You are on page 1of 26

SPESIFIKASI TEKNIS

PAKET PEKERJAAN : PENINGKATAN DAN REHABILITASI JALAN LINGKUNGAN


PAKET 6

A. URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS


I. SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI
a. Papan Nama Proyek
Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan print banner. Papan nama
proyek didirikan tegak dan diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum yang
mencantumkan antara lain nama proyek, nama pekerjaan, biaya pelaksanaan, waktu
pelaksanaan, nama jasa konstruksi dan hal lain yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.

b. Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland.

c. Air
1. Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan tertentu
lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik.
2. Tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa dan sumber air yang berlumpur.
Air yang digunakan harus bersih dari kotoran yang bisa menurunkan kualitas
adukan dan jika memungkinkan dipakai air yang memenuhi syarat untuk air
minum.
3. Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai tanpa pengujian.

d. Pasir Beton/Pasang
1. Butiran-butiran pasir beton/pasang harus tajam dan keras, tidak dapat
dihancurkan dengan jari.
2. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
3. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
4. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai pasir beton/pasang.
5. Agregat Kasar.
e. Aggregat Kasar
KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas B
dan Kelas C.
FRAKSI AGREGAT KASAR
Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75 mm) harus terdiri dari partikel yang keras
dan awet.
- Agregat kasar Kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah.
- Agregat kasar Kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling
sedikit satu bidang pecah.
- Agregat kasar Kelas C berasal dari kerikil.
SIFAT-SIFAT BAHAN YANG DISYARATKAN
Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi
yang diberikan dalam Tabel berikut;
UKURAN AYAKAN PERSEN BERAT YANG LOLOS, % LOLOS
ASTM (mm) KLAS A KLAS B KLAS C
2” 50,000 100 100
1½” 37,500 100 88 – 95 70 – 100
1” 25,000 77 – 85 70 – 85 55 – 87
3/8” 9,500 44 – 58 40 – 65 40 – 70
No. 4 4,750 27 – 44 25 – 52 27 – 60
No. 10 2,000 17 – 30 15 – 40 20 – 50
No. 40 0,425 7 – 17 8 – 20 10 – 30
No. 200 0,075 2–8 2–8 5 – 15

f. Bahan Tambahan (Aditive)


Penggunaan Aditive, bahan aditive untuk campuran beton diberikan sesuai dengan
ketentuan pembuatan beton yang berlaku secara umum (sesuai dengan mutu beton
yang diinginkan).
Penggunaan aditive tidak boleh melebihi dari takaran yang disyaratkan dalam
ketentuan pembuatan beton (aturan yang berlaku dalam SNI).
g. Filler
Bahan filler terdiri dari debu batau sabak atau semen, serta harus bebas dari suatu
benda yang harus dibuang. Filler berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan
0,60 mm dan tidak kurang dari 75 % atas berat partikel yang lolos saringan 0,075
mm.

h. Bahan Bekisting
PERSYARATAN BEKISTING
1. Bekisting yang digunakan harus sesuai klas kuat kayu yang ditetapkan.
2. Bekisting harus bebas dari kotoran seperti serbuk gergaji, potongan-potongan
kayu, paku dan lain-lain.

i. Membran Kedap Air


Membran kedap air berupa lembaran plastik cor dengan tebal maksimum 0,08 mm
yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap ke dalam
lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat beton
dengan lapis pondasi bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak-retak pada
plat beton setelah terjadinya penyusutan pada waktu pengerasan beton.

j. Bahan Pengisi Deletasi


Bahan pengisi deletasi (joint sealant) harus bersifat plastis, senyawa aspal bitumen,
atau bahan serupa yang disetujui oleh Konsultan Supervisi.

k. Perkakas Khusus
Perkakas-perkakas lain yang termasuk dalam daftar berikut ini harus disediakan
dalam jumlah yang cukup dan ditambah dengan perkakas lain yang ditunjuk oleh
Konsultan Supervisi.
1. Mistar panjang 3,00 Meter untuk pengecek kerataan permukaan pengecoran
beton.
2. Cetakan kubus beton dan cetakan untuk uji slum (kerucut Abram).
3. Pencetak/roller grooving.
4. Peralatan kecil lainnya.
II. SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUSI DAN PERALATAN BANGUNAN
Peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah :
Kapasitas
No Jenis Peralatan Kondisi Jumlah Satuan
Minimal
1 Dump Truck Baik 3,5 Ton 1 unit

