You are on page 1of 33

MAKALAH

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

Di susun oleh:
Sintia M.Rahmola
2122005
Putri Wulandari Midu 2122043
Maria Nelviana 2122048
Ismawati Latip 2122003
Arniati Ngongo 2122047
Abdul Malik Zakaria 2122002
Delenusi Adipapa

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul Pengantar
Epidemiologi.Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami pengantar
Epidemiologi, Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam Makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami dapat
berbenah diri dan dapat memberikan yang tebaik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHUALUAN........................................................................... 3

A.Latar belakang................................................................................ 4

b.Rumus masalah.............................................................................. 5

c.Tujuan masalah............................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 7

1.1 Definisi epidemiologi...................................................................... 8

1.2 Konsep dasar timbulnya penyakit................................................... 9

1.3 Metode dasar epidemiologi............................................................ 10

1.4 Pengukuran epidimiologi................................................................ 11

1.5 Pengukuran angka kesakitan dan angka kematian......................... 12

1.6 Pengukuran angka kematian.......................................................... 13

BAB III PENUTUP................................................................................................. 14

A. Kesimpulan............................................................................................. 15

B. Daftar pustaka........................................................................................ 16
BAB I

PEMBAHASAN
1.1. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi secara terminologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata yaitu epi
(di atas/di antara/ yang di antara), demos (populasi, orang, masyarakat), dan logos (ilmu).
Berdasarkan arti secara harfiah tersebut, dapat dikatakan epidemiologi merupakan ilmu yang
mempelajari suatu penyakit yang ada di antara masyarakat/populasi.
Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan dalam mencari penyebab penyakit.
Dewasa ini, epidemiologi selain sebagai ilmu dalam mencari penyebab suatu penyakit, juga
digunakan dalam pemilihan upaya pencegahan penyakit. Terdapat beberapa definisi
epidemiologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Adapun beberapa definisi epidemiologi
adalah sebagai berikut:
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran dan perluasan suatu penularan
penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat (Definisi lama sebelum tahun
1960).
2. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan yang
berhubungan dengan status kesehatan atau kejadian penyakit pada masyarakat khusus, dan.
penggunaannya untuk mengontrol masalah kesehatan (Last, 1995).
3. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang
menentukan terjadinya penyakit pada manusia (MacMahon & Pug, 1970).
4. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-determinan
frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia (Murti, 1997).
5. Epidemologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi
pada kelompok penduduk (Omran).
6. Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan jenis tentang timbulnya
penyakit pada manusia berdasarkan waktu dan tempat (W.H. Frost).
7. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha memecahkan
berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada
suatu kelompok penduduk tertentu (Noor, 2002).
8. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana dan. mengapa penyakit terjadi
pada kelompok orang yang berbeda (Ahrens & Iris, 2005).
Secara garis besar, definisi-definisi tentang epidemiologi tersebut memiliki persamaan satu
dengan yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit atau masalah kesehatan pada
kelompok manusia, serta mempelajari bagaimana suatu penyakit terjadi dan meneliti upaya
preventif maupun upaya mengatasi masalah tersebut.
Beberapa definisi epidemiologi tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa penyakit
yang terjadi pada populasi manusia tidak terjadi dan terdistribusi begitu saja secara acak.
Masalah kesehatan atau penyakit yang terjadi pada manusia memiliki faktor penyebab dan
faktor pencegahan yang dapat diidentifikasi melalui suatu pengamatan yang sistematik yang
berdasarkan pada 3 komponen epidemiologi yaitu:
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Distribusi masalah kesehatan
3) Determinan masalah kesehatan.
Distribusi adalah penyebaran masalah kesehatan dalam populasi. Distribusi atau penyebaran
penyakit dalam epidemiologi digambarkan ke dalam 3 unsur yaitu berdasarkan orang, tempat
dan waktu. Sehingga dalam praktiknya, seorang epidemiologi dalam mengamati suatu salah
kesehatan perlu mempertanyakan siapa yang terjangkit? (man/orang), kapan terjadi?
(time/waktu), dan dimana terjadi? (place/tempat). Distribusi tersebut disajikan secara
kuantitatif menggunakan nilai rate, rasio dan proporsi. Hal ini memudahkan penerima
informasi untuk mengetahui serta membandingkan besaran masalah kesehatan pada tiap
kelompok populasi.
Determinan adalah faktor penyebab suatu masalah kesehatan.Determinan atau faktor-faktor
yang berkaitan dengan kejadian penyakit merupakan hasil dari adanya riset-riset
epidemiologi. Untuk menentukan besaran masalah kesehatan dengan tepat ada beberapa
langkah yang harus dilakukan. Pertama, merumuskan hipotesis tentang penyebab masalah
penyakit yang dimaksud. Kedua, melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya. Ketiga, menarik kesimpulan terkait hasil pengujian/pengamatan.
Riset menggunakan desain observasi yang hasilnya dianalisis sehingga didapatkan
kesimpulan tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan atau menjadi risiko terjadinya
penyakit. Sehingga dengan demikian dapat diketahui pula upaya penanggulangan yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Upaya preventif pula dihasilkan dari
penelitian-penelitian yang berbasis data atau pun studi eksperimen.Selain distribusi dan
determinan penyakit. Frekuensi adalah faktor penting dalam mendefinisikan epidemiologi.
Frekuensi adalah besarnya masalah kesehatan yang ada pada sekelompok manusia.
Penentuan besarnya masalah dapat dilakukan dengan dua langkah. Pertama, menentukan
masalah kesehatan yang akan diamati dan telah dipastikan akan diteliti. Kedua, melakukan
pengukuran atas masalah yang ditemukan tersebut. Segala sesuatu yang diperoleh merupakan
fakta, yang tidak terlepas dari peranan ilmu matematika dan statistika. Hal tersebut yang
menjadikan epidemiologi sebagai dasar-dasar studi pada disiplin ilmu kesehatan masyarakat
dan mendapat julukan "the mother of public health".
Dalam epidemiologi ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
terjadinya suatu masalah kesehatan dalam suatu masyarakat. Istilah-istilah tersebut sangat
erat hubungannya dengan epidemiologi, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi frekuensi biasa, atau
dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang berlebih. Contoh: wabah difteri yang
terjadi di Indonesia.
2. Endemi adalah keadaan yang biasa atau normal atau frekuensi penyakit tertentu berada
dalam keadaan normal, dengan kata lain penyakit tersebut biasa terjadi di satu daerah dengan
frekuensi yang normal. Contoh: Endemi Malaria di Irian Jaya.
3. Pandemi adalah keadaan epidemi yang melanda hampir semua populasi ataupun hampir
semua daerah. Contoh: Pandemi Flu Burung yang melanda hampir seluruh negara di dunia.
a. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi merupakan ilmu yang tidak hanya penting bagi ilmu kesehatan, tetapi juga erat
hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sehingga tidak jarang epidemiologi
dikembangkan pada berbagai bidang.
1. Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi berperan dalam memantau munculnya ataupun tren suatu penyakit
menular yang terjadi. Surveilans dalam epidemiologi menjadi alat untuk pencatatan
dan pelaporan penyakit menular yang terjadi terutama yang menjadi perhatian
pemerintah. Contoh: Surveilans terpadu penyakit HIV-AIDS, TBC dan Malaria.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Keberhasilan metode epidemiologi dalam memantau penyakit menular, menjadi
alasan memonitor penyakit tidak menular. Awalnya, penyakit menular yang menjadi
perhatian pencatatan rutin, namun dengan semakin bergesernya pola hidup manusia
yang berakibat pada semakin banyak masyarakat yang didiagnosa menderita penyakit
tidak menular, maka epidemiologi juga perlu untuk hal ini. Contoh: Epidemiologi
penyakit hipertensi yang menjadi faktor utama beberapa penyakit terkait pembuluh
darah seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner).
3. Epidemiologi Penyakit Klinik
Epidemiologi mulai digunakan oleh para klinisi seperti dokter dalam mengatasi
masalah kesehatan individu. Para klinisi seperti dokter awalnya hanya fokus pada
upaya pengobatan atau kuratif saja. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan penyebab penyakit yang semakin kompleks, maka para klinisi perlu
dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus mengatasi masalah kesehatan dengan
pendekatan epidemiologi. Dengan demikian, para klinisi mulai menerapkan upaya
pengobatan yang bukan hanya berorientasi pada kesembuhan, tetapi juga berusaha
mengedukasi pasien untuk terus berupaya untuk melakukan pencegahan agar
terhindar dari penyakit.
4. Epidemiologi Kependudukan
Cabang epidemiologi ini mengkaji tentang bagaimana faktor demografi sangat
berperan penting dalam mempengaruhi status kesehatan. Karakteristik penduduk yang
beragam mulai dari karakteristik biologis, sosial, ekonomi, pendidikan
dan lain sebagainya tentu akan menyebabkan masalah penyakit yang beragam. Hal ini
tentu akan sangat penting untuk diketahui terutama bagi pembuat kebijakan
kesehatan.

5. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan


Epidemiologi dalam pelayanan kesehatan sangat berperan dalam hal manajemen guna
menganalisis masalah kesehatan, menganalisis kebutuhan domestik, jumlah biaya
pengobatan maupun kebutuhan sumber daya dalam suatu pelayanan kesehatan. Kerja
sama yang baik antara epidemiologi dan perencanaan akan menghasilkan input, ouput
serta outcome yang baik. Pengelolaan pelayanan kesehatan baik merupakan satu hal
yang menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan.
6. Epidemiologi Lingkungan
Bentuk epidemiologi ini mempelajari tentang cara menganalisis faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Mulai dari lingkungan air, udara,
maupun tanah. Analisis faktor pencemaran yang bersumber dari ketiga unsur
lingkungan tersebut perlu diamati dengan pendekatan epidemiologi untuk mengetahui
penyakit-penyakit yang terjadi akibat paparan lingkungan.

7. Epidemiologi Kesehatan Kerja


Bagian epidemiologi kesehatan kerja mempelajari serta menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan masalah kesehatan pada tenaga kerja akibat keterpaparan di
lingkungan kerja. Faktor- faktor yang dimaksud bukan hanya terkait paparan unsur
kimia, biologis, maupun fisik akan tetapi juga termasuk pengaruh sosial budaya,
psikologis hingga perilaku pekerja.
8. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Epidemiologi juga bermanfaat dalam ilmu kesehatan jiwa. Dalam hal ini epidemiologi
merupakan ilmu yang dijadikan dasar pendekatan dalam menganalisis kejadian
gangguan jiwa yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat. Sehingga dengan
demikian, upaya pencegahan maupun penanggulangan dapat dilakukan dengan baik.
9. Epidemiologi Gizi
Analisis masalah gizi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
epidemiologi. Hal ini bertujuan untuk mencari serta menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan masalah gizi yang terjadi pada masyarakat, dimana bukan saja
hanya karena faktor biologis melainkan juga dapat dilihat dari sudut pandang lain
seperti budaya
10. Epidemiologi Perilaku
Perilaku merupakan salah satu faktor yang sangat kompleks dalam mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Epidemiologi sangat berperan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis perilaku kelompok manusia yang dapat mempengaruhi status
kesehatan. Sebab, perilaku sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, budaya, status sosial serta aspek lainnya. Hal
ini sangat jelas terlihat pada negara yang majemuk seperti Indonesia yang memiliki
beragam suku dan budaya. Sebagai contoh kebiasaan hidup sehat serta kepercayaan
yang berbeda dapat mempengaruhi status gizi suatu masyarakat.
11. Epidemiologi Molekular
Epidemiologi molekular didefinisikan sebagai studi yang mengaplikasikan teknik dari
biologi molekular dalam mempelajari suatu populasi yang berfokus pada investigasi
penyakit. Investigasi molekular dapat berkontribusi terhadap mengurai penyebab-
penyebab penyakit
12. Epidemiologi Genetik
Epidemilogi genetik merupakan bentuk kombinasi antara disiplin ilmu genetik
manusia dengan epidemiologi seperti biometri. Kombinasi dari kedua ilmu ini sangat
diperlukan dalam bidang genetik manusia untuk mendeteksi asal mula genetik pada
fenotif manusia yang berbeda-beda, khususnya mempelajari tentang komponen
genetik yang berpengaruh pada kejadian penyakit misalnya mengamati ciri-ciri
bawaan genetik manusia. Hal ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan upaya
preventif yang bisa dilakukan sejak dini yaitu sejak diketahuinya sifat-sifat genetik
seseorang sejak lahir.
13. Farmakoepidemiologi
Epidemiologi farmasi didefinisikan sebagai pengaplikasian dari ilmu epidemologi,
metode serta penalaran untuk mempelajari efek- efek dan penggunaan obat-obatan
pada populasi manusia. Farmakoepidemiologi menyelidiki keuntungan maupun
kerugian dari efek obat-obatan. Hal tersebut difokuskan pada penilaian risiko yang
tidak biasa terjadi, pada masa laten, dan reaksi perlawanan tubuh yang sering tidak
diperkirakan pada saat obat pertama kali digunakan sebelum obat tersebut dijual.
Tantangan terbesar dari farmakoepidemologi adalah mengukur risiko sebuah obat
secara tepat, bergantung dari satu atau beberapa alternatif. Sehingga dengan demikian,
didapatkan pilihan atau kombinasi obat yang tepat dalam melakukan upaya kuratif.

14. Epidemiologi Reproduksi


Kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan dinamika penduduk dalam hal ini
terkait angka kesuburan, program kehamilan, hingga jumlah kelahiran. Berbagai
faktor mempengaruhi kesehatan reproduksi yang dapat diidentifikasi dengan
menggunakan pendekatan epidemiologi. Epidemiologi kesehatan reproduksi
mempelajari determinan yang berperan dalam kesuksesan reproduksi. Sebagai contoh,
seorang ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia akan berisiko terhadap
kehamilannya.

