You are on page 1of 117

SKRIPSI

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN


LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PASIR KUARSA
DI PT. WALIE TAMPAS CITRATAMA PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Oleh
M. LUTHFI FATHURRAHMAN
03021381621060

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

iv Universitas Sriwijaya
SKRIPSI

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN


LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR KUARSA DI PT.
WALIE TAMPAS CITRATAMA PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana


Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

Oleh
M. LUTHFI FATHURRAHMAN
03021381621060

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

5 Universitas Sriwijaya
HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN


BEKAS PENAMBANGAN PASIR KUARSA
DI PT. WALIE TAMPAS CITRATAMA
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh:

M. LUTHFI FATHURRAHMAN
03021381621060

Palembang, April 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Mukiat M.S. Dr. Hj. Rr. Harminuke E.H., S.T., M.T.
NIP 19581122198621002 NIP. 196902091997032001

Mengetahui,
KetuaJurusanTeknikPertambangan

Dr. Hj. Rr. Harminuke E.H., S.T., M.T.


NIP. 196902091997032001

ii Universitas Sriwijaya
HALAMAN PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Luthfi Fathurrahman


NIM : 03021381621060
Judul : Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Bekas
Penambangan di PT. Walie Tampas Citratatama Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya dalam
kasus ini saya setuju untuk menempatkan Pembimbing sebagai Penulis
korespondensi (corresponding author).
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Palembang, April 2020

M.Luthfi Fathurrahman
NIM.03021381621060

iii Universitas Sriwijaya


HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : M. Luthfi Fathurrahman


NIM : 03021381621060
Judul : Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Bekas
Penambangan Pasir Kuarsa di PT. Walie Tampas Citratama
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menyatakan bahwa skripsi saya merupakan hasil karya sendiri didampingi


tim pembimbing dan bukan hasil penjiplakan atau plagiat. Apabila ditemukan
unsure penjiplakan atau plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik dari Universitas Sriwijaya.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Palembang, April 2020

M. Luthfi Fathurrahman
NIM. 03021381621060

iv UniversitasSriwijaya
RIWAYAT PENULIS

M. Luthfi Fathurrahman. Anak laki laki yang lahir di


Palembang, pada tanggal 7 Desember 1997. Anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Syafri
Yudha dan Sri Dharma Yanti. Mengawali pendidikan
di bangku sekolah dasar di SDN 107 Palembang tahun
2003. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan tingkat
pertama di SMPN 15 Palembang. Selanjutnya tahun
2012 melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA
Patra Mandiri 1 Palembang. Pada tahun 2016 melanjutkan pendidikan di
Universitas Sriwijaya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan melalui
Ujian Seleksi Mandiri Universitas Sriwijaya . Selama menjadi mahasiswa di
Universitas Sriwijaya, penulis aktif di organisasi BEM KM FT UNSRI selama
periode 2016-2017 dan periode 2017-2018 serta menjabat sebagai wakil ketua
umum III PERMATA FT UNSRI periode 2018-2019.. Selain itu, penulis juga
aktif mengikuti seminar internal kampus.

v UniversitasSriwijya
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Cara terbaik untuk mengetahui masa depan


adalah dengan menciptakannya”

Skripsi ini ku persembahkan untuk :


Ayah saya, Syafri Yudha dan ibu saya, Sri Dharma Yanti selalu memberikan
kasih sayang dan pengorbanan yang tak terhitung, perjuangan tak pernah henti
agar saya bisa menjadi orang yang bermanfaat, dan yang selalu mendoakan agar
jalan saya selalu dipermudah. Kepada kedua adik saya dan pacar saya, M. Rafly
Qasthori, M. Rizfio Tahta Aunillah, dan Faradita Pratami Khareta
terima kasih juga telah menjadi sosok yang selalu memberikan dukungan baik
tenaga dan waktu untuk membantu kakakmu ini.

vi Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya, Tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini dilaksanakan di
PT. Walie Tampas Citratama, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dari 18 Agustus sampai dengan 16 September 2019 dengan judul
“Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Bekas Penambangan Pasir Kuarsa di
PT. Walie Tampas Citratama, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. Mukiat, MS dan Dr. Hj. Rr.
Harminuke Eko Handayani. Selaku pembimbing pertama dan pembimbing kedua
yang telah banyak membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih
juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas akhir
ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE., selaku Rektor Universitas Sriwijaya
2. Prof. Ir. Subriyer Nasir, M.S., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
3. Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT. Dan Bochori, ST.,MT.
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
4. Ir. A. Taufik Arief, MS selaku Pembimbing Akademik.
5. Iwan. selaku Kepala Teknik Tambang di PT. Walie Tampas Citratama, dan
Budi . selaku mine engineer sekaligus menjadi Pembimbing Lapangan saat
berada di lingkungan PT Walie Tampas Citratama.
6. Dosen - dosen dan karyawan administrasi Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan dan membantu selama proses penyusunanTugasakhir.
Penyelesaian tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun diharapkan guna perbaikan nanti nya. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

Palembang, April 2020 Penulis

vii UniversitasSriwijaya
RINGKASAN

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS


PENAMBANGAN PASIR KUARSA DI PT. WALIE TAMPAS CITRATAMA
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.
Karya tulis ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir, Mei 2020

M. Luthfi Fathurrahman; Dibimbing oleh Ir. Mukiat, MS dan Dr. Hj. Rr.
Harminuke Eko Handayani, ST., MT. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya.

xiv + 51 Halaman , 19 gambar , 28 tabel, 11 lampiran

RINGKASAN

PT. Walie Tampas Citratama merupakan salah satu perusahaan tambang pasir
kuarsa yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perusahaan tersebut
telah melakukan aktivitas penambangan sejak tahun 2018. Dengan luas wilayah
IUP 46,2 ha, di Desa Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Pada area IUP PT. Walie Tampas Citratama terdapat daerah
yang sudah dilakukan eksploitasi pasir kuarsa seluas 5,03 ha, dan selanjutnya
akan dilakukan kegiatan reklamasi yang bertujuan untuk memperbaiki rona
lingkungan yang telah terganggu akibat kegiatan penambangan. Rona awal
lingkungan pada daerah rencana reklamasi merupakan lahan pohon sengon yang
telah ditanam oleh perusahaan pemilik IUP sebelumnya .Adapun tahapan
perencanaan reklamasi lahan bekas penambangan ini seperti, persiapan lahan,
penatagunaan lahan, dan revegetasi. Persiapan lahan dilakukan selama 1 hari
untuk pembongkaran sarana dan prasarana yang ada di daerah rencana reklamasi.
Penatagunaan lahan dilakukan perataan lahan dengan bulldozer dengan kapasitas
blade 3,512 m3 selama 72 hari dan meratakan 7 buah gundukan dengan volume
50.930 m3. Pembuatan saluran pembuangan air dilakukan oleh excavator dengan
kapasitas bucket 0,8 m3 dan volume saluran drainase yang direncanakan 99,31 m3.
Penyebaran tanah pucuk dilakukan dengan sistem pot dikarenakan keterbatasan
jumlah tanah pucuk yang ada pada daerah rencana reklamasi. Revegetasi
dilakukan berdasarkan rona awal lingkungan di daerah rencana reklamasi.
Tanaman yang cocok adalah pohon sengon dan LCC dengan jumlah bibit
sebanyak 2.183 bibit. Pada perencanaan reklamasi ini dilakukan perencanaan
rincian biaya yang terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya
langsung yang direncanakan sebesar Rp 375.558.050,00. Dan biaya tidak
langsung sebesar Rp 121.255.249,90 . Sehingga perencanaan total biaya yang
dibutuhkan untuk reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa ini adalah
sebesar Rp. 496.813.299.90

Kata Kunci : Rona awal lingkungan, penatagunaan lahan, revegetasi, biaya


Kepustakaan : 18 (1995 – 2018)

viii Universitas Sriwijaya


SUMMARY

LAND MANAGEMENT AND UTILIZATION RESEARCH OF THE FORMER


QUARTZ SAND MINING AT PT. WALIE TAMPAS CITRATAMA, BANGKA
BELITUNG ISLANDS PROVINCE.
Scientific Paper in the form of Skripsi, May 2020

M. Luthfi Fathurrahman; Advised by Ir. Mukiat, MS and Dr. Hj. RR. Harminuke
Eko Handayani, ST., MT. Department of Mining Engineering, Engineering
Faculty, Sriwijaya University

xiv+ 51 pages, 19 pictures, 28 tables, 11 attachment

SUMMARY

PT. Walie Tampas Citratama is one of the quartz sand mining company in
Bangka Belitung Islands province. The company has done mining activities since
2018. With an area of IUP 46.2 ha, in Perlang village, central Bangka District,
Bangka Belitung Islands province. In the area of IUP of PT. Walie Tampas
Citratama, there is an area that has been exploited quartz sand covering 5.03 ha,
and then will be carried out reclamation activities for improving the first
environment hue that has been disrupted due to mining activities. The first hue of
environment in the Reclamation Plan area is a sengon tree land that has been
planted by the company's previous IUP owners. The stages of reclamation
planning in this former mining land such as, land preparation, land stewardship,
and revegetation. Land preparation is done for 1 day for the demolished the
facilities and infrastructures that exist in reclamation plan. Land stewardship
carried out land flattening by using bulldozer with a blade capacity of 3,512 m3
for 72 days and flatten 7 bumps with a volume of 50,930 m3. The drainage is
made by excavators with a 0.8 m3 bucket capacity and a planned drain volume is
99.31 m3. The spread of soil is done with the pot system because of the limited
number of soil shoots in the region reclamation plan. Revegetation is done based
on the first hue of environment in the Reclamation Plan area. The suitable crops
are sengon trees and LCC with a total of 2,183 seedlings. At this reclamation
planning conducted a detailed cost planning that consisted of direct costs and
indirect costs. The planned direct cost is Rp 375.558.050,00. And indirect cost is
Rp. 121.255.249,90. So that the total cost planning required for land reclamation
of the former quartz sand mining is Rp. 496.813.299.90

Keywords : first environment hue, land stewardship, revegetation, cost


Literature : 18 (1995-2018)

xi Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Integritas ........................................................................ iv
Riwayat Hidup ................................................................................................. v
Halaman Persembahan ..................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Ringkasan ......................................................................................................... viii
Summary........................................................................................................... ix
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Gambar .................................................................................................. xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 4
2.2. Rona Awal Lingkungan .......................................................................... 4
2.3. Reklamasi ............................................................................................... 9
2.3.1. Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi ........................................ 9
2.3.2. Perencanaan Reklamasi ................................................................ 9
2.3.3. Tahap- Tahap Reklamasi ............................................................. 10
2.3.3.1. Persiapan Lahan .............................................................. 11
2.3.3.2. Penatagunaan Lahan ........................................................ 11
2.3.3.3. Pengaturan Saluran Pembuangan Air ............................... 12
2.3.3.4. Penebaran Tanah Pucuk .................................................. 19
2.3.3.5. Kriteria Penatagunaan Lahan .......................................... 20
2.3.3.6. Perhitungan Volume Overburden .................................... 21
2.3.3.7. Alat yang Digunakan ....................................................... 21
2.3.4.8. Revegetasi ...................................................................... 22
2.3.4.9. Pemeliharaan .................................................................... 23
2.3.4. Pemanfaatan Lahan Bekas Penambangan ................................... 23
2.3.4.1. Pohon Sengon .................................................................. 24
2.3.4.2. Tumbuhan Lada .............................................................. 26

x Universitas Sriwijaya
2.3.4.3. Tumbuhan Karet ............................................................... 27
2.4. Rencana Biaya Reklamasi dan Penutupan Tambang ............................. 29
2.4.1. Biaya Langsung ........................................................................... 29
2.4.2. Biaya Tidak Langsung ................................................................. 30
2.4.3. Total Biaya ................................................................................... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 31
3.2. Lokasi dan Kesampaian Penelitian ........................................................ 31
3.2.1. Morfologi ...................................................................................... 32
3.2.2. Aktivitas Penambangan ................................................................ 32
3.3 Metode Penelitian................................................................................... 33
3.3.1 Studi Literatur ............................................................................... 33
3.3.2 Observasi Lapangan ...................................................................... 33
3.3.3 Pengambilan Data ......................................................................... 33
3.3.4 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 34
3.3.5. Kerangka Penelitian ..................................................................... 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Rona Awal Lingkungan ........................................................... 37
4.2. Rencana Reklamasi ................................................................................ 40
4.2.1. Persiapan Lahan ............................................................................ 40
4.2.2. Penatagunaan Lahan ..................................................................... 40
4.2.2.1. Perataan Lahan Bekas Penambangan ............................... 42
4.2.2.2. Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA) .................... 43
4.2.2.3. Penyebaran Tanah Pucuk ................................................. 45
4.2.3. Revegetasi ..................................................................................... 45
4.3 Rencana Biaya Reklamasi ...................................................................... 47
4.3.1 Rencana Biaya Langsung ............................................................. 47
4.3.2 Rencana Biaya Tidak Langsung ................................................... 48
4.3.3 Rencana Total Biaya ..................................................................... 49

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 50
5.2. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1. Jenis Penampang Saluran ...................................................................... 19
3.1. ` Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Walie Tampas Citratama ........ 32
3.2. Kerangka Penelitian ................................................................................ 36
4.1. Peta Topografi Kabupaten Bangka Tengah ............................................ 38
4.2. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bangka Tengah ......................... 42
4.3. Peta Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan............................ 47
B.1. Peta Rencana Reklamasi Untuk Perhitungan Volume Daerah .............. 55
B.2. Luas dan Volume Daerah Rencana Reklamasi ...................................... 56
C.1. Peta Rencana Reklamasi Untuk Perhitungan Volume Gundukan ......... 57
C.2. Luas dan Volume Gundukan 1 ............................................................... 58
C.3. Luas dan Volume Gundukan 2 .............................................................. 59
C.4 Luas dan Volume Gundukan 3 .............................................................. 60
C.5. Luas dan Volume Gundukan 4 .............................................................. 61
C.6. Luas dan Volume Gundukan 5 .............................................................. 62
C.7. Luas dan Volume Gundukan 6 .............................................................. 63
C.8. Luas dan Volume Gundukan 7 .............................................................. 64
D.1. Bulldozer Komatsu D-65 E-12 ............................................................... 65
D.1. Excavator Kobelco SK-200-10 .............................................................. 67
J.1. Ilustrasi Lubang Tanam .......................................................................... 91

xii Universitas Sriwijaya


DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Harga Koefesien Limpasan Daerah Tambang ................................... 17
2.2. Koefesien Manning............................................................................ 18
3.1. Kegiatan Selama Tugas Akhir ........................................................... 31
3.2. Analisis dan Pembahasan Penyelesaian Masalah dalam Penelitian .. 35
4.1. Luas dan Volume Gundukan. ............................................................. 42
4.2. Total Biaya Perencanaan Reklamasi ................................................. 49
A.1. Tabel Suhu dan Rata- Rata Curah Hujan Kabupaten Bangka Tengah Tahun
2018 ................................................................................................... 54
E.1. Waktu Hambatan yang Tidak Dapat Dihindari ................................. 70
E.2. Waktu Hambatan yang Dapat Dihindari............................................ 70
F.1. Data Curah Hujan Periode 10 Tahun 2010-2019 .............................. 72
F.2. Curah Hujan Maksimum Kabupaten Bangka Tengah ....................... 73
F.3. Nilai Perhitungan Yt .......................................................................... 74
F.4. Urutan Sampel dari yang Terbesar Hingga Terkecil ......................... 75
2
F.5. Perhitungan nilai 𝑌𝑛 − Yn .......................................................... 76
2
F.6. Perhitungan nilai 𝑥 − X ............................................................ 77
F.7. Curah Hujan Harian Maksimum Pertahun Untuk Periode 2010-2019 80
F.8. Curah Hujan Rencana Harian Dengan Metode Gumbel.................... 81
K.1. Biaya Penataan Permukaan Tanah..................................................... 93
K.2. Biaya Pembuatan Drainase ................................................................ 94
K.3. Jumlah Pupuk yang Dibutuhkan ........................................................ 95
K.4. Biaya Pemupukan .............................................................................. 95
K.5. Biaya Pengadaan Bibit Sengon .......................................................... 95
K.6. Biaya Pengadaan Bibit LCC .............................................................. 95
K.7. Biaya Peralatan Yang Digunakan ...................................................... 96
K.8. Biaya Penanaman Bibit...................................................................... 97
K.9. Biaya Total Penanaman ..................................................................... 97
K.10. Biaya Pemeliharaan Tanaman ........................................................... 97