2 Stamper Baik 1 Ton 1 unit

3 Concrete vibrator Baik 5,5 Hp 1 unit


4 Concrete Saw Baik 6,5 Hp 1 unit
Persyaratan peralatan hanya milik sendiri/sewa beli/sewa dangan surat perjanjian sewa.

III. SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN


a. Umum
1. Instansi : Pemerintah Kota Padang
2. Penguna Anggaran : RAF INDRIA, ST. MT
3. Nama PPK : MASDALILA, ST. MT
4. Unit Kerja : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
5. Alamat : Jalan Sudirman No. 4A Padang
6. Program : Program Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum (PSU)
7. Kegiatan : Urusan Penyelenggaraan PSU Perumahan
8. Sub Kegiatan : Penyediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum di
Perumahan untuk Menunjang Fungsi Hunian
9. Pekerjaan : Peningkatan dan Rehabilitasi Jalan Lingkungan Paket 6
10. Lokasi Pekerjaan : Kawasan Kota Padang
11. Sumber Dana : APBD
12. Tahun Anggaran : 2023
13. Pagu Dana : Rp. 1.199.995.858
14. TKDN : Minimal 78%
15. Biaya Tidak Langsung : 10% hingga 15%
1. Biaya Umum = 9% dari Nilai Pekerjaan
2. Keuntungan = ditetapkan oleh penyedia
16. Komponen Upah Pekerja: mengacu pada UMP Provinsi Sumatera Barat Tahun
2023 (SK Gubernur Nomor : 562-863-2022 Tentang
Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat dan SK
Walikota Padang Nomor 669 Tahun 2022 tentang
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum,
Struktur Upah dan Biaya TIdak Langsung Minimum
dalam Pengadaan Konstruksi Pemerintah Kota Padang
Tahun Anggaran 2023
17. Biaya Penyelenggaran SMK3 Konstruksi termasuk komponen biaya yang dihitung
dalam evaluasi kewajaran harga dengan ketentuan :
1. Gaji Petugas K3 Konstruksi mengacu kepada UMP
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023 , dan apabila
yang disyaratkan adalah Ahli K3 Konstruksi maka
sesuai remunerasi tenaga ahli (KEPMEN PUPR
NOMOR : 524/KTPS/M/2022)
2. BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan perundang-
undangan

18. Analisa Pekerjaan : Analisa Pekerjaan yang dipakai adalah Analisa


Pekerjaan yang diberikan oleh PPK
19. Penyediaan bahan material oleh penyedia ataupun dukungan dari supplier
material harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku
20. Harga material/bahan telah memperhitungkan semua unsur biaya, antara lain
biaya pengiriman, bea, retribusi, dan pajak sampai pada lokasi pekerjaan
21. Waktu Pelaksanaan : 90 (sembilan puluh) hari Kalender
22. Jenis Kontrak : Jenis kontrak yang akan digunakan untuk pekerjaan ini
adalah Kontrak Harga Satuan
23. Persyaratan Penyedia : Penyedia yang akan melaksanakan pekerjaan ini harus
berbentuk badan usaha yang memiliki perizinan usaha
dibidang jasa konstruksi IUJK/NIB kode KBLI 42111
(Untuk KBLI 2015) atau KBLI 42101 (untuk KBLI 2020)
dan Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) Bangunan
Sipil Jasa Pelaksana Konstruksi Jalan Raya (kecuali
Jalan Layang), Jalan, Rel Kereta Api, dan Landas Pacu
Bandara (SI003) sesuai dengan Permen PUPR No.19
Tahun 2014 atau Konstruksi Bangunan Sipil Jalan
(BS001) sesuai dengan PP No.5 Tahun 2021 yang
masih berlaku
24. Dokumen lainnya yang disyaratkan untuk pekerjaan ini :
1. Surat Jaminan terhadap konsistensi jenis
material/barang/bahan serta kemampuan untuk
menyediakan material sesuai jadwal yang telah
ditetapkan dari pabrikan/ produsen/ agen/
distributor untuk Beton Ready Mix K-250,
dilengkapi dengan daftar harga dan masa berlaku
penawaran harga tersebut (minimal masa berlaku
adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender.
2. Surat Pernyataan, yang memuat:
a. Bebas temuan atau lunas temuan di semua
Instansi Pemerintah Kota Padang s/d TA 2021.
b. Tidak pernah mengalami keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan
terselenggaranya Rapat Pembuktian
Keterlambatan (Show Cause Meeting/SCM) Tahap
III dan diberlakukannya denda keterlambatan
akibat kelalaian Penyedia Jasa tersebut dalam
kurun waktu 2(dua) tahun terakhir (TA 2021 dan
2022).
b. Lingkup pekerjaan
Secara umum pekerjaan konstruksi ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Perkerasan, dan pekerjaan lain-lain sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi teknis.
2. Seluruh pekerjaan tersebut di atas mencakup penyediaan bahan, peralatan, tenaga
kerja serta pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Pelaksanaan Pekerjaan dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disediakan
untuk proyek ini.
3. Menyusun program kerja, meliputi jadwal waktu pelaksanaan, jadwal pengadaan
bahan dan jadwal pengadaan tenaga kerja.
4. Menyusun gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) untuk pekerjaan yang
memerlukannya.
5. Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik dilapangan sesuai dengan dokumen
pelaksanaan.
6. Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melalui rapat lapangan,
request pekerjaan, laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan
kemajuan pekerjaan, laporan persoalan yang timbul/dihadapi dan surat menyurat.
7. Membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (as built
drawing) sebelum serah terima pertama.
8. Melaksanakan perbaikan kerusakan yang terjadi dimasa pemeliharaan konstruksi.

