghianati negara, serta
mampu secara rohani dan jasmani
untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.
(2) Syarat-syarat menjadi Presiden dan
Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan undang-undang
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih
dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang mendapatkan suara
lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum
dengan sedikitnya duapuluh persen
suara di setiap provinsi yang tersebar
di lebih dari setengah jumlah provinsi
di Indonesia, dilantik menjadi Presiden
dan Wakil Presiden
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang

217
memperoleh suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum
dipilih oleh rakyat secara langsung dan
pasangan yang memperoleh suara
rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden
Pasal 7 Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatannya selama memegang jabatan selama masa lima
masa lima tahun dan sesudahnya tahun dan sesudahnya dapat dipilih
dapat dipilih kembali. kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden
dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh MPR atas usul DPR,
baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat
diajukan oleh DPR kepada MPR hanya
dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada MK untuk
memeriksa, mengadili dan memutus
pendapat DPR bahwa
Presidendan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak

218
pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(2) Pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum
tersebut ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden adalah dalam
rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan DPR.
(3) Pengajuan permintaan DPR kepada
MK hanya dapat dilakukan dengan
dukungan sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota DPR yang hadir
dalam sidang paripurna yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota DPR.
(4) Mahkamah konstitusi wajib
memeriksa, mengadili, dan memutus
dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat DPR tersebut paling lama
sembilan puluh hari setelah
permintaan DPR itu diterima oleh MK.
(5) Apabila MK memutuskan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden
terbukti melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau terbukti
bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil

219
Presiden, DPR menyelenggaran sidang
paripurna untuk meneruskan usul
pemberantasan Presiden dan/atau
Wakil Presiden kepada MPR.
(6) MPR wajib menyelenggaran sidang
untuk memutuskan usul DPR teresebut
paling lambat tigapuluh hari sejak
MPR menerima usul tersebut.
(7) Keputusan MPR atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden harus diambil dalam
rapat paripurna MPR yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden
dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan
dalam rapat paripurna
MPR.
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan
dan/atau membubarkan DPR
Pasal 8 Pasal 8
Jika Presiden mangkat, berhenti (1) Jika Presiden mangkat, berhenti,
atau tidak dapat melakukan diberhentikan atau tidak dapat
kewajiban dalam masa jabatnaya, melakukan kewajiban dalam masa
ia diganti oleh Wakil Presiden jabatnaya, ia diganti oleh Wakil
sampai habis waktunya. Presiden sampai habis waktunya.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan
Wakil Presiden selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuh
memilih Wakil Presiden dari dua calon
yang diusulkan Presiden.

220
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan atau
tidak dapat melakukan kewajiban
dalam masa jabatnaya bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah
Menteri Luar Negri, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya
tiga puluh hari setelah itu. Majelis
Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden
dari dua pasang calon Presiden dan
Wakil Presiden yang di usulkan partai
politik atau gabungan partai politik
yang peket calon Presiden dan Wakil
Presiden meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan
sebelumnya, sampai habis masa
jabatanya.
Pasal 9 Pasal 9
Sebelum memangku jabatannya, (1) Sebelum memangku jabatannya,
Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau bersumpah menurut agama atau
berjanji, dengan sungguh- berjanji dengan sungguhsungguh
sungguh dihadapan Majelis
di hadapan Majelis (2) Jika MPR atau DPR tidak dapat
Permusyawaratan Rakyat atau mengadakan sidang, Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat. Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di hadapan pimpinan MPR
dengan disaksikan oleh pimpinan
Mahkamah Agung
Pasal 10 Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan Presiden memegang kekuasaan yang
yang tertinggi atas angkatan tertinggi atas angkatan Darat,

221
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Laut dan Angkatan Udara
Angkatan Udara.
Pasal 11 Pasal 11
Presiden dengan persetujuan (1) Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
menyatakan perang, membuat perang, membuat perdamaian dan
perdamaian dan perjanjian perjanjian denga negara lain.
dengan negara lain. (2) Presiden dalam membuat perjanjian
Internasional lainya yang
menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara
dan mengharuskan perubahan dan
pembentukan undang-undang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang
perjanjian internasional diatur dengan
undang – undang
Pasal 12 Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan Presiden menyatakan keadaan bahaya
bahaya Syarat dan akibatnya Syarat dan akibatnya keadaan bahaya
keadaan bahaya ditetapkan ditetapkan dengan undang-undang
dengan undang-undang. undang-undang
Pasal 13 Pasal 13
(1) Presiden mengangkat Duta (1) Presiden mengangkat Duta dan
dan Konsul. Konsul
(2) Presiden menerima duta (2) Dalam mengangkat Duta Presiden
negara lain. memperhatikan pertimbangan DPR
(3) Presiden menerima penetapan duta
negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat
Pasal 14 Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, (1) Presiden memberi grasi, dan
abolisi dan rehabilitasi. rehabilitasi dengan memperhatikan

