You are on page 1of 37

Makalah

FUNGSI ACTUATING DALAM ALQURAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah


PROF. DR. ABD. MUKTI, MA.

Tafsir Tematik Manajemen Pendidikan Islam

oleh:

AFIFAH NURUL KHOIROT NASUTION

PROGRAM DOKTORAL MANAJEMEN PENDIDKAN


ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas segala


limpahan Anugrah dan Rahmat yang diberikanNya sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan. Tidak lupa shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah
Muhammad saw. yang merupakan contoh tauladan dalam kehidupan manusia menuju
jalan yang diridhoi Allah SWT.

Dalam menyelesaikan tugas-tugas matakuliah Tafsir Tematik Manajemen


Pendidikan Islam pada program studi Manajemen Pendidikan Islam, maka dalam hal ini
penulis menulisakan makalah dengan judul Fungsi Actuating dalam al-Quran.

Dalam proses penulisan tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan banyak terimakasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari
masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk penulis dan untuk masyarakat luas.

Medan, November 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................2

C. Tujuan Masalah...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Actuating.......................................................................3

B. Actuating menurut Alquran.........................................................4

C. Prinsip- prinsip Actuating dalam Alquran................................24

D. Implementasi actuating dalam Manajemen Pendidikan.............27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................30

B. Saran............................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran berperan sebagai panduan bagi manusia untuk menjalankan peran
sebagai khalifah yang bertanggung jawab di muka bumi. Untuk memahami panduan
ini secara mendalam, diperlukan studi yang cermat terhadap Al-Quran. Hal ini
memungkinkan kaum Muslim untuk mengekstrak manfaat yang sebanyak-banyaknya
dari isi Al-Quran yang kompleks, yang mencakup masalah-masalah yang telah terjadi,
sedang berlangsung, atau yang mungkin akan terjadi di masa depan. Al-Quran
mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk asal-usul manusia dan berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh manusia, termasuk dalam konteks manajemen.
Manajemen adalah upaya penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
dalam konteks kehidupan keluarga, organisasi, masyarakat, dan negara. Pendidikan,
yang merupakan elemen kunci dalam kehidupan manusia, juga harus dikelola dengan
baik. Kualitas pendidikan adalah indikator penting kemajuan suatu bangsa atau
negara, dan ini juga berlaku dalam kerangka nilai-nilai Islam.
Ketika kita berbicara tentang manajemen, empat komponen penting yang perlu
diperhatikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Penting untuk diingat bahwa Al-Quran mencerminkan elemen-elemen ini dalam
beberapa ayatnya. Namun, perlu dicatat bahwa pemahaman manusia tentang Al-
Quran selalu bergantung pada akal manusia, dan apa pun yang bergantung pada akal
tidak selalu mutlak. Dalam konteks Al-Quran, konsep pelaksanaan ditemukan dalam
ditemukan dalam Surah Al-Insyirah ayat 7, yang memberikan panduan untuk tetap
bergerak maju, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan menjaga semangat produktif
setelah menyelesaikan suatu urusan atau tugas, sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen yang berkaitan.
Salah satu komponen yang akan kami bahas adalah "actuating," yang merupakan
bagian dari fungsi manajemen dan tahapan pelaksanaan. Actuating sering diartikan
sebagai upaya untuk menggerakkan atau menjalankan. Namun, dalam konteks
lembaga pendidikan, actuating dapat dijelaskan sebagai upaya untuk menggerakkan
dan memberikan bimbingan kepada sumber daya yang ada di lembaga tersebut,

1
termasuk sumber daya manusia. Ini melibatkan proses perencanaan sumber daya
manusia, rekrutmen, pendidikan, pelatihan, serta motivasi. Secara lebih mendalam,
dalam konteks manajemen pendidikan Islam, fungsi "actuating" difungsikan untuk
menjalankan program pendidikan Islam, memotivasi siswa, mengelola sumber daya,
dan memantau serta mengendalikan proses pendidikan agar mencapai tujuan akhir,
yaitu membentuk individu yang beriman, berakhlak baik, dan memiliki pengetahuan
agama yang kuat. Dalam makalah ini akan membahas konsep actuating dalam
perspektif Al-Quran dan menggambarkan implementasinya dalam konteks
pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa hakikat actuating?

2. Bagaimana actuating menurut Alquran?

3. Bagaimana prinsi-prinsip actuating dalam Alquran?

4. Bagaimana implementasi actuating dalam Manajemen Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
Sesuai rumusan masalah-masalah di atas penulis memiliki tujuan dalam
penyelesaian makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat actuating.
2. Untuk mengetahui bagaimana actuating dalam Alquran
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsi-prinsip actuating Alquran
4. Untuk mengetahui implementasi actuating dalam Manajemen Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Actuating

Wujud dari pelaksanaan suatu kegiatan sangat terlihat dari tampaknya kesatuan yang
utuh, kekompakan, kesetiakawanan, dan terciptanya mekanisme yang sehat, sehingga
kegiatan lancar, stabil dan mudah mencapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Secara umum actuating diartikan sebagai menggerakkan orang lain. Penggerakkan


pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang dapat berkerja untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Terry mendefinisikan actuating
(penggerakan) sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai
dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian.1

Actuating diartikan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak dapat
dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi ini adalah
directing, commanding, leading dan coordinating. Actuating juga dapat dikatakan
bagian yang sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ketiga fungsi
lain (planning, organizing dan controlling), Actuating di anggap sebagai intisari
manajemen karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang.

Dalam buku “Principles of Management”, penggerakan atau actuating ialah


mengajak semua anggota kelompok agar bekerja dan berusaha dengan keras untuk
mencapai tujuan dengan melakukan kebaikan serta memadukan pekerjaan dengan
perencanaan dan usaha-usaha dalam pengorganisasian dari pihak pimpinan.2

Sedangkan menurut Koontz dan O’Donnel mengartikan actuating dalam bentuk


pengarahan yang berarti hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan yang nyata. Pengarahan ini merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakan, mengatu segala

1
Didin Kurniadin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2013), hlm.287.
2
Sukarna, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Mandar Maju, 2011)., hlm. 84

3
kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan. Pengarahan ini
dapat dilakukan dengan cara persuasif atau bujukan dan instruktif, tergantung cara mana
yang paling efektif.4

Dalam proses menggerakkan atau mengarahkan inilah muncul motivasi untuk


memberikan pengertian dan kesadaran terhadap dasar dari pekerjaan yang mereka
lakukan, sehingga mereka bekerja dengan maksimal untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Memimpim berarti menciptakan suatu budaya dan nilai bersama,
mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan melalui organisasi dan memberikan
inspirasi agar karyawan berprestasi sebaik-baiknya. Memimpin juga membutuhkan
motivasi kepada seluruh departemen serta membutuhkan kemampuan
mengkomunikasikan sasaran dan ini merupakan kunci kesuksesan suatu lembaga atau
perusahaan.5

Dengan adanya pendapat dari beberapa sumber dalam manajemen tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa actuating merupakan bagian dari salah satu fungsi
manajemen yang diartikan sebuah usaha menjalankan atau menggerakkan. Actuating
pada lembaga pendidikan memiliki arti yaitu memobilisasi atau menyediakan arah ke
sumber daya. Menjalankan sumberdaya manusia dalam proses yang dioperasikan
dimulai dari Perencanaan, perekrutan, pelatihan pendidikan dan, serta motivasi yang
diberikan. Sementara dengan memindahkannya merupakan upaya cara memaksimalkan
penggunaan yang ada atau memindahkan bagian bagian organisasi untuk melaksanakan
semua kegiatan yang sudah direncanakan. Disamping pemimpin yang memiliki peran
terpenting dalam gerakan ini, secara luas dapat dinyatakan fungsi ketiga manajemen
juga merupakan kontrol puncak dalam pemimpin, dan ini adalah yang menyebabkan
pemimpin untuk memainkan peran dominan dalam fungsi ketiga yaitu actuating. Dalam
kata lain, pemimpin yang memulai untuk bergerak dan melaksanakan kegiatan
organisasi.
B. Actuating dalam Alquran
1. Surat Al-Insyirah Ayat 7
‫َفِاَذ ا َفَر ْغ َت َفاْنَص ْۙب‬

Artinya: “Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja
keras (untuk kebajikan yang lain).”(QS. Al-Insyirah [94] : 7) 3

3
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemah. Toha Putra.. Semarang: 2002

4
Arti Mufrodat
Maka apabila ‫َفِإَذ ا‬
Kamu telah selesai ‫َفَر ْغ َت‬
maka kerja keraslah kamu ‫َفٱنَص ْب‬

Kata " ‫( "َفٱنَص ْب‬fanṣab) dalam bahasa Arab berasal dari akar kata "‫( "نصب‬nasaba)
dan memiliki akar kata "‫ب‬-‫ص‬-‫( "ن‬n-ṣ-b) dan bentuk lampau (past tense) " ‫"َيْنِس ُب‬
(yansibu). Dalam bentuk perintah (fiil amar), ini menjadi " ‫( "َفْنَص ْب‬fanshab), yang
digunakan untuk memberikan perintah atau instruksi secara tegas untuk "memusatkan
perhatian," "berusaha dengan sungguh-sungguh," atau "fokus." Kata kerja " ‫"َنَص َب‬
(nasaba) dan bentuk-bentuknya dapat digunakan dalam berbagai konteks dalam
bahasa Arab dan sering kali digunakan dalam Al-Qur'an untuk memberikan petunjuk,
perintah, atau pesan kepada pembacanya. Dalam ayat-ayat Al-Qur'an seperti yang
telah dibahas sebelumnya, fiil ini digunakan untuk mengingatkan umat Islam tentang
pentingnya berfokus dan berusaha dengan tekad setelah menyelesaikan suatu tugas
atau ibadah. yang memiliki makna dasar "memusatkan perhatian," "berdiri tegak,"
atau "memfokuskan." Dalam konteks ayat 7 Surah Al-Insyirah, kata ini digunakan
untuk menggambarkan perintah untuk berusaha keras dan memusatkan perhatian
penuh setelah menyelesaikan suatu urusan atau ibadah. Ini mencerminkan pentingnya
tekad yang kuat dalam menjalani tugas atau ibadah berikutnya setelah menyelesaikan
yang pertama.
Dalam tafsir ringkas kementrian agama RI ayat ke 7 surah al-insyirah ditafsirkan
Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk
urusan yang lain. Bila engkau menyelesaikan suatu urusan dunia atau berdakwah,
bergegaslah bersimpuh di hadapan tuhanmu. Begitu engkau selesai beribadah,
bersungguh-sungguhlah dalam ber'doa. Demikian seterusnya.4
Menurut al-Jalalain Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuth, dalam
tafsir Jalalain (Maka apabila kamu telah selesai) dari salat (bersungguh-
sungguhlah kamu) di dalam berdoa.)
Ayat ini mengandung pesan kepada Nabi Muhammad SAW dan oleh ekstensi
kepada seluruh umat Islam. Ketika seseorang selesai menjalani tugas atau ibadah
tertentu (dalam konteks ini, ibadah salat), mereka diingatkan untuk tidak hanya

