You are on page 1of 14

AL-QUR’AN (SEJARAH, ASBAB AN-NUZUL, I’JAZ)

Dibuat dan Dipresentasikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi
Islam Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Perbankan Syariah

Dosen Pengampu:

Sabri, S.Sos., M.Sos

Oleh :

Kelompok 5

Erna Erlisa 612062023032


Kaseriyani 612062023037
Alevia 612062023039
Novi Anggriani 612062023049
Samsul Bahri 612062023051
Nailah Adrevy 612062023055
Irfiyanti Uthary 612062023059
Alfikri Hasdin 612062023061

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWTyang telah memberi kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah kelompok ini. Atas rahmat dan hidayahnya , kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah “Al-Quran (Sejarah, Asbabun
Nuzul, I’jaz) disusun untuk memenuhi tugas dari bapak Sabri, S.Sos., M.Sos pada mata
kuliah Pengantar Studi Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Sabri, S.Sos., selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi Islam. Kami berharaap agar makalah ini dapat
menambah wawasan dan dapat bermanfaat bagi pembaca tentang Al-Quran (Sejarah, Asbab
An-Nuzul, I’jaz).

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari teman-teman sekalian dan dosen agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik kedepannya.

Watampone, 5 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Sejarah Turunnya Al-Quran....................................................................................3


B. Pengertian Asbab An-Nuzul....................................................................................5
C. Macam-Macam Asbab An-Nuzul............................................................................6
D. Pengertian Ijaz.........................................................................................................7
E. Macam-Macam Ijaz Al-Quran.................................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-quran adalah kalam Allah SWT yang telah diwahyukan kepada nabi
Muhammad SAW. Memiliki urgensi ganda dan sangat mutlak kebenarannya, yaitu
sebagai hidayah dan burhan bagi segenap manusia yang beriman di muka bumi ini
manakala mengharap ridho Allah dan ampunannya.
Al-Qur’an sebagai kitab suci sangat terjaga kemurniannya dan keasliannya,
baik nash, tulisan, bacaan, maupun tingkat insfirasi yang maha tinggi. Kebenaran Al-
Qur’an wajib kita imani dan dibuktikan dengan pengalaman yang harus didukung
oleh niat “muhlisina lahuddin”, dimana keberadaannya bukan sekedar kitab suci yang
mengandung dasar-dasar hukum, berita sejarah terdahulu, peringatan, berita ghaib,
akan tetapi al-qur’an merupakan sumber informasi saint dan teknologi yang sangat
digandrungi oleh setiap manusia dimuka bumi ini dan di dalamnya mampu menjawab
berbagai tantangan zaman dan peradaban manusia yang hidup di setiap kurunnya,
baik yang telah lalu, sekarang atau yang akan datang.
Betapa agungnya al-qur’an itu, sehingga memberikan keutamaan bagi siapa
saja yang membaca dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an tersebut. Berbagai
keutamaan disandangnya yang diantaranya, al-qur’an menjelaskan segala sesuatu
bentuk kejadian dan kehidupan secara global (QS. Al-A’rof : 52), Al-Qur’an benar-
benar dari Allah ( QS. Al-Baqarah : 23), sebagai perkataan terbaik, (QS. Az-zumar :
23), menenagkan hati saat dibacakannya (QS. Ar-Ro’du : 28), gunung pun hancur jika
Al-Qur’an diturunkan diatasnya (QS. Al-Hasyr : 21), sebagai obat yang manjur (QS.
Al-Isra ; 82), jalan keluar dari fitnah (QS. Al-An’am : 157), dan masih banyak lagi
keutamaan yang dimiliki Al-Qur’an. Sungguh begitu agung dan begitu sempurna
kitab suci Al-Qur’an itu. Namun, jika telah masuk kedalam ranah kehidupan manusia,
seiring dengan perkembangannya, maka mulai lah muncul satu persatu permasalahan
yang salah satunya adalah masalah bacaan.
Masalah bacaan atau membaca, dalam ajaran Islammerupakan suatu hal yang
mendapat perhatian khusus. Hal tersebut tidak lain karena kitab suci Al-Quran
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagian besar melalui suara atau
bacaan, kemudian Nabi Muhammad menyampaikan ayat-ayat yang diterimanya itu

