Professional Documents
Culture Documents
Makalah KLPK 1 Ns Berto
Makalah KLPK 1 Ns Berto
PENGANTAR EPIDEMIOLOGI
Di susun oleh:
Sintia M.Rahmola
2122005
Putri Wulandari Midu 2122043
Maria Nelviana 2122048
Ismawati Latip 2122003
Arniati Ngongo 2122047
Abdul Malik Zakaria 2122002
Delenusi Adipapa
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul Pengantar
Epidemiologi.Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami pengantar
Epidemiologi, Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam Makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami dapat
berbenah diri dan dapat memberikan yang tebaik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHUALUAN........................................................................... 3
A.Latar belakang................................................................................ 4
b.Rumus masalah.............................................................................. 5
c.Tujuan masalah............................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 7
A. Kesimpulan............................................................................................. 15
B. Daftar pustaka........................................................................................ 16
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi secara terminologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata yaitu epi
(di atas/di antara/ yang di antara), demos (populasi, orang, masyarakat), dan logos (ilmu).
Berdasarkan arti secara harfiah tersebut, dapat dikatakan epidemiologi merupakan ilmu yang
mempelajari suatu penyakit yang ada di antara masyarakat/populasi.
Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan dalam mencari penyebab penyakit.
Dewasa ini, epidemiologi selain sebagai ilmu dalam mencari penyebab suatu penyakit, juga
digunakan dalam pemilihan upaya pencegahan penyakit. Terdapat beberapa definisi
epidemiologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Adapun beberapa definisi epidemiologi
adalah sebagai berikut:
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran dan perluasan suatu penularan
penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat (Definisi lama sebelum tahun
1960).
2. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan yang
berhubungan dengan status kesehatan atau kejadian penyakit pada masyarakat khusus, dan.
penggunaannya untuk mengontrol masalah kesehatan (Last, 1995).
3. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang
menentukan terjadinya penyakit pada manusia (MacMahon & Pug, 1970).
4. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-determinan
frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia (Murti, 1997).
5. Epidemologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi
pada kelompok penduduk (Omran).
6. Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan jenis tentang timbulnya
penyakit pada manusia berdasarkan waktu dan tempat (W.H. Frost).
7. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha memecahkan
berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada
suatu kelompok penduduk tertentu (Noor, 2002).
8. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana dan. mengapa penyakit terjadi
pada kelompok orang yang berbeda (Ahrens & Iris, 2005).
Secara garis besar, definisi-definisi tentang epidemiologi tersebut memiliki persamaan satu
dengan yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit atau masalah kesehatan pada
kelompok manusia, serta mempelajari bagaimana suatu penyakit terjadi dan meneliti upaya
preventif maupun upaya mengatasi masalah tersebut.
Beberapa definisi epidemiologi tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa penyakit
yang terjadi pada populasi manusia tidak terjadi dan terdistribusi begitu saja secara acak.
Masalah kesehatan atau penyakit yang terjadi pada manusia memiliki faktor penyebab dan
faktor pencegahan yang dapat diidentifikasi melalui suatu pengamatan yang sistematik yang
berdasarkan pada 3 komponen epidemiologi yaitu:
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Distribusi masalah kesehatan
3) Determinan masalah kesehatan.
Distribusi adalah penyebaran masalah kesehatan dalam populasi. Distribusi atau penyebaran
penyakit dalam epidemiologi digambarkan ke dalam 3 unsur yaitu berdasarkan orang, tempat
dan waktu. Sehingga dalam praktiknya, seorang epidemiologi dalam mengamati suatu salah
kesehatan perlu mempertanyakan siapa yang terjangkit? (man/orang), kapan terjadi?
(time/waktu), dan dimana terjadi? (place/tempat). Distribusi tersebut disajikan secara
kuantitatif menggunakan nilai rate, rasio dan proporsi. Hal ini memudahkan penerima
informasi untuk mengetahui serta membandingkan besaran masalah kesehatan pada tiap
kelompok populasi.
Determinan adalah faktor penyebab suatu masalah kesehatan.Determinan atau faktor-faktor
yang berkaitan dengan kejadian penyakit merupakan hasil dari adanya riset-riset
epidemiologi. Untuk menentukan besaran masalah kesehatan dengan tepat ada beberapa
langkah yang harus dilakukan. Pertama, merumuskan hipotesis tentang penyebab masalah
penyakit yang dimaksud. Kedua, melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya. Ketiga, menarik kesimpulan terkait hasil pengujian/pengamatan.
Riset menggunakan desain observasi yang hasilnya dianalisis sehingga didapatkan
kesimpulan tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan atau menjadi risiko terjadinya
penyakit. Sehingga dengan demikian dapat diketahui pula upaya penanggulangan yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Upaya preventif pula dihasilkan dari
penelitian-penelitian yang berbasis data atau pun studi eksperimen.Selain distribusi dan
determinan penyakit. Frekuensi adalah faktor penting dalam mendefinisikan epidemiologi.