xiii Universitas Sriwijaya


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A. Suhu dan Rata- Rata Curah Hujan Kabupaten Bangka Tengah .......... 54
B. Luas dan Volume Daerah Reklamasi ................................................... 55
C. Luas dan Volume Gundukan................................................................ 56
D. Spesifikasi Alat .................................................................................... 67
E. Perhitungan Waktu Perataan Lahan ..................................................... 69
F. Curah Hujan Rencana .......................................................................... 72
G. Perhitungan Debit Air Limpasan ......................................................... 82
H. Perhitungan Dimensi dan Volume Drainase ........................................ 85
I. Perhitungan Waktu Pembuatan Drainase ............................................. 89
J. Penyebaran Top Soil Sistem Pot .......................................................... 91
K. Rincian Rencana Biaya Reklamasi ...................................................... 93

xiv Universitas Sriwijaya


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertambangan sebagai pengguna sumber daya alam mineral dan


energi memiliki ciri -ciri khusus yang memerlukan pendekatan sesuai dengan
pengembangannya. Ciri khusus yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
pertambangan, antara lain sumber daya alam pertambangan menempati sebaran
ruang tertentu di dalam bumi dan dasar laut, terdapat dalam jumlah terbatas dan
pada umumnya tak terbarukan (Non renewable). Pengusahaannya melibatkan
investasi dan kegiatan yang sarat resiko, serta seringkali harus padat modal dan
teknologi. Hasil tambang mineral dan energi mempunyal fungsi ganda, terutama
sebagai sumber bahan baku industri dan energi, baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun ekspor. Usaha pertambangan mampu berperan sebagai penggerak
mula dan ujung tombak pembangunan daerah, di samping perannya dalam
memenuhi hajat hidup masyarakat luas.
Proses penambangan ini memiliki potensi daya ubah lingkungan yang
tinggi. Dalam kegiatannya seringkali menimbulkan berbagai dampak negatif,
seperti, rusaknya ekosistem, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
dalam bentuk pencemaran air, tanah, dan udara yang disebabkan oleh, kegiatan
pertambangan sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi
seperti semula. Kemudian dampak lainnya, usaha pertambangan dalam waktu
yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah
(land impact), sehingga menyebabkan kerusakan keseimbangan sistem ekologi
bagi daerah sekitarnya.
Sistem penambangan yang diterapkan di PT. Walie Tampas Citratama
adalah tambang terbuka. Kegiatan penambangan diawali dengan pembersihan
lahan (land clearing), kemudian penggalian pasir kuarsa, dilanjutkan dengan
pencucian pasir kuarsa, dan pengangkutan pasir kuarsa ke stockpile ataupun ke
kapal tongkang. Kegiatan yang dilakukan berpotensi menimbulkan perubahan
bentang alam daerah setempat dan berubahnya estetika lingkungan, menganggu
habitat fauna, penurunan kualitas dan permukaan air tanah.

1
Universitas Sriwijaya
2

Berakhirnya kegiatan pertambangan pasir kuarsa akan menimbulkan


dampak khususnya terhadap lingkungan sekitar tambang. Dampak-dampak akibat
kegiatan pertambangan dapat diminimalisir ataupun dicegah dengan
merencanakan kegiatan reklamasi. Rencana reklamasi dapat mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan sekitar tambang sebelum kegiatan pertambangan
berakhir yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya
Mineral RI No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Di lokasi Izin
Usaha Pertambangan PT. Walie Tampas Citratama di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tepatnya di Kabupaten Bangka Tengah lingkungan sekitar sudah
terganggu dan rona awal lingkungan sudah berubah yang pada awalnya
merupakan perkebunan sengon menjadi lokasi penambangan pasir kuarsa dan
merubah topografi lahan tersebut. Sehingga perlu direncanakan reklamasi yang
memiliki manfaat yang lebih baik terhadap semua stakeholder yang antara lain
adalah masyarakat, pemerintah, perusahaan serta lingkungan dan sesuai dengan
kondisi di sekitar lahan bekas penambangan pasir kuarsa . Maka dari itu dilakukan
penelitian perencanaan reklamasi dan program pasca tambang terhadap lahan
bekas penambangan pasir kuarsa di PT. Walie Tampas Citratama.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian di PT. Walie Tampas
Citratama ini yaitu,
1. Bagaimana rona awal lingkungan pada lahan penambangan pasir kuarsa ?
2. Bagaimana rencana reklamasi dan di lahan bekas penambangan pasir kuarsa ?
3. Bagaimana rencana biaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa?

1.3. Batasan Masalah


Penelitian tugas akhir ini memfokuskan dalam perencanaan teknis dan biaya
reklamasi terhadap lahan bekas penambangan pasir kuarsa mengacu pada

Universitas Sriwijaya
3

Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 26 Tahun 2018. Di


wilayah izin usaha pertambangan PT. Walie Tampas Citratama lingkungan sekitar
sudah terganggu dan rona awal lingkungan sudah berubah yang pada awalnya
merupakan perkebunan sengon. Sehingga perlu direncanakan reklamasi dan
program pasca tambang yang memiliki manfaat yang lebih baik terhadap semua
stakeholder yang antara lain adalah masyarakat, pemerintah, perusahaan serta
lingkungan dan sesuai dengan kondisi di sekitar lahan bekas penambangan pasir
kuarsa.

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian yang Penulis lakukan adalah untuk memperoleh data
data dan informasi yang digunakan untuk perencanaan reklamasi lahan bekas
penambangan pasir kuarsa di PT. Walie Tampas Citratama, dan sebagai bahan
penyusunan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan menempuh ujian sarjana
Jurusan Teknik Pertambangan pada Universitas Sriwijaya
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan di PT. Walie Tampas Citratama
yaitu,
1. Menganalisis rona awal lingkungan pada lahan penambangan pasir kuarsa.
2. Merencanakan reklamasi di lahan bekas penambangan pasir kuarsa.
3. Merencanakan biaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa

1.5. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan di PT. Walie Tampas
Citratama yaitu,
1. Memberikan informasi pada pihak perusahaan tentang rencana reklamasi
yang akan dibuat oleh penulis.
2. Memberikan manfaat kepada semua stakeholder baik masyarakat, pemerintah
dan perusahaan bilamana rencana reklamasi yang dibuat terlaksanakan.
3. Sebagai pembelajaran ilmu bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui
perencanaan reklamasi yang baik dan benar berdasarkan peraturan perundang
undangan yang telah di atur oleh pemerintah

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut Gandang Noor Fawaz dalam penelitiannya yang berjudul “ Kajian
Rencana Reklamasi dan Pasca Tambang pada Penambangan Batuan Andesit Oleh
PT Puspa Jaya Madiri di Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat”, menarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. PT Puspa Jaya Madiri merencanakan kegiatan reklamasi dengan membagi
dua periode yaitu reklamasi periode operasi produksi (2017–2026) dengan
luas 24,39 ha dan reklamasi periode pasca tambang (2027–2028) dengan luas
10,9 ha. Teknis reklamasi terdiri dari kegiatan penataan lahan (penimbunan,
perataan, pemadatan) dan revegetasi (pengendalian erosi, penanaman,
pemupukan).
2. Rencana pasca tambang yang dilakukan PT Puspa Jaya Madiri ini terdiri dari
reklamasi dan revegetasi lanjutan (2027–2028) yang dilakukan di area pit,
penanganan prasarana tambang (pembongkaran), serta penanganan sosial
ekonomi dan budaya (peningkatan mutu pendidikan, pemberian modal dan
diklat usaha, pemeliharaan budaya).
3. Rencana kegiatan reklamasi PT Puspa Jaya Madiri ini telah diperhitungkan
dengan merencanakan biaya yang akan dikeluarkan. Adapun biaya langsung
rencana kegiatan reklamasi periode operasi produksi (2017 – 2026) adalah
sebesar Rp. 4.897.634.174,- dan biaya tidak langsungnya sebesar Rp.
1.452.899.880,-. Sehingga total biaya jaminan reklamasi sebesar Rp.
6.350.534.054,-. Selain itu, didapat biaya langsung pasca tambang sebesar
Rp. 2.714.688.362,- dan biaya tidak langsungya sebesar Rp. 860.013.273,-.
Sehingga total biaya jaminan pasca tambang sebesar Rp. 3.574.701.634,-.

2.2 Rona Awal Lingkungan


Rona awal lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu
kondisi alam atau komponen-komponen lingkungan awal sebelum perencanaan

4
Universitas Sriwijaya
5

dan pembangunan fisik dimulai dan merupakan kondisi lingkungan awal sebelum
tersentuh oleh kegiatan untuk keperluan perencanaan, konstruksi (pembangunan
fisik) dan kegiatan operasi. Hal-hal yang termuat didalam rona lingkungan, yaitu
(Soeratmo, 2002) :
1. Biologi,geologi, dan fisik Kimia, meliputi : komponen-komponen lingkungan
tersebut diketahui dengan melakukan survei lapangan, yaitu dengan suatu
strategi pengambilan sampling yang tepat, kemudian dianalisa sesuai dengan
komponen lingkungan masing-masing;
2. Sosial Budaya dan Ekonomi, meliputi : komponen lingkungan ini didapat
dengan melakukan penyebaran questioner, wawancara langsung kepada
masyarakat, pemuka setempat dan data sekunder pada beberapa desa dan
kecamatan di sekitar lokasi proyek. Dari data survey lapangan, data sekunder
dan hasil analisis laboratorium pada masing-masing komponen lingkungan
akan didapat kondisi lingkungan pada saat itu atau sebelum proyek didirikan
(Rona Lingkungan).

Rona lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di lokasi


kegiatan. Rona lingkungan diperlukan dalam kajian analisis dampak lingkungan
karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan dampak yang akan datang.
Rona lingkungan yang ditelaah tidak semua komponen lingkungan tetapi hanya
terbatas pada indikator yang paling tepat dan penting dalam kaitannya dengan
dampak atau isu pokok, terutama yang berkaitan pada tahap pasca operasi.
Rona lingkungan hidup juga berbeda menurut letak geografi,
keanekaragaman faktor lingkungan hidup dan pengaruh manusia. Karena itu
kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai
dengan rona lingkungan yang ada.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam rona lingkungan hidup adalah sebagai
berikut,
1. Wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan. Dengan mengungkapkan
secara mendalam komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi
terkena dampak penting usaha dan atai kegiatan. Kemudian komponen
lingkungan hidup yang memiliki arti ekonomi dan erti ekologis perlu
mendapat perhatian;

Universitas Sriwijaya
6

2. Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber daya alam yang ada di
wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan baik yang sudah dan yang akan
dimanfaatkan maupun yang masih dalam bentuk potensi. Penyajian kondisi
sumber daya alam ini perlu dikemukakan dalam peta dan atau dengan lanel
dengan skala memadai dan bila perlu harus dilengkapi dengan diagram
gambar, grafik atau foto.

Berikut ini beberapa contoh komponen lingkungan hidup yang dapat dipilih
untuk ditelaah sesuai hasil pelingkupan dalam AMDAL,
1. Fisik Kimia
Komponen fisik kimia yang penting untuk ditelaah diantaranya,
a. Iklim, kualitas udara, dan kebisingan
1). Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, kelembaban curah hujan dan
jumlah air hujan, keadaan angin, serta intensitas radiasi matahari.
2). Data periodik bencana, seperti sering terjadi angin ribut, banjir bandang
diwilayah studi rencana usaha.
3). Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang
mewakili wilayah studi tersebut.
4). Pola iklim mikro pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum
maupun pada kondisi cuaca buruk.
5). Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah studi
rencana usaha.
6). Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode
kejadiannya.

b. Fisiografis
1). Topografi bentuk lahan (morfologi) struktur geologi dan jenis tanah.
2). Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan stabilitas tanah.
3). Keunikan, keistimewaan, dan kerawanan bentuk-bentuk lahan dan
bantuan secara geologis.

c. Hidrologi
1). Karakteristik fisik sungai, danau, dan rawa.
2). Rata-rata debit dekade, bulan, tahunan, atau lainnya.

Universitas Sriwijaya
7

3). Kadar sedimentasi (lumpur) tingkat erosi.


4). Kondisi fisik daerah resapan air, permukaan dan air tanah.
5). Fluktuasi, potensi, dan kualitas air tanah.
6). Tingkat penyediaan dan kebutuhan pemanfaatan air untuk keperluan
sehari-hari dan industri.
7). Kualitas fisik kimia dam mikrobiologi air mengacu pada mutu dan
parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.

d. Ruang, lahan, dan tanah


1). Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana
usaha yang diajukan dan kemungkinan potensi pengembangan dimasa
datang.
2). Rencana tata guna tanah dan SDA lainnya yang secara resmi atau
belum resmi disusun oleh pemerintah setempat.
3). Kemungkinan adanya konflik yang timbul antara rencana tata guna
tanah dan SDA lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya
pemilikan atau penentuan lokasi bagi rencana usaha.
4). Inventarisasi estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi
yang ada diwilayah studi rencana usaha.

2. Biologi
Komponen biologi yang penting untuk ditelaah diantaranya,
a. Flora
1). Peta zona biogeoklimati dari vegetasi yang berada diwilayah studi
rencana usaha.
2). Jenis-jenis dan keunikan vegetasi dan ekosistem yang dilindungi
undang-undang yang berada dalam wilayah studi rencana usaha.
b. Fauna
1). Taksiran kelimpahan fauna dan habitatnya yang dilindungi undang-
undang dalam wilayah studi rencana usaha.
2). Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang
dianggap penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan
makanan atau sumber hama dan penyakit.

Universitas Sriwijaya
8

3). Perikehidupan hewan penting diatas termasuk cara perkembangbiakan


dan cara memelihara anaknya perilaku dalam daerah teritorinya.

3. Sosial
Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya,
a. Demografi
1). Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata
pencaharian, pendidikan, dan agama.
2). Tingkat kepadatan penduduk.
3). Pertumbuhan (tingkat kelahiran dan kematian bayi).
4). Tenaga kerja.

b. Ekonomi
1). Ekonomi rumah tangga.
2). Ekonomi sumber daya alam.
3). Perekonomian lokal dan regional.

c. Budaya
1). Kebudayaan.
2). Proses sosial.
3). Pranata sosial/kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi.
4). Warisan budaya
5). Kekuasaan dan kewenangan.
6). Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha.
7). Adaptasi ekologis.

d. Kesehatan masyarakat
1). Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
2). Proses dan potensi terjadinya pemajanan.
3). Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit.
4). Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko.
5). Sumber daya kesehatan.
6). Kondisi sanitasi lingkungan.
7). Status gizi masyarakat.

