Professional Documents
Culture Documents
Profil Bogor - 2016
Profil Bogor - 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Buku Profil Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2016 merupakan salah satu
bentuk dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat
memberikan gambaran perkembangan situasi kesehatan khususnya di Wilayah
Kabupaten Bogor dan juga merupakan penyediaan data dan informasi kesehatan
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah,
institusi swasta, profesi, mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya serta dapat
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi kinerja yang telah
dilakukan di sektor kesehatan secara keseluruhan pada setiap akhir tahun melalui
pencapaian indikator pembangunan kesehatan dibandingkan dengan target
nasional, regional maupun lokal, sehingga diharapkan mampu memberikan
gambaran dan informasi yang menyeluruh tentang status kesehatan masyarakat
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Instrumen dasar untuk penyusunan Buku Profil Kesehatan Kabupaten
Bogor tahun 2016 mengacu kepada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil
Kesehatan Kabupaten/ Kota Tahun 2013 (edisi revisi 2014) yang diterbitkan oleh
Pusat Data dan Informasi Kementeriaan Kesehatan Republik Indonesia, yang
sudah dalam bentuk data terpilah menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
format petunjuk teknis juga memperbarui indikator-indikator yang berkembang di
bidang kesehatan. Hal ini merupakan salah satu wujud dari pengarusutamaan
gender dalam pembangunan di bidang kesehatan. Data kesehatan yang terpilah
diharapkan dapat mengindentifikasi ada tidaknya serta besaran kesenjangan
mengenai kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan
perempuan terkait dengan akses, partisipasi kontrol dan manfaat dalam
pembangunan bidang kesehatan melalui analisis gender. Dengan data yang
responsive gender ini juga akan membantu dalam proses penyusunan rencana
dan penganggaran program pembangunan kesehatan baik di pusat maupun di
daerah.
Profil kesehatan ini mencakup pembahasan yang meliputi gambaran
umum dan perilaku kependudukan, situasi derajat kesehatan, situasi upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan.
1.2. TUJUAN
Bogor dan dari Rumah Sakit serta UPT di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor seperti UPT Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) dan
UPT Pusat Pelayanan Kesehatan Kerja (PPKK). Sedangkan pengumpulan data
secara aktif artinya petugas pengelola data di Dinas Kesehatan Kabupaten
berupaya aktif mengambil data ke puskesmas, ke Rumah Sakit dan ke Instansi
/SKPD terkait se-Kabupaten Bogor seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), Dinas Pendidikan, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Badan Lingkungan Hidup (BLH),
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB).
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan untuk penyusunan Profil Kesehatan merupakan
data sekunder dengan periode Januari-Desember tahun 2016 adalah :
1. Data umum meliputi data geografis, administratif, kependudukan, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya dan lingkungan
2. Data derajat kesehatan meliputi angka kematian, angka kesakitan dan angka
status gizi
3. Data upaya Kesehatan meliputi data tentang pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit
menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana
4. Data Sumber Daya Kesehatan yang meliputi data tentang: sarana kesehatan,
tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
lainnya
5. Data lainnya
Data yang telah dikumpulkan, kemudian dientry ke dalam format tabel profil
yang telah disediakan, disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi dengan
indikator-indikator yang telah ditentukan. Perhitungan dilakukan dengan
persentase, proporsi dan rasio sesuai dengan rumus yang ditetapkan dalam buku
petunjuk.
a. Analisis Deskriptif
Upaya menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel sesuai
karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka absolute, angka
persentasi, angka rata-rata, angka minimum dan maksimum.
b. Analisis Komparatif
Upaya menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data wilayah
yang satu dengan wilayah yang lainnya atau perbandingan data antar waktu,
antar jenis kelamin, antar kelompok umur, membandingkan hasil program
dalam satu tahun dengan target indikator yang telah ditetapkan yaitu Indikator
SPM Bidang Kesehatan, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Indikator IPM
membandingkan dengan keadaan provinsi maupun keadaan nasional.
c. Analisis Kecenderungan
Upaya untuk menjelaskan data dengan membandingkan data antar waktu
dalam periode yang relatif panjang (trend).
d. Analisis Hubungan
upaya untuk menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variable yang satu
dengan lainnya tanpa pembuktian statistik.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOGOR
2.1.1. Visi
2.1.2. Misi
Untuk mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang mandiri
untuk hidup sehat maka ditetapkan 3 (tiga) Misi Dinas Kesehatan sebagaimana
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) yaitu :
1. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam Jaminan Kesehatan Nasional
2. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas
3. Meningkatkan daya dukung pelayanan kesehatan
2.1.3 Tujuan
antara lain :
2.1.4 Sasaran
2.1.5 Strategi
Strategi yang dipergunakan dalam rangka mencapai visi misi seperti yang
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) antara lain :
1. Mengoptimalkan kewenangan untuk pengembangan pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan dengan kompetensi
yang dibutuhkan
3. Menyusun Sistem Kesehatan Daerah (SKD) Kabupaten Bogor
4. Meningkatkan dan memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Mengoptimalkan sarana kesehatan yang ada dan standar operasional
prosedur untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
6. Memanfaatkan sistem informasi untuk mendeteksi penularan penyakit akibat
mobilisasi penduduk yang tinggi
7. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di masyarakat
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
3.1.2. Kependudukan
Dilihat dari tabel 3.1. di bawah ini selama 5 tahun terakhir proporsi
penduduk menurut golongan umur dari tahun 2012 sampai tahun 2016 cukup
stabil. Tahun 2016 untuk golongan umur 0-4 tahun jika dibandingkan tahun 2015
proporsi penduduk mengalami peningkatan yang cukup lumayan, hal ini
dikarenakan selisih jumlah penduduk pada golongan umur ini lumayan berbeda
(pada tahun 2015; 10,11 %, tahun 2016; 10,14 %) . Golongan umur 65 tahun
mengalami penurunun (tahun 2015 sebanyak 3,09% dan tahun 2016 sebanyak
3,05%).
Jumlah penduduk pada umur ≥65 tahun masih lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah penduduk pada umur 0-4 dan umur 5-14 tahun, hal ini
menunjukkan bahwa piramida penduduk untuk Kabupaten Bogor termasuk dalam
piramida usia muda.
Perkembangan persebaran penduduk menurut umur dari tahun 2012
hingga 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 3.1
PERSEBARAN PROPORSI PENDUDUK MENURUT UMUR
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 – 2016
Bila dianalisa lebih lanjut, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan berdasarkan umur mempunyai pola yang sama, dimana puncaknya
berada pada golongan umur 15-44 tahun dan kemudian menurun kembali
jumlahnya sampai pada golongan umur 65 tahun. Hal tersebut dapat
digambarkan pada piramida penduduk Kabupaten Bogor tahun 2016 sebagai
berikut :
GAMBAR 3.1
3.1.6. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) dan Angka Kesuburan
Total (Total Fertility Rate)
Crude Birth Rate (CBR) Provinsi Jawa Barat (Profil Kesehatan Jabar,
2010), selama periode 2005-2012 cenderung fluktuatif di Tahun 2006-2009
mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 24,01 menjadi 20,92 kemudian
meningkat di Tahun 2010 menjadi 21,90 dan meningkat kembali di Tahun 2012
menjadi 25,00.
CBR di Kabupaten Bogor pada Tahun 1998 sebesar 21,32 per 1000
penduduk dan pada periode tahun 1999-2005 berdasarkan proyeksi penduduk
meningkat menjadi 32,8 per 1000 penduduk (BPS dan Bappeda Kab Bogor,
2005), peningkatan ini belum dapat dijelaskan secara pasti sehingga perlu ditelaah
lebih lanjut.
TABEL 3.2
ANGKA KELAHIRAN KASAR (CRUDE BIRTH RATE) DAN ANGKA
KESUBURAN TOTAL (TOTAL FERTILITY RATE)
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2006-2010,2012
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, BKKBN Provinsi Jawa Barat,SDKI 2012
TABEL 3.3
PDRB PERKAPITA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012-2016
NO PDRB Perkapita 2012 2013 2014 2015* 2016**
Selama kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2012-2016, PDRB perkapita Atas
Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor yaitu cenderung meningkat, tahun 2012
sebesar Rp. 19,21 juta dan tahun 2016 menjadi sebesar 33,053 juta, demikian
pula PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan juga mengalami kenaikan yaitu
Rp. 7,32 juta pada tahun 2012 menjadi Rp. 23,638 juta pada tahun 2016.
3.3 PENDIDIKAN
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan warga
negaranya. Makin tinggi pendidikan warga negara maka semakin majulah negara
tersebut, tingkat pendidikan juga mempengaruhi derajat kesehatan seseorang.
Indikator IPM pendidikan antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS).
AMH pada Tahun 2012 sebesar 95,27%, pada tahun 2013 meningkat
menjadi 95,35%,begitu pula tahun 2014 dan 2015 meningkat menjadi 96,98%,dan
96,99% (Angka perhitungan Dinas Pendidikan).Tahun 2016 ada penerapan
metoda baru yaitu HLS (Harapan Lama Sekolah) menggantikan AMH (Angka
Melek Huruf) dengan pencapaian sebesar 11,85%
Sedangkan untuk RLS tahun 2012 sebesar 8,00%, pada tahun berikutnya
yaitu tahun 2013 meningkat menjadi 8,04%, dua tahun berikutnya yaitu tahun,
2014 dan tahun 2015 masih sama sebesar 8,04%,dan di tahun 2016 mengalami
penurunan data RLS yaitu sebesar 7,77%.
Salah satu indikator pokok untuk menilai kualitas pendidikan formal adalah
pendidikan yang ditamatkan.
TABEL 3.4
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KEATAS
MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012-2016
indikator dari rumah sehat dihitung dari jumlah rumah atau bangunan yang bebas
jentik nyamuk aedes pada kurun waktu tertentu. Rumah tangga bebas jentik
berhubungan dengan kasus DBD, korelasinya bahwa rumah tangga dengan angka
bebas jentik (ABJ) di bawah 95% akan berpotensi terhadap penyebaran kasus
DBD. Untuk kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di Kabupaten Bogor pada
tahun 2016 didapatkan hasil bahwa jumlah rumah yang diperiksa atau dilakukan
PJB sejumlah 852.123 rumah (85,79%) dari 993.304 rumah dengan hasil sejumlah
809.754 rumah (95,03%) bebas jentik.
air minumnya. Sumber mata air tersebut ada yang terlindung ada yang tidak
terlindung, sumber air PDAM, sumur gali,sumur pompa relatif lebih terlindung dan
memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan sumber air danau, sungai, mata air
relatif tidak terlindung dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Sumber air bersih
yang terlindungi adalah sumber air minum keluarga yang bersumber dari sarana air
bersih yang telah memenuhi persyaratan baik biologis, kimia, dan fisik (permenkes),
di Kabupaten Bogor dari 300 sampel air bersih yang diperiksa diketahui yang
memenuhi syarat sebesar 133 sampel (44,33%).
GRAFIK 3.1
Cakupan Sarana Air Minum Berkualitas (Layak) di
Kabupaten Bogor Tahun 2016
17%
25%
Sumur Gali
6% Terlindung
Sumur Gali dengan
pompa
Sumur Bor dengan
7% Pompa
Mata Air Terlindung
Perpipaan (PDAM,
BPSPAM)
35%
Defecation Free) sampai dengan Tahun 2016 berjumlah 37 desa. Desa yang sudah
melaksanakan stop Buang Air Besar Sembarangan (stop BABS) sebanyak 37 desa.
Strategi untuk mewujudkan lingkungan yang sehat melalui gerakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang terdiri dari 5 pilar yaitu STOP BABS, Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS), Penyediaan Air Minum Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.
Gambar 3.2
KRITERIA DAN KATAGORI DESA SIAGA AKTIF
Peran serta
Desa
masyarakat dan
6 Siaga Kemudahan Akses
Organisasi
Kemasyarakatan
3 Pelayanan
Kesehatan Dasar
Adapun untuk Kategori Desa Siaga Aktif terdapat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 3.3
7. Ada 7. Ada
7. Ada
7. Belum ada per.Kepdes per.Kepdes
per.Kepdes
per. Kepdes Atau Atau
Atau
Atau Bupati atau Bupati atau
Bupati/Walikota
Bupati atau Walikota Walikota
sudah realisasi
Walikota tapi blm realisasi sudah realisasi
Bila dilihat dari lampiran tabel 71 profil kesehatan dapat dilihat bahwa jumlah desa
siaga di Kabupaten Bogor yang telah terbentuk sebanyak 434 desa (100%)
dengan kategori sebagai berikut : pratama 139 desa (32,03%), madya 224 desa
(51,61%), purnama 54 desa (12,44%) dan mandiri 17 desa (3,92%). Adapun target
capaian desa siaga aktif (total dari kategori madya, purnama dan mandiri)
berdasarkan target SPM adalah sebesar 80%, pencapaian Kabupaten Bogor
tahun 2016 adalah 67,97%.
GRAFIK 3.2
PERSENTASE KATEGORI DESA SIAGA AKTIF DI KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2016
3.92
12.44 Pratama
32.03 Madya
Purnama
51.61 Mandiri
BAB IV
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Angka Harapan Hidup (AHH) pada suatu umur x adalah rata-rata tahun
hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur
x pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya,
dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup
penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori,
mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk
kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program
pemberantasan kemiskinan.
TABEL. 4.1
ANGKA HARAPAN HIDUP BERDASARKAN PROYEKSI
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 – 2016
Grafik 4.1
Grafik Angka Harapan Hidup Kabupaten Bogor
Tahun2012- 2016
70.8
70.6
70.4
70.2
70
69.8
AHH
69.6
69.4
69.2
69
68.8
2012 2013 2014 2015 2016
Peningkatan AHH dari tahun ke tahun dapat dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan upaya kesehatan yang telah di lakukan di Kabupaten Bogor, jika
dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 2013 sebesar 70,07
(Profil Indonesia BPS, 2015) dan AHH Jawa Barat sebesar 68,84 (Profil Indonesia
BPS, 2015) maka AHH di Kabupaten Bogor untuk Tahun 2016 sebesar 70,68
masih tinggi.
