You are on page 1of 138

Management Airway, FBAO &

Oxygen Therapy for


Adult Patient

Astrandaya Ajie
2022
• Providing adequate oxygen concentration
• Triple airway maneuver
• Establishing a patent airway and secure airway
• How to ventilate (deliver positive pressure ventilation)
• CICV (Can’t intubate Can’t ventilate)
• FBAO management
• Oxygen therapy principle
Providing
Adequate Oxygen
Concentration

Udara yang masuk ke alveolus


paru harus memiliki konsentrasi
oksigen yang cukup.
• Kebutuhan O2 bertambah
dengan meningkatnya
kerja pernapasan (pasien
kritis atau cedera).
• Konsentrasi O2 yang lebih
tinggi diperlukan untuk
mencegah desaturasi
selama pengelolaan jalan
napas.
• Menggunakan masker dengan
reservoir bag,
• Memastikan masker dipasang
dengan kencang ke wajah
pasien
• Menggunakan aliran O2 tinggi
ke masker (15 liter/menit),
dan
• Memberikan konsentrasi O2
setinggi mungkin.
• Tidak menjamin delivery oksigen dengan konsentrasi >
30-40 %
• Kelembaban udara kurang
• Laju aliran > 4 s/d 6 liter per menit, pasien tidak
nyaman
• Iritasi dan berpotensi perdarahan.
• Panas dan kelembapan bisa mudah
keluar.
• Relatif longgar dan tidak kedap.
• Sulit untuk mengalirkan konsentrasi
oksigen dihirup (FiO2) lebih dari 50%.
• Beberapa sungkup memiliki kantung
udara (reservoir).
• Sungkup muka sederhana dengan
kantong udara dapat menghasilkan
FiO2 sekitar 80%)
• Konsentrasi oksigen dapat diatur dengan aliran tinggi yang kaya oksigen.
• Memberikan FiO2 yang akurat dan stabil.
VENTURI MASK • Macam FiO2 yang dapat diatur adalah konsentrasi oksigen sebesar 24, 28, 35, 40 dan 60%.
• Untuk mengatur FiO2 yang diinginkan menggunakan konektor warna atau pengatur berupa
putaran.
PATENT AIRWAY
=
OPEN THE AIRWAY
Obstruksi jalan napas paling
sering disebabkan oleh:
1. Penurunan tonus otot
2. Pangkal lidah jatuh ke
belakang
3. Adanya darah, lendir,
muntahan, benda asing di
lumen jalan napas atau
edema.
4. Pembesaran jaringan yang
melapisi, atau bersebelahan
dengan jalan napas.
• Stridor inspirasi
• Terganggunya aliran udara ekspirasi
• Retraksi intercostal
• Gerakan paradoksal pada dinding toraks dan abdomen.
• Saluran napas bagian atas memiliki jalur yang sama dengan saluran
gastrointestinal bagian atas.
• Refleks protektif akan melindungi patensi jalan napas dan mencegah benda asing
masuk ke saluran napas bagian bawah.
• Kesadaran menurun → efek protektif tidak memadai.
• Patient positioning
• Head- tilt and Chin-lift
maneuver
• Jaw thrust maneuver
• Open the Mouth using finger/ thumb
• Indication: expiratory obstruction after head-tilt.
•Flexing the cervical spine
Patient Position

approximately 15 degrees, and


•Extending the atloantoocciptal
joint maximally.
Lateral decubitus position
• Ekstensi kepala (leher)
• Dorong mandibula (Tarik
mandibula ke depan)
• Angkat dagu (buka mulut)
HEAD-TILT, JAW
THRUT AND
OPEN MOUTH
KNOWN AS
“TRIPLE AIRWAY
MANOUVER”
• Diperlukan untuk mempertahankan patensi
saluran napas di antara lidah dan faring
posterior dalam jangka waktu yang lama.
• NASOPHARINGEAL TUBE
• Tidak merangsang muntah
Artificial • Hati-hati pada pasien dengan fraktur basis cranii
Airway • Ukuran untuk dewasa 7 mm atau seukuran
dengan jari kelingking kanan pasien.
• OROPHARINGEAL TUBE
• Tidak dianjurkan jika refleks muntah masih ada.
• Tidak digunakan pada pasien derajat A atau
V dari AVPU atau GCS >10)
• Digunakan sementara, sebelum
intubasi trakea
• Harus dimasukkan dengan bagian
cembung ke arah lidah dan kemudian
berputar 180 derajat.
• Hindari mendorong lidah ke
belakang, karena akan
memperburuk obstruksi.
• Merupakan silinder panjang yang
berbentuk lengkungan dan lentur
• Terbuat dari plastik atau karet lembut
• Panjang dan lebar bervariasi
• Sirip proksimal mencegah overinsersi
• Sebuah sungkup kecil bahan
latex yang melingkar dan di
tengahnya berupa pipa plastik
panjang.