Universitas Sriwijaya
9

2.3 Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya (Permen
ESDM No. 26 Tahun 2018). Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki
atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi
secara optimal sesuai peruntukannya (Peraturan Menteri Kehutanan No. 60 Tahun
2009)

2.3.1. Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi


Untuk mengendalikan dampak negatif kegiatan penambangan, sekaligus
mengupayakan pembangunan sektor pertambangan berwawasan lingkungan,
maka kegiatan penambangan yang berdampak besar dan penting diwajibkan
mengikuti peraturan perundangan yang mengatur pengendalian dampak negatif
penambangan. Kewajiban pelaksanaan kegiatan reklamasi pasca penambangan di
wilayah negara Indonesia, berdasarkan pada peraturan-peraturan yaitu,
1. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor. P.60/Menhut-
II/2009 Tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan..
2. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor. P. 4/ Menhut-II/
2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
3. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.
1827 K/ 30/ MEM/ 2018 Lampiran VI. Tentang Pedoman Pelaksanaan
Reklamasi dan PascaTambang Serta Pasca Operasi Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
4. Pasal 3 dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 26
Tahun 2018 Tentang Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP
Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan
Usaha Pertambangan wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.

2.3.2. Perencanaan Reklamasi


Perencanaan merupakan salah satu fungsi untuk mengatur yang harus
dijalankan oleh sebuah organisasi, disamping fungsi lainnya yaitu
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebagai penentuan tujuan dan
sasaran kegiatan yang ingin dicapai (Rusniati, 2014). Pada perencanaan kegiatan

Universitas Sriwijaya
10

reklamasi meliputi penatagunaan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi,


revegetasi dan penyelesaian akhir.
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam kegiatan
reklamasi yaitu,
1. Persiapan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
2. Luas area yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
3. Pemindahan dan penempatan tanah pucuk pada tempat tertentu.
4. Pengembalian dan perbaikan kandungan bahan beracun hingga mencapai
tingkat aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
5. Pengembalian lahan seperti keadaan semula yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
6. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
7. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
8. Penggemburan tanah atau penanaman tanaman pionir yang akarnya mampu
menembus tanah yang keras.
9. Penanaman kembali lahan bekas tambang jenis tanaman yag sesuai dengan
rencana rehabilitasi.
10. Mencegah masuknya hama.
11. Memantau dan mengelola area reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan

2.3.3. Tahap- Tahap Reklamasi


Sebelum melakukan kegiatan reklamasi perlu diketahui sebelumnya
beberapa tahapan dari kegiatan reklamasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral No. 1827 K/ 30/ MEM/ 2018, Adapun tahapan-tahapan
dari kegiatan reklamasi tersebut yaitu,
1. Persiapan lahan
2. Penatagunaan lahan
3. Pengendalian erosi dan sedimentasi
4. Revegatasi
5. Pemeliharaan

Universitas Sriwijaya
11

2.3.3.1. Persiapan Lahan


Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar
dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki.
Perencanaan reklamasi disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan
merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan.
Persiapan lahan termasuk dalam perencanaan reklamasi yang perlu diperhatikan.
Adapun pekerjaan persiapan lahan sebagai berikut (Fandeli, C., 1999):
1. Pengamanan lahan bekas tambang meliputi:
a. Pemindahan atau pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak
digunakan di lahan yang akan direklamasi.
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan
berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton scrap pada tempat khusus
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan permanen
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan
direklamasi
2. Pengaturan/penempatan low grade
Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang berkadar
rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila
ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dimanfaatkan.

2.3.3.2. Penatagunaan Lahan


Kegiatan penataan lahan meliputi kegiatan pengisian kembali lubang bekas
tambang, penataan permukaan tanah, kestabilan lereng, dan penaburan tanah
pucuk (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 60 Tahun 2009).
Lahan yang telah di timbun menjadi datar kembali. Jika ada beberapa lubang yang
tidak dapat ditutup, dapat dijadikan sebagai kolam budidaya ikan, cadangan air,
dan wisata air. Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan
mudah menembus tanah dan mendapatkan unsur hara yang diperlukan dengan
baik, diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan.
Kegiatan penatagunaan lahan diantaranya adalah menata bentuk lahan
menjadi lahan yang tertata, dan diarahkan sesuai dengan penggunaaan lahan
selanjutnya. Kegiatan penataan lahan terdiri dari kegiatan penataan tanah hasil

Universitas Sriwijaya
12

pengupasan, yang terdiri dari tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup
(overburden). Adapun kegiatan penataan lahan antara lain sebagai berikut:
1. Pengaturan bentuk lereng
a. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air
larian (run-off), erosi dan sedimentasi serta longsor.
b. Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk teras-teras.
2. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
a. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) ini dimaksudkan untuk
mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi
kerusakan lahan.
b. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan
(topografi) dan luas areal yang direklamasi.
3. Penebaran tanah pucuk
Proses reklamasi dilakukan dengan cara pengembalian lapisan tanah pucuk
(top soil) dari daerah penimbunan ke daerah yang hendak dilakukan revegetasi.
Kegiatan penebaran tanah pucuk memperhitungkan beberapa faktor, diantaranya
menghitung luas pengelolaan tanah pucuk yang dipindahkan harus sesuai dengan
perencanaan reklamasi.

2.3.3.3. Pengaturan Saluran Pembuangan Air


Saluran Pembuangan Air (SPA) adalah saluran air yang dibuat tegak
lurus arah kontur dengan ukuran tertentu (sesuai dengan keadaan curah hujan,
kemiringan lahan, kecepatan air meresap ke dalam tanah/ jenis tanah) yang
diperkuat dengan gebalan rumput (Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia No. 60 Tahun 2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan saluran drainase adalah
sebagai berikut :

1. Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan
luas permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Curah hujan merupakan salah
satu faktor penting dalam suatu sistem drainase, karena besar kecilnya curah
hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air limpasan. Curah hujan 10 mm
berarti tinggi hujan yang jatuh pada areal seluas 1 m2 adalah 10 liter. Angka-

Universitas Sriwijaya
13

angka curah hujan yang diperoleh, sebelum diterapkan dalam rencana


pengendalian air permukaan harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data curah
hujan meliputi :
a. Curah Hujan Rencana untuk Periode Ulang Hujan Tertentu
Periode ulang hujan adalah perkiraan hujan maksimum yang terjadi
dalam kisaran n tahun (Soewarno, 1995). Periode ulang hujan dapat dijadikan
perhitungan dalam perencanaan penyaliran tambang. Jika suatu data curah
hujan mencapai harga tertentu (x) yang diperkirakan terjadi satu kali dalam n
tahun, maka n tahun dapat dianggap sebagai periode ulang dari x. Perhitungan
periode ulang dapat dilakukan dengan Metode Extreem Gumbel atau lebih
lazim disebut Metode Gumbel. Metode Gumbel merupakan teori harga
ekstrim untuk menunjukan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X1, X2,
X3, ..., Xn, dimana sample-samplenya sama besar, dan X merupakan variable
berdistribusi eksponensial. Persamaan Gumbel untuk mendapatkan perkiraan
curah hujan dapat dilihat pada persamaan dibawah ini adalah:

Xt = X̅ + k.S ... (2.1)

k =
Yt  Yn  ... (2.2)
Sn

Keterangan:
Xt = Prediksi Curah Hujan
X̅ = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan
k = Reduced variate factor
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standart deviation
S = Standart deviation

Nilai curah hujan maksimum rata-rata (x) dapat dihitung dengan persamaan
(Soewarno, 1995):

Universitas Sriwijaya
14

𝑋𝑖
X̅ = ... (2.3)
𝑛

Keterangan:
Xi = Curah hujan maksimum pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan

Dalam menentukan besarnya prediksi hujan maka harus dikretahui terlebih


dahulu nilai Yt, Yn, dan Sn.

1). Reduced Variate (Yt)


Untuk menghitung nilai reduce variate dapat menggunakan persamaan
berikut (Soewarno,1995):

... (2.4)

Keterangan :
Yt = Reduced Variate
T = Periode ulang (tahun)

2). Reduced Mean atau Koreksi Rata-rata (Yn)


Untuk menghitung nilai reduce Mean dapat menggunakan persamaan
berikut (CD. Soemarto. 1987)

... (2.5)

Keterangan :
n = Jumlah data yang digunakan
m = Urutan data (m = ,2,3,…) dari terbesar ke terkecil

3). Reduce Standard Deviation atau Koreksi Simpangan (Sn)


Untuk menentukan nilai Reduce Standard Deviation, Sama halnya
mencari nilai Reduced Mean untuk mendapatkan nilai Reduce Standard

Universitas Sriwijaya
15

Deviation dilihat dari banyaknya data curah hujan yang digunakan. Jumlah
data curah yang dibutuhkan untuk mengolah data pada persamaan gumbel
minimal 10 tahun.
Besarnya simpangan baku (S) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (Soewarno, 1995):

2
𝑥− X
S= ... (2.6)
𝑛−1

Keterangan:
x- X̅ = Curah hujan maksimum dikurang curah hujan maksimum rata-rata
n = Jumlah data

b. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu
kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Soewarno, 1995). Data intensitas curah
hujan diperlukan dalam menghitung jumlah air limpasan.
Untuk menghitung intensitas curah hujan per jam dapat digunakan
persamaan monnonobe yaitu sebagai berikut (Soewarno, 1995):

2/3
R  24 
I = 24   ... (2.7)
24  t 

Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Lama hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm/hari)

c. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luas permukaan daerah
yang apabila terjadi hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah

Universitas Sriwijaya
16

yang lebih rendah menuju titik pengaliran (Soewarno, 1995). Air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah
(infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sebagian lagi
akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ke tempat yang
lebih rendah.

2. Debit Limpasan (Run Off)


Limpasan adalah semua air yang mengalir di permukaan tanah akibat hujan,
yang bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah,
memperlihatkan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.
(Gautama, 1999).
Koefisien limpasan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor- faktor
tutupan tanah, kemiringan lahan, intensitas hujan dan lamanya hujan. Koefisien
ini merupakan suatu konstanta yang menggambarkan dampak proses infiltrasi,
penguapan dan intersepsi pada daerah tersebut. Pehitungan debit limpasan, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Gautama,1999):

Q = 0,278 x C x I x A ... (2.8)

Keterangan :
Q = Debit limpasan (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 2.4)
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m2)

Penentuan koefisien limpasan di daerah penambangan dipengaruhi oleh


jenis material nya , dimana tiap jenis material nya mempunyai koefisien limpasan
yang berbeda. Terdapat enam klasifikasi untuk penentuan koefisien limpasan di
daerah penambangan antara lain lapisan batubara (coal seam), jalan
pengangkutan, dasar pit dan jenjang (pit floor and bench), lapisan tanah penutup
(fresh overburden), lapisan tanah penutup yang ditanam (revegeted overburden),
dan hutan (forest). Klasifikasi koefisien limpasan dapat kita lihat pada tabel
dibawah ini (Tabel 2.4).

Universitas Sriwijaya
17

Tabel 2.1. Harga koefesien limpasan daerah tambang (Hofedank and Gold dalam
Gautama, 1999)

Jenis Material C

Lapisan batubara (coal seam) 1,00

Jalan pengangkutan 0,90

Dasar pit dan jenjang ( pit floor and bench) 0,75

Lapisan Tanah penutup (fresh overburden) 0,65

Lapisan tanah penutup yang ditanami (revegeted overburden) 0,55

Hutan (natural rain forest) 0,50

3. Kapasitas Saluran
Kapasitas Saluran adalah daya tampung suatu saluran untuk menampung Run
Off pada suatu daerah. Hal yang perlu diketahui dalam pembuatan saluran
penyaliran adalah lebar dasar saluran (b), tinggi Saluran (H), lebar permukaan
saluran (L), tinggi air (h), dan tinggi Jagaan (F).
Kapasitas saluran dapat ditentukan dengan rumus Manning. Perhitungan
kapasitas rencana pengaliran suatu saluran berdasarkan rumus Manning
(Soewarno, 1995).

Q=AxV ... (2.9)

V = 1/n x R2/3 x S1/2 ... (2.10)

Q = A x 1/n x R2/3 x S1/2 ... (2.11)

Keterangan:
Q = Debit aliran dalam saluran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/det)
n = Koefisien kekasaran manning (Tabel 2.5)

Universitas Sriwijaya
18

R = Jari-jari hidraulik (m)


S = Kemiringan dasar saluran
P = Keliling basah

Tabel 2.2. Koefiisien Manning (Soewarno, 1995)

Tipe Dinding Saluran n

Semen 0,010 – 0,014

Beton 0,011 – 0,016

Bata 0,012 – 0,020

Besi 0,013 – 0,017

Tanah 0,020 – 0,030

Gravel 0,022 – 0,035

Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040

Perhitungan dimensi (Gambar 2.1) saluran dapat ditentukan menggunakan


rumus sebagai berikut (Soewarno, 1995) :

A = (b + m h) h = (h + 1,5 h) h = 2,5 h2 ... (2.12)

P = b + 2 h V (1 + 1,52) = 4,606 h ... (2.13)

R = A/P = 2,5 h2 / 4,606 h = 0,5 h ... (2.14)

B = b + 2m . h ... (2.15)

F = 25 % h ... (2.16)

H=h+F ... (2.17)

L = B + h (z1 + z2) ... (2.18)

Keterangan:
A = Luas Penampang
P = Keliling Basah

Universitas Sriwijaya
19

R = Jari – Jari Hidrolis


b = Lebar Dasar Saluran
F = Tinggi Jagaan
L = Lebar permukaan saluran
H = Perhitungan Tinggi Saluran

(a) Trapesium (b) Persegi

(c) Segitiga (d) Setengah Lingkaran

Gambar 2.1. Jenis Penampang Saluran (Soewarno, 1995)

2.3.3.4. Penebaran Tanah Pucuk


Tanah pucuk (top soil) adalah lapisan tanah bagian atas yang banyak
mengandung unsur hara yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman (Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 60 Tahun 2009). Tanah pucuk
mengandung banyak unsur hara yang diperlukan oleh tumbuh- tumbuhan, oleh
karena itu keberadaan tanah pucuk dalam kegiatan reklamasi sangatlah
dibutuhkan. Penggunaan tanah pucuk dapat dilakukan dengan cara:

1. Sistem penyebaran tanah


Cara ini dilakukan apabila jumlah lapisan tanah pucuk yang tersedia cukup
banyak. Sebelum di reklamasi areal terlebih dahulu diratakan sehingga
mempermudah penyebaran dan penanaman. Ketebalan sebaran lapisan tanah
pucuk diatur dengan merata sehingga diharapkan lahan bekas penambangan
dapat mendekati keadaan semula. Ketebalan lapisan tanah pentutup yang
dianjurkan minimal 0,15 m dan maksimal 2 m .

Universitas Sriwijaya
20

2. Sistem guludan
Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis
kontur atau memotong lereng. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25 – 30 cm dengan
lebar dasar sekitar 30 – 40 cm. Jarak antara guludan tergantung pada kecuraman
lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Semakin curam lereng,
semakin pendek jarak guludan; semakin peka tanah terhadap erosi semakin
pendek jarak lereng; dan semakin tinggi erosivitas hujan, semakin pendek jarak
lereng.

3. Sistem pot/ubang tanam


Sistem ini dilakukan apabila jumlah hasil pengupasan tanah pucuk yang
tersedia relatif kecil atau terbatas. Kegiatan yang dilakukan ialah membuat lubang
tanam/pot dengan dimensi dan jarak tanam disesuaikan dengan kriteria tanam
revegetasi untuk tumbuh.

