You are on page 1of 54

BUKU AJAR

“MENOPAUSE”
PERMASALAHAN DAN MANFAAT SENAM
UNTUK WANITA MENOPAUSE

Penulis : Nurul Faj’ri Romadhona


Editor : Fadma Putri
Atik Swandari
Ken Siwi
Ifa Gerhanawati

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr rb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYa sehingga buku ajar ini dapat ditulis. Buku ajar
ini ditulis sebagai bentuk integrasi penelitian dan pengabdian masyarakat dengan
topik manfaat terapi latihan untuk wanita menopause. Ada banyak macam terapi
latihan untuk wanita menopause, namun pada buku ini hanya akan dibahas salah
satunya saja yaitu senam aerobic low impact . Pada buku ini akan diuraikan bahwa
senam low impact memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup wanita
menopause. Buku ini dapat digunakan dalam pembelajaran fisioterapi kesehatan
wanita untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, oleh
karena itu mohon masukan dan saran demi perbaikan buku ini kedepannya. Semoga
bermanfatat untuk mahasiswa dan semua yang membaca.

Wassalamu’alaikum wr wb

Surabaya, Juli 2022

Nurul Faj’ri Romadhona, S.Fis., M.Kes

iii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................................. i
Halaman Judul ................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ..................................................................................................................................iii
Daftar Isi............................................................................................................................................ iv
A. MENOPAUSE ................................................................................................................................. 1
1. DEFINISI MENOPAUSE ............................................................................................................... 1
2. FISIOLOGI MENOPAUSE ............................................................................................................. 5
3. ARTIFISIAL MENOPAUSE ............................................................................................................ 6
4. DIAGNOSIS ................................................................................................................................. 8
5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ............................................................................................... 10
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ............................................................................................... 11
7. BATASAN USIA MENOPAUSE .................................................................................................... 11
8. JENIS – JENIS MENOPAUSE ....................................................................................................... 12
9. TANDA DAN GEJALA MASA MENOPAUSE .................................................................................. 13
10. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENOPAUSE ....................................................................... 15
11. PERUBAHAN PADA SAAT MENOPAUSE ................................................................................... 18
12. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI USIA MENOPAUSE ................................................. 30
B. KONSEP SENAM........................................................................................................................... 35
1. PENGERTIAN ............................................................................................................................ 35
2. SEJARAH SENAM ...................................................................................................................... 36
3. CIRI – CIRI SENAM .................................................................................................................... 37
4. KOMPONEN SENAM ................................................................................................................ 37
5. MANFAAT SENAM .................................................................................................................... 38
6. PRINSIP SENAM ........................................................................................................................ 39
7. DOSIS LATIHAN SENAM ........................................................................................................... 39

C. MANFAAT SENAM UNTUK WANITA MENOPAUSE ........................................................................ 40


1. PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP WANITA MENOPAUSE .................................................. 40
2. PENGARUH SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP PENGURANGAN KELUHAN SOMATIK .. 47
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 48

iv
A. MENOPAUSE

1. DEFINISI MENOPAUSE

Menopause adalah istilah dari bahasa Yunani yang diambil dari

kata menos, yang berarti “bulan” dan pause yang berarti “berhenti”,

secara keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus

datang bulan. Dalam pengertian sehari-hari, kata menopause lebih

merujuk pada proses daripada momen khusus dalam siklus

menstruasi. Secara medis menopause mengacu pada satu momen

khusus yaitu tanggal menstruasi terakhir (Rosenthal, 2009). Menurut

World Health Organization (WHO) menopause di artikan sebagai

tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut yang

diakibatkan ovarium secara progresif telah gagal dalam

memproduksi hormon estrogen, folikel dalam ovarium menagalami

penurunan aktivitas yang dapat menyebabkan menstruasi berhenti

sehingga wanita tidak mengalami menstruasi selamanya. Menopause

merupakan berakhirnya masa subur atau masa reproduksi wanita

dan dapat diartikan sebagai masa berakhirnya seorang wanita

mendapatkan menstruasi bulannya. Menurut ilmu kedokteran

seseorang dikatakan menopause apabila tidak mendapatkan

perdarahan selama 12 bulan (Krishna, 2015). Menopause merupakan

hal yang normal terjadi pada wanita, menstruasi berhenti karena

1
secara fisologis ovarium tidak lagi memberikan respon terhadap

sinyal hormon di dalam tubuh (Hermanto, 2006).

Berdasarkan data WHO tahun 2010 jumlah wanita menopause di

Asia pada tahun 2025 akan mencapai 373 juta jiwa. Di Indonesia

menurut Depkes tahun 2020 wanita menopause dengan usia rta-rata

49 tahun sebanyak 30,0 juta (Marethiafani,F dan Moetmainnah dan

Tyas, 2013). Sindrom menopause berdampak pada penurunan

kualitas hidup perempuan menopause. Diperlukan dukungan sosial,

kepercayaan diri dan sikap positif terhadap keluhan yang dialami

perempuan menopause sehingga dapat menerima menopause

sebagai karunia karena bersifat normal bagi seorang perempuan

(Astari, Tarawan dan Sekarwana, 2014). Keluhan menopause

terbanyak yang dirasakan adalah nyeri pada persendian dan otot

(76,7%), gangguan seksual (75,1 %), gangguan tidur (72,7%),

kelelahan fisik dan mental (72,2%), gangguan berkemih (64,8%),

keluhan vagina kering (57,8%), keluhan vasomotor (51,5%), iritabel

(30,2%), gangguan kardiovaskular (26,3%), dan depresi (22,0%),

(Kurniawan, 2013).

Menopause menyebabkan > 80 % wanita mengalami keluhan

fisik dan psikologis dengan berbagai tekanan dan gangguan

penurunan kualitas hidup (Esposito et al., 2007). Wanita menopause

dengan usia rata-rata 58,7 tahun diperoleh 82,7% mengalami

2
gangguan kualitas hidup yang disebabkan antara lain fungsi fisik,

peran fisik, vitalitas dan nyeri badan (Jones and Sutton, 2008).

Menurut (Krajewska et al., 2007) kondisi menopause wanita

berdampak pada kualitas hidup. Wanita yang memasuki masa

menopause sebesar 58,3% mengalami gangguan fisik dan psikologis

(Villaverde-Gutierrez et al., 2006). (Fallahzadeh, 2010) melakukan

penelitian di Iran mengemukakan bahwa pada masa menopause

sekitar 55% wanita mengalami masalah fisik, psikologis dan

psikomotor yang berdampak negatif pada kualitas hidup.

Pengukuran kualitas hidup penting bagi wanita yang sudah

memasuki masa menopause, agar dapat diupayakan tindakan

peningkatan kualitas hidup.

Sebuah studi menemukan bahwa keluhan dan gejala yang sering

diderita wanita Asia adalah masalah tulang dan persendian

(somatovegetatif). 96% wanita vietnam dan 76% wanita korea

mengalaminya. Adapun wanita Indonesia hanya 5% yang mengalami

gejala hotflush sedangkan 93% mengalami keluhan dan gejala

tulang dan persendian (Marethiafani,F dan Moetmainnah dan Tyas,

2013). Gejala somatik dan gejala vasomotor juga lebih sering dialami

oleh perempuanyang tidak bekerja daripada perempuan yang

bekerja. Hal ini karena perempuan yang bekerja mungkin cenderung

3
lebih menjaga diri dan mengubah diet mereka dan rutin berolahraga

( Orguloet al, 2011.; Mathews & Bromberger, 1994).