b. Tujuan dan Manfaat Epidemiologi


Seorang tenaga kesehatan masyarakat sangat memerlukan pemahaman tentang tujuan
dan manfaat epidemiologi. Tujuan dan manfaat epidemiologi antara lain diuraikan di
bawah ini: 1. Menerangkan besarnya masalah kesehatan (penyakit) dan
penyebarannya yakni memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran
(distribusi), besar & luasnya masalah kesehatan dan lainnya
2. Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan
3. Menyiapkan data dan informasi terkait masalah kesehatan
4. Menjelaskan interaksi faktor-faktor kausa-etiologi (agent), host & environment
yang menggambarkan riwayat alamiah penyakit
5. Menguraikan kelompok penduduk yang dalam risiko dan yang berisiko tinggi
terhadap kelompok penduduk yang tidak memiliki risiko
6. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan. kegiatan
7. Membantu pekerjaan administratif kesehatan yakni pada planning, monitoring, dan
evaluation.
8. Menerangkan keadaan masalah kesehatan apakah termasuk dalam epidemik,
pandemik, endemik atau sporadik.
c. Peranan Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan
selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa
ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di
dalam konteks lingkungannya. Epidemiologi, mencakup juga studi tentang pola-pola
penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit
dan determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. (Entjang I, 1979)
Batasan epidemiologi mencakup 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit
infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi),
kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di
negaranegara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari
penyakitpenyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada
keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah
yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia
dan total lingkungannya.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga
Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Demikian pula
pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau
dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi.
Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran
epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam
perhitunganperhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya. (Gerstman,
2013)
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat yang
menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
dalam masyarakat. Epidemiologi menekankan upaya bagaimana distribusi penyakit dan
Gufron Wahyudi 16 bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.
(Rohtman, 2008)
Epidemiologi mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganguan kesehatan (termasuk penyakit) serta
penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan
program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik
bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan
skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dalam
keterkaitannya dengan bidangbidang disiplin Kesmas lainnya seperti Administrasi Kesehatan
Mayarakat, Biostatistik, Kesehatan Lingkungan, dan Pendidikan Kesehatan/Ilmu Perilaku.
Misalnya, peranan epidemiologi dalam proses perencanaan kesehatan. Tampak bahwa
epidemiologi dapat dipergunakan dalam proses perencanaan yang meliputi identifikasi
masalah memilih prioritas, menyusun objektif, menerangkan kegiatan, koordinasi dan
evaluasi.
Selain itu, dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan kesehatan, epidemiologi dapat
dipergunakan dalam membuat suatu “Diagnosis Epidemiologi” dari masalah yang
memerlukan intervensi itu. Sebagai contoh peranannya sebagai alat diagnosis keadaan
kesehatan masyarakat, epidemiologi dapat memberikan gambaran atau diagnosis tentang
masalah yang berkaitan dengan kemiskinan (poverty) berupa malnutrisi, overpopulasi,
Gufron Wahyudi 17 kesakitan ibu, rendahnya kesehatan infant, alcoholism, anemia, penyakit-
penyakit parasit dan kesehatan mental.
d. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi dalam sejarahnya dikembangkan dengan menggunakan epidemik penyakit
menular sebagai suatu model studi dan landasannya masih seperti pada model penyakit,
metode, dan pendekatannya. Pada jaman dahulu, beberapa epidemik setelah ditelusuri
ternyata berasal dari penyebab-penyebab noninfeksius. Pada tahun 1700, James Lind
menemukan bahwa penyakit skorbut disebabkan karena kekurangan vitamin C dalam
makanan. Penyakit defisiensi gizi lainnyadihubungkan dengan kekurangan vitamin A dan
vitamin D. Beberapa studi juga telah berhasil menghubungkan keracunan timbal dengan
berbagai penyakit ringan, kolik, gout, keterbelakangan mental dan kerusakan saraf pada anak,
pelukis dan pengrajin tembikar. Dewasa ini, epidemiologi juga telah terbukti efektif dalam
mengembangkan hubungan sebab akibat pada kondisikondisi noninfeksius seperti
penyalahgunaan obat, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kanker, dan
penyakit jantung. Saat ini area epidemiologi penyakit kronis dan penyakit perilaku
merupakan cabang ilmu epidemiologi yang paling cepat berkembang. Epidemiologi dipakai
untuk menentukan kebutuhan akan program-program pengendalian penyakit, untuk
mengembangkan program pencegahan dan kegiatan perencanaan layanan kesehatan, serta
untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik, dan pandemik. (Timmreck, 2004)
e. Segitiga dalam Epidemiologi
Epidemiologi memakai cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan
faktor dalam lingkungan dan implikasi yang berkaitan dengan suatu penyakit. Ekologi
merupakan hubungan organisme, antara satu dengan lainnya. Semua penyakit atau kondisi
tidak selalu dapat dikaitkan hanya pada satu faktor penyebab (tunggal). Jika diperlukan lebih
dari satu penyebab untuk menimbulkan satu penyakit, hal ini disebut sebagai penyebab ganda
(multiple caution). Segitiga Epidemiologi (Triad Epidemiology) yang biasa digunakan dalam
penyakit menular merupakan dasar dan landasan untuk semua bidang epidemilogi. Namun
saat ini penyakit infeksi tidak lagi menjadi penyebab utama kematian di negara industri
sehingga diperlukan model segitiga epdemiologi yang lebih mutakhir. Model ini mencakup
semua aspek dalam model penyakit menular, dan agar dapat dipakai bersama penyebab
penyakit, kondisi, gangguan, defek, dan kematian saat ini, model ini harus dapat
mencerminkan penyebab penyakit dan kondisi saat ini.
Ada empat faktor epidemilogi yang sering berkontribusi dalam terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB) suatu penyakit saat ini, yaitu:
(1). Peran pejamu,
(2). Agen atau penyebab penyakit
(3). Keadaan lingkungan yang dibutuhkan penyakit untuk berkembang pesat, bertahan, dan
menyebar, dan
(4). Permasalahan yang berkaitan dengan waktu. Model ini berguna untuk memperlihatkan
interaksi dan ketergantungan satu sama lainnya antara lingkungan, pejamu, agens,dan waktu.
Segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis peran dan keterkaitan setiap faktor
dalam epidemiologi penyakit menular, yaitu pengaruh, reaktivitas, dan efek yang dimiliki
setiap faktor terhadap faktor lainnya.
1. Agen
Agen adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasit, jamur, atau kapang yang
merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada penyakit,
kondisi, ketidakmampuan, cedera, atau situasi kematian lain, agendapat berupa zat kimia,
faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi gizi, atau beberapa substansi lain seperti
racun ular berbisa. Satu atau beberapa agen dapat berkontribusi pada satu penyakit. Faktor
agen juga dapat digantikan dengan faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan
identifikasi terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, cedera,
dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa mekanisme kecelakaan,