IV. SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/ METODE PELAKSANAAN/ METODE KERJA


a. Pekerjaan Persiapan
Setelah Surat Perintah Mulai kerja diterima, Penyedia menyelesaikan administrasi
proyek dan sekaligus menunjuk produsen/distributor produk yang sebelumnya telah
diadakan perhitungan. Diteruskan dengan stake out, pendataan ulang atau pengukuran
kembali sesuai dengan kebutuhan dan petunjuk dari Konsultan Supervisi. Elevasi,
grade dan profil existing, disurvei dan digambar, kemudian dilaporkan pada Konsultan
Supervisi untuk disetujui dan selanjutnya menjadi dasar perhitungan kuantitas
pekerjaan serta instruksi-instruksi lainnya yang akan menjadi acuan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini. Pelaksanaan diiringi dengan pengadaan gudang, los kerja,
direksi keet yang cocok untuk pekerjaan ini.
Langkah selanjutnya adalah membuat langkah-langkah kerja yang berupa :
1. Sistem pelaksanaan.
2. Perhitungan kebutuhan bahan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
4. Metoda pelaksanaan lapangan.
5. Kebutuhan tenaga kerja.

b. Mobilisasi dan Demobilisasi


1. PRINSIP DASAR
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan tergantung pada jenis dan volume
pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain
dari Dokumen Kontrak, dan secara umum Penyedia harus memenuhi ketentuan
berikut:
- Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material dan sumber daya fasilitas
serta peralatan, sesuai dengan kebutuhan yang diatur dalam dokumen kontrak.
- Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat
tinggal, bengkel, gudang dan sebagainya.
2. MOBILISASI
Penyedia jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
- Dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan disetujui Konsultan
Supervisi.
- Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai dengan
yang diperlukan maka prioritas harus diberikan kepada pekerja setempat.
- Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/ kendaraan sudah
mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan, pihak
Kepolisian dan Badan Lingkungan.
- Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana
peralatan tersebut akan digunakan menurut kontrak.

3. DEMOBILISASI
Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia pada saat
akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan
dari tanah milik pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi
kondisi semula sebelum pekerjaan dimulai serta mengembalikan seluruh peralatan
material sisa dan pekerja.

c. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


Berdasarkan Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum telah mengatur mengenai SMK3.
Kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi mencakup :
1. Alat pelindung kerja;
2. Alat pelindung diri;
3. Asuransi dan perizinan;
4. Personil K3;
5. Fasilitas sarana kesehatan;
6. Rambu- rambu.

Status satuan perincian kegiatan penyelenggaraan system manajemen keselamatan


konstruksi :
1. Satuan pekerjaan yang terdapat pada perincian kegiatan penyelenggaraan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi adalah satuan habis pakai.
2. Dalam hal terdapat perbaikan pekerjaan pada masa pemeliharaan, tanggung jawab
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi tetap menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
Bukti penerapan kegiatan penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi harus didokumentasikan dan menjadi bagian dari laporan hasil pelaksanaaa
Pekerjaan.

d. Pengendalian Lalu Lintas dan Rambu Pemebritahuan dan Peringatan


1. Dalam keadaan apapun, Penyedia harus bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa tidak ada lalu lintas yang melintasi lokasi pekerjaan selama pekerjaan
konstruksi berlangsung, dan terutama lalu lintas yang melintasi lapis perkerasan
beton semen yang baru saja dihampar sampai beton berumur 14 hari. Penyedia
harus melarang lalu lintas ini dengan menyediakan jalan alih (detour) atau dengan
pelaksanaan setengah lebar jalan.
2. Penutupan lalu-lintas umum harus dilengkapi dengan pemasangan rintangan dan
rambu-rambu peringatan/pemberitahuan sampai beton memperoleh kekuatan
cukup. Setiap perkerasan yang rusak akibat lalu-lintas/peralatan sebelum
penerimaan hasil pekerjaan, harus diperbaiki atau diganti.

e. Penyiapan Badan Jalan


1. Pekerjaan dilaksanakan secara mekanis hanya pada tanah galian dan/atau badan
jalan yang belum diberi perkerasan, pembentukan pada eksisting tanah dengan
menggunakan Motor Grader.
2. Pemadatan tanah eksisting dengan menggunakan Mesin Pemadat hingga tanah
eksisting menjadi padat.
3. Tidak ada penambahan material untuk item pekerjaan ini.
f. Pembersihan dan Pengelupasan Lahan
1. Pekerjaan dilaksanakan secara manual pada lokasi setempat sepanjang badan
jalan yang sudah terbentuk atau pada bahu jalan.
2. Tidak ada penambahan material untuk item pekerjaan ini.

g. Mengurug Tasirtu dan Dipadatkan


1. Pengurugan didahului dengan pekerjaan penggaruan dan perataan material
permukaan eksisting, termasuk pengupasan dan pembuangan rumput. Perataan
dilakukan pada kemiringan sesuai desain dengan metoda cut and fill yaitu dengan
melakukan pengupasan pada bagian badan jalan. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
pihak penyedia dapat menggunakan tenaga kerja secara manual, akan tetapi lebih
dianjurkan menggunakan motor grader pada lokasi-lokasi yang memungkinkan
secara teknis, kemudian material kupasan tersebut dimobilasasi ke bagian yang
lebih rendah untuk dijadikan material penimbunan pada bagian yang lebih rendah
tersebut.
2. Penghamparan material timbunan dapat dilaksanakan setelah permukaan
eksisting bersih (sesuai dengan petunjuk Konsultan Supervisi) sehingga
dimungkinkan untuk menerima timbunan dengan ketebalan seragam.
3. Kemudian material timbunan dihampar dengan ketebalan sesuai desain dengan
memperhatikan angka indeks kepadatan, selanjutnya dilakukan pemadatan
timbunan diwajibkan dengan menggunakan Mesin Pemadat.
4. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat
yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan alat pemadat lainnya
yang disetujui.
5. Pada ruas jalan yang tidak dapat dimasuki peralatan berat, dapat diganti dengan
metoda pengerjaan pemadatan lainnya, dan hal ini harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Supervisi/Pengawas dan diperhitungkan pada biaya pekerjaan.