4
Tim Tafsir Depag RI, Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-qur’an tematik), Lajnah pentashihan Mushaf
Al-qu’an, Lentera, Jakarta: 2009

5
berhenti di situ, tetapi sebaliknya, mereka dianjurkan untuk terus berupaya dan
berdoa kepada Tuhan mereka. Dalam tafsir ini, " ‫( "َفِإَذ ا َفَر ْغ َت‬Maka apabila kamu
telah selesai) mengacu pada selesai dari salah satu tugas atau ibadah, dan
kemudian " ‫( "َفانَص ْب‬maka bersungguh-sungguhlah kamu) menunjukkan pentingnya
terus berupaya dan berdoa.
Tafsir ini mengajarkan pentingnya kontinuitas dalam beribadah dan berdoa
kepada Allah setelah menyelesaikan suatu tugas atau ibadah. Hal ini menekankan
bahwa ibadah dan hubungan dengan Allah seharusnya menjadi bagian penting dari
kehidupan sehari-hari, bukan hanya sesuatu yang dilakukan secara sporadis. Jadi,
setelah menyelesaikan salah satu kewajiban agama, seharusnya kita terus
berupaya dan berdoa kepada Allah, menjalani kehidupan dengan penuh
kesungguhan dalam ibadah dan pengabdian kepada-Nya
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah, kata ‫ َفَر ْغ َت‬terambil dari kata ‫َفَر ْغ َت‬
yang berarti kosong setelah sebelumnya penuh, baik secara material maupun
immaterial. Gelas yang tadinya penuh lalu diminum atau tumpah sehingga kosong
atau hati yang tadinya gundah dipenuhi oleh kerisauan kemudian menjadi tenang dan
plong, keduanya dapat digambarkan dengan kata tersebut. Seseorang yang telah
memenuhi waktunya dengan pekerjaan, kemudian ia menyelesaikan pekerjaan
tersebut, jarak waktu antara selesainya pekerjaan pertama dan dimulainya pekerjaan
selanjutnya dinamai "‫”فارغ‬. Kata ‫ فانصب‬terdiri dari rangkaian huruf "‫ "ف‬yang biasa
diterjemahkan maka, dan ‫ إنساب‬yang merupakan bentuk perintah dari kata nas}aba.
Kata " ‫ "َنَصَب‬ini pada mulanya berarti menegakkan sesuatu sehingga nyata dan mantap.
Dari kata ini juga dibentuk kata nashiib/nasib yang biasa dipahami sebagai bagian
tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata dan jelas dan atau tidak dapat
dielakkan. Upaya menegakkan itu biasanya dilakukan dengan sungguh-sungguh
sehingga dapat mengakibatkan keletihan dan dari sini kata itu digunakan juga dalam
arti letih.5
Firman Allah Ta‟ala, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” Maksudnya, jika engkau
telah selesai mengurus berbagai kepentingan dunia dan semua kesibukannya serta
telah memutus semua jaringannya, maka bersungguhsungguhlah untuk menjalankan
ibadah serta melangkahlah kepadanya dengan penuh semangat, dengan hati yang
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 420–421

6
kosong lagi tulus, serta niat karena Allah.6 Sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila
kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadahlah kepada Allah.
Apabila kamu telah selesai mengedepankan urusan dunia maka kerjakanlah urusan
akhirat dan ada lagi yang mengatakan apabila telah selesai mengerjakan shalat maka
berdo‟alah. 7
Dalam tafsir "‫ "في ِظ اَل ِل اْلُق ْر آن‬yang ditulis oleh Sayyid Qutb dijelaskan,
sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Karena itu, lakukan sebab-sebab
kemudahan itu. Apabila engkau telah selesai melakukan kesibukanmu dengan
manusia dan bumi (kehidupan duniawi), maka hadapkanlah hatimu secara total kepada
hal-hal yang harus engkau lakukan dengan serius dan sungguhsungguh. Yaitu,
beribadah, penyucian diri, menadahkan harapan, dan menghadap kepada
Ilahi.8Sehingga seorang muslim merupakan orang yang produktif baik dalam urusan
dunia maupun urusan akhirat. Sedangkan orang yang banyak santai dan
pengangguran, maka ia adalah orang yang tercela.9 Ayat ini memberi petunjuk bahwa
seseorang harus selalu memiliki kesibukan. Bila telah berakhir suatu pekerjaan, ia
harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain sehingga dengan ayat ini seorang
muslim tidak akan pernah menyianyiakan waktunya.
Menurut Ibnu Katsir dalam Firman Allah SWT pada ayat 7-8, Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam
Nasyrah: 7-8)
Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan
kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka
bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan
bersemangat. Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-
Nya dan berharap kepada-Nya.
Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadis yang telah disepakati
kesahihannya, yaitu yang mengatakan:
‫َال َص َالَة ِبَح ْض َرِة الَّطَع اِم َو َال َو ُهَو ُيَداِفُعُه اَألْخ َبَثاِن‬
Tiada salat di hadapan makanan, dan tiada salat pula sedangkan yang bersangkutan
menahan keinginan membuang kedua air (buang air kecil dan buang air besar). (HR.

6
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq AlSheikh, Tafsir Ibnu Katsir, 499
7
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir AlQur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1073
8
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an XII, 297
9
Syaikh ‟Abdullah al-Khayyath, Tafsir Juz ’Amma, 299.

7
Muslim No.560)10
Dan sabda Nabi ‫ َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬yang mengatakan:
‫ َو َال َتْع َج ُلوا َع ْن َع َش اِئُك ْم‬، ‫ِإَذ ا ُقِّد َم اْلَع َش اُء َفاْبَدُء وا ِبِه َقْبَل َأْن ُتَص ُّلوا َص َالَة اْلَم ْغ ِر ِب‬
Apabila salat diiqamahkan, sedangkan makan malam telah disediakan, maka
mulailah dengan menyantap makan malam dahulu. (HR. Bukhari no. 672 dan Muslim
no. 557) 11
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa apabila
kamu telah merampungkan urusan duniamu, lalu kamu berdiri untuk salat, maka
kerjakanlah salatmu dengan sungguh-sungguh dengan menghadap kepada Tuhanmu.
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Qatadah disebutkan pula bahwa apabila
berdiri untuk salat, maka berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk keperluanmu.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud, bahwa apabila engkau telah mengerjakan
salat-salat fardumu, maka kerjakanlah qiyamul lail dengan sungguh-sungguh. Dan
telah diriwayatkan dari Ibnu Iyad hal yang semisal dengan pendapat Ibnu Mas’ud.
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna
firman-Nya: kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8) Yakni sesudah
engkau selesaikan salatmu, sedangkan engkau masih dalam keadaan duduk.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (AlamNasyrah: 7) Yaitu
dalam berdoa.
Zaid ibnu Aslam dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai. (AlamNasyrah: 7) Maksudnya, dari
melakukan jihad. kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Alam
Nasyrah: 7) Yakni kerjakanlah ibadah dengan sungguh-sungguh. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 8) As-Sauri mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah jadikanlah niatmu dan harapanmu hanya tertuju
kepada Allah ‫ ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى‬semata.
Menurut Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam tafsir Juz
'Amma

10
Abu al-Husein, Shahih Muslim, Kairo: Dar al-Kutub, 1918
11
Abu ‘Abdullah ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Qahirah: Dar Ibn al- Hisyam, 2004, cet. ke-1

