You are on page 1of 11

MAKALAH

Sejarah Perkembangan Ilmu Hadist

Dosen Pengampu : Dr. H. Syamsu Syauqani, Lc., M.A.

Disusun Oleh :

IQLIMA SUHARDIYANTI NINGSIH (230603018)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja serta puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, Atas berkat Rahmat dan karunia-Nya lah kita dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST”

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah HADIST, oleh Dr. H. Syamsu
Syauqani, Lc., M.A. yang telah memberikan tugas ini terhadap kami untuk semakin
menambah wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para
pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan, semoga makalah ini berguna bagi saya dan rekan-rekan
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Mataram, 26 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB l PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB ll PEMBAHASAN ............................................................................................

A. Perkembangan Ilmu Hadist Pada Masa Rasulullah SAW..............................


B. Sejarah Pembukuan Hadist ............................................................................
C. Perkembangan Ilmu Hadist Di Era Modern ...................................................

BAB lll PENUTUPAN ..............................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

iii
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran. Istilah


hadits biasanya mengacu pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW., berupa sabda, perbuatan, persetujuan, dan sifatnya (fisik
ataupun psikis), baik yang terjadi sebelum maupun setelah kenabiannya, Hadits
terkadang dipertukarkan dengan istilah sunnah. Sebagian ulama hadits
menganggap kedua istilah tersebut adalah sinonim (mutaradif), sementara
sebagian yang lainnya ada yang membedakan antara keduanya.

Ilmu hadis merupakan bagian khazanah keilmuan Islam yang senantiasa


terus digali dan dikaji oleh para penuntut ilmu. Ia bagai berlian dari untaian berlian
yang berharga. Ilmu ini termasuk salah satu ilmu penting yang disusun dan
dibangun dalam sejarah keilmuan Islam guna memilah dan memilih suatu informasi
yang disandarkan ke Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬hingga dikenal mana hadis-hadis yang
sahih dan mana hadis-hadis yang daif di saat perkara ini pada umat yang lain tidak
diperhatikan hingga mereka menerima segala informasi dari apa saja yang mereka
suka dan menolak apa saja yang tidak disuka tanpa alat yang bisa mereka jadikan
ukuran untuk menyerap informasi tersebut. Terlebih bagaimana jika informasi itu
berhubungan dengan agama atau aqidah.

B. Rumusan Masalah
• Bagaimana Perkembangan Ilmu Hadist Pada Zaman Rasulullah SAW?
• Bagaimana Sejarah Pembukuan Hadist ?
• Bagaimana Perkembangan Ilmu Hadist DI Era Modern ?

C. TUJUAN
• Mengetahui Sejarah Ilmu Hadist Pada Masa Rasulullah SAW
• Mengetahui Sejarah Pembukuan Hadist
• Mengetahui Perkembangan Hadist Pada Era Modern

iv
BAB ll

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN ILMU HADIST PADA ZAMAN


RASULULLAH SAW

Perkembangan hadist pada zaman rasulullah saw ini disebut masa


turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam. Pada masa ini Hadits
lahir berupa sabda (aqwal), af’al dan taqrir Nabi yang berfungsi
menerangkan al-Qur’an dalam rangka menegakkan Syariat Islam dan
membentuk masyarakat Islam. Para sahabat menerima hadits dari Rasul
saw.

Ada kala langsung dari beliau sendiri, yakni mereka langsung


mendengar sendiri dari Nabi, baik karena ada sesuatu soal yang diajukan
oleh seseorang lalu Nabi menjawabnya, ataupun karena nabi sendiri yang
memulai pembicaraan, adakala tidak langsug yaitu mereka menerima
sesama sahabat yang telah menerima dari Nabi, atau mereka menyuruh
seseorang bertanya kepada Nabi, jika mereka sendiri malu untuk bertanya

Para sahabat menjadikan Nabi sebagai panutan dan pedoman bagi


kehidupan mereka. Apabila mereka mempunyai suatu permasalah baik
dalam bidang ubudiah maupun sosial, mereka bisa bertanya langsung
kepada Nabi untuk menerima pencerahan dengan jelas.1 Ini merupkan
keberuntungan dan merupakan hal yang istimewa bagi para sahabat karena
masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan secara langsung.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hasyr:7
َ ‫س ْو ُل فَ ُخذُ ْو هُ َو َما نَ َها ُك ْم‬
‫ع ْنهُ فَا ْنت َ ُهوا‬ َّ ‫َو َما أَت َا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

Artinya: “ Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan
apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”.(Al-Hasyr :7).