h. Memasang / Membongkar Bekisting


PEMASANGAN BEKISTING
1. Permukaan dibawah bekisting harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan
alinyemen dan ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga bekisting yang
dipasang dapat disangga secara seragam bagian panjangnya pada elevasi yang
benar.
2. Bekisting dengan lebar hasil pemotongan kurang dari 12,00 cm (ditentukan lain
dalam pelaksanaan), tidak dapat digunakan.
3. Tiang Pancang dan penyangga bekisting terbuat dari kayu Klas III dengan jarak
maksimum 60 cm.
4. Bila terdapat bahan bekisting yang rusak dalam penggunaan kembali, maka tidak
dapat digunakan.
PEMBONGKARAN BEKISTING
1. Bekisting tidak boleh dibongkar sampai beton yang baru dicor telah mengeras
dalam waktu sekurang-kurangnya 12 jam setelah penghamparan beton, dengan
catatan harus segera diikuti dengan tindakan perlindungan terhadap beton dari
segala kemungkinan gangguan/pembebanan yang tidak diharapkan.
2. Bekisting harus dibongkar dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada
perkerasan jalan.
3. Setelah bekisting dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera dirawat.

i. Memasang Membran Kedap Air


1. Membran kedap air digelar di atas permukaan lapis pondasi bawah yang telah
siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang dengan lebar tumpang-tindih
20 cm pada arah lebar dan memanjang.
2. Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
sobeknya lembaran.
3. Setiap membran yang digelar sebelum memperoleh persetujuan Konsultan
Supervisi, harus disingkirkan untuk memungkinkan pengecekan dan pemeriksaan
kesiapan badan jalan.
4. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran harus kedap air
sepenuhnya sewaktu beton dihampar.

j. Pembuatan Beton
MUTU BETON
Mutu beton yang dipersyaratkan adalah Beton Mutu K-250 dengan toleransi 10%,
termasuk untuk bagian jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan truk tonase sedang.

PENGAJUAN KESIAPAN KERJA


Rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran beton telah diketahui Konsultan
Supervisi minimal 24 jam sebelum pelaksanaan, termasuk metode pengecoran,
kapasitas peralatan, personil dan jadwal pelaksanaannya.
PENAKARAN AGREGAT
Seluruh komponen beton harus ditakar menurut berat/volumenya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, maka kuantitas penakaran harus setara dengan satu satuan
atau pembulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur secara terpisah. Agregat
kasar yang digunakan untuk pembuatan beton adalah minimal agregat kasar Klas C
dan/atau sesuai dengan analisa pekerjaan, dengan tidak menggunakan material yang
tidak lolos ayakan 25,00 mm atau 1” ASTM.

PENCAMPURAN
1. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin campuran yang merata dari
seluruh bahan.
2. Pencampur harus dilengkapi dengan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan
mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran. Pertama-tama
alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan
selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
3. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum
waktu pencampuran berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit.

BETON READY MIX


1. Penyedia diwajibkan dapat menunjukkan surat dukungan supplier ready mix pada
PPK disaat penanda tanganan kontrak, serta surat pernyataan dari suplier untuk
dapat mensupport ketersediaan Beton Ready Mix sampai akhir kontrak.
2. Penyedia harus menyerahkan salinan Bukti Pemesanan Ready Mix dan Dokumen
Hasil Uji Kuat Tekan terhadap Beton Ready Mix yang dipergunakan, kepada
Konsultan Supervisi, untuk selanjutnya diserahkan kepada PPK.

k. Pengecoran Beton
PERCOBAAN PENGHAMPARAN
1. Penyedia dapat diminta untuk menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan
dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 9,00
meter.
2. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan yang digunakan dalam
pekerjaan.
3. Penghamparan perkerasan beton tidak boleh dilanjutkan sebagai pekerjaan
permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan.
PENGHAMPARAN
1. Sebelum pengecoran Penyedia harus menyampaikan metoda kerja untuk
menjamin kerataan dan level permukaan perkerasan beton.
2. Untuk memberikan kepastian kualitas bahan yang dikerjakan, akan dibuat benda
uji berupa kubus (15x15x15) cm3 serta slump (10 ± 2) . Beton ready mix yang
tidak lolos uji slum, tidak diperbolehkan untuk dihampar.
3. Selama pengecoran dimulai, pengambilan slump test dan kubus beton
frekwensinya sesuai spesifikasi.
4. Badan jalan harus diperiksa kesesuaiannya pada bentuk kemiringan dengan
bantuan mistar perata. Bahan timbunan harus disisihkan/dibuang atau ditambah
sebagaimana diperlukan. Badan jalan tersebut kemudian dipadatkan secara
seksama dan diperiksa kembali dengan mistar tersebut. Beton tidak boleh
dihampar pada bagian badan jalan yang belum diperiksa dan disetujui secara
tertulis oleh Konsultan Supervisi. Jika badan jalan terganggu setelah izin
pengecoran diterbitkan, maka badan jalan tersebut harus dibentuk kembali dan
dipadatkan tanpa pembayaran tambahan untuk operasi ini. Membran kedap air
harus ditempatkan setelah badan jalan yang bersangkutan telah diperiksa dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
tidak boleh dilaksanakan apabila Konsultan Supervisi/Pengawas Pekerjaan tidak
hadir untuk menyaksikan pengecoran.
6. Sebelum pengecoran dimulai, seluruh bekisting dan benda lain yang harus ada
pada beton harus sudah terpasang rapi dan kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
7. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm.
8. Ketebalan beton cor harus disesuaikan dengan Shop Drawing. Hal ini dilaksanakan
dengan kontrol pembatasan panjang pengecoran terhadap perhitungan volume
beton yang akan dihampar.
9. Kemiringan melintang mengikuti kemiringan timbunan.
10. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air hingga jenuh.
11. Air tidak boleh dialirkan di atas permukaan pekerjaan beton dalam waktu 24 jam
setelah pengecoran.
PENGUJIAN UNTUK SIFAT KEMUDAHAN PENGERJAAN
Satu atau lebih pengujian ‘Slump’ sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Supervisi,
harus dilaksanakan untuk setiap 5 s/d 20 M3 beton yang dihasilkan, dan pengujian
tersebut tidak akan dianggap telah dilaksanakan kecuali telah disaksikan oleh
inspektor atau wakil-wakilnya.