iv
melalui bacaan pula. Disamping itu pula, telah menjadi kesepakatan seluruh umat
Islam bahwa bacaan Al-Qur’an tidak dapat dengan asal baca.
Dari sekian banyaknya bacaan, tentunya tidak semua riwayat bacaan itu benar
dan boleh diamalkan, dalam kitabnya syarah Al-muhazzab Imam Nawawi
mengatakan bahwa Qiro’ah yang syadz tidak boleh dibaca baik di dalam atau di luar
salat.
Seiring dengan perkembangannya, dalam tata cara bacanya al-quran memiliki
aneka ragam bacaan, dan aneka ragam bacaan ini pula berkaitan dengan periwayat-
periwayat itu sendiri, yang mana telah tersebar dan terkenal dikalangan ahli qiro’at.
Adanya banyak sanat periwayat bacaan al-qur’an yang jika dilihat dari kemutawatiran
perawinnya diklasifikasikan dengan adanya qiro’at 7, qiro’at 10, dan qiro’at 14,
kesemua qiro’at itu memiliki runtutan sanat masing-masing.
Pengklasifikasian tersebut hanya merupakan induk-induknya saja, karena di
dalamnya masing-masing memiliki perawi yang berbeda, seperti qiro’at sab’ah, yang
menjadi induk Dalam qiro’at 7 ini yaitu : Imam Nafi’, Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu
Amir, ‘ashim, Hamsah, dan Al-kisait’. Semua induk riwayat ini masing-masing
memiliki 2 orang periwayat, jadi dikatakanlah 7 Qiro’at itu adalah 7 imam qiro’at ,
dan jika dari imam masing-masing terdapat 2 oraang periwayat, berarti 7 qiro’at itu
sama dengan 14 macam riwayat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah turunnya al-quran?
2. Apa itu asbabun nuzul?
3. Bagaimana macam-macam asbabun nuzul?
4. Apa itu i’jaz?
5. Apa saja macam-macam i’jaz al-quran?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah turunnya al-quran.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asbabun nuzul.
3. Untuk mengetahui bagaimana macam-macam asbabun nuzul.
4. Untuk mengetahui apa yang dimksud dengan i’jaz.
5. Untuk mengetahui macam-macam i’jaz al-quran.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TURUNNYA AL-QURAN
Diungkapkan turunnya al-quran kepada Rasulullah itu memberi pengertian
turun dari atas ke bawah. Demikian itu tingginya kedudukan al-quran dan besar-
besarnya ajaran-ajaran yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang
serta dunia dan akhirat. Al-quran tersimpan di Lauhul Mahfudz, setelah itu diturunkan
melalui 2 tahap yakni:
1. Al-quran turun sekaligus.
2. Al-quran turun berangsur.
Maksud dari al-quran yang turun sekaligus ialah turunnya al-quran di dunia
Baitil Izzah (langit dunia) pada malam lailatul qadar, seperti yang difirmankan Allah
pada surah Al-Qadr ayat 1.
Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh jumhur
ulama bahwa turunnya al-quran sekaligus ialah turunnya al-quran ke Baitul Izzah di
langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa betapa besar
masalah ini. Selanjutnya al-quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara
bertahap selama 23 tahun sejak ia diutus dan wafatnya. Selama 13 tahun beliau
tinggal di Makkah dan selama itu pula wahyu turun kepadanya, sesudah hijrah beliau
tinggal di Madinah selama 10 tahun. Beliau wafat diusia 63 tahun. Pendapat ini
didasarkan pada riwayat-riwayat yang shahih Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas Radiyallahu Anhuma berkata, “ Al-quran diturunkan sekaligus ke
langit dunia pada lailatul qadar. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama 20
tahun.”
Adapun mengenai tanggal turunnya, dalam al-quran tidak disebutkan secara
jelas melainkan dikatakan bahwa al-quran itu diturunkan pada “yaumul furqan” yang
bertepatan pada hari “bertemunya dua pasukan” di medan perang. Kemudian
disebutkan oleh al-quran dalam ayat tersebut bahwa yaumul furqan itu bersamaan
jatuhnya dengan hari bertemunya dua golongan atau pasukan, yaitu kaum pasukan
muslimin dan pasukan musuh pada peristiwa perang Badar. Penyelidikan para ahli
sejarah menunjukkan bahwa peristiwa yang tersebut terakhir ini terjadi pada tanggal 1
Ramadan. Oleh karena al-quran menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada
hari atau tanggal yang sama dengan hari turunnya al-quran pertama kali yaitu yaumul