Frekuensi adalah besarnya masalah kesehatan yang ada pada sekelompok manusia.
Penentuan besarnya masalah dapat dilakukan dengan dua langkah. Pertama, menentukan
masalah kesehatan yang akan diamati dan telah dipastikan akan diteliti. Kedua, melakukan
pengukuran atas masalah yang ditemukan tersebut. Segala sesuatu yang diperoleh merupakan
fakta, yang tidak terlepas dari peranan ilmu matematika dan statistika. Hal tersebut yang
menjadikan epidemiologi sebagai dasar-dasar studi pada disiplin ilmu kesehatan masyarakat
dan mendapat julukan "the mother of public health".
Dalam epidemiologi ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
terjadinya suatu masalah kesehatan dalam suatu masyarakat. Istilah-istilah tersebut sangat
erat hubungannya dengan epidemiologi, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi frekuensi biasa, atau
dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang berlebih. Contoh: wabah difteri yang
terjadi di Indonesia.
2. Endemi adalah keadaan yang biasa atau normal atau frekuensi penyakit tertentu berada
dalam keadaan normal, dengan kata lain penyakit tersebut biasa terjadi di satu daerah dengan
frekuensi yang normal. Contoh: Endemi Malaria di Irian Jaya.
3. Pandemi adalah keadaan epidemi yang melanda hampir semua populasi ataupun hampir
semua daerah. Contoh: Pandemi Flu Burung yang melanda hampir seluruh negara di dunia.
a. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi merupakan ilmu yang tidak hanya penting bagi ilmu kesehatan, tetapi juga erat
hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sehingga tidak jarang epidemiologi
dikembangkan pada berbagai bidang.
1. Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi berperan dalam memantau munculnya ataupun tren suatu penyakit
menular yang terjadi. Surveilans dalam epidemiologi menjadi alat untuk pencatatan
dan pelaporan penyakit menular yang terjadi terutama yang menjadi perhatian
pemerintah. Contoh: Surveilans terpadu penyakit HIV-AIDS, TBC dan Malaria.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Keberhasilan metode epidemiologi dalam memantau penyakit menular, menjadi
alasan memonitor penyakit tidak menular. Awalnya, penyakit menular yang menjadi
perhatian pencatatan rutin, namun dengan semakin bergesernya pola hidup manusia
yang berakibat pada semakin banyak masyarakat yang didiagnosa menderita penyakit
tidak menular, maka epidemiologi juga perlu untuk hal ini. Contoh: Epidemiologi
penyakit hipertensi yang menjadi faktor utama beberapa penyakit terkait pembuluh
darah seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner).
3. Epidemiologi Penyakit Klinik
Epidemiologi mulai digunakan oleh para klinisi seperti dokter dalam mengatasi
masalah kesehatan individu. Para klinisi seperti dokter awalnya hanya fokus pada
upaya pengobatan atau kuratif saja. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan penyebab penyakit yang semakin kompleks, maka para klinisi perlu
dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus mengatasi masalah kesehatan dengan
pendekatan epidemiologi. Dengan demikian, para klinisi mulai menerapkan upaya
pengobatan yang bukan hanya berorientasi pada kesembuhan, tetapi juga berusaha
mengedukasi pasien untuk terus berupaya untuk melakukan pencegahan agar
terhindar dari penyakit.
4. Epidemiologi Kependudukan
Cabang epidemiologi ini mengkaji tentang bagaimana faktor demografi sangat
berperan penting dalam mempengaruhi status kesehatan. Karakteristik penduduk yang
beragam mulai dari karakteristik biologis, sosial, ekonomi, pendidikan
dan lain sebagainya tentu akan menyebabkan masalah penyakit yang beragam. Hal ini
tentu akan sangat penting untuk diketahui terutama bagi pembuat kebijakan
kesehatan.
Ukuran Epidemiologis
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup rate (angka), rasio dan
proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan
peritiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan dapat
diukur dengan angka insidensi, prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian
factor person atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek jumlah atau fekuensi orang
yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain itu factor place atu tempat adalah faktor
yang berkaitn dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal.
Faktor time atau waktu adalah periode atau waktu kapan orang-orang tersebut mengalami
suatu peristiwa.
Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan,
yaitu insidensi yang menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode
tertentu, dan prevalens yang menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat
Dalam salah satu dari dua kategori “sakit” atau “tidak sakit”. Prevalens
menggambarkan
proporsi populasi yang sakit pada satu saat tertentu, sedangkan insidens
menggambarkan
perpindahan dari kategori tidak sakit.
