You are on page 1of 6

TENTIRAN UROLOGI

7 JUNI 2022
(KRIPTOKISMUS, ACUTE TORSIO)

 Kriptokismus terbagi menjadi 2 yaitu :


a. UDT (undescenden testis) : testis tidak sampai ke skrotal
b. Ektopik testis : testis tidak terdapat pada letaknya  femur, rongga pelvis
c. Retraktil testis : testis kadang turun ke skrotum
 Acute torsio :
a. Varikokel
b. Torsio testis  pemicu : dingin (mudah tertarik yang dibantu oleh otot kremaster)
c. Epididimitis
d. Epididimi-orchitis
e. Hernia scrotal
f. Infected hidrokel
g. Ruptur testis
h. Torsio testicular apendage  blue dot sign

Blue dot sign

Orchitis Torsio Testis


1. Terdapat gejala prodormal  demam, 1. Demam (-)
mialgia 2. Dipengaruhi suhu
2. Gejala frekuensi 3. Terjadi mendadak
3. Disuria 4. Nyeri hebat pada skrotum
4. Terdapat pada usia muda (aktif secara 5. Phren test (tetap)
seksual) 6. Kremaster test (-)
5. Phren test nyeri berkurang
6. Kremaster test (+)
 Phren test : Tanda Prehn diperiksa dengan cara melakukan elevasi skrotum. Hasil positif
akan menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri. Hasil negatif menunjukkan peningkatan rasa
nyeri ataupun tidak ada perubahan, pada umumnya hasil tanda Phren negatif ditemukan pada
pasien-pasien dengan torsio testis.
 Kremaster test : Refleks kremaster diperiksa dengan cara menggoreskan jari atau mencubit
kulit paha bagian dalam dan observasi testis. Hasil positif / normal umumnya menunjukkan
elevasi testis ipsilateral. Refleks kremaster pada umumnya ditemukan negatif pada pasien-
pasien dengan torsio testis.
 UDT : tidak selalu terjadi pada semua anak  harus memiliki kelainan (kongenital anomali
related torsio testis)
 Pada torsio testis, perbaikan dilakukan pada sisi kontralateral juga untuk mencegah
terulangnya torsio testis pada sisi kontralateral pada anak yang mungkin memiliki anomali
kongenital  bell clapper anomaly
 Bell clapper anomaly : failure of normal posterior anchoring of the gubernaculum, epididymis
and testis. Testisfree to swing and rotate within the tunica vaginalis of the scrotum much like
the gong (clapper) nside of a bell.
 Jika memiliki 1 gejala yang mengarah ke torsio testis maka dapat dilakukan operasi. Pasien
suspek torsio testis dianggap mengalami torsio testis sampai terbukti tidak mengalami torsio
testis
 Gold standar operasi torsio testis 6-8 jam
 Jika terdapat testis yang nekrotik  risiko infertil dilakukan operasi
 Tujuan IVP : mengevaluasi anatomi dan fungsi.
 Referred pain in ureter stone (proximal, medial, distal)

Pembimbing

dr. Farid Setyono, Sp.U


TENTIRAN UROLOGI
6 JUNI 2022
(IPSS, LUTS,Ca BULI, RT, Pemeriksaan fisik)