2.3.3.5. Kriteria Penatagunaan Lahan


Penatagunaan lahan merupakan uraian mengenai rencana kegiatan
penatagunaan lahan pada lahan bekas tambang dan di luar bekas tambang,
meliputi lokasi dan luas serta uraian mengenai jenis, lokasi asal material dan
volume material pengisi (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 26 Tahun 2018). Umumnya lahan yang telah selesai dilakukan
penambangan secara fisik tidak layak ditanami karena permukaan lahan tersebut
tidak teratur, adanya lubang-lubang bekas galian, atau bukit-bukit kecil yang
ditinggalkan. Kondisi fisik ini harus ditata terlebih dahulu dengan dilakukannya
suatu rencana penatagunaan lahan agar lahan bekas tambang tersebut dapat
kembali produktif sesuai peruntukannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018, ada beberapa kriteria
penatagunaan lahan diantaranya:

1. Penataan permukaan tanah dan penimbunan kembali lahan bekas tambang.

2. Penyebaran tanah zona pengakaran.

3. Pengendalian erosi dan pengaturan aliran air.

Universitas Sriwijaya
21

2.3.3.6. Perhitungan Volume Overburden


Menurut Basuki (2006), dalam perencanaan rekayasa, penentuan volume
tanah adalah suatu hal yang sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan
pondasi, galian dan timbunan, perhitungan volume tubuh bendung dan lain-lain,
tanah harus digali dan dibuang ke tempat lain atau sebaliknya harus diambil dari
tempat lain untuk ditimbun di lokasi proyek. Semua kegiatan ini, menggali,
mengangkut dan menimbun serta memadatkannya membutuhkan biaya yang
cukup besar. Biaya tersebut dapat dirancang apabila dalam perencanaan dapat
menghitung lebih dahulu berapa volume tubuh tanah yang dibutuhkan atau yang
harus dipindahkan secara tepat.

2.3.3.7. Alat yang Digunakan


Proses penatagunaan lahan diperlukan alat berat yaitu, perataan lahan
digunakan alat berupa bulldozer sedangkan untuk pembuatan saluran drainase
digunakan excavator.

1. Bulldozer
Menurut Musa (2013), produksi bulldozer dihitung ketika mendorong tanah
dengan gerakan-gerakan yang teratur, misalnya pada penggalian selokan,
pembuatan jalan raya, penimbunan kembali (backfilling) dan penumpukan atau
penimbunan (stock filling). Perhitungan produktivitas dari bulldozer dapat dilihat
pada persamaan 2.20.

P= ... (2.19)

Keterangan:
P = Kapasitas Produksi (bcm/jam)
KB = Kapasitas blade (m3)
FK = Faktor koreksi
= Faktor Blade x Faktor efisiensi kerja x faktor pengembangan
CT = Cycle time ( menit)

Universitas Sriwijaya
22

2. Excavator
Penentuan perencanaan saluran drainase pada suatu lahan dalam
pelaksanaannya diperlukan alat berat yaitu salah satunya excavator. Oleh karena
itu maka diperlukan perhitungan produktivitas dari excavator tersebut. Menurut
Musa (2013) , produktivitas alat gali muat, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.21.

Q= ...(2.20)

Keterangan:
Q = Produktivitas alat muat (bcm/jam)
B = Kapasitas bucket (m3)
Fb = Faktor bucket
Sf = Swell Factor
Eff = Efisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat muat (detik)

2.3.3.8. Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 60 Tahun 2009). . Revegetasi lahan tambang mengacu kepada dokumen
perencanaan seperti:
1. Dokumen AMDAL.
2. Dokumen Penutupan Tambang.
3. Dokumen Jaminan Reklamasi.
4. Dokumen RKTTL.

Sebelum pelaksanaan revegetasi terlebih dahulu perlu memperhatikan hal-


hal dalam memilih jenis tumbuhan, selain dipilih jenis tanaman lokal (sebelum
dilakukan kegiatan penambangan) yang sesuai dengan iklim dan kondisi, tetapi
perlu juga dipilih dan dicoba jenis tanaman lain yang dapat berproduksi dan sesuai
dengan jenis atau kondisi tanah, baik itu unsur-unsur hara dalam tanah maupun

Universitas Sriwijaya
23

pH tanah. Kemudian dilakukan cara penanaman kembali pada lahan bekas


penambangan. Dalam hal ini untuk kegiatan revegetasi perlu memperhatikan
antara jenis tanaman yang dipilih dan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi
lahan, agar kriteria keberhasilan reklamasi dapat tercapai. Apabila pemilihan
tanaman tepat dan sesuai terhadap kondisi lahan yang akan direklamasi, maka:

1. Tanaman dapat tumbuh dengan baik


2. Persentase tumbuh tanaman yang diinginkantercapai
3. Jumlah tanaman tiap Hektar memenuhi target
4. Kombinasi jenis tanaman sesuai serta kesehatantanaman baik

Jika hal tersebut terlaksana maka keberhasilan reklamasi pada aspek


revegetasi dapat dikatakan berhasil karena telah sesuai dengan kriteria
keberhasilan reklamasi yang ditetapkan .

2.3.3.9. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan dalam kegiatan reklamasi sangat penting, karena apabila
pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik, maka akan berdampak kepada tingkat
keberhasilan reklamasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pascatambang, pemeliharaan hasil reklamasi meliputi pemupukan tanaman,
perawatan tanaman, dan pemberian obat–obatan (pestisida). Hal ini dilakukan
agar kondisi tanaman dapat selalu baik sampai dengan terakhir saat penyerahan
hasil reklamasi terhadap pemerintah.

2.3.4. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang


Di bekas daerah pertambangan dapat dijadikan lahan perkebunan sehingga
menjadi produktif. Tanaman atau tumbuhan yang dipilih adalah yang bisa
menguatkan tanah namun pada saatnya nanti bisa bernilai ekonomis. Jadi selain
lahan bekas tambang menjadi berangsur pulih karena adanya vegetasi, pada
saatnya nanti akan memberikan penghasilan kepada masyarakat sekitar.
Tumbuhan yang bisa di tanam di lahan bekas tambang antara lain, sengon, lada
dan karet. (Parascita ,2015)

Universitas Sriwijaya
24

2.3.4.1. Pohon Sengon


Penanaman pohon sengon di berbagai daerah di Indonesia tentunya bukan
tanpa alasan. Selain karena pertumbuhannya yang relatif cepat, pohon sengon juga
menyimpan berbagai manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Berikut ini merupakan
tahapan penanaman sengon (Parascita,2015)
1. Persiapan Tanam
Penanaman sengon diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan
lubang tanam. Jarak tanam ditentukan 4x4 meter, dan ditandai dengan
pemasangan ajir dari bambu. Pada tempat inilah hendak di buat lubang tanam.
Adapun ukuran tiap lubang adalah panjang 80 cm, lebar 80 cm, dan dalamnya 80
cm. Ketika membuat lubang, tanah cangkulan bagian atas (20-25 cm) dan bagian
bawah (5-10 cm) di pisahkan. Pada tanah-tanah cangkulan tersebut diberikan
pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang di lakukan satu bulan sebelum tanam,
dan kebutuhannya 20 ton/hektar. Dua minggu sebelum masa tanam, tanah bekas
cangkulan dimasukan kembali kedalam lubang seperti sediakala. Tanah cangkulan
bagian bawah dikembalikan ke bagian bawah, dan tanah cangkulan bagian atas
juga dikembalikan kebagian atas.
2. Cara Tanam
Sengon sebaiknya ditanam pada awal musim penghujan, atau pada bulan
november-desember, karna bibit tanaman ini cukup peka terhadap kekeringan.
Namu boleh saja bibit sengon ditanam diluar musim penghujan. Dalam hal ini,
tentu saja membutuhkan penyiraman pagi dan sore. Sedangkan cara tanamnya
adalah sebagai berikut: tanah pada lubang tanam tadi di gali kembali sesuai
kebutuhan besarnya bibit sengon. Lalu, kantong plasik bibit sengon disobek dan
dibuang. Masukan bibit sengon beserta tanahnya kedalam lubang tanam, lantas
tanah bekas galian ditimbunkan dan dipadatkan.
Sesudah bibit sengon ditanam, tidak berarti seluruh pekerjaan selesai. Dalam
kenyataan, sering kali pengusahaan sengon tidak memperhatikan segi
pemeliharaannya. Akibatnya sudah dapat diduga, yakni produksi kayu sengon
yang didapatkan pastilah dibawah rata-rata.
Untuk memperoleh produksi dan mutu kayu sengon yang sesuai dengan
harapan kita, tindakan pemeliharaan tidak boleh dilupakan. Tidak jauh berbeda

Universitas Sriwijaya
25

dengan manusia, yang sejak bayi perlu dirawat secara baik, demikian pula
tanaman pada umumnya – termasuk sengon – mutlak membutuhkan
pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman sengon meliputi: penyulaman, penyiangan,
pemupukan, penjarangan, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan ke
kebun sengon. Bila ditemukan pertumbuhan sengon yang layu, atau malah sudah
mati, secepatnya dilakukan penyulaman. Agar pertumbuhan bibit sulaman itu
tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, sebaiknya dipilih bibit yang baik
disertai pemeliharaan yang intensif. Penyulaman ini berguna untuk mengetahui
jumlah tanaman yang sesungguhnya, dan nantinya digunakan untuk memprediksi
produk sengon yang dihasilkan.
2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman sengon hendaknya
dibersihkan, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur-unsur hara dapat
berjalan secara optimal. Disamping itu, tindakan penyiangan juga dimaksudkan
untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput
atau gulma lain sebagai sebagai tempat persembunyian, sekaligus untuk memutus
daur hidupnya.
Pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman, tindakan penyiangan
merupakan hal yang amat penting untuk dilakukan, agar pertumbuhan tanaman
sengon tidak kerdil atau terhambat. Penyiangan selanjutnya dilakukan pada awal
maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang
tumbuh.
3. Pemupukan
Untuk mendapatkan produksi kayu sengon yang sesuai dengan harapan kita,
tidak ada salahnya jika kita memanfaatkan jasa pemupukan. Selain pupuk
kandang yang telah diberikan pada saat pembuatan lubang tanam, juga disusul
dengan penggunaan pupuk anorganik.
4. Penjarangan
Tujuan penjarangan adalah untuk memberikan kesempatan tumbuh lebih
leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Biasanya penjarangan dilakukan pada

Universitas Sriwijaya
26

saat tanaman berumur 3 tahun, karena tajuknya sudah merapat. Penjarangan ini
dapat menghasilkan tambahan pendapatan, karena batang sengon sudah mencapai
diameter sekitar 10-15 cm, sehingga dapat digunakan bahan baku pembuatan
kertas.
Cara penjarangan, pohon-pohon sengon ditebang menurut sistem “untu
walang” (gigi belalang) yakni:dengan menebang selang satu pohon pada tiap
barisan dan lajur penanaman.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dari sekitar 12 jenis penyakit sengon, hanya dua yang perlu diwaspadai; karat
puru (kankernya sengon) dan ulat penggerek (uter). penyakit dan hama lainnya
seperti kambing, serbuan ribuan ulat, jamur nyaris lebih mudah ditanggulangi.
bahkan serbuan ribuan ulat yang sampai menghabiskan daun sampai 100% juga
tidak perlu dirisaukan.

2.3.4.2. Tumbuhan Lada


Budidaya lada di lahan bekas tambang dilakukan dengan penanaman sistem
pot dengan perlakuan meliputi penggunaan ukuran libang tanam besar (80 x 80 x
60) cm dan (60 x 60 x 60) cm, dengan dan tanpa penanaman tanaman bioremedial
(kenaf), dan perlakuan jamur maupun tanpa diberi jamur mikoriza. Semua
perlakukan menggunakan bahan tanaman unggul (Petaling 1), dengan tiang panjat
hidup tanaman gliricidia, dan diberi pupuk kandang. (Guphita,2016)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanaman lada dapat berkembang
dengan baik, pertumbuhan tanaman lada cukup bagus meskipun tidak merata
namun musim kering yang cukup panjang pada awal pertumbuhan, tetap
berpengaruh dan menyebabkan pertumbuhan tanaman lada kurang optimal.
Pemberian pupuk kandang cukup membantu memperbaiki kesuburan tanah.
Penggunaan lobang tanam besar (80 x 80 x 60) cm dengan diberi tanaman
kenaf menghasilkan pertumbuhan dan jumlah tandan buah lada lebih baik
dibanding perlakuan lain. Pemberian kenaf dilakukan dengan menanam kenaf di
sekeliling lobang tanam lada hingga berumur 30 hari atau setinggi kurang lebih 1
meter, kemudian tanaman dipotong dan direbahkan di sekitar perakaran lada.
Tanaman lada yang ditanam pada kawasan bekas tambang mempunyai kandungan

Universitas Sriwijaya
27

logam berat Pb dan Cd sangat rendah, terutama pada buahnya sehingga aman
untuk dikonsumsi.
2.3.4.3. Tumbuhan Karet
Dalam perencanaan pengembangan perkebunan karet di lahan bekas
penambangan hal yang harus diperhatikan antara lain : (Guphita,2016)
1. Lahan dan Agroklimat
Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung
produktifitas karet. Agar memperoleh pertumbuhan dan produktifitas yang baik,
tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut;
a. Tanah
Tanah latosol dan aluvial bisa dikembangkan untuk penanaman karet
Kadar keasaman (pH) 5-6. Dapat tumbuh di ketinggian 1 - 600 m diatas
permukaan laut
b. Iklim
Dapat tumbuh dengan baik pada 15deg LU - 10deg LS.Suhu udara 25o
sampai 30o C. Curah hujan optimal 2000-2500 mm/tahun
2. Kualitas dan Standar Mutu Benih
Kualitas dan standar mutu benih harus diperhatikan mulai dari biji untuk
batang bawah sampai bibit karet yang siap ditanam dilapang (klon).
a. Biji batang bawah
Berasal dari pohon induk yang berumur minimal 10 tahun dan berasal dari
klon diketahui pasti. Biji masih segar, bernas, mengkilat, tidak berlobang dan
tidak cacat.
b. Biji yang sudah disemai dan akan dipindahkan ke pembibitan.
Telah berkecambah sebelum hari ke-22, akar tunggang kecambah lurus,
biji bebas hama dan penyakit
c. Bibit batang bawah untuk okulasi
Pertumbuhan bibit relatif seragam, sudah mencapai diameter batang
tertentu untuk diokulasi hijau atau coklat.
d. Mata okulasi entre
Berasal dari kebun kayu okulasi (kebun entres) yang sudah dimurnikan,
terawat baik dan sehat.

Universitas Sriwijaya
28

e. Bahan tanam dalam polybag


Tinggi daun payung pertama diukur dari pertautan okulasi sampai titik
tumbuh >25 cm dan diameter minimal 8 mm diukur pada ketinggian 10 cm
dari pertautan okulasi. Daun hijau segar dan sehat.
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dimulai dengan cara penebangan/pembabatan pohon-pohon
besar dan alang-alang dengan herbisida dan membasmi sisa penyakit dengan
fungisida.
a. Tanah dengan dengan kemiringan diatas 10deg dibuat teras, lebar teras
minimal 1.5 m, jarak antar teras 6 untuk jarak tanam (6x3) m. Pada tanah
yang landai dibuat rorak yang berguna untuk mencegah erosi dan sabagai
aliran air.
b. pemancangan dilakukan dengan jarak tanam dan kerapatan pohon yang
diinginkan. Untuk kerapatan per Ha 550 pohon maka jarak tanam adalah
6 x 3 meter.
c. Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam. Pada titik
pancang dibuat lobang tanam dengan ukuran minimal 40 cm x 40 cm x
40 cm.
d. Sebelum penanaman dilakukan pemupukan untuk memacu pertumbuhan
akar karet yang baru ditanam.

