You are on page 1of 11

REVIUW

SISTEM KESENIAN DI CIREBON III


(Ukiran Cirebon,Batik Keraton, Batik Pesisiran, Batik Santri:Batik Ciwaringin)

Makalah ini:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Cirebon Studies
Dosen Pengampu : Bapak Hero Prayogo, M.Pd.

KHOIRUN NUHA
2281131005
A21
https://youtu.be/rN65naqsPco?si=ff5N4IgoCpTcWMzs

UNIVERSITA ISLAM NEGERI SIBER SYEKH NURJATI CIREBON


FAKULTAS ILMU TARBIYAN DAN KEGURUAN PRODI PJJ PAI
SEMESTER 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Cirebon adalah salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki sejarah dan budaya yang
kaya. Kota ini merupakan pusat perkembangan Islam di Jawa Barat sejak abad ke-15, dan
juga menjadi tempat berdirinya tiga keraton yang masih eksis hingga kini, yaitu Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Keprabonan. Selain itu, Cirebon juga dikenal
sebagai kota seni, yang memiliki berbagai macam karya seni yang unik dan menarik,
seperti ukiran, batik, wayang, musik, tari, dan lain-lain.
Salah satu seni yang paling terkenal dari Cirebon adalah batik. Batik Cirebon
memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik dari daerah lain, baik dari segi motif,
warna, maupun makna. Batik Cirebon dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu Batik
Keraton, Batik Pesisiran, Batik Santri, dan Batik Ciwaringin. Masing-masing jenis
batik ini memiliki latar belakang sejarah, budaya, dan sosial yang beragam, serta
pengaruh dari berbagai unsur, seperti agama, politik, ekonomi, dan estetika.
Batik Keraton adalah batik yang berasal dari lingkungan keraton Cirebon,
yang memiliki motif-motif yang bersifat sakral, simbolis, dan filosofis. Motif-motif
ini menggambarkan kejayaan, kebesaran, dan kearifan dari para raja dan keluarga
keraton, serta hubungan mereka dengan Tuhan, alam, dan masyarakat. Contoh
motif batik keraton adalah Mega Mendung, Parang Rusak, Cakra Manggilingan,
dan Sembung Raja.
Batik Pesisiran adalah batik yang berasal dari daerah pesisir Cirebon, yang
memiliki motif-motif yang bersifat dinamis, variatif, dan eksotis. Motif-motif ini
menggambarkan kehidupan, aktivitas, dan keanekaragaman dari masyarakat
pesisir, yang berinteraksi dengan berbagai unsur, seperti laut, kapal, perdagangan,
budaya, dan agama. Contoh motif batik pesisiran adalah Segar Sari, Naga Sakti,
Burung Hong, dan Lenggang Kangkung.
Batik Santri; batik Ciwaringin adalah batik yang berasal dari desa Ciwaringin,
yang merupakan salah satu sentra produksi batik di Cirebon. Batik Ciwaringin
memiliki motif-motif yang bersifat kreatif, inovatif, dan kontemporer. Motif-motif
ini menggambarkan perkembangan, adaptasi, dan eksplorasi dari para pengrajin
batik, yang menggabungkan berbagai unsur, seperti tradisi, modernitas, lokal, dan

1
global. Contoh motif batik Ciwaringin adalah Bunga Matahari, Bunga Melati,
Bunga Teratai, dan Bunga Mawar.
Cirebon memiliki sistem kesenian yang kompleks, yang mencerminkan
berbagai aspek dari sejarah, budaya, dan sosial masyarakat Cirebon. Oleh karena
itu, makalah ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang sistem kesenian batik
Cirebon, khususnya mengenai ukiran Cirebon, batik keraton, batik pesisiran, batik
santri:Ciwaringin. Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan, pelestarian, dan promosi batik Cirebon sebagai salah satu warisan
budaya Indonesia.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan sistem kesenian batik Cirebon, khususnya
ukiran Cirebon, batik keraton, batik pesisiran, batik santri, dan batik
Ciwaringin?
2. Bagaimana upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian batik Cirebon
di era globalisasi?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan sistem kesenian batik Cirebon,
khususnya ukiran Cirebon, batik keraton, batik pesisiran, batik santri, dan batik
Ciwaringin.
2. Untuk mengidentifikasi upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian
batik Cirebon di era globalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM KESENIAN DI CIREBON III