222
pertimbangan Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi Amnesti dan
abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR
Pasal 15 Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda Presiden memberi gelaran, tanda jasa
jasa dan lain-lain tanda dan lain-lain tanda kehormatan yang
kehormatan. diatur dengan undang-undang.
BAB 1V BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
AGUNG Pasal 16
Pasal 16 Presiden berhak mengangkat DPA
(1) Susunan DPA di tetapkan yang memiliki tugas untuk
dengan undang-undang memberikan nasehat dan
(2) Dewan ini berkewajiban pertimbangan kepada Presiden sesuai
member jawab atas pertanyaan dengan peraturan perundangan yang
presiden dan berhak memajukan berlaku. Dengan demikian, pasal 16
usul kepada pemerintah ayat (1) dan (2) sesudah amandemen
dilebur menjadi satu tapi dirubah
dalam hal konten.
BAB V BAB V
KEMENTERIAN NEGARA KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17 Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh (1) Presiden dibantu oleh menteri-
menteri-menteri Negara menteri Negara
(2) Menteri-menteri itu diangkat (2) Menteri-menteri itu diangkat dan
dan diberhentikan oleh Presiden. diberhentikan oleh Presiden
(3) Menteri-menteri itu (3) Setiap menteri membidangi urusan
memimpin departemen tertentu dalam pemerintahan.
pemerintah. (4) Pembentukan, pengubahan dan
pembubaran kementerian7negara
diatur dengan undang-undang
BAB VI BAB VI
PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH DAERAH
Pasal 18 Pasal 18
Pembagian daerah Indonesia atas (1) Negara Kesatuan Republik

223
daerah besar dan kecil, dengan Indonesia dibagi atas daerah provinsi
bentuk susunan pemerintahnya dan daerah provinsi itu dibagi atas
ditetapkan dengan undang- kabupaten dan kota, yang tiap
undang, dengan memandang dan provinsi, kabupaten dan kota itu
mengingati dasar mempunyai pemerintah daerah, yang
permusyawaratan dalam diatur dengan undang-undang.
pemerintah negara, dan hak-hak (2) Pemerintah daerah provinsi, daerah
asal usul dalam daerah-daerah kabupaten dan kota mengatur dan
yang bersifat istimewa. mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas etonomi
dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
(4) Gubernur, Bupati dan Wali kota
masing-masing sebagai kepala daerah
provinsi, kabupaten dan kota, dipilih
secara demokratis
(5) Pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintah yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
(6) Pemerintah daerah berhak
menetapkan peraturan dan
peraturanperaturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintah daerah
diatur dalam undang-undang.
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara
pemerintahan pusat dan pemerintah

224
daerah provinsi, kabupaten dan kota
atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota diatur dengan
undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainya
antara pemerintah pusat dan
daerah diatur dan dilaksanakan secara
adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan
pemerintah
daerah yang bersifat khusus atau
istimewa yang diatur dengan
undang-undang.
(2) Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dengan
undang-undang.
BAB VII BAB VII
DEWAN PERWAKILAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
RAKYAT Pasal 19
Pasal 19 (1) Anggota Dewan perwakilan Rakyat
(1) Susunan Dewan Perwakilan dipilih melalui pemilihan umum.
Rakyat ditetapkan dengan (2) Susunan Dewan perwakilan Rakyat
undang-undang. diatur dengan undangundang.

225
(2) Dewan Perwakilan Rakyat (3) Dewan Perwakilan Rakyat
bersidang sedikitnya sekali dalam bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun. setahun.
Pasal 20 Pasal 20
(1) Tiap-tiap undang-undang (1) Dewan perwakilan Rakyat
menghendaki persetujuan Dewan memegang kekuasaan membentuk
Perwakilan Rakyat. undang-undang.
(2) Jika sesuatu rancangan (2) Setiap rancangan undang-undang
undang-undang tidak mendapat dibahas oleh Dewan perwakilan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
Rakyat, maka rancangan tadi mendapatkan persetujuan bersama.
tidak boleh dimajukan lagi dalam (3) Jika rancangan undang-undang itu
persidangan Dewan Perwakilan tidak mendapatkan persetujuan
Rakyat masa itu. bersama, rancangan undang-undang
itu tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan Dewan perwakilan
Rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan
undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-
undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-
undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden
dalam waktu tiga
puluh hari semenjak rancangan
undang-undang disetujui, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi
undang-undang
dan wajib diundangkan.