• Pemasangan dengan cara ”blind”


di daerah faring bawah, di
belakang glottis.
• Ditemukan oleh Dr. Archie Brain di London
Hospital, Whitechapel pada tahun 1981.

• LMA terbukti sangat efektif dalam


tatalaksana jalan napas pada keadaan
kritis.

• Terdiri dari 2 bagian :


• Sungkup/ Mask
• Pipa/ Tube
Desain LMA

• Pemasangan “bentuknya oval


akan menempel di sekitar
saluran laring”.
• Setelah LMA terpasang dan
balon dikembangkan, LMA akan
terletak di persimpangan
saluran pencernaan dan
pernapasan.
Tipe tipe LMA
• Gagal mendorong sungkup di
bagian palatum durum atau
lubrikasi atau deflasi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan
ujung sungkup terlipat kembali.
• Setelah ujung sungkup sudah
mulai terlipat, ini bisa berlanjut,
mendorong epiglottis ke dalam
posisi yang terlipat ke bawah,
menyebabkan obstruksi
mekanik.
• Jika ujung sungkup dikempiskan ke
depanmaka dapat menekan epiglottis dan
menyebabkan obstruksi
• Jika sungkup deflasi tidak cukup juga.
• Menekan epiglottis
• Menembus glotis
• Kombinasi dari esophageal obturator dan tracheal tube
• Dimasukkan secara blind
• Proteksi Sebagian terhadap aspirasi
• Alat potensial pada kondisi “tidak dapat intubasi dan tidak dapat
ventilasi”.
• Tidak mampu menhisap trakea.
• Insersi dapat menyebabkan cedera atau trauma
• Kontraindikasi pada penyakit atau cedera esofagus.
Intubasi Trakea

• Aman, potensial untuk jalan


napas jangka lama.
• Rute aman untuk mengalirkan
ventilasi tekanan positif
bilamana dibutuhkan.
• Proteksi bermakna terhadap
aspirasi paru.
Untuk mendukung ventilasi pada pasien dengan beberapa penyakit patologis.
• Obstruksi jalan napas atas
• Gagal napas
• Penurunan kesadaran

Untuk mendukung ventilasi selama anestesi umum


• Operasi di daerah jalan napas atas
• Operasi di abdominal dan toraks
• Posisi prone dan lateral
• Operasi yang berlangsung lama.

Pasien yang memiliki risiko aspirasi

Sulit menggunakan sungkup.


• Macintosh (curved) & Miller
(straight)
• Dewasa : Macintosh
• Anak : Miller
• Teknik yang sering dilakukan,
dengan laringoskopi
langsung.
• Intubasi trakea
membutuhkan :
• Pasien tidak sadar dan
• Hilangnya reflek protektif
larig dan faring.
• Dilakukan bila ada kontra indikasi relatif
pada rute oral : kelainan anatomis,
ketidakstabilan vertebra cervical.
• Dapat dilakukan dengan cara melihat
langsung atau dengan Teknik “blind”.
• Dapat dilakukan dengan anestesi umum,
pasien sadar penuh maupun dengan sedasi
ringan dengan tambahan anestesi lokal.
• Posisi ETT yang salah berpotensi menimbulkan kematian atau cedera otak.
• Intubasi esofagus tidak mengancam nyawa, kecuali bila hal tersebut tidak terdeteksi.
• Visualisasi ETT melewati pita suara ke dalam trakea → cara pasti menilai posisi ETT.
• Verifikasi posisi ETT dilakukan dengan :
• Penggunaan end tidal CO2
• Gerakan dinding dada
• Auskultasi dada dan abdomen.
• Pulse oksimetri
• Esophageal detector Devices
• Penggunaan kapnografi untuk mendeteksi CO2 (EtCO2)adalah metode yang
paling obyektif.
• False positive capnography terjadi bilamana CO2 ada dalam saluran cerna.
(Minum soda)
• False negative capnography terjadi bila aliran darah paru minimal, misalnya pada
henti jantung.
• Pasien banyak bergerak
• Intervensi klinis atau
• Kondisi klinis tertentu.
• Abrasi, laserasi, perdarahan atau dislokasi struktur dalam atau dekat jalan napas.
• Perforasi jalan napas (retrofaringeal abses atau mediastinitis)
• Tekanan cuff dapat menyebabkan kerusakan mukosa dan meningkatkan risiko
infeksi superfisial.
• Ulserasi mukosa trakea, fibrous scarring, contraction, and ultimately stenosis can
be life-limiting or life-threatening problem.
• Pooling saliva dan debris dapat memicu sumber infeksi respirasi.
• Aspirasi pulmonal
ANTICIPATE IT FROM BEGINNING
Airway
• L : Look externally (trauma wajah, gigi seri besar, janggut
Assesment atau kumis dan lidah besar)
• E : evaluate the 3-3-2 rule (3 jari pasien membuka mulut,
jarak hyoid/mental < 3 jari, jarak tiroid –mulut < 2 jari).
• M : Mallampati score
• O : Obstruction (adanya kondisi apapun yang bisa
menyebabkan hambatan jalan napas)
• N: Neck Mobility (mobilitas leher terbatas)
• Class I : Visualisasi pallatum
mole, faue, uvula, pilar
anterior dan posterior.
• Class II: Visualisasi pallatum
mole, fauce dan uvula
• Class III: visualisasi pallatum
mole, fauce dan dasar uvula
• Class IV: pallatum mole tidak
tampak.
Darah di saluran napas atas
Benda asing