 IPSS dapat digunakan untuk anamnesis beberapa diagnosis karena mencakup LUTS.
 LUTS (Lower urinary tract symptomps) terdiri dari gejala pada Storage dan gejala pada
Voiding.
 Gejala pada Storage menandakan bahwa terdapat kelainan pada buli-buli. Gejala yang dapat
ditemukan berupa urgency, frekuensi dan nocturia. Gejala ini muncul pada kelainan seperti
Ca Buli, Batu Buli,Neurogenik bladder, overactive bladder(OAB) dan Sistitis ( ISK).
 Gejala pada Voiding menandakan bahwa terdapat kelainan pada Uretra. Gejala yang dpat
ditemukan berupa intermitensi, hesistensi, dan dysuria. Gejala ini muncul pada kelainan
seperti BPH, Ca Prostat, Striktur Uretra, dan Batu Uretra.
 Skor IPSS dinterpretasikan dalam 3 kategori, yaitu ringan (0-7), sedang (8-19), dan berat (20-
35)
 Ca Buli memiliki TRIAS gejala berupa : Painless, Intermitten, dan Hematuria, sebaliknya
pada Cystitis memiliki gejala painfull dengan factor resiko lebih tinggi terjadi pada wanita
dan penderita DM.
 Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menilai prostat adalah Rectal touche (RT).
 Pada RT, perlu dinilai kekuatan sfingter anii, jika kuat menandakan masih normal, sedangkan
bila diapatkan lemah menandakan adanya ileus obstruktif atau
 Selain itu juga perlu menilai mukosa normal atau terdapat kelainan. Hal ini membantu
mendiagnosa kelainan berupa ca colorectal.
 Setelah itu, juga dilakukan penilaian prostat. Perlu merasakan pada arah jam 12 terdapat
sulkus medianus. Apabila teraba menandakan tidak ada kelainan. Lobus lateral bila lebih dari
1 jari menandakan BPH, Konsistensi nya kenyal, dan simetris.
 RT pada Ca prostat didapatkan massa padat Keras, Asimetris, dan berdungkul-
dungkul(nodul).
 Terdapat pemeriksaan lab yang dapat dilakukan, diantaranya adalah UL,DL, RFT, dan SE.
 UL dilakukan untuk membantu diagnose Cystitis/ ISK, sedangkan DL bisa membantu
menegakkan diagnose Sepsis, dan RFT dilakukan pada pasien dengan retensi urin.
 Pemeriksaan SE dilakukan karena dapat terjadi komplikasi berupa imbalance elektrolit dari
beberapa kelainan. pada retensi urine, pasien cenderung mengalami hiperkalemi, sedangkan
pada pasien yang menjalankan TURP, cenderung mengalami hipernatremi.
 Selain pemeriksaan lab bisa dilakukan permeriksaan radiologi berupa USGpada kasus
urologi.
 Indikasi dilakukannya TURP pada BPH adalah jika terdpat komplikasi, gagal pengobatan,
dan patient preference.
 Komplikasi yang dimaksud bisa terjadi pada urinary tract, maupun non urinary tract.
Komplikasi pada urinary tract berupa ISK, hematuria, retensi urine, trabekulasi uli, divertikel
buli, hydroureter, ataupun hidro nefrosis. Sedangkan komplikasi pada non urinary berupa HIL
ataupun Hemoroid akibat sering mengejan.
 Gagal pengobatan yang dimaksud adlah ketika obat telah diberikan pasien mengeluhkan
bebrapa komplikasi yang telah disebutkan sebelumnya. Pengobatan yang diberikaN pada
penderita BPH berupa alpha blocker, 5-alpha reductase inhibitor, anti muskarinik, dan PDE 5
Inhibitor.
 Tatalaksana pada BPH dilakukan berdasarkan skoring IPSS. Bila tergolong ringan maka
hanya dilakukan Edukasi berupa diet pengurangan konsumsi makanan seperti kopi dan teh.
Bila tergolong sedang dilakukan pemberian obat single. Apabila berat dilakukan pemberian
obat double.
 TWUC dilakukan pada AUR pertama dengan pemasangan kateter disertai pemberian alpha
blocker selama 7 hari, kemudian diaff. Jika setelah di aff keluhan tidak menghilang, maka
masuk kedalam indikasi TURP.

Pembimbing,

dr. Farid Setyono, Sp.U


TENTIRAN UROLOGI
3 JUNI 2022
(Nyeri kolik non kolik, anamnesis urologi, obat-obatan antinyeri urologi)

 Nyeri perut dibagi menjadi 2 yaitu nyeri perut kolik dan non kolik
 Nyeri perut kolik merupakan nyeri yang terjadi pada organ berongga yang memiliki gerakan
peristaltik. 3 sistem yang memiliki organ berongga yaitu sistem gastrointestinal (usus), sistem
urinaria (ureter), dan sistem biliaris (empedu).
 Buli-buli (vesika urinaria) tidak memiliki gerakan peristaltik
 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien urologi adalah pemeriksaan
urinalis (UL)
 Penggunaan antispasmodik seperti buscopan dihindari pada kasus urologi.
 Obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi nyeri pada kasus urologi adalah obat obatan
golongan NSAID seperti Na diklofenak, α-blocker seperti tamsulosin yang berfungsi untuk
merelaksasi.
 Proses miksi hanya membutuhkan 2 organ yaitu buli-buli dan uretra.
 Buli-buli berfungsi sebagai penyimpanan (storage).
 Normalnya manusia mulai merasa ingin BAK saat penyimpanan buli-buli mencapai 150 cc
(first desire). Jika seseorang menahan keinginan BAK pada kondisi buli buli mencapai 300cc
maka dapat memicu terjadinya ISK
 Frekuensi : jika jarak kencing 1 ke kencing lainnya kurang dari 2 jam
 Nokturia : kencing di malam hari
 Urgensi : tidak dapat menahan keinginan untuk kencing
 Hesistansi : terdapat tahanan saat akan kencing (mengejan)
 Inkontinensia urgensi : mengompol yang didahului rasa ingin kencing (kebelet)  gangguan
pada sfingter.
 Stress inkontinensia : mengompol karena stress  misal akibat tekanan abdomen yang
meningkat akibat bersin, tertawa, dan batuk
 Pada bayi inkontinensia dapat dicurigai bila ada kelainan seperti fistula (uretro-uretra, uretro-
vagina)
 Pada anak-anak yang mengompol tanpa ada tanda ingin kencing  terdapat gangguan pada
uretra bilateral
 Pada orang dewasa gangguan inkontinensia dapat terjadi akibat post operasi.
 Paradoksal inkontinensia : tidak dapat kencing tapi keluhan kencing menetes BPH akibat
buli buli overflow
Pembimbing,

dr. Farid Setyono, Sp.U

You might also like