226
Pasal 20A
(1) Dewan perwakilan Rakyat memiliki
fungsi legislasi, fungsi anggaran dan
fungsi pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya,
selain hak yang diatur dalam pasal-
pasal lain undang-undang dasar ini,
Dewan perwakilan Rakyat mempunyai
hak interpelasi, hak angket dan hak
menyatakan pendapat.
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-
pasal lain undang-undang dasar ini,
setiap anggota Dewan Perwakilan
Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat
serta hak imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak
Dewan Perwakilan Rakyat dan hak
anggota Dewan Perwakilan Rakyat
diatur dalam undangundang.
Pasal 21 Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Anggota-anggota Dewan Perwakilan
Perwakilan Rakyat berhak Rakyat berhak mengajukan rancangan
memajukan rancangan undang- undang-undang.
undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun
disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, tidak disyahkan oleh
Presiden, maka rancangan tadi
tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
Pasal 22 Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan (1) Dalam hal Ikwal kegentingan yang

227
yang memaksa, Presiden berhak memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan menetapkan peraturan pemerintah
pemerintah pengganti undang- sebagai pengganti undangundang.
undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus
(2) Peraturan pemerintah itu mendapat persetujuan Dewan
harus mendapat persetujuan Perwakilan Rakyat dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam yang berikut.
persidangan yang berikut. (3) Jika tidak mendapat persetujuan,
(3) Jika tidak mendapat maka peraturan pemerintah tersebut
persetujuan, maka peraturan harus dicabut.
pemerintah itu harus dicabut.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara
pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang.
Pasal 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dapat dihentikan dari jabatanya, yang
syarat-syarat dan tata cara diatur
dalam undang-undang.
BAB VIIA
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan perwakilan daerah
dipilih dari setiap provinsi melalui
pemilihan umum.
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah
dari setiap provinsi jumlahnya sama
dan jumlah seluruh anggota Dewan
Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari
sepertiga dari jumlah Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Daerah
bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.
(4) Susunan dan kedudukan Dewan

228
Perwakilan Daerah diatur dengan
undang-undang.
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat
mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, sehubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan
daerah, pengolahan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainya, serta
yang berkaitan dengan pertimbangan
keuangan pusat dan daerah.
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut
membahas rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah pengolahan
sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainya, serta yang berkaitan
dengan pertimbangan keuangan pusat
dan daerah serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang anggaran pendapatan
dan belanja negara dan rancangan
undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan dan Agama.
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat
melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan

229
pusat dan daerah, pengelolahan
sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasan itu
kepada pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah pengolahan
sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainya, serta yang berkaitan
dengan pertimbangan keuangan pusat
dan daerah serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindak lanjuti.
(4) Dewan Perwakilan Daerah dapat
diberhentikan dari jabatanya,
yang syarat-syarat dan tata caranya
diatur dalam undang-undang.

230
BAB VIIB
PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan
untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk
memilih anggota dewan perwakilan
rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah
partai politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk
memilih Anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan
oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang
pemilihan umum diatur dengan
undang-undang
BAB VIII BAB VIII
HAL KEUANGAN HAL KEUANGAN
Pasal 23 Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan (1) Anggaran dan belanja negara
belanja ditetapkan tiap-tiap tahun sebagai wujud dari pengelolaan
dengan undang-undang. Apabila keuangan negara ditetapkan setiap
Dewan Perwakilan rakyat tidak tahun dengan undang-undang dan
menyetujui anggaran yang dilaksanakan secara terbuka dan
diusulkan Pemerintah, maka bertanggung jawab untuk sebesar-

231
Pemerintah menjalankan besarnya kemakmuran rakyat.
anggaran tahun yang lalu. (2) Rancangan undang-undang
(2) Segala pajak untuk keperluan anggaran pendapatan belanja negara
Negara berdasarkan diajukan oleh presiden untuk dibahas
undangundang. bersama Dewan Pewakilan Rakyat
(3) Macam dan harga mata uang dengan memperhatikan pertimbangan
ditetapkan dengan dewan Perwakilan Daerah.
undangundang. (3) Apabila Dewan Pewakilan Rakyat
(4) Hal keuangan negara tidak menyetui rancangan
selanjutnya diatur dengan anggaran pendapatan dan belanja
undangundang. negara yang diusulkan oleh presiden,
(5) Untuk memeriksa tanggung permerintah menjalankan anggaran
jawab tentang keuangan Negara pendapatan dan
diadakan suatu Badan Pemeriksa belanja negara tahun lalu.
Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan rakyat.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang.
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang
ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan
negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23D
Negara memiliki bank sentral yang
susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab dan independensinya
diatur dengan undang-undang.
BAB VIIIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