4.2. MORTALITAS
Angka kematian bayi dan ibu merupakan indikator yang sangat penting
untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat. Data tersebut didapatkan
melalui beberapa cara yaitu pelaporan rutin dari puskesmas dan hasil survei yang
dilaksanakan oleh lembaga tertentu. Sampai saat ini untuk sistem pencatatan dan
pelaporan belum dapat mendukung sepenuhnya untuk melakukan perhitungan
angka kematian bayi, kecuali dari hasil survei atau sensus yang dilakukan oleh
petugas.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah
kematian bayi dibawah usia satu tahun pada tiap 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.
AKB merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap kualitas dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan
perinatal,juga merupakan tolak ukur pembangunan sosial ekonomi masyarakat
menyeluruh, dimana angka kematian itu dihitung. Kondisi sosial ekonomi yang
tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat dapat berkontribusi
melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum
disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan
pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau
didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal,
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia
satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa AKB di Kabupaten Bogor dari Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2016 angka pencapaiannya tetap yaitu sebesar 41,82
per 1000 kelahiran hidup (BPS). Tahun 2016 belum ada data AKB terbaru dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor sehingga masih menggunakan data
GRAFIK 4.2
ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 – 2016 (MATEMATIS)
ini dimungkinkan karena sistem pelaporan kematian bayi relatif lebih baik di
bandingkan di wilayah timur dan barat serta penduduk yang lebih padat.
GAMBAR 4.1
PETA SEBARAN KEMATIAN BAYI
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
dari 1,25 kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup tahun 2013 menjadi 1,50
kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup tahun 2014, namun di Tahun 2015
sampai dengan Tahun 2016 trend nya menurun. Hasil perhitungan AKN secara
matematis dapat tergambar pada grafik 4.3 di bawah ini.
GRAFIK 4.3
ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 – 2016 (MATEMATIS)
Data laporan puskesmas jumlah kematian bayi umur (29 hari - 11 bulan)
sebanyak 16 kasus yang terdiri dari 3 kasus akibat Pneumonia,1 kasus akibat
kelainan syaraf dan 12 kasus akibat penyakit lainnya. Selain itu jumlah kematian
balita (12-59 bulan) sebanyak 9 kasus yang terdiri dari 2 kasus penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), 2 kasus Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),5 kasus
akibat penyakit lain-lainnya. Jumlah kematian bayi umur 0 hari - < 1 tahun dari
rumah sakit sebanyak 656 bayi.
Penyebab kematian bayi neonatal umur 0-28 hari berdasarkan laporan
puskesmas disebabkan oleh Asphyxia sebanyak 30 bayi, BBLR sebanyak 57 bayi,
Infeksi/Sepsis sebanyak 11 bayi, Kelainan Kongenital 15,Tetanus Neonatorum 1,
Ikterus 1 bayi dan kematian disebabkan hal lainnya sebanyak 11 bayi.
Data kematian bayi berdasarkan laporan rumah sakit di Kabupaten Bogor
berjumlah 656 bayi. Data kematian bayi tersebut tidak mencerminkan kematian
langsung di Kabupaten Bogor karena sebagian besar bukan penduduk Kabupaten
Bogor. Setiap kematian bayi di rumah sakit di Kabupaten Bogor akan dilaporkan
ke Dinas Kesehatan.
TABEL 4.3
PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 0 HARI - <1 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KEMATIAN
NO PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN
JUMLAH (%)
1 Intra Uterine Feotal Death (IUFD) 174 26,52
2 Asphyxia 85 12,96
3 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 68 10,37
4 Respiratory Distress Syndrome (RDS) 59 8,99
5 Bronchopneumonia 55 8,38
6 Sepsis 51 7,77
7 Demam Berdarah Dengue (DBD) 39 5,95
8 Diare & Gastroenteritis 20 3,05
9 Meningitis 13 1,98
10 Demam Tifoid & Paratifoid 12 1.83
11 Hyoglikemia 11 1,69
12 Congenital Mutiple 9 1,37
13 Gagal Nafas 8 1,22
14 Kejang Demam 8 1,22
15 Dengue Shock Syndrome (DSS) 5 0,76
16 Morbili 2 0,30
17 Hydrocepalus 2 0,30
18 Hyalin Membran Disease (HMD) 1 0,15
19 Tuberkulosis (TB ) Paru ) 1 0,15
20 Anemia 1 0,15
21 Penyakit Lainnya 32 4,88
Jumlah 656 100,00
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa kematian bayi terbesar tahun 2016 yaitu
bayi dengan Intra Uterine Feotal Death (IUFD sebesar 26,52%) yaitu kematian
janin dalam rahim yang beratnya 1000 gram atau lebih akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati dengan usia kehamilan telah
mencapai 28 minggu atau lebih. Penyakit terbesar ke-dua yaitu Asphyxia sebesar
12,96% yaitu meninggalnya bayi akibat kekurangan O², hal ini dapat diasumsikan
disebabkan lamanya bayi di jalan lahir dan terbesar ke-tiga adalah penyakit Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 10,37%.
TABEL 4.4
PENYEBAB KEMATIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 1- 4 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KEMATIAN
NO PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN
JUMLAH (%)
1 Bronchopneumonia 127 41,78
2 Diare & Gastroenteritis 33 10,86
3 Dengue Shock Syndrome (DSS) 21 6,91
4 Sepsis 19 6,25
5 Meningitis 18 5,92
6 Penurunan Kesadaran 12 3,95
7 Demam Berdarah Dengue (DBD) 10 3,29
8 Gagal Nafas 10 3,29
9 Kejang Demam 6 1,97
10 Anemia 4 1,32
11 Tuberkulosis (TB ) Paru 3 0,99
12 Dispepsia 3 0,99
13 Congestive Heart Failure (CHF) 3 0,99
14 Demam Tifoid & Paratifoid 2 0,66
15 Respiratory Distress Syndrome (RDS) 1 0,33
16 Syndrome Nefrotik (NS) 1 0,33
17 Vomitus 1 0,33
18 Colik Abdomen 1 0,33
19 Kelainan Congenital 1 0,33
20 Hydrocephalus 1 0,33
21 Penyakit Lainnya 27 8,88
Jumlah 304 100,00
Dari tabel di atas terlihat bahwa penyebab kematian balita terbesar adalah
Penyakit Bronchopneumoni (41,78%), urutan kedua adalah Diare & Gastroenteritis
sebesar (10,86%) yang ketiga adalah Dengue Shock Sindrome (6,91%). Penyakit
Dengue Shock Sindrome merupakan sindrome syok yang terjadi pada penderita
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue, penyakit ini
ditandai dengan suhu tubuh di bawah normal, nadi dan tensi menurun, dan
trombosit menurun drastis yang menyebabkan pendarahan di dalam, yang paling
penting adalah pemantauan jumlah trombosit dari hasil cek laboratorium.
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) juga
menjadi salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibitas fasilitas
pelayanan kesehatan. Berdasarkan survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) Tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan
berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2015 sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu merupakan kematian ibu
yang terkait dengan ganggua kehamilan, persalinan dan masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) pada setiap 100.000 kelahiran hidup dalam suatu wilayah
pada kurun waktu tertentu yang menujukkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah tersebut.
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR), tidak hanya
merupakan indikator tingkat kesehatan wanita, tetapi juga dapat lebih jelas
menggambarkan tingkat akses, integritas dan efektivitas sektor kesehatan. Oleh
karena itu, MMR juga sering digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan
dari suatu daerah.
Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat pada tabel 4.5 Angka Kematian
Ibu yang didapat dari berbagai survei sebagai berikut :
TABEL 4.5
ANGKA KEMATIAN IBU / MATERNAL
PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
Dilihat dari tabel 4.5, bahwa Angka Kematian Ibu cenderung fluktuatif dari
tahun ke tahun, namun Angka Kematian Ibu di Indonesia diakui masih tinggi,
gambaran ini bisa diambil untuk acuan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bogor.
Angka Kematian Ibu Jawa Barat sebesar 321,15 per 100.000 Kelahiran
Hidup ( Balitbang Daerah Prov Jabar 2003 ) masih jauh dari harapan target AKI
Nasional sebesar 150 per 100.000 Kelahiran Hidup. Berdasarkan Profil Kesehatan
Propinsi Jawa Barat Tahun 2001 bahwa dari hasil SKRT 1992 terungkap bahwa
45,8% kematian maternal terjadi pada waktu melahirkan 29,2% pada kehamilan
berusia kurang dari 7 bulan, dan 20,8% terjadi pada masa nifas, serta 4,2% terjadi
karena keguguran.
Menurut SKRT 1995, 36% ibu hamil / bersalin mengalami komplikasi
sewaktu hamil, bersalin atau nifas dan 22% komplikasi paling sering timbul pada
waktu bersalin. Hasil Survei BPS Jawa Barat Tahun 2003 menunjukkan bahwa
umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan yaitu sebanyak 60,87%
sedangkan yang meninggal waktu nifas sebesar 30,43% dan yang meninggal
waktu hamil adalah 8,70% (Profil Kesehatan Jawa Barat, Tahun 2005).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan
bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar
228/100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bogor Tahun 2013 masih menggunakan
Angka Kematian Ibu Jawa Barat yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI 2007), Tahun 2014 dan Tahun 2015 menggunakan Angka Kematian Ibu
Jawa Barat berdasarkan SDKI 2012 yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup, di Tahun 2016 menggunakan Angka Kematian Ibu berdasarkan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Perhitungan lain untuk mengetahui AKI bisa dilakukan secara matematis,
hal ini sesuai dengan rumus AKB pada Buku Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS-KIA) Depkes tahun 2009. Hasil perhitungan matematis ini masih
dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja tahunan program KIA. Hasil
perhitungan AKB secara matematis dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.4
ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 – 2016 (MATEMATIS)
TABEL 4.6
PENYEBAB KEMATIAN IBU BERDASARKAN LAPORAN PUSKESMAS
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
1. Pendarahan 13 22,41
2. Preeklamsia 27 46,55
3. Infeksi 1 1,72
4. Abortus 0 0,00
5. Partus Lama 0 0,00
6. Lain-Lain 17 29,31
TOTAL 58 100,00
Jika dibandingkan target RPJMN tahun 2015 - 2019 sebesar 306 per
100.000 kelahiran hidup, AKI di kabupaten masih tinggi untuk itu perlu upaya dan
kerja keras untuk mencapai nya. Salah satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan angka kematian ibu adalah mendapatkan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih dan beberapa determinan penting yang
mempengaruhi AKI secara langsung antara lain status gizi, anemia pada
kehamilan, keadaan tiga terlambat dan empat terlalu. Faktor Eksternal yang
berpengaruh terhadap kematian ibu / maternal adalah tingkat pendidikan ibu,
kesehatan lingkungan fisik maupun budaya, ekonomi keluarga, pola kerja rumah
tangga.
Ditinjau dari faktor pendidikan, maka kemungkinan terdapat hubungan
yang kuat antara tingkat pendidikan perempuan dengan besarnya Angka
Kematian Ibu.
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah jumlah kematian yang
terjadi pada suatu waktu dan tempat tertentu per 1.000 penduduk pada
pertengahan tahun. Estimasi Angka Kematian Kasar (AKK) berdasarkan data
nasional tahun 1990-1995 sebesar 7,5 per 1.000 penduduk. Angka Jawa Barat
1990-1995 sebesar 8,4 per 1.000 penduduk dan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS, 2005), menyebutkan bahwa AKK Tahun 2007 sebesar 6,9 per
1.000 penduduk,
AKK dapat digunakan sebagai petunjuk umum status kesehatan
masyarakat, kondisi kesehatan di dalam masyarakat, yang secara tidak langsung
menggambarkan kondisi lingkungan sosial ekonomi, fisik dan biologis. AKK
menjadi dasar penghitungan laju pertambahan penduduk, walaupun penilaian
yang diberikan secara kasar dan tidak langsung.
Kabupaten Bogor belum mempunyai AKK sendiri jadi masih mengacu ke
AKK Nasional dan Jawa Barat. Menurut BPS Propinsi Jawa Barat, perkiraan
kematian tahun 2000-2009 untuk perempuan berkisar sebesar 20,59 dan laki-laki
20,19.
Dari semua golongan umur terlihat bahwa pola kematian terbesar adalah
yang pertama adalah penyakit Stroke sebesar 226 kasus, kedua adalah penyakit
Sepsis sebesar 220 kasus dan terbesar ketiga adalah Bronhcopneumonia sebesar
159 kasus. Kematian pada penyakit tertentu di rumah sakit dapat dilihat pada tabel
85 C sampai 85 F pada lampiran tabel profil kesehatan.
4.3. MORBIDITAS
Angka kesakitan diperoleh melalui survei rumah dan untuk tahun terkini
belum diperbaharui sehingga masih mengacu pada hasil survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) Tahun 1980 dan Tahun 1986 yang menunjukkan bahwa angka
kesakitan nasional masing-masing adalah 11,5% dan 8,3%. Angka Kesakitan Bayi
sedikit meningkat dari 15,7% (Tahun 1980) menjadi 23,9% (Tahun 1986)
sedangkan angka kesakitan pada kelompok anak balita (1-4 tahun) menurun dari
19,4% menjadi 18,3%.
Berdasarkan dari hasil laporan puskesmas di Kabupaten Bogor Tahun
2016 pola penyakit terbanyak menurut umur 0-<1 tahun masih berkisar pada
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik (33,54%),
Nasofaringitis Akut (19,56%) dan Penyakit Diare & Gastroenteritis (10,82%) dari
seluruh penderita sebanyak 120.983 kasus.