4. Penanaman
Bibit karet dalam polybag yang siap ditanam kelapang ditandai dengan
payung daun terakhir sudah tua. Penanaman dilakukan dengan cara kantong
polybag dibuka, bibit diletakkan ditengah-tengah lubang tanam, kemudian
ditimbun dengan tanah. Penanaman sebaiknya dilakukan saat musim hujan.
Apabila ditanam pasa musim panas sebaiknya lubang tanam disiram dahulu.

5. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam harus diperiksa setiap 1-2 minggu. Bibit yang mati
segera disulam agar populasi tanaman dapat dipertahankan.

6. Pembuangan tunas palsu dan tunas cabang

Universitas Sriwijaya
29

Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas palsu
ini harus dibuang sebelum berkayu. Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh
pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2.75 - 3 m. Pemotongan tunas
cabang dilakukan sebelum tunas berkayu.

7. Pembentukan Percabangan
Pembentukan dan perangsangan percabangan dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti penyanggulan, pengguguran daun, pengikatan batang,
pembuangan ujung tunas, pemenggalan ujung batang dan pengeratan batang.
Cara yang dianjurkan adalah dengan penyanggulan.

8. Penanaman Tumpang Sari


Tumpangsari bertujuan meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko
rendahnya harga pada suatu komoditas, dan memberikan pendapatan pada masa
sebelum produksi.

9. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan matang sadap.
Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat pergantian musim dari musim
penghujan ke musim kemarau.

2.4 Rencana Biaya Reklamasi dan Penutupan Tambang


Berikut ini merupakan pembagian biaya dalam merencanakan reklamasi
menurut Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2018, biaya rencana reklamasi terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung.
2.4.1. Biaya Langsung
Menurut Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018, uraian mengenai biaya yang perlu dihitung
dalam penyusunan rencana biaya Reklamasi yang meliputi yang pertama biaya
penatagunaan lahan, terdiri dari biaya penataan permukaan tanah, penebaran tanah
pucuk, dan biaya pengendalian erosi serta pengelolaan air. Kedua, biaya
revegetasi terdiri dari biaya analisis kualitas tanah, pemupukan, pengadaan bibit,
penanaman, dan pemeliharaan tanaman. Ketiga, yaitu biaya pencegahan dan

Universitas Sriwijaya
30

penanggulangan air asam tambang. Keempat, yaitu biaya pekerjaan sipil sesuai
penuntukan lahan Pascatambang dan/atau biaya pemanfaatan lubang bekas
tambang terdiri atas biaya stabilitas lereng, pengamanan lubang bekas tambang,
pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dan lubang bekas
tambang sesuai dengan peuntukannya, dan pemeliharaan lubang bekas tambang.

2.4.2. Biaya Tidak Langsung


Menurut Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018, uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan
dalam perhitungan Reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan
menggunakan standar acuan yang ditentukan sebagai berikut:
1. Biaya mobilitas dan demobilitas alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung atau
berdasarkan perhitungan.
2. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2% sampai dengan 10% dari biaya
langsung.
3. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi
tahap operasi produksi sebesar 3% sampai dengan 14% dari biaya langsung.
4. Biaya supervisi sebesar 2% sampai dengan 7 % dari biaya langsung.

2.4.3. Total Biaya


Menurut Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018, uraian mengenai total biaya dari perencanaan
reklamasi ialah total biaya langsung ditambahkan dengan total biaya tidak
langsung dan penulisannya dibuat dalam mata uang rupiah.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PT. Walie Tampas Citratama Desa
Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Dimulai pada
tanggal 18 Agustus 2019 sampai dengan tanggal 16 September 2019. Berikut
uraian kegiatan yang dilakukan selama pelaksaan penelitian ( Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Kegiatan Selama Tugas Akhir


Minggu Ke-
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4

1 Persiapan

2 Survei Pendahuluan

3 Pengumpulan Data

4 Analisa

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan Akhir

3.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Penelitian tugas akhir dilaksanakan di PT. Walie Tampas Citratama, Desa
Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi Izin
Usaha Pertambangan (IUP) PT. Walie Tampas Citratama tempat dilaksanakannya
penelitian berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera
Selatan nomor : 790/SK/II/1995 tanggal 4 Oktober 1995 dengan luas wilayah 46,2
Ha. Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalur udara terlebih
dahulu dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit dari kota Palembang ke kota
Pangkal Pinang, lalu dilanjutkan melalui jalur darat dengan jarak lebih kurang 73
km menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh

31
Universitas Sriwijaya
32

kurang lebih 1 jam 23 menit. Adapun lokasi penelitian ditunjukkan pada gambar
berikut (gambar 3.1)

Gambar 3.1 Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Walie Tampas Citratama

3.2.1. Morfologi
Morfologi perbukitan bergelombang dengan pola aliran derintik dimana
sungai berhulu di pegunungan dan mengalir ke arah pantai. Ditinjau dari aspek
keteknikan, membagi kondisi bentang alam suatu daerah, menjadi beberapa kelas
atau satuan berdasarkan bentuk medan dan kemiringan lereng. Geomorfologi di
daerah penyelidikan adalah didominasi oleh bentuk perbukitan bergelombang
lemah- agak terjal dan sebagian lagi berupa dataran atau rawa. Bentuk perbukitan
bergelombang lemah terbentuk karena batuan yang ada adalah berupa batuan
berbutir halus yaitu batu pasir halus dan batu lempung yang bersifat lepas dan
mudah tererosi dengan sisipan timah.

3.2.2. Aktivitas Penambangan


Metode penambangan yang dipakai di PT. Walie Tampas Citratama adalah
metode tambang terbuka. Diawali dengan pembersihan lahan (Land clearing)

Universitas Sriwijaya
33

untuk membersihkan lahan dari pepohonan pepohonan yang ada di permukaan.


Selanjutnya dilakukan pengupasan tanah penutup (Overburden ). Umumnya jika
area tambang merupakan tailing bekas tambang maka pengupasan tanah penutup
tidak terlalu tebal. Selanjutnya penggalian pasir kuarsa. Aktivitas penggalian pasir
kuarsa menggunakan Excavator Kobelco SK 200. Lalu di muat ke dump truck.
Dump truck yang digunakan adalah HINO 100. Lalu pasir kuarsa di angkut ke
tempat pencucian (washing plant ). Di washing plant pasir kuarsa yang sudah
bersih di muat kembali ke dumpt truck untuk di angkut ke stockpile ataupun
langsung ke kapal tongkang.

3.3. Metode Penelitian


Dalam melakukan penelitian penulis membuat alur metodologi penelitian
agar memudahkan dalam pengambilan data dilapangan. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan menggabungkan antara teori- teori, data sekunder dan
data primer yang diperoleh dari lapangan. Adapun tahapan dari metode penelitian
tugas akhir ini antara lain studi literatur yang dibahas sesuai penelitian, observasi
lapangan dan pengambilan data yang diperlukan seperti data sekunder,
pengolahan dan analisis data. Serta memberikan kesimpulan dari penelitian dan
saran yang baik untuk perusahaan di masa yang akan datang.

3.3.1. Studi Literatur


Studi literatur dengan mempelajari referensi pustaka yang berhubungan
dengan penelitian ini yang bersumber dari jurnal, buku dan laporan penelitian.
3.3.2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke
lapangan terhadap kondisi yang ada dilapangan, kegiatan penambangan dan
kegiatan yang berhubungan dengan pengaruh kecepatan aliran air terhadap
recovery pencucian pasir kuarsa yang ada di PT. Walie Tampas Citratama,
Kepulauan Bangka Belitung.
3.3.3. Pengambilan Data
Pengambilan data merupakan kegiatan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir. Data yang dimaksud adalah sebagai
berikut :

Universitas Sriwijaya
34

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil atau diukur secara langsung di
lapangan yang masih berbentuh mentah seperti :
a. Data Luasan Area lahan bekas tambang.
b. Data Potret aktual lahan bekas area penambangan.
c. Data harga bibit dan sewa alat.
2. Data Sekunder
Data penunjang yang berasal dari literatur (kepustakaan) dan data perusahaan
yang menunjang dalam penelitian meliputi:
1. Data studi kelayakan tambang.
2. Data suhu dan curah hujan
3. Data kualitas pasir kuarsa.
4. Data WIUP dan IUP.

3.3.4. Pengolahan dan Analisa Data


1. Melakukan pemetaan lahan bekas penambangan pasir kuarsa, dan
mengelompokan daerah yang sudah ditambang, sedang ditambang, dan belum
ditambang.
2. Melakukan perhitungan luasan area lahan penambangan pasir kuarsa yang
sudah ditambang sehingga akan diketahui luasan daerah yang harus dilakukan
kegiatan reklamasi dengan menggunakan aplikasi minescape.
3. Melakukan analisis wilayah disekitar wilayah penambangan.
4. Melakukan perancangan kegiatan reklamasi yang akan dilakukan.
5. Merencanakan kegiatan persiapan lahan yang berupa pembongkaran sarana
dan prasarana pada lahan rencana area reklamasi.
6. Merencanakan kegiatan penatagunaan lahan yang berupa perataan lahan,
pengaturan saluran pembuangan air, dan penyebaran tanah pucuk.
7. Merencanakan kegiatan revegetasi yang berupa persiapan revegetasi,
penanaman dan pemeliharan tanaman serta pemantauan tanaman.
8. Menghitung rencana biaya yang akan dikeluarkan pada kegiatan reklamasi..

Adapun terdapat tabel berikut yang mencantumkan matriks penyelesaian


masalah dalam penelitian (tabel 3.2).

Universitas Sriwijaya
35

Tabel 3.2 Analisis dan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian


No. Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian
1. Bagaimana rona Menganalisis rona a. Melakukan analisis rona
awal lingkungan awal lingkungan awal lingkungan
pada lahan pada lahan berdasarkan keadaan
penambangan pasir penambangan pasir sekitar lahan
kuarsa ? kuarsa. penambangan. Dan
berdasarkan keterangan
warga sekitar.
b. Melakukan pemetaan
lahan bekas penambangan
pasir kuarsa, dan
mengelompokan daerah
yang sudah ditambang,
sedang ditambang, dan
belum ditambang.

2. Bagaimana rencana Merencanakan a. Melakukan perhitungan


reklamasi di lahan reklamasi di lahan luasan dan volume area
bekas penambangan bekas yang akan di reklamasi
pasir kuarsa ? penambangan pasir dan dilakukan program
kuarsa. pasca tambang
b. Merencanakan
penatagunaan lahan
dengan menyesuaikan
dengan kondisi yang ada
di lapangan
c. Merencanakan reklamasi
dengan
mempertimbangkan
keuntungan untuk semua
stakeholder
3. Bagaimana rencana Merencanakan a. Menghitung biaya
biaya reklamasi biaya reklamasi langsung dari rencana
lahan bekas lahan bekas reklamasi.
penambangan pasir penambangan pasir b. Menghitung biaya tidak
kuarsa di PT. Walie kuarsa langsung dari rencana
Tampas Citratama ? reklamasi.
c. Menghitung total biaya
yang terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak
langsung.

Universitas Sriwijaya
36

3.3.5. Kerangka Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, penulis membuat rangkaian tahapan
penelitian tugas akhir dan dibuat secara sistematis pada Gambar 3.2. berikut ini

Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Bekas Penambangan Pasir Kuarsa di PT. Walie Tampas
Citratama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Perumusah Masalah :
1. Bagaimana rona awal lingkungan pada lahan penambangan pasir kuarsa ?
2. Bagaimana rencana reklamasi di lahan bekas penambangan pasir kuarsa
3. Bagaimana rencana biaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa ?

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data primer berupa : Data sekunder berupa :


a. Data luasan area lahan bekas tambang. 1. Data studi kelayakan tambang.
2. Data cadangan dan kualitas pasir kuarsa.
b. Data potret aktual lahan bekas area 3. Data WIUP dan IUP.
penambangan. 4. Data suhu dan curah hujan.

c. Data harga bibit dan sewa alat

Proses analisis dan pengolahan data


1. Menganalisis rona awal lingkungan sebagai
referensi perencanaan pemanfaasan lahan
bekas tambang
2. Merencanakan reklamasi pada lahan bekas
penambangan pasir kuarsa dengan acuan data
yang didapat dari analisis lapangan maupun
data dari perusahaan.
3. Merencanakan biaya rencana reklamasi yang
terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak
langsung

Kesimpulan

Gambar 3.2 Kerangka Penelitian

Universitas Sriwijaya
41

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Rona Awal Lingkungan


Rona awal lingkungan digunakan sebagai referensi untuk menentukan
pemanfaatan lahan bekas tambang. Berdasarkan analisis dilapangan, maka
pemanfaatan lahan bekas tambang akan direncanakan penanaman pohon sengon.
Di lokasi penelitian yaitu di lahan penambangan PT. Walie Tampas Citratama
komponen –komponen dari rona awal lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Biologi
Komponen biologi pada rona awal di wilayah penelitian antara lain :
a. Flora
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, jenis tumbuhan
yang terdapat disekitar lahan penambangan PT. Walie Tampas Citratama
adalah sengon. Didapatkan informasi dari perusahaan bahwa pada saat lahan
penambangan belum dilakukan land clearing, lahan tersebut merupakan lahan
sengon yang merupakan dari program pasca tambang PT. Koba Tin yang
sebelumnya menambang timah di daerah tersebut.
b. Fauna
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, jenis hewan yang
terdapat disekitar lahan penambangan PT. Walie Tampas Citratama adalah
hewan yang biasa ada di perkebunan. Seperti anjing liar, babi hutan, beberapa
jenis burung dan lainnya. Saat kegiatan penambangan dimulai tentunya
semua fauna yang berada di daerah tersebut mencari habibat baru. Menjadi
kewajiban perusahaan untuk memulihkan daerah bekas penambangan

2. Fisik Kimia
Komponen fisik kimia pada rona awal di wilayah penelitian antara lain:
a. Iklim.
Iklim di wilayah kabupaten Bangka Tengah termasuk ke dalam iklim
tropis tipe A dengan curah hujan normal antara 138- 280 mm per bulan. Suhu
rata- rata 26,2- 27,6oC. Sedangkan kelembapan udara rata- rata 81- 91%.