1
Farida, U. (2012). Penulisan dan Kodifikasi Hadis Menurut Muhammad Mustafa Al-
Azami. Jurnal Hermeneutik Jurnal Tafsir dan Hadis, Vol. 8, No.

1
Dalam masa penyebaran ini, Rasulullah SAW menyampaikan Hadits
mempunyai beberapa metode, yaitu:

1. METODE LISAN
Melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut
majelis al-‘ilmy. Rasulullah mengutus guru-guru pergi ke luar
Madinah, salah satunya adalah Malik bin Huwayrith. Terkadang
juga kepala-kepala suku dari luar Madinah juga mengirim
utusannya untuk belajar kepada Nabi dan kemudian disebarkan
kepada kabilahnya. Sebagaimana Sabda Nabi yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibn Amr ibn Ash:
َ ‫بَلِّغُ ْوا‬
‫عنِّ ْي َولَ ْواَيَة‬
Artinya : “Sampaikanlah dariku, walaupun hanya satu
ayat”.(H.R.Bukhari)
2. PERANTARA SAHABAT
Rasulullah menyampaikan melalui sahabat-sahabat tertentu,
kemudian disebarkan kepada yang lain. Sabda Nabi yang
diriwayatkan oleh Ibn Abdi al-Barr dari Abu Bakrah :
َ ‫شاهدُ م ْن ُك ُم ْالغَائ‬
‫ب‬ َّ ‫اَلَ ليُبَلِّ ُغ ال‬
Artinya: “Ketahuilah, hendaklah orang yang hadir
menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.2
3. MELALUI CERAMAH
Biasanya, Rasulullah memberikan ceramah tiap-tiap hari
Jum’at dan waktu-waktu yang tidak ditentukan. Sebagaimana
sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dari ibn Mas’ud :

َ ‫سأ َ َمة‬
‫علَ ْينَا‬ َ ‫كَا نَ النَّبي – يَتَخ ََّو ْلونَا ب ْال َم ْوع‬
َ ْ ‫ظ ة فى‬
َّ ‫اليَّام ك ََرا َهةَ ال‬

Artinya : “ Nabi selalu mencari waktu-waktu yang baik untuk


memberikan pelajaran supaya kami tidak bosan”.

4. METODE PERAGAAN PRAKTIS

2
Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007

2
Terhitung sejak beliau menerima wahyu, segala perilaku,
ucapan, persetujuan, dan peragaan praktis dianggap sebagi
Hadits. Rasul memperagakan cara wudlu, shalat, haji dan lain-
lain. Dlam setiap segi kehidupan, Rasul memberi pelajaran
praktis disertai perintah yang jelas untuk mengikutinya. Contoh:
‫صلِّى‬
َ ُ ‫صل ْوا َك َما َرا َ ْيت ُ ُم ْوان ْي ا‬
َ ‫صلِّى‬
َ ُ ‫صل ْوا َك َما َراَ ْيت ُ ُم ْوان ْي ا‬
َ

Artinya: “ Shalatlah kamu sebagaimana aku mempraktekan


shalat”.

Pada masa Nabi, hadis belum dikodifikasi secara resmi sebagaimana yang
terjadi pada beberapa tahun berikutnya. Rasulullah tidak pernah memerintah
sahabat tertentu untuk menulis hadis dan membukukannya sebagaimana Al-Qur’an
yang ditulis secara resmi oleh Zayd Ibn Tsabit, sekretaris pribadi beliau. Bahkan,
dalam suatu kesempatan Nabi pernah melarang menulis hadis sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudzri bahwa Nabi bersabda:

َ‫آنَفا ْليا ْم ُح َهَُ(أخرجهَأحم َد‬


َِّ ‫ْرَ ْالقُ ْر‬
َ‫غي ا‬
‫عنِّىَ ا‬ َْ ‫لاَ ْالقُ ْرآناََفا ام‬
َ‫نَ اكت ا‬
‫ابَ ا‬ َ ِّ‫ش ْيئًاَإ‬ ‫لاَتا ْكتُب ُْواَ ا‬
‫عنِّىَ ا‬ َ
َ‫َوابنَحبان‬450َ‫والدارمىَرقم‬1209َ‫َوأبوَيع َلََرقم‬3004َ‫َومسلمَرقم‬11362َ‫رقم‬
َ.َ)6254َ‫رقم‬
Artinya: “Janganlah kalian menulis sesuatu dari saya kecuali Al-Quran.
Barang siapa yang menulis dari saya selain Al-Quran, maka hapuslah” (HR
Ahmad No 11362, Muslim No 3004, Abu Ya’la No 1209, ad-Darimi No
450 dan Ibnu Hibban No 6254).3
Larangan menuliskan hadist terjadi pada masa awal islam yang ketika itu
dikhawatirkan terjadi pencampuradukan antara hadist dengan Al-Qur'an. Namun,
setelah umat Islam bertambah banyak dan mereka telah dapat membedakan antara
hadits dan alquran, maka hilanglah kekhawatiran itu dan mereka diperkenankan
untuk menuliskannya.4

3
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits, Pustaka
Rizki Putra, Semarang 2005
4
Darmalaksana, W. (2004). Hadis di Mata Orientalis. Bandung: Benang Merah Press.

3
B. SEJARAH PEMBUKUAN HADIST

Sejarah pembukuan hadis dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad


SAW. Pada awalnya, hadis-hadis Rasulullah disampaikan secara lisan dan dihafal
oleh para sahabatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, para sahabat mulai
merasa perlunya mengumpulkan hadis-hadis tersebut dalam bentuk tertulis untuk
menjaga keaslian dan keotentikan ajaran Islam.

Ketika pada pertengahan abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga Hijriyah,
ilmu hadis mulai di tulis dan dikodifikasi dalam bentuk yang sederhana, belum
terpisah dari ilmu-ilmu lain, belum berdiri sendiri, masih campur dengan ilmu-ilmu
lain atau berbagai buku atau berdiri secara terpisah. Tetapi pada dasarnya, penulisan
hadis baru dimulai pada abad kedua Hijriyah.

Sesuai dengan pesatnya perkembangan kodifikasi hadis yang disebut pada


masa kejayaan atau keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga Hijriyah. Banyak
sekali kitab-kitab ilmu hadis yang ditulis oleh para ulama abad ke-3 Hijriyah ini,
namun buku-buku tersebut belum berdiri sendiri sebagai ilmu hadis, ia hanya terdiri
dari bab-bab saja. Perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan
berdiri sendiri pada abad ke-4 H yang merupakan penggabungan dan
penyempurnaan berbagai ilmu yang berkembang pada abad-abad sebelumnya
secara terpisah dan berserakan.5

Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz,beliau


memerintahkan untuk membukukan ilmu hadist dikarenakan banyaknya pemalsuan
hadist hadist pada masa itu,sehingga beliau ingin membersihkan koleks hadist dari
berbagai hadist yang tidak sah. Alasan lainnya juga karna beliau melihat para
penghafal hadist berkurang,sehingga beliau merasa penting untuk
mendokumentasikan hadist hadist tersebut,sebelum pengetahuan para penghafal
hilang. Selain itu beliau juga ingin memperkokoh keyakinan masyarakat terhadap
islam, melalui akses pembukuan hadist untuk belajar lebih baik bagi umat.