8
)8 ( ‫) َوِإَل ى َرِّبَك َف اْر َغ ْب‬7 ( ‫َف ِإَذ ا َف َر ْغ َت َف اْن َصْب‬
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap." Maknanya: Jika anda telah menyelaikan pekerjaan-pekerjaan anda, maka
mulailah pekerjaan lainnya, yakni: Berlelah-lelahlah untuk mengerjakan pekerjaan
lainnya, janganlah dunia menyia-nyiakanmu, oleh karenanya kehidupan manusia yang
menggunakan akalnya adalah kehidupan dengan kesungguhan. Setiap kali telah
menyelesaikan suatu amalan, ia memulai amalan yang lain, dan begitu seterusnya.
Karena waktu akan terus dilalui manusia saat ia sadar mau pun tidur, ia sibuk atau pun
kosong, waktu terus berjalan, tidak mungkin seorang pun menghentikan waktu, walau
pun semua makhluk berkumpul untuk menghentikan laju matahari, sehingga waktu
siang menjadi lebih lama, mereka semua tidak akan mampu. Waktu tidak mungkin
dihentikan oleh siapa pun.12
Ayat 7 dari Surat Al-Insyirah dalam konteks manajemen pendidikan Islam
memiliki relevansi yang kuat dengan cara pendidikan dan pengelolaan lembaga
pendidikan Islam dijalankan.
Pertama, ayat ini menggarisbawahi pendekatan holistik dalam pendidikan, yang
melampaui aspek akademis semata. Dalam manajemen pendidikan Islam, hal ini
mendorong untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan
akademis, tetapi juga nilai-nilai Islam dan pengembangan karakter yang baik.
Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya mengarahkan pada tindakan lanjutan
setelah menyelesaikan suatu urusan. Dalam manajemen pendidikan Islam, ini
mencerminkan pentingnya perencanaan untuk langkah selanjutnya setelah mencapai
tujuan pendidikan tertentu, seperti meningkatkan kualitas pendidikan,
mengembangkan kurikulum yang relevan, dan memastikan berkelanjutan dalam usaha
peningkatan.
Ketiga, ayat ini menekankan semangat dan kesungguhan dalam menjalani urusan
yang lain. Dalam manajemen pendidikan Islam, hal ini diterjemahkan sebagai
dorongan kepada guru dan pendidik untuk mengajar dengan semangat dan
kesungguhan, serta upaya untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi dan
menanamkan nilai-nilai Islam dengan penuh semangat.
Keempat, ayat ini mengingatkan pentingnya penggunaan waktu dan sumber daya
12
Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. (2008). Tafsir Juz ‘Amma. Solo: At-Tibyan

9
dengan efisien dalam manajemen pendidikan Islam. Ini termasuk penggunaan bijak
sumber daya seperti anggaran, fasilitas, dan waktu agar mencapai tujuan pendidikan.
Kelima, ayat ini menekankan bahwa setiap kesulitan akan diikuti oleh kemudahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, ini menggarisbawahi keberlanjutan dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan meskipun menghadapi tantangan dan kesulitan.
Dengan sungguh-sungguh, tujuan pendidikan berkualitas tinggi dan berkelanjutan
dalam konteks Islam dapat tercapai. Dengan demikian, ayat ini memberikan arahan
penting dalam manajemen pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan yang
holistik dan berkelanjutan.
Asbab Nuzul Surah al-Insyirah terdiri atas 8 ayat. Nama lain dari surah ini adalah
“Asy Syarh”.Kata alam nasyrah yang berate “Bukankah Kami telah melapangkan”,
yang diambil dari ayat pertama.13 Ulama sepakat menyatakan bahwa ayat-ayat surah
ini kesemuanya turun sebelum nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Surah ini
dinamai surah Asy-Syarh, ada juga yang menamainya Alam Nasyrah atau surah al-
Insyirah. Kesemua nama tersebut merujuk ke ayat pertamanya.14
Tentang surah ini ada ulama yang menyebutkan turun di Makkah, termasuk surah
Makkiyah, surah ini turun sesudah Al-Dhuha dan dirangkai bahwa Al-Dhuha dan Al-
Insyirah termasuk dalam satu surah karena adanya munasabah (kaitan). Yaitu kaitan
menghitung nikmat yang terdapat dalam surah Ad-Dhuha. Al-Zamakhsyari dan Al-
Qurthubi tidak mengisyaratkan tentang masalah beriringannya kedua surah itu.
Sedangkan menurut Abduh surah ini Makkiyah. Sebagian mufasir berpendapat
bahwa surah itu Madaniyah. Al-Biqa’i mengatakan bahwa surah ini Madaniyah
berdasarkan pemahaman dari ketetapan “kelapangan dada” dan sesudahnya. Riwayat
lain mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah menyampaikan sebuah hadis ketika
beliau memohon sesuatu dari Allah swt, kemudian beliau menyesal dan berangan-
angan (alangkah baiknya) sekiranya tidak memohon itu kepadaNya. Permohonan
beliau itu berkaitan dengan sebagian dari pada yang telah Allah berikan kepada para
Nabi yang terdahulu.15
Ayat-ayat dalam Surah Al-Insyirah termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkamat.
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki makna yang jelas, tegas, dan

13
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Vol.15, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), h. 403.
14
Ibid., h. 405.
15
Aisyah Abdurahman, Tafsir Bintusy Syathi‟, terj. Mudzakir Abdussalam (Bandung: Mizan, 1996), h. 98.

10
tidak meragukan. Mereka adalah dasar dari hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam
yang utama.
Menurut Imam Suyuthi ayat ke-1 sampai dengan ayat ke-8 dari surat al-Insyirah
diturunkan ketika orang-orang musyrik menghina dan memperolokkan kekafiran dan
kemiskinan kaum muslimin. Kerena itu, surat ini diturunkan sebagai tasliyah
(penghibur hati) bagi Rasulullah SAW, dan pengikutnya.16
Surat ini menerangkan bahwa Allah telah menyiapkan Muhammad untuk menjadi
Rasul pembawa risalah. Karenanya Allah mencurahkan nikmat-Nya yang berlipat
ganda kepada Muhammad, Allah melapangkan dada Muhammad hingga sanggup
memikul beban yang berat.
Segala penderitaan yang dialami muhammad, akan berakhir dengan kemenangan
dan kelapangan. Allah menyuruh Muhammad supaya segera menunaikan tugasnya,
yaitu mengajarnya beribadah menyembah Allah.17
Tema utamanya adalah penenangan hati nabi Muhammad saw menyangkut masa
lalu dan masa datang beliau serta tuntunan untuk berusaha sekuat tenaga dengan penuh
optimisme. Menurut al-Biqa‟i, tujuan utama surah ini adalah perincian apa yang
diuraikan pada akhir surah yang lalu- surah adh-Dhuha yang menyangkut nikmat
Allah swt, serta penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan perintah fa haddits
(sampaikan) yakni nikmat Allah swt. Maksudnya masih menurut al-Biqa‟i adalah
mensyukurinya dengan berusaha sekuat tenaga beribadah kepada Allah swt,
mengharap limpahan karunia dan keagungan rahmat-Nya. Ini semua diisyaratkan oleh
nama surah ini, yakni Asy-Syarh (kelapangan dada). 18
Sedangkan menurut riwayat Ibnu Jarir, asbabun nuzul surat ini berkaitan dengan
perjalanan dakwah Nabi Muhammad di Mekah. Di mana kafir Quraisy selalu
menghadang dakwah-dakwah nabi. Mereka mengejek bahwa pengikut nabi adalah
orang-orang yang strata sosialnya rendah. Pada waktu Rasulullah SAW berada di
Mekah, beliau acap kali mengahadapi berbagai macam rintangan dan halangan dari
kafir Quraisy. Surat al Insyirah diwahyukan kepada Rasullulah sebagai bentuk
motivasi Allah agar beliau senantiasa menguatkan niatnya dalam berdakwah di tengah

16
A. Mudjab Mahalli, Asbabun Nuzul studi pendalaman Al-Qur‟an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 921
17
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Bayan Tafsir Penjelas al-Qur‟anul Karim, (Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 1561.
18
Ibid., h. 405.

11
teror yang terus berkelindan setiap saat. Kemudian sering berjalannya waktu, nabi
meraih kemenangan dan kemudahaan dalam menjalankan misi dakwahnya.
Dalam Surat al-Insyirah menegaskan tentang pertolongan pertolongan Allah kepada
Nabi Muhammad. Pada surat ini juga ditegaskan kalau beliau telah diberikan jiwa
yang bersih dan sikap legowo (lapang dada) yang besar, sehingga Rasulullah mampu
mengontrol ego dan emosinya saat menghadapi arogansi dan kebodohan kafir Quraisy
yang menolak kebenaran ajaran Islam. Beliau percaya bahwa pertolongan Allah SWT
senantiasa menyertainya. Rasulullah pernah berpesan kepada para sahabat, agar
mereka tidak mudah putus asa dan menyerah menghadapi segala tantangan dan
rintangan dari orang kafir. Sebab, dibalik kesusahan yang dihadapi sekarang, pasti ada
kemudahan yang menantinya. Maka, beliau menyuruh para sahabat untuk bergembira
dalam menyongsong dua kemudahan yang akan datang. Hal itu sebagaimana tersirat
dalam kandungan Surat al-Insyirah: Di balik satu kesulitan, Allah SWT telah
menyiapkan dua solusi atau kemudahaan.
‫إن مع العسر يسرا فإن مع العسر يس‬
Artinya: “Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudahan. Dan
Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudahan”. (Surat Al Insyirah: 5-6)
Dalam kaidah tafsir dijelaskan, ketika isim nakiroh diulang dua kali, maka
kandungan isim nakiroh yang kedua berbeda dengan yang pertama. Lain halnya
dengan isim ma'rifat, ketika disebut dua kali, maka maksud dari isim ma'rifat yang
kedua itu sama dengan isim ma'rifat yang pertama.
Adapun menurut sementara ulama, surah ini merupakan kelanjutan dari surah adh-
Dhuha. Pendapat ini ada benarnya jika pandangan tersebut ditujukan pada urutan
penulisannya di dalam Mushhaf, demikian juga apabila ditinjau dari segi redaksi dan
kandungannya. Perhatikanlah ayatayat 6-8 surah adh-Dhuha, lalu bandingkan dengan
awal surah ini. Di sana akan dijumpai kemiripan kedua redaksi ayat- jika enggan
mempersamakannya – demikian pula kandungannya yang berintikan uraian tentang
anugerah Allah swt kepada nabi Muhammad saw.19
Tetapi, walaupun demikian, kesemua hal yang disebutkan di atas tidaklah cukup
untuk menjadi alasan guna mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kedua surah
tersebut pada hakikatnya merupakan satu surah saja, bahkan walaupun ditopang oleh
satu riwayat yang disandarkan kepada Umar Ibn Abdul Azizi ra (yang dikenal dengan
19
Ibid., h. 406.

