Professional Documents
Culture Documents
Proposal Penelitian-1
Proposal Penelitian-1
Disusun Oleh:
Kelas: XI IPA 4
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas semester genap
pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis mengalami
kesulitan dan penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Maka, dalam kesempatan ini pula penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Suwarustiati, S.Pd.
selaku guru penghimpun mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian proposal penelitian ini.
Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN LAPORAN
Guru Pembimbing
(……………………..) (………………………)
NIP…………………….
Kepala Sekolah
(……………………..)
NIP..…………………
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis sejauh mana Kurikulum Merdeka diimplementasikan secara efektif di
berbagai sekolah menengah atas yang melibatkan pemahaman guru terhadap konsep-
konsep dasar kurikulum, kesiapan infrastruktur sekolah, serta dukungan dan pelatihan
yang diberikan kepada guru.
2. Mengevaluasi dampak Kurikulum Merdeka terhadap perkembangan kreativitas dan
pola pikir kritis siswa. Evaluasi ini melibatkan pengukuran kualitatif dan kuantitatif,
seperti observasi kelas, wawancara dengan siswa dan guru, serta pengukuran hasil
belajar siswa terkait kemampuan berpikir kritis, kemampuan beradaptasi, dan
kemampuan memecahkan masalah.
3. Memperoleh tanggapan dari berbagai pihak terkait, termasuk siswa, guru, orang tua,
dan pihak terkait lainnya, terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Tanggapan ini
dapat memberikan wawasan yang berharga tentang kelebihan dan kekurangan
pendekatan ini, serta area mana yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
4. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Kurikulum Merdeka
memengaruhi pengalaman belajar siswa di sekolah menengah atas, serta apakah
berhasil mencapai tujuannya untuk meningkatkan kreativitas dan pola
pikir kritis mereka.
2
BAB 2
3
e. Pengembangan Kurikulum yang Berorientasi pada Kreativitas : Merancang
kurikulum yang memasukkan mata pelajaran dan aktivitas ekstrakurikuler yang
dapat merangsang kreativitas siswa, seperti seni, musik, drama, atau olahraga.
f. Evaluasi Berbasis Kinerja : Mengukur kemajuan siswa bukan hanya melalui tes
tertulis, tetapi juga melalui penugasan kreatif, proyek, atau portofolio yang
mencerminkan kreativitas dan pemecahan masalah.
g. Dukungan dan Pelatihan untuk Guru : Memberikan pelatihan dan dukungan
kepada guru untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman mereka
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang merangsang kreativitas
siswa.
B. Tantangan yang Dihadapi Sekolah dalam Mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi sekolah dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan kemampuan dan pola
pikir kritis siswa meliputi :
a. Keterbatasan Sumber Daya : Kurangnya dana, fasilitas, dan sumber daya
manusia dapat menjadi hambatan dalam memperkenalkan metode pembelajaran
yang membutuhkan teknologi atau bahan-bahan tertentu.
b. Resistensi dari Guru dan Stakeholder : Beberapa guru mungkin menghadapi
kesulitan dalam mengubah paradigma pembelajaran tradisional menjadi lebih
inovatif dan kreatif. Selain itu, ada kemungkinan adanya resistensi dari orang
tua atau pihak lain yang terikat pada pola pembelajaran konvensional.
c. Kebijakan dan Standar Pendidikan yang Tidak Selaras : Kurikulum Merdeka
mungkin tidak sepenuhnya selaras dengan kebijakan atau standar pendidikan
yang ada, sehingga memerlukan upaya tambahan untuk menyesuaikan dan
mengintegrasikannya dengan struktur pendidikan yang ada.
d. Kurangnya Pelatihan dan Dukungan : Guru mungkin membutuhkan pelatihan
dan dukungan yang memadai untuk mengembangkan keterampilan dan
pemahaman mereka dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara
efektif.
e. Pengukuran dan Evaluasi yang Tidak Tepat : Sistem evaluasi yang berfokus
pada tes standar atau akademik mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan dan pola pikir kritis siswa yang diharapkan oleh Kurikulum
Merdeka. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan evaluasi yang lebih holistik
dan berbasis kinerja.
f. Kurangnya Kesadaran dan Dukungan dari Masyarakat : Pemahaman yang
rendah tentang konsep Kurikulum Merdeka dan pentingnya pengembangan
kreativitas dan pola pikir kritis mungkin mengurangi dukungan dari masyarakat
secara umum.