Penyakit-penyakit tersebut masih berkaitan erat dengan kondisi lingkungan
yang buruk, khususnya untuk penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut yang
pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 berada pada urutan pertama pola penyakit
kelompok umur 0-<1 tahun di rawat jalan puskesmas. Sehingga perlu menjadi
perhatian apakah hal ini termasuk juga dengan pola asuh ibu terhadap anaknya.
Untuk sepuluh besar penyakit terbanyak diamati di puskesmas umur 0-< 1 tahun
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
TABEL 4.7
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
UMUR 0 - < 1 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 40.481 33,54
2 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 23.611 19,56
3 Diare & Gastroenteritis 13.059 10,82
4 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan) 11.732 9,72
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis & Laboratorium
5 11.369 9,42
yang Diklasifikasikan di tempat lain
6 Penyakit Saluran Pernafasan lainnya 4.026 3,34
7 Broncopheumonia 3.112 2,58
8 Faringitis Akut 1.523 1,26
9 Konjunctivitis 1.424 1,18
10 Skabies 1.176 0,97
11 Penyakit Sistem Pencernakan 1,030 0,63
12 Varisela/ Cacar Air 751 0,62
13 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 743 0,44
14 Demam Tifoid & Paratifoid 534 0,44
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut tidak
15 529 0,35
Spesifik
16 Laringitis 423 0,34
17 Amubiasis, Drisenrti Amuba 413 0,25
18 Tuberkulosis (TB) Paru 298 0,11
19 Myalgia 132 0,08
20 Campak 102 0,48
21 Penyakit lainnya 4.206 3,48
Jumlah 120,683 100
TABEL 4.8
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
UMUR 1 - 4 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
1 79.601 31,02
Spesifik
2 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 46.241 16,18
3 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 29.105 13,42
4 Diare & Gastroenteritis 26.518 7,56
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
5 22.155 6,48
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
6 Penyakit Sistem Pencernakan 10.419 3.65
7 Faringitis Akut 7,645 2,54
8 Penyakit Saluran Pernafasan lainnya 7.163 2,13
9 Bronchopneumonia 5,709 2,11
10 Skabies 4.770 1.93
11 Konjunctivitis 4.678 1.12
12 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoideus 3,829 1,10
13 Varisela/ Cacar Air 3.025 0.99
14 Demam Tifoid & Paratifoid 2.745 0.90
15 Tonsilitis 1.239 0.89
16 Amubiasis,Disentri Amuba 1.157 0.69
17 Tuberkulosis (TB) Paru 1.094 0.67
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut tidak
18 915 0.63
Spesipik
19 Laringitis 909 0.61
20 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 632 0.58
21 Penyakit lainnya 9.174 4,78
Jumlah 268.723 100
TABEL 4.9
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
UMUR 5 - 15 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
1 104.680 24,34
Spesifik
2 Penyakit Sistem Pencernakan 67.409 15,67
3 Nasofaringitis Akut ( Common Cold ) 65.348 15,19
4 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 55.157 12,82
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
5 38.175 8,88
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
6 Diare & Gastroenteritis 23.435 5,45
7 Faringitis Akut 18.784 4,37
8 Skabies 12.801 2.98
9 Penyakit Saluran Pernafasan lainnya 11.839 2.75
10 Penyakit pada Mata & Adneksa 11.363 2,64
11 Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoideus 10.307 2.40
12 Demam Tifoid & Paratipoid 9.643 2.24
13 Tonsilitis Akut 6.941 1.61
14 Varisela / Cacar Air 6.547 1.52
15 Penyakit Muskuloskeletan dan Jaringan Ikat 3.468 0.81
16 Tuberkulosis (TB) Paru 2.325 0.54
17 Penyakit Susunan Saraf 1.829 0.43
18 Parotitis (Gondongan) 1.694 0.39
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut tidak
19 1.630 0,38
Spesifik
20 Herpes 1.313 0.31
21 Penyakit lainnya 15.243 3,54
JUMLAH 430.128 100.00
TABEL 4.10
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
UMUR 15 - 44 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
1 105.953 13,92
Spesifik
2 Diare & Gastroenteritis 72.956 9,58
3 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 70.656 9,28
4 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 61,399 8.06
5 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 60.783 7,98
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
6 45.023 5,91
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
7 Dispepsia 33.957 4.46
8 Hipertensi 29.659 3.90
9 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 25.665 3,54
10 Tukak Lambung 25.007 3.37
11 Faringitis Akut 23.174 3.28
12 Penyakit Susunan Saraf 23.084 3.04
13 Penyakit Saluran Pernafasan lainnya 15.146 2.03
14 Penyakit Pada Mata & Adneksa 14.540 1,99
15 Karies Gigi 14.139 1.91
16 Demam Tifoid & Paratifoid 12.771 1.86
17 Penyakit Gusi,Jaringan Periodontal dan Tulang Alveolar 12.043 1.68
18 Tuberkulosis (TB) Paru 10.191 1.58
19 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 8.912 1.34
20 Skabies 8.373 1,17
21 Penyakit lainnya 88.008 11,56
TABEL 4.11
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
UMUR 45 - 75 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 132.005 15,39
2 Hipertensi 101.346 11,82
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
3 82.363 9,61
Spesifik
4 Myalgia 71.540 8,34
5 Nasofaringitis Akut ( Common Cold ) 50.386 5,88
6 Diare & Gastroenteritis 47.753 5.57
7 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 41.287 4.81
8 Dispepsia 32.017 3,73
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
9 31.747 3.70
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
10 Penyakit Susunan Syaraf 27.798 3,24
11 Tukak Lambung 25.417 2,96
12 Rematisme 23.969 2.80
13 Diabetes Militus 22.456 2.62
14 Artritis 20.061 2.34
15 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya 15.331 1,79
16 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 13.225 1.54
17 Penyakit Mata dan Adneksa 13.225 1.54
18 Faringtritis 12.850 1,50
19 Penyakit Gusi,Jaringan Periodontal dan Tulang Alveolar 9.667 1,13
20 Tuberkulosis (TB) Paru 6.509 0,76
21 Penyakit lainnya 76.535 8,93
Jumlah 857.486 100.00
TABEL 4.12
POLA PENYAKIT PENDERITA RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
SEMUA GOLONGAN UMUR TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
PENDERITA
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut tidak
1 413.078 18,16
Spesifik
2 Nasofaringitis Akut ( Common Cold ) 256.332 11,27
3 Diare & Gastroenteritis 212.538 9,35
4 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 198.064 8.71
5 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 197.637 6,61
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
6 148.649 5.70
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
7 Hipertensi 131.463 5,17
8 Dispepsia 78.852 3,90
9 Faringitis Akut 64.516 3,33
10 Tukak Lambung 55.772 3,00
11 Penyakit Saluran Pernafasan Lainnya 53.505 2.90
12 Penyakit Susunan Syaraf 52.814 2,40
13 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 52.435 2,28
14 Penyakit Pada Mata dan Adneksa 45.587 2,05
15 Demam Tifoid & Paratipoid 32.255 1.69
Penyakit Gusi,Jaringan Periodontal dan Tulang
16 31.873 1.59
Alveolar
17 Skabies 30.278 1,52
18 Karies Gigi 29.608 1,42
19 Diabetes Militus 28.651 1,35
20 Tuberkulosis (TB) Paru 20.417 1,29
21 Penyakit lainnya 139.963 6,15
JUMLAH 2.274.287 100.00
Pola penyakit kasus rawat jalan di rumah sakit pada kelompok umur
0-1 tahun di Kabupaten Bogor Tahun 2016 didominasi oleh penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (25,86%) diikuti oleh Penyakit Demam Tifoid & Paratifoid
(11, 69%) pada urutan ke-dua sedangkan Pneumonia (8,30%) di urutan ke-tiga.
TABEL 4.13
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UMUR 0 - 1 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut 6.903 25,85
2 Demam Tifoid&Paratifoid 3.120 11,69
3 Pneumonia 2.215 8,30
4 Diare & Gastroenteritis 2.149 8,05
5 Tuberkulosis (TB) Paru 1.421 5,32
6 Penyakit Saluran Pernafasan Atas lainnya 1.297 4,86
7 Hyperbilirubin 875 3,28
8 Bronkitis 722 2,70
9 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 556 2,08
10 Faringitis Akut 497 1,86
11 Demam Berdarah Dengue (DBD) 461 1,73
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
12 401 1,50
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
13 Konjunctivitis 385 1,44
14 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 372 1,39
15 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 306 1,15
16 Tukak Lambung 297 1,11
17 Varisela / Cacar Air 250 0,94
18 Infeksi Virus Lainnya 228 0,85
19 Campak 225 0,84
20 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 165 0,62
21 Penyakit Lainnya 3.853 14,43
JUMLAH 26.698 100.00
Pola penyakit kasus rawat jalan di rumah sakit umur 1-4 Tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016 didominasi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Atas Akut (24,10%), urutan ke-dua Demam Tifoid & Paratifoid (17,97%) dan ke-
tiga adalah Tuberkulosis (TB) Paru (12,37%). Lebih jelasnya 10 besar penyakit
pada kelompok umur ini dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini :
TABEL 4.14
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UMUR 1 - 4 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 10.495 24,10
2 Demam Tifoid&Paratifoid 7.824 17.97
3 Tuberkulosis (TB) Paru 5.387 12.37
4 Diare & Gastroenteritis 3.586 8,23
5 Demam Bedarah Dengue (DBD ) 2.433 5,59
6 Bronchopneumonia 2.350 5,40
7 Faringitis 1.399 3.21
8 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 891 2,05
9 Vomitus 871 2.00
10 Bronchiolitis 870 2.00
11 Bakteri Infeksi 732 1.68
12 Morbili 619 1.42
13 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 556 1,28
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
14 471 1.08
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
15 Dispepsia 361 0.83
16 Asma 323 0.74
17 Konjuntivitis 273 0.63
18 Nasofaringitis Akut ( Common Cold ) 216 0.50
19 Campak 210 0.48
20 Anemia 202 0.46
21 Penyakit Lainnya 3,482 8.00
JUMLAH 43.551 100.00
Pola penyakit kasus rawat Jalan di rumah sakit umur 5-15 tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016, didominasi oleh 3 besar penyakit Demam Tifoid &
Paratifoid (18,19%), Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (15,96%)
serta Tuberkulosis (TB) Paru (9,82%). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel
4.15 sebagai berikut :
TABEL 4.15
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UMUR 5 - 15 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Tifoid&Paratifoid 7.921 18,19
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
2 6.950 15,96
spesifik
3 Tuberkulosis (TB) Paru 4.277 9,82
4 Dispepsia 2.368 5,44
5 Demam Bedarah Dengue (DBD ) 2.183 5,01
6 Konjuntivitis 1.521 3,49
7 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 1.467 3,37
8 Diare & Gastroenteritis 1.401 3,22
9 Faringitis 1,328 3,05
10 Dermatitis 1.270 2,92
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
11 1,194 2,74
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
12 Bronchopneumonia 1.078 2,48
13 Asma 1.077 2,47
14 Vomitus 690 1,58
15 Viral Infektion 563 1,29
16 Morbili 450 1,03
17 Tonsilitis 410 0,94
18 Bronchiolitis 394 0,91
19 Skabies 308 0,71
20 Stomatitis 271 0.62
21 Penyakit Lainnya 6.413 14,73
JUMLAH 43.534 100.00
Pola penyakit kasus rawat jalan di rumah sakit umur 15-44 tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016, urutan pertama adalah Demam Tifoid & Paratifoid
(11,09%) kemudian Dispepsia (11,03%) dan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Atas Akut (11,03%) berada di urutan ke-tiga. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel 83 D pada lampiran profil kesehatan, tetapi untuk 10 besar penyakit kasus
rawat jalan pada kelompok umur ini adalah pada tabel 4.16 sebagai berikut :
TABEL 4.16
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UMUR 15-44 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Tifoid&Paratifoid 13.512 11,09
2 Dispepsia 13.435 11,03
3 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 13.431 11,03
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
4 10.321 8,47
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
5 Konjuntivitis 6.206 5,10
6 Tuberkulosis (TB) Paru 5.703 4,68
7 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 4.672 3,84
8 Hipertensi Primer (Ensesial) 4.183 3,43
9 Cepalgia Vasculer 4.016 3,30
10 Diare & Gastroenteritis 3.635 2,98
11 Demam Bedarah Dengue (DBD ) 3.602 2,96
12 Dermatitis 2.964 2,43
13 Faringitis 2.651 2,18
14 Diabetes millitus (DM) 2.481 2,04
15 Asma 1.684 1,38
16 Neoplasma 1.634 1,34
17 Bronchopneumonia 1.385 1,14
18 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 1.317 1,08
19 Bronchiolitis 1.291 1,06
20 Skabies 1.107 0,91
21 Penyakit Lainnya 22.557 18,52
JUMLAH 121.787 100.00
Pola penyakit kasus rawat jalan di rumah sakit umur 45->75 tahun, di
Kabupaten Bogor Tahun 2016 kasus terbanyak adalah Penyakit Hipertensi
(13,19%) diikuti oleh Penyakit Dispepsia (12,75%) dan penyakit Gejala, Tanda &
Penemuan secara klinis & Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
(12,62%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut
TABEL 4.17
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UMUR 45->75 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Hipertensi 14.217 13,19
2 Dispepsia 13.742 12,75
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
3 13.601 12,62
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
4 Diabetes Militus (DM) 9.548 8,86
5 Konjunctivitis 7.173 6,65
6 Stroke 6.650 6,17
7 Tuberkulosis (TB) Paru 5.585 5,18
8 Congestive Heart Failure (CHF) 4.297 3,99
9 Demam Tifoid&Paratifoid 3.220 2,99
10 Bronchopneumonia 3.065 2,84
11 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 2.907 2,70
12 Diare & Gastroenteritis 2.639 2,45
13 Jantung Iskemik 2.295 2,13
14 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 1.358 1,26
15 Penyakit Virus Lainnya 973 0,90
16 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 965 0,90
17 Vertigo 810 0,75
18 Colik Abdomen 620 0,58
19 Faringitis 620 0,58
20 Bronchiolitis 546 0,51
21 Penyakit Lainnya 12.953 12,02
JUMLAH 107.784 100.00
Pola penyakit kasus rawat jalan di rumah sakit untuk Semua Golongan
Umur di Kabupaten Bogor Tahun 2016 untuk penyakit terbesar pertama yaitu
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (13,19%). Urutan ke-dua adalah
penyakit Demam Tifoid & Paratifoid (12,95%) dan ke-tiga adalah Dispepsia
(8,24%). Jika dibandingkan dengan Pola Penyakit Kasus Rawat Jalan di
puskesmas dan di rumah sakit pada Golongan Semua Umur banyak ditemukan
kasus penyakit menular seperti Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut.