Hematoma
Obstruksi Abses

Pembengkakan intraoral

Edema laring
(DELIVER POSITIVE PRESSURE VENTILATION)
• Diberikan pada Pasien Apnea atau Pasien dengan napas tidak adekuat.
• Bekerja seperti otot-otot pernapasan
• Ventilasi dengan menggunakan tekanan positif dan memerlukan jalan
napas yang tidak tersumbat.
• Pasien yang tidak terintubasi, ventilasi dilakukan dengan posisi yang
tepat, triple airway manuvre, dan penggunaan OPA atau NPA.
• Bantuan ventilasi dapat menyebabkan distensi lambung, regurgitasi dan
aspirasi.
• Administration of high flow O2
• Provision of PEEP (Positive end-expiratory pressure)
• Provision of controlled ventilation
• Provision of augmentation of spontaneous ventilation
• Perlu menjaga kerapatan antara
sungkup dan wajah agar tidak
terjadi kebocoran.
• Dengan menekan sungkup ke
arah wajah pasien menggunakan
ibu jari dan telunjuk (C-grip),
sementara tiga jari lainnya
menarik rahang bawah ke atas
arah sungkup.
• Tangan lainnya digunakan untuk
meremas bag, untuk
menghasilkan tekanan positif.
 Ventilasi
dengan Bag-Valve-Mask akan sulit jika
dilakukan dalam jangka lama → Perlu pemasangan
ETT.

 Ventilasi
dengan ETT juga di indikasikan pada Pasien
yang akan menjalani transport.

 Adanya cuff/ balon ETT di trakea dapat mencegah


terjadinya aspirasi paru → Ventilasi tekanan positif lebih
aman.
Crycotiroidotomy
 Choking is a total or
partial obstruction of
airway
 Common cause of
respiratory arrest
 Immediate care is
needed

7-67
 Trying to swallow large pieces of food that haven’t been
chewed sufficiently
 Eating too quickly
 Eating while engaged in other activities
 Alcohol or drugs often involved
 Dentures increase risk
 History of stroke

7-68
 Victim is coughing forcefully
 Victim is getting some air
• May be making wheezing or high-pitched sounds with breath
 Do not interrupt coughing or attempts to expel object

7-69
 Victim getting little air or none
 Victim may look frantic and be clutching at throat
(universal sign of choking)
 Victim may have pale or bluish coloring around
mouth and nail beds
 Victim may be coughing weakly and silently or
not at all
 Victim cannot speak

7-70
• Responsive choking victim who is coughing:
- Encourage coughing to clear object
- Call 9-1-1 if object not immediately expelled

• Responsive choking victim who cannot speak or cough forcefully:


- Give abdominal thrusts

• If choking victim becomes unresponsive, immediately call 9-1-1


• Begin CPR with chest compressions

7-71
7-72
 If
complete airway obstruction not cleared, victim
will become unresponsive in minutes
 Quickly and carefully lower victim to floor on back
 Begin CPR with 30 chest compressions
• Check for object in mouth each time you open it to give
rescue breaths

7-73
 Check for normal breathing
 If victim not breathing
normally, start CPR with 30
chest compressions
 If first breath doesn’t go in
after opening airway – try
again to open airway and give
breath
 If second breath doesn’t go in
– give care for choking

7-74
 If infant is crying or coughing – watch for object to
come out
 If infant cannot cry or cough
• Have someone call 9-1-1
• Give alternating back blows (slaps) and chest thrusts
 Ifinfant becomes unresponsive – give CPR starting with
chest compressions
• Check for object in mouth each time before giving a rescue breath