2.1. Sejarah perkembangan sistem kesenian di Cirebon


2.1.1. Ukiran Cirebon
Ukiran Cirebon adalah salah satu jenis batik yang menggunakan teknik ukir
pada kain sebagai media untuk membuat motif. Teknik ini membutuhkan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi, serta alat-alat khusus seperti pisau, gunting,
jarum, dan lilin. Ukiran Cirebon merupakan salah satu jenis batik tertua yang ada di
Cirebon, yang sudah ada sejak abad ke-15. Ukiran Cirebon berkembang di
lingkungan keraton Cirebon, yang merupakan pusat penyebaran agama Islam di Jawa
Barat. Ukiran Cirebon memiliki motif-motif yang bersifat sakral, simbolis, dan
filosofis, yang menggambarkan kejayaan, kebesaran, dan kearifan dari para raja dan
keluarga keraton, serta hubungan mereka dengan Tuhan, alam, dan masyarakat.
Sejarah perkembangan ukiran Cirebon dapat ditelusuri dari berbagai sumber,
baik lisan maupun tulisan. Salah satu sumber lisan yang penting adalah tradisi tutur
atau cerita rakyat yang mengisahkan asal-usul ukiran Cirebon. Menurut tradisi ini,
ukiran Cirebon berasal dari seorang leluhur bernama Ki Gede Cirebon, yang
merupakan putra dari Sunan Gunung Jati, salah satu wali yang menyebarkan Islam
di Jawa Barat. Ki Gede Cirebon adalah seorang ahli ukir yang sangat terkenal, yang
mampu membuat berbagai karya ukiran yang indah dan bermakna. Ki Gede Cirebon
juga dikenal sebagai seorang yang saleh, bijaksana, dan berwibawa, yang menjadi
panutan bagi masyarakat Cirebon. Ki Gede Cirebon memiliki seorang putra bernama
Ki Rangga Cirebon, yang mewarisi kemampuan ayahnya dalam bidang ukir. Ki
Rangga Cirebon juga memiliki seorang putra bernama Ki Gedeng Cirebon, yang
menjadi raja pertama di Cirebon, yang mendirikan Keraton Kasepuhan. Ki Gedeng
Cirebon juga meneruskan tradisi ukir ayah dan kakeknya, dan mengembangkannya
menjadi salah satu seni yang menjadi ciri khas keraton Cirebon.

3
Ukiran Cirebon mengalami masa kebangkitan pada abad ke-20 dan ke-21,
ketika Cirebon mengalami perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya, yang
membuka peluang bagi pengembangan dan pelestarian ukiran Cirebon. Pada masa
ini, ukiran Cirebon menjadi salah satu seni yang dihidupkan kembali dan
dikembangkan oleh para pengrajin, seniman, akademisi, dan pemerintah, yang
berupaya untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan ukiran Cirebon
sebagai salah satu warisan budaya Cirebon. Ukiran Cirebon juga menjadi salah satu
seni yang diapresiasi dan dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik lokal maupun
global, yang tertarik dengan keindahan, keunikan, dan makna ukiran Cirebon.

2.1.2. Batik Keraton


Batik keraton adalah batik yang berasal dari lingkungan keraton Cirebon,
yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih
ada hingga sekarang. Batik keraton berkembang sejak abad ke-16, ketika Cirebon
menjadi tempat berdirinya tiga keraton yang masih eksis hingga kini, yaitu Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Keprabonan. Batik keraton memiliki
motif-motif yang bersifat klasik, yang memiliki pola yang baku, nilai simbolis, dan
makna religius. Motif-motif ini menggambarkan keagungan, kebesaran, dan kearifan
dari para raja dan keluarga keraton, serta hubungan mereka dengan Tuhan, alam, dan
masyarakat. Contoh motif batik keraton adalah Paksi Naga Liman, Singa Payung,
Singa Barong, dan Taman Kasepuhan.

Batik keraton mengalami masa kebangkitan pada abad ke-20 dan ke-21,
ketika Cirebon mengalami perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya, yang
membuka peluang bagi pengembangan dan pelestarian batik keraton. Pada masa ini,
batik keraton menjadi salah satu seni yang dihidupkan kembali dan dikembangkan
oleh para pengrajin, seniman, akademisi, dan pemerintah, yang berupaya untuk
melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan batik keraton sebagai salah
satu warisan budaya Cirebon. Batik keraton juga menjadi salah satu seni yang
diapresiasi dan dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik lokal maupun global, yang
tertarik dengan keindahan, keunikan, dan makna batik keraton.