Tabel 4.18 merupakan tabel sepuluh (10) besar penyakit pada kelompok Semua
Golongan Umur di rumah sakit dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 83
F pada lampiran profil kesehatan.
TABEL 4.18
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
SEMUA GOLONGAN UMUR KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 29.072 13,19
2 Demam Tifoid & Paratifoid 28.536 12,95
3 Dispepsia 18.156 8,24
4 Tuberkulosis (TB) Paru 17.253 7,83
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
5 13.436 6,10
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
6 Bronchopneumonia 11.617 5,27
7 Diabetes Militus (DM) 11.525 5,23
8 Diare & Gastroenteritis 11.098 5,04
9 Hipertensi 10.561 4,79
10 Penyakit Mata & Adneksa 8.073 3,66
11 Demam Bedarah Dengue (DBD ) 8.041 3,65
12 Faringitis 7.412 3,36
13 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 4.788 2,17
14 Penyakit Telinga & Prosesus Mastoideus 4.616 2,09
15 Stroke 4.562 2,07
16 Gagal Jantung 3.086 1,40
17 Bronchiolitis 2.780 1,26
18 Penyakit Virus lainnya 2.659 1,21
19 Congestive Heart Failure (CHF) 2.360 1,07
20 Vertigo 1.497 0,68
21 Penyakit Lainnya 19.214 8,72
Pola penyakit pasien rawat inap di rumah sakit pada kelompok umur 0-<1
tahun adalah Penyakit Diare & Gastroenteritis sebesar 14,76 % sebagai prioritas,
selain itu Bronchopneumonia sebesar (13,23%) serta Bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (7,16%) merupakan kasus terbesar ke-dua dan ke-tiga.
Lebih jelasnya mengenai pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit dapat
dilihat pada tabel 4.19.
TABEL 4.19
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 0-< 1 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Diare & Gastroenteritis 1.200 14,76
2 Bronchopneumonia 1.076 13,23
3 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 585 7,19
4 Demam Tifoid & Paratifoid 582 7,16
5 Asfiksia 506 6,22
6 Hiperbilirubin 502 3,71
7 Infeksi Neonatorum 387 4.76
8 Respiratory Distress Syndrome (RDS) 332 4,08
9 Ikterus Neonatorum 267 3,28
10 Bacteri Infeksi 248 3,05
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
11 244 3,00
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
12 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 177 2,18
13 Sepsis 150 1,84
14 Morbili 149 1,83
15 Vomitus 70 0,86
16 Anemia 64 0,79
17 Bronchiolitis 56 0,69
18 Fetal Dealt 27 0,33
19 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 16 0,20
20 Dispepsia 8 0,10
21 Penyakit Lainnya 1.486 18,27
JUMLAH 8.132 100.00
Pola penyakit pasien rawat inap di rumah sakit pada kelompok umur 1-4
tahun di Kabupaten Bogor Tahun 2016, untuk penyakit yang menonjol pada
kelompok umur ini adalah Demam Tifoid & Paratifoid (27,61%), Diare dan
Gastroenteritis (17,07%) dan Demam Berdarah Dengue (12,67%). Tabel 4.20
menggambarkan sepuluh (10) besar penyakit pada kelompok umur 1-4 tahun
pasien rawat inap di rumah sakit dan untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 84.B
pada lampiran profil kesehatan.
TABEL 4.20
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 29 HARI 1- 4 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Tifoid&Paratifoid 4.499 27,61
2 Diare & Gastroenteritis 2.781 17,07
3 Demam Berdarah Dengue ( DBD) 2.065 12,67
4 Bronchopneumonia 1.797 11,03
5 Morbili 781 4,79
6 Bacterial Infection 710 4,36
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
7 600 3,68
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
8 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 591 3,63
9 Vomitus 411 2,52
10 Anemia 251 1,54
11 Bronchiolitis 184 1,13
12 Thalasemia 130 0,80
13 Tuberkulosis (TB) Paru 124 0,76
14 Dispepsia 123 0,75
15 Dehidrasi 118 0,72
16 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 106 0,65
17 Faringitis 40 0,25
18 Epilepsi 33 0,20
19 Konjunctivitis 20 0,12
20 Meningoencephalitis 18 0,11
21 Penyakit Lainnya) 914 5,61
JUMLAH 16.296 100.00
Pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit umur 5-15 tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016 adalah Demam Berdarah Dengue / DBD (43,07%),
Demam Tifoid & Paratifoid (22,73%), serta Penyakit Broncpopneumonia (12,81%),
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.21.
TABEL 4.21
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 5-15TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Berdarah Dengue ( DBD ) 11.660 43,07
2 Demam Tifoid&Paratifoid 6.207 22,73
3 Bronchopneumoni 3.498 12,81
4 Diare & Gastroenteritis 1.699 6,22
5 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut 782 2,86
6 Morbili 529 1,94
7 Bacterial Infection 328 1,20
8 Vomitus 292 1,07
9 Tonsilitis 232 0,85
10 Dispepsia 230 0,84
11 Diabetes Millitus (DM) 229 0,84
12 Appendicitis 191 0,70
13 Asma 184 0,67
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
174 0,64
14 Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
15 Anemia 140 0,51
16 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 98 0,36
17 Hyperpyrexsia 87 0,32
18 Bronchiolitis 65 0,24
19 Hepatitis 32 0,12
20 Sepsis 27 0,10
21 Penyakit Lainnya 523 1,92
JUMLAH 27.307 100.00
Pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit umur 15-44 tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016, urutan pertama pada penyakit kelompok umur ini
adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (28,42%), urutan ke-dua penyakit
Demam Tifoid & Paratifod sebesar (22,16%) dan Diare & Gastroenteritis (8,52%)
merupakan penyakit ke-tiga, dapat dilihat pada tabel 4.22.
TABEL 4.22
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 15-44 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Berdarah Dengue ( DBD ) 7.776 28,42
2 Demam Tifoid&Paratifoid 6.062 22,16
3 Diare & Gastroenteritis 2.331 8,52
4 Dispepsia 2.015 7,36
5 HIpertensi 1.419 5,19
6 Neoplasma 1.313 4,80
7 Bronchopneumonia 973 3,56
8 Diabetes Militus (DM) 762 2,78
9 Anemia 568 2,07
10 Appendicitis 446 1,63
11 Congestive Heart Failure (CHF) 269 0,98
12 Kolic Abdomen 269 0,98
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak
234 0,85
13 spesifik
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
195 0,71
14 Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
15 Bacterial Infeksi 191 0,70
16 Infeksi Saluran Kemih 165 0,60
17 Morbili 157 0,57
18 Vomitus 139 0,51
19 Contusio Cerebri 90 0,33
20 Tumor Mamae 65 0,24
21 Penyakit Lainnya 1.986 2,89
JUMLAH 27.426 100.00
Pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit umur 45->75 tahun di
Kabupaten Bogor Tahun 2016 didominasi oleh Hipertensi, Gagal Jantung dan
Infeksi Saluran Kemih Selain itu pada kelompok umur ini muncul penyakit
degeneratif seperti Diabetes Millitus, dan Stroke. Tabel 4.23 berikut ini terlihat
sepuluh (10) besar penyebab penyakit pada kelompok umur 45->75 tahun.
TABEL 4.23
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UMUR 45 - >75 TAHUN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Hipertensi 3.432 11,56
2 Gagal Jantung 2.840 9,56
3 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2.592 8,73
4 Gagal Ginjal 2.382 8,02
5 Dispepsia 1.918 6,46
6 Anemia 1.748 5,89
7 Bronchopneumonia 1.716 5,78
8 Diabetes Militus (DM) 1.685 5,67
9 Stroke 1.665 5,61
10 Demam Tifoid&Paratifoid 1.447 4,87
11 Appendicitis 1.333 4,49
12 Tuberkulosis (TB) Paru 1.149 3,87
13 Diare & Gastroenteritis 1.142 3,85
14 Congestive Heart Failure (CHF) 1.070 3,60
15 Demam Berdarah Dengue ( DBD ) 920 3,10
16 Neoplasma 317 1,07
17 Vertigo 270 0,80
18 Katarak 238 0.91
19 Hepatitis 223 0,75
20 Chronik Renal Failure (CRF) 178 0,60
21 Penyakit Lainnya 1.435 4,83
JUMLAH 29.700 100,00
Pola penyakit kasus rawat inap di Rumah Sakit Semua Golongan Umur
Kabupaten Bogor Tahun 2016, pola penyakit Demam Tifoid & Paratifoid (20,93%),
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) (18,37%) dan Diare & Gastroenteritis (10,47%)
.
TABEL 4.24
POLA PENYAKIT KASUS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
SEMUA GOLONGAN UMUR KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
KASUS BARU
NO NAMA PENYAKIT
JUMLAH (%)
1 Demam Tifoid & Paratifoid 15.300 20,93
2 Demam Berdarah Dengue (DBD) 13.428 18,37
3 Diare & Gastroenteritis 7.657 10,47
4 Bronchopneumonia 5.121 7,00
5 Dispepsia 3.857 5,28
6 Hipertensi 3.236 4,43
7 Gagal Ginjal 3.217 4,40
8 Gagal Jantung 2.806 3,84
9 Anemia 2.492 3,41
10 Tuberkulosis (TB) Paru 1.796 2,46
11 Stroke 1.713 2,34
12 Diabetes Militus (DM) 1.674 2,29
13 Penyakit Saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifik 1.033 1,41
14 Neoplasma 930 1,27
15 Morbili 880 1,20
16 Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) 773 1,00
17 Vomitus 697 0,95
18 Bacterial Infeksi 616 0,84
19 Congestive Heart Failure (CHF) 478 0,65
Gejala, Tanda & Penemuan Secara Klinis &
20 454 0,62
Laboratorium yang Diklasifikasikan di tempat lain
21 Penyakit Lainnya 6,68
4.998
JUMLAH 73.116 100.00
Pola penyakit di rawat inap rumah sakit berdasarkan peringkat dari semua
kelompok umur dapat diketahui bahwa penyakit Demam Berdarah Berdarah
Dengue (DBD) sebanyak 36.281 kasus menjadi penyakit terbesar pertama,
Demam Tifoid & Paratifoid sebanyak 34.100 kasus menjadi penyakit terbesar ke-
dua dan penyakit Diare & Gastroenteritis sebanyak 16.810 kasus menjadi penyakit
terbesar ke-tiga.
Jika ditelaah dari pola penyakit baik rawat jalan di puskesmas dan rumah
sakit maupun rawat inap di rumah sakit, dapat diketahui bahwa semua pola
penyakit terbesar (Diare dan Gastroenteritis, Infeksi Saluran Pernafasan Atas,
Demam Tifoid & Paratifoid dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan baik lingkungan fisik maupun
biologik (penyediaan air bersih, polusi, pembuangan limbah organik dan non
organik) karena padatnya perumahan tempat tinggal serta banyak berdirinya
industri-industri di lingkungan tempat pemukiman warga, disamping itu dipengaruhi
pula oleh perilaku masyarakat yang masih kurang dalam kebersihan dan
penyehatan lingkungan.
agent. Untuk lebih jelasnya kasus DBD selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
tabel 4.25 sebagai berikut :
TABEL 4.25
JUMLAH PENDERITA, KEMATIAN & CASE FATALITY RATE (CFR)
PENYAKIT DBD DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 – 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penderita DBD selama kurun waktu
5 tahun terakhir cenderung mengalami fluktuatif, jumlah penderita DBD Tahun
2012 sebesar 1.580 orang dan tahun 2016 meningkat tajam menjadi 3.447 orang,
begitupula dengan CFR yang menurun cukup signifikan, 1,77 pada Tahun 2012
menjadi 1,29 pada Tahun 2016. Penurunan CFR ini menunjukkan adanya
kecepatan untuk penanganan kasus DBD baik di masyarakat maupun di
pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Kabupaten Bogor. Berdasarkan insiden
DBD di Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi daerah endemis (rawan 1),
sporadis (rawan 2) dan potensial (rawan 3). Daerah endemis ada di 23 kecamatan
yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Leuwiliang, Cibungbulang, Pamijahan,
Ciampea, Ciawi, Caringin, Cigombong, Kemang, Rancabungur, Bojonggede,
Cibinong, Sukaraja, Citeureup, Babakan Madang, Gunung Putri, Cileungsi,
Klapanunggal, Jonggol, Cariu, Ciomas dan Tamansari. Daerah sporadis terdapat
13 kecamatan antara lain Kecamatan, Nanggung, Leuwisadeng, Cigudeg,
Tenjolaya, Dramaga, Cisarua, Megamendung, Cijeruk, Parung, Ciseeng,
Tajurhalang, Rumpin, dan Kecamatan Gunung Sindur, sedangkan daerah
potensial meliputi 4 kecamatan antara lain Kecamatan Tenjo, Sukamakmur,
Tanjungsari dan Sukajaya.
4.4.1.2. Anthrax
4.4.1.3. Filariasis
Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada
binatang yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang umumnya
menginfeksi unggas dan sedikit kemungkinan menginfeksi babi. Penyakit ini bisa
menular kepada manusia dan dapat menimbulkan penyakit flu yang berakibat
kematian, dengan gejala klinis seperti demam lebih dari 38º C, sakit tenggorokan,
flu, batuk, cepat sesak napas, nyeri otot dan lemas, masa inkubasi selama 1-7
hari. Virus ini dapat hidup di air selama 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30
hari pada suhu 0º C dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit. Namun
virus ini akan mati dengan deterjen dan pemanasan 60º C selama 30 menit.