Terdapat dua macam ukuran yang digunakan dalam epidemiolog, yaitu
1. Tipe Kuantitas Matematis
2. Tipe Kuantitas Epidemiologis
B. UKURAN MORBIDITAS
Angka kesakitan atau yang biasa disebut dengan morbiditas adalah angka yang
menunjukkan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas
juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu
kondisi sakit. Morbiditas mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang
sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat
atau kelompok yang beresiko.
Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka Insidensi, prevalensi
dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Ukuran-ukuran untuk
angka
kesakitan adalah sebagai berikut:
1. Rate. Ukuran rate antara lain:
a. Incidence rate
B. Prevalence rate
C. Point prevalence rate
D. Period prevalence rate
E. Attack rate, dan lainnya.
2. Proporsi
3. Rasio
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan
program
program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh
gambaran
pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
1. Insidens (Incidence)
Insidens merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu.
Batasan untuk angka insidensi adalah proposi kelompok individu yang terdapat dalam
penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam
kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru
Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu
periode waktu di antara populasi yang berisiko. Yang dimaksud kasus baru adalah
perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode Waktu adalah jumlah waktu yang
diamati selama sehat hingga menjadi sakit
Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang penting dan banyak
digunakan. Istilah-istilah yang banyak digunakan misalnya incidence rate atau
cummulative
incidence rate, atau attack rate. Untuk memperoleh insidensi harus dilakukan dengan
melakukan pengamatan kelompok penduduk yang mempunyai risiko terkena penyakit
yang
ingin dicari yaitu dengan cara mengikuti secara prospektif untuk menentukan
insidensi
kasus baru. Beberapa pertimbangan dalam menghitung angka insidensi adalah sebagai
berikut :
Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi
Kelompok individu dalam populasi harus ditentukan status kesehatannya dan
diklasifikasikan menjadi “sakit” atau “tidak sakit”. Penentuan ini dapat dilakukan
melalui
catatan yang ada atau melalui penyaringan atau pemeriksaan lain. Hal ini penting
untuk menentukan keadaan awal bahwa penyakit yang akan diteliti pada kelompok
individu belum terjadi. Selain itu, penentuan keadaan awal tersebut juga penting bila
hasilnya akan dibandingkan dengan kelompok lain karena kedua kelompok yang akan
dibandingkan angka insidennya harus komparabel dengan variabel-variabel penting
yang sama antara kedua kelompok.
Menentukan waktu awal penyakit
Menentukan kriteria diagnostik saat mulai timbulnya penyakit bagi kelompok
penduduk yang akan dicari insidensnya merupakan hal yang sangat penting. Dalam
beberapa hal, penentuan ini relatif mudah, kecuali pada pada penyakit kronis yang
pada awalnya tidak menunjukkan gejala yang khas. Pada kejadian demikian
hendaknya digunakan tanda-tanda sedini mungkin yang dapat ditentukan secara
obyektif.
Spesifikasi penyebut
Bila penelitian epidemiologis untuk mencari insidensi penyakit dilakukan dalam
jangka waktu lama, maka ada kemungkinan ada subyek studi yang drop out. Dengan
alasan lain dan hanya mengikuti pengamatan sebagian waktu maka batasan atau
rumus angka insidensi yang telah dibahas sebelumnya harus diadakan perbaikan
yanitu pada penyebut digunakan person-time sehingga insidensi rate disebut person
years incidence rate atau cummulative incidence rate.
Manfaat insidensi adalah untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi,
risiko untuk terkena terkena masalah kesehatan yang yang dihadapi, serta untuk
mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
Spesifikasi pembilang yaitu jumlah orang vs jumlah kejadian
Misalnya, dalam hal tertentu orang dapat mengalami sakit yang sama beberapa
kali dalam kurun waktu tertentu, misalnya influenza. Hal ini menimbulkan dua angka
insidensi dari data yang sama, yaitu angka insidensi berdasarkan orang yang
menderita dan angka insidensi berdasarkan kejadian penyakitnya. Angka insidensi
berdasarkan penyakit dapat lebih besar dibandingkan dengan angka insidensi
berdasarkan penderita karena dalam periode tertentu seseorang dapat menderita
penyakit yang sama lebih dari satu kali, terutama penyakit-penyakit yang akut yang
cepat sembuh.
Periode pengamatan
Angka insidensi harus dinyatakan dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu
tahun, tetapi dapat juga dalam periode waktu lain asalkan cukup panjang. Misalnya,
pada penyakit dengan frekuensi yang sangat sedikit membutuhkan waktu
bertahuntahun. Pada populasi besar, penyebut hendaknya menggunakan penduduk
hasil
sensus, misalnya pada pengamatan insidensi penyakit TBC suatu kota. Pada populasi
kecil atau terbatas seperti sekolah atau industri, untuk penyebut digunakan individu
yang benar-benar tidak menderita sakit pada saat dilakukan pengamatan.
