You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN DYSPEPSIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

Stase Keperawatan Medical Medah I

Disusun oleh

NUR ISRAWATI

14420232159

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Astati S.Kep.,Ns) (Dr.H.Samsualam,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PROGRAM STUDI PENDIDKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MAKASSAR

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2024
A. KONSEP MEDIA
1. Definisi Dyspepsia
Dyspepsia adalah penyakit yang tidak menular saluran pencernaan namun banyak terjadi di
kalangan masyarakat di dunia.Sindrom dyspepsia berupa kumpulan gejala atau sindrom rasa
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di lambung mual,muntah kembung,mudah kenyang,rasa
perut penuh,sendawa berulang atau kronis.Keluhan yang timbul biasanya berbeda pada tiap
individu penderita Zakiyah, dkk, 2021). Dispepsia juga bisa disebabkan karena kumpulan
gejala berupa mual, muntah, kembung, begah, dan nyeri pada epigastrium. Kejadian
dispepsia dapat dipengaruhi oleh keteraturan makan dan makanan iritatif (Jian, 2020)
Sindrom dispepsia dapat dipengaruhi oleh faktor keteraturan makan dan psikologi, termasuk
stres kerja. Perawat termasuk kelompok pekerja dengan tuntutan kerja dan kepadatan
aktivitas cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi keteraturan makan dan stres kerja
(Saftarina, 2019). Di lingkungan masyarakat sekitar, penyakit dispepsia sering disamakan
dengan penyakit maag, hal tersebut dikarenakan adanya kesamaan gejala yang dirasakan.
Asumsi ini sebenarnya kurang tepat, sebab kata maag berasal dari bahasa Belanda, yang
artinya lambung, sementara kata dyspepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua
kata yaitu “dys” yang berarti buruk dan “peptei “ yang berarti pencernaan. Sehingga,
dispepsia ini memiliki arti pencernaan yang buruk (Fithriyana, 2018). Menurut (Arsyad &
Sulfemi, 2018), ada beberapa gejala penyakit dispepsia yaitu diantaranya, nyeri epigastrik,
rasa penuh pada bagian epigastrik, dan rasa cepat kenyang, mual dan muntah.
2. Etiologi
Dispepsia disebabkan karena makan yang tidak teratur sehingga memicu timbulnya masalah
lambung dan pencernaannya menjadi terganggu. Ketidakteraturan ini berhubungan dengan
waktu makan, seperti berada dalam kondisi terlalu lapar namun terkadang terlalu kenyang.
Selain itu kondisi faktor lainnya yang memicu produksi asam lambung berlebihan,
diantaranya zat kimia, seperti alkohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka, makanan
dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas serta bumbu yang merangsang
(Fithriyana, 2018).
Dispepsia dapat disebabkan olehberbagai penyakit baik yang bersifat organik dan fungsional.
Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di
sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain- lain. Sedangkan penyakit
yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia
adalah:
a. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran
pencernaanbagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
b. Menelan terlalu banyak udara ataumempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atauberbicara).
c. Menelan makanan tanpa di kunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung
terasa penuh atau bersendawa terus
d. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya
dyspepsia,aeperti minuman beralkohol,bersoda (soft drink),kopi. Minuman
jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
e. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID)
misalnya aspirin,ibuprofen dan Naproven (Rani & Marriappan, 2011)
f. Pola makan,pola makan yang tidak teratur ataupun makan yang terburu- buru
dapat menyebabkan terjadinya dyspepsia.
3. Patofisiologi
Dyspepsia terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia structural (organic) dan dyspepsia
fungsional (nonorganic).dyspepsia organic terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (ulkuspeptikum),gastritis,stomach,cancer gastroesophagel
refluxdisease,hyperacidity.Dyspepsia nonorganic merupakan Dyspepsia Non Ulkus
(DNU),bila tidak jelas penyebabnya.Faktor penyebab dari dyspepsia antara lainadalah
stress,pola hidup seperti minum kopi,konsumsi alcohol dan merokok menjadi factor pemicu
terjadinya rasa tidak nyaman pada perut.Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan asam
lambung (HCL) yang mengiritrasi mukosa lambung.Sekresi asam lambung kasus dyspepsia
fungsional umunya mempunyai tingkat sekresi asam lambung,baik sekresi basal maupun
dengan stimulasi pentagastrin,yang rata-rata normal.
Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan
rasa tidak enak di peurt (Djojonigrat,2018). Peningkatan sensitivitas mukosa lambung dapat
terjadi akibat pola makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur akan membuat
lambung sulit untuk beradaptasi dalam pengeluaran sekresi asam lambung, Jika hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama,produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritisai dinding mukosa pada lambung(Rani et al., 2018).
Adanya peningkatan asam lambung dapat menyebabkan respon mual dan muntah sehingga
menyebabkan defisit nutrisi dan resiko ketidakseimbangan cairan pada tubuh. Peningkatan
lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung memicu nyeri epigastric sehingga terjadi
nyeri akut. Nyeri akut menyebabkan adanya perubahan kesehatan yang mengakibatkan
pasien cemas karena kurang pengetahuan tentang respon tubuh terhadap penyakit.
4. Pathway