12
gelar khalifah ke 5 karena kesalehan dan keadilannya). Riwayat itu menyatakan bahwa
beliau membaca kedua surah tersebut dalam satu rakaat salat tanpa memisahkannya
dengan Basmalah. Ini karena, “hubungan yang sangat erat antara satu surah atau
bahkan satu ayat dan surah atau ayat yang lain dari segi makna atau penempatannya
dalam Mushaf, tidak dapat dijadikan indikator tentang kesatuan unit atau bagian serta
kebersamaan waktu turun”. Demikian pendapat para pakar. Di sisi lain, kondisi
kejiwaan rasul saw menjelang turunnya surah adh-Dhuha jauh berbeda dengan ketika
turunnya surah asy-Syarh.20
Menjelang turunnya surah adh-Dhuha, rasul saw sangat gelisah dan bimbang akibat
ketidakhadiran wahyu, sedangkan ketika turunnya surah asy-Syarh dada rasul saw
sedemikian lapang, jiwanya sedemikian tenang sehingga Allah swt mengingatkan
beliau tentang anugerah tersebut pada awal surah ini. Ini bukan berarti bahwa kedua
surah itu tidak berhubungan secara serasi dari segi kandungan, namun keserasian itu
tidak mengantar kepada kesatuan kedua surah. Surah ini merupakan wahyu ke-12 yang
diterima nabi saw, ia turun sesudah surah adh-Dhuha dan sebelum surah al-Ashr.
Ayat-ayatnya sebanyak 8 ayat.21
2. Surah Al-Kahfi Ayat 2
‫َقِّيًما ِّل ُينِذَر َبْأ ًسا َش ِديًدا ِّمن َّل ُد ْن ُه َو ُيَبِّش َر ٱْل ُمْؤ ِمِنيَن ٱَّل ِذيَن َيْع َمُل وَن ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َأ َّن َلُهْم َأ ْج ًرا َحَسًنا‬
Artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan yang baik,(Q.S. Al-Kahfi [18]:2)22
Arti Mufrodat
yang lurus ‫َقِّيًم ا‬
untuk memberi peringatan ‫ِّلُينِذَر‬
Siksaan ‫َبْأًسا‬
sangat keras ‫َش ِد يًدا‬
Dari ‫ِّم ن‬
sisiNya ‫َّلُد ْن ُه‬
dan ia memberi kabar gembira ‫َو ُيَبِّش َر‬
orang-orang yang beriman ‫ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن‬
orang-orang yang ‫ٱَّلِذ يَن‬
(mereka) mengerjakan/beramal ‫َيْع َم ُلوَن‬
kebajikan/saleh ‫ٱلَّٰص ِلَٰح ِت‬
bahwasanya ‫َأَّن‬
20
Ibid,. h. 407
21
Ibid,. h. 409
22
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemah. Toha Putra.. Semarang: 2002

13
bagi mereka ‫َلُهْم‬
Pahala ‫َأْج ًر ا‬
yang baik ‫َحَس ًنا‬

Kata " ‫ "َيْع َم ُلوَن‬bentuk jamak dari kata kerja adalah " ‫( "َع َم َل‬amala). Kata ini dalam
bahasa Arab yang memiliki arti "mengerjakan" atau "melakukan." Dalam konteks ayat
ini kata " ‫ "َيْع َم ُلوَن‬mengacu pada tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Dan pada kata kerja ini
menggambarkan aktivitas atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang benar, seperti amal saleh atau perbuatan baik.
Allah swt menerangkan bahwa Al-Qur'an itu lurus, yang berarti tidak cenderung
untuk berlebih-lebihan dalam memuat peraturan-peraturan, sehingga memberatkan
para hamba-Nya. Tetapi juga tidak terlalu singkat sehingga manusia memerlukan kitab
yang lain untuk menetapkan peraturan-peraturan hidupnya. Al-Qur'an diturunkan
kepada Muhammad saw agar beliau memperingatkan orang-orang kafir akan azab
yang besar dari Allah, karena keingkaran mereka kepada Al-Qur'an. Juga memberikan
kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bahwa
mereka akan memperoleh pahala yang besar dari-Nya, karena keimanan mereka
kepada Allah dan rasul-Nya, serta amal kebajikan yang mereka lakukan selama hidup
di dunia.23
Dan Alquran dalam hal ini telah memberikan pedoman dasar terhadap proses
pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating. 24
Ayat kedua dari Surah Al-Kahfi dalam Al-Qur'an ini memiliki makna dan pesan yang
sangat relevan dalam konteks proses pembimbingan, pengarahan, dan memberikan
peringatan, yang merupakan elemen penting dalam fungsi actuating dalam manajemen
atau pengembangan pribadi. Ayat ini berbicara tentang peran Al-Qur'an sebagai
sumber bimbingan dan petunjuk yang lurus bagi manusia.
Pertama, ayat ini menggambarkan Al-Qur'an sebagai "sebagai bimbingan yang
lurus." Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah pedoman moral, etika, dan spiritual
yang benar, yang dapat membimbing individu atau umat manusia ke jalan yang benar.
Dalam konteks manajemen, ini mencerminkan pentingnya memiliki sumber pedoman

23
Tim Tafsir Depag RI, Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-qur’an tematik), Lajnah pentashihan Mushaf
Al-qu’an, Lentera, Jakarta: 2009
24
Hidayat, Rahmat, Chandra Wijaya. Ayat-ayat Alquran tentang Manajemen Pendidikan Islam
(Medan:LPPPI, 2017)

14
atau aturan yang jelas dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas.
Kemudian, ayat ini menyatakan bahwa salah satu tujuan Al-Qur'an adalah
"memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah." Dalam konteks
manajemen, ini bisa diinterpretasikan sebagai peringatan tentang konsekuensi negatif
jika tindakan atau kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang benar. Ini menunjukkan bahwa manajemen yang baik harus
mempertimbangkan dampak-dampak negatif yang mungkin timbul dari tindakan yang
salah atau pelanggaran etika.
Selanjutnya, ayat memberikan "berita gembira kepada orang-orang yang beriman,
yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik."
Dalam konteks manajemen, ini dapat menjadi sumber motivasi positif. Ini mendorong
individu atau tim dalam manajemen untuk menjalankan tugas dengan integritas dan
menghasilkan hasil yang baik. Ini juga menggarisbawahi pentingnya memberikan
penghargaan atau pengakuan atas amal saleh dan pencapaian yang baik dalam
manajemen.
Dengan demikian, ayat ini dalam Al-Qur'an memberikan dasar teologis dan moral
yang kuat untuk proses pembimbingan, pengarahan, dan memberikan peringatan
dalam konteks manajemen atau pengembangan pribadi. Ini memandu bagaimana tugas
dan kebijakan harus dilakukan dengan berlandaskan nilai-nilai, menjaga integritas,
menghindari penyimpangan, dan memotivasi tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang benar. Ini juga menciptakan lingkungan manajemen yang sesuai dengan etika
dan moral, yang dapat membantu mencapai tujuan dengan efektif.
Menurut tafsir Pada lafadz { ‫ } َقِّيًم ا‬yakni : mustaqim (lurus) tidak berkelok dan
menyimpang; lafadz ini sebagai penekanan untuk ayat sebelumnya: { ‫} َو َلْم َيْج َع ل َّل ۥُه ِع َو َج ا‬
"dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya" karena kebanyakan sesuatu
yang nampak lurus, namun hakikatya tidak terlepas dari lengkungan, oleh karena itu
al-Qur'an menggabungkan antara penafian penyimpangan, dan penetapan kelurusan.25
Penggunaan lafadz "‫( "َقِّيًم ا‬mustaqim) dalam ayat tersebut memiliki implikasi yang
relevan dalam proses pelaksanaan dan manajemen tugas dan tujuan. Lafadz ini
menegaskan pentingnya kelurusan, keteguhan, dan kesesuaian dalam tindakan dan
kebijakan yang diambil. Dalam konteks manajemen, "‫ "َقِّيًم ا‬berperan sebagai pengingat

25
Yaddabbaru, Li Ayatih. Markaz Tadabbur Di Bawah Pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar Bin Abdullah
Al-Muqbil, Professor Fakultas Syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

15
bahwa tugas dan kebijakan harus dijalankan dengan ketegasan dan kesesuaian dengan
tujuan, nilai-nilai, dan prinsip yang benar. Ini mencerminkan pentingnya menjaga
kelurusan tanpa mengalami penyimpangan yang dapat mengganggu pencapaian tujuan
yang benar. Selain itu, lafadz ini menggarisbawahi ketetapan dalam menjalankan tugas
dan kebijakan, yang berarti tindakan yang diambil harus tetap konsisten dengan nilai-
nilai dan prinsip yang telah ditetapkan, serta tidak boleh goyah atau beralih dari jalur
yang benar. Dengan demikian, dalam manajemen, konsep "‫ "َقِّيًم ا‬berperan sebagai
panduan moral yang memastikan bahwa tugas dan kebijakan dijalankan dengan
konsistensi dan kesesuaian, mencegah penyimpangan, dan membantu mencapai tujuan
yang benar dengan efektif.
Menurut Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi yang ditulis pada tafsir
jalalain, (Sebagai jalan yang lurus) bimbingan yang lurus; lafal "‫ "َقِّيًم ا‬menjadi Hal
yang kedua dari lafal Al-Kitab di atas tadi dan sekaligus mengukuhkan makna yang
pertama (untuk memperingatkan) menakut-nakuti orang-orang kafir dengan Alquran
itu (akan siksaan) akan adanya azab (yang sangat keras dari sisi-Nya) dari sisi Allah
(dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengadakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik).26
Pada ayat ini, fungsi actuating dalam manajemen pendidikan dapat
diinterpretasikan sebagai menginspirasi tindakan atau pelaksanaan berdasarkan
panduan yang benar dan memotivasi individu atau kelompok untuk mengambil
langkah yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang ditetapkan dalam ayat
tersebut.
Konsep "bimbingan yang lurus" dalam ayat ini dapat menjadi landasan moral dan
etika yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan keputusan manajemen. Ini mendorong
individu yang terlibat dalam manajemen, seperti pemimpin organisasi atau pendidik,
untuk menjalankan tugas mereka dengan kejujuran, integritas, dan sesuai dengan nilai-
nilai yang benar.
Pada saat yang sama, peringatan tentang "siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah"
dalam ayat ini dapat diartikan sebagai pengingat tentang konsekuensi negatif yang
mungkin terjadi jika tindakan atau kebijakan yang diambil dalam manajemen
bertentangan dengan nilai-nilai agama atau etika yang benar. Ini dapat memotivasi

26
Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Al-Jalalain, diterjemahkan Bahrun Abubakar,
Terjemahan tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, Jilid 1. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2008.