37 Universitas Sriwijaya
38

Intensitas penyinaran cukup bervariasi yaitu, 73- 87 dan tekanan udara antara
1009,1- 1011,8 mb. Rata- rata kecepatan angin 6 knots dengan kecepatan
maksimal 14 knots. Tabel suhu dan rata- rata curah hujan, terdapat pada
lampiran A.
b. Fisiografis
Morfologi di daerah Bangka Tengah berupa perbukitan bergelombang
dengan pola aliran denritik dimana sungai berhulu di pegunungan dan
mengalir ke arah pantai. Peta topografi daerah Kabupaten Bangka Tengah
dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Peta topografi Kabupaten Bangka Tengah

c. Hidrologi
Pada umumnya sungai di wilayah Kabupaten Bangka Tengah berasal dari
hulu yang berupa perbukitan dan bermuara di laut. Daerah aliran sungai yang
berada di Kabupaten Bangka tengah di bagian barat adalah daerah aliran
sungai Sungai Kulur, sedangkan di bagian timur adalah daerah aliran sungai
Air Lengko dan Sungai Bekung.
Bentuk pola aliran yang ada di daerah aliran sungai Kabupaten Bangka
Tengah adalah pola dendritik dimana bentuk nya seperti percabangan pohon,

Universitas Sriwijaya
39

percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang
dibatuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umumnya pada
batuan sedimen dengan perlapisan horizontal, atau pada batuan beku dan
batuan kristalin yang homogen. Peta daerah aliran sungai di daerah
Kabupaten Bangka Tengah dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bangka Tengah

d. Ruang, lahan, dan tanah


Di lahan penambangan di PT. Walie Tampas Citratama sempat terjadi
konflik dengan masyarakat setempat yang mengakibatkan kegiatan
penambangan sempat terhenti selama 3 tahun. Dan baru mulai kembali pada
bulan Desember 2018. Konflik terjadi karena masyarakat sekitar menganggap
kegiatan penambangan yang dilakukan perusahaan mengganggu ekosistem
sekitar tambang. Ketidaktahuan masyarakat tentang pertambangan dimana di
dalam tahapan pertambangan ada kegiatan reklamasi dan program pasca
tambang yang bertujuan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Setelah dilakukan sosialisasi tentang reklamasi dan program
pasca tambang kegiatan penambangan dapat dilakukan kembali.

Universitas Sriwijaya
40

4.2. Rencana Reklamasi


Berdasarkan definisi dari reklamasi dimana reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan sepanjang tahapan pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya. Tahapan dari reklamasi yang direncanakan di area
penelitian lahan penambangan pasir kuarsa PT. Walie Tampas Citratama:
4.2.1. Persiapan Lahan
Untuk tahapan persiapan reklamasi di wilayah penelitian tambang pasir
kuarsa PT. Walie Tampas Citratama, akan direncanakan pembongkaran camp
yang memiliki lebar 5 meter, dan panjang 20 meter. Pembongkaran di rencanakan
dalam waktu 1 hari, dengan menggunakan metode manual. Disini metode manual
maksudnya tanpa menggunakan alat-alat berat, tetapi hanya dengan tenaga
manusia. Karena camp hanya bersifat temporary atau sementara, dan berpondasi
kayu, dan menggunakan material kayu untuk dinding dan kerangka bangunan
lainnya. Dengan menggunakan metode manual ini akan menghemat biaya
reklamasi karena tidak perlu menyewa dan mengeluarkan biaya untuk bahan
bakar alat berat.

4.2.2. Penatagunaan Lahan


Kegiatan penatagunaan lahan bekas tambang pasir kuarsa merupakan
salah satu proses dari reklamasi. Kegiatan penatagunaan lahan yang direncanakan
meliputi, perataan lahan bekas penambangan pasir kuarsa, pengaturan saluran
pembuangan air, dan penebaran tanah pucuk (Top Soil). Berdasarkan tinjauan di
lokasi penelitian, tidak terdapat disposal area. Sehingga untuk pengembalian
bentuk lahan tidak dilakukan penimbunan, namun dilakukan dengan perataan
lahan. Karena di lahan tersebut terdapat 7 buah gundukan overburden yang
memliki ketinggian dari 1 meter hingga 3 meter. Sebelum melakukan perencanaan
kegiatan penatagunaan lahan. Salah satu tahap awal dari perencanaan
penatagunaan lahan adalah pemetaan kondisi awal di lahan tersebut.Dengan
menggunakan aplikasi minescape dan data topografi yang di dapat dari
perusahaan. Maka berikut merupakan peta kondisi awal lahan penambangan PT.
Walie Tampas Citratama.

Universitas Sriwijaya
41

Gambar 4.3. Peta kondisi awal lahan penambangan PT. Walie Tampas Citratama

Universitas Sriwijaya
42

Setelah dilakukan pemetaan rona awal lingkungan, selanjutnya dilakukan


perhitungan volume reklamasi dan volume gundukan yang ada di lokasi
penambangan dengan menggunakan aplikasi minescape.
1. Perhitungan Luas dan Volume Daerah Rencana Reklamasi
Dengan menggunakan aplikasi minescape volume dihitung dengan
menggunakan 2 layer, layer pertama adalah luasan permukaan, layer kedua dibuat
untuk mengetahui luasan dasar dari daerah rencana reklamasi. Selanjutnya untuk
mengetahui volume, digunakan fungsi Reserves pada minescape di dapat luas area
sebesar 5,03 Ha dan volume area rencana reklamasi sebesar 126.530 m3
(Lampiran B).

2. Perhitungan Luas dan Volume Gundukan di Daerah Rencana Reklamasi


Dengan menggunakan cara yang sama dengan menghitung luas dan volume
daerah rencana reklamasi, didapatkan total luas daerah gundukan sebesar 1,97 Ha,
dan total volume 50.930 m3.(Lampiran C). Dengan rincian luas dan volume
gundukan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Luas dan volume gundukan

No Gundukan Luas (Ha) Volume (m3)


1. Gundukan 1 0,69 20.670
2. Gundukan 2 0,59 17.580
3. Gundukan 3 0,10 3.090
4. Gundukan 4 0,07 720
5. Gundukan 5 0,17 3.330
6. Gundukan 6 0,20 4.010
7. Gundukan 7 0,15 1.530
Jumlah 1,97 50.930

4.2.2.1. Perataan Lahan Bekas Penambangan


Di lokasi penelitian lahan penambangan pasir kuarsa PT. Walie Tampas
Citratama, kegiatan eksploitasi dilakukan dengan menggali pasir kuarsa rata- rata
sedalam 3 meter dilahan sebesar 5,03 hektar. Maka dari itu salah satu tahapan

Universitas Sriwijaya
43

yang harus dilakukan untuk pengembalian bentuk lahan dengan perataan lahan
yang telah tereksploitasi. Volume area yang telah tereksploitasi adalah 126.530 m3
(Lampiran B). Dengan terdapatnya 7 buah gundukan yang memiliki total luas 1,97
hektar, dan total volume 50.930 m3 (Lampiran C). Dengan menggunakan satu unit
alat bulldozer tipe Komatsu D-65 E-12, Spesifikasi bulldozer (Lampiran D) waktu
yang dibutuhkan untuk perataan lahan adalah 61 hari. (Lampiran E). Ketinggian
lahan rencana reklamasi naik sebesar 40 % dari titik terendah pada lahan
reklamasi. Dengan keterbatasan overburden untuk penataan lahan, maka
pemilihan perataan lahan merupakan pilihan terbaik untuk dilakukan.

4.2.2.2. Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA)


Saluran drainase pada lahan bekas penambangan yang telah dilakukan
penataan dibuat agar lahan tersebut tidak mudah tererosi oleh limpasan air hujan.
Pembuatan saluran drainase dalam hal ini didasari pada debit air limpasan yang
diperoleh dari perhitungan curah hujan serta intensitas curah hujan lokasi
penelitian.
Berdasarkan penelitian dilapangan serta data curah hujan yang diperoleh
dari data badan pusat statistik kabupaten Bangka Tengah, didapatkan data curah
hujan dari tahun 2010- 2019 ( Lampiran F). Dari data tersebut dapat diketahui
curah hujan harian maksimum untuk tiap tahunnya dari 10 sampel data. Curah
hujan rencana dapat dihitung menggunakan metode Gumbel, sedangkan intensitas
curah hujan dengan persamaan Monomobe ( Lampiran F).
Berdasarkan hasil perhitungan, diambil nilai intensitas curah hujan lebih
singkat yaitu periode ulang 2 tahun, maka diperoleh curah hujan rencana dengan
perhitungan sebagai berikut:

2/3
𝑅24 24
𝐼 =
24 𝑡
2/3
122,2 24
𝐼 =
24 1
𝐼 = 42,36 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Universitas Sriwijaya
44

1. Perhitungan Debit Total


Dari hasil perhitungan debit total yang diperoleh dari perhitungan,
diperoleh debit limpasan 0,021 m3/detik, sedangkan perhitungan volume air
limpasan menggunakan asumsi durasi hujan perhari berlangsung selama 4
jam referensi penelitian yang dilakukan oleh Listianty (2014), sehingga
volume air perhari untuk periode ulang 2 tahun adalah sebesar 306,16 m3
(Lampiran G).

2. Dimensi Saluran Drainase


Pada perencanaan saluran drainase menggunakan sistem terbuka,
dirancang berdasarkan data curah hujan yang di peroleh dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bangka Tengah. Beberapa macam bentuk saluran
penyaliran dapat dibuat, tetapi yang sederhana dan umum digunakan adalah
saluran dengan bentuk trapesium, dengan pertimbangan dapat mengalirkan
debit air yang besar, mudah dalam pembuatan, tahan terhadap erosi dan tidak
terjadi pengendapan di dasar saluran.
Perhitungan dimensi saluran drainase yang didapat yaitu kemiringan
dinding saluran 60o, panjang sisi saluran 0,40 meter, lebar dasar saluran 0,368
meter, lebar pemukaan aliran 0,74 meter dan kedalaman saluran 0,32 meter
(Lampiran H). Saluran drainase yang akan dibuat sepanjang 504,15 meter,
sehingga dengan menggunakan dimensi yang diperoleh dari perhitungan
sebelumnya maka didapatkan volume total saluran drainase sebesar 99,31 m3
dan kecepatan aliran air sebesar 0,12 m/detik (Lampiran H).

3. Waktu Pembuatan Drainase


Berdasarkan hasil perhitungan dimensi saluran drainase, proses
pembuatan saluran drainase dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Excavator type Kobelco SK-200-10. Spesifikasi Excavator (Lampiran F).
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan saluran drainase adalah 1,53 jam
dengan menggunakan 1 unit excavator. Produktivitas alat di dapat adalah
sebesar 55,05 bcm/jam (Lampiran I).

Universitas Sriwijaya
45

4.2.2.3. Penyebaran Tanah Pucuk


Untuk penyebaran tanah pucuk dilakukan dengan sistem pot, dikarenakan
keterbatasan jumlah top soil yang ada pada daerah bekas tambang. Lubang tanam
dibuat dengan ukuran 80 cm x 80 cm x 80 cm. Ukuran lubang ini dipakai karena
sudah terbilang ideal, yaitu tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dangkal. Jarak
tanam yang digunakan adalah 4 m x 4 m, karena hal ini telah disesuaikan juga
dengan rencana penanaman tumbuhan yang akan ditanam di daerah rencana
reklamasi. Dengan luas daerah rencana reklamasi sebesar 5,03 Ha, maka banyak
nya lubang yang dapat dibuat adalah sebanyak 2183 buah dengan volume top soil
yang dibutuhkan adalah 1.117,69 m3. (Lampiran J)

4.2.3. Revegetasi
Untuk revegetasi direncanakan penanaman pohon sengon, dikarenakan
tumbuhan pada rona awal lingkungan, pohon sengon merupakan tanaman yang
ada di daerah rencana reklamasi. Revegatasi pohon sengon terdiri dari beberapa
tahapan pelaksanaan, antara lain yaitu :

1. Persiapan
a. Melakukan pemeriksaan awal mengenai batas lokasi reklamasi yang akan
ditanam.
b. Melakukan koordinasi dengan aparat desa terkait pelibatan masyarakat
lokal dalam kegiatan reklamasi.
c. Membuat Surat Keterangan yang diketahui Kepala Desa perihal pelibatan
masyarakat lokal dalam kegiatan reklamasi.
d. Persiapan alat kerja, bibit, bahan media tanam dan tenaga kerja.
e. Melakukan pemasangan plang informasi reklamasi. Asumsi waktu
kegiatan revegetasi adalah 1 bulan.

2. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman


a. Penanaman
1). Jenis bibit yang ditanam dan bibit penyulaman merupakan
kombinasi dari fast growing . Contoh tanaman fast growing yaitu

Universitas Sriwijaya
46

sengon. Kriteria bibitnya adalah bibit dalam polibag , sehat, kokoh,


media tanam kompak dan tinggi tanaman 40 cm hingga 80 cm
2). Tahap pemasangan ajir dan persiapan jalur tanam. Pemasangan ajir
dilakukan dengan jarak tanam 4 m x 4 m. Tujuan pemasangan ajir
adalah untuk memperoleh jarak tanam yang rapi, lurus dan teratur.
Ajir merupakan salah satu alat kerja sehingga dapat diambil kembali
setelah dipasang. Ajir juga dapat digunakan sebagai alat penopang
bibit tanaman jika diperlukan akibat kondisi lahan atau cuaca
berangin kencang.
3). Tahap penggalian lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan
ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm diatas tanah top soil yang sudah
dibuat sebelumnya.
4). Tahap penanaman, jarak tanam tiap pohon adalah 4m, sehingga total
populasi tanaman sebanyak 2183 batang. Penanaman dilakukan
dengan sistem pot. Polybag dilepaskan/dirobek secara hati- hati agar
media tumbuh dalam polybag tidak rusak.
5). Tahap penyediaan dan pengisian pupuk. Lubang tanam yang sudah
kosong, bibit diletakkan ditengah lubang, diisi pupuk kompos dan
NPK. Ciri-ciri kompos yang digunakan adalah berwarna coklat tua
hingga hitam (seperti warna tanah), mudah terurai, tidak berbau dan
memiliki suhu yang kurang lebih sama dengan suhu lingkungan,
sedangkan NPK dengan kandungan 15 : 15 :15. NPK ditabur
disekeliling lubang tanam dengan jarak 10 cm dari lubang.
6). Tahap penyiraman, penyiraman harus dilakukan secara intensif pada
3 bulan pertama, dengan asumsi bahwa penanaman dilakukan pada
saat musim hujan.

b. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman terdiri dari:
1). Pemupukan dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk NPK.
Langkah pemupukan yang dilakukan yaitu pembuatan piringan di
sekeliling tanaman dimana radius piringan tersebut disamakan

Universitas Sriwijaya
47

dengan diameter tajuk dan digali dengan kedalaman kurang lebih 10


cm, pemberian pupuk pada piringan dan menutup kembali galian
piringan tersebut
2). Penyiangan yaitu kegiatan pembebasan tanaman dari gulma disekitar
tanaman.
3). Pendangiran yaitu kegiatan penggemburan tanah di sekeliling
tanaman untuk memudahkan pertumbuhan perakaran.
4). Penyiraman.
5). Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) apabila ada tanaman
yang terserang hama penyakit.
6). Penyulaman apabila ada tanaman yang mati. Kegiatan yang
dilakukan adalah pemupukan sebanyak 6 kali dalam 1 tahun,
pengendalian HPT sebanyak 2 kali
7). Kegiatan pemeliharaan dilakukan dalam kurung waktu 24 bulan.

3. Pemantauan Tanaman
Kegiatan ini dilakukan oleh mitra usaha yang bertujuan untuk menjamin
persen hidup dan kesehatan tanaman. Apabila terdapat tanaman yang mati atau
tanaman terkena hama dan penyakit, maka mitra usaha wajib untuk segera
melakukan penyulaman. Asumsi waktu kegiatan pemantauan adalah 5 bulan.

4.3. Rencana Biaya Reklamasi


Perencanan biaya reklamasi terdapat rincian antara lain biaya langsung dan
biaya tidak langsung dimana penjelasannya sebagai berikut:

4.3.1. Rencana Biaya Langsung


Uraian mengenai biaya langsung yang perlu dihitung dalam penyusunan
rencana biaya reklamasi yang meliputi.
1. Penataan Permukaan Tanah
Dengan menggunakan alat berat bulldozer Komatsu D-65 E-12 melakukan
penataan dengan volume 50.930 m3 (Lampiran K) .Pada perencanaan penataan
permukaan tanah membutuhkan biaya sebesar Rp 228.879.440,00 .