7-75
5 Back blows
5 Chest thrusts

7-76
• Ventilasi : masuknya udara
sekitar dan pembagian udara
tersebut di dalam alveoli
• Distribusi : Distribusi dan
pencampuran gas tersebut di
intrapulmoner
• Difusi : Masuknya gas-gas
menembus selaput
alveolokapiler
• Perfusi : Pengambilan gas –gas
oleh aliran darah kapiler paru
yang adekuat
 Diatur oleh di MO, output ditransmisikan n. Phrenicus ke
diaphragma
 Ventilasi involunter pada keadaan tidur, tidak sadar, ini
karena sentrum yg lebih tinggi di kortikal atau oleh
stimulasi Chemik, Mekanik
Regulasi Ventilasi
Ventilasi

• Inspirasi : tekanan intratorakal


negatif, sehinggga udara luar masuk
ke dalam paru-paru
• Ekspirasi : daya recoil paru-paru
Transport O2

• 1 unit heme + 4 molekul O2


→ oksihemoglobin
• Bila semua molekul Hb terisi
penuh oksigen, maka saturasi
100%
Kurva bergeser ke kanan,
dipengaruhi :
1. Penurunan pH
2. Peningkatan konsentrasi CO2
3. Peninggian temperatur darah.
4. Peningkatan 2,3 difosfogliserat
(DPG)

Kurva bergeser ke kiri, dipengaruhi :


1. Peningkatan pH
2. Penurunan suhu
3. Penurunan konsentrasi CO2 Pasien jarang dapat bertahan hidup dengan nilai tekanan
4. Penurunan 2,3 DPG oksigen arterial pada daerah merah (tekanan  25
mmHg).
 Bantuan nafas diperlukan → HIPOKSEMIA → HIPERKARBIA

 INDIKATOR untuk bantuan nafas :


• Laju nafas < 10x/mnt atau >35x/mnt
• Vol tidak kurang dari 4ml/kgBB
• PaCO2 > 45 mmHg
• pH 7,3
• PaO2 < 60 mmHg
INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN
A. Cardiac arrest dan apneu
B. Gagal nafas type I : hipoksemia tanpa retensi CO2
(asma, pneumonia, edema paru, emboli paru)
C. Gagal nafas type II : hipoksemia dengan retensi CO2
(bronkhitis, trauma thorak, koma olh krn overdosis
obat, hipoksemia,peny. Neuromuskuler)
D. Gagal jantung atau miocard infark, syok
- metabolik  (luka bakar, trauma multiple,
infeksi berat)
- post operatif, keracunan karbonmonoksida
 Tanpa gangguan nafas → kanul binasal 2 L/mnt
 Dengan gangguan nafas sedang → kanul binasal 5-6 L/mnt
 Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung gunakan
sistem yang dapat memberikan oksigen 100%.
 Pada pasien dimana rangsang nafas tergantung pada keadaan
hipoksia ( asma/PPOK) berikan oksigen kurang dari 50% dan awasi
ketat.
 Atur oksigen berdasarkan kadar gas darah (PaO2) atau saturasi (SaO2)
 Dalam keadaan darurat gunakan alat bantu nafas yang lebih canggih
(mis. Bagging), lakukan intubasi dan berikan oksigen 100%
A. SISTEM ALIRAN RENDAH (low flow)
1. Low flow, low concentration
Nasal kateter Flow = 1 - 3 L/min, konsentrasi = 24 - 32%
Nasal kanul Flow = 1 - 6 L/min, konsentrasi = 24 - 44%
2. Low flow, high concentration
Sungkup Muka sederhana
Flow = 5 - 8 L/min
Sungkup Muka dengan kantong rebreathing
Flow = 8 - 12 L/min, konsentrasi = 40 – 60%
Sungkup Muka dengan kantong non rebreathing
Flow = 8 - 12 L/min, konsentrasi = 80 - 100%
B. SISTEM ALIRAN TINGGI (high flow)
1. High flow, low concentration
Sungkup Venturi Flow dapat diatur, konsentrasi = 24 - 50%
Indikasi : ventilasi tidak teratur.
2. High flow, high concentration
Head box
Sungkup CPAP
• Kebakaran terjadi bila ada
sumber api

• Hipoksia terjadi bila O2 diberikan


dengan konsentrasi tinggi secara
mendadak

• Hipoventilasi sering terjadi pada


pasien PPOK

• Atelektasis paru terjadi bila O2


konsentrasi tinggi diberikan
dalam jangka waktu lama,
sehingga N2 terusir dari alveoli →
alveoli kolaps

You might also like