4
2.1.3. Batik pesisiran
Batik pesisiran adalah batik yang berasal dari daerah pesisir Cirebon, yang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan batik keraton. Batik pesisiran
berkembang sejak abad ke-17, ketika Cirebon menjadi salah satu pelabuhan penting
di Jawa Barat, yang berhubungan dengan berbagai bangsa dan budaya asing, seperti
Tiongkok, Arab, Persia, India, dan Eropa. Batik pesisiran memiliki motif-motif yang
bersifat dinamis, variatif, dan eksotis, yang menggambarkan kehidupan, aktivitas,
dan keanekaragaman dari masyarakat pesisir, yang berinteraksi dengan berbagai
unsur, seperti laut, kapal, perdagangan, budaya, dan agama. Contoh motif batik
pesisiran adalah Segar Sari, Naga Sakti, Burung Hong, dan Lenggang Kangkung
Batik pesisiran mengalami masa kebangkitan pada abad ke-21, ketika Cirebon
mengalami perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya, yang membuka peluang bagi
pengembangan dan pelestarian batik pesisiran. Pada masa ini, batik pesisiran menjadi
salah satu seni yang dihidupkan kembali dan dikembangkan oleh para pengrajin,
seniman, akademisi, dan pemerintah, yang berupaya untuk melestarikan,
mengembangkan, dan mempromosikan batik pesisiran sebagai salah satu warisan
budaya Cirebon. Batik pesisiran juga menjadi salah satu seni yang diapresiasi dan
dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik lokal maupun global, yang tertarik dengan
keindahan, keunikan, dan makna batik pesisiran

2.1.4. Bantik Santri : Batik ciwaringin


Batik ciwaringin adalah batik yang berasal dari desa Ciwaringin, yang
merupakan salah satu sentra produksi batik di Cirebon. Batik ciwaringin berkembang
sejak abad ke-19, ketika desa ini menjadi tempat tinggal dari para pengrajin batik
yang berasal dari berbagai daerah, seperti Pekalongan, Solo, Yogya, dan Madura.
Batik ciwaringin memiliki motif-motif yang bersifat kreatif, inovatif, dan
kontemporer, yang menggambarkan perkembangan, adaptasi, dan eksplorasi dari
para pengrajin batik, yang menggabungkan berbagai unsur, seperti tradisi,
modernitas, lokal, dan global. Batik ciwaringin juga menjadi salah satu seni yang
terpengaruh oleh perubahan zaman, yang menuntut adanya inovasi, adaptasi, dan
diversifikasi
Batik santri : Batik ciwaringin berasal dari seorang leluhur bernama Ki Buyut
Ciwaringin, yang merupakan seorang ulama yang tinggal di desa Ciwaringin, yang
5
terletak di sebelah timur Cirebon. Ki Buyut Ciwaringin adalah seorang yang gemar
mempelajari ilmu agama, terutama ilmu tasawuf, yang mengajarkan tentang cara
mendekatkan diri kepada Allah. Ki Buyut Ciwaringin juga gemar membatik, yang ia
anggap sebagai salah satu cara untuk berdzikir dan beribadah. Ki Buyut Ciwaringin
membuat motif-motif batik yang sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam, yang
bersumber dari ayat-ayat Al-Quran, hadis, dan doa-doa. Ki Buyut Ciwaringin juga
mengajarkan ilmu batiknya kepada para santri yang belajar di pesantrennya, sehingga
batik santri semakin berkembang dan dikenal luas.
Batik dengan motif Pecutan, Tebu Sekeret, dan Ganepo, merekam perjuangan
kaum Santri di tengah masa susah warga di Kecamatan Ciwaringin, Cirebon, Jawa
Barat, pada era penjajahan kolonial Belanda. Dalam perkembangannya, hanya Desa
Ciwaringin yang tumbuh sebagai kampung Batik. Dari situ berkembang berbagai
motif yang merujuk pada warisan kalangan Santri. Salah satunya, motif Pecutan.
Gagasan motif ini berasal dari tangkai dan dedaunan yang digunakan para pengajar
di pondok pesantren untuk “mencambuk” dan memberi semangat para santrinya agar
lebih giat belajar ilmu agama. Sementara, jejak kemiskinan dan kelaparan warga
Ciwaringin dituangkan ke dalam motif Tebu Sekeret. Motif ini menggambarkan daya
hidup warga ketika kondisi lapar, kemudian menyesap potongan batang tebu.
Serupa dengan motif Tebu Sekeret, adalah motif Sapu Jagat dari JawaTengah
yang distilisasi dan disebut motif Ganepo. Warga Ciwaringin menyebutnya Ganepo
karena kepanjangan dari kalimat berbahasa Cirebon, segane langka, tenagane lempo
(nasi habis, tenaga lemah). Pembeda Batik Cirebon dengan Batik daerah lainnya
adalah teknik wit, yaitu satu garis batas yang dibuat dengan cara diblok berlapis lilin
agar terbentuk satuan garis lengkung yang halus. Proses pembuatannya rumit dan
butuh ketelitian. Sementara secara umum, motif Batik Cirebon dibagi dalam lima
kelompok ragam hias, meliputi: wadasan (batu karang atau batu cadas), geometris,
pangkaan (buketan), byur, dan semarangan.