Aktivitas fisik (olahraga) pada wanita menopause memberikan

dampak positif terhadap kualitas hidup mereka. Hasil sebelumnya

mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas fisik pada wanita

menopause memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup

(Elavsky S, 2009). Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan

adalah senam aerobik. Latihan fisik dengan senam aerobik durasi 30

menit selama 3 atau 4 kali akan memberikan efek positif terhadap

kualitas hidup (Martin, et al., 2009). Hal ini dikarenakan kualitas

hidup akan mempengaruhi kelangsungan hidup wanita itu sendiri

terkait dengan harapan hidupnya. Jika memiliki kualitas hidup yang

baik, maka akan memiliki harapan hidup yang baik pula (Glasier dan

Gebbie, 2006).

Setiap program latihan menghasilkan perbaikan yang signifikan

pada radius ultradistal. Meskipun kepatuhan terhadap latihan

kurang, densitas tulang tetap dapat dipertahankan. Semakin

bertambah latihan akan bertambah efektifitas dalam memelihara

kepadatan tulang pada wanita premenopause (Greenway, Jeff W.

Walkley and Peter A. Ric, 2015).

4
2. FISIOLOGI MENOPAUSE

Menopause secara alamiah terjadi karena adanya penurunan

aktivitas ovarium yang dalam hal ini diikuti dengan penurunan

terhadap produksi hormon reproduksi. Pada saat lahir, bayi

perempuan telah memiliki folikel-folikel yang berjumlah 1-2 juta

oosit. Folikelfolikel ini mengalami proses pematangan dan bekerja

untuk menghasilkan sel telur pada saat memasuki usia pubertas yang

ditandai dengan proses menstruasi. Seiring dengan hal tersebut,

granulose secara otomatis dapat menghasilkan estrogen yang

merupakan salah satu hormon reproduksi perempuan. Dalam hal ini,

estrogen tadi akan bekerja memaksa folikel untuk mengeluarkan sel

telur, keluarnya sel tersebut dari corpus luteum ini akan menjadi

sebab meningkatnya reproduksi estrogen dan progesteron pada

tubuh. Progesteron sendiri merupakan hormon yang berfungsi untuk

menyiapkan tempat pembuahan dengan cara kerja 46 menebalkan

dinding endometrium. Kemungkinan, pada setiap bulannya sel telur

yang tidak jadi dibuahi, akan membuat dinding endometrium yang

menebal menjadi luruh. Kejadian luruhnya dinding endometrium

dibuktikan dengan keluarnya darah melalui lubang vagina dan inilah

yang disebut sebagai menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi produktif,

maka folikel yang dihasilkan pun juga berkurang dari satu sampai

dua juta oosit berkurang menjadi 300.000 sampai dengan 500.000.

5
Penurunan jumlah folikel ini akan terus berlanjut yang akan

menyebabkan penurunan terhadap rangsangan produksi hormon

estrogen dan progesteron. Kondisi ini semakin lama akan mencapai

titik pada masa kilmakterium dengan keadaan menopause yang

ditandai dengan folikel-folikel ovarium mengalami atresia yang

berakibat pada terhentinya siklus haid (Nirmala, 2003).

3. ARTIFISIAL MENOPAUSE

Artifisial menopause bisa dikarenakan adanya proses

pembedahan diantaranya histerektomi atau operasi rahim dan

pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy bilateral). Selain

itu, artifisial menopause juga disebabkan karena kondisi medis.

Dalam hal ini artifisial yang disebabkan oleh proses pembedahan

6
sering kali disingkat dengan istilah TAHA/BSO. Apabila rahim

kemudian diangkat dan dinding telur tetap dipertahankan

keberadaannya, maka yang terjadi adalah masa haid akan berhenti,

namun gejala menopause tetap berlangsung ketika perempuan

tersebut telah mencapai usia menopause secara alami. Jadi sama

artinya dengan perempuan tersebut akan tetap mengeluhkan rasa

ketidaknyamanannya, seperti apa yang dirasakan oleh perempuan

menopause pada umumnya—yaitu kering berlebihan, rasa panas

ditubuh, dan kesulitan tidur pada saat usianya mencapai masa

klimakterium atau pada kisaran usia 40 tahun ke atas. Keluhan-

keluhan itu sangat umum terjadi pada perempuan menopause

mengingat hormon yang diproduksipun mengalami penurunan yang

signifikan. Penderita kanker, biasanya akan mengalami masa

menopause lebih awal, secara sementara maupun permanen. Obat-

obatan anti kanker akan sangat berpengaruh bagi produksi hormon

yang diproduksi oleh indung telur.

Tidak hanya sebatas itu saja, melainkan juga perilaku yang

dibarengi dengan kebiasaan mengonsumsi obat-obatan anti

hipertensi, reumatik, dan jantung, yang akan sangat mungkin dapat

mempercepat datangnya masa 47 menopause pada seorang

perempuan. Obat-obatan ini diduga kuat akan memberikan efek

7
samping yang negatif, karena dapat memberikan penekanan

terhadap produksi hormonhormon reproduksi (Nirmala, 2003).

4. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan usia, yaitu usia antara 40-

65 tahun. Setelah itu perlu ditanyakan pola haid pada wanita

tersebut untuk mengetahui apakah wanita tersebut berada pada usia

premenopause, perimenopause menopause, atau pascamenopause.

Kemudian tanyakan keluhan yang muncul. Keluhan yang paling

pertama dirasakan adalah keluhan vasomotorik. Keluhan ini dapat

muncul premenopause, perimenopause, menopause, atau

pascamenopause. Berat ringannya keluhan berbeda-beda pada

setiap wanita. Keluhan vasomotorik tampil berupa semburan panas

(hot flushes) yang dirasakan mulai dari bagian dada menjalar ke

leher dan kepala. Kulit didaerah-daerah tersebut terlihat kemerahan.

Segera setelah timbul semburan panas daerah yang terkena

semburan tersebut mengeluarkan banyak keringat. Pasien mengeluh

jantung berdebar-debar, sakit kepala dan perasaan kurang nyaman.

Pasien ingin selalu berada ditempat dingin. Frekuensi kemunculan

semburan panas perharinya sangat berbeda. Sebanyak 70% wanita

mengalami semburan panas satu tahun setelah menopause dan 5

tahun setelah menopause hanya 25% yang mengalaminya. Pada

8
wanita dengan menopause prekoks, kejadian semburan panas cukup

tinggi, yaitu 70-90%.

Semburan panas akan diperberat dengan adanya stress, alkohol,

kopi, makanan dan minuman panas. Semburan panas dapat juga

terjadi akibat reaksi alergi dan pada keadaan hipotiroid. Selain itu,

obat-obat tertentu seperti insulin, niasin, nifedipine dan antiestrogen

dapat juga menyebabkan semburan panas.

Keluhan lain adalah keluhan psikologik berupa perasaan takut,

gelisah, mudah tersinggung, lekas marah, sulit berkonsentrasi,

perubahan perilaku, depresi dan gangguan libido. Pada sistem

urogenital muncul keluhan nyeri senggama, vagina kering, keputihan

dan infeksi. Kulit menjadi kering dan menipis, gatal, keriput. Muncul

keluhan oral discomfort, berupa mulut kering yang persisten dan rasa

terbakar atau panas. Dalam jangka panjang dampak kekurangan

estrogen adalah meningkatnya kejadian osteoporosis, demensia,

penyakit jantung koroner, stroke dan kanker usus besar.

Perlu ditekankan bahwa banyak wanita yang memasuki usia

menopause tidak mengalami keluhan apapun. Meskipun mereka

mengalami keluhan, dampak jangka panjang dari kekurangan

estrogen adalah timbulnya osteoporosis yang meningkatkan kejadian

patah tulang, penyakit jantung koroner, demensia, stroke dan kanker

usus besar.

9
5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan hormon FSH, LH dan estradiol tidaklah mutlak. Dari usia

dan keluhan yang muncul, diagnosis sudah dapat ditegakkan. Bila

pasien tidak mendapat haid dalam > 6 bulan, maka pada umumnya

kadar FSH dan LH tinggi, sedangkan kadar estrdiol sudah rendah.