kendaraan yang dipakai.
2. Host (Pejamu)
Pejamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat
persinggahan penyakit. Pejamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu
patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) dan dia bisa saja terkena atau tidak terkena
penyakit. Efek yang ditimbulkan organisme penyebab penyakit terhadap tubuh juga
ditentukan oleh tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan
kebugaran tubuh pejamu. Pejamu juga dapat berupa kelompok atau populasi dan
karakteristiknya. Seperti halnya pada kecelakaan lalu lintas, yang menjadi host adalah
manusia (pengendara maupun penumpang).
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau
hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit. Faktorfaktor lingkungan
dapat mencakup aspek biologis, sosial, budaya, dan aspek fisik lingkungan. Lingkungan
dapat berada di dalam atau di luar pejamu (dalam masyarakat), berada di sekitar tempat hidup
organisme dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu. Lingkungan yang berkontribusi
dalam kecelakaan adalahlingkungan yang tidak aman seperti kondisi jalan, marka dan rambu
jalan. (Timmreck, 2004)
1.2. KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT
a. Pengertian Penyebab Penyakit
Pengertian tentang penyakit cukup beragam, diantaranya: penyakit adalah kegagalan
mekanisme adaptif organisme untuk merespon secara tepat terhadap rangsangan atau stres,
yang mengakibatkan gangguan fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh (Gold Medical
Dictionary). Definisi lainnya, mengemukakan bahwa penyakit adalah bukan hanya kelainan
yang dapat dilihat dari luar saja, tetapi juga keadaan yang terganggu dari keteraturan fungsi-
fungsi dalam tubuh. Dari batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit tidak lain
adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga
berada dalam keadaan yang tidak normal.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan sosial seseorang. Para ahli kesehatan mendefinisikan bahwa
antropologi kesehatan itu berkaitan dengan aspek biologis dan sosiokultural dari perilaku
manusia, khususnya cara interaksi di antara mereka mempengaruhi kesehatan dan penyakit
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, karena
merupakan persepsi sosial bahwa seseorang tidak dapat berfungsi dengan baik. 1. Definisi
Sehat Menurut WHO, sehat adalah keadaan normal dari fisik, mental dan sosial tubuh dan
tidak terbatas pada penyakit atau kecacatan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009, sehat adalah keadaan fisik, mental, dan sosial dimana setiap orang dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut John Wayne (Ni Kadek Yuliandari, n.d.) 2014 bahwa ada 6(enam) parameter
kesehatan, yaitu:
1. fungsi fisik, orang sehat tidak mengalami gangguan fisik,
2. kesehatan mental, dimana perasaan nyaman, mampu mengontrol emosi diri, perilaku
positif,
3. sosial well-being, hubungan interpersonal aktif,
4. fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan dengan sesama,
5. persepsi umum, pandangan diri tentang kesehatan pribadi, Aminah Toaha 23
6. symptom-symptom, tidak ada gangguan fisiologi maupun psikologi. Menyimpulkan dari
beberapa pernyataan tentang keyakinan dalam konsep kesehatan bahwa konsep kesehatan
adalah keadaan fisik yang lengkap, normal, keadaan mental dan sosial yang baik tanpa
gangguan yang signifikan, sehingga akan menimbulkan kebahagian bagi diri orang tersebut.
orang sehat akan mampu menjalani aktivitas kehidupan dengan baik.
b. Definisi Sakit
Menurut (Yunindyawati, 2004) Penyakit adalah suatu kondisi di mana gangguan emosional,
fisik, sosial, intelektual, perkembangan atau fungsional seseorang terganggu atau berkurang,
dan bukan hanya kondisi dimana proses penyakit dimulai.
Sakit merupakan penilaian terhadap pengalaman seseorang menderita suatu penyakit. Nyeri
membangkitkan aspek fisiologis yang bersifat subjektif atau sensasi terbatas yang ditandai
dengan ketidaknyamanan (discomfort), kelemahan (weakness), pusing (vertigo), kekakuan,
dan mati rasa (numbness). Ada kemungkinan pemeriksaan kesehatan membuat seseorang
sakit dan fungsi organnya terganggu, tetapi tidak merasakan sakit dan tetap hidup normal.
Senada dengan penjelasan tersebut, (Sarwono, 2004) Penyakit didefinisikan sebagai suatu
kondisi yang tidak menyenangkan yang mengganggu aktivitas fisik dan mental seseorang dan
mencegahnya untuk berfungsi secara normal di masyarakat
c. Rantai Penyebab Timbulnya Penyakit
Pada umumnya rantai penyebab timbulnya penyakit dipengaruhi oleh berbagai faktor
sehingga dalam proses terjadinya penyakit dapat dikatakan berbagai faktor ikut mengambil
bagian (multiple causations). Oleh karena itu pada setiap program pencegahan maupun
penanggulangan penyakit, harus memperhatikan faktor pengaruh penyebab jamak tersebut.
Rantai penyebab timbulnya penyakit menurut (Siagian, 2010) yaitu:
1. Penyebab/Sumber Penyakit (Agent) Penyebab penyakit dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian yaitu penyebab primer dan penyebab sekunder.
a. Penyebab Primer Yang termasuk kedalam unsur penyebab primer adalah :
1. Unsur biologis (mikroorganisme penyebab)
2. Unsur gizi (bahan makanan/zat gizi)
3. Unsur kimiawi (bahan dari luar maupun dalam tubuh)
4. Unsur psikis
5. Unsur genetik b. Penyebab Sekunder Merupakan unsur yang membantu atau menambah
dalam proses sebab akibat terjadinya penyakit. Dalam analisa penyebab penyakit tidak hanya
terpusat pada penyebab primer/kausal saja tetapi harus memperhatikan pengaruh
primer/kausal saja tetapi faktor lainnya di luar penyebab kausal. Contoh : Penyakit
kardiovaskuler, tuberkulosa, kecelakaan lalu lintas, tidak terbatas pada penyebab primer saja
tetapi harus dianalisa dalam bentuk rantai penyebab (pengaruh penyebab sekunder sehingga
penyebab primer dapat menimbulkan penyakit).
2. Manusia (Host) Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi manusia sehingga terjadinya
penyakit adalah genetik, jenis kelamin, etnik group, keadaan fisiologis, keadaan immunologis
(hypercensitive, maternal antibody), kebiasaan seseorang (kebersihan, makanan, kontak
perorangan, pekerjaan, rekreasi, pemanfaatan pelayanan kesehatan). Faktor manusia yang
cukup berpengaruh terhadap timbulnya penyakit khususnya yang sedang berkembang adalah
kebiasaan yang buruk, seperti membuang sampah/kotoran yang tidak pada tempatnya, taboo,
cara penyimpanan makanan yang kurang baik, hygiene rumah tangga yang kurang
mendapatkan perhatian.
3. Lingkungan (Environment) Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan
interaksi antara manusia dengan faktor penyebab.
Lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian utama yaitu :
1. Lingkungan Fisik : meliputi : iklim/cuaca, tanah dan air.
2. Lingkungan Biologi :
a. Kependudukan : kepadatan penduduk
b. Tumbuh-tumbuhan : sumber makanan yang dapat memengaruhi sumber penyakit.
c. Hewan : sumber makanan, juga dapat sebagai tempat munculnya sumber penyakit
3. Lingkungan Sosial Ekonomi :
a. Pekerjaan: yang berhubungan dengan bahan–bahan kimia, atau pola aktivitas.
b. Urbanisasi: Kepadatan penduduk, adanya ketegangan dan tekanan sosial.
c. Perkembangan Ekonomi: pendapatan, status social ekonomi, daya beli bahan pangan,
akses terhadap pelayanan kesehatan.
d. Bencana alam seperti : banjir, gunung meletus, gempa bumi, peperangan dan lainlain.
d. Model Timbulnya Penyakit
Dalam konsep dasar timbulnya penyakit kaitan antara faktor host, agent dan environment,
para ahli menggambarkannya dengan berbagai model.
Dewasa ini dikenal 3(tiga) model yaitu :
1) Segi Tiga Epidemiologi (the epidemiologi triangle),
2) Jaring-jaring sebab akibat (the web of causation) dan
3) Model roda (the wheel). (I Made Rodja Suantara, 2018)
1. Segitiga epidemiologi (the epidemiologic triangle) Dalam epidemiologi deskriptif
dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel
epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time). Hubungan
asosiasi dalam bidang epidemiologi adalah hubungan bersama atau saling mempengaruhi
antara dua variabel atau lebih, dan hubungan tersebut dapat bersifat kausal atau non kausal.
2. Jaring-jaring sebab akibat (web of causation)
Menurut model ini, penyakit tidak tergantung pada satu sebab saja yang berdiri sendiri,
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses “sebab dan akibat”. Dengan demikian maka
timbunya penyakit dapat dicegah atau diatasi dengan cara memotong rantai pada berbagai
titik. Berdasarkan metode ini, dalam usaha menanggulangi masalah gizi, kita harus
melakukan intervensi berdasarkan penyebab utama (root causes of malnutrition) dari masalah
gizi. Sebagai contoh : di negara berkembang umumnya masalah gizi disebabkan oleh sosial
ekonomi yang rendah disamping faktor-faktor lainnya.
3. Roda (the wheel) Seperti halnya model jaring-jaring sebab akibat, model roda
memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit
dengan tidak begitu menekankan pentingnya agent. Dalam model ini yang dipentingkan
adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan
masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang diderita. Sebagai contoh:
Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dari pada “Sorbun”.
e. Proses Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit yang terjadi pada manusia dapat digolongkan menjadi 5 tahap menurut
(Notoatmodjo. S., 2003),yaitu:
1. Tahap Prepatogenesis Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit
penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di
luar manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya
tandatanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih Aminah Toaha 34 kuat dan dapat
menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap Inkubasi Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh pejamu,
tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi
yang berbeda, ada yang bersifat seperti influensa, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1-
2 hari saja, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan
sebagainya
3. Tahap Penyakit Dini Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala
penyakit. Pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi masih dalam yang ringan dan pejamu
masih dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Apabila pada tahap ini penyakit segera diobati,
mungkin penyakit akan dapat segera teratasi sehingga sembuh. Sebaliknya apabila dibiarkan
dan tidak segera diobati maka penyakit akan menjadi lebih parah. Keadaan ini sangat
tergantung kepada daya tahan tubuh manusia itu sendiri, gizi, istirahat dan perawatan yang
baik (self care)
4. Tahap Penyakit Lanjut Apabila penyakit pejamu bertambah parah, karena tidak diobati,
atau pengobatannya tidak teratur dan tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan
pada tahap penyakit dini, maka penyakit masuk ke dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap
ini pejamu kelihatan sangat tak berdaya dan tidak sanggup lagi menjalankan aktivitas sehari-
hari. Pada tahap ini pejamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap Akhir Penyakit Tahap akhir suatu penyakit di bagi dalam 5(lima) keadaan, sebagai
berikut :
1. Sembuh sempurna : artinya bentuk dan fungsi tubuh pejamu kembali berfungsi
sepertikeadaan semula dengan kata lain pejamu bebas dari penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit pejamu berakhir dan bebas dari penyakit, tetapi ke sembuh
pejamu tidak sempurna, karena terjadi cacat. Cacat pada pejamu dapat berupa cacat fisik,
cacat mental maupun cacat sosial dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap
organ-organ tubuh pejamu.
3. Karier : Pada karier perjalanan penyakit seolah-olah terhenti karena gejala-gejala penyakit
tidak nampak lagi, tetapi dalam pejamu masih terdapat bibit-bibit penyakit yang pada suatu
saat apabila daya tahan tubuh pejamu menurun akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini
tidak hanya membahayakan pejamu sendiri, tetapi dapat berbahaya terhadap orang
lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
4. Kronis : pada keadaan ini perjalanan penyakit nampak berhenti, tetapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah, dengan kata lain tidak bertambah berat ataupun bertambah ringan.
Keadaan ini pejamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
5. Meninggal : Ketika kondisinya memburuk, menjadi tidak terkendali, dan berhenti
berkembang karena kematian pejamu. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
f. Penyebab Penyakit
Terdapat 6(enam) golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis Menurut (Entjang. E.,
2000), yaitu:
1. Protozoa Binatang bersel satu yang dapat menimbulkan malaria, disentri amuba dan
sebagainya, memerlukan perkembangan di luar tubuh manusia yang ditularkan melalui vektor
2. Metozoa Jenis parasit jenis multiseluler yang menyebabkan penyakit trikonosis, cacing
tambang dan sebagainya, memerlukan perkembangan di luar tubuh manusia, sehingga
penularannya terjadi secara tidak langsung.
3. Bakteria Merupakan tumbuh-tumbuhan bersel tunggal yang menyebabkan bermacam-
macam penyakit seperti TBC, Tifus abdominalis, meningitis, dan sebagainya. Berkembang
biak di lingkungan sekitar manusia, dapat ditularkan dari orang ke orang atau
mendapatkannya dari lingkungan orang tersebut.
4. Virus Penyebab penyakit yang mempunyai ukuran yang sangat kecil dapat menimbulkan
penyakit cacar, morbili, hepatitis, rabies, encepalitis dan sebagainya. Penyakit tersebut
umumnya ditularkan secara langsung
5. Fungsi (jamur) Tumbuhan yang bersifat uniseluler maupun multiseluler yang dapat
menimbulkan penyakit seperti jamur kulit, histoplamosis, blastomikosis. Reservoir dari
penyakit jamur adalah tanah dan tidak ditularkan langsung dari orang ke orang
6. Riketsia Parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar berada di antara bakteri.
g. Pencegahan Penyakit
Secara umum pencegahan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mencegah
atau menghindari suatu kejadian yang diharapkan (atau diduga) sebelum terjadi’ (to come
before or precede, or anticipate, to make imposible by advance provision). Pencegahan
penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah
intervensi yang telah dibuktikan efektif (Kleinbaum, 1982). Pencegahan penyakit ialah
mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian dengan menggunakan langkah‐
langkah yang didasarkan pada data/keterangan bersumber hasil
analisis/pengamatan/penelitian epidemiologi.
1.3. METODE DASAR EPIDEMIOLOGI
Macam-Macam epidemiologi Epidemiologi dibaggi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Epidemiologi Deskriptif (Diskriptive Epidemiology)
Adalah mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa
memandang perlu Gufron Wahyudi 8 mencari jawaban terhadap faktor-faktor
penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut. Pada epidemiologi deskriptif,
informasi dikumpulkan untuk “menandai” atau merangkum kejadian atau masalah
kesehatan. Epidemiologi deskriptif mengevaluasi semua keadaan yang berada di
sekitar seseorang yang dapat mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi
fokus dalam epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Johnson, 2012),
frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola dapat digunakan
untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko. Penelitian
deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang
terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where (di mana
mereka terpengaruhi)
a. Pada Orang Pada who (orang), epidemiologi deskriptif meneliti faktor-faktor antara
lain:

1. Variabel Demografi, sebagai contoh: usia, jenis kelamin, ras, penghasilan,


pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan lain-lain.
2. Variabel Keluarga, sebagai contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan,
pendidikan ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.
3. Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola olahraga.
4. Variabel lain, seperti: Golongan darah, paparan factor lingkungan tertentu, status
kekebalan, status imunisasi, status gizi.
Contoh: penelitian epidemiologi deskriptif yang menganalisis faktor orang antara lain
tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas pada remaja siswi
SMA, Diabetes Mellitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain
b. Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah Where
(tempat).
Tempat disini dapat berupa:
1. Tempat tinggal 2
2. Tempat bekerja
3. Sekolah
4. Rumah Makan
5. Tempat Rekreasi
Contoh penelitian: Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah
yang berdekatan dengan stasiun atau kuburan, karena di tempat tersebut
pengendalian jentik nyamuk relatif kurang diperhatikan daripada rumah
tinggal
c. Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif adalah
factor when (waktu). Yang dimaksud dengan waktu disini bias merupakan waktu
tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu setiap hari atau setiap jam. Sebagai
contoh, penyakit demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan, demikian
halnya dengan penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan lebih sering
terjadi di masa liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu tertentu akan
dapat membantu upaya pencegahan.
Berikut ini contoh-contoh lain penelitian epidemiologi deskriptif:
1. Penilaian aktifitas fisik dan pengeluaran energi pada lansia penderita penyakit
kronis di Desa Sukamakmur.
2. Tren angka kejadian stroke di Kecamatan Kondang dari tahun 1990-2010
3. Perilaku merokok pada kelahiran preterm di Kecamatan Sanden
4. Perbedaan jenis kelamin pada gangguan lemak di Padang dan di Yogyakarta
5. Tren angka harapan hidup berdasarkan kelompok latar belakang pendidikan di
Yogjakarta.
2. Epidemiologi Analitik
(Analytic Edemiology) Adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Dalam epidemiologi analitik diupayakan untuk mencari jawaban mengapa (why),
kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan. faktor penyebab
diarahkan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi, sedangkan akibat menunjuk kepada
frekuensi, penyebaran, serta adanya suatu masalah kesehatan. Oleh karena itu perlu
dirumuskn hipotesa yang berkaitan dengan masalah yang timbul, lalu dilanjutkan dengan
menguji hipotesa melalui suatu penelitian yang selanjutnya ditarik suatu kesimpulan tentang
sebab akibat dari timbulnya suatu penyakit. Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk
menguji data serta informasi-informasi yang diperoleh melalui studi epidemiologi deskriptif.
Ada dua studi tentang epidemiologi ini:
a. Studi riwayat kasus (case history studies).
Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang
terkena penyebab penyakit (kelompok kasus) dengan kelompok orang tidak terkena
penyakit (kelompok kontorl) Contoh: kita berminat meneliti kemungkinan hubungan
antara Ca payudara dan penggunaan kontrasepsi oral (OC). Untuk menguji hopotesa
kita dapat. Jika kasus (Ca payudara) dan non kasus (non Ca payudara) menunjukan
distribusi pemakaian OC yang sama, maka (untuk sementara) kita dapat
menyimpulkan tidak terdapat pengaruh OC terhadap Ca payudara. Sebaliknya, jika
kasus secara bermakna lebih banyak menggunakan OC yang lebih lama atau dengan
dosis estrogen yang lebih tinggi ketimbang non kasus, maka kita dapat Gufron
Wahyudi 11 menyimpulkan pemakaian OC memperbesar kemungkinan untuk
mengalami Ca payudara.
b. Studi Kohort (Kohort Studies)
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exsposed) pada suatu penyebab penyakit
(agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit.
Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan
kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut
bermakna atau tidak. Contoh: untuk membuktikan bahwa oral kontrasepsi kemungkinan
merupakan faktor penyebab kanker payudara (Ca payudara), diambil dua kelompok ibu-ibu
yang satu kelompok terdiri dari ibu-ibu yang menggunakan oral kontrasepsi dan satu
kelompok lagi terdiri dari ibuibu yang tidak menggunakan oral kontrasepsi. Kemudian
diperiksa apakah ada perbedaan pengidap, kanker payudara antara kelompok pengguna oral
kontrasepsi dan yang tidak menggunakan oral kontrasepsi.
3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok
subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan
percobaan) Contoh: untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu
kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil
sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah
beberapa tahun kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok
percobaan dan kelompok kontrol. Secara bertahap, agar Anda betul- Gufron Wahyudi
12 betul dapat menguasai macam-macam epidemiologi, maka sebaiknya Anda
mengambil kasus di tempat bekerja lalu dianalisis sesuai dengan tahap demi tahap

1.4 Pengukuran Epidimiologi

Ukuran Epidemiologis

Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup rate (angka), rasio dan

proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan

peritiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan dapat

diukur dengan angka insidensi, prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian

dapat diukur dengan angka kematian.

Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

factor person atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek jumlah atau fekuensi orang

yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain itu factor place atu tempat adalah faktor

yang berkaitn dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal.

Faktor time atau waktu adalah periode atau waktu kapan orang-orang tersebut mengalami

suatu peristiwa.
Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan,

yaitu insidensi yang menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode

tertentu, dan prevalens yang menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat

tertentu.Untuk memudahkan pemahaman, setiap individu dalam populasi dianggap masuk

Dalam salah satu dari dua kategori “sakit” atau “tidak sakit”. Prevalens
menggambarkan
proporsi populasi yang sakit pada satu saat tertentu, sedangkan insidens
menggambarkan
perpindahan dari kategori tidak sakit.
Terdapat dua macam ukuran yang digunakan dalam epidemiolog, yaitu
1. Tipe Kuantitas Matematis
2. Tipe Kuantitas Epidemiologis

A. TIPE KUANTITAS MATEMATIS


Ada empat jenis tipe kuantitas matematis, yaitu
1. Enumerasi (hitungan) atau) atau angka mutlak merupakan jumlah kasar atau
frekuensi.
Contoh: 10 kasus, 1961 kasus, dsb.
2. Rasio
3. Proporsi
4. Rate
1. Proporsi
Proporsi merupakan suatu fraksi atau tipe rasio yang unsur numerator adalah
bagian dari denominator. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel
dalam
populasinya. Apabila menggunakan angka dasar (konstanta) adalah 100, maka disebut
persentase.
Ciri proporsi :
 Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan
penyebutnya
sama, sehingga saling meniadakan.
 Nilainya antara 0 dan 1
2. Rasio
Rasio merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator dan
denominator yang tidak saling berhubungan. Ratio merupakan pecahan yang
pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang membedakannya
dengan proporsi. Rasio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang
berbeda satu dengan yang lain.
Jenis ratio :
a. Rasio yang mempunyai satuan, misalnya:
 Jumlah dokter per 100.000 penduduk
 Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup.
b. Rasio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya
mempunyai satuan yang sama, misalnya:
 Rasio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau rasio antara
satu rate dengan rate yang lain, contohnya Relative Risk dan Odds Ratio
3. Rate
Rate adalah tipe spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses dinamik
seperti pertumbuhan dan kecepatan. Rate merupakan pernyataan numeris dari
frekuensi
suatu peristiwa, dihitung dengan cara pembagian antara jumlah individu yang
mengalami
peristiwa (numerator) dengan jumlah total (keseluruhan) yang mungkin dapat
(kapabel)
mengalami peristiwa (denominator atau populasi berisiko) dan perkalian dengan suatu
konstanta (tetapan). Rate disebut juga tingkat atau laju.
Format umum dari Rate adalah
 Numerator adalah jumlah orang atau individu yang mengalami peristiwa
 Denominator adalah jumlah populasi berisiko (jumlah total orang keseluruhan
individu
yang mungkin mengalami peristiwa)
 F adalah faktor pengali, biasanya kelipatan 10, mengkonversi rate dari suatu
fraksi ke
suatu jumlah keseluruhan
Dengan demikian Rate dapat berarti suatu pernyataan numeris dari frekuensi
kejadian yang terjadi dalam suatu kelompok orang tertentu (didefinisikan) di dalam
satu
periode waktu tertentu. Rate merupakan bentuk khusus dari suatu proporsi yang
memuat
waktu (atau faktor lain) dalam denominator.