Sejak Tahun 2005 di Propinsi Jawa Barat telah terjadi kasus flu burung
pada unggas di beberapa kabupaten/kota di antaranya adalah Kabupaten Bogor,
namun Tahun 2016 di Kabupaten Bogor tidak diketemukan kasus suspek flu
burung.
4.4.2.1. Diare
Menurut laporan dari puskesmas Tahun 2016 jumlah kasus diare yang
ditemukan di puskesmas sebanyak 159.405 orang, jumlah kasus diare yang
diperkirakan ditemukan di Kabupaten Bogor sejumlah 167.398 kasus, dengan
demikian cakupan penemuannya adalah 95,23%, hampir mencapai target SPM
sebesar 100% dan seluruhnya telah mendapatkan penanganan.
Ditinjau dari jumlah kasus diare, puskesmas yang terbanyak penderita
diarenya adalah Puskesmas Cibinong yaitu 10.002 orang dengan angka Insiden
Rate (IR) sebesar 1,9 kasus/1000 penduduk, sedangkan yang terkecil adalah
Puskesmas Cariu yaitu sebesar 1.470 orang dengan angka IR nya sebesar 0,3
kasus/1000 penduduk. Jumlah penderita diare di Cibinong yang cukup tinggi
mungkin disebabkan oleh perilaku masyarakatnya yang kurang menjaga
kebersihan, untuk itu program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) perlu
ditingkatkan kembali agar perilaku dan kesadaran masyarakat dapat berubah
sesuai dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga.
4.4.2.3. TB Paru
4.4.2.4. Kusta
Penemuan kusta secara dini dengan Rapid Survei dan School Survei
ditemukan pada daerah endemisitas sedang dan tinggi. Bersumber dari laporan
Puskesmas jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat di Kabupaten Bogor
selama 5 tahun terakhir sebagai berikut :
TABEL. 4.26
PREVALENSI & JUMLAH PENDERITA KUSTA
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 – 2016
Prevalensi MB PB
Tahun Total
Per 10.000 Jml % Jml %
2012 0,59% 284 97,93 6 2,07 290
2013 0,58% 283 96,92 9 3,08 292
2014 0,63% 302 93,79 20 6,21 322
2015 0,60% 301 94,06 19 5,94 320
2016 0,57% 310 96,57 11 3,43 321
Sumber : P2PKL
4.4.2.5. HIV/AIDS
virus ini cukup lama sehingga gejala baru muncul setelah waktu yang lama,
bahkan bisa bertahun-tahun. HIV dapat menular melalui hubungan seks tidak
aman dengan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS), transfusi darah yang
mengandung HIV, penggunaan alat suntik yang tercemar HIV dan ibu yang
terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan
langsung dengan ibukota negara dan merupakan daerah dengan pertumbuhan
penduduk/migrasi penduduk, industri dan pariwisata yang sangat pesat sehingga
mempunyai resiko tinggi untuk penularan HIV/AIDS. Pengaruh dari pertumbuhan
tersebut terhadap kehidupan masyarakat adalah kehidupan sosial, yang berakibat
pada perubahan sikap dan perilaku baik dalam pergaulan yang mengarah pada
penggunaan obat-obat terlarang maupun terhadap norma-norma antar jenis
kelamin sehingga kelompok ini mempunyai resiko yaitu tertularnya penyakit yang
disebabkan oleh hubungan seksual dan penggunaan alat suntik dari pemakaian
obat-obat terlarang, oleh sebab itu semakin banyak ditemukan penderita HIV
positif dan semakin meningkatnya kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi
terutama pada penasun (pengguna narkoba suntik) dan WPS (Wanita Pekerja
Seks).
Mengingat fakta resiko penyebaran yang tinggi dan untuk mengetahui
besarnya penyakit tersebut perlu dilakukan kegiatan sero survey setiap tahun.
Kegiatan ini untuk mencegah dan memberantas PMS termasuk infeksi HIV/AIDS,
dengan jalan mengurangi, menilai dan memetakan penyebaran penyakit
mengurangi perilaku beresiko penderita perorangan serta dampak sosial,
ekonomi dari PMS dan HIV/AIDS.
Pemeriksaan sero survey HIV/AIDS Tahun 2014 tidak ada kegiatan, data
didapatkan dari laporan berbagai Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) yaitu dari
Puskesmas dan RSUD.Tahun 2016 terdapat 114 kasus yang terdiri dari penderita
HIV 84 kasus dan AIDS 30 kasus per jenis kelamin (gender). HIV/AIDS positif (+)
di Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun 2016 sebanyak 1.147 orang.
Program penjangkauan IDU (Intravena Drug User) baru berjalan di
Puskesmas Ciomas dan Cileungsi. Dari hasil program IDU hasil estimasi
menunjukkan perilaku beresiko terbesar dalam menyumbang jumlah ODHA
adalah pengguna narkoba suntik.
Berdasarkan hasil laporan dari Unit Transfusi Darah (UTD) cabang PMI
Kabupaten Bogor tahun 2016 ditemukan penderita HIV/AIDS positif sebanyak 66
orang (0,35%) yang didapat dari hasil pemeriksaan donor darah pada 18.832
orang pendonor.
Penanggulangan HIV/AIDS belum dilaksanakan secara komprehensif
dimana dana yang tersedia hanya untuk melaksanakan sentinel survei saja.
Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah perlu dilaksanakannya penanganan
terhadap penderita yang memiliki sampel darah dengan Venereal Disease
Research Laboratory (VDRL) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination)
TPHA (positif dan pemberian pengobatan dengan menggunakan suntikan
Benzatine Benzil Penissilin, serta memberikan penyuluhan kesehatan secara
berkesinambungan dan pemberian kondom.
Melihat jumlah kasus HIV Positif (+) dan Sifilis dari hasil sero survey, pada
pertengahan tahun 2006 di Kabupaten Bogor sudah dibentuk KPAD (Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah) yang mempunyai program kerja antara lain
melaksanakan koordinasi dengan semua anggota KPA (Komisi Penanggulangan
AIDS), LSM Peduli AIDS dan instansi terkait. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah (SMAN I dan SMAN 2 Cibinong dan
SMA PGRI Cibinong), mengadakan sosialisasi ke WPS (Wanita Penjaja Seks)
bekerjasama dengan LSM Mutiara Hati dan kegiatan Harm Reduction (HR)
bekerja sama dengan rumah cemara di Puskesmas Ciomas dan Cileungsi,
kegiatannya berupa penjangkauan Penasun (pengguna narkoba suntik).
4.4.3.1. Difteri
4.4.3.2 Pertusis
Pada tahun 2002 pernah ditemukan 3 kasus namun berdasarkan laporan Rumah
Sakit dan Puskesmas pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2016 tidak terdapat
kasus pertusis.
Imunisasi merupakan satu-satunya cara pencegahan, karena kekebalan
dari ibu tidak bersifat protektif. Jika dilihat cakupan DPT 3 tahun 2016 sebesar
94,72%, angka ini sudah melebihi target standar program sebesar 90%.
4.4.3.3. Tetanus
4.4.3.6. Campak
Penyebab penyakit ini adalah virus Morbilli dan pada awal gejalanya
menyerupai flu/ selesma disertai konjungtivitas serta tanda khas berupa bercak
koplik jarang dapat terdeteksi. Komplikasi terjadi pada 30% penderita berupa
Otitis Media, Conjungtivitis berat, Enteritis dan Pneumonia. Komplikasi ini sering
menyertai penderita campak dengan gizi kurang antara lain defisiensi vitamin A.
Cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata di suatu wilayah cepat
atau lambat akan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama periode
5 tahun kasus campak cenderung menurun tajam, pada tahun 2012 sebesar 76
kasus dan menjadi 149 kasus pada tahun 2016 yang terdiri dari kasus campak
rutin (C1) dan kasus CBMS (klinis campak yang diperiksa sampel nya).
Berbagai upaya untuk menurunkan kasus campak telah dilakukan seperti
pemberian imunisasi rutin campak pada bayi umur 9 bulan, pemberian vaksin
campak satu kali dapat memberikan kekebalan sampai lebih dari 14 tahun. Untuk
mengendalikan penyakit ini diperlukan cakupan imunisasi minimal 80-95% secara
merata selama bertahun-tahun serta program reduksi campak untuk bayi melalui
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak pada daerah resiko tinggi pada tahun-
tahun sebelumnya.
Cakupan imunisasi campak di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 sebesar
101,54% dan pada tahun 2016 sebesar 95,21%, angka ini sudah mencapai target
SDKI tahun 2007 sebesar 67,0% begitu pula sudah memenuhi target nasional
tahun 2014 sebesar 93% (RKP, 2011). Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, cakupan tahun 2016 menurun sebesar 6,33%.
Menurut laporan dari Puskesmas cakupan UCI atau persentase desa yang
mencapai UCI (Universal Child Immunization) baru mencapai 93,09% atau 404
desa dari 434 desa yang ada. Cakupan UCI belum mencapai indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 100%, menunjukkan bahwa masih cukup
banyak sasaran rentan pada balita yang belum diimunisasi campak, sehingga
masih perlu dilakukan backlog (melengkapi) imunisasi pada daerah-daerah
kantong endemis campak disertai penyuluhan secara terus menerus untuk
mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi Campak merupakan salah satu indikator dari MDGs yang
mempunyai dampak langsung terhadap kematian anak, persentase anak usia satu
tahun yang telah di imunisasi dapat digunakan sebagai indikator yang baik
terhadap kualitas sistem pelayanan kesehatan anak. Peningkatan cakupan
imunisasi dapat menurunkan jumlah kematian anak balita sebesar 1/1000
kelahiran hidup (UNSD 2009, ADB).
4.4.3.7. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
virus hepatitis dan dapat menyerang semua golongan umur, kelompok resiko
tinggi adalah bayi dari ibu pengidap Hepatitis B (70-90%), pecandu narkotik,
tenaga medis dan paramedis, pasien hemodialisa, pekerja laboratorium, pemakai
jasa atau petugas akupunktur. Penyakit ini akan berkembang menjadi penyakit
Sirosis Hati (pengerasan hati) dan kanker hati primer setelah 10-30 tahun.
Berdasarkan laporan dari puskesmas di Kabupaten Bogor pada tahun
2015, tidak terdapat penderita hepatitis B, begitupula laporan dari Rumah Sakit
baik rawat jalan maupun rawat inap untuk tahun 2016 tidak terdapat penderita
hepatitis B. Kasus penyakit hepatitis bisa ditekan melalui upaya pencegahan
sedini mungkin dengan memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi umur 0-7 hari.
Hal ini berdasarkan studi Epidemiologi yaitu pemberian imunisasi HB0 pada bayi
umur 0-7 hari berguna untuk melindungi bayi dari penyakit hati primer dan
penyakit sirosis hati.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Bogor telah terjadi 14 kali KLB, yang terdiri
dari 4 KLB yang menyerang 11 desa tersebar di 8 kecamatan. Seluruh kejadian
KLB ditangani dalam waktu <24 jam, dengan demikian cakupan desa/kelurahan
mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam 100%, sesuai
dengan target SPM sebesar 100%. Adapun jenis KLB tersebut adalah sebagai
berikut :
KLB keracunan makanan yang terjadi pada tahun 2016 di Ds Bojong Murni
RW 3 Kec. Ciawi, Pasir Menjul Ds. Pasir Jaya Kec. Cigombong, Kp. Babakan RT
05/RW 03 Ds Gunungsari Kec. Pamijahan, Kp. Jogjogan RT 02/RW 02 Ds Tangkil
Kec. Caringin Jumlah penduduk terancam sebanyak 520 orang dan jumlah
penderita sebanyak 163 orang. Attack rate sebesar 31,35 % dengan CFR 0 %.
Kejadian ini dimungkinkan terjadi karena pengolahan makanan yang kurang
higienis dan tidak sesuai dengan standar kesehatan. Untuk lebih jelasnya kasus
keracunan makanan yang terjadi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
4.28 di bawah ini :
TABEL 4.28
JUMLAH PENDERITA, KEMATIAN, CFR DAN LOKASI
PADA KLB KERACUNAN MAKANAN
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 – 2016
Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada
binatang yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang umumnya
menginfeksi unggas dan sedikit kemungkinan menginfeksi babi. Penyakit ini bisa
menular kepada manusia dan dapat menimbulkan penyakit flu yang berakibat
kematian, dengan gejala klinis seperti demam lebih dari 38º C, sakit tenggorokan,
flu, batuk, cepat sesak napas, nyeri otot dan lemas, masa inkubasi selama 1-7
hari. Virus ini dapat hidup di air selama 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30
hari pada suhu 0º C dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit. Namun
virus ini akan mati dengan deterjen dan pemanasan 60º C selama 30 menit.
Sejak tahun 2005 di Propinsi Jawa Barat telah terjadi kasus flu burung
pada unggas di beberapa kabupaten/kota di antaranya adalah Kabupaten Bogor.
Kasus suspek flu burung pada manusia di Kabupaten Bogor tahun 2016 tidak
ditemukan kasus flu burung.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor terhadap penyebaran virus flu burung adalah meningkatkan SKD terhadap
kasus flu burung di puskesmas, pengambilan sampel darah terhadap kelompok
resiko (peternak) di kecamatan endemis dan melakukan sosialisasi penyakit flu
burung kepada masyarakat terutama kelompok masyarakat potensial melalui
siaran radio dan berbagai media penyuluhan lainnya.
kulit yang mudah menular diantara anak-anak dan menimbulkan kekebalan dalam
populasi, golongan umur penderita difteri biasanya di bawah 15 tahun.