PEMADATAN DENGAN CONCRETE VIBRATOR


Penghamparan beton harus dilengkapi dengan alat penggetar. Penggetar dioperasikan
di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu penghamparan dilakukan. Mesin
penggetar yang dioperasikan manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan
lebih dari 5 detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 – 30 cm.

PENGHENTIAN DAN PENYAMBUNGAN PENGECORAN


1. Jika pekerjaan pengecoran dihentikan antara lain terjadi akibat memasuki waktu
istirahat/waktu habis jam kerja, gangguan cuaca, terputusnya suplai
beton/material campuran beton, dan sebagainya, maka ujung penghentian
pengecoran harus ditutup/dibatasi dengan multipleks/papan kayu yang
diposisikan tegak lurus 90 derajat, dan sisi lain dari pembatas tersebut tidak
diperbolehkan terisi campuran semen.
2. Untuk penyambungan pengecoran, multipleks/kayu pembatas dibuka secara
perlahan, dan pengecoran dilanjutkan secara langsung menempel pada sisi beton
yang telah terpasang.
3. Semua titik penghentian dan penyambungan pengecoran harus diberi tanda
penomoran STA dengan metoda yang disetujui Konsultan Supervisi, sehingga
dengan jelas dapat diidentifikasi posisi penghamparan yang diwakili oleh masing-
masing kubus beton yang akan diuji laboratorium.

MEMPERBAIKI PERMUKAAN
Sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan
beton baru, dan di finishing lagi. Permukaan yang bersangkutan selanjutnya harus diuji
untuk diperiksa kebenarannya (trueness), dengan menggunakan mal straight-edge
berukuran 3 meter yang disetujui dan diletakkan diatas permukaan yang bersangkutan
pada posisi yang berurutan dan saling meliputi (overlap) 1,5 meter melintasi seluruh
permukaan.
a. Perawatan Beton
1. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini.
Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air dapat terjadi seminimal mungkin
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada pengerasan beton.
2. Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan,
maka setiap saat harus tersedia bahan untuk pelindung, seperti terpal, tenda,
atau lembar plastik. Apabila diperkirakan akan turun hujan maka petugas
harus mengambil tindakan yang perlu guna perlindungan menyeluruh kepada
beton yang belum keras.
3. Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari
lalu-lintas umum dan lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk
penyediaan petugas untuk mengatur lalu-lintas, memasang dan memelihara
rambu peringatan, lampu-lampu, rintangan, dan jembatan penyeberangan.
Setiap kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-
lintas umum harus diperbaiki atau diganti.
b. Pengujian Kubus Beton
PENGUJIAN KUAT TEKAN
1. Penyedia harus menyediakan ”minimal” 2 kubus beton untuk pengujian kuat
tekan. Salah satu kubus tersebut diambil untuk pengujian kuat tekan pada
umur 3 atau 7 hari.
2. Pada setiap kubus beton, personil konsultan supervisi ditugaskan untuk
mercantumkan identitas pekerjaan, tanggal pembuatan dan angka stasioner
penunjuk posisi penghamparan di lapangan, hingga dengan jelas dapat
diidentifikasi posisi cor yang diwakili oleh masing-masing kubus beton
tersebut di lapangan.
3. Apabila dalam pengujian kubus beton pertama umur 3 atau 7 hari telah
memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, maka kubus beton kedua dapat
diserahkan kepada pemberi tugas melalui Konsultan Supervisi.
4. Apabila dalam pengujian kubus beton pertama umur 3 atau 7 hari tidak
memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, maka kubus beton kedua harus diuji
pada umur 7, 14 atau 21 hari. Hasil pengujian tahap kedua adalah hasil final.
Pembayaran yang diperlukan untuk pengujian tahap kedua tersebut
ditanggung oleh penyedia.
5. Pengujian yang dilaksanakan oleh suplier ready mix harus menggunakan
kubus beton yang diambil di lapangan/lokasi proyek, dengan persyaratan
pengujian harus dilaksanakan untuk setiap ”maksimal” 4 (empat) molen truk
berurutan yang dipilih secara acak dan yang dihampar pada hari yang sama.
Kubus beton tersebut sekaligus mewakili hasil pengecoran dari beberapa
molen truk berurutan tersebut.
c. Pengukuran dan Pembayaran
1. Beton untuk perkerasan jalan harus diukur dalam jumlah meter kubik yang telah
dihampar sesuai dengan ukuran dalam shop drawing. Volume yang diukur harus
merupakan hasil perkalian dari lebar jalan yang diukur tegak lurus terhadap garis
sumbu jalan yang bersangkutan, dikalikan dengan panjang jalan yang diukur
sepanjang garis sumbunya dikalikan dengan tebal lapis perkerasan tegak lurus
dasar badan jalan.
2. Semua lapisan permukaan harus dibuat dengan tebal sesuai dengan Gambar
Rencana. Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi bekisting dan pengukuran
ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan
menggunakan benang harus dilakukan. Apabila dipandang perlu memeriksa tebal
perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan dapat ditentukan
dengan cara pemboran (core drill).
3. Bila ditemukan 1 dari 3 pengukuran tepi atau hasil core dari suatu bagian/seksi
deletasi ternyata kekurangan ketebalannya tidak lebih dari 20,0 mm dari
ketebalan yang ditentukan, maka ketebalan dapat diterima secara penuh. Jika
kekurangan ketebalannya lebih dari 20,0 mm dari ketebalan yang ditentukan,
maka akan diambil dua pengukuran tepi atau core lagi pada titik acak lainnya
dalam satu seksi deletasi yang sama, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-
rata bagian tersebut.
4. Dalam menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang
melebihi ketebalan yang disyaratkan lebih dari 20,0 mm digolongkan sebagai
ketebalan yang ditentukan plus 20,0 mm, sedangkan yang kurang dari ketebalan
yang ditentukan lebih dari 20,0 mm tidak akan dipakai dalam menentukan tebal
rata-rata.
5. Daerah yang kekurangan ketebalannya lebih dari 20,0 mm akan dievaluasi secara
teknis, dan bila menurut hasil evaluasi perlu dibongkar, daerah tersebut harus
dibongkar dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Shop
Drawing.
6. Ketebalan perkerasan jalan beton yang diukur untuk pembayaran merupakan
ketebalan nominal rencana sebagaimana diperlihatkan dalam Shop Drawing.
Dalam hal suatu lapisan yang lebih tipis (kekurangan ketebalan lebih kecil dari 20
mm), maka pembayaran untuk perkerasan jalan beton tersebut diadakan dengan
menggunakan suatu harga satuan yang diubah sama dengan;