Nalisis hormonal baru dilakukan bila keluhan yang muncul belum

tentu akibat kekurangan estrogen. Pada usia pra dan

perimenopause, hormon yang diperiksa adalah FSH, LH dan

estradiol. Tidak jarang pada keadaan seperti ini ditemukan FSH, LH

dan estradiol tinggi, namun pasien telah ada keluhan. Keluhan

vasomotorik sering ditemukan pada keadaan estrogen tinggi.

Meskipun kadar estrogen tinggi, pengobatan tetap diberikan karena

pasien telah memiliki keluhan. Pada keadaan seperti ini dianjurkan

pemeriksaan T3,T4 dan TSH karena baik hipertiroid maupun

hipotiroid dapat menimbulkan keluhan yang menyrupai kelhan

klimakterik. Bila ternyata kadar T3,T4 dan TSH normal, maka

kemungkinan besar terjadi fluktuasi estradiol dalam darah. Pada

wanita seperti itu dapat dicoba pemberian terapi sulih hormon untuk

satu bulan dulu dan kemudian dihentikan. Kemudian tanyakan

kepada pasien, apakah keluhan sudah hilang atau belum. Pada

wanita pascamenopause atau menopause prekoks cukup diperiksa

10
kadar FSH dan Estradiol (E2) darah dan FSH biasanya > 35 mIU/ml

dan kadar estradiol sudah berada <30 pg/ml.

6. PENYEBAB MENOPAUSE

Siklus menstruasi dikontrol dua hormon yang di produksi di

kelenjar hipofisis yang ada di otak (FSH dan LH) dan dua hormon

yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen dan progesterone). Saat

menjelang menopause FSH dan LH akan terus diproduksi oleh

kelenjar hipofisis secara normal. Tetapi, karena ovarium semakin tua

tidak dapat merespons FSH dan LH sebagaimana yang seharusnya,

sehingga menyebabkan estrogen dan progesterone yang di produksi

semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak

dapat menghasilkan hormon estrogen dan progesterone dalam

jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi

(Brown, P & Spencer, R. F, 2007).

7. BATASAN USIA MENOPAUSE

Usia menopause setiap wanita bervariasi, dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor keturunan, apabila ibu kandung

mengalami menopause di usia 40 tahun kemungkinan si anak juga

akan mengalami menopause di usia tersebut (Mulyani, 2013).

11
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara alami yang

terjadi pada wanita antara 45-55 tahun (Chaturvedi, 2016).

Pendapat lain mengatakan, usia menopause biasanya berkisar antara

45-55 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun disebut

menopause premature, sedangkan menopause yang terjadi pada

usia 45 tahun disebut menopause dini (Krishna, 2013).

8. JENIS – JENIS MENOPAUSE

Menopause pada wanita terbagi menjadi 3 jenis, diantaranya :

a. Menopause Premature

Menopause premature terjadi pada usia dibawah 40 tahun

ditandai dengan terjadinya penghentian masa menstruasi

sebelum tepat pada waktunya, disertai dengan tanda hot flushes

serta peningkatan kadar hormon gonadotropin.

b. Menopause Normal

Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40

tahun atau diawal 50 tahun.

12
c. Menopause Terlambat Usia

Menopause pada umumnya adalah 52 tahun. Seorang wanita

yang masih memiliki siklus menstruasi pada usia 52 tahun

diakibatkan karena adanya faktor konstitusional, fibromioma uteri

dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan

karsinoma endometrium sering disebut dengan menopause

terlambat (Mulyani, 2013).

9. TANDA DAN GEJALA MASA MENOPAUSE

Secara medis, masa menopause di tandai dengan

menurunnya kadar estrogen yang mengakibatkan jadwal menstruasi

menjadi kacau, semburan rasa panas, dan rasa kering pada vagina.

Tanda dan gejala lain dapat diakibatkan karena meningkatnya kadar

13
follicle stimulating hormon (FSH, hormon perangsang folikel)

sehingga terjadi perubahan pada emosional seperti mudah

tersinggung, rasa sedih, dan suasana hati berubah-ubah 16

(Rosenthal, 2009). Menurut Brown mengidentifikasikan tanda dan

gejala menopause dalam 3 gejala yaitu, gejala fisik, psikologis, dan

seksual. Gejala fisiknya seperti hot flushes/rasa panas (pada wajah,

leher, dan dada yang berlangsung selama beberapa menit;

merasakan pusing, lemah, sakit), berkeringat di malam hari,

berdebar-debar (detak jantung meningkat/mengencang), susah

tidur, keinginan buang air kecil menjadi lebih sering, tidak nyaman

ketika buang air kecil, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang

air kecil (inkontinensia).

Gejala psikologis yang dirasakan seperti mudah tersinggung,

depresi, cemas, suasana hati (mood) yang tidak menentu, sering

lupa, susah berkonsentrasi. Sedangkan gejala seksual yang

dirasakan dapat berupa kekeringan vagina mengakibatkan rasa tidak

nyaman selama berhubungan seksual, dan menurunnya libido

(Brown P, 2007). Depresi atau stres menjadi salah satu tanda dan

gejala yang sering terjadi pada wanita menopause. Hal ini terkait

dengan adanya penurunan kadar hormon estrogen yang

berpengaruh terhadap neurotransmiter dalam otak sehingga

14
menimbulkan perasaan cemas yang merupakan penyebab terjadinya

depresi atau stres (Mulyani, 2013).

10. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENOPAUSE

Adapun faktor yang mempengaruhi menopause menurut Mulyani

(2013) sebagai berikut :

a. Faktor Psikis

Keadaan psikis sangat mempengaruhi terjadinya menopause

pada wanita, keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja

akan mempengaruhi perkembangan psikis. Menurut beberapa

penelitian, mereka akan mengalami 17 waktu menopause yang

lebih mudah atau cepat di bandingkan yang menikah dan tidak

bekerja atau bekerja dan tidak menikah.

b. Cemas

Seorang perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan

dalam hidupnya, maka bisa di perkirakan bahwa dirinya akan

mengalami menopause lebih dini. Sebaliknya, apabila seorang

wanita yang lebih santai dan rileks dalam menjalani hidup

biasanya masa-masa menopausenya akan lebih lambat.

c. Usia

Pada saat pertama haid (menarche) Wanita yang mendapatkan

menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami

15
menopause lebih dini, sedangkan wanita yang menstruasi lebih

dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usia

mencapai 50 tahun.

d. Usia Melahirkan

Menurut penelitian Beth Israel Deaconess Medcal Center in

Boston, ketika seorang wanita yang masih melahirkan diatas usia

40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau

lama. Hal ini disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan

memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan

memperlambat sistem penuaan tubuh.

e. Merokok

Menurut beberapa studi yang pernah dilakukan, wanita perokok

akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda

yaitu 43 hingga 50 tahun. Merokok akan mempengaruhi cara

tubuh dalam memproduksi atau membuang hormon estrogen.

Penelitian meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok

berpotensi membunuh sel telur. 18

f. Pemakaian Kontrasepsi

Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan

lebih lama atau tua memasuki masa menopause.

16
g. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan,

dan pendidikan. Apabila faktor tersebut baik, akan mengurangi

beban fisiologis dan psikologis.

h. Budaya dan Lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan dibuktikan sangat

mempengaruhi perempuan untuk dapat atau tidak bisa

menyesuaikan diri dengan fase klimakterium.

i. Diabetes

Diabetes merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat

menyebabkan menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi

yang terbentuk akan menyerang FSH.

j. Status Gizi

Konsumsi makanan yang sembarangan ataupun pola hidup yang

tidak sehat akan mempengaruhi menopause lebih awal.

k. Stres

Stres merupakan salah satu faktor yang menentukan kapan

wanita akan mengalami menopause. jika sering merasa stres

maka cenderung akan lebih cepat mengalami menopause.