Universitas Sriwijaya
48

2. Pembuatan Saluran Pembuangan Air (SPA)


Biaya yang dibutuhkan pada perencanaan pembuatan saluran pembuangan air
sebesar Rp 560.000,00. Dengan menggunakan alat berat excavator Kobelco SK-
12-10 dengan volume saluran 99,31 m3. (Lampiran K).

3. Pemupukan
Biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan pemupukan adalah sebesar Rp
1.662.200,00 sesuai dengan jumlah bibit yang akan ditanam.

4. Pengadaan Bibit
Biaya dalam perencanaan pengadaan bibit berdasarkan jumlah bibit yang
direncanakan sebanyak 2.183 pohon sengon dan jumlah bibit LCC sebanyak 5,61
bungkus adalah sebesar Rp 12.215.000,00 (Lampiran K)

5. Penanaman
Biaya yang diperlukan dalam penanaman adalah Rp 10.649.500,00 meliputi
biaya pemasangan ajir dan penanaman bibit pohon sengon. (Lampiran K).

6. Pemeliharaan Tanaman
Biaya yang dibutuhkan dalam pemeliharaan tanaman adalah sebesar Rp
10.619.480,00. (Lampiran K)

4.3.2. Rencana Biaya Tidak Langsung


Uraian mengenai biaya tidak langsung yang harus dimasukkan dalam
perhitungan reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan
standar acuan yang ditentukan sebagai berikut :
1. Biaya mobilitas dan demobilitas alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung yaitu
sebesar Rp 6.614.640,50 (Lampiran K).

2. Biaya perencanaan reklamasi menggunakan 9,2 % dari biaya langsung


sehingga biaya yang dibutuhkan adalah Rp 24.341.887,04 (Lampiran K).

3. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelakasana reklamasi


tahap operasi produksi menggunakan 14 % dari biaya langsung, sehingga

Universitas Sriwijaya
49

biaya yang dibutuhkan adalah Rp 37.041.986,80 (Lampiran K).


sdasSsAssssss
4. Biaya supervisi menggunakan 7 % dari biaya langsung, sehingga dibutuhkan
sebesar Rp 17.462.650,92 (Lampiran K).

4.3.3. Rencana Total Biaya


Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak
langsung diuraikan dalam Tabel 4.2. sebagai berikut

Tabel 4.2. Total biaya perencanaan reklamasi


Komponen Harga (Rupiah)
Biaya Langsung
Biaya Penatagunaan Lahan
1. Penataan Permukaan Tanah 228.879.440,00
2. Pembuatan Drainase 560.000,00
Biaya Revegetasi
1. Pemupukan 1.662.200,00
2. Pengadaan Bibit 12.215.000,00
3. Penanaman 10.649.500,00
4. Pemeliharaan Tanaman 10.619.480,00
Total Biaya Langsung 264.585.620,00
Biaya Tidak Langsung
1. Mobilitas dan Demobilitas alat 6.614.640,50
2. Perencanaan Reklamasi 24.341.887,04
3. Biaya Administrasi dan Keuntungan Pihak Ketiga 37.041.986,80
4. Biaya Supervisi 17.462.650,92
Total Biaya Tidak Langsung 85.461.165,26
Total Biaya 350.046.785,26

Jadi total biaya rencana reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa di
PT. Walie Tampas Citratama adalah Rp 350.046.785,26.

Universitas Sriwijaya
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan laporan skripsi ini, dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Berdasarkan analisis rona awal lingkungan di lapangan, lahan bekas
penambangan merupakan lahan pohon sengon. PT. Walie Tampas Citrama
melakukakn eksploitasi pasir kuarsa di lahan tersebut. Maka dari itu
pemanfaatan lahan rencana reklamasi akan dilakukan penanaman kembali
lahan sengon yang telah tereksploitasi. Luas lahan terekploitasi sebesar 5,03
Ha, dan terdapat 7 buah gundukan yang dihasilkan karena kegiatan
ekspoitasi.
2. Perencanaan teknis reklamasi diawali dengan persiapan lahan,dimana
dilakukan pembongkaran bekas kantor selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan
proses perataan lahan, dilakukan perataan gundukan dengan total volume
sebesar 50.930 m3. Dengan menggunakan Bulldozer type Komatsu D-65 E-10
waktu yang diperlukan adalah 61 hari. Selanjutnya direncanakan pembuatan
saluran pembuangan air (SPA). Dimensi rencana SPA antara lain, kemiringan
dinding saluran 60o, panjang sisi saluran 0,40 meter, lebar dasar saluran 0,368
meter, lebar pemukaan aliran 0,74 meter dan kedalaman saluran 0,32 meter
dan dibuat sepanjang 504,15 meter, sehingga dengan menggunakan dimensi
yang diperoleh volume total SPA sebesar 99,31 m3 dan kecepatan aliran air
sebesar 0,12 m/detik. Waktu pembuatan SPA menggunakan excavator type
Kobelco SK-200-10 selama 1, 53 jam. Selanjutnya dilakukan penyebaran
tanah pucuk dengan sistem pot dikarenakan keterbatasan jumlah top soil.
Didapatkan hasil dilahan seluas 5,03 Ha dapat ditanam pohon sengon
sebanyak 2.183 pohon dengan jarak tanam 4 m x 4 m. Rencana revegetasi
pohon sengon dengan dimensi lubang tanam 80 cm x 80 cm x 80 cm dan
jumlah bibit sengon sebanyak 2.183 pohon dan bibit LCC untuk membantu
penggemburan tanah.

50
Universitas Sriwijaya
51

3. Perencanaan biaya langsung untuk reklamasi di lahan bekas penambangan


pasir kuarsa ini terbagi menjadi beberapa aspek penting. Biaya langsung yang
meliputi penatagunaan lahan dimana membutuhkan biaya sebesar
Rp229.439.440,00. Revegetasi dimana membutuhkan biaya sebesar Rp.
35.146.180,00. Jadi total biaya langsung adalah Rp 264.585.620,00 .Serta
biaya tidak langsung yang dikeluarkan sebesar Rp 85.461.165,26. Dari biaya
langsung dan tidak langsung didapatkan biaya total pada perencanaan
reklamasi lahan bekas penambangan di PT. Walie Tampas Citratama sebesar
Rp 350.046.785,26.

5.2. Saran
Berdasarkan penelitian di lapangan penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan rencana reklamasi hendaknya dilakukan pengawasan agar
pelaksanan sesuai dengan rencana dan tidak melewati batas waktu yang telah
direncanakan.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Basuki,S . 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Fandeli, C. 1999. Bahan Kursus Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Yogyakarta:


Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Wana Wiyata

Fawaz, G. N. 2017. Kajian Rencana Reklamasi dan Pasca Tambang Pada


Penambangan Batuan Andesit Oleh PT Puspa Jaya Madiri di Desa
Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat. Jurnal Teknik Pertambangan. Sarjana Universitas Islam Bandung.
Vol.3 No.2

Gautama, R. S. 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Jurusan Teknik


Pertambangan,FTM,ITB.

Guphita, G. N . 2016 Biaya Rencana Reklamasi Gunung Sari sebagai Kawasan


Budidaya Pertanian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Plant-9 dan
Plant- 10 Palimanan - Cirebon, Jawa Barat.Jurnal Teknik Pertambangan.
Sarjana Universitas Islam Bandung. Vol. 2 No. 2

Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 Tahun 2018 Lampiran VI. Pedoman
Pelaksanaan Reklamasi dan PascaTambang Serta Pasca Operasi Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta: Ditetapkan di
Jakarta, 7 mei 2018

Musa, P. 2013. Pemindahan Tanah Mekanis, Materi Pelatihan Teknis Tingkat


Lanjutan. Pangkalpinang.

Parascita, L. 2015. Rencana Reklamasi Pada Lahan Bekas Penambangan Tanah


Liat di Kuari Tlogowarup PT. Semen Indonesia Tbk Pabrik Tuban Jawa
Timur. Jurnal Teknologi Pertambangan Vol.1. UPN Veteran Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010. Reklamasi dan Pasca Tambang


Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta:
Ditetapkan di Jakarta, 20 Desember 2010.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018. Pelaksanaan Kaidah


Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara. Jakarta: Ditetapkan di Jakarta, 3 Mei 2018.

52 Universitas Sriwijaya
53

Priyono. 2002. Konservasi Tanah dan Mekanis Pertanian. Panduan Kehutanan


Indonesia.

Prodjosumarto, P. (1996). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Jurusan Teknik


Pertambangan Institut Teknologi Bandung

Rusniati dan Haq, A. 2014. Perencanaan Strategis Dalam Perspektif Organisasi.


Jurnal INTEKNA, Tahun XIV No. 2: 102-209.

Soeratmo. F. G 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta. UGM


press

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Jilid 1. Bandung: Nova

Universitas Sriwijaya
Lampiran A. Suhu dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018

Berikut adalah data suhu dan rata- rata curah hujan kabupaten Bangka Tengah yang didapat dari data perusahaan PT. Walie Tampas
Citratama.

Tabel A.1. Tabel suhu dan rata- rata curah hujan Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
Suhu Rata rata (co) 26,2 26,4 26,7 27,2 27,4 27,1 27,0 27,3 27,4 27,6 26,9 26,4

Minimal Suhu (co) 23,4 23,4 23,4 23,6 23,8 23,6 23,5 23,4 23,5 23,9 23,4 23,4

Maximal Suhu (co) 29,0 29,4 30,1 30,8 31,1 30,7 30,6 31,2 31,2 31,3 30,4 29,5

Curah Hujan (mm) 256,7 160,0 223,5 242,6 220,7 190,4 289,7 138,5 140,6 195,7 265,1 280,9

54 Universitas Sriwijaya
Lampiran B. Luas Dan Volume Daerah Rencana Reklamasi

Gambar B.1. Peta rencana reklamasi untuk perhitungan volume daerah

55 Universitas Sriwijaya
56

Gambar B.2. Luas dan volume daerah rencana reklamasi.

Universitas Sriwijaya
Lampiran C. Luas dan Volume Gundukan

Gambar C.1. Peta rencana reklamasi untuk perhitungan volume gundukan

57 Universitas Sriwijaya
58

Gambar C.2. Luas dan volume gundukan 1

Universitas Sriwijaya
59

Gambar C.3. Luas dan volume gundukan 2

Universitas Sriwijaya
60

Gambar C.4. Luas dan volume gundukan 3

Universitas Sriwijaya
61

Gambar C.5. Luas dan volume gundukan 4

Universitas Sriwijaya
62

Gambar C.6. Luas dan volume gundukan 5

Universitas Sriwijaya
63

Gambar C.7. Luas dan volume gundukan 6

Universitas Sriwijaya
64

Gambar C.8. Luas dan volume gundukan 7

Universitas Sriwijaya
Lampiran D. Spesifikasi Alat

1. Spesifikasi Bulldozer Komatsu D-65 E-12

Gambar D.1. Bulldozer Komatsu D-65 E-12

a. Engine
1) Model : Komatsu 6D125E-2
2) Horsepower : 180 HP
3) Rated RPM : 1950 rpm
4) Maximum torque : 799 Nm
5) Aspiration : Natural aspiration
6) Number of cylinders :6
7) Bore : 125 mm
8) Stroke : 150 mm
9) Fan drive method : Hydraulic
10) Travel speed Forward 1st : 0-3,9 km/h
2nd : 0-6,8 km/h
3rd : 0-10,6 km/h
11) Travel speed Reverse 1st : 0-5,0 km/h 3rd : 0-13,4 km/h
2nd : 0-8,6 km/h

65 Universitas Sriwijaya
66

b. Operation/ Application
1) Operating weight : 19.125 kg
2) Blade Capacity : 5,61 m3
3) Blade type : Semi- U
4) Blade lenght : 3460 mm
5) Blade height : 1425 mm
6) Max lift above : 1105 mm
7) Max drop below : 440 mm
8) Max tilt adjustment : 465 mm

Universitas Sriwijaya
67

2. Spesifikasi Excavator Kobelco SK-200-10

Gambar D.2. Excavator Kobelco SK-200-10

Nama Alat : Kobelco SK200-10


Model engine : HINO J05ETG-KSSG
Berat operasi : 20.700 kg
Horse power : 118 KW
Kapasitas bucket : 0,80 m3

Dimensi
Max. jangkauan digging : 9,9 m
Max. Jangkauan digging di bawah : 6,7 m
Max. Digging height : 9,72 m
Max. Dumping clearance : 6,91 m
Max. Vertical wall digging depth : 6,1 m

Universitas Sriwijaya
68

Lebar
1) Overall height cab : 3,010 m
2) Tail swing radius : 2,910 m
3) Overall length of crawler : 4,170 m
4) Ground clearance : 450 m
5) Track gauge : 2,200 m
6) Shoe width : 600 m

Kapasitas
1) Fuel Tank capacity : 320 liter
2) Hydraulic Oil Tank : 140 liter

Universitas Sriwijaya
Lampiran E. Perhitungan Waktu Perataan Lahan
Diketahui:
Merk Bulldozer : Komatsu
Tipe Bulldozer : Crawler Dozer D65 E-12
Jumlah : 1 unit
Lebar Blade : 3460 mm
Tinggi Blade : 1425 mm
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 2
Kapasitas Blade : 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑥 (kemiringan 1:1)
2

: 3,512 m3
Blade Factor : 0,9 (easy digging)
Jam kerja : 8 Jam/Hari
Kecepatan Maju : 3,9 km/jam ( 65 m/menit)
Kecepatan Mundur : 5 km/jam ( 83,33 m/menit)
Jarak Dorong : 50 m
Volume Overburden : 50.930 m3 x 0,85 = 43.290,5 BCM

Jarak Dorong
Waktu mendorong maju =
(Kecepatan maju)

= 50 m
65 m/menit
= 0,77 menit

Jarak Dorong
Waktu mundur =
(Kecepatan mundur)

= 50 m
83,33 m/menit
= 0,6 menit

Cycle time bulldozer = waktu mendorong maju + waktu ganti persneling


+ waktu mundur
= 0,77 menit + 0,1 menit + 0,6 menit
= 1,47 menit

69 Universitas Sriwijaya
70

Dalam menentukan faktor penyesuaian menggunakan beberapa faktor


diantaranya:
1. Waktu kerja tersedia = 8 jam
= 8 x 60 menit
= 480 menit

2. Waktu kerja produktif = Waktu kerja tersedia – ( waktu hambatan yang


tidak dapat dihindari + waktu hambatan yang
dapat dihindari)
= 480 menit – ( 70 menit + 20 menit)
= 390 menit

Berikut waktu hambatan yang dapat dihindari serta waktu hambatan yang
tidak dapat dihindari dapat dilihat pada Tabel E.1 dan Tabel E.2 di bawah ini.