Ketebalan nominal yang diterima


Harga satuan
X
penawaran
Ketebalan nominal rencana

Tidak ada penyesuaian harga satuan semacam itu dapat diadakan untuk
perkerasan yang diterima dengan ketebalan-ketebalan melebihi ketebalan
nominal rencana yang diperlihatkan dalam Gambar Rencana, kecuali jika
penambahan ketebalan tersebut telah diperintahkan secara khusus atau disetujui
oleh PPK secara tertulis sebelum perkerasan jalan beton yang bersangkutan
dihampar.
7. Bila hasil uji kuat tekan kubus beton tahap kedua (umur 7, 14 atau 21 hari)
kurang dari ketentuan, tetapi persyaratan lain sudah sesuai (volume di lapangan
dan metoda), maka Konsultan Supervisi dapat menyetujui perkerasan beton itu
jika nilai hasil uji tersebut tidak kurang dari 90% kekuatan minimum yang
ditentukan, dan akan diatur dengan penyesuaian harga sebagai berikut;
Kekuatan sebenarnya (aktual)
100% – X 100%
Kuat tekan yang disyaratkan
maka perkerasan beton yang diwakili oleh kubus beton tersebut akan dibayar
dengan pengurangan sebesar dua kali persentase rumus diatas dari Harga Satuan
Penawaran.
8. Dimana pembetulan terhadap perkerasan jalan beton yang tidak memuaskan
telah diperintahkan oleh Konsultan Supervisi, maka kuantitas yang diukur untuk
pembayaran harus sesuai dengan apa yang seharusnya akan dibayar seandainya
pekerjaan tersebut telah dapat diterima. Tidak ada pembayaran yang diperlukan
untuk pembetulan tersebut, juga terhadap kelebihan kekuatan minimum yang
ditentukan dalam kontrak.
d. Grooving / Pembentukan Permukaan Beton
1. Permukaan perkerasan beton yang akan digunakan sebagai permukaan jalan
harus diberi alur (groove) atau disikat dalam arah tegak lurus terhadap garis
sumbu jalan yang bersangkutan. Pembuatan alur dapat diciptakan pada
perkerasan beton dengan menyikat permukaan, atau menggores dengan sisir
kawat, atau metode lainnya yang disetujui Konsultan Supervisi. Kedalaman
tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.
2. Kekesatan yang sangat tinggi diperlukan untuk mendapatkan keamanan
tambahan pada daerah-daerah kritis, misalnya sekitar persimpangan padat,
atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau pembelokan
sering terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan pembentukan tekstur yang lebih
dalam dibandingkan daerah biasanya.
3. Grooving harus segera dilakukan sebelum beton mengeras.