16
individu untuk menghindari perilaku yang salah atau keputusan yang merugikan.
Selain itu, "berita gembira kepada orang-orang yang beriman" dalam ayat ini dapat
menjadi sumber motivasi positif. Ini bisa mendorong mereka untuk mengerjakan amal
saleh dalam konteks manajemen, seperti mengambil tindakan yang baik, adil, dan
positif, dengan harapan bahwa mereka akan mendapatkan pembalasan yang baik
dalam bentuk kesuksesan, pencapaian, atau hasil positif lainnya dalam manajemen.
Dengan demikian, ayat ini dalam fungsi actuating dalam manajemen dapat menjadi
panduan moral, motivasi positif, dan pengingat tentang konsekuensi untuk memotivasi
tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang benar.
Asbabun Nuzul surah al-Kahfi diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Juwaibir,
dari adl-Dlahhak, yang bersumber dari Ibnu „Abbas bahwa akhir ayat ini (al-Kahfi:
28) turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf al-Jumhi yang mengajak Nabi saw.
untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah swt, yaitu mengusir shahabat-
shahabat Rasul yang fakir dan berusaha mendekatkan tokoh-tokoh Quraisy kepada
Nabi saw.. Ayat ini (al-Kahfi: 28) melarang Rasulullah meluluskan permintaannya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ar-Rabi‟ bahwa Nabi saw.
menghadapi Umayyah bin Khalaf dengan baik dan lupa akan apa yang diwahyukan
kepadanya. Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 28) yang mengingatkan beliau untuk
tidak mengikuti ajakan orang yang menyebabkan lupa kepada Tuhan. Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa „Uyainah bin Hishin
datang menghadap Rasulullah saw. yang sedang duduk bersama salman al-Farisi.
„Uyainah berkata: “Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan. Setelah itu
barulah kami dipersilakan masuk.” Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 28) yang
mengingatkan Rasulullah untuk menolak permintaannya. ”Katakanlah: Sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”. (al-Kahfi: 109). Tafsir al-Jalalain menjelaskan
(Sebagai jalan yang lurus) bimbingan yang lurus; lafal Qayyiman menjadi Hal yang
kedua dari lafal Al-Kitab di atas tadi dan sekaligus mengukuhkan makna yang pertama
(untuk memperingatkan) menakut-nakuti orang-orang kafir dengan Alquran itu (akan
siksaan) akan adanya azab (yang sangat keras dari sisi-Nya) dari sisi Allah (dan
memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengadakan amal
saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik).

17
3. Surah Al-Baqarah Ayat 208
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْدُخ ُلْو ا ِفى الِّس ْلِم َك ۤا َّفًۖة َّو اَل َتَّتِبُعْو ا ُخ ُطٰو ِت الَّشْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara
menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]:208)27
Arti Mufrodat
Wahai ‫َٰٓيَأُّيَها‬
orang-orang yang ‫ٱَّلِذ يَن‬
Beriman ‫َء اَم ُنوْا‬
masuklah ‫ٱۡد ُخ ُلوْا‬
Kedalam ‫ِفي‬
Islam ‫ٱلِّس ۡل ِم‬
keseluruhan ‫َك ٓاَّفٗة‬
dan janganlah ‫َو اَل‬
kamu ikuti ‫َتَّتِبُعوْا‬
langkah-langkah ‫ُخ ُطَٰو ِت‬
Syaitan ‫ٱلَّشۡي َٰط ِۚن‬
sesungguhnya ia ‫ِإَّن ۥُه‬
bagi kalian ‫َلُك ۡم‬
musuh ‫ّو‬ٞ ‫َع ُد‬
Nyata ‫ن‬ٞ‫ُّم ِبي‬

Kata "‫( "اْدُخ ُلْو ا‬adkhulu) berasal dari akar kata " ‫( "َد َخ َل‬dakhala) dalam bahasa Arab,
yang berarti "masuk" atau "memasuki." Dalam bentuk perintah kepada kelompok,
seperti dalam ayat yang Anda berikan, menjadi "‫( "اْدُخ ُل ْو ا‬adkhulu) yang berarti
"masuklah" atau "masuk kamu semua."
Dalam konteks manajemen, ayat yang berisi instruksi "‫( "اْدُخ ُلْو ا‬masuklah) dapat
diinterpretasikan sebagai seruan kepada para pelaku manajemen, baik pemimpin
organisasi maupun anggota tim, untuk terlibat secara aktif dalam menciptakan dan
memelihara keadaan damai, harmonis, dan aman di lingkungan kerja. Seruan ini
mungkin mencakup partisipasi aktif dalam implementasi kebijakan keselamatan,
upaya menjaga kesatuan di antara anggota tim, dan penghindaran terhadap perilaku
atau keputusan yang dapat mengganggu perdamaian. Lebih dari itu, instruksi untuk
tidak mengikuti " ‫( "ُخ ُطٰو ِت الَّشْيٰط ِن‬langkah-langkah setan) menjadi peringatan penting
untuk menghindari pengaruh negatif atau konflik yang dapat merusak hubungan kerja.
Dengan menyadari bahwa " ‫( "اَّن ٗه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬sesungguhnya dia adalah musuh yang
nyata bagi kalian), manajemen diberi pengingat akan pentingnya mengelola konflik
27
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemah. Toha Putra.. Semarang: 2002

18
atau hambatan dengan bijak demi mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, dalam
manajemen, "‫ "اْدُخ ُلْو ا‬bukan hanya merupakan seruan untuk masuk, tetapi juga seruan
untuk terlibat aktif dalam membentuk lingkungan kerja yang kondusif untuk
keselamatan, perdamaian, dan kesuksesan bersama.Ayat ini adalah bagian dari surat
Al-Baqarah yang merupakan surat kedua dalam Al-Qur'an. Ayat ini mengandung
pesan kepada orang-orang yang beriman untuk memasuki Islam secara keseluruhan
dan untuk tidak mengikuti jejak-jejak syaitan, yang merupakan musuh yang nyata bagi
mereka.
Apabila seorang insan yang ingin mendapatkan predikat iman maka secara totalitas
harus melebur dengan peraturan yang ada dalam agama Islam. Padahal ini iman
diumpamakan dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai dari perencanaan dan
aturan-aturan yang mengikat bagi manusia, maka jika ingin tercapainya tujuan yang
mulia yaitu tujuan yang ingin dicapai, memerlukan adanya kordinasi yang baik.28
Pada ayat ini, dalam konteks kepemimpinan menekankan pelaksanaan merupakan
inti dari manajemen karena dalam proses ini semua aktivitas dilaksanakan. Dalam
pengaplikasiannya seorang pemimpin harus menggerakkan semua anggota yang
memiliki tugas yang sudah ditentukan oleh pemimpin. Pelaksanaan kegiatan
merupakan salah satu fungsi manajemen dengan memberikan sebuah ketauladanan
seorang pemimpin, pemberian dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukkan
agar lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya sehingga mereka
lebih berdaya guna dan berhasil sesuai dengan yang telah direncanakan.
Dalam konteks manajemen, fungsi "actuating" berkaitan dengan pelaksanaan
rencana atau tindakan. Ayat ini mungkin dapat dihubungkan dengan prinsip
manajemen di mana pelaksanaan rencana atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai
dan prinsip yang benar adalah penting. Dalam hal ini, ayat ini mendorong orang-orang
yang beriman untuk melaksanakan ajaran Islam secara penuh, sesuai dengan nilai-nilai
dan prinsip yang dijelaskan dalam agama mereka, sambil menjauhi pengaruh buruk
atau godaan yang mungkin datang dari syaitan. Ini dapat diinterpretasikan sebagai
pentingnya pelaksanaan yang konsisten dengan nilai-nilai dan prinsip dalam konteks
manajemen atau dalam hidup sehari-hari.
Ayat Al-Baqarah (2:208) dalam konteks manajemen pendidikan memiliki relevansi
yang signifikan dengan fungsi actuating atau pelaksanaan dalam berbagai aspek
28
Zainarti, “Manajemen Islami Perspektif Al-Qur‟an” dalam Jurnal Iqra‟, Vol. 08, No.01, Mei 2014