C. Perbedaan Hasil Kreativitas dan Pola Pikir Kritis antara Siswa yang Mengikuti
Kurikulum Merdeka dengan Siswa yang Tidak Mengikuti Kurikulum Merdeka
Perbedaan hasil kreativitas dan pola pikir kritis antara siswa yang mengikuti
kurikulum merdeka dan yang tidak mengikuti kurikulum merdeka bisa dipengaruhi
4
oleh beberapa faktor, termasuk metode pembelajaran, penekanan pada keterampilan
tertentu, dan pendekatan kurikulum secara keseluruhan.
a. Metode Pembelajaran : Kurikulum Merdeka cenderung menekankan pada
pembelajaran berbasis proyek, eksperimen, dan pemecahan masalah. Ini
memberi siswa kesempatan untuk lebih kreatif dalam menemukan solusi untuk
masalah yang diberikan. Sementara itu, kurikulum tradisional mungkin lebih
didasarkan pada pembelajaran yang terstruktur dan sering kali kurang
mempromosikan kreativitas.
b. Penekanan pada Keterampilan Kreatif : Kurikulum Merdeka sering kali
memberi penekanan pada pengembangan keterampilan kreatif seperti berpikir
lateral, imajinasi, dan inovasi. Hal ini dapat mendorong siswa untuk lebih berani
dalam mencoba pendekatan baru dan tidak konvensional dalam menyelesaikan
masalah. Di sisi lain, kurikulum tradisional mungkin lebih fokus pada
penguasaan materi dan ujian, yang mungkin kurang mendorong pengembangan
kreativitas.
c. Pola Pikir Kritis : Kurikulum Merdeka juga dapat mendorong perkembangan
pola pikir kritis melalui pendekatan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan
interaktif. Siswa diajak untuk mempertanyakan, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi dengan lebih kritis. Di sisi lain, kurikulum tradisional
mungkin lebih menekankan pada penerimaan pasif terhadap informasi tanpa
banyak pertanyaan atau evaluasi kritis.
d. Kemungkinan Variasi: Tentu saja, hasilnya dapat bervariasi dari satu sekolah
ke sekolah lainnya, tergantung pada implementasi kurikulum, kualifikasi guru,
dan sumber daya yang tersedia. Ada kemungkinan bahwa dalam satu sekolah,
siswa yang mengikuti Kurikulum Merdeka mungkin menunjukkan lebih banyak
kreativitas dan pola pikir kritis dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengikutinya, tetapi hasil ini tidak selalu berlaku secara universal.
5
2.3 Hipotesis
1. Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Menengah Atas dalam konteks
meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan memberikan ruang
yang lebih besar bagi siswa untuk bereksplorasi, mengembangkan proyek-
proyek mandiri, serta memfasilitasi pembelajaran berbasis masalah dan
kolaboratif.
2. Tantangan yang dihadapi sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka untuk meningkatkan kreativitas dan pola pikir kritis siswa antara lain
adalah keterbatasan sumber daya, perubahan paradigma bagi pendidik dan
siswa, serta penyesuaian terhadap kurikulum yang baru.
3. Penelitian empiris yang membandingkan hasil kreativitas dan pola pikir kritis
antara siswa yang mengikuti Kurikulum Merdeka dengan mereka yang tidak
masih perlu dilakukan untuk memberikan jawaban yang lebih pasti terhadap
perbedaan hasil tersebut. Namun, pada prinsipnya, implementasi kurikulum
yang mendorong kreativitas dan pola pikir kritis dapat berpotensi
meningkatkan hasil tersebut.
6
BAB 3
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Melalui penelitian ini, telah diidentifikasi bahwa evaluasi pelaksanaan Kurikulum
Merdeka sangat penting dalam memahami efektivitasnya dalam meningkatkan
kreativitas dan pola pikir kritis siswa di Sekolah Menengah Atas. Dengan memahami
kekuatan dan kelemahan implementasi kurikulum ini, tenaga pendidik dapat mengambil
langkah-langkah yang sesuai untuk meningkatkan hasil pendidikan. Dari analisis data
yang kami lalukan, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Kurikulum Merdeka memiliki
dampak positif pada kreativitas dan pola pikir kritis siswa. Berbagai metode
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas
telah membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan ini secara signifikan. Dengan
memperkuat pelaksanaan Kurikulum Merdeka, dapat diharapkan bahwa siswa akan lebih
siap menghadapi tuntutan masyarakat dan dunia kerja yang terus berubah dengan
meningkatkan kreativitas dan pola pikir kritis mereka.
3. 2 Saran
Dari pembahasan diatas, kami mengajukan beberapa saran yang dapat dilakukan di
Sekolah Menengah Atas, diantaranya :
1. Menyediakan pelatihan yang intensif bagi para guru dalam mengimplementasikan
metode pembelajaran yang mendukung kreativitas dan pola pikir kritis. Ini dapat
mencakup workshop, seminar, atau program pengembangan profesional.
2. Memastikan alokasi sumber daya yang memadai, termasuk perangkat pembelajaran,
bahan ajar, dan teknologi, untuk mendukung efektivitas pelaksanaan Kurikulum
Merdeka.
3. Menetapkan sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan untuk terus
memantau pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Ini melibatkan pemantauan kelas,
penilaian hasil belajar siswa, dan umpan balik dari guru dan siswa.
4. Membangun kemitraan dengan industri atau dunia kerja lokal untuk memberikan
wawasan praktis kepada siswa, merancang proyek bersama, atau menghadirkan
tamu industri sebagai pembicara tamu di sekolah.
5. Mendukung kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada pengembangan kreativitas
dan pola pikir kritis, seperti klub sains, seni, atau debat, untuk memberikan siswa
lebih banyak peluang untuk berkembang di luar kelas.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/02/kurikulum-merdeka-jadi-
jawaban-untuk-atasi-krisis-pembelajaran
https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/9288/7593/17421
http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/5808/1/RISMA.pdf