B. UKURAN MORBIDITAS
Angka kesakitan atau yang biasa disebut dengan morbiditas adalah angka yang
menunjukkan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas
juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu
kondisi sakit. Morbiditas mengacu pada angka kesakitan yaitu jumlah orang yang
sakit
dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang
sehat
atau kelompok yang beresiko.
Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka Insidensi, prevalensi
dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Ukuran-ukuran untuk
angka
kesakitan adalah sebagai berikut:
1. Rate. Ukuran rate antara lain:
a. Incidence rate
B. Prevalence rate
C. Point prevalence rate
D. Period prevalence rate
E. Attack rate, dan lainnya.
2. Proporsi
3. Rasio
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan
program
program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh
gambaran
pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
1. Insidens (Incidence)
Insidens merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu.
Batasan untuk angka insidensi adalah proposi kelompok individu yang terdapat dalam
penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam
kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru
Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu
periode waktu di antara populasi yang berisiko. Yang dimaksud kasus baru adalah
perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode Waktu adalah jumlah waktu yang
diamati selama sehat hingga menjadi sakit
Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang penting dan banyak
digunakan. Istilah-istilah yang banyak digunakan misalnya incidence rate atau
cummulative
incidence rate, atau attack rate. Untuk memperoleh insidensi harus dilakukan dengan
melakukan pengamatan kelompok penduduk yang mempunyai risiko terkena penyakit
yang
ingin dicari yaitu dengan cara mengikuti secara prospektif untuk menentukan
insidensi
kasus baru. Beberapa pertimbangan dalam menghitung angka insidensi adalah sebagai
berikut :
 Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi
Kelompok individu dalam populasi harus ditentukan status kesehatannya dan
diklasifikasikan menjadi “sakit” atau “tidak sakit”. Penentuan ini dapat dilakukan
melalui
catatan yang ada atau melalui penyaringan atau pemeriksaan lain. Hal ini penting
untuk menentukan keadaan awal bahwa penyakit yang akan diteliti pada kelompok
individu belum terjadi. Selain itu, penentuan keadaan awal tersebut juga penting bila
hasilnya akan dibandingkan dengan kelompok lain karena kedua kelompok yang akan
dibandingkan angka insidennya harus komparabel dengan variabel-variabel penting
yang sama antara kedua kelompok.
 Menentukan waktu awal penyakit
Menentukan kriteria diagnostik saat mulai timbulnya penyakit bagi kelompok
penduduk yang akan dicari insidensnya merupakan hal yang sangat penting. Dalam
beberapa hal, penentuan ini relatif mudah, kecuali pada pada penyakit kronis yang
pada awalnya tidak menunjukkan gejala yang khas. Pada kejadian demikian
hendaknya digunakan tanda-tanda sedini mungkin yang dapat ditentukan secara
obyektif.
 Spesifikasi penyebut
Bila penelitian epidemiologis untuk mencari insidensi penyakit dilakukan dalam
jangka waktu lama, maka ada kemungkinan ada subyek studi yang drop out. Dengan
alasan lain dan hanya mengikuti pengamatan sebagian waktu maka batasan atau
rumus angka insidensi yang telah dibahas sebelumnya harus diadakan perbaikan
yanitu pada penyebut digunakan person-time sehingga insidensi rate disebut person
years incidence rate atau cummulative incidence rate.
Manfaat insidensi adalah untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi,
risiko untuk terkena terkena masalah kesehatan yang yang dihadapi, serta untuk
mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Spesifikasi pembilang yaitu jumlah orang vs jumlah kejadian
Misalnya, dalam hal tertentu orang dapat mengalami sakit yang sama beberapa
kali dalam kurun waktu tertentu, misalnya influenza. Hal ini menimbulkan dua angka
insidensi dari data yang sama, yaitu angka insidensi berdasarkan orang yang
menderita dan angka insidensi berdasarkan kejadian penyakitnya. Angka insidensi
berdasarkan penyakit dapat lebih besar dibandingkan dengan angka insidensi
berdasarkan penderita karena dalam periode tertentu seseorang dapat menderita
penyakit yang sama lebih dari satu kali, terutama penyakit-penyakit yang akut yang
cepat sembuh.
 Periode pengamatan
Angka insidensi harus dinyatakan dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu
tahun, tetapi dapat juga dalam periode waktu lain asalkan cukup panjang. Misalnya,
pada penyakit dengan frekuensi yang sangat sedikit membutuhkan waktu
bertahuntahun. Pada populasi besar, penyebut hendaknya menggunakan penduduk
hasil
sensus, misalnya pada pengamatan insidensi penyakit TBC suatu kota. Pada populasi
kecil atau terbatas seperti sekolah atau industri, untuk penyebut digunakan individu
yang benar-benar tidak menderita sakit pada saat dilakukan pengamatan.
Untuk penyakit dengan insidensi yang terjadi dalam waktu yang pendek
digunakan istilah attack rate. Attack rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut. Manfaatnya untuk dapat memperkirakan derajat serangan
atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai attack rate maka penyakit tersebut
memiliki derajat serangan dan atau penularan yang tinggi.
Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejadian penyakit.
Perubahan
angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor penyebab penyakit yaitu:
fluktuasi
alamiah dan program pencegahan. Bila fluktuasi alamiah dapat diabaikan maka
penurunan
insidensi menunjukkan keberhasilan program pencegahan.
Manfaat lain dari pengukuran insidensi adalah:
 Ukuran insiden banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk
rnencari adanya
asosiasi sebab – akibat.
 Ukuran insidensi dapat pula dlgunakan untuk mengadakan perbandingan
antara
berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda.
 Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang
ditimbulkan
oleh determinan tertentu.
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan ats tiga macam, yakni incidence
rate, attack rate dan secondary attack rate.
a. Incidence Rate
Incidance rate adalah jumlah penderita beru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk
yang mungakin terkena penyakit tersaebut pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil.

1.5 Pengukuran Angka Kesakitan


1.Pengertian
Angka kesakitan (morbiditas) merupakan indikator penting
yang digunakan untuk penilaian dan perencanaan program yang
bertujuan untuk menurunkan kesakitan dan kematian di suatu
wilayah. Angka kesakitan ialah jumlah kejadian suatu penyakit
yang dirumuskan sebagai jumlah anak yang sakit per 1000 anak
yang bisa terkena penyakit (Kardjati dan Alisjahbana, 1985).
Tingkat angka kesakitan mempunyai peranan yang lebih penting
dibandingkan dengan angka kematian karena apabila angka
kesakitan tinggi maka akan memicu kematian sehingga otomatis
menyebabkan angka kematian juga tinggi. Angka ini dapat
digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum,
mengetahui keberahasilan program program pemberantasan
penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran
pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan
Untuk mengetahui angka kesakitan penduduk, data dapat
bersumber dari sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh dari
laporan rutin yang berasal dari masyarakat itu sendiri
Dalam pengumpulan data angka kesakitan, terdapat dua ukuran utama
yang terdiri dari angka insidensi maupun angka prevalensi.
Angka insidensi adalah gambaran tentang kumpulan
frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu
waktu tertentu pada satu kelompok masyarakat (Azwar, 1983).
Dalam penghitungan
Angka insidensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah kasus baru penyakit ×100%
Selain angka insidensi, ada juga yang disebut sebagai
insidensi kumulatif (cumulative risk). Parameter ini berguna untuk
menunjukkan taksiran probablitas resiko seseorang untuk terkena
penyakit dalam suatu jangka waktu. Proporsi orang yang terkena
penyakit di antara semua orang yang beresiko terkena penyakit
tersebut, sehingga nilai dari resiko insidensi antara 0 dan 1.
Angka prevalensi adalah gambaran tentang kumpulan
frekuensi penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
dalam rentang waktu tertentu pada sekelompok masyarakat. Pada
perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk
tanpa memperhitungkan orang yang kebal atau penduduk dengan
faktor resiko tertular penyakit yang sama (population at risk).
Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya
bukan suatu nilai yang murni, karena penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.
Prevalensi tergantung pada dua faktor yaitu berapa banyak orang
yang sakit dan durasi penyakit tersebut melanda