232
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu badan pemeriksa
keuangan.
(2) Hasil pemeriksa keuangan negara
diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sesuai dengan kewenanganya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut
ditindak lanjuti oleh lembaga
perwakilan atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa
Keuangan dipilih oleh anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan dewan
perwakilan daerah dan diresmikan
oleh presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa
Keuangan dipilih dari dan oleh
anggota.
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan
berkedudukan di ibu kota negara dan
memiliki perwakilan disetiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
badan pemeriksa keuangan diatur
dengan undang-undang
BAB IX BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24 Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman (1) Kekuasaan kehakiman merupakan
dilakukan oleh sebuah kekuasaan yang merdeka untuk

233
Mahkamah Agung dan lain-lain menyelenggarakan peradilan guna
badan kehakiman menurut menegakkan hukum dan keadilan.
undangundang. (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan
(2) Susunan dan kekuasaan oleh sebuah Mahkamah Agung
badan-badan kehakiman itu dan badan peradilan yang berada di
diatur dengan undang-undang. bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
(3) Badan – badan lain yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang –
undang.
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap
undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang.
(2) Hakim agung harus memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum.
(3) Calon hakim agung diusulkan
Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden.
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah
Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung.

234
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan,
dan hukum acara Mahkamah Agung
serta badan peradilan di bawahnya
diatur dengan undangundang.
Pasal 24B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
(2) Anggota Komisi Yudisial harus
mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela.
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(4) Susunan, kedudukan, dan
keanggotaan Komisi Yudisial diatur
dengan undang- undang.
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang- Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik,
dan memutus perselisihan tentang
hasil pemilihan umum.

235
(2) Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar.
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai
sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan masingmasing
tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga
orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
dan tiga orang oleh Presiden.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.
(5) Hakim konstitusi harus memiliki
integritas dan kepribadian yang
tidak tercela, adil, negarawan yang
menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap
sebagai pejabat negara.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian
hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Mahkamah
Konstitusi diatur
dengan undang-undang.
Pasal 25 Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan Syarat-syarat untuk mendyadi dan
untuk diperhentikan sebagai untuk diperhentikan sebagai hakim
hakim ditetapkan dengan ditetapkan dengan undang-undang.
undang-undang.
BAB IXA
WILAYAH NEGARA
Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia

236
adalah sebuah negara kepulauan yang
berdiri Nusantara dengan wilayah
yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang.
BAB X BAB X
WARGA NEGARA WARGA NEGARA DAN
Pasal 26 PENDUDUK
(1) Yang menjadi warga Negara Pasal 26
ialah orang-orang bangsa (1) Yang menjadi warga negara ialah
Indonesia asli dan orang-orang orang-orang bangsa ndonesia asli dan
bangsa lain yang disyahkan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai dengan undangundang sebagai warga
warga negara. negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai (2) Penduduk ialah waraga negara
kewargaan negara ditetapkan Indonesia dan orang asing yang
dengan undang-undang. bertempat tinggal di Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara
dan penduduk diatur dengan undang-
undang.
Pasal 27 Pasal 27
(1) Segala warga negara (1) Segala warga negara bersamaan
bersamaan kedudukannya kedudukannya didalam hukum
didalam hukum dan dan pemerintahan dan wadjib
pemerintahan dan wajib mendjundjung hukum dan
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
pemerintahan itu dengan tidak kecualinya.
ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas
(2) Tiap-tiap warga Negara pekerdyaan dan penghidupan yang
berhak atas pekerjaan dan lajak bagi kemanusiaan
penghidupan yang layak bagi (3) Setiap warga negara berhak dan
kemanusiaan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
Pasal 28 Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan berkumpul, mengeluarkan pikiran
pikiran dengan lisan dan tulisan dengan lisan dan tulisan dan

237
dan sebagainya ditetapkan sebagainya ditetapkan dengan undang-
dengan undangundang undang
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

238
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk
memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan
hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk
agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan,

239
memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul,
dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan
segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta
benda yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas
dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat
manusia dan berhak memperoleh

240
suaka politik dari negara lain.

Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan medapatkan lingkungan
hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang
bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai
hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapa
pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.
(2) Setiap orang berhak bebas atas
perlakuan yang bersifat diskriminatif

241
atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu.
(3) Identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban
(4) Perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakan dan
melindungi hak assi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan
perundangan-undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undangundang
dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai- nilai
agama, keamanan, dan ketertiban

242
umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

BAB XI BAB XI
AGAMA AGAMA
Pasal 29 Pasal 29
(1) Negara berdasar atas (1) Negara berdasar atas Ketuhanan
Ketuhanan yang Maha Esa yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin (2) Negara menjamin kemerdekaan
kemerdekaan tiap-tiap tiap-tiap penduduk untu memeluk
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
untuk beribadah menurut kepercayaannya itu.
agamanya dan kepercayaannya
itu.
BAB XII BAB XII
PERTAHANAN NEGARA PERTAHANAN NEGARA DAN
Pasal 30 KEAMANAN NEGARA
(1) Tiap-tiap warga Negara Pasal 30
berhak dan wajib ikut serta (1) Tiap-tiap warga negara berhak
dalam usaha pembelaan dan wajib ikut serta dalam usaha
Negara. pertahanan dan keamanan negara.
(2) Syarat-syarat tentng (2) Usaha pertahanan dan keamanan
pembelaan diatur dengan negara dilaksanakan melalui sistem
undangundang. pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara
Repbulik Indonesia, sebagai kekuatan
utama dan rakyat, segabai kekuatan
pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri
atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat
negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.

243
(4) Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan TNI,
kepolisian Negara republik
Indonesia, hubungan dan
kewenangan TNI dan kepolisian
NKRI di dalam menjalankan
tugasnya syarat-syarat keikut sertaan
warga Negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan diatur
dalam UU
BAB XIII BAB XIII
PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN
Pasal 31 KEBUDAYAAN
(1) Tiap-tiap warga Negara Pasal 31
berhak mendapat pengajaran. (1) Setiap warga negara berhak
(2) Pemerintah mengusahakan mendapat pendidikan.
dan menjelenggarakan satu (2) Setiap warga negara wajib
sistim pengajaran nasional, mengikuti pendidikan dasar dan
yang diatur dengan undang- pemerintah wajib membiayainya.
undang. (3) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
(4) Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang
kurangnya
dua puluh persen dari anggaran

244
pendapatan dan belanja negara serta
dari aggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan
nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia
Pasal 32 Pasal 32
Pemerintah memajukan (1) Negara memajukan kebudayaan
kebudayaan nasional Indonesia. nasional Indonesia ditengah
peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan mesyarakat dalam
memelihara dalam mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
(2) Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
BAB XIV BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL PEREKONOMIAN NASIONAL
Pasal 33 DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
(1) Perekonomian disusun Pasal 33
sebagai usaha bersama berdasar (1) Perekonomian disusun sebagai
atas azas kekeluargaan. usaha bersama berdasar atas asas
(2) Cabang-cabang produksi kekeluargaan.
yang penting bagi Negara dan (2) Cabang-cabang produksi yang
yang menguasai hajat hidup penting bagi negara dan yang
orang banyak dikuasai oleh menguasai hajat hidup orang banyak
Negara. dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dn kekajaan (3) Bumi dan air dan kekayaan alam
alam yang terkandung yang terkandung di dalamnya
didalamnya dikuasai oleh dikuasai oleh negara dan
Negara dan digunakan untuk dipergunakan untuk sebesar-besar

245
sebesar-besar kemakmuran kemakmuran rakyat.
rakyat. (4) Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang- undang.
Pasal 34 Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak (1) Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistim
jaminan sosial bagi seluruah rakyat
dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
BAB XV BAB XV
BENDERA DAN BAHASA BENDERA, BAHASA DAN
Pasal 35 LAMBANG NEGARA, SERTA
Bendera Negara Indonesia ialah LAGU
Sang Merah Putih. KEBANGSAAN
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang
Merah Putih.

246
Pasal 36 Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia. Indonesia.

Pasal 36B
Lagu kebangsaan ialah Indonesia
Raya
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai
bendera bahasa dan lambang Negara
serta lagu kebangsaan di atur dengan
undang-undang.
BAB XVI BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG- PERUBAHAN UNDANG-
UNDANG DASAR UNDANG DASAR
Pasal 37 Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang- (1) Usul perubahan pasal-pasal
Undang Dasar Undang-Undang Dasar dapat
sekurangkurangnya 2/3 diagendakan dalam sidang Majelis
daripada jumlah anggota Permusyawaratan Rakyat
Majelis Permusyawaratan apabila diajukan oleh sekurang-
rakyat harus hadir. kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
(2) Putusan diambil dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
persetujuan sekurang- (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal
kurangnya 2/3 daripada Undang-Undang Dasar diajukan
djumlah anggota yang hadir. secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal
Undang-Undang Dasar, sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat
dihadiri sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-
pasal Undang-Undang Dasar