Tabel E.1. Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari


Rata- Rata Waktu Hambatan
No Hambatan
(Menit)
1 Menuju Lokasi 10,00
2 Makan dan Istirahat 60,00
Jumlah 70,00

Tabel E.2. Waktu hambatan yang dapat dihindari


Rata- Rata Waktu Hambatan
No Hambatan
(Menit)
1 Standby 10,00
2 Berhenti sebelum waktunya 5,00
3 Terlambat memulai pekerjaan 5,00
Jumlah 20,00

Universitas Sriwijaya
71

Effisiensi Kerja = Waktu kerja efektif x 100 %


Waktu kerja tersedia
= 390 menit x 100 %
480 menit
= 81,25 %

Produktivitas bulldozer = KB x FB x Eff x SF x 60


CT
= 3,512 m3 x 0,9 x 0,8125 x 0,85 x 60
1,47 menit
= 89,09 bcm/ jam

Produksi bulldozer/hari = produksi bulldozer/jam x 8 jam/hari


= 89,09 bcm/jam x 8 jam/hari
= 712,72 bcm/hari

Waktu yang dibutuhkan = Jumlah overburden


Produksi bulldozer
= 43.290,5 bcm
712,72 bcm/hari
= 60,74 hari ≈ 61 hari

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perataan material


overburden pada lahan bekas penambangan dengan satu unit alat bulldozer tipe
Komatsu D-65 E-12 adalah 61 hari

Universitas Sriwijaya
Lampiran F. Curah Hujan Rencana

Data Curah hujan yang digunakan pada lokasi penelitian adalah data curah
hujan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka Tengah. Berikut adalah
data curah hujan dari periode tahun 2010 hingga tahun 2019.

Tabel F.1. Data curah hujan periode 10 tahun dari tahun 2010- 2019 (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bangka tengah 2019)
Tahun
Bulan
Rata-Rata
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Januari 281 253,1 185,6 202,6 271,6 266,8 478,8 440,7 256,7 386,5 302,34

Februari 288,5 309,9 466,2 304,5 315,7 192,7 506 247,3 160 115,7 290,65

Maret 471,8 228,5 258,3 261 336,5 293,2 188,4 271,1 223,5 217,1 274,94

April 312,6 356,2 126,9 190,1 180,2 112,7 435,1 383,6 242,6 332,4 267,24

Mei 137,4 343,9 144,1 258 212,4 97,5 253 284,5 220,7 257,8 220,93

Juni 183,9 271,6 165 119,9 125,7 119,1 93 215,7 190,4 143,5 162,78

Juli 140,7 91,1 192,7 244 110,6 84,5 17 540,4 189,7 136,2 174,69

Agustus 430,7 43,6 4 84,5 57,5 0 265,1 105,9 138,5 85,6 121,54

September 203,8 76,6 13,5 235,1 77,6 0 283,4 111,2 140,6 98,2 124,00

Oktober 286,9 301,9 40,1 198,3 195,3 116,1 268,8 407,4 195,7 207 221,75

November 364,9 351,9 215,6 335,1 351,2 454,4 332 218,3 265,1 305,4 319,39

Desember 342,7 268,5 199,5 406,2 280,1 577,3 347,4 395,7 280,9 233,5 333,18

Total 3444,9 2896,8 2011,5 2839,3 2514,4 2314,3 3468 3621,8 2504,4 2518,9 2.813,43

Berdasarkan data pada tabel F.1. maka dapat diketahui nilai curah hujan rata-
rata pertahun adalah sebesar 2.813,43 mm/tahun.

72 Universitas Sriwijaya
73

1. Curah Hujan Rencana

Untuk menentukan curah hujan rencana pada lokasi penelitian digunakan data
curah hujan maksimum yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bangka Tengah. Berikut pada tabel F.2. data curah hujan maksimum Kabupaten
Bangka Tengah.

Tabel F.2. Curah hujan harian maksimum Kabupaten Bangka Tengah.


Curah Hujan Harian
No Tahun Maksimum Tahunan
(mm)
1 2010 100
2 2011 70,7
3 2012 122
4 2013 152,1
5 2014 95,6
6 2015 120,9
7 2016 118,3
8 2017 232,3
9 2018 187,2
10 2019 86,5

Metode pengolahan data curah hujan yang digunakan adalah metode Gumbel,
sehingga untuk mendapatkan curah hujan rencana maksimum harian sebagai
berikut:
Xt = X̅ + k . S

k =
Yt  Yn 
Sn

Pada penentuan nilai curah hujan rencana (mm/hari), perlu dilakukan


perhitungan untuk mendapatkan variabel sebagai berikut:

1. Menentukan nilai Yt ( reduced variate)


Perhitungan nilai reduced variate (Yt) berdasarkan nilai periode ulang
tahun, dimana untuk menentukan nilai Yt dapat digunakan rumus sebagai
berikut:

Universitas Sriwijaya
74

𝑇−1
𝑌𝑡 = − ln − ln
𝑇

Perhitungan koreksi variasi (Yt)


2−1
Periode ulang 2 𝑌𝑡 = − ln − ln = 0,3665
2
3−1
Periode ulang 3 𝑌𝑡 = − ln − ln = 0,9027
3

Perhitungan selanjutnya Yt berdasarkan periode ulang (tahun) dapat


dilihat pada Tabel F.4. sebagai berikut:

Tabel F.3. Nilai perhitungan Yt


Periode Ulang Yt
(Tahun) (Reduced Variate)
2 0,3665
3 0,9027
4 1,2459
5 1,4999
6 1,702
7 1,8698
8 2,0134
9 2,1389
10 2,2504

2. Menentukan nilai Yn (Reduced mean)


Penentuan nilai koreksi rata- rata dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = − ln −𝑙𝑛
𝑛+1

Universitas Sriwijaya
75

Tabel F.4. Urutan sampel dari yang terbesar hingga terkecil


Curah Hujan Harian
Tahun N Maksimum Tahunan m Yn
(mm)
2010 1 100 7 -0,012
2011 1 70,7 10 -0,875
2012 1 122 4 0,7941
2013 1 152,1 3 1,1442
2014 1 95,6 8 -0,262
2015 1 120,9 5 0,5006
2016 1 118,3 6 0,2377
2017 1 232,3 1 2,3506
2018 1 187,2 2 1,6061
2019 1 86,5 9 -0,533
Total 10 1285,6 4,9521

Perhitungan nilai Yn dilakukan dengan cara mengurutkan urutan sampel dari


yang terbesar hingga ke terkecil ataupun sebaliknya berdasarkan data curah hujan
harian maksimum, perhitungan dilakukan sebagai berikut:
Nilai Yn untuk tahun 2010
Diketahui:
Nilai M =7
Nilai n = 10
10+1−7
Maka nilai Yn = − ln −𝑙𝑛 10+1
= - 0,012
Berdasarkan perhitungan, maka nilai Yn untuk tahun 2010 adalah -0,012
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel F.3. Setelah didapat
nilai Yn pertahun, maka dapat diketahui jumlah nilai Yn dalam waktu 10 tahun
yaitu 4,9521

3. Menentukan nilai reduced standart deviation (Sn)


Nilai reduced standart deviation ditentukan berdasarkan nilai koreksi
rata- rata pada perhitungan nilai Yn (reduced mean), sehingga untuk
menentukan nilai Sn dapat menggunakan rumus berikut :
2
𝑌𝑛 − Yn
𝑆𝑛 =
𝑛−1

Universitas Sriwijaya
76

Penentuan nilai Sn diperlukan data pendukung dapat dilihat pada Tabel F.6.
2
Tabel F.5. Perhitungan nilai 𝑌𝑛 − Yn
2
Tahun Yn 𝑌𝑛 − Yn
Yn
2010 -0,0115 0,49521 0,256755024
2011 -0,8745 0,49521 1,876105484
2012 0,7941 0,49521 0,089335232
2013 1,1442 0,49521 0,42118802
2014 -0,2618 0,49521 0,57306414
2015 0,5006 0,49521 2,90521E-05
2016 0,2377 0,49521 0,0663114
2017 2,3506 0,49521 3,442472052
2018 1,6061 0,49521 1,234076592
2019 -0,5334 0,49521 1,058038532
Jumlah 4,9521 9,017375529
Penentuan nilai reduced standart deviation dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
Diketahui :
n = 10
2
𝑌𝑛 − Yn = 9,017375529

Nilai Sn dapat dihitung dengan rumus berikut:


2
𝑌𝑛 − Yn
𝑆𝑛 =
𝑛−1

9,017375529
𝑆𝑛 =
10 − 1

𝑆𝑛 = 1,0009

Berdasarkan perhitungan maka nilai reduced standart deviation (Sn) adalah


1,0009

4. Menghitung nilai K (Reduced variate factor)


Penentuan nilai faktor kondisi (k) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Universitas Sriwijaya
77

𝑌𝑡 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
Keterangan:
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standart deviation

a. Menentukan nilai k untuk periode ulang 2 tahun


Diketahui:
Yt = 0,3665
Yn = 0,49521
Sn = 1,0009

Penentuan nilai k dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


0,3665 − 0,49521
𝑘=
1,0009
𝑘 = −0,1286

Nilai k berdasarkan periode ulang 2 tahun adalah -0,1286

5. Menentukan nilai standart deviation (S)


Nilai standart deviasi ditentukan berdasarkan nilai rata- rata curah
hujan maksimum, sehingga untuk menentukan nilai S dapat digunakan
rumus berikut:

2
𝑥− X
𝑆=
𝑛−1

Pada penentuan nilai S diperlukan data pendukung, dapat dilihat pada


Tabel F.5.

Universitas Sriwijaya
78

2
Tabel F.6. Perhitungan nilai 𝑥 − X

Curah Hujan Harian Curah Hujan 2


Tahun Maksimum Tahunan Rata-Rata 𝑥− X
(mm) (mm)
2010 100 128,56 815,6736
2011 70,7 128,56 3347,7796
2012 122 128,56 43,0336
2013 152,1 128,56 554,1316
2014 95,6 128,56 1086,3616
2015 120,9 128,56 58,6756
2016 118,3 128,56 105,2676
2017 232,3 128,56 10761,988
2018 187,2 128,56 3438,6496
2019 86,5 128,56 1769,0436
Jumlah 1285,6 - 21980,604

Perhitungan nilai standart deviation dapat dilakukan dengan perhitungan


sebagai berikut:
Diketahui :
n = 10
2
𝑥− X = 21.980,604

Nilai S dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


2
𝑥− X
𝑆=
𝑛−1

21980,604
𝑆=
10 − 1

S = 49,42

Berdasarkan perhitungan maka nilai standart deviation (S) adalah 49,42

Berdasarkan perhitungan maka nilai k untuk periode ulang 2 tahun -0,1286 .


Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel F.7. Setelah
didapatkan variabel- variabel nilai tersebut, maka dapat ditentukan nilai hujan
rencana (mm) untuk periode ulang 10 tahun kedepan,

Universitas Sriwijaya
79

Perhitungan yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana untuk


periode ulang 2 tahun adalah sebagai berikut:
Diketahui:
X = 128,56
k = -0,1286
S = 49,42
Penentuan curah hujan rencana dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑋𝑡 = 𝑋 + 𝑘. 𝑆
𝑋𝑡 = 128,56 + −0,1286 × 49,42
𝑋𝑡 = 122,2 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan curah hujan rencana untuk periode
2 tahun 122.2 mm/hari. Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel
F.8.

Universitas Sriwijaya
80

Tabel F.7. Curah hujan harian maksimum pertahun untuk periode tahun 2010-2019

Curah Hujan Harian Curah Hujan 2 2


Tahun N M Maksimum Tahunan 𝑥− X Yn Yn 𝑌𝑛 − Yn S Sn
Rata-Rata (mm)
(mm)
2010 1 7 100 128,56 815,6736 -0,0115 0,49521 0,256755
2011 1 10 70,7 128,56 3347,7796 -0,8745 0,49521 1,876105
2012 1 4 122 128,56 43,0336 0,7941 0,49521 0,089335
2013 1 3 152,1 128,56 554,1316 1,1442 0,49521 0,421188
2014 1 8 95,6 128,56 1086,3616 -0,2618 0,49521 0,573064
2015 1 5 120,9 128,56 58,6756 0,5006 0,49521 2,91E-05
2016 1 6 118,3 128,56 105,2676 0,2377 0,49521 0,066311
2017 1 1 232,3 128,56 10761,9876 2,3506 0,49521 3,442472
2018 1 2 187,2 128,56 3438,6496 1,6061 0,49521 1,234077 49,4 1,0009
2019 1 9 86,5 128,56 1769,0436 -0,5334 0,49521 1,058039
Jumlah 10 1285,6 21980,604 4,9521 9,01737553

Universitas Sriwijaya
81

Tabel F.8. Curah hujan rencana harian dengan metode Gumbel

Periode ulang (T)


Variabel
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Yt 0,3665 0,9027 1,2459 1,4999 1,702 1,8698 2,0134 2,1389 2,2504
Nilai Yn Rata- Rata 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521 0,49521
Standar Deviasi (S) 49,42 49,42 49,42 49,42 49,42 49,42 49,42 49,42 49,42
Nilai Sn 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009 1,0009
Nilai k -0,1286 0,40712 0,75001 1,00379 1,2057 1,37335 1,51682 1,64221 1,75361
Curah Hujan Rata Rata
(X) 128,56 128,56 128,56 128,56 128,56 128,56 128,56 128,56 128,56
Curah Hujan Rencana
(Xt) 122,205 148,68 165,626 178,167 188,146 196,431 203,521 209,718 215,223

Universitas Sriwijaya
Lampiran G. Perhitungan Debit Air Limpasan

Besarnya debit air limpasan (run off) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus rasional sebagai berikut:

𝑄 = 0,278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴

Pada penentuan debit limpasan, maka perlu diketahui variabel- variabel


sebagai berikut:
1. Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
Besarnya intensitas curah hujan dapat dihitung menggunakan persamaan
Monomobe sebagai berikut:

2/3
𝑅24 24
𝐼 =
24 𝑡

Diketahui:
R24 = 122,2 mm/hari
t = 1 jam
Perhitungan nilai intensitas hujan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
2/3
𝑅24 24
𝐼 =
24 𝑡
2/3
122,2 24
𝐼 =
24 1
𝐼 = 42,36 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Berdasarkan perhitungan, nilai intensitas hujan adalah sebesar 42,36 mm/jam

2. Nilai Koefesien Limpasan


Tiap- tiap permukaan tanah mempunyai koefesien limpasan berbeda- beda
menurut Hofedank and Gold secara umum dapat dilihat pada Tabel G.1.

82 Universitas Sriwijaya
83

Tabel G.1. Harga koefesien limpasan daerah tambang (Hofedank and Gold dalam
Gautama, 1999)
Jenis Material C
Lapisan batubara (coal seam) 1,00
Jalan pengangkutan 0,90
Dasar pit dan jenjang ( pit floor and bench) 0,75
Lapisan Tanah penutup (fresh overburden) 0,65
Lapisan tanah penutup yang ditanami (revegeted overburden) 0,55
Hutan (natural rain forest) 0,50

Nilai koefesien limpasan (C) untuk kajian teknis sistem penyaliran tambang
berdasarkan tabel diatas adalah 0,65. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa daerah penelitian adalah berupa area tambang yang akan ditimbun dengan
lapisan tanah penutup (overburden).

3. Luas Daerah Tangkapan Hujan


Catchment area (daerah tangkapan hujan) diperlukan untuk mengetahui debit
air yang masuk kedalam tambang. Pada perhitungan debit limpasan yang akan
masuk ke lahan rencana reklamasi lahan bekas penambangan pasir kuarsa yang
akan dilakukan penataan lahan, diasumsikan luas area tangkapan hujan 10.000 m2.
Berdasarkan variabel- variabel yang telah didapatkan, maka dapat diketahui debit
air limpasan pada lahan rencana reklamasi, dapat dihitung dengan rumus rasional
sebagai berikut:
𝑄 = 0,278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
𝑄 = 0,278 × 0,65 × 0,04236 𝑚/𝑗𝑎𝑚 × 10.000 𝑚2
𝑄 = 76,54 m3/jam
𝑄 = 0,021 m3/detik

