You are on page 1of 10

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Hipertensi
3.1.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.1
Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa
ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90
mmHg.2

3. 1.2. Epidemiologi Hipertensi


Prevalensi hipertensi tergantung antara komposisi ras pada populasi yang
diteliti dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan kondisi. Dalam populasi
suburban kulit putih seperti dalam penelitian Framingham, hampir seperlima dari
individu memiliki tekanan darah 160/95 mmHg, sementara setengahnya memiliki
tekanan darah 140/90 mmHg. Pada Negara Berkembang seperti Indonesia sendiri
hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu
sebesar 25,8% sesuai dengan data Riskesdas 2013. 1
Prevalensi yang lebih tinggi telah didokumentasikan dalam penduduk kulit
putih. Pada perempuan prevalensi berkaitan erat dengan usia, dengan peningkatan
yang substansial terjadi setelah usia 50. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan
perubahan hormonal saat menopause, meskipun mekanismenya belum diketahui
dengan jelas. Dengan demikian, rasio frekuensi hipertensi pada wanita dibandingkan
pria meningkat 0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada usia 65.3

3.1.3. Klasifikasi Hipertensi

7
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7 dan JNC 8)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi:1
Tabel 3.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 71

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diatolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Ada pun klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab terbagi menjadi: 1


1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan
pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik {diastolic hypertension},
Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik
(isolated systolic hypertension).

3.1.4. Patofisiologi Hipertensi5

8
Mekanisme hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh
curah jantung dan tahanan perifer. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian
antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan
darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan
membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang
terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr
enin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin
aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan
Tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin
aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur
keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh
pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik
regulasi tekanan darah

9
Gambar 3.1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan Darah

3.1.5. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi


lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga.
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan
darahnya normal.6
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

10
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami
kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita
cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.6
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada
wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis
kuat.7
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.7
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan
yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem
sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5
mmHg setiap kg penurunan berat badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokonstriksi noradrenalin.7
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan

11
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin
untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal
kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang
sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk
memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.6
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.6
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu
emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju,
panjat tebing dan angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita
hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic.
3.1.6. Manifestasi Klinis Hipertensi
Secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda dan gejala
dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:3
 Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-
turut setelah penyaringan awal
 Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai
akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat
terjadi
 Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular
 Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal,
dan femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
 Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan
menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah
 Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina

12
 Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan filtrasi glomerular
 Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.
Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul
kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing sindrom
dapat menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu, sedangkan
pasien dengan pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala, mual, muntah,
palpitasi, pucat, dan keringat berlimpah.2

3.1.7. Komplikasi Hipertensi 2

Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit
ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai
berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan
transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau
embolisasidari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh
pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah
yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah
sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam
kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat
hipertensi.

13
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit
vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang
diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi
atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat
seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut
retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped
haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan
yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg
atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina,
sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam
waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil.
Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah
secara efektif.

3.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi 2


Prinsip penatalaksanaan untuk pengobatan hipertensi harus secara holistik
dengan tujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan
menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor
resiko kardiovaskular lainnya. Menurut Joint National Commission (JNC) 7,
rekomendasi target tekanan darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan
target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤

14
130/80 mmHg. Sedangkan American Heart Association (AHA) merekomendasikan
target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk
pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit
arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema
dibawah ini:

Gambar 3.2. Alur Tatalaksana Hipertensi


Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu
dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu

15
hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada
penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan
tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis
yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet
yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola
diet yang sehat secara keseluruhan.

3.1.9. Hubungan Jenis kelamin dengan angka Kejadian Hipertensi


lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebab pastinya. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi salah satunya
yaitu jenis pekerjaan dan jenis kelamin, Menurut data Riskesdas 2007 disebutkan
prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan sekitar 52 % dibandingkan laki-laki
yaitu sebanyak 48 %. Umumnya penderita hipertensi adalah orang yang berusia
diatas 40 tahun, namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang
usia muda. Hipertensi pada wanita usia subur sebagian besar terjadi pada usia 25 – 45
tahun, dan hanya pada 20 persen terjadi dibawah usia 20 tahun.8
Sedangkan menurut penelitian hariwijaya pada tahun 2007 mengatakan
hipertensi umumnya lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada pria
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat. 7

16

You might also like