19
pendidikan. Ayat ini mengajarkan pentingnya keseluruhan masuk ke dalam Islam dan
menjauhi pengaruh-pengaruh negatif, seperti langkah-langkah syaitan. Dalam
pengelolaan lembaga pendidikan Islam, ayat ini memberikan panduan yang berharga.
Pertama, ayat ini mendorong implementasi kurikulum Islam secara menyeluruh. Ini
berarti institusi pendidikan Islam harus menjalankan kurikulum yang selaras dengan
nilai-nilai Islam dan memastikan bahwa siswa memahami dan menerapkan ajaran
Islam dalam seluruh aspek pendidikan mereka. Selain itu, ayat ini menekankan
pentingnya nilai-nilai etika dan moral dalam pendidikan, mengajak kita untuk
menjauhi tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai etika dan moral dalam Islam.
Dalam manajemen pendidikan, ini mewujud dalam upaya untuk mengajarkan dan
mendorong perilaku etis dan moral di antara siswa dan staf pendidikan.
Fungsi actuating dalam manajemen pendidikan juga melibatkan penerapan
disiplin dan pengawasan yang konsisten. Ayat ini mengingatkan kita akan
pentingnya menjauhi pengaruh negatif, dan ini dapat mencakup perlunya mengawasi
siswa dan menerapkan aturan-aturan disiplin untuk menciptakan lingkungan belajar
yang teratur dan aman. Terakhir, ayat ini menyoroti peran penting pemimpin dalam
pendidikan, seperti kepala sekolah dan staf administrasi, dalam menjadi model peran
yang menerapkan nilai-nilai Islam dan menjauhi syaitan. Mereka harus menjadi
contoh bagi staf dan siswa dalam menjalankan tugas mereka dengan integritas dan
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Pada intinya keseluruhan ayat ini memberikan dasar moral yang kuat dalam
manajemen pendidikan Islam, membimbing kebijakan, praktek, dan budaya sekolah
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai dan ajaran
Islam, sambil menjauhi pengaruh yang merugikan.
4. Surah Ali Imran ayat 104
‫َٰٓل‬
‫َو ْلَتُك ن ِّم نُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى ٱْلَخْيِر َو َيْأُم ُروَن ِبٱْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن ٱْلُم نَك ِرۚ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم ْفِلُحوَن‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.29(Q.S. Ali Imran [3]:104)
Arti Mufrodat
dan jadilah/hendaklah ada ‫َو ْلَتُك ن‬
diantara kamu ‫ِّم نُك ْم‬
ummat ‫ُأَّم ٌة‬

29
M. Quraish Shihab, Membumikan…, (Jakarta: Lentera Hati,2013),hlm.63.

20
(mereka) menyeru ‫َيْدُع وَن‬
kepada ‫ِإَلى‬
kebajikan ‫ٱْلَخْيِر‬
dan (mereka) menyuruh ‫َو َيْأُم ُروَن‬
dengan/kepada kebaikan ‫ِبٱْلَم ْعُروِف‬
dan (mereka) mencegah ‫َو َيْنَهْو َن‬
Dari ‫َع ِن‬
mungkar ‫ٱْلُم نَكِۚر‬
‫َٰٓل‬
dan mereka itulah ‫َو ُأ۟و ِئَك‬
mereka ‫ُهُم‬
orang-orang yang beruntung ‫ٱْلُم ِلُحوَن‬‫ْف‬

Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya, yaitu agar umat islam
berpegang teguh pada agama Allah dengan cara mengajak pada kebajikan,
memerintah kebaikan dan melarang kemunkaran. 30Kata minkum (‫ )منكم‬pada ayat ini
menurut Arrazi mempunyai arti penjelasan at-tabyin, sehingga ayat ini merupakan
perintah kepada setiap orang untuk melaksanakan tugas dakwah masing-masing
sesuai kemampuannya, baik dengan kekuasaannya, lisannya ataupun dengan
hatinya.31Sedangkan menurut Azzuhaili, kata minkum memiliki arti sebagai at-
tab’idl, tidak diperuntukkan bagi setiap umat. Dengan demikian perintah
berdakwah yang dipesankan oleh ayat ini tidak tertuju kepada setiap orang.32

Selanjutnya ayat di atas menggunakan dua kata yang berbeda dalam rangka
perintah berdakwah. Pertama adalah kata ( ‫ ) يدعون‬yakni mengajak, dan kedua (‫ي‬
‫)أمرون‬ yakni memerintahkan, mengajak dikaitkan pada al-khair,
sedang memerintah dikaitkan dengan al-ma’ruf, dan memerintah untuk tidak
melakukan atau melarang dikaitkan dengan al-munkar.

Alquran mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firmannya ini dengan kata (
‫ )الخير‬al-khair/kebajikan dan (‫ )المعروف‬al-ma’ruf. Al-khair adalah nilai universal yang
diajarkan oleh Alquran dan sunnah, al-khair menurut Rasulullah adalah mengikuti
Alquran dan Sunnah, sedang al-ma’ruf adalah sesuatu yang baik menurut
pandangan umum masyarakat selama sejalan dengan al-khair. Adapun al-munkar
adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta bertentangan dengan
nilai-nilai Illahi.33

30
Wahbah Azzuhaili, attafsir al munir, juz 2,(Beirut: dar al fikr,2000), hlm. 35
31
Fakhruddin Al- Razi, Al- Tafsil Al-Kabir, juz 3, (Lebanon: dar al kutub al ilmiyyah, 2009),hlm
32
Wahbah Azzuhaili, at-tafsir…, hlm. 353.
33
Ibid., hlm.164.

21
Menurut Azzuhaili al-khair diartikan sebagai sesuatu yang memberikan
kemanfaatan dan kebaikan bagi manusia baik dalam agama maupun dunia,
sedangkan al-ma’ruf berarti sesuatu yang dianggap baik oleh syara’ dan akal,
sedang al munkar adalah sesuatu yang dianggap buruk oleh Syara’ dan akal. 34
Maka dapat dilihat bahwa mengajak kepada al-khair didahulukan, kemudian
memerintah kepada al-ma’ruf dan melarang melakukan yang munkar. Ada dua hal
yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan ayat di atas, pertama nilai-nilai Illahi
tidak boleh dipaksakan, tetapi disampaikan secara persuasive dalam brentuk ajakan
yang baik. Hal kedua yang perlu digarisbawahi adalah al-ma’ruf, yang merupakan
kesepakatan umum masyarakat, ini sebaiknya diperintahkan, demikian juga al-
munkar seharusnya dicegah. Dengan konsep ma’ruf, Alquran membuka pintu yang
cukup luas guna menampung perubahan nilai-nilai akibat perkembangan positif
masyarakat, dari sini filter al-khair harus benar- benar difungsikan.

Actuating atau pelaksanaan juga masih banyak dijelaskan di dalam Alquran,


disebutkan pada beberapa ayat yang secara umum menunjukkan tentang adanya
hakikat dari pelaksanaan, dalam ayat-ayat Alquran actuating dapat ditemukan
dalam penjelasannya, yaitu:
a. Tabsyir (memberi kabar gembira) QS. Al-Baqarah Ayat 213
‫َك اَن الَّناُس ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َفَبَع َث ُهّٰللا الَّنِبّٖي َن ُمَبِّش ِرۡي َن َوُم ۡن ِذ ِرۡي َن ۖ َو َاۡن َز َل َم َع ُهُم اۡل ِكٰت َب ِباۡل َح ـِّق ِلَيۡح ُك َم َبۡي َن الَّناِس ِفۡي َم ا‬
‫اۡخ َتَلُفۡو ا ِفۡي ِه ؕ‌ َو َم ا اۡخ َتَلَف ِفۡي ِه ِااَّل اَّلِذ ۡي َن ُاۡو ُتۡو ُه ِم ۢۡن َبۡع ِد َم ا َج ٓاَء ۡت ُهُم اۡل َبِّيٰن ُت َبۡغ ًياۢ َبۡي َنُهۡمۚ‌ َفَهَدى ُهّٰللا اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا ِلَم ا‬
‫اۡخ َتَلُفۡو ا ِفۡي ِه ِم َن اۡل َح ـِّق ِبِاۡذ ِنٖه‌ؕ  َو ُهّٰللا َيۡه ِد ۡى َم ۡن َّيَش ٓاُء ِاٰل ى ِصَر اٍط ُّم ۡس َتِقۡي ٍم‬
Artinya: Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi
(untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya
bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan
di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang
berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti
yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri.
Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang
beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk

kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus..(Q.S. Al-Baqarah [2]:
213).

34
Wahbah Azzuhaili, at-tafsir…, hlm. 354.

22
Allah mengutus para nabi sebagai utusan yang menggerakkan dan
mengarahkan umatnya menuju jalan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Dari tugas para nabi itu antara lain sebagai pemberi kabar gembira. Menurut
ayat ini, langkah pertama yang harus dilakukan seorang pemimpin dalam
menggerakkan anggota supaya melaksanakan secara maksimal apa yang telah
ditugaskan kepadanya yaitu memberi kabar gembira. Ayat ini menerangkan
bahwa nabi memberi kabar akan adanya balasan/ pahala bagi yang berbuat baik.
Dalam konteks manajemen, kabar gembira ini biasa diartikan sebagai pemberian
penghargaan, sanjungan, atau motivasi sehingga karyawan atau bawahan merasa
berharga dan punya kepercayaan dihadapan atasan serta pemberian harapan
akan perbaikan tingkat kesejahteraan yang pada akhirnya mendorong karyawan
ini untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal.
b. Indzar (memberi peringatan) (Q,S Al-Ahzab: 45)
Senada dengan ayat pada penjelasan sebelumnya, Allah juga menguatkan
tugas seorang nabi harus bisa memberi kabar gembira, sebagaimana tersurat
dalam surat Al-Ahzab: 45.