vi
furqan. Turunnya seluruh ayat-ayat al-quran itu memakan waktu selama 22 tahun, 2
bulan, 22 hari. Masa tersebut terjadi 2 periode, yaitu:
Masa sebelum hijrah, ketika Rasulullah masih berdiam di Makkah yaitu
selama 12 tahun, 5 bulan, 13 hari. Dimana sejak turunnya ayat-ayat pertama kali pada
tanggal 17 Ramadan tahun ke 41 dari usia Rasulullah, sampai dengan permulaan
bulan Rabbiul Awal tahun ke 54 dari usia beliau. Semua surah-surah atau ayat-ayat
yang turun pada periode ini disebut dengan istilah “surah-surah atau ayat-ayat
makiyah”. Ayat-ayat yang turun pada peristiwa hijrah itu terjadi juga termasuk dalam
klasifikasi ini.
Masa sesudah hijriah, yaitu setelah Rasulluh hijrah ke Madinah dalam 9 tahun,
9 bulan, 9 hari yakni semenjak permulaan bulan Rabbiul Awal tahun ke 54 dari usia
Rasulullah sampai dengan 9 Zulhijjah tahun ke 10 H atau tahun ke 63 usia beliau.
Semua surah-surah dan ayat-ayat yang turun pada masa periode ini disebut dengan
istilah “surah-surah atau ayat-ayat Madaniyah”.
Wahyu yang pertama kali diterima oleh nabi Muhammad SAW adalah surah
Al-Alaq ayat 1-5, pada saat nabi berada di Gua Hira. Sedangkan wahyu yang terakhir
diterima oleh nabi Muhammad SAW yaitu Al-Maidah ayat 3 pada saat nabi sedang
berwukuf di Arafah sedang melakukan haji wada pada tanggal 9 zulhijjah tahun ke 10
Hijriah 7 Maret 632M.
Adapun cara-cara al-quran diturunkan pada Rasulullah dengan berbagai maca-
macam cara dan keadaan, diantarannya malaikat mewahyukan al-quran kedalam
hatinya. Dalam hal ini Rasulullah tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa
bahwa wahyu al-quran sudah berada dalam kalbunya. Seperti dalam firmn Allah SWT
dalam Q.S Asyu’ara ayat 192-194.
Malaikat menampakkan dirinya kepada nabi Muhammad SAW, berupa
seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui
dan hafal benar akan kata-kata itu. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya
lonceng cara inilah yang amat berat dirasakan oleh nabi. Kadang-kadang pada
keningnya bercucuran keringat, meskipun turunnya wahyu itu pada musim sangat
dingin. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat
berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
Rasulullah bersabda “Terkadang malaikat datang kepadaku bagaikan
dentingan lonceng dan itulah yang paling berat bagiku, lalu dia pergi dan akupun
menyadari apa yang telah dikatakannya. Terkadang dia menjelma untukku sebagai

vii
seorang laki-laki lalu ia berbicara padaku dan aku memahami apa yang dikatakannya.
(HR.Bukhari).
B. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL
Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu dapat disebut asbab an-nuzul. Dalam pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul
dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya al-
quran. Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya:
1. Menurut Az-Zarqoni:
Asbabun an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya al-quran yang berfungsi sebagai penjelas
hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Menurut Ash-Shabuni:
Asbabun an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Menurut Subhi Shalih:
Asbabun an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al-quran yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa,
sebagai respon atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu
terjadi.
4. Menurut Mana’ Al-Qaththan:
Asbabun an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
turunnya al-quran, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik
berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi.

Dari seluruh definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asbabun an-nuzul


adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-quran dalam rangka
menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian tersebut. Asbabun an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai
untuk memberikan keterangan terhadap turunnya al-quran dan memberikannya

viii
konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya
melingkupi peristiwa pada masa al-quran masih turun.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-quran itu sangat


beragam, diantarannya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi diantara
suku Aus dan suku Khazraj. Kesalahan besar seperti kasus seorang sahabat yang
mengimani shalat dalam keadaan mabuk dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah
lewat, sedang atau yang akan terjadi.

Persoalan mengenai apakah seluruh ayat memiliki asbab an-nuzul atau tidak,
ternyata telah terjadi kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat
bahwa tidak semua ayat al-quran memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat
al-quran yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian
lainnya diturunkan dengan dilatarbelakangi dengan suatu peristiwa (ghair ibtida’).

Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi


sebagian berpendapat bahwa kesejarahan Arabia pra-quran pada masa turunnya al-
quran merupakan latar belakang makro al-quran, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-
nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa
semua ayat al-quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

C. MACAM-MACAM ASBAB AN-NUZUL


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi menjadi:
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,
misalnya turunnya Q.S Al-Ikhlas ayat 1-5. Ayat-ayat yang terdapat pada surah ini
turun sebagi tanggapan terhadap orang-orang musyrik Makkah sebelum nabi
hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain: “Peliharalah shalat(mu), dan peliharahlah shalat wustha.
Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu. Ayat ini ditrurunkan
berkaitan dengan beberapa sebab berikut:
1) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa nabi Muhammad SAW shalat
dzuhur di waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat

ix
dirasakan oleh para sahabat. Maka turunlah ayat tersebut di atas. (HR
Ahmad Bukhari, Abu Daud).
2) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi Muhammad Saw shalat
dzuhur di waktu yang sangat panas. Di belakang Rasulullah tidak lebih
dari atau dua saf saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka
sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang. Maka turunlah
ayat tersebut di atas. (HR Ahmad, An-Nasa’I, Ibnu Jarir).
3) Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman Rasulullah ada orang-orang
yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya pada
saat mereka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan
untuk diam pada waktu shalat. (HR Bukhari Muslim, Tirmidhi, Abu
Daud, Nasa’I dan ibnu Majah).
4) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang berbicara
disaat shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu
keperluannya (di waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang
sedang memerintahkan supaya khusyu ketika shalat.
2. Ta’adud An-Nazil Wa Al-Asbab Wahid
Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat. Contoh: Q.S Ad-
Dukhan ayat 10, 15 dan 16.
D. PENGERTIAN I’JAZ
Secara etimologis kata “I’jaz” berasal dari bahasa Arab yakni “a’jaza” yang
berarti “Melemahkan atau yang menjadikan tidak mampu”. Pelakunya yang
melemahkan dinamakan mukjizat dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain
amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamakan sebagai
mukjizat.
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, para ulama berpendapat. Manna’
Khalil Al-Qhatan mengatakan mukjizat yaitu: “Menampakkan kebenaran nabi dalam
pengakuan rasul, dengan menampakkan kelemahan orang-orang arab untuk
menghadapi mukjizat yang abadi yaitu al-quran dan kelemahan generasi-generasi
sesudah mereka. Dan mukjizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang disertai
tantangan dan selamat dari perlawanan.
Sementara Ali Ashabuni, mengatakan mukjizat adalah “melihat kelemahan
orang dalam menetapkan seumpamanya, suatu hal luar kebiasaan, keluar dari sebab-

x
sebab umum yang diketahui manusia”. Selanjutnya Dawud Al-Aththar mengatakan
mukjizat adalah “ Sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri
maupun bersama-sama untuk mendatangkan yang seperti itu”.
Kemudian Imam Shayuti sebagaimana yang dikutip oleh M. Chadziq
Charisma mengatakan bahwa al-quran adalah “Kalamullah atau firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, untuk melemahkan orang yang
menantangnya sekalipun dengan surah yang pendek, membacanya termasuk ibadah”.
Sementara Quraish Shihab mendefinisikan al-quran adalah “Firman Allah yang
disampaikan oleh malaikat Jibri sesuai dengan redaksinya pada nabi Muhammad
SAW dan diterima oleh umat islam secara mutawatir”.
Berdasarkan uaraian di atas dapat dipahami bahwa yang dinamakan dengan
mukjizat al-quran adalah kelebihan-kelebihan yang ada di dalam al-quran itu sendiri
sebagai bukti kebenaran, bukti-bukti kebenaran yang datang dari luar al-quran
bukanlah termasuk mukjizat al-quran.
E. MACAM-MACAM I’JAZ AL-QURAN
Secara garis besarnya, I’jaz dapat dibagi dalam 2 bagian pokok, yaitu:
1. Mukjizat Material Inderawi
Mukjizat para nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad SAW semua
merupakan jenis “Mukjizat material inderawi”. Mukjizat yang dimiliki oleh para
nabi tersebut, dapat disaksikan oleh mata telanjang atau dapat ditangkap oleh
indera mata tanpa perlu dianalisa. Namun peristiwa tersebut hanya ada dan terbatas
pada kaum (masyarakat) dimana seorang nabi tersebut diutus.
Pada dasarnya, keluarbiasaan yang diberikan oleh Allah kepada para nabi
terdahulu tersebut merupakan jawaban atas tantangan yang dihadapkan kepada
mereka oleh pihak-pihak lawan, misalnya perahu nabi Nuh as. yang dibuat atas
petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi dalam ombak dan
gelombang yang sedemikian dahsyat, tidak terbakarnya nabi Ibrahim as. dengan
dilemparkan dalam kobaran api yang sangat besar, tongkat nabi Musa as. beralih
wujud menjadi ular, penyembuhan yang dilakukan oleh nabi Isa as. terhadap
berbagai macam penyakit atas izin Allah dan lain-lain. Semua mukjizat tersebut
hanya bersifat inderawi siapapun tidak dapat menolak, namun terbatas bagi
masyarakat di tempat para nabi menyampaikan risalahnya, dan berakhir dengan
wafatnya nabi-nabi tersebut.