5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dyspepsia sangat bervariasi,tetapi sesuai definisi gejala tersebut bersumber
di daerah epigastrium.Gejala yang termasuk dyspepsia menurut Bayupurnama (2019) adalah :
a. Rasa nyeri atau tidak nyaman di uluh hati (epigastric pain/discomfort
b. Rasa penuh di uluh hati (epigastric fullness)
c. Perut cepat merasa kenyang dan berhenti makan padahal porsi makan
biasanya belum habis (early satiety)
d. Rasa penuh setelah makan (postprandial fullness)
e. Kembung (bloating)
f. Sering sendawa (belching)
g. Mual (nausea),dan
h. Muntah (vomitus)
6. Komplikasi
Menurut Corwin, (2000) dalam (Mardalena, 2018) komplikasi yang mungkin muncul pada
dispepsia antara lain perdarahan gastrointestinal, stenosis pylorus, dan perforasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kuman Helicobacterpylori
dapat dilakukan pemeriksaan melalui beberapa cara (Mardalena, 2018), antara lain
1. Pemeriksaan noninvasif
Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan serum darah,
positif atau tidak). Hasil positif menunjukkan adanya infeksi oleh Helicobacterpylori.
2. Pemeriksaan Invasif
Berupa pemeriksaan histologi anatomi serta pemeriksaan CLO (Camplylobacter-like
Organism). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pencampuran hasil biopsi jaringan
pencernaan denganzat khusus. Selang 24 jam campuran tersebut akan menunjukkan hasil
negatif dalam warna kuning dan hasil positif jika berwarna merah. Hasil positif
menunjukkan adanya kuman Helicobacterpylori.
3. Pemeriksaan dengan system PCR (Polymerase Reaction)
Pemeriksaan dilkakukan dengan cara penyedotan cairan perut selang yang dimasukkan
lewat lubang hidung. Kemudian cairan tersebut diperiksa menggunakan mikroskop. Jika
penderita terinfeksi Helicobacterpylori maka pada mikroskop akan tampak kuman
tersebut.
4. Endoskopi
Untuk mengetahui ada tidaknya luka di orofaring, warna mukosa menentukan ada
tidaknya refluks esofagitis.
5. USG (Ultrasonografi)
Bila diduga ada kelainan di pankreas, kelainan tiroid dan tumor.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien
dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,hipnoterapi,terapi
lekasasi,manajemen nyeri dan terapi perilaku.Farmakologis pengobatan dyspepsia mengenal
beberapa obat,yaitu, Antasida,pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus menerus,karena
hanya bersifat sitomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah
simetidin,ranitidin dan famotidine.Pemasangan cairan pariental,pemasangan Naso Gastrik
Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia,2018)
9. Prognosis
Prognosis sebagian besar penderita dyspepsia fungsional kronis dan kambuhan,dengan
periode asimptomatik diikuti episode relaps.2,9 berdasarkan studi populasi pasien dyspepsia
fungsional,15-20% mngalami gejala persisten,50% mengalami perbaikan gejala,dan 30-35%
mengalami gejala fluktuatif.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Pengkajian psiko, sosio dan spiritual
e. Pemeriksaan fisik meliputi :Kesadaran pasien, pemeriksaan 6B
(Breathing,blood,brain,bladder,bowel,dan bone)
f. Riwayat penyakit sekarang
g. Riwayat penyakit keluarga
h. Pengkajian aktivitas sehari-hari
i. Pemeriksaan diagnostik
j. Terapi (Smeltzer 2017).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik
b. Defisit Nutrisi
c. Resiko ketidakseimbangan eletrolit
d. Ansietas
3. Intervensi