‫ر ا َٰٓيَأُّيَها ٱلَّنِبُّى ِإَّنٓا َأْر َس ْلَٰن َك َٰش ِهًدا َو ُم َبِّش ًر ا َو َنِذ يًر ا‬
Artinya: Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,
Indzar merupakan tugas kedua seorang rasul sebagaimana terdapat dalam
surat al- Baqarah ayat 213 di atas. Langkah kedua adalah memberi peringatan.
Kata indzar juga bisa diartikan memberikan teguran atau punishment kepada
bawahan yang tidak disiplin, lalai dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
punishment yang diberikan kepada seseorang akan menjadi pelajaran bagi orang
lain agar tidak melakukan hal serupa dimasa yang akan datang. Agama
menganjurkan adanya peringatan kepada orang lain khususnya bawahan, dengan
harapan supaya bawahan bisa selalu konsisten dalam pekerjaannya. Kalaupun
ada kesulitan, bisa dikonfirmasikan kepada atasan atau sejawatnya. Orang yang
memberikan peringatan adalah mundzir. Dalam Alquran surat As-syurah
ayat:214.
‫َو َأنِذ ْر َع ِش يَر َتَك ٱَأْلْقَر ِبيَن‬

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad)

23
yang terdekat”

Orang yang akan memberi peringatan (pemimpin) kepada kaumnya,


umatnya, atau golongannya harus mempersiapkan secara maksimal keilmuannya
dan kemampuannya dengan kata lain mempunyai kompetensi. Kata kompetensi
dalam Alquran “"‫ِلَيَتَفَّقُه وا‬." ditafsirkan oleh Al-Thabary: orang yang akan
memberikan peringatan harus mendengarkan apa saja yang terdapat di
masyarakatnya serta memperhatikan semua apa yang telah Allah turunkan.
Kalimat “‫ ”الفقه‬juga berarti tahu atau mendalami apa yang dikerjakan. Orang yang
tahu disebut dengan “‫”فقه‬. Ayat ini menegaskan bagi para pemimpin, sebelum
terjun ke lapangan untuk memberikan peringatan harus terlebih dahulu
memperkaya dirinya dengan ilmu dan praktik. Ilmu yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
c. Dakwah (mengajak atau menyeru) (QS. Al-Nahl:125).
Dakwah menurut Muhammad Khidr Husain, adalah upaya untuk memotivasi
orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk dan melakukan amar
ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat.35 Salah satu ayat yang menerangkan tentang dakwah adalah
firman Allah:
‫ٱْدُع ِإَلٰى َس ِبيِل َر ِّبَك ِبٱْلِح ْك َم ِة َو ٱْلَم ْو ِع َظِة ٱْلَحَس َنِةۖ َو َٰج ِد ْلُهم ِبٱَّلِتى ِهَى َأْح َس ُن ۚ ِإَّن َر َّبَك ُهَو َأْعَلُم ِبَم ن َض َّل‬
‫َعن َس ِبيِلِهۦۖ َو ُهَو َأْعَلُم ِبٱْلُم ْهَتِد يَن‬
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
d. Tarbiyah (bimbingan atau pendidikan) (Q.S Al-Isra’:24)
Dalam masyarakat Muslim dikenal adanya istilah tarbiyah. Perkataan
tarbiyah itu berasal dari Bahasa Arab, yakni Masdar (the verbal noun) dari
Robbi, Yurrobbu, tarbiyyah,. secara etimologis perkataan tarbiyah mempunyai
tiga makna, yakni (1) nasya’at yang berarti pertumbuhan; berusia muda
meningkat dewasa, misalnya nasyat al- thifl, artinya artinya anak itu berada pada

35
M. Munir & Ilahi, Wahyu. Manajemen Dakwah. (Jakarta. Kencana. 2006),hlm. 19.

24
usia muda meningkat dewasa, (2) taghdziyyat yang artinya memberi makan dn
mendewasakannya, (3) memperkembangkan yurobiy al- shadaqat artinya
memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya.36
Kata tarbiyah juga merupakan bentuk masdar dari kata robbayurobbi-
tarbiyatan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mengasuh,
mendidikkan atau memelihara. Menurut Muhammad Jamaludin al-Qosimi
memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampaian sesuatu
batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap. Sedangkan Al-
Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara
setahap dan dilakukan sesuai dengan batas kemampuan. Sebagaimana terdapat
dalam surat Al-Isra’:24.
‫َو ٱْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح ٱلُّذ ِّل ِم َن ٱلَّرْح َم ِة َو ُقل َّرِّب ٱْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياِنى َصِغ يًرا‬

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih


sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

e. Irsyad (pengarahan)(an-Nahal: 90)

‫ِإَّن ٱَهَّلل َيْأُم ُر ِبٱْلَع ْد ِل َو ٱِإْل ْح َٰس ِن َو ِإيَتٓاِئ ِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش ٓاِء َو ٱْلُم نَك ِر َو ٱْلَبْغ ِى ۚ َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَذَّك ُروَن‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (an-Nahal: 90)14

Pada ayat ini disebutkan tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah itu ialah
berlaku adil, berbuat kebajikan (ihsan), dan berbuat baik kepada kerabat.
Sedangkan tiga larangan itu ialah berbuat keji, mungkar, dan permusuhan.
C. Prinsip- prinsip Actuating dalam Alquran
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip actuating menurut Alquran,
sebagai berikut;
1. Prinsip Tadriji

36
Abd, Mukti. Paradigma Pendidikan Islam. (Medan: Perdana Publishing, 2016),hlm. 23.

25
Ketika kita melaksanakan tugas-tugas organisasi, penting untuk mengikuti langkah-
langkah secara berurutan. Prinsip ini dapat ditemukan dalam cerita mengenai
pengharaman minuman khamr yang tercatat dalam Alquran, serta dalam peristiwa
ketika Sayidina Ali bin Abi Thalib diutus oleh Rasulullah untuk memimpin pasukan
dalam pertempuran di Khaibar.
2. Prinsip Modeling/ Uswah

Allah dalam KitabNya telah memberikan gambaran kepada kita semua khususnya
mengenai prinsip actuating, seperti dalam Surat Al-Nahl:125 yang artinya: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”15

Ayat tersebut didahului kalimat fi’il amr yang menandakan wajib bagi Rasulullah
Saw, saat itu untuk menyeru kepada semua umat agar mengikuti syariat yang telah
digariskan oleh Allah SWT, yakni ajaran Islam dengan cara memberi mereka
pelajaran dengan menjadikan Alquran sebagai ḥujjah, secara bijaksana dan memberi
peringatan dan nasehat, serta jika mereka membantah maka berilah bantahan kepada
mereka dengan lebih baik, dengan cara memberi maaf manakala ada ucapan mereka
yang menyakitkan hati dan perasaan serta bersikap lemah lembut kepada mereka.
Jika dilihat pada ayat sebelumnya (QS An-Nahl: 124) artinya: “Sesungguhnya
diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih
padanya. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan diantara
mereka dihari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” Diterangkan
bahwa manusia sedang berseteru untuk mengatasi sengketa, kemudian dalam ayat ini
(An- Nahl: 125) hal ini diuraikan bahwa perlu untuk manusia agar berdakwah
kepada manusia melalui pengetahuan yang baik dan berdebat sebagai aturan yang
baik juga. Kemudian dalam ayat berikutnya dijelaskan untuk memberikan balasan,
yaitu dalam sebuah-Nahl ayat 126-127 yang artinya: “Dan jika kamu memberikan
balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan
kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap

26
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipu dayakan.” Dijelaskan jika (manusia) mengucilkan atau sampai menyiksa
pendakwah, maka jika ingin membalas siksaan yang ditimpakan kepadanya atau
jangan sampai balasan tersebut melampaui dari hukuman mereka.

Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka memaparkan maka sabiili rabbik dalam
ayat ini sama dengan sabilillah, shiratal mustaqim dan ad diinul haq merupakan
agama yang benar, yakni islam. Walaupun difokuskan kepada Rasulullah tentang
ayat ini, serta berfungsi untuk umatnya. Dakwah mengajak manusia kepada jalan
Allah adalah kewajiban setiap muslim dan metode dakwah harus diamalkan setiap
muslimin. Buya Hamka mengartikan, kebijaksanaan yaitu jalan yang bijaksana,
pikiran yang mulia, dada yang terbuka dan hati yang suci untuk memikat hati orang-
orang beriman untuk agama Allah. Kebijaksanaan tidak hanya kata-kata tapi juga
sikap dan tindakan. Bahkan sikap hidup dan tindakan bisa lebih bijaksana daripada
kata-kata. Mauidhatul hasanah mengajar yang baik, pesan yang baik sebagai
nasihat. Ini pengajaran yang baik, menurut Buya Hamka, akan memiliki lebih
banyak pengaruh pada anak-anak yang belum mengisi diri mereka dengan ajaran-
ajaran lain.

3. Prinsip Keseimbangan

Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam implementasi "actuating" adalah


menjaga keseimbangan antara penghargaan (reward) dan hukuman (punishment)
dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Konsep ini didukung oleh firman
Allah dalam surat Al-Ahzab:45 yang mengandung pesan kepada Nabi Muhammad.
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan Nabi untuk menjalankan beberapa peran
penting, yaitu menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.

Penghargaan (reward) dalam konteks ini mencakup memberikan kabar gembira


dan penghargaan kepada mereka yang mematuhi ajaran Islam, mematuhi perintah
Allah, dan menjalani kehidupan yang benar. Ini mencerminkan penghargaan dan
pahala bagi mereka yang taat dan berbuat baik.

Di sisi lain, hukuman (punishment) mencakup memberikan peringatan kepada


mereka yang melanggar ajaran Islam atau melakukan perbuatan yang salah. Ini
mencerminkan aspek hukuman atau konsekuensi bagi perilaku yang melanggar

27
ajaran agama.

Dengan menjaga keseimbangan antara reward dan punishment, Nabi Muhammad


diminta untuk menciptakan sistem yang adil dan seimbang dalam mendorong umat
Islam untuk berbuat baik dan menjalani ajaran agama, sambil memberikan
peringatan kepada mereka yang melanggar aturan. Prinsip ini mencerminkan
pentingnya mengelola motivasi dan perilaku manusia melalui kombinasi insentif
positif dan konsekuensi negatif, sehingga menciptakan dorongan untuk mematuhi
nilai-nilai dan prinsip agama dengan penuh kesadaran.

4. Prinsip Kejelasan

Prinsip selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kejelasan. Seperti tergambar


dalam peristiwa perang Uhud, Rasulullah berkata “tidak seorangpun boleh
melakukan penyerangan sebelum saya perintahkan”. Rasulullah memobilisasi perang
dengan 700 prajurit dan membagi tugas. Bendera perang dipengang oleh Mushab bin
Umair dan pasukan panah yang berjumlah 50 orang prajurit dipimpin oleh Abdullah
bin Zuabair, terhadap pasukan panah Rasulullah memberikan arahan “pertahankan
pasukan kita dengan panah jangan sampai mereka menyerang dari belakang, baik
kita dalam keadaan unggul atau terdesak. Rasulullah juga berpesan kepada
pasukannya untuk tetap dalam posisi masing-masing, jangan sampai berpisah atau
berpencar sekalipun mereka melihat burung menyambar pasukan.