2.2. Upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian batik Cirebon


Upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian batik Cirebon di era
globalisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik oleh pemerintah, masyarakat,
maupun pengrajin batik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:

6
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi batik Cirebon, dengan
menggunakan bahan-bahan yang berkualitas, alat-alat yang modern, dan
teknik-teknik yang efisien
b. Menciptakan motif-motif batik Cirebon yang kreatif, inovatif, dan
kontemporer, dengan menggabungkan unsur-unsur tradisi, modernitas,
lokal, dan global, serta sesuai dengan selera dan kebutuhan pasar
c. Mempromosikan batik Cirebon melalui berbagai media, seperti pameran,
festival, bazar, internet, dan media sosial, dengan menampilkan
keindahan, keunikan, dan makna batik Cirebon, serta mengedukasi
masyarakat tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai batik Cirebon
d. Melindungi hak cipta dan merek dagang batik Cirebon, dengan
mendaftarkan motif-motif batik Cirebon ke lembaga yang berwenang,
serta menegakkan hukum terhadap pelanggaran dan pemalsuan batik
Cirebon
e. Melestarikan nilai-nilai tradisi dan budaya yang terkandung dalam batik
Cirebon, dengan mengajarkan dan mewariskan ilmu batik Cirebon kepada
generasi muda, serta mengapresiasi dan menghargai para pengrajin batik
Cirebon

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Makalah ini membahas tentang sejarah perkembangan sistem kesenian batik


Cirebon, khususnya ukiran Cirebon, batik keraton, batik pesisiran, batik santri:
batik ciwaringin, serta upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian batik
Cirebon di era globalisasi. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
• Sistem kesenian batik Cirebon memiliki sejarah dan karakteristik yang kaya
dan unik, yang mencerminkan berbagai aspek dari sejarah, budaya, dan sosial
masyarakat Cirebon.
• Sistem kesenian batik Cirebon juga menunjukkan kemampuan masyarakat
Cirebon dalam mengembangkan, melestarikan, dan mengadaptasi seni batik
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar.
• Sistem kesenian batik Cirebon merupakan salah satu warisan budaya
Indonesia yang patut dihargai dan dilestarikan.
• Upaya pelestarian dan pengembangan sistem kesenian batik Cirebon dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi, menciptakan motif-motif kreatif dan inovatif, mempromosikan
batik Cirebon melalui berbagai media, melindungi hak cipta dan merek
dagang, serta melestarikan nilai-nilai tradisi dan budaya.
Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya yang tertarik dengan seni
dan budaya Cirebon, serta dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para

8
pengrajin, seniman, akademisi, dan pemerintah untuk terus melestarikan dan
mengembangkan sistem kesenian batik Cirebon.

DAFTAR PUSTAKA

Batik Cirebon. (2021, November 11). Diambil dari [Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas]
Batik Ciwaringin Dalam Pesona Warna Alam. (2019, Desember 9).
Batik Pesisir: Sejarah, Ciri-ciri, dan Motif. (2019, Oktober 2).
Batik Tulis Ciwaringin Cirebon, Setia pada Pewarna Alami. (2018, Januari 16).
BINCANG BATIK: REGENERASI BATIK DI INDONESIA. (2019, Agustus 28
DEKONSTRUKSI MOTIF BATIK KERATON CIREBON: PENGARUH
RAGAM HIAS KERATON .... (2016, Juni 30).
Inilah Filosofi dan 5 Motif Batik Cirebon Paling Populer. (2018, Desember 14).
Motif Batik Ciwaringin sebagai Identitas Budaya Lokal Cirebon. (2018,
Desember).
Sejarah dan asal-usul batik Cirebon. (2019, November 18).
Ukiran Cirebon: Upaya Pelestarian dan Pengembangan. (2019, November 18).
Upaya Batik Katura Mempertahankan Batik Tradisional Cirebon di Era Modern.
(2019, November 18).
Upaya untuk Melestarikan Batik Nusantara agar Bersaing di Era Globalisasi.
(2019, November 18).

9
10

You might also like