No. Diagnosa Kriteria Keperawatan Implementasi Keperawatan


Keperawata (SLKI) (SIKI)
n
(SDKI)
1 Nyeri Akut
Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri
b/d Agen
keperawatan 3x 24 jam diharapkan
pencedera Observasi
tingkat nyeri menurun dengan kriteria
fisiologis
 Identifikasi lokasi,karakteristik,
hasil :
Durasi,frekuensi
 Keluhan kualitas,intesitas
nyeri nyeri
menurun  Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri
 Frekuensi nadi membaik non verbal
 Pola napas membaik  Identifikasi faktor yang
 Kesulitan tidur menurun memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri

Terpeutik
 Berikan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis,
suhu ruangan,pencahayaan
,kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode,dan
pmeicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
Jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan perawatan diharapkan Manajemen Nutrisi
asupan nutrisi membaik, dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat makanan
2. Frekuensi makan membaik 3. Monitor asupan makanan
3. Nafsu makan membaik Terpeutik
1. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
2. Berikan suplemen makan jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu
3 Risiko Keseimbangan cairan Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
ketidaksei perawatan diharapkan keseimbangan cairan Observasi
mbangan meningkat, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
elektrolit 1. Asupan cairan meningkat ketidakseimbang an elektrolit
2. Kelebaban membrane mukosa 2. Monitor mual, muntah, dan diare
meningkat 3. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
3. Dehidrasi menurun 4. Monitor tanda dan gejala hyperkalamia
4. Turgor kulit membaik Terapeutik
5. Mata cekung membaik 5. Atur interval waktu sesuai dengan
kondisi pasien
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
4 Ansietas Tingkat ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
perawatan diharapkan tingkat ansietas Observasi
menurun, dengan kriteria hasil : a. 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
Verbalilsasi khawatir akibat kondisi yang berubah
dihadapi menurun b. Frekuensi pernafasan Terapeutik
menurun c. Frekuensi nadi menurun 1. Motivasi identifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
1. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan sistem tubuh, pencegahan komplikasi penemuan
perunahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencanamengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaiaan dalam keperawatan
bertujuan untuk mengatasi pemenuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Zakiyah wildani.et,al (2021) Definisi,penyebab,klasifikasi,dan


Terapi Sindrom dispepsia
Jurnal Health Sains 2(7). https://doi.org/10.46799/jhs.v2i7.230

/books/edition/At_a_Glance_Medicine/wzIGJflmD4gC?
hl=id&gbpv=1&dq=etiologi+ dispepsia&pg=PA37&printsec=frontcover
Psychological Profile in Patients with Pathologic Gastroscopic Findings and
Functional Dyspepsia : A Pilot Study. (2018). (January).

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan perawat nasional indonesia
Wahyudi, Setya, A., & Wahid, A. (2018). Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: MitraWacana Media.

You might also like