17
11. PERUBAHAN PADA SAAT MENOPAUSE

a. Perubahan Organ Reproduksi

Saat berhentinya menstruasi mengakibatkan berbagai organ

reproduksi akan mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi di

produksi, sehingga berpengaruh terhadap komposisi hormon dalam

organ reproduksi. Adapun perubahan organ reproduksi pada wanita,

antara lain :

1) Tuba Fallopi

Saluran tuba mengalami penipisan dan mengkerut, lipatan tuba

menjadi lebih pendek, endosalpingo menipis mendatar dan silia

menghilang.

2) Uterus (Rahim)

Uterus mengecil disebabkan karena atrofi endometrium juga

disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat

interstisal.

3) Vagina

Terjadinya atrofi pada epitel vagina hingga hanya tinggal lapisan

sel basal, vagina menjadi kering, dan hal ini yang menyebabkan

rasa sakit ketika berhubungan seksual.

4) Serviks

Serviks (mulut rahim) mengkerut terselubung dinding vagina,

saluran memendek dan menyempit.

18
5) Dasar Panggul

Kekuatan serta elastisitas dasar panggul berkurang karena atrofi

dan lemahnya daya sokong.

6) Perenium dan Anus

Lemak subcutan menghilang, atrofi, dan otot sekitarnya

menghilang sehingga menyebabkan tonus spinkter melemah dan

menghilang.

7) Kelenjar Payudara

Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang,

sehingga payudara menjadi mengendor dan mendatar. Disaat

wanita memasuki menopause, turunnya kadar esterogen ini akan

menyebabkan bentuk payudara yang kurang menarik lagi.

19
8) Kandung Kencing Aktivitas kendali spinkter dandestrussor

menghilang sehingga menyebabkan sering kencing tanpa disadari

(Mulyani,2013).

b. Perubahan Fisik

1. Berat Badan Bertambah

Sebagian besar wanita mengalami pertambahan berat badan, hal ini

di duga ada hubungannya dengan gangguan pertukaran zat dasar

metabolik lemak dan turunnya kadar hormon estrogen dalam darah

menyebabkan lemak yang biasa digunakan untuk membentuk pantat

dan paha menjadi berkurang dan hilang. Akibatnya lemak akan

menumpuk di perut dan pinggul.

2. Perut Kembung

Wanita biasanya mengalami perut kembung sebelum periode

menstruasi disebabkan karena retensi gas dan cairan, dapat juga

disebabkan oleh terapi hormon pengganti atau yang disebut terapu

sulih hormon.

3. Mudah Lelah

Kondisi ini disebabkan karena berat badan yang berlebih atau karena

menopause itu sendiri. Lemas, pegal-pegal pada otot persendian,

dan kelelahan yang terjadi setelah makan merupakan kondisi terkait

dengan fluktasi hormon.

20
4. Insomnia dan Gangguan Tidur

Gejala menopause dapat menyebabkan stres pada tubuh, sehingga

dapat menyebabkan insomnia maupun gangguan tidur.

5. Kerontokan Rambut

Kondisi ini tidak hanya dialami oleh laki-laki karena pengaruh usia

dan stres tetapi juga dapat terjadi pada perempuan menopause.

6. Pusing

Kondisi ini bisa terjadi dari tekanan darah rendah, fluktuasi kadar

gula darah, dan hipoglikemia yang semuanya merupakan gejala

menopause.

7. Denyut Jantung Tidak Teratur

Kondisi ini terjadi sebelum atau selama masa menopause yang

disebabkan karena penurunan hormon sehingga mempengaruhi

sistem kardiovaskuler.

8. Inkontinensia Urin

Masalah dalam mengontrol kandung kemih bisa terjadi selama

menopause. Kadar hormon estrogen yang rendah menyebabkan

penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat

penurunan kontrol dari kandung kemih atau mudah terjadinya

kebocoran air seni akibat lemahnya otot di sekitar kandung kemih.

21
9. Perubahan Kulit

Perubahan kulit saat menopause dipengaruhi oleh hormon estrogen

yang berperan dalam menjaga elastisitas kulit. Ketika menstruasi

berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama

pada sekitar wajah, leher dan lengan kulit.

10. Alergi

Pada kondisi menopause tingkat sensitivitas akan meningkat sampai

pasca menopause. Biasanya ditandai kulit yang gatal, merah-merah,

ataupun berawarna biru.

11. Osteoporosis

Kondisi ini merupakan salah satu dampak yang paling merusak dari

menopause, tulang yang lemah atau rapuh lebih beresiko untuk

mengalami patah tulang kecil (small bonefractures) (Mulyani, 2013).

22
Menurut Renidayati (2011), kebanyakan penderita osteoporosis

adalah mereka yang kurang melakukan olahraga. Dalam hal ini, ada

keterkaitan yang signifikan antara aktivitas olahraga dengan kejadian

osteoporosis pada perempuan menopause. Latihan fisik atau

olahraga merupakan salah satu upaya terapi pengobatan

osteoporosis. Kegiatan olahraga sangat berguna untuk mengurangi

rasa sakit dan memperbaiki mobilitas. Perempuan menopause yang

secara fisik aktif, biasanya memiliki massa tulang yang bisa dikatakan

lebih tinggi ketimbang orang yang pasif atau tidak melakukan

olahraga. Aktivitas fisik yang meningkat akan berdampak pada

membesarnya massa tulang maksimum yang dicapai dan dapat

mengurangi jumlah tulang keropos. Perempuan menopause yang

melakukan aktivitas olahraga secara rutin dan teratur, diketahui

kepadatan tulangnya jauh lebih baik dari pada perempuan

menopause yang tidak melakukan aktivitas fisik. Pada intinya,

semakin sering 34 perempuan menopause melakukan aktivitas

olahraga, maka akan terhindar dari risiko terjadinya osteoporosis.

c. Perubahan Emosi

1) Perubahan Mood

Perubahan mood atau yang disebut mood swing merupakan suatu

kondisi yang umum terjadi pada wanita menopause seperti mudah

marah, cemas, tidak sabaran, dan depresi.

23
2) Munculnya Kecemasan

Kondisi ini dapat terjadi pada wanita menopause. Kecemasan

merupakan respon alamiah terhadap suatu hal yang akan atau sudah

dihadapi seperti khawatir, detak jantung yang cepat, berkeringat,

tremor otot, mual, ketegangan, dan ketakutan yang tidak beralasan

3) Kehilangan Kesenangan

Sebagian wanita mulai kehilangan kesenangannya ketika melakukan

kegiatan yang disukai. Kondisi ini seringkali memulai siklus kemarahan

dan depresi.

4) Stres

Kondisi ini disebabkan karena penurunan kadar hormon estrogen

sehingga menyebabkan turunnya neurotransmiter di dalam otak yang

akan mempengaruhi suasana hati seseorang.

5) Gangguan Panik

Gangguan panik (panic disorder) dapat menyebabkan ketakutan yang

intens, berkeringat, menangis, detak jantung yang semakin cepat, serta

perasaan sedih yang mendalam.