5
Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007

4
C. PERKEMBANGAN ILMU HADIST PADA ERA MODERN

Melihat perkembangan Hadits di era sebelumnya yang tidak begitu


signifikan, maka perkembangan hadits mulai di galakan kembali oleh para
ilmuwan hadits dengan sebuah kemasan menarik, hal inilah yang membuat
para ilmuan hadits ingin memasukan kajian hadits dalam era digital hal
ini guna mengembangkan studi hadits di era yang sudah memasuki
globalisasi, dengan mengembangkan keberadaan internet maka tampak
hadits akan terlihat lebih menarik Jika sebelumnya dalam mencari sebuah
hadis ulama’ terdahulu masih
melakukan dengan cara manual, namun sekarang ini dengan
mempergunakan fasilitas internet, maka sebuah hadis dapat ditemukan
hanya dengan memasukkan kata kunci dari hadis yang ingin kita cari. Hal
ini sebagaimana melihat manfaat internet yang dapat mempermudah tata
kerja dan mempercepat suatu proses suatu pekerjaan, sehingga segala
sesuatu dapat ditemukan dengan cara praktis dan cepat seiring
berkembangnya zaman,ilmu hadist semakin meluas dengan adanya
kemajuan teknologi. Hadist dapat mudah diakses melalui berbagai media
internet.6
Selain untuk mempermudah akses dan pemanfaatan hadis, adanya
digitalisasi hadis tidak lain juga untuk menarik minat masyarakat khususnya
para remaja millennial supaya tidak mengesampingkan studi hadis diantara
banyak disiplin ilmu yang lain yang juga terus berkembang. Dengan begitu,
peranan hadis sebagai sumber ajaran islam kedua setelah al-Qur’an akan
nyata adanya melalui pelibatan-pelibatan hadis dalam aspek kehidupan dan
dalam pemecahan-pemecahan problematika sosial selain al-Qur’an.
Disnilah kemudian peranan sebenarnya dari para generasi millenila sebagai
regerasi dituntut dan dipertanyakan agar turut serta melibatkan diri dan
memanfaatkan digitalisasi pada hadis dengan sebaik mungkin sehingga
lambat laun kajian hadis akan kembali pada puncak kejayaannya.

6
Darmalaksana, W. (2004). Hadis di Mata Orientalis. Bandung: Benang Merah Press

5
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Sejarah pembukuan hadis dimulai setelah wafatnya Nabi


Muhammad SAW. Pada awalnya, hadis-hadis Rasulullah disampaikan
secara lisan dan dihafal oleh para sahabatnya. Namun, seiring berjalannya
waktu, para sahabat mulai merasa perlunya mengumpulkan hadis-hadis
tersebut dalam bentuk tertulis untuk menjaga keaslian dan keotentikan
ajaran Islam.
Hadis baru disusun di zaman Umar bin Abd Aziz. Dialah yang
berhasil meyakinkan umat Islam akan pentingnya penulisan hadits,
meletakkan dasar kodifikasi hadis secara resmi, dan mendorong timbulnya
kagiatan pengumpulan hadis di setiap pelosok negeri Islam saat itu. Masa
pemerintahan Umar lebih kurang dua tahun itu memperoleh sukses besar
dalam kodifikasi hadis. Kodifikasi hadis yang dimaksudkan di sini adalah
penulisan, penghimpunan dan pembukuan hadis-hadis Nabi yang dilakukan
berdasar perintah resmi Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz
Sejarah kajian hadis mengalami perkembangan yang signifikan dari
masa ke masa, yakni bermula dari bentuk kajian lisan ke lisan hingga
menjadi tulisan. Lebih lanjut, setelah hadis dibukukan perkembangannya
menjadi sangat pesat, ditandai dengan lahirnya kitab-kitab hadis hingga
muncul term-term keilmuan hadis. Bahkan seiring dengan perkembangan
waktu yang memasuki era digital, hadis mulai dikemas di dalamnya untuk
menyampaikan kajian hadist yang lebih mudah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta


2007
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar
Ilmu Hadits, Pustaka Rizki Putra, Semarang 2005
Afwadzi, B. (2014). Hadis di Mata Para Pemikir Modern (Telaah Buku
Rethinking Karya Daniel Brown),. Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadis,
Vol. 15, N.
Darmalaksana, W. (2004). Hadis di Mata Orientalis. Bandung: Benang
Merah Press.
Farida, U. (2012). Penulisan dan Kodifikasi Hadis Menurut Muhammad
Mustafa Al-Azami. Jurnal Hermeneutik Jurnal Tafsir dan Hadis, Vol. 8,
No.

You might also like