D. Implementasi actuating dalam Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber


daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dan,
sarana maupun prasarana pendidikan, tata laksana, serta lingkungan. Manajemen
pendidikan dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak
dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi ini adalah
directing commanding, leading dan coordinating. Proses ini juga memberikan motivasi
untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pekerjaan yang
mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetapkan, disertai dengan memberi
motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari

28
dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.

Alquran telah memberikan pedoman dasar yang jelas mengenai actuating dalam
manajemen pendidikan yakni proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan
peringatan sebagaimana dalam ayat yang telah dibahas dan sajikan secara sederhana di
atas. Bimbingan menurut Hadari Nawawi berarti memelihara, menjaga dan memajukan
lembaga pendidikan melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional,
agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan16, Dalam realitasnya,
actuating dapat berbentuk hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan dan menjelaskan perintah

2. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan

3. Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau kecakapan


dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi

4. Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk


memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing- masing

5. Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien

6. Memberikan apresiasi bagi yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan sanksi
kepada pihak yang melanggar

Dalam sejarah yang telah dibukukan dalam Alquran, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh para rasul atau sahabat dalam menggerakkan kaumnya, antara lain:

1. Directing (arahan)

Dalam memberikan arahan kepada bawahan, rasul telah memberikan gambaran.


Rasulullah dalam memerintah umatnya untuk melaksanakan sholat, rasul memberikan
contoh atau model. Di dalam Islam terdapat perintah atau kewajiban untuk
melaksanakan sholat dan haji, namun bagaimana melaksanakannya tidak dijelaskan
secara rinci, tapi disampaikan dalam bentuk contoh atau model yang diberikan oleh
Rasulullah. Dalam sebuah organisasi ada aturan-aturan yang harus diikuti oleh seluruh
elemen organisasi. Untuk dapat melaksanakan aturan-aturan tersebut maka diperlukan
tidak hanya arahan dalam bentuk verbal maupun tulis, tetapi juga arahan dalam bentuk
contoh prilaku oleh pemimpin.

2. Coordinating

29
Di dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi maka musyawarah mutlak diperlukan.
Kegiatan pengorganisasian adalah sangat penting karena dengan hal ini akan bisa
membawa irama seluruh komponen organisasi berjalan sesuai dengan komando,
standard operation of procedure (SOP) organasasi. Sehingga hambatan yang
ditemukan dalam melaksanakan kegiatan dapat teratasi. Dengan adanya SOP tidak
akan terjadi overlapin pekerjaan dan tanggungjawab, apa dan kepada siapa seseorang
atau departemen bertanggung jawab.

3. Communication

Dalam surat Al-Shafat: 102 dipaparkan bahwa ketika Nabi Ibrahim diperintah untuk
menyembelih putranya, beliau tidak langsung melaksanakan perintah itu, akan tetapi
terlebih dahulu mengkomunikasikan perintah itu kepada putranya (Nabi Ismail).

4. Motivasi

Ketika rasulullah memimpin perang, Allah menyuruhnya untuk mengobarkan


semangat perjuangan bagi para mukminin. Rasul diperintah untuk memotivasi supaya
pasukannya bersemangat dalam peperangan. Maka dalam hal ini, motivasi mempunyai
peran yang sangat penting. Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan motivasi
bawahan dalam menjalankan tugas organisasi. Seperti apa yang telah dilakukan
Rasulullah ketika mengobarkan semangat juang pasukannya dalam peperangan. Kalau
mereka kalah pada peperangan itu akan mengakibatkan kehancuran umat di dunia
sampai akhirat. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sangat
dipengaruhi oleh motivasi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu
seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memotivas

30
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Actuating adalah serangkaian kegiatan management yang artinya menggerakkan,


atau mempengaruhi seluruh komponen organisasi untuk bergerak secara optimal dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Kata menggerakkan dan
mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu agar tujuan tercapai banyak
ditemukan dari sumber Alquran, seperti QS Al- Insyirah: 7, QS Al-Kahfi: 2, QS. Al-
Baqarah:213, QS. Al Ahzab, 45 dan sebaginya. Yang semuanya dapat kita ambil
kesimpulan bahwa dalam rangka menggerakkan, atau mempengaruhi seseorang dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti yang telah digambarkan oleh Alquran antara
lain: memberi arahan seperti apa tenggungjawab pekerjaan yang harus diembannya.
Seorang bawahan harus tahu persis apa yang harus dilakukan sesuai dengan arahan
pemimpin. kemudian indzar yang berari memberi peringatan agar tidak lalai dalam
melaksanakan tugas. Selanjutnya dengan cara dakwah yaitu mengajak bersama-sama
untuk bekerja sesuai dengan arahan pemimpin. Tarbiyah adalah cara yang sangat baik,
untuk mencapai tujuan perlu adanya sumberdaya yang mempunyai kemampuan tinggi,
untuk itu organisasi perlu memberi kesempatan untuk terus belajar agar sumber daya
manusia terus meningkat. Yang terahir, Irsyad, artinya petunjuk atau arahan yang jelas
baik verbal maupun dalam bentuk SOP. Dalam implementasinya actuating bisa dalam
bentuk, mengarahkan agar jelas pelaksanaanny, selanjutnya melakukan kordinasi agar
tidak saling tumpang tindih, lempar tanggungjawab, mudah dikendalikan. Disamping
itu juga pemimpin juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, top-down
maupun buttom-up, yang terahir kemapuan memotivasi, kemapuan ini sangat penting
agar seluruh komponen tetap semangat dalam bekerja. Adapun prinsip-prinsip
implementsi actuating dalam organisasi penulis menentukan beberapa cara, antara lain;
Tadriji, artinya bertahap sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan elemen
organisasi. Kedua, modeling, pemberian contoh, pemimpin harus bisa memberi contoh
baik, bukan hanya bisa ngomong tetapi juga mampu melaksanakan. Prinsip selanjutnya
adalah keseimbangan, kesimbangan antara kwajiban dan hak, antara reward bagi yang
berprestasi dan punishment bagi yang melanggar aturan, dan yang terahir adalah
kejelasan semua kegiatan harus ada rambu- rambu yang jelas untuk menjadi pedoman

31
dalam melaksanakan tugas agar tidak ragu- ragu, sehingga membuat hati tenang dalam
bekerja.

B. SARAN
Puji syukur kehaditrat Allah SWT. Yang telah mencurahkan rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat terselesaikan, dengan kerendahan hati, pemakalah akui
makalah ini jauh dari sempurna, banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kebaikan makalah selanjutnya,
semoga makalah ini bermanfa’at bagi kita semua amin.

32
DAFTAR PUSTAKA

‘Abdullah, Abu ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Qahirah: Dar Ibn al- Hisyam,
2004, cet. ke-1
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq AlSheikh, Tafsir Ibnu Katsir
Agus.D, Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali, 2016.
Aisyah, Abdurahman. Tafsir Bintusy Syathi‟, terj. Mudzakir Abdussalam. Bandung:
Mizan, 1996
Al- Razi, Fakhruddin, Al- Tafsil Al-Kabir, juz 3, Lebanon: dar al kutub al ilmiyyah, 2009.
Azzuhaili, Wahbah, attafsir al munir, juz 2,Beirut: dar al fikr,2000.
Al- Razi, Fakhruddin. Al- Tafsil Al-Kabir, juz 3, Lebanon: dar al kutub al ilmiyyah, 2009
al-Husein, Abu. Shahih Muslim, Kairo: Dar al-Kutub, 1918
Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Al-Jalalain, diterjemahkan
Bahrun Abubakar, Terjemahan tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, Jilid 1. Bandung :
Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2008.
Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. Tafsir Juz ‘Amma. Solo: At-Tibyan. 2008
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemah. Toha Putra.. Semarang: 2002
Hidayat, Rahmat, Chandra Wijaya. Ayat-ayat Alquran tentang Manajemen Pendidikan
Islam. Medan:LPPPI: 2017
Kurniadin, Didin & Imam Machali, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2013
L, Richard, Manajemen. Jakarta: Draf . 2002.
Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2002.
Mudjab, Mahalli. Asbabun Nuzul studi pendalaman Al-Qur‟an. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2002
Muhammad, Teuku Hasbi Ash Shiddieqy, Al Bayan Tafsir Penjelas al-Qur‟anul Karim.
Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2002
Mukti, Abd. Paradigma Pendidikan Islam. Medan: Perdana Publishing, 2016
Munir, M. & Ilahi, Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta. Kencana. 2006
Quraish, M. Shihab. Membumikan Al Quran, Bandung : Mizan 1992.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12, Jakarta : Gema Insani,2001
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati,2013.

33
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Vol.15.
Jakarta: Lentera Hati. 2002
Sukarna, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Mandar Maju, 2011.
Syaikh’ Abdullah al-Khayyath. Tafsir Juz ’Amma, terj.Herman Susilo, ed. Syaiful Mahya
Lubis Jakarta Timur: Griya Ilmu. 2016
Tim Tafsir Depag RI, Kerja dan Ketenagakerjaan (Tafsir al-qur’an tematik), Lajnah
pentashihan Mushaf Al-qu’an, Lentera, Jakarta: 2009
Yaddabbaru, Li Ayatih. Markaz Tadabbur Di Bawah Pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar
Bin Abdullah Al-Muqbil, Professor Fakultas Syari'ah Universitas Qashim - Saudi
Arabia
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir AlQur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
1073
Zainarti, “Manajemen Islami Perspektif Al-Qur‟an” dalam Jurnal Iqra‟, Vol. 08, No.01,
Mei 2014

34

You might also like