Diketahui dari laporan KLB Difteri, penderita berjenis kelamin perempuan
dengan riwayat imunisasi hanya sekali diimunisasi yaitu imunisasi Dt pada saat
penderita masuk sekolah SD. Gejala awal penderita yaitu demam dan sakit
menelan kemudian penderita dirawat dengan gejala demam, sakit tenggorokan,
Bullneck, sesak nafas dan Pseudomembran. Pengambilan sampel swab
tenggorok dilakukan terhadap kontak erat maupun teman sepermainan dilokasi
sekitar tempat tinggal kasus.
Pencegahan penyakit difteri dapat dilakukan dengan memberikan
imunisasi DPT yang diberikan kepada bayi (0-12 bulan) sebanyak 3 kali yaitu
DPT1, DPT2 dan DPT3.
4.6.4. HEPATITIS A
dan pengelola makanan yang ada disekitar pondok pesantren. Selain itu diberikan
informasi kepada penjamah makanan untuk mengikuti pelatihan hygiene sanitasi.
BAB V
SITUASI UPAYA KESEHATAN
pada Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat dimana upaya puskesmas dibagi menjadi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya Kesehatan masyarakat esensial adalah upaya Kesehatan
masyarakat yang ditetapkan berdasarkan upaya kesehatan esensial, sering
disebut 5 Pelayanan Kesehatan Dasar yang penting meliputi pelayanan promosi
kesehatan, pelayanan Kesehatan Lingkungan, pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak serta Keluarga Berencana, pelayanan Perbaikan Gizi Masyarakat,
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya pelayanan kesehatan
esensial sebagaimana dimaksud harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten / kota
bidang kesehatan (SPM) yang diterbitkan dengan SK Menkes Nomor 828/
Menkes/SK/IX/2008.
Sedangkan Upaya Kesehatan Pengembangan adalah merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang sifatnya inovatif, ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan pontensi sumber daya yang tersedia di masing – masing Puskesmas.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas sebagaimana meliputi upaya kesehatan masyarakat esencial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan Menteri ini.
GRAFIK 5.1
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN PUSKEMAS
4,000,000 DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
3,918,635
3,900,000
3,800,000
3,700,000
3,600,000
3,500,000
3,400,000
3,299,592
JUMLAH
3,260,114
3,300,000
3,200,000
3,100,000 3,051,970
3,000,000
2,928,711
2,900,000
2,800,000
2,700,000
2,600,000
2,500,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Dilihat dari grafik di atas nampak bahwa jumlah kunjungan pasien rawat
jalan puskesmas selama lima tahun terakhir cenderung berfluktuasi, pada tahun
2012 sebesar 3.260.114 kunjungan menjadi 3.918.635 kunjungan pada tahun
2016, dengan rata-rata jumlah kunjungan/hari sebesar 13.582 kunjungan.
Grafik 5.2 di bawah ini memberikan gambaran jumlah kunjungan rawat inap
puskesmas di Kabupaten Bogor selama lima tahun terakhir.
GRAFIK 5.2
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP PUSKEMAS
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
15,000 14,619
14,419
14,000
13,000 12,515
JUMLAH
12,000
11,132 10,999
11,000
10,000
9,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
GRAFIK 5.3
CAKUPAN K1 dan K4 TAHUN 2012 - 2016
DI KABUPATEN BOGOR
120
97.5 97.5 106.8
98.1 99.5
100 102.3
PERSENTASE
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
terendah terdapat pada Kecamatan Parung Panjang sebesar 91,2%, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 29 profil kesehatan.
GRAFIK 5.4
CAKUPAN PERSALINAN DITOLONG OLEH TENAGA KESEHATAN DAN DUKUN DI
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
110
100 96.12
87.64 87.92
PERSENTASE
90 86.11
82.9
80 Nakes
Dukun
70
60
10.8 8.6 10 8.9 7.2
50
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca kelahiran oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini kompilkasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu
antara lain : kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai
3 hari, kunjungan nifas ke-dua (KF2) dilakukan pada 4 hari sampai dengan 28 hari
setelah persalinan, kunjungan nifas ke-tiga (KF3) dilakukan pada 29 hari sampai
dengan 42 hari setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada
saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada
kunjungan bayi.
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : pemeriksaan
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, kedua yaitu pemeriksaan lokia dan
pengeluaran pervagina lainnya, ketiga adalah pemeriksaan payudara dan anjuran
ASI ekslusif 6 bulan, keempat yaitu pemberian kapsul vitamin A 2000 IU sebanyak
(2 x 24 jam), kelima adalah pelayanan KB pasca persalinan.
Cakupan kunjungan ibu nifas tahun 2016 sebesar 118.106 orang (97,83%),
hasil sudah melampui target SPM sebesar 90%. Cakupan kunjungan nifas selama
empat tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 5.5
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2013 - 2016
100 97.83
87.47 88.73 88.05
90
80
70
Persentase
60
50
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016
Tahun
Kunjungan neonatal adalah kunjungan bayi umur 0-28 hari yang kontak
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan minimal dua kali dari tenaga kesehatan, yaitu pada umur 0-7 hari dan
umur 8-28 hari. Kunjungan neonatal lengkap adalah jumlah neonatal yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar 3 kali (KN1,KN2,KN3), dengan ketentuan:
a. KN1 adalah jumlah neonatus umur ≥24 jam-2 hari yang kontak dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
neonatal sesuai standar, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas
(termasuk bidan di desa, polindes, kunjungan rumah, rumah sakit
pemerintah/swasta, RB dan bidan praktek swasta di wilayah kerja puskersmas)
b. KN2 adalah jumlah kunjungan neonatus umur 3-7 hari
c. KN3 adalah jumlah kunjungan neonatus umur 8-28 hari
Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan akses neonatal terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah
kesehatan pada neonatus.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : perawatan tali pusat, ASI
Ekslusif, Injeksi Vitamin K, Pemberian salep mata, Imunisasi Hepatitis B-O,
Pemeriksaan tanda bahaya, konseling, penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
Pada grafik 5.6 dibawah ini dapat dilihat cakupan pemeriksaan Neonatus
(KN1) di Kabupaten Bogor selama periode lima tahun terakhir yaitu tahun 2012 -
2016 sebagai berikut :
GRAFIK 5.6
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN1)
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 - 2016
100
95.46 95.57
93.91
94
Persentase
92.45
80
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 5 tahun
terakhir cakupan pemeriksaan Neonatus pertama, besarnya dari tahun ke tahun
meningkat. Pada tahun 2012 sebesar 92,45% mengalami peningkatan di tahun
2013 (93,91%) dan terus meningkat sampai dengan tahun 2015 sebesar 117.181
(95,57%), namun di tahun 2016 mengalami penurunan untuk persentase
kunjungan neonatus (KN1) sebesar 94.00% walaupun angka absolutnya
meningkat sebesar 120.801 kunjungan, hal ini dikarenakan sasaran neonatus
yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan tersebut masih jauh di
bawah target program sebesar 100%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
38 profil kesehatan.
Pada grafik 5.7 dibawah ini dapat dilihat cakupan pemeriksaan Neonatus
(KN lengkap) di Kabupaten Bogor selama periode empat tahun terakhir yaitu tahun
2013-2016 sebagai berikut :
GRAFIK 5.7
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN Lengkap)
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2013 - 2016
100
Persentase
93.69
90.92 91.62
90.39
80
2013 2014 2015 2016
Tahun
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 4 tahun
terakhir cakupan pemeriksaan Neonatus ketiga, besarnya dari tahun ke tahun
meningkat. Pada tahun 2013 sebesar 90,39% mengalami peningkatan di tahun
2014 (90,92%) dan Tahun 2015 terus meningkat sebesar 114.880 (93,69%)
namun di tahun 2016 mengalami penurunan untuk persentase nya sebesar
91,62%, walaupun angka absolutnya meningkat sebesar 117.740 kunjungan,
cakupan tersebut masih melampaui target program sebesar 90%. Hal ini
dikarenakan sasaran neonatus yang meningkat.
GRAFIK 5.8
NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI DI
KABUPATEN5BOGOR TAHUN 2012 - 2016
8,500
8,066
7,500
7,221 7,336
Jumlah
6,630
6,500
5,500
4,725
4,500
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Pada grafik 5.9 dibawah ini dapat dilihat cakupan kunjungan bayi di Kabupaten
Bogor selama periode lima tahun terakhir yaitu tahun 2012-2016 sebagai berikut:
GRAFIK 5.9
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 - 2016
150
140
Persentase
130
120
110
100 96.02
93.96 96.01
94.36 92.29
90
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Dari grafik diatas dapat dilihat cakupan kunjungan bayi pada tahun 2012
sebesar 93,96%, selama dua tahun terus meningkat menjadi 96,02% pada tahun
2014 namun di dua tahun terakhir mengalami penurunan di tahun 2015 sebesar
96,01% dan di tahun 2016 kembali menurun sebesar 3,72% ( 92,29%= 104.602
kunjungan) hasil ini masih melebihi target SPM sebesar 90%. Hal ini dikarenakan
sasaran bayi yang meningkat sehingga persentase cakupan kunjungan bayi
menurun walaupun angka absolutnya meningkat.
remaja, dan untuk remaja (teman curhat). Kegiatannya di fasilitasi oleh guru BK
(Bimbingan Konseling) atau guru UKS dan petugas Puskesmas.
Cakupan penjaringan anak pra sekolah di TK/RA Kabupaten Bogor tahun
2016 yaitu sebesar 12,03% masih sama pencapaianya bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya 2015 (12,03% %), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran tabel 49a profil kesehatan.
Pemeriksaan/penjaringan kesehatan anak SD/MI dan setingkatnya selama
tiga tahun terakhir mengalami fluktasi, 78,8% (2014), meningkat 91,00% (2015)
dan di tahun 2016 hasil pencapaianya sama dengan tahun 2015 sebesar 91,00%
, hasil ini belum mencapai target SPM sebesar 100%.
Selain kegiatan penjaringan anak pada usia sekolah, dilaksanakan juga
pelayanan imunisasi kepada anak SD yaitu imunisasi Campak DT dan TT yang
pelaksanaannya serentak melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
dan pemberian obat cacing bagi murid kelas 1 dan 6 tiap bulan Mei dan
November.
Imunisasi DT diberikan kepada murid kelas I SD dengan hasil cakupan
tahun 2016 sebanyak 97.176 anak (93,95%), tahun 2015 sebanyak 90.281anak
(92,38%). Jika dilihat dari hasil persentase, cakupan pada tahun 2016 meningkat
dibandingkan tahun 2015.
Imunisasi TT diberikan kepada murid kelas 2 dan kelas 3 SD. Hasil
cakupan imunisasi TT kelas 2 pada tahun 2016 sebanyak 93.672 anak (91,61%),
tahun 2015 sebanyak 88.916 anak (92,52%). Jika dilihat hasil persentase cakupan
pada tahun 2016 menurun dibandingkan tahun 2015. Sedangkan imunisasi TT
kelas 3 Tahun 2016 sebanyak 94.118 anak (92,94%), lebih rendah bila
dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 89.159 anak (93,07%).
rujukan sendiri mungkin bagi lansia yang memerlukan. Selain itu demi terwujudnya
LANSIA “SEHAT, MANDIRI DAN PRODUKTIF” .
Sasaran pembinaan dan pelayanan bagi usia lanjut terbagi dalam
sasaran langsung kepada usila yaitu Pra Usila (45-59 tahun), Usila (60-69 tahun)
dan lansia beresiko tinggi >70 tahun keatas atau lansia dengan penyakit
degeneratif (masalah kesehatan). Sasaran tidak langsung yaitu keluarga dimana
usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut berada, organisasi yang
bergerak dalam pembinaan usia lanjut,LSM dan masyarakat luas.
Pada grafik 5.10 dibawah ini dapat dilihat cakupan pelayanan prausila
dan usila di Kabupaten Bogor selama periode tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014-
2016 sebagai berikut :
GRAFIK 5.10
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PRAUSILA DAN USILA
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 - 2016
80
75 70.79
70 70.28
70.3
65
60
55 56.79 55.94
57.11
PERSENTASE
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2014 2015 2016
TAHUN
TOTAL USILA TOTAL PRAUSILA
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tahun 2016 terjadi penurunun
cakupan baik cakupan pra usila dari 57,11 (tahun 2015) menjadi 55,94 ( tahun
2016), maupun cakupan usila menurun dari 70,79 (tahun 2015) menjadi 70,28
(tahun 2016), hasil ini mencapai target ( Target pra lansia 40% dan Lansia 70%).
Pengelolaan program Lansia ditangani oleh seksi Kesehatan Keluarga & Gizi
Masyarakat mengembangkan program kesehatan bagi pra usila dan usila yaitu
dengan dikembangkannya ”Puskesmas santun lansia" dengan kriteria memberikan
pelayanan yang baik, sopan, ramah serta kemudahan-kemudahan dan keringanan
kepada lanjut usia. Kemudahan-kemudahan di maksud loket pendaftaran,
poliklinik dan apotik tersendiri diupayakan tidak perlu mengantri atau menunggu
terlalu lama, sedangkan keringanan diberikan kepada lansia yang berusia 80
tahun ke atas dibebaskan dari biaya. Klinik lansia pada umumnya disediakan satu
hari dalam seminggu namun sudah beberapa puskesmas seperti Ciawi, Jonggol,
Leuwiliang dan Cirimekar sudah memiliki poli lansia tersendiri, sehingga dapat
melayani lansia secara khusus setiap hari. Selain itu pelayanan lansia diluar
gedung dikembangkan melalui posbindu lansia, serta dihimbau setiap
desa/kelurahan minimal terbentuk dan di bina satu Posbindu. Puskesmas santun
lansia pada tahun 2016 ada 15 puskesmas di Puskesmas Nanggung, Leuwiliang,
Cibungbulang, Ciawi, Dramaga, Cigombong, Cisarua, Cileungsi, Citeureup,
Cibinong, Cirimekar, Bojong Gede, Ciseeng, Jonggol dan Jampang.
a. Peserta KB Baru
Cakupan peserta KB baru sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada grafik 5.11 berikut ini.