xi
2. Mukjizat Immaterial Logis dan Kekal
Adapun mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW yaitu
mukjizat yang bersifat immaterial logis dan kekal, yaitu berupa al-quran. Hal ini
dimaksudkan bahwa nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat manusia hingga
akhir zaman. Al-quran sebagai bukti kebenaran ajarannya, ia harus siap untuk
disajikan kepada semua orang, kapanpun, tanpa mengenal batas waktu, situasi, dan
kondisi apapun.
Hal ini seiring dengan berjalannya waktu setiap manusia mengalami
perkembangan dalam pemikirannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Auguste
Comte sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab tentang fase-fase
perkembangan pikiran manusia yaitu: (1) fase keagamaan, karena keterbatasan
pengetahuan manusia mengenai manafsirkan segala gejala yang terjadi,
dikembalikan kepada kekuasaan Tuhan atau jiwa yang tercipta dalam pikirannya
masing-masing (2) fase metafisika, semua fenomena atau kejadian dikembalikan
pada awal kejadian, misalnya manusia pada awal kejadiannya (3) fase ilmiah,
manusia dalam menafsirkan fenomena melalui pengamatan yang diteliti dan
penelitian sehingga dapat kesimpulan tentang hukum alam yang mengatur semua
fenomena alam ini. Bila al-quran tidak logis dan tidak dapat diteliti kebenarannya
melalui metode ilmiah maka membuat manusia ragu akannya atau akan ada yang
mengatakan bahwa al-quran tidak berguna lagi tidak bisa dipakai pada saat ini. Hal
ini tidak boleh terjadi pada sebuah mukjizat yang disiapkan untuk sekarang sampai
akhir zaman.

xii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-quran diturunkan secara sekaligus di langit dunia (baitul izzah) pada malam
lailatul qadar. Setelah itu barulah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara
berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari sejak Rasulullah diangkat sebagai
nabi hingga beliau wafat diusia 63 tahun.
Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat al-quran dan memeberinya konteks
dalam memahami perintah-perintahnya. Dari segi jumlah asbab an-nuzul dapat kita
bagi kepada ta-addul al-asbab wa al-nazil wahid dan ta’addud an-nazil wa al-asbab
wahid.
Al-quran memiliki banyak kemukjizatan, diantaranya mukjizat dari segi
bahasa yaitu susunan kata dan kalimat serta keseimbangan redaksi al-quran itu
sendiri, dari segi kajian ilmiah yaitu kajian hukum dan kajian pemberitaan yang gaib.
Al-quran sudah sangat jelas kemukjizatannya. Namun demikian, masih ada juga hal-
hal yang dipertentangkan, dipermasalahkan, dikritik yang berkaitan dengan
kemukjizatan al-quran oleh sebagian para ilmuan diantaranya berkaitan dengan
sistematika dan kritik terhadap bahasa al-quran.
B. SARAN
Kami dari pihak penulis meminta maaf mungkin dari pihak pembaca sedikit
banyaknya menemukan kekurangan, karena kami masih dalam proses tahap belajar,
dan kami sangatlah mengharapkan masukan dari pembaca yang dapat memberikan
masukan kepada kami.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/539681919/Sejarah-Turunnya-Al-quran-asbab-An-Nuzu-ijaz-
al-quran

https://etheses.uinsgd.ac.id/820/34/4_bab1sd4_.pdf

xiv

You might also like