e. Pemotongan Beton Untuk Deletasi


1. Pembuatan deletasi pada pekerjaan jalan beton dilakukan sesuai dengan
ukuran dan lokasi yang ditentukan.
2. Penggergajian harus dilakukan sedemikian sehingga tidak terjadi
penggumpalan pada beton muda dan harus dilakukan pada saat belum
terjadinya retak-retak susut, waktu penggergajian terbaik yaitu antara 4 - 20
jam setelah pengecoran.
3. Penggergajian harus dilakukan secara perlahan untuk mencegah terjadinya
pecah dan deletasi yang kasar.
f. Pemasangan Aspal Dingin
1. Pengisian aspal dingin (joint sealent) harus dilaksanakan dalam waktu 28 hari
sejak pengecoran beton.
2. Segera sebelum pengisian dilakukan, alur bekas pemotongan gergaji
dibersihkan dari segala kotoran, bahan lepas, penutup sementara atau bahan
pengisi lainnya harus dibuang.
3. Bahan pengisi harus dituang sampai pada suatu permukaan antara 2 mm dan 3
mm dibawah permukaan beton yang bersangkutan.
g. Pekerjaan Kurang Sempurna
Pada pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan PPK/Tim
Pendukung/Tim Teknis, Penyedia harus memperbaiki ataupun mengulangi
perkerjaan tersebut hingga memenuhi syarat. Biaya perbaikan pengulangan
pekerjaan ini menjadi tanggungan Penyedia.
h. Pekerjaan Lain-Lain
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan agar tidak merusak bangunan yang ada,
kontraktor bertanggungjawab terhadap keamanan dari setiap fasilitas yang
digunakan, kerusakan yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan kontraktor menjadi tanggungjawab kontraktor.
2. Kontraktor wajib memperbaiki dan merapikan kembali apabila ada
kekurangan dari pekerjaan dan pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya yang
bersifat penyempurnaan hasil pekerjaan.
3. Seluruh sisa bahan pekerjaan harus dibersihkan dan diangkut ke luar lokasi
kerja.
4. Seluruh biaya atas pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggungjawab
kontraktor sepenuhnya. Konsultan Supervisi/Pengawas menerima pekerjaan
ini dalam keadaan siap untuk dipergunakan.

i. Pemasangan Aspal Dingin


1. Pengisian aspal dingin (joint sealent) harus dilaksanakan dalam waktu 28 hari
sejak pengecoran beton.
2. Segera sebelum pengisian dilakukan, alur bekas pemotongan gergaji
dibersihkan dari segala kotoran, bahan lepas, penutup sementara atau bahan
pengisi lainnya harus dibuang.
3. Bahan pengisi harus dituang sampai pada suatu permukaan antara 2 mm dan 3
mm dibawah permukaan beton yang bersangkutan.

PENYELESAIAN SAMBUNGAN
Tidak boleh ada campuran yang dipasang pada bahan ujung yang sudah digilas
sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali sampai satu
permukaan tegak. Satu penyiraman aspal yang digunakan untuk permukaan-
permukaan kontak harus dipakai tepat sebelum tambahan campuran dipasang
terhadap bahan yang digilas sebelumnya.

j. Pembersihan Akhir
Ketika pekerjaan-pekerjaan menurut kontrak telah diselesaikan, Penyedia harus
memindahkan semua fasilitas alat kerja dan perlengkapan dari tempat kerja yang
tidak menjadi bagian dari pekerjaan-pekerjaan yang permanen. Tempat pekerjaan
harus dibersihkan dari segala sampah, bahan-bahan yang tidak digunakan dan
fasilitas sementara harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan bersih yang dapat
diterima oleh PPK.
V. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Identifikasi Bahaya:
1. Penilaian Tingkat Resiko
Pengendalian
Deskripsi Resiko Penilaian Tingkat Resiko
Awal
Identifikasi
No Jenis Bahaya Kemu Kepar Nilai Tingkat
Bahaya
Uraian Pekerjaan (Tipe ngkin ahan Resiko Resiko
(Skenario
Kecelakaan) an (f) (a) (fxa) (Tr)
Bahaya)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mobilisasi dan • Posisi • Kecelakaan • Mematuhi 3 1 3 Kecil
Demobilisasi saat dalam peraturan lalu
berkenda perjalanan ke lintas
ra lokasi kerja • Memakai alat
• Posisi • Tertimpa alat pelindung diri
Kerja berat saat
loading/
unloading

2 Pengukuran Ulang • Posisi Terserempet • Memakai rompi 1 1 1 Kecil


kerja kendaraan kerja
3 Pekerjaan • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 2 1 2 Kecil
bongkaran beton kerja Tangan lecet pelindung diri
• Pekerjaan
dengan
alat
manual
4 Pekerjaan • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 2 1 2 Kecil
pembersihan dan kerja Tangan lecet pelindung diri
pengelupasan lahan • Pekerjaan
dengan
alat
manual
5 Pekerjaan • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 2 1 2 Kecil
pengurukan tasirtu kerja Tangan lecet pelindung diri
padat • Pekerjaan
dengan
alat
manual
6 Pemadatan dilokasi • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 3 1 3 Kecil
pekerjaan Kerja • Tersenggol pelindung diri
• Pekerjaan alat
dengan
alat
mekanis
7 Pekerjaan • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 1 1 1 Kecil
Pemakaian Plastik Kerja pelindung diri
Kedap Air •
8 Pekerjaan • Posisi • Terpeleset • Memakai alat 3 1 3 Kecil
pengecoran beton kerja • Tertimpa pelindung diri
• Pekerjaan material
dengan Tangan lecet
alat
manual
9 Pekerjaan • Posisi Terpeleset • Memakai alat 1 1 1 Kecil
Pengunaan Media kerja pelindung diri
Karung •
Goni/Terpal/Memb
ran Sejenis
10 Pekerjaan • Posisi Terpeleset • Memakai alat 1 1 1 Kecil
Menyiram kerja pelindung diri
Permukaan Beton •
11 Pekerjaan • Posisi • Kecelakaan • Mematuhi cara 2 2 4 Kecil
pemotongan beton kerja akibat alat pengunaan alat
• Pekerjaan kerja • Memakai alat
dengan • Pekerja pelindung diri
alat terkena
material
pemotongan
beton