GRAFIK 5.11
CAKUPAN PESERTA KB BARU
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012- 2016
18
17 16.73
16
PERSENTASE
15.5 15.4
15
14
13
12.8
12.55
12
11
10
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
TABEL 5.1
PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
PESERTA BARU DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012-2016
METODE MOW/
PIL KONDOM SUNTIK IMPLANT IUD TOTAL
TAHUN LAIN MOP
% % % % % %
% %
2012 35,97 1,18 55,57 0,0 0,73 4,26 2,30 100
2013 35,82 0,72 55,88 0,0 0,86 4,53 2,20 100
2014 34,70 0,89 55,23 0,0 0,78 5,81 2,60 100
2015 35,90 1,01 55,84 0,0 0,78 4,32 2,13 100
2016 33,56 0,91 58,19 0,0 0,12 4,94 2,28 100
Sumber : BPPKB & Bidang Binkesmas
b. Peserta KB Aktif
GRAFIK 5.12
CAKUPAN KB AKTIF DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 - 2016
90
Persentase
73.18 73.74
72.36 75.46
70 73.67
50
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
TABEL 5.2
CAKUPAN IMUNISASI BCG, DPT- HB1, DPT- HB3, POLIO 4,
CAMPAK,HB0 DAN DROUP OUT RATE
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2013 – 2016
Dari tabel di atas dapat kita lihat perkembangan cakupan imunisasi bayi
selama jangka waktu 4 tahun, pada tahun 2013 cakupan tertinggi yaitu DPT-HB1
sebesar 97,29%, pada tahun 2014 cakupan tertinggi adalah BCG sebesar 99,58%,
pada tahun 2015 cakupan imunisasi yang tertinggi adalah DPT-HB1 sebesar
104,54%.dan tahun 2016 Imunisasi BCG menjadi cakupan tertinggi yaitu sebesar
98,17%.
GRAFIK 5.13
CAKUPAN IMUNISASI TT IBU HAMIL PUSKESMAS
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
5.80%
9.30%
18.20%
55.40%
47.20%
GRAFIK 5.14
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012- 2016
1,600,000
1,519,367
1,550,000
1,500,000
1,450,000
1,400,000
1,350,000
1,300,000
1,250,000 1,249,326
JUMLAH
1,200,000
1,150,000
1,100,000
1,050,000
1,000,000
950,000 932,059
900,000 882,236
850,000
800,000 790,298
750,000
700,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Jika dilihat dari grafik 5.14, jumlah kunjungan rawat jalan rumah sakit berfluktuatif
dari tahun 2012 sebesar 790.298 sampai tahun 2016 sebesar 1.519.367
kunjungan.
Jumlah kunjungan rawat inap selama tahun 2012-2016 dapat dilihat pada
grafik 5.15 di bawah ini :
GRAFIK 5.15
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
250,000
230,000
210,000
196,650
190,000 189,216
JUMLAH
170,000
154,647
150,000
130,000 113,567
110,000 108,898
90,000
70,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Grafik 5.15 di atas menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat inap rumah
sakit di Kabupaten Bogor selama lima tahun terakhir cenderung berfluktuatif, pada tahun
2012 sebesar 77.281 meningkat menjadi 196.650 pada tahun 2015 namun di tahun 2016
menurun sebesar 189.126.
Jumlah kematian di rumah sakit adalah merupakan indikator dampak dari proses
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Pada umumnya kematian pasien di rumah
sakit dikelompokan dalam Gross Death Rate (Angka Kematian Kasar di Rumah Sakit)
dan Net Death Rate (Angka Kematian Bersih).
Untuk mengetahui mutu pelayanan rumah sakit di Kabupaten Bogor tahun 2016
dapat diketahui dari indikator GDR (Gross Death Rate) dan NDR (Net Death Rate),
seperti pada tabel dibawah ini
TABEL 5.3
ANGKA KEMATIAN MENURUT KEPEMILIKAN RS
Di KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
RUMAH SAKIT GDR/1000 NDR/1000
RSU PEMERINTAH (KEMKES) 57 36
RSU PEMERINTAH (PEMDA) 39 18
RSU SWASTA 13 4
RS KHUSUS SWASTA 8 6
RS TNI/POLRI 20 11
KABUPATEN BOGOR 23 10
TABEL 5.4
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
NILAI RSU RSU RSU RS KHUSUS RSU
INDIKATOR EVISIENSI PEMERINTAH PEMERINTAH SWASTA (SWASTA) TNI/POLRI
(KEMENKES) (PEMDA)
BOR 75% - 85% 72,88 66,62 56,72 25,89 23,27
LOS 3 – 9 hari 6,23 3,76 3,08 2,89 2,56
TOI 1 – 3 hari 2,43 1,95 2,41 8,95 11,73
BTO 40 -50 40,65 62,56 65,43 30,22 23,87
sarana pelayanan yang dimiliki rumah sakit daerah (RSUD) oleh masyarakat
meskipun hasil capaian ini masih berada dibawah standar BOR 75% - 85%.
Sedangkan capain BOR yang terendah di duduki oleh RSU TNI/POLRI (RSAU
Atang Sanjaya) sebesar 23,27%.
Meskipun secara kategori kelompok kepemilikan RS capaian BOR masih
dibawah standar, namun dianalisis per rumah sakit, rumah sakit cenderung yang
mendekati standar BOR 75% -85% adalah RSUD Cibinong sebesar 73,25%, dan
RS Trimitra sebesar 72,42%. BOR pada RS lainnya dapat dilihat di tabel 56 Profil
Kesehatan.
Gambaran BOR di Kabupaten Bogor tahun 2016 dapat dilihat pada grafik
di bawah ini :
GRAFIK 5.16
PERKEMBANGAN BOR RS MENURUT KEPEMILIKAN
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
80 72.88
70 66.62
56.72
PERSENTASE
60
50
40
30 25.89 23.27
20
10
0
RSU RSU RSU SWASTA RS KHUSUS RS TNI / POLRI
PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN SWASTA
(KEMENKES) (PEMDA)
GRAFIK 5.17
PERKEMBANGAN LOS RS MENURUT KEPEMILIKAN
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
10
8
PERSENTASE
6.23
6
3.76
4
3.08 2.89
2.56
2
RSU RSU RSU SWASTA RSU KHUSUS RSU TNI / POLRI
PEMERINTAH PEMERINTAH SWASTA
(KEMENKES) (PEMDA)
Batasan ideal untuk Turn Over Interval (TOI) adalah 1 – 3 hari, dengan TOI ideal
pada kelompok RSU Pemerintah (KEMENKES), RSU Swasta dan RSU
Pemerintah (PEMDA). TOI kelompok rumah sakit lainnya mencapai angka diatas 3
hari, tertinggi pada kelompok RSU TN /POLRI dan RSU Khusus Swasta dengan
TOI Mencapai 11 hari untuk RSU TNI/POLRI dan 9 hari untuk RSU Khusus
Swasta. TOI pada RS lainnya dapat dilihat di tabel 56 Profil Kesehatan.
Gambaran TOI di Kabupaten Bogor tahun 2016 dapat dilihat pada grafik
di bawah ini :
GRAFIK 5.18
PERKEMBANGAN TOI RS MENURUT KEPEMILIKAN
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
13
11.73
11
8.95
9
PERSENTASE
3 2.43 2.41
1.95
1
RSU RSU RSU SWASTA RS KHUSUS RS TNI/POLRI
PEMERINTAH PEMERINTAH SWASTA
KEMENKES PEMDA
GRAFIK 5.19
PERKEMBANGAN BTO RS MENURUT KEPEMILIKAN
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2016
120
110
100
90
PERSENTASE
80
70 65.43
62.56
60
50
40 40.65
30.22
30
23.87
20
RSU RSU RSU SWASTA RS KHUSUS RS TNI/POLRI
PEMERINTAH PEMERINTAH SWASTA
(KEMENKES) (PEMDA)
GRAFIK 5.20
EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
70
60
PERSENTASE
50
40.65
40
30
20
10 6.23
2.43
0
BTO TOI LOS
Tahun
Jml Balita Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Th. 2016
ABS % ABS % ABS % ABS %
Gizi Sangat 3.013 0,69 3.071 0,69 3.119 0,68 4.264 0,91
kurang
Gizi Kurang 27.006 6,21 26.179 5,87 23.112 5,06 24.592 5.27
Gizi Baik 398.661 91,64 409.566 91,79 424.496 92,95 429.626 92,12
Gizi Lebih 6.444 1,48 7.383 1,65 5.959 1,30 7.889 1,69
Sumber data : Hasil Bulan Penimbangan Balita tahun 2013, 2014, 2015, 2016
Gizi buruk (kurang gizi tingkat berat) dengan tanda klinis perlu segera
ditindak lanjuti dengan dirujuk ke puskesmas, center klinik gizi atau ke rumah
sakit. Intervensi yang telah dilakukan antara lain dengan pengobatan penyakit
penyerta, pemberian PMT Pemulihan, PMT Penyuluhan dan penyuluhan gizi
masyarakat.
Persentase kecenderungan balita dengan status gizi sangat kurang (BB/U)
berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita bulan Agustus di Kabupaten Bogor
pada Tahun 2013-2016 dapat dilhat pada grafik 5.21
GRAFIK 5.21
CAKUPAN STATUS GIZI BALITA GIZI SANGAT KURANG (BB/U)
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 - 2016
4
PERSENTASE
2
0.68 0.91
0.69 0.69
1
0
2013 2014 2015 2016
TAHUN
Dari grafik 5.21 terlihat bahwa penurunan angka status gizi buruk/sangat
kurang pada balita terjadi dari tahun 2013 sebanyak 3.013 balita (0,69%) menjadi
4.264 (0,91%) pada tahun 2016.
Kecamatan dikatakan bebas rawan gizi adalah apabila pada suatu
kecamatan memiliki jumlah persentase balita dengan status berat badan sangat
kurang dan berat badan kurang <10%, yang diperoleh dari hasil Bulan
Penimbangan Balita (BPB). Kecamatan bebas rawan gizi di Kabupaten Bogor
pada tahun 2016 adalah sebesar 90,0% (36 kecamatan), menurun bila
dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 95,0% (38 kecamatan).
Keadaan gizi masyarakat di Kabupaten Bogor telah menunjukkan
kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya
prevalensi kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi KEP
(balita gizi kurang dan gizi buruk) atau balita dengan Berat Badan rendah sebagai
indikator kelaparan yang berdampak terhadap pencapaian tujuan MDGs lainnya.
Indikator MDGs yang dipakai adalah prevalensi balita dengan berat badan
rendah/kekurangan gizi. Pada tahun 2016 di Kabupaten Bogor, prevalensi balita
dengan status Kurang Energi Protein (KEP) adalah sebesar 6,19%.
GAMBAR 5.1
PETA KECAMATAN RAWAN GIZI DI KABUPATEN BOGOR 2016
Dari peta diatas diketahui kecamatan rawan gizi tersebar di 4 kecamatan yaitu
kecamatan cibungbulang, kecamatan klapanunggal, kecamatan cariu dan
kecamatan parung panjang.
1,11% dari jumlah bayi lahir sebesar 128.510 bayi. Dari laporan tersebut 100%
BBLR telah ditangani oleh tenaga kesehatan, namun terdapat kematian bayi
akibat BBLR sebesar 57 bayi atau sebesar 4,12%.
Jika dibandingkan dengan tahun 2015 Kematian Bayi Dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sebesar 3,03%, di tahun 2016 ini menurun sebesar 1,92%.
Angka ini masih jauh lebih kecil dari angka nasional sebesar 14%. Secara lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 37 lampiran profil kesehatan.
GRAFIK 5.22
CAKUPAN FE-3 TAHUN 2012 - 2016
DI KABUPATEN BOGOR
95
92.69
90
PERSENTASE
85
82.88 82.27
80
78.4 78.3
75
70
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Buta senja adalah salah satu gejala kurang vitamin A (KVA). Kurang
vitamin A tingkat berat dapat mengakibatkan Keratomalasia dan kebutaan. Vitamin
A berperan pada integritas sel epitel, imunitas dan reproduksi. KVA pada anak
dapat mengakibatkan resiko kematian sampai 20-30%. Upaya pencegahan
kekurangan vitamin A pada anak balita (6-59 bulan) adalah dengan pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis
100.000 SI diberikan pada bayi (umur 6-11 bulan) setahun satu kali pada bulan
Februari atau Agustus, dan pemberian kapsul vit A pada anak balita 1-4 tahun
berwarna merah dengan dosis 200.000 SI setahun 2 kali. Cakupan pemberian
vitamin A pada bayi tahun 2015 sebesar 110,70% dan tahun 2016 sebesar
107,50% sedangkan cakupan anak balita (1-4 tahun) yang mendapat kapsul
vitamin A sebanyak 2 kali pada tahun 2015 sebesar 83,05%, tahun 2016 sebesar
81,97%. Untuk lebih jelasnya cakupan anak balita yang mendapat vitamin A dilihat
pada lampiran tabel 44 profil kesehatan.
Sasaran lain penerima kapsul vitamin A dosis tinggi (vitamin A 200.000 SI)
adalah ibu nifas, dengan harapan bayi akan memperoleh vitamin A yang cukup
melalui ASI. Pemberian vitamin A pada ibu nifas dapat dilakukan terintegrasi
dengan pelayanan ibu nifas, dapat pula diberikan di luar pelayanan Ibu nifas.
Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kabupaten Bogor tahun 2016
sebesar 84,73% (102.290), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 29 profil
kesehatan. Jika dibandingkan dengan target Nasional (100%) angka ini masih
belum tercapai. Dengan demikian masih diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan cakupan tersebut, antara lain melalui peningkatan integrasi
pelayanan kesehatan ibu nifas, sweeping pada daerah yang cakupannya masih
rendah, dan kampanye pemberian kapsul vitamin A, serta koordinasi linsek terkait.