Untuk penyakit dengan insidensi yang terjadi dalam waktu yang pendek
digunakan istilah attack rate. Attack rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut. Manfaatnya untuk dapat memperkirakan derajat serangan
atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai attack rate maka penyakit tersebut
memiliki derajat serangan dan atau penularan yang tinggi.
Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejadian penyakit.
Perubahan
angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor penyebab penyakit yaitu:
fluktuasi
alamiah dan program pencegahan. Bila fluktuasi alamiah dapat diabaikan maka
penurunan
insidensi menunjukkan keberhasilan program pencegahan.
Manfaat lain dari pengukuran insidensi adalah:
Ukuran insiden banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk
rnencari adanya
asosiasi sebab – akibat.
Ukuran insidensi dapat pula dlgunakan untuk mengadakan perbandingan
antara
berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda.
Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang
ditimbulkan
oleh determinan tertentu.
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan ats tiga macam, yakni incidence
rate, attack rate dan secondary attack rate.
a. Incidence Rate
Incidance rate adalah jumlah penderita beru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk
yang mungakin terkena penyakit tersaebut pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil.
2. Faktor Penyebab
(Gordon, 1954) menyebutkan bahwa angka kesakitan
seseorang dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga
epidemiologi, seperti:
a. Agen : disebabkan oleh berbagai unsur yang terdiri dari unsur
biologis seperti mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, parasit,
protozoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak
memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang
disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam
tubuh sendiri (karbon monoksida, obat-obatan, arsen, pestisida,
dll), unsur fisika yang bisa disebabkan oleh panas atau
benturan, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan
heriditer atau keturunan. Demikian juga dengan unsur
kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan
unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.
Agen
(agent)
Lingkungan
(environment)
Pejamu
(host)
b. Host : atau pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit.
Faktor ini disebabkan oleh faktor intrinsik. Faktor pejamu yang
biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit,
seperti:
1. Umur. Usia lanjut lebih rentan untuk terkena penyakit
karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin. Misalnya, penyakit kelenjar gondok,
kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita.
Serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau
penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki
atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,
jantung, dll.
3. Ras, Suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih maupun ras
kulit hitam memiliki tingkat kerentanan yang berbeda
terhadap suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga) : Penyakit yang sifatnya
menurun dari orang tua ke anaknya seperti hemofilia, buta
warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll.
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
c. Environment : Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga
sebagai penunjang terjadinya penyakit. Hal ini terjadi karena
faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan faktor
ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
1. Lingkungan Biologis (flora dan fauna) : Mikroorganisme
penyebab penyakit reservoar, penyakit infeksi (binatang dan
tumbuhan). Vektor pembawa penyakit tumbuhan dan
binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya.
2. Lingkungan Fisik : Yang dimaksud dengan lingkungan fisik
adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan
fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,
geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber
penyakit seperti zat kimia atau polusi, radiasi, dll. Perlunya
juga untuk memperhatikan kondisi dinding dan lantai yang
harus kering dan tidak lembab. Serta jarak kandang ternak
terpisah paling tidak 10 meter dari jarak rumah. Perlunya
juga diperhatikan sumber air bersih, tempat pembuangan
sampah dan tempat pembuangan limbah rumah tangga.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi : Sistem ekonomi yang berlaku
dan mengacu pada pekerjaan sesorang serta berdampak
pada penghasilan mampu mempengaruhi kondisi kesehatan.
Perkembangan ekonomi diikuti dengan turunnya penyakit
menular dan naiknya penyakit tidak menular. Status sosial
ekonomi yang rendah, keadaan gizinya rendah, pengetahuan
tentang kesehatannya rendah, akan menjadi satu kesatuan
yang membuat kesehatan lingkungannya buruk dan status
kesehatannya buruk Selain itu juga yang menjadi masalah
cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak
pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga,
sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup
masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang
kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
4. Tingkat pendidikan ibu : Pendidikan ibu erat kaitannya
dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan
kesehatan, higiene, perlunya pemeriksaan kemhamilan, dan
pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan
anak-anak dan keluarganya. Sehingga semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi pula
pengertiannya terhadap kesehatannya baik itu kesehatan
dirinya, anak-anaknya maupun lingkungan tempat ia
tinggal.
5. Pelayanan kesehatan : Keberadaan fasilitas kesehatan
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
sangat di pengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau
masyarakat atau tidak.
ekonomi
Kondisi ekonomi yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab
kematian ibu dan anak sebelum, selama dan setelah
persalinan.keuangan yang tidak mencukupi membuat masyarakat
memilih tidak memeriksakan kesehatannya di rumah sakit,
terutama ibu hamil hingga ibu yang telah melahirkan. Kondisi ini
membuat banyak ibu yang meninggal karena memiliki penyakit
yang tidak diketahui.
Lingkungan
Adat
BAB III
PENUTUP