b. Penetapan Tingkat Risiko


Tingkat Resiko pada paket pekerjaan ini ditetapkan sebagai tingkat resiko KECIL,
dengan pekerjaan paling berisiko tinggi adalah Pekerjaan pemotongan beton.
c. Penerapan SMKK
1. Penerapan Umum
Penerapan secara umum SMKK pada tahap pelaksanaan pekerjaan ini, antara lain:
a. Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia Jasa wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, paling lambat 1x24 jam.
b. Dokumentasi hasil pelaksanaan K3 dibuat oleh Penyedia Jasa dan dilaporkan
kepada PPK secara berkala, yang menjadi bagian dari pelaporan pelaksanaan
pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja sesuai
hasil evaluasi K3, dalam rangka menjamin kesesuaian dan efektifitas
penerapan K3.
d. Penyedia jasa bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, apabila tidak menyelenggarakan K3 sesuai dengan K3.
2. Penerapan pada Pekerja
Setiap pekerja diwajibkan melakukan hal-hal dibawah ini, untuk menunjang
penerapan K3. Hal-hal tersebut, antara lain:
a. Melaksanakan SMKK di setiap pekerjaan.
b. Memakai alat pelindung diri (APD), berupa:
• Pelindung kepala (helm)
• Pelindung kali (safety shoes/boot);
• Rompi keselamatan
• Sarung Tangan
3. Penerapan pada Lingkungan kerja
Penyedia Jasa berkewajiban terhadap K3 pada lingkungan kerja yang sedang
berlangsung tersebut antara lain:
a. Melakukan safety talk setiap sebelum melakukan pekerjaan, memberitahukan
resiko yang terjadi pada setiap pekerjaan yang dilakukan.
b. Memberikan pengawasan terhadap pekerja terkait penerapan K3 pada
pekerjaan konstruksi;
c. Memberikan rambu-rambu peringatan dan peralatan keselamatan seperti
safety line terhadap bahaya yang timbul akibat pekerjaan tertentu.
VI. TIME SCHEDULE
TIME SCHEDULE

Program : Program peningkatan prasarana, sarana dan utilitas umum


Kegiatan : Urusan penyelenggaraan PSU Perumahan
Sub Kegiatan : Penyediaan prasarana, sarana, utilitas umum di perumahan untuk menunjang fungsi hunian
Pekerjaan : Peningkatan dan Rehabilitasi Jalan Lingkungan Paket 6
Lokasi : Kawasan Kota Padang

MINGGU KE-
NO. ITEM PEKERJAAN BOBOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 PRESTASI KET

I 0
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga 0,27 0,14 0,14
Keselamatan dan kesehatan kerja 0,99 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
Papan nama kegiatan 0,05 0,05
Stake out trase Jalan/Infrastruktur (Baru) dilapangan 0,66 0,66

II PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pembersihan dan pengupasan Lahan 1,28 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Penyiapan badan jalan 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Pengurugan sirtu padat 6,93 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77
Pemadatan Sirtu 0,51 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

III PEKERJAAN PERKERASAN BETON


Pemakaian plastik kedap air 1,47 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
Perkerasan Jalan Beton Mutu K-250, (termasuk pekerjaan Grooving dan Deletasi
84,68
kedalaman 4 Cm)
1,69 2,54 5,08 6,77 9,31 10,16 13,55 11,01 12,70 7,62 4,23 (0,00)
Menyirami permukaan Beton mengunakan mengunakan media karung goni/terpal/membran
3,11 ( 5 kali pakai) 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35

BOBOT TOTAL 100,00


BOBOT RENCANA JUMLAH BOBOT PER PEKAN 0,92 2,83 3,68 6,22 8,26 10,80 11,64 15,03 12,49 14,19 8,27 4,89 0,79
JUMLAH BOBOK KOMULATIF 0,92 3,75 7,43 13,65 21,90 32,70 44,35 59,38 71,87 86,06 94,33 99,21 100,0

Waktu pelaksanaan 90 (Sembilan Puluh) hari kalender


VII. SPESIFIKASI JABATAN KERJA KONSTRUKSI
Personil Utama yang harus dimiliki pada pelaksanaan pekerjaan ini oleh penyedia jasa
sebagai berikut :
Personil/ Pengalaman
No Profesi/ Keahlian Jumlah
Jabatan Minimal
Pelaksana Lapangan
Pekerjaan Jalan
1 Pelaksana 2 Thn 1 Org
(TS 028) / Jenjang 4
(SIP.03.001.4)
Petugas K3 Sertifikat Pelatihan K3
2 - 1 Org
Konstruksi Konstruksi

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan personil pendukung dengan uraian sebagai
berikut :

No Personil Pengalaman Jumlah Sertifikat/Pendidikan

1 Drafter 1 Thn 1 Org SMK


2 Quantity Surveyor 1 Thn 1 Org SMK
3 Juru Ukur 1 Thn 2 Org SMK

Padang, 30 Januari 2023


ditetapkan
Disetujui Oleh, Pejabat Pembuat Komitmen
Penguna Anggaran (PPK)
(PA)

Dto.
Dto.

RAF INDRIA, ST. MT. MASDALILA, ST. MT.


NIP. 19730326 199703 2 008
NIP. 197307724 200212 1 001

You might also like