6) Gangguan atau Penyimpangan Memori

Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh

dapat terjadi baik jangka pendek (short term memory) maupun jangka

panjang (long term memory).

d. Perubahan Hormon

24
Hormon berperan dalam mengendalikan pertumbuhan,

perkembangan ciri-ciri seksual dan penyimpanan energi serta

mengendalikan volume cairan, kadar air, dan gula dalam darah. Hormon

mempunyai peranan penting bagi kesehatan tubuh terutama pada laki-laki

dan perempuan. Laki-laki yang kekurangan hormon testoteron dapat

berakibat terjadinya disfungsi ereksi, sedangkan pada wanita ketika ada

peningkatan sinyal hormon dari pituitari ke ovarium membantu dalam

produksi hormon progesterone dan estrogen yang dapat meningkatkan

terjadinya kehamilan, premenstrual syndrome (PMS) perimenopause

syndrome, siklus menstruasi yang kadang tidak teratur, dan lain

sebagainya. Kadar hormon akan berkurang seiring dengan pertambahan

usia. 21 Hormon estrogen terdiri dari tiga jenis yaitu estradiol, estron, dan

estriol. Estradiol, estron, dan estriol memiliki fungsi yang sama yaitu

menjaga kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan

vagina. Pada masa remaja, ketika sudah mengalami menstruasi dan

ovarium sudah aktif, produksi estradiol menjadi meningkat dua belas kali

lebih tinggi dibandingkan ketika masa kanak-kanak. Setelah wanita

mendekati masa menopause produksi estradiol mulai menurun dan pada

masa menopause akan berhenti. Selain itu, kadar hormon tiroid

berpengaruh pada kadar hormon estrogen dalam tubuh. Wanita yang

memiliki kadar hormon tiroid terlalu banyak maka metabolisme estrogen

akan semakin cepat sehingga terjadinya penurunan estrogen bebas dalam

25
sirkulasi darah. Sebaliknya jika seorang wanita memiliki kadar hormon tiroid

yang rendah, kadar estrogen dalam darah akan meningkat. Terlalu tinggi

atau terlalu rendah kadar hormon tiroid dapat berpengaruh pada penurunan

tingkat ovulasi. Keluhan yang dapat dialami ketika masa menopause dapat

diakibatkan oleh abnormal produksi hormon tiroid.

Perubahan hormon pada menopause tidak hanya hormon estrogen, tetapi

ada perubahan pada hormon progesteron namun hormon ini tidak

mempengaruhi langsung pada perubahan wanita. Produksi hormon

estrogen yang mengalami penurunan akan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada menstruasi menjadi jarang, sedikit, bahkan siklusnya

menjadi terganggu. Produksi hormon estrogen yang menurun akan

mempengaruhi langsung pada kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi

wanita.

26
1) Hormon Estrogen

Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel

ataupun organ tertentu. Hormon-hormon reproduksi dibuat di dalam

testis ovarium dan adrenal korteks—yang berguna dalam pembentukan

sperma maupun ovum, serta dapat membentuk sifat-sifat seks

sekunder. Anabolik merupakan sifat dari hormon-hormon reproduksi

yang disekresi oleh kelenjar adrenal, sama halnya dengan yang terjadi

pada glukokortikoid dan mineralokortikoid. Hormon reproduksi seperti

androgen dan estrogen berasal dari sel-sel zona retikularis dan

fasikulata yang juga berperan dalam pembentukan sifat-sifat seks

sekunder. Dalam hal ini, hormon reproduksi juga merupakan molekul

steroid derivat dari 11 kolesterol. Posisi hormon reproduksi itu sendiri

berada di sitoplasma, yang bergabung dengan protein reseptor spesifik.

Hormon reproduksi terikat secara kompetitif, sehingga dapat

membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks pengikatan hormon

reproduksireseptor berperan dalam mengatur pembentukan protein

dan enzim dari sistem reproduksi.

Pada fase selanjutnya, kompleks hormon reseptor-reseptor tersebut

masuk ke inti dan terikat pada kromatin yang merupakan reversibel

DNA yang kemudian dapat juga dijadikan bahan untuk membuat mRNA

pada sintesis protein atau enzim sistem reproduksi. Biasanya dalam

situasi tententu, hormon reproduksi berada dalam konsentrasi tinggi

27
maka hormon tersebut dapat bekerja secara langsung yakni melalui

aktivitas enzim-enzim yang ada di membran selsel target. Selain

hormon progesteron dan testosteron, hormon estrogen juga termasuk

ke dalam hormon reproduksi yang masuk dalam golongan hormon

steroid yang mana reseptornya terletak di dalam sitosol sebelum

pengikatan dengan hormon. Saat hormon steroid berkaitan ke reseptor

sitosoliknya, maka kompleks hormon reseptor mulai terbentuk dan

bergerak ke dalam nucleus. Pada bagian tersebut, reseptor dari

kompleks mulai berinteraksi dengan DNA atau protein pengikat DNA

yang berfungsi untuk merangsang transkripsi gen-gen spesifik (Cambell

and Reece, 2008). Hormon estrogen (C-18 ketosteroid) memiliki cincin

asam amino aromatik yang di dalamnya terdiri dari struktur estradiol

yang bersifat paling aktif dan struktur estron serta estriol yang bersifat

tidak aktif. Hormon estrogen dapat disintesiskan dalam testis, ovarium,

adrenal, plasenta, yang mana prekusornya berupa testosteron dan

androstenedion.

Estrogen utama yang terdapat pada urine berbentuk estriol. Fungsi

utama dari hormon estrogen adalah untuk merangsang proliferasi sel

dan pertanaman jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang

berkaitan dengan reproduksi. hormon ini dapat menyebabkan

timbulnya estrus, merangsang kontraksi pada uterus, merangsang

pelemasan symphysis pubis pada waktu partus, dan menggertak

28
pertanaman sistem saluran kelenjar ambing untuk proses laktogenesis

dan dapat pula menjadi pemicu percepatan osifikasi epifise tulang-

tulang tubuh. Susunan saraf pusat menjadi salah satu target lainnya

dari estrogen yang akan memodulasi sekresi LH dan FSH melalui sistem

hipotalamus-hipofisis (Johnson and Everit, 1988).

Apabila seseorang mengalami kekurangan hormon estrogen, maka

sudah dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan mengalami

beberapa gangguan pada organ tubuhnya. Gangguan tersebut dapat

berupa terjadinya penurunan aliran darah ke otak dan dapat

memengaruhi kinerja neurotransmitter yang ada di otak. Selain itu,

kekurangan hormon estrogen juga dapat menyebabkan terjadinya

infeksi pada kandung kemih. Dapat pula menjadi penyebab kisutnya

payudara. Pada organ lain, seperti tulang kekurangan hormon estrogen

29
serta dapat menghambat pembentukan dan penyerapan kalsium oleh

tulang. Maka dari itu, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan

terjadinya osteoporosis (Sulistiyawati dan Proverawati, 2010). Kondisi

hormon pada perempuan klimakterium yang telah memasuki masa tua

dengan umur menginjak 40 tahun. Pertambahan usia seorang

perempuan disertai dengan berkurangnya jumlah folikel dalam ovarium

yang secara otomatis dapat menurunkan kemampuannya dalam

merespons rangsangan hormon-hormon hipofisis, khususnya pada

hormon steroid. Pada saat dilahirkan, seorang perempuan memiliki

sekitar 750.000 folikel primordial, namun dalam proses kehidupannya

mengalami penurunan yang terjadi pada saat 13 perempuan memasuki

usia 40-44 tahun. Penurunan yang terjadi dapat mencapai 8300 buah.

Dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa penurunan folikel primordial

pada perempuan disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya proses ovulasi

pada setiap siklus (menstruasi setiap bulan) dan penyebab lainnya yaitu

adanya apoptosis (folikel primordial yang mati dan terhenti

pertanamannya). Proses seperti ini ternyata akan terus terjadi

sepanjang kehidupan perempuan hingga pada usia 50 tahun.

12. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI USIA

MENOPAUSE

Pada sebagian perempuan yang memasuki usia 50 tahunan

menjadi tua adalah momok yang menakutkan. Kekhawatiran seperti

30
ini bermula dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi yang demikian memang

tidak menyenangkan dan terasa menyakitkan. Padahal

kenyataannya, masa tua dan menopause merupakan tahapan yang

harus dijalani oleh seorang perempuan dalam tahapantahapan

kehidupannya. Seperti halnya dengan kehidupan-kehidupan yang

lain yaitu masa kanak-kanak dan masa produksi. Timbulnya

kekhawatiran yang berlebihan akan menjadikan perempuan jauh

lebih sulit untuk melewati masa menopause.