2. Faktor Penyebab
(Gordon, 1954) menyebutkan bahwa angka kesakitan
seseorang dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga
epidemiologi, seperti:
a. Agen : disebabkan oleh berbagai unsur yang terdiri dari unsur
biologis seperti mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, parasit,
protozoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak
memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang
disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam
tubuh sendiri (karbon monoksida, obat-obatan, arsen, pestisida,
dll), unsur fisika yang bisa disebabkan oleh panas atau
benturan, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan
heriditer atau keturunan. Demikian juga dengan unsur
kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan
unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.
Agen
(agent)
Lingkungan
(environment)
Pejamu
(host)
b. Host : atau pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit.
Faktor ini disebabkan oleh faktor intrinsik. Faktor pejamu yang
biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit,
seperti:
1. Umur. Usia lanjut lebih rentan untuk terkena penyakit
karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin. Misalnya, penyakit kelenjar gondok,
kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita.
Serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau
penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki
atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,
jantung, dll.
3. Ras, Suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih maupun ras
kulit hitam memiliki tingkat kerentanan yang berbeda
terhadap suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga) : Penyakit yang sifatnya
menurun dari orang tua ke anaknya seperti hemofilia, buta
warna, sickle cell anemia, dll.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll.
6. Bentuk anatomis tubuh
7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Penyakit yang diderita sebelumnya
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
c. Environment : Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga
sebagai penunjang terjadinya penyakit. Hal ini terjadi karena
faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan faktor
ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
1. Lingkungan Biologis (flora dan fauna) : Mikroorganisme
penyebab penyakit reservoar, penyakit infeksi (binatang dan
tumbuhan). Vektor pembawa penyakit tumbuhan dan
binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya.
2. Lingkungan Fisik : Yang dimaksud dengan lingkungan fisik
adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan
fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,
geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber
penyakit seperti zat kimia atau polusi, radiasi, dll. Perlunya
juga untuk memperhatikan kondisi dinding dan lantai yang
harus kering dan tidak lembab. Serta jarak kandang ternak
terpisah paling tidak 10 meter dari jarak rumah. Perlunya
juga diperhatikan sumber air bersih, tempat pembuangan
sampah dan tempat pembuangan limbah rumah tangga.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi : Sistem ekonomi yang berlaku
dan mengacu pada pekerjaan sesorang serta berdampak
pada penghasilan mampu mempengaruhi kondisi kesehatan.
Perkembangan ekonomi diikuti dengan turunnya penyakit
menular dan naiknya penyakit tidak menular. Status sosial
ekonomi yang rendah, keadaan gizinya rendah, pengetahuan
tentang kesehatannya rendah, akan menjadi satu kesatuan
yang membuat kesehatan lingkungannya buruk dan status
kesehatannya buruk Selain itu juga yang menjadi masalah
cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak
pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga,
sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup
masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang
kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
4. Tingkat pendidikan ibu : Pendidikan ibu erat kaitannya
dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan
kesehatan, higiene, perlunya pemeriksaan kemhamilan, dan
pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan
anak-anak dan keluarganya. Sehingga semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi pula
pengertiannya terhadap kesehatannya baik itu kesehatan
dirinya, anak-anaknya maupun lingkungan tempat ia
tinggal.
5. Pelayanan kesehatan : Keberadaan fasilitas kesehatan
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
sangat di pengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau
masyarakat atau tidak.

1.6 pengukuran angka kematian


1.Pengertian
Angka kematian atau tingkat kematian (bahasa Inggris: mortality rate atau
mortality ratio) adalah ukuran kematian rata-rata dari penduduk dalam suatu daerah
atau wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Secara sederhana, mortalitas
merupakan jumlah kematian akibat penyakit tertentu maupun kematian
alami.Mortalitas merupakan salah satu komponen penting dalam
kependudukan.Pertumbuhan penduduk ditentukan salah satunya oleh mortalitas.Objek
mortalitas ialah semua manusia di segala jenis umur di manapun dan kapanpun.
Mortalitas merupakan informasi penting bagi pihak pemerintah dan swasta dalam
bidang ekonomi dan kesehatan. Permasalahan mortalitas melingkupi bidang ekonomi,
sosial, adat, maupun kesehatan lingkungan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat diketahui melalui indikator
kematian.Selain itu, besarnya mortalitas menentukan arah pembangunan sebuah
negara. Penghitungan mortalitas terdiri atas beberapa jenis, contohnya: angka
kematian bayi, angka kematian kasar, angka kematian menurut kelompok umur.
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individu yang
memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.

 Angka kematian bayi


Angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi dalam satu periode
tertentu tiap 1000 kelahiran. Angka ini dapat dijadikan sebagai indikator
tingkat kesehatan suatu wilayah. Informasi yang diperoleh dari angka
kematian bayi bersifat sosial ekonomi dan demografis, yaitu fasilitas
medis dan taraf hidup penduduk. Dalam kenyataannya, sulit untuk
melakukan perhitungan karena ketidaktersediaan data. Angka kematian
bayi umumnya hanya dihitung dengan metode tidak langsung. Angka
kematian bayi dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan dengan nilainya
masing-masing, yaitu tingkat rendah (< 35), tingkat sedang (35-75), tingka
tinggi (75-125), dan tingkat sangat tinggi ( > 125).

 angka kematian kasar


Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian
yang terjadi tiap 1000 penduduk. Dalam kasus umum, kematian lebih
sering terjadi di usia tua dibandingkan pada usia muda Indikasi yang
digunakan dalam angka kematian kasar sangat sederhana karena tidak
memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Angka kematian kasar
digunakan pada suatu wilayah sebagai ukuran tingkat kesejahteraan
penduduk. Angka kematian berbanding terbalik dengan tingkat
kesejahteraan penduduk. Semakin besar angka kematian kasar
menandakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk semakin rendah.
Angka kematian kasar dapat digolongkan menjadi 3 tingkat dengan
standar angkanya masing-masing, yaitu tingkat rendah (9–13), tingkat
sedang (13–18), dan tingkat tinggi (> 18).
Angka kematian kasar meningkat seiring terjadinya
bencana,wabah penyakit, peperangan, dan kecelakaan lalu lintas Selain
itu, gizi buruk dan rendahnya kualitas pelayanan pada fasilitas pelayanan
kesehatan juga meningkatkan angka kematian kasar. Sebaliknya, angka
kematian kasar menurun seiring peningkatan kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan, ketersediaan makanan bergizi serta lingkungan yang bersih dan
teratur. Kemajuan pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan juga menjadikan angka kematian kasar menurun.

 Angka kematian menurut kelompok (umur)

Angka kematian menurut kelompok umur adalah jumlah kematian


penduduk yang terjadi pada kelompok umur tertentu. Nama lainnya ialah
angka kematian khusus. Ketelitian hasil perhitungan pada angka kematian
menurut umur lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian kasar. Tiap
angka mewakili kematian tiap 1000 penduduk pada suatu periode tertentu
berdasarkan kelompok umur.

2. faktor -faktor yang mempengaruhi tingkat kematian

 ekonomi
Kondisi ekonomi yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab
kematian ibu dan anak sebelum, selama dan setelah
persalinan.keuangan yang tidak mencukupi membuat masyarakat
memilih tidak memeriksakan kesehatannya di rumah sakit,
terutama ibu hamil hingga ibu yang telah melahirkan. Kondisi ini
membuat banyak ibu yang meninggal karena memiliki penyakit
yang tidak diketahui.

 Lingkungan

Tidak semua penyakit dan kematian dapat dihubungkan secara


langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan tempat tinggal
dan tempat kelahiran anak-anak. Namun penyakit
dan kecatatan selalu disebabkan oleh agen-agen lingkungan. Secara
tidak langsung, lingkungan mempengaruhi mortalitas maupun
morbiditas. Kematian janin dapat terjadi sebelum usia kehamilan
18 pekan akibat terpapar radiasi.

 Adat

Adat khusunya berpengaruh terhadap peningkatan angka kematian


ibu selama proses persalinan. Kematian ini umumnya disebabkan
adanya pendarahan yang tidak dapat diatasi. Sebagian besar
masyarakat desa lebih memilih melahirkan di rumah dengan
bantuan dukun, dibandingkan ke rumah sakit untuk menerima
bantuan persalinan dari bidan. Beberapa suku tertentu juga
memiliki kebiasaan menempatkan ibu yang sedang nifas pada
tempat-tempat khusus yang kurang higenis.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa


Epidemiologi dapat di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Di dalam kesehatan ilmu Epidemiologi sangatlah penting karena
di dalamnya terdapat peran dan tindakan yang harus dilakukan untuk pencegahan
masalah kesehatan tersebut. Terutama pada saat penanganan dalam masalah penyakit
menular maupun yang tidak menular,yang disebabkan oleh parasit, virus, bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lainnya.

You might also like