GRAFIK 5.23
CAKUPAN BALITA BGM
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
25
20
PERSENTASE
15
10
3.43 2.45
5
3.13 2.93
2.26
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Berdasarkan grafik 5.23 terlihat bahwa cakupan balita BGM dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016 cenderung berfluktuasi. Untuk lebih jelasnya cakupan
balita BGM dapat dilihat pada lampiran tabel 47 profil kesehatan. Temuan kasus
BGM merupakan salah satu Sistem Kewaspadaan Dini Gizi (SKD-Gizi), yang
perlu dilakukan dalam mencegah terjadinya kasus balita kurang gizi. Faktor
penyebab langsung balita BGM antara lain asupan makanan yang kurang,
penyakit/infeksi, sosial ekonomi dan pendidikan orang tua rendah, serta pola asuh
yang salah.
Balita BGM jika tidak dipantau kondisinya dapat berakibat akan jatuh ke
status gizi buruk. Yang dimaksud dengan gizi buruk yaitu keadaan kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-
hari dalam jangka waktu yang lama sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan
Gizi. Indikator antropometri yang digunakan adalah berat badan menurut umur dan
berat badan menurut tinggi badan atau panjang badan. Dalam penentuan status
gizi menggunakan baku antropometri WHO 2005.
tenaga untuk pelayanan kesehatan gigi belum merata. Dari 101 puskemas
terdapat 32 puskesmas yang tidak memiliki dokter gigi, tapi ada juga beberapa
puskemas yang memiliki dokter gigi lebih dari 1 orang, demikian juga dengan
perawat gigi yang jumlahnya belum mencukupi.
Hasil RISKESDAS tahun 2013, 28% penduduk Jawa Barat mengalami
masalah gigi mulut (gimul) dan sepertiga nya menerima perawatan dari tenaga
medis. Meskipun menggosok gigi penduduk Jawa Barat sudah cukup tinggi
(95,8%).
Perbandingan antara tumpatan yang kurang dari pencabutan (79:100)
menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit gigi
sejak dini masih rendah sehingga kerusakan gigi yang terjadi tidak dapat
ditanggulangi dengan penambalan, tetapi harus dilakukan pencabutan.
GRAFIK 5.24
JUMLAH KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA PUSKEMAS
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 - 2016
13,390
14,000
12,000
10,000
JUMLAH
8,000
6,000 5,423 5,708
4,000
1,648
2,000
585
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
BAB VI
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
6.1.1 Puskesmas
TABEL 6.1
JUMLAH RUMAH SAKIT, TEMPAT TIDUR (TT)
DAN JUMLAH TT/100.000 PENDUDUK
DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 – 2016
dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk.
Berdasarkan data pada tabel 6.1 diatas, maka dapat digambarkan bahwa
perkembangan sarana rumah sakit di Kabupaten Bogor selama Tahun 2012-2016
cukup berkembang pesat dan diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan secara maksimal kepada masyarakat.
GRAFIK 6.1
PERSENTASE PENULISAN RESEP OBAT GENERIK
DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012 - 2016
45
39.58 39.58
40 38.78
35.98
35
PERSENTASE
30
25
20
15
10 38.78
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Dilihat dari grafik 6.1 di atas, persentase penulisan resep obat generik di
rumah sakit pemerintah selama 5 tahun, cenderung berfluktuatif setiap tahunnya,
42,27% pada Tahun 2011 menurun menjadi 35,98% pada Tahun 2012, Tahun
2013 meningkat menjadi 39,58% di Tahun 2014 data nya masih sama dengan
2013 dan di Tahun 2015 menurun menjadi 38,78, namun di Tahun 2016
persentase penulisan resep obat generik menurun tajam sebesar 8,33%, hal ini
disebabkan pelaporan langsung ke Badan POM .
6.1.5.1 Posyandu
TABEL 6.2
PERKEMBANGAN POSYANDU
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014- 2016
Dari tabel di atas bisa terlihat peningkatan jumlah posyandu pratama dari
70 posyandu atau sebesar 1,46% Tahun 2015 menjadi 157 posyandu atau
sebesar 3,23% Tahun 2016 begitupula posyandu madya terjadi penurunan dari
2.559 posyandu atau sebesar 53,27% menjadi 2.418 posyandu atau sebesar
49,69%. Posyandu purnama dan mandiri terjadi peningkatan untuk purnama dari
1.324 posyandu atau 27,56% Tahun 2015 menjadi 1.393 posyandu atau 28,63%
Tahun 2016 dan untuk mandiri sebesar 851 posyandu atau 17,71% Tahun 2015
menjadi 898 posyandu atau 18,45% Tahun 2016. Dengan demikian perlu
ditingkatkan lagi upaya – upaya untuk mengaktifkan kembali kegiatan yang ada di
posyandu sehingga stratanya lebih meningkat.
Meningkatnya strata posyandu merupakan hasil kinerja seluruh lintas
sektor terkait termasuk sektor kesehatan. Oleh karena itu sinergitas lintas sektor
terkait posyandu perlu terus dipertahankan, mengingat Posyandu merupakan
wahana untuk masyarakat. Bila strata posyandu menurun dapat menggambarkan
tingkat pemberdayaan masyarakat juga menurun yang dapat berakibat buruk bagi
kelangsungan posyandu yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan
masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah revitalisasi posyandu
dan kegiatan posyandu yang terintegrasi masih bisa dikembangkan dengan segala
potensi yang ada. Partisipasi masyarakat dan lintas sektor masih sangat
diharapkan agar posyandu dapat benar bermanfaat untuk mendukung program
pembangunan kesehatan.
6.1.5.2 Poskesdes
Salah satu upaya pembinaan bagi tenaga kerja dan keluarga pekerja
khususnya pekerja informal dalam bidang kesehatan adalah dengan pembentukan
Pos UKK, yaitu merupakan wahana upaya kesehatan yang bersumberdaya
masyarakat dengan bentuk operasional adalah pemeliharaan kesehatan pekerja
yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan yang
sama yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kerja.
Pos UKK biasanya dilakukan pada sektor informal yang mempunyai atau
telah melaksanakan kesehatan kerja. Pos UKK yang sudah pernah dibentuk di
Kabupaten Bogor sejak Tahun 1998-2016 sebanyak 14 Pos, namun dengan
adanya kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Puslitbangkes) dan Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan telah
dilakukan pembinaan secara intensif terhadap Pos UKK di Desa Mekarjaya
Kecamatan Ciomas.
TABEL 6.3
PROPORSI DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
% Ratio/100.000
JENIS TENAGA JUMLAH
Penduduk
Dokter Spesialis 675 5,21 12,08
Dokter Umum 580 4,48 10,38
Dokter Gigi 201 1,55 3,60
Bidan 1.686 13,02 30,18
Perawat 3.111 24,03 55,68
Perawat Gigi 92 0,71 1,65
Kefarmasian 502 3,88 8,98
Tenaga Gizi 150 1,16 2,68
Kesehatan Masyarakat 231 1,78 4,13
Kesehatan Lingkungan 94 0,73 1,68
Keteknisian Medis 598 4,62 10,70
Keterapian Fisik 90 0,70 1,61
Kesehatan Lainnya 299 2,31 5,35
Penunjang Kesehatan/
1.307 10,10 23,39
Pendukung Kesehatan
Non Kesehatan 3.331 25,72 59,62
Jumlah 12.947 100,00 231,72
TABEL 6.4
PROPORSI TENAGA KESEHATAN
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
Sarkes
Jenis Tenaga Pusk Dinkes RS
Lainnya
Dokter Spesialis 0 0 675 0
Dokter Umum 207 8 358 7
Dokter Gigi 76 2 121 2
Bidan 910 11 763 2
Perawat 438 16 2.650 6
Perawat Gigi 51 2 38 1
Kefarmasian 24 8 470 0
Tenaga Gizi 45 4 101 0
Kesehatan Masyarakat 78 40 110 3
Kesehatan Lingkungan 43 6 43 2
Keteknisian Medis 30 1 563 4
Tenaga Kesehatan 52 0 246 0
Lainnya
Penunjang Kesehatan/ 1.307 0
4 9
Pendukung Kesehatan
Keterapian Fisik 0 0 90 0
Non Kesehatan 122 44 3.149 16
Total 2.080 151 10.684 32
bidan 910 orang (43,73%), perawat 438 orang (21,06%), perawat gigi 51
orang (2,45%), farmasi 24 orang (1,15%), gizi 45 orang (2,16%), ahli kesehatan
masyarakat 78 orang (3,75%), kesehatan lingkungan 43 orang (2,07%), teknisi
medis 30 orang (1,44%), tenaga kesehatan lainnya 52 orang (2,5%) dan tenaga
penunjang kesehatan/ pendukung kesehatan 4 orang (0,19).
Persebaran tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada grafik 6.2
sebagai berikut :
GRAFIK 6.2
PERSEBARAN SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
1.15%
2.45% 9.95%
Dokter Umum & Spesialis
2.45%
21.06% Dokter Gigi
Bidan
Perawat
43.73%
Perawat Gigi
Farmasi
GRAFIK 6.3
PERSEBARAN SDM KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
0.84%
12.23% Medis
Paramedis
10.80%
farmasi
2.30% Gizi
Kesmas
5.27%
Kesling
0.40% teknis medis
1.03% 32.30%
Nakes Lainnya
0.95%
4.40% Penunjang/Pendukung Kesehatan
Keterapian Fisik
GRAFIK 6.4
PERSEBARAN SDM KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
5,30 %
0,66% 5,96% 1,32 % Dokter Umum
3,97% Dokter Gigi
7,28 % Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Farmasi
Gizi
10,60 % Kesmas
Kesling
Keteknisian Medis
26,49% Nakes Punujang/ Pedukung Kes
1,32 %
5,30%
2,65%
GRAFIK 6.5
PERSEBARAN SDM KESEHATAN DI SARANA KESEHATAN
LAIN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
21,88%
12.5%
Dokter Umum Dokter Gigi
6.25%
Bidan Perawat
18,75%
GRAFIK 6.6
ANGGARAN KESEHATAN MENURUT SUMBER DANA PADA
DINAS KESEHATAN DAN RSUD (CIBINONG,CIAWI, LEUWILIANG
& CILEUNGSI) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
APBD Kab/Kota
91.16%
APBD Prop
APBN
6.56%
2.28%
GRAFIK 6.7
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012-2016
1,800,000,000,000
1,600,000,000,000 1,634,085,565,100
1,400,000,000,000 1.225.612.660.244
JUMLAH ANGGARAN
1,200,000,000,000
1,014,395,675,000 Total
1,000,000,000,000 Anggaran
944,230,644,562 Kesehatan
800,000,000,000
738,532,227,115
600,000,000,000
400,000,000,000
200,000,000,000
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
GRAFIK 6.8
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER DANA APBN PADA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR
150,000,000,000
TAHUN 2013- 2016
140,000,000,000 134,488,435,000
JUMLAH ANGGARAN
130,000,000,000
120,000,000,000
110,000,000,000 112,828,870,562 107,264,899,000
100,000,000,000
90,000,000,000
80,000,000,000
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
45,996,710,000
40,000,000,000
30,000,000,000
2013 2014 TAHUN 2015 2016
GRAFIK 6.9
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER BLN/PLN
PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2007 - 2011
9.050.000.000
JUMLAH ANGGARAN
8.050.000.000
7.050.000.000
5.490.216.750
6.050.000.000
4.578.140.000
5.050.000.000
4.050.000.000
3.050.000.000
2.050.000.000
1.151.801.000
1.050.000.000
360.320.000 475.933.000
50.000.000
2007 2008 2009 2010 2011
TAHUN
GRAFIK 6.10
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER APBD PROPINSI PADA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2012-2016
110,000,000,000 104,543,331,000
102,000,000,000
94,000,000,000
JUMLAH ANGGARAN
86,000,000,000
80,549,070,000
78,000,000,000
70,000,000,000
62,000,000,000 62,288,600,000
54,000,000,000
46,000,000,000
38,000,000,000
38,611,584,940 37,200,460,100
30,000,000,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
GRAFIK 6.11
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER APBD KABUPATEN PADA
DINAS KESEHATAN & RUMAH SAKIT
(CIAWI,CIBINONG,LEUWILIANG &CILEUNGSI) TAHUN 2012- 2016
1,600,000,000,000
1,489,620,206,000
1,400,000,000,000
JUMLAH ANGGARAN
1,200,000,000,000 1,139,102,888,304
1,000,000,000,000
800,000,000,000
651,648,862,320
609,245,467,000
600,000,000,000
400,000,000,000
422,246,123,000
200,000,000,000
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
GRAFIK 6.12
ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
PADA DINAS KESEHATAN DAN RS (CIAWI, CIBINONG,
LEUWILIANG DAN CILEUNGSI) KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012 -
2016
1,433,000,000,000
1,363,000,000,000
1,294,545,506,000
1,293,000,000,000
1,223,000,000,000
1,153,000,000,000
1,083,000,000,000
1,013,000,000,000
JUMLAH ANGGARAN
943,000,000,000 980,792,018,925
873,000,000,000
803,000,000,000
733,000,000,000
663,000,000,000
593,000,000,000
509,552,461,320
523,000,000,000
463,643,814,000
453,000,000,000
383,000,000,000
313,000,000,000
305,406,347,000 195,074,700,000
243,000,000,000
145,601,653,000 142,096,401,000
173,000,000,000
116,839,776,000 158,310,869,379
103,000,000,000
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
GRAFIK 6.13
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP TOTAL
APBD KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012-2016
25 23.24
20 18.18 18.1
PERSENTASE
17.81 17.54
15
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN
BAB
BABVII
VI
K EKESIMPULAN
SIMPULAN
III. Situasi Sumber Daya Kesehatan di Kabupaten Bogor tahun 2016 berdasarkan
Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) :
1. Rasio : 1 : 14.363
puskesmas,poliklinik,pustu,persatuan (target 1: 9.247)
penduduk
2. Rasio rumah sakit persatuan
penduduk : 1: 206.940
(target 1:195.519)