Usia menopause di antara perempuan berbeda-beda, hal ini

bergantung pada kondisi geografis, tingkat perkembangan suatu

negara, dan berbagai karakteristik biologi maupun perilaku populasi.

Usia menopause maternal dini, paritas, tingkat sosial rendah,

kebiasaan mengonsusmi alkohol, merokok, serta keadaan gizi yang

kurang terpenuhi ataupun akibat 50 dari beberapa penyakit, seperti

anemia dan tuberculosis, juga berpotensi untuk menghentikan haid

(menopause) jauh lebih dini. Namun sebaliknya, jika paritas tinggi,

maka akan menyebabkan perempuan mengalami menopause lebih

lambat dari biasanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Mujahidah Amrina Rosyada (2016), ada beberapa faktor yang

berhubungan dengan usia menopause, faktor tersebut seperti faktor

pendidikan, pekerjaan, pemakaian alat kontrasepsi, usia menars dan

31
usia menopause, serta jumlah anak dengan usia menopause. Dalam

penelitian tersebut menyebutkan bahwa menurut hasil uji statistik

rank spearman dijelaskan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna (p = 0,691) antara pendidikan dengan usia menopause.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2001) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan yang dicapai seorang

perempuan, maka pada saat memasuki masa klimakterium akan

lebih mudah baginya untuk menerima, karena dengan pendidikan

seseorang dapat berpikir secara rasional dan lebih terbuka terhadap

segala kemungkinan, ideide baru, dan perubahan tentunya.

Selain itu, pendidikan juga berpengaruh secara tidak langsung

melalui peningkatan status sosial, kedudukan seorang perempuan,

peningkatan mereka terhadap kehidupan, peningkatan kemampuan

dalam membuat keputusan sendiri dan menyatakan pendapat. Masih

menurut penelitian Faisal (2016), perempuan yang berpendidikan

akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan karena

mereka telah menyadari sepenuhnya akan manfaat dari adanya

pelayanan kesehatan tersebut. Hasil uji statistik chi square diperoleh

nilai p = 0, 693 (lebih besar dari 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

usia menopause (Mujahidah Amrina Rosyada, 2016). Penjelasan

yang berbeda datang dari Rosmawar (2011) yang menyatakan

32
bahwa ada hubungan yang berarti antara pekerjaan dan usia

menopause seseorang dengan nilai p-value 0,001. Pekerjaan juga

merupakan sesuatu yang dikerjakan oleh setiap manusia setiap

harinya, di mana dalam hal ini pekerjaan dapat membuat si pekerja

merasa lelah, yang mana sebenarnya pekerjaan dapat membantu

mengendalikan berat badan, mengolah otot, dan juga memperkuat

tulang. Faktor lain yang berpengaruh terhadap usia menopause

adalah faktor jumlah anak. Faktor ini cukup signifikan dengan usia

menopause, yakni semakin sering seorang perempuan melahirkan,

maka semakin tua atau lama perempuan tersebut dalam memasuki

masa 51 menopause.

Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan

memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga

dapat memperlambat penuaan tubuh (Manuaba, 2005). Hal ini

berbeda dengan faktor pemakaian alat kontrasepsi yang tidak begitu

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap usia menopause. Namun

ada beberapa penelitian yang menemukan korelasi antara lamanya

penggunaan alat kontrasepsi terhadap usia menopause seperti

penelitian dari Masruroh yang menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause. Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal

cenderung mengalami keterlambatan menopause. Hal tersebut

33
dikarenakan cara kerja alat kontrasepsi yang menekan fungsi indung

telur, sehingga tidak dapat memproduksi sel telur

(http://ejournal.com). Usia menopause berhubungan dengan usia

menars. Semakin dini usia menars, maka dapat dipastikan semakin

lambat menopause dapat terjadi. Namun sebaliknya, apabila usia

menars semakin lambat maka semakin lebih cepat usia menopause

dapat terjadi. Dengan bertambahnya usia, kepekaan folikel untuk

matang atas pengaruh dari gonadotropin mulai mengalami

penurunan, sehingga semakin lama semakin sedikit estrogen yang

diproduksi, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan siklus haid.

Penurunan kadar estrogen yang terus-menerus terjadi dapat

menyebabkan berhentinya haid dan dalam fase ini perempuan telah

mengalami menopause (repository.uinjkt.ac.id).

34
B. KONSEP SENAM

1. PENGERTIAN

Senam menurut bahasa Yunani Kuno berasal dari kata

Gymnastics, gymnast berarti telanjang atau tidak memakai

pakaian.Sedangkan Gymnasium adalah tempat yang

dipergunakan untuk mengadakan latihan senam.Senam adalah

aktivitas fisik yang mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan

dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian

anggota tubuh dari komponen kemampuan motorkik seperti

kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan

ketepatan sehingga akan terbentuk rangkaian gerak yang

menarik.

Menurut Menke G.Frank dalam Encylopedia of Sport, as

Bannes and Company, New York, senam merupakan suatu

gerakan yang luas/banyak atau menyeluruh yang dapat

membangun atau membentuk otot-otot tubuh seperti

pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain sebagainya.

Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja,

disusun secara sistematik dan dilakukan secara sadar untuk

membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis

(Haryanto & El-Ibrahim, 2012).

35
2. SEJARAH SENAM

Sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman sebelum

masehi, baik di dunia barat, di dunia timur atau di timur tengah.

Perkembangan senam sangat erat kaitannya dengan

perkembangan pendidikan jasmani dan pendidikan pada

umumnya. Para ahli filsafat percaya tingkat kesegaran jasmani

masyarakat menurun maka tingkat pendidikannya akan

menurun. Sehingga, para pendidik harus lebih memperhatikan

pada peningkatan kesegaran jasmani nasional. Sejarah

perkembangan senam merupakan evolusi yang dipengaruhi oleh

tuntutan dan keadaan negara, pemerintah, kota, lembaga-

lembaga maupun kelompok dan individu/perorangan. Pada abad

Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga kesehatan dan

membuat pertumbuhan badan yang harmonis. Pada abad 19,

peraturan dalam senam mulai ditentukan dan dibuat untuk

dipertandingkan. Senam di Negara Indonesia sudah dikenal sejak

zaman penjajahan Belanda, dikenal dengan nama Gynastiek,

zaman Jepang dinamakan Taiso. Pemakaian istilah senam

bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti

kata sport. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap

sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu

cabang olahraga yang teratur.Pada awal permulaan abad ke-20,

36
senam telah menjadi rencana pendidikan di sekolah Amerika

berkat Dr.J.F.Williams, Dr.Dubly sorgen dan Thomas

D.Wood.(Haryanto & El-Ibrahim, 2012).

3. CIRI – CIRI SENAM

1) Gerakannya diciptakan dan dibuat secara sengaja

2) Gerakannya harus berguna untuk mencapai tujuan tertentu

(meningkatan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau

keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan

keindahan gerak, meningkatkan kesehatan)

3) Gerakannya selalu tersusun dan sistematis.

4. KOMPONEN SENAM

1) Kekuatan Otot

Kekuatan maksimal dari otot atau group otot dapat digunakan

selama kontraks

2) Ketahanan Fisik

Kemampuan otot atau group otot dapat digunakan melawan

kosistensi selama beberapa waktu

3) Ketahanan Otot Jantung

Kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru berguna

untuk memberikan oksigen pada kerja otot dan jarinan selama

melakukan latihan

37
4) Kelenturan

Kelenturan sangat berguna untuk menjaga kestabilan tubuh

melalui seluruh perputaran otot.

5) Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh berguna untuk proses berlangsungnya

metabolisme, dengan menggunakan tubuh untuk dapat bertahan

dalam latihan.

5. MANFAAT SENAM

1) Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani

yang baik

2) Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak

3) Membentuk sikap dan gerak

4) Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia

5) Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan,

keseimbangan, ketahanan, keluwesan, dan kecepatan).

6) Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberaniaan,

kepercayaan diri, kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).

7) Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya

bagi lansia.

8) Memupuk rasa taggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri

dan masyarakat (Maryam, 2008).

38
6. PRINSIP SENAM

1) Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)

2) Bersifat progresif (bertahap meningkat)

3) Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan

4) Lama latihan berlangsung 15-30 menit

5) Frekuensi latihan perminggu minimal 2-3 kali

7. DOSIS LATIHAN SENAM

1) Frekuensi Dilakukan tiga atau lima kali per minggu untuk

meningkatkan kebugaran jantug paru.

2) Intensitas American College Of Sports (ASCM) menganjurkan

latihan dengan intensitas 60- 90% dari denyut jantung maksimal.

Untuk pemula yang dianjurkan adalah 50- 60%.

3) Durasi latihan dapat dilakukan selama 15-60 menit dan

diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit untuk

mendapatlan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran jantung.

4) Untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang adekuat, jenis

latihan harus disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan

(Pratiwi, 2015).

39
C. MANFAAT SENAM UNTUK
WANITA MENOPAUSE

1. PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP

WANITA MENOPAUSE

Senam aerobic yang dilakukan dengan benar dapat

memberi manfaat bagi kebugaran jasmani. Kebugaran

sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa rasa lelah yang

berarti dan masih mempunyai cadangan energy untuk

keperluan mendadak. Kebugaran merupakan

pendukung utama penampilan dan prestasi, ditopang

oleh kerjasama system tubuh. Pengaruh seketika

disebut respon dan pengaruh jangka panjangn akibat

latihan teratur disebut adaptasi. Melakukan senam

aerobic secara rutin banyak memperoleh manfaat

antara lain: manfaat fisik (misalnya semakin lancar

peredaran darah), manfaat psikis (contoh terjadinya

penurunan stress), dan manfaat social yang membuat

seseorang lebih percaya diri dan dapat memperluas

jaringan komunikasi (Wahyuniati, 2011). Menurut

Sastrawinata dalam Wiknjosastro (2005) gejala-gejala

40
premenopause ada 3 gangguan yaitu keluhan

vasomotorik (hotflushes, keringat banyak, sakit kepala

dan berdebar-debar), keluhan psikis (mudah

tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang

dan susah tidur), keluhan somatik (gangguan

menstruasi dan kekeringan vagina). Terdapat pengaruh

senam aerobik low impact terhadap keluhan

vasomotorik.

a. Hotflushes dan keringat malam

Hotflushes adalah gelombang panas tubuh yang datang tiba-tiba,

akibat perubahan kadar estrogen pada tubuh bagian atas dan

muka. Serangan ini ditandai dengan munculnya kulit yang

memerah di sekitar muka, leher dan dada bagian atas, detak

jantung kencang, badan bagian atas berkeringat. Berlangsung

selama 30 detik sampai beberapa menit terutama pada malam

hari (Sastrawinata dalam Winkjosastro,2005). Hotflushes adalah

gejolak panas yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah

balik baik sistol maupun diastol. Rasa panas terjadi akibat

peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher

dan punggung (Proverawati dalam Umamah, 2016). Sebuah

penelitian pada wanita Spanyol menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan munculnya gejala menopause yang berat.

41
Indeks masa tubuh yang tinggi merupakan factor predisposisi

bagi seorang wanita untuk lebih sering mengalami hotflushes.

Pada fase premenopause wanita yang mengalami obesitas

memiliki kadar hormon estradiol dan inhibin B yang secara

signifikan lebih rendah dari pada wanita yang tidak mengalami

obesitas. Kadar FSH pada wanita obesitas secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami

obesitas. Namun pada fase akhir transisi menopause ekadar

estradiol lebih tinggi pada kelompok wanita yang obesitas

(Beckman et al., 2002). Hipotesisklinis yang telah diteima secara

luas adalah wanita dengan berat badan yang lebih rendah akan

mengalami hot flushes lebih sering dibandingkan dengan wanita

yang lebih gemuk (Marethiafani, Moetmainnah danTiyas, 2013).

Sering berkeringat akan terjadi seiring dengan munculnya gejala

hotflushkarena tubuh yang sangat terasa panas ataupun juga

jantung yang akan terasa berdetak kencang pada saat malam

hari. Gejala ini akan sering terjadi pada malam hari (Nugraha,

2011).

b. Sakit kepala

Sakit kepala disebabkan karena saraf pada pembuluh darah yang

menuju ke otak dan kepala mengalami vasodilatasi atau

vasokonstriksi. Perubahan bulanan dalam penimbunan air adalah

42
penyebab sakit kepala dan pandangan kabur. Pada waktu

menopause timbunan cairan disebabkan karena banyak

memproduksi aldosteron beberapa saat sebelum menstruasi

(Lestari, 2010). Rasa gelisah, takut, was-was, tidak tentram,

panik dan sebagainya merupakan kepala, berdebar-debar,

berkeringat bahkan gangguan fungsi seksual (Fristiana, 2009). c.

Berdebar-debar Gejala kardio vascular pada premenopause

meliputi denyut jantung dan nadi cepat, berdebar-debar, nyeri

dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah (Winjosastro, 2005).

Teori Jansen (2001) menyatakan bahwa setiap latihan yang

dilakukan akan terjadi ambang batas pada sistem kardiovaskular.

Dan bila latihan tersebut dilakukan berulang-ulang maka akan

muncul respon adaptasi kardiovaskular.

c. Keluhan Psikis

Hasil penelitian menunjukkan keluhan yang ditemukan sebelum

mengikuti senam terdapat 3 keluhan namun setelah mengikuti

senam menjadi 2 keluhan. Hasil analisa mempunyai nilai

signifikan p = 0,00. Senam aerobik low impact dapat mengurangi

gejala premenopause. Pada keluhan psikis ini terdiri dari variabel

mudah tersinggung, kelelahan, semangat berkurang dan susah

tidur, seperti terinci dibawah ini.

43
(1) Mudah tersinggung Ketegangan psikologis dapat

menimbulkan gejala pada fisik dan psikis termasuk menjadi

pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian, mudah cemas,

mudah marah dan depresi (Sri palupi dalam Listiana dan

Aryati, 2011). Hasil penelitian Akhmad, Handoyo,Setiono

tahun 2011 di Banyuman menunjukan ada pengaruh senam

aerobik low impact terhadap penyerapan oksigen yang

berimbang karena dapat meningkatkan endorfin yang

mempunyai efek relaksan sehingga gejala umum akibat

cemas pada premenopause. Rasa cemas menimbulkan

keluhan fisik berupa sakit dapat mengurangi kecemasan dan

kemarahan.

(2) Kelelahan dan semangat berkurang

Olah raga bila dilakukan secara rutin maka dapat

meningkatkan suasana hati dan mengatasi stres (Emilia dan

Freitag, 2010). Hasil penelitian Lystiana dan Aryati di

Kabupaten Pekalongan pada tahun 2011 menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara senam body language

dengan kecemasan wanita premenopause di Kabupaten

Pekalongan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kelenjar pituitary

menambah produk beta-endorfin, dan sebagai hasilnya

konsentrasi beta-endorfin naik di dalam darah yang dialirkan

44
juga ke otak, sehingga mengurangi nyeri, cemas, depresi dan

perasaan letih.