247
dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat
ATURAN PERALIHAN ATURAN PERALIHAN
Pasal 1 Pasal I
Panitia Persiapan Kemerdekaan Segala peraturan perundang-
Indonesia mengatur dan undangan yang ada masih tetap
menyelenggarakan kepindahan berlaku selama belum diadakan yang
pemerintahan kepada baru menurut Undang-Undang Dasar
Pemerintah Indonesia. ini.
Pasal II Pasal II
Segala badan Negara dan Semua lembaga negara yang ada
peraturan yang ada masih masih tetap berfungsi sepanjang
langsung berlaku selama belum untuk melaksanakan ketentuan
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar dan belum
Undang-Undang Dasar ini. diadakan yang baru menurut
Undang- Undang Dasar ini.
Pasal III Pasal III
Untuk pertama kali Presiden Mahkamah Konstitusi dibentuk
dan Wakil Presiden dipilih oleh selambat-lambatnya pada 17 Agustus
Panitia Persiapan Kemerdekaan 2003 dan sebelum dibentuk segala
Indonesia. kewenangannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
Pasal IV
Sebelum Majelis
Permusjawaratan rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut
Undang-Undang ini, segala
kekuasaannya dijalankan oleh

248
Presiden dengan bantuan
sebuah Komite Nasional.
ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN
(1) Dalam enam bulan sesudah Pasal I
akhirnya peperangan Asia Majelis Permusyawaratan Rakyat
Timur Raja, Presiden Indonesia ditugasi untuk melakukan
mengatur dan peninjauan terhadap materi dan
menyelenggarakan segala hal status hukum Ketetapan Majelis
yang ditetapkan dalam Permusyawaratan Rakyat Sementara
Undang-Undang dasar ini. dan Ketetapan Majelis
(2) Dalam enam bulan sesudah Permusyawaratan Rakyat untuk
Majelis Permusyawaratan diambil putusan pada sidang Majelis
rakyat dibentuk, Majelis itu Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.
bersidang untuk menetapkan
Undang-Undang Dasar.
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan
UUD ini, UUD RI Tahun 1945 Terdiri
atas pembukaan dan psal-pasal
perubahan tersebut diputuskan
dalam rapat paripurna MPR RI ke 6
(lanjutan) tgl 10 Agustus 2002 sidang
tahunan MPR RI dan mulai berlaku
pada tgl ditetapkan.

249
DAFTAR RUJUKAN

Adnan, F. (2005). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)


pada Era Demokratisasi. Demokrasi, IV(1), 63–76.
Agus, A. A. (2016). Membangun Masyarakat Madani yang
Demokratis Harmonis dan Partisipasi di Indonesia. Jurnal
Pemikiran Pendidikan Dan Penelitian Kesejarahan, 3(4),
147–152.
Akbal, Mu. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Pembangunan Karakter Bangsa. In Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya
Saing Globa (pp. 485–493).
Ali, M. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: LKis Pelangi
Aksara.
Aris Shofa, A. M. (2016). Memaknai Kembali Multikulturalisme
Indonesia dalam Bingkai Pancasila. Jurnal Pancasila Dan
Kewarganegaraan JPK, 1(1).
Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi nilai-nilai pancasila bagi
siswa di era globalisasi. Citizenship, 4(2), 440–450.
Azis, A. (2018). Implementasi Pendekatan Pembelajaran Value
Clarification Technique (Vct) pada Pembelajaran Pkn di
Sekolah Dasar. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan
JPK, 3(2), 37–47.
Basri, F. (2002). Perekonomian Indonesia: Tantangan dan
Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Choiriyah, Nadziroh, & Pratomo, W. (2017). Konsep Pembelajaran
PKn dalam Menanamkan Pendidikan Anti Korupsi Sejak
Dini di Sekolah Dasar. Jurnal Taman Cendikia, 01(01).
Cholisin. (2005). Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Praktek Pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Vol. 2005). Retrieved from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131474282/penelitian/
PARADIGMA+BARU+PKN_0.pdf
Darmadi, H. (2010). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.
Digdoyo, E. (2018). Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan
Tanggung Jawab Sosial Media. Jurnal Pancasila Dan