(3) Susah tidur

Beberapa pola umum gangguan tidur di antaranya: Susah

untuk tidur, terbangun tengah malam dan sulit untuk kembali

tidur, bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur

kembali dan gangguan tidur yang umum terjadi pada wanita

perimenopause adalah memanjangnya keterlambatan tidur

(saat mulai berbaring sampai benarbenar tidur). Normalnya

periode ini tidak lebih dari 10 menit. Dalam sebuah studi

dikatakan bahwa insomnia meningkat seiring bertambahnya

usia. Di usia paruh baya, kualitas tidur akan berubah secara

signifikan. Mengidentifikasi perilaku untuk meningkatkan

kualitas tidur sangat penting (Yustiana, 2014). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Zee (2011) Aerobic Exercise

Improves Self-Reported Sleep And Quality Of Life In Older

Adults With Insomnia menunjukkan bahwa latihan aerobic

adalah salah satu strategi paling mudah membantu orang

untuk mendapatkan tidur yang lebih baik. Kini banyak latihan

aerobik yang sudah dikenal oleh masyarakat. Mulai dari

menarik nafas pelan-pelan dan dalam, bernyanyi keras,

melakukan meditasi, melakukan pernapasan serta, jalan-jalan

45
santai dan lain sebagainya. Secara manfaat berolah raga

aerobic dapat memberikan beberapa manfaat untuk

kesehatan diantaranya membuat tidur menjadi lebih nyenyak,

hal ini dikarenakan latihana erobik dapat mengurangi tingkat

stress dengan gerakan terkontrol, peningkatan asupan

oksigen ke otak oleh peningkatan kerja kardio respirasi,

ditambah adanya hubungan sosialisasi yang membantu

mengurangi permasalahan psikologis saat mengikuti latihan

aerobic tersebut (Yustiana, 2014). Penelitian mengenai

pengaruh senam aerobic low impact terhadap kualitas tidur

wanita premenopause. Membuktikan adanya pengaruh

pemberian senam aerobic low impact terhadap kualitas tidur

wanita premenopause (Anna, 2014) Perubahan mood dan

masalah dengan konsentrasi dan daya ingat. Hormon ovarium

sangat berpengaruh karena rangsangan kimiawi perifer

secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan

kadar estrogen dan progesterone dapat mempengaruhi

neurotransmiter yang mempengaruhi mood, tidur, tingkah

laku dan kesadaran (Zulkarnaen, 2003).

46
2. PENGARUH SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP

PENGURANGAN KELUHAN SOMATIK

Keluhan somatik meliputi gangguan menstruasi dan

kekeringan vagina.

a. Gangguan menstruasi Intervalnya dapat memanjang (dikarenakan

tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang

tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum serta

rendahnya kadar progesteron) atau memendek (dikarenakan

memendeknya fase folikel sehingga siklus menstruasi akan

memendek dan sering), banyak (perdarahan biasanya lebih banyak

pada awal perimenopause yang disebabkan oleh siklusan ovulasi)

dan sedikit (beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau

2 hari sebelum menstruasi, biasanya diikuti dengan siklus menstruasi

yang pendek), bahkan mungkin akan melewatkan beberapa periode

menstruasi (Zulkarnaen, 2003).

b. Kekeringan Vagina Kekeringan vagina dapat disebabkan oleh

berkurangnya produksi estrogen selama perimenopause. Kekeringan

vagina dapat menyebabkan atropi urogenital dan perubahan dalam

kuantitas dan komposisi sekresi vagina sehingga terjadinya

perubahan dalam keinginan seksual, mudah terjadi iritasi (sakit

ketika coitus) dan infeksi (Zulkarnaen, 2003).

47
DAFTAR PUSTAKA

Anna Glasier, Ailsa Gebbie. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : EGC.
Astari, R.Y., Tarawan, V.M., Sekarwana, N. (2014) Hubungan antara
sindrom menopause dengan kualitas hidup perempuan menopause di
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung Indonesia. Bul. Penelit. Kesehat: 42, No.
3: 171-184.
Beckman, J., Creager, M. A., Libby, P. (2002). Diabetes And Atherosclerosis
Epidemiology Pathophysiology And Management. American Medical
Association. JAMA, 287(19), 2570–2581.
Cambell and Reece. 2008. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan:
Darmaning Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga
Elavsky, S. (2009) Physical activity, menopause, and quality of life: the role
of affect and self-worth across time. Menopause, 16(2): 265–271.
Esposito, K., Ciotola, M., Giugliano, F., Bisogni, C., Schisano, B., Autorino,
R., Cobellis, L., De Sio, M., Colacurci, N., Giugliano, D. (2007) Association
of body weight with sexual function in women. Int J Impot Res, 19 (4): 353-
57.
Fallahzadeh, H. (2010) Quality of life after the menopause in Iran: a
population study. Qual life Res, 19 (6):813-9.
Fox-Spencer R and Brown P. 2007. Menopause. Dialih bahasakan oleh
Surapsari J dan Koeswant A. Jakarta : Erlangga
Haryanto, Moh Nor El Ibrahim. Dr. Olahraga Mengenalkan Tehnik Senam
Dasar. Jakarta: Balai Pustaka. 2012.
Johnson, M.H., dan Everitt, B. J. 1988. Essential Reproduction. Third
Edition. London: Blackwell Science Publisher.
Jones, G.L. and Sutton, A. (2008) Quality of life in obese postmenopausal
women. Menopause Int, 14 (1): 26-32.
Kurniawan,. L,.A (2013) Keluhan Menopause dan Pasca Menopause,
Abstrak Penelitian Kesehatan seri 31. Universitas Diponegoro.
Krajewska, K., Krajewska-Kulak, E., Heineman, L., Adraniotis, J.,
Chadzopulu, A., Theodosopoyloy, E., Euframidu, E. N., Kruszewa, R.,

48
Szpakow, A., Jankowiak, B., Rolka, H., Klimaszewska, K., Kowalczuk, K.,
Kondzior, D., Baranowska, A. (2007) Comparative analysis of quality of life
women in menopause period in Poland, Greece and Belorussia using MRS
Scale. Preliminary report. Adv Med sci, 52 Suppl 1 140-3.
Manuaba, IB. 2005. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Archan.
Marethiafani, F, Moetmainnah, P dan Tiyas, A, M (2013). Sindroma
Perimenopause pada Akseptor Kontrasepsi progesterone, Kombinasi, dan
Non hormonal. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2
Tahun 2013.
Martin, C.K., Church, T.S., Thompson, A.M., Earnest, C.P., Blair, S.N. (2009)
Exercise dose and quality of life: results of a randomized controlled trial.
Arch Intern Med, 169 (3): 269–278.
Maryam, R. Ekasari, M. Rosidawati. Jubaedi, A. & Batubara I. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Mulyani S. 2013. Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita di Usia
Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nirmala. 2003. Hidup Sehat dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer
Nirmala.
Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika.
Renidayati, dkk. 2011. ―Faktor Resiko Terjadinya Osteoporosis pada Masa
Menopause‖. Ners Jurnal Keperawatan. Vol. 7. No. 2, hlm. 130.
Rosenthal, MS. 2009. Revolusi Terapi Hormon. B-First. Yogyakarta.
Rosmawar. 2012. ―Pengaruh Usia Menarche Dan Pekerjaan Terhadap
Terjadinya Menopause Di Desa Buloh Peudaya Kecamatan Padang Tiji
Kabupaten Pidie Tahun 2011‖. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah Vol.1, No.2,
hlm. 19.
Sulistiyawati dan Proverawati. 2010. Menopause dan Sindrom
Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulisetyawati, Dwi. 2011. ―Dampak Menopause Terhadap Konsep Diri
Wanita yang Mengalami Menopause di Kelurahan Trengguli Kecamatan
Jenawi Kabupaten Karanganyar‖. Jurnal Kesmadaska, Vol.2, No.1, hlm. 9.

49
Winknjosastro, H (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Villaverde-Gutierrez, C., Araujo, E., Cruz, F., Roa, J.M., Barbosa, W. and
Ruiz-Villaverde, G. (2006) Quality of life of rural menopausal women in
response to a customized exercise programme. J Adv Nurs, 54 (1): 11-9.
Yustiana, E (2014) Pengaruh Latihan Aerobic Walking On A Treadmill
Terhadap Insomnia Pada Wanita Premenopause Skripsi : Jurusan S1
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

50

You might also like