250
Kewarganegaraan JPK, 3(1), 42–60.
Fauziah Hanum, F. (2019). Pancasila sebagai Paradigma
Pembangunan Industri 4.0. Humanika, 19(1), 30–42.
Gandamana, A. (2013). Perbandingan Kompetensi
Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 dan Kurikulum
2013 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah, 2(2), 17–22.
Hadiwijono, A. (2016). Pendidikan Pancasila, Eksistensinya bagi
Mahasiswa. 2016, 7(1), 82–97.
Handoko, T. H. (2012). Manajemen Pesonalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Hutugalung, B. (2010). Sejarah Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara.
Ihsan. (2017). Kecenderungan Global dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah.
Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan JPK, 2(2).
Juliardi, B. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Bhinneka Tunggal
Ika, 2(2), 119–126.
Kaderi, A. (2015). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.
Banjarmasin: Antasari Press.
Kementerian Riset, T. dan P. T. R. I. (2016). Pendidikan Pancasila
untuk Perguruan Tinggi (I). Jakarta.
Kusumawardani, A., & Faturochman. (2004). Nasionalisme 61.
Buletin Psikologi, XII(2), 61–72.
Latif, Y. (2018). Identitas Keindonesiaan dan Aktualisasi Pancasila
bagi Generasi Millenial di Era Digital. Jurnal Kajian
LEMHANNAS RI.
Masrukhi. (2018). Pengembangan Civic Intellegence Berbasis
kegiatan Ekstra Kurikuler di Sekolah Dasar. Integralistik,
(1), 14–28.
Muhibbin, A., & Sumardjoko, B. (2016). Model Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Isu-Isu
Kontroversial di Media Massa untuk Meningkatkan Sikap
Demokrasi Mahasiswa dan Implikasinya bagi Masyarakat
Madani. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26(1).

251
Nadiroh, Arianto, I., & Suriyanto. (2011). Materi pokok konstitusi
UUD 1945. Banten: Universitas Terbuka.
Nany, Y. C. (2010). Peranan Pancasila dalam Mewujudkan
Masyarakat Madani. Humanika, 10(1), 1–15.
Prasetyo, A., & Wahono, M. (2017). Pendidikan
Kewarganegaraan : Usaha Konkret untuk Memperkuat
Multikulturalisme di Indonesia. 2017, 14(2).
Puji Asmaroini, A. (2017). Menjaga Eksistensi Pancasila dan
Penerapannya bagi Masyarakat di Era Globalisasi. Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan JPK, 1(2).
Ragwan. (2011). Peningkatan Belajar PKn Melalui Model
Pembelajaran Value Clarification Technique ( VCT )
Percontohan pada Siswa Kelas I SD Karya Thayyibah
Baiya. Jurnal Kreatif Tadulako, 4(6), 301–311.
Rahimullah. (2006). Panduan Pemasyarakatan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta:
Sekretariat Jendral MPR RI.
Rejeki, S., & Pagasan, A. S. (2019). Civic Participation Siswa dan
Permasalahannya. CIVICUS, 7(2), 10–18.
Rohani. (2013). Pembinaan Tanggung Jawab Warga Negara
Dalam Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Kemasyarakatan
(Community Civics. Jurnal Edukasi, 11(2).
S. Winataputra, U. (2003). Hakikat, Fungsi, dan Tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan di SD. Universitas Terbuka.
Retrieved from
http://repository.ut.ac.id/4011/1/PDGK4201-M1.pdf
S.Sumantri, M. (n.d.). Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Universitas Terbuka. Retrieved from
http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-M1.pdf
Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suhartono, E. (2018). Perubahan Pola Pembelajaran PKn yang
Tekstual ke Pola Kontekstual. Jurnal Teori Dan Praksis
Pembelajaran IPS, 3(1), 1–12.
Sulfemi, W. B. (2012). Modul Pembelajaran Pendidikan Pancasila

252
dan Kewarganegaraan. Bogor: STKIP Muhammadiyah
Bogor.
Sumadio, Bambang, & Dkk. (1977). Sejarah Nasional Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Suroto. (2015). Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam
Masa Postmodern. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5,
664–671.
Sutiyono. (2017). Pengembangan Civic Skills Melalui Seminar
Socrates dalam Pendidikan Kewarganegaraan. JPK Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(2).
Sutji, R. W., & Supandi. (2016). Modul Pelatihan Mata Pelajaran
PPKn Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suwanda, M. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata
Pelajaran/Paket Keahlian Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan (PKn). Kemendikbud: Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Suwarno. (1993). Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.
Sya‟roni Hasan, M. (2019). Internalisasi Nilai Toleransi Beragama.
Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 6(1),
79–111.
Syam, N. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn di
Sekolah Dasar Melalui Model Pengajaran Bermain Peran.
Perspektif Ilmu Pendidikan, 24, 108–112.
Toyyibin. (2000). Pendidikan Pancasilia. Yogyakarta: LKis Pelangi
Aksara.
Trisiana, A. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter dan
Implikasinya terhadap Penguatan Civic Responsibility di
Universitas Slamet Riyadi Surakarta. EKSPLORASI,
XXVII(2), 532–539.
Ulfah, N. (2018). Pengembangan Kompetensi Profesional Calon
Guru PKn MI : Pemahaman tentang Paradigma Baru PKn.
Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, 3(1).
Winataputra, U. S. (2008). Pembelajaran PKn di SD (1st ed.).

253
Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2016). Materi dan pembelajaran PKn SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Yuliana, D. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Rontal Keilmuwan
Pancasila Dan Kewarganegaraan
.

254
PARADIGMA BARU PKN SD ABAD 21
Dra. Reinita, M.Pd

Dra Reinita, M.Pd lahir pada tanggal 04 Juni 1963 di Balai


Gurah, Agam. Beliau anak ke tiga dari pasangan ibu Latifah
(Alm) dan bapak Sarifuddin (Alm). Setelah menempuh
pendidikan di SD Negeri 02 Balai Gurah lulusan tahun 1976,
melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Bukittinggi lulusan
tahun 1980, dan SMA PSM Kota Madya Bukittinggi lulusan tahun
1983. Penulis melanjutkan pendidikan S1 PMP/KN di IKIP
Padang dan lulus tahun 1987. Kemudian, penulis melanjutkan
pendidikan S2 pada program studi Pendidikan Dasar Universitas
Negeri Padang dan lulus pada tahun 2011.
Mengawali karirnya, pada Maret 1988 – Mei 1990 penulis
mengajar di SPG Negeri Bukittinggi. Kemudian Mei 1990 hingga
sekarang penulis mengajar di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FIP UNP. Mata kuliah yang dibina antara lain: Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, PKn SD I, PKn SD II,
Pembelajaran PKn SD I, Pembelajaran PKn SD II, PKn IV, PKn V,
Lembaga Hubungan dan Organisasi Internasional, Inovasi
Pembelajaran PKn dalam Masyarakat Multi Kultural, Pengajaran
Micro Teaching, PLK, dan Seminar ke-SD-an. Beberapa pelatihan
yang pernah diikuti antara lain: peserta pada Instruktur Nasional
Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2013 di Padang, dan
Pembelakan Narasumber Nasional Guru Pembelajar Jenjang
Guru SD (Kelas Tinggi) tahun 2016 di Batam. Pembicara pada
ICSET tahun 2017 di Semarang. Pembicara pada the
International Conference on Child-Friendly Education tahun 2018 di
Surakarta. Pembicara pada PSSHERS tahun 2019 di Padang,
Pembicara pada the Indonesia FIP-JIP Forum and ICET tahun
2019 di Malang.
Karya ilmiah yang sudah dihasilkan berupa hasil penelitian
yang didanai oleh BNBP, artikel ilmiah, dan buku teks. Beberapa
hasil penelitian tersebut adalah Pengembangan Bahan Ajar
Literasi Kewarganegaraan Berbasis Pendekatan VCT Model
Matriks sebagai Upaya Mewujudkan Good Citizen di Kelas V

255
Sekolah Dasar (dana PNPB Tahun 2018 dan 2019) Pengaruh
Model Yurisprudential Inquiri terhadap Hasil Pembelajaran PKn
Siswa di Sekolah Dasar, Development of Civics Literacy Teaching
Materill in Primary Schools tahun 2019, the Effect Coperative Two
Stay Two Stray Model PKn Learning Out Comes of Basic Vacational
School Student tahun 2019. Karya buku yang telah dihasilkan
antara lain: Pembelajaran PKn di SD, Bahan Ajar Literasi
Kewarganegaraan Berbasis Pendekatan VCT Model Matriks.

256
Atri Waldi, S.Pd.,M.Pd

Atri Waldi, S.Pd, M.Pd merupakan anak ketiga dari


pasangan Drs. Baharuddin (Alm) dan Dra. Armailis Agus yang
lahir Di Kota Solok Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 1 Mei
1991. Penulis menyelesaikan pendidikan Strata 1 Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Padang pada Tahun 2014 dan melanjutkan pendidikan
Strata 2 pada tahun 2014 di Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Padang Program Studi Pendidikan Ilmu Sosial konsentrasi
Pendidikan Kewarganegaraan yang diselesaikan pada tahun
2016. Saat ini penulis ber home base dan aktif mengajar di Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang bersama dosen Tim PKn Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan menjadi Koordinator Tim
Dosen PKn semenjak tahun 2019.

257
Yesi Anita, S.Pd.,M.Pd

Yesi Anita, S.Pd., M.Pd Lahir di Paraman Ampalu


(Pasaman Barat) pada tanggal 26 Oktober 1988. Lulus S1 di
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas ILmu Sosial Universitas Negeri Padang (FIS UNP) tahun
2012, lulus S2 di Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang dengan Konsentrasi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan pada tahun 2015. Dari tahun 2017 hingga saat
ini adalah dosen tetap pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang (FIP
UNP) dan merupakan TIM dosen yang mengampu mata kuliah
PKn ke SD an.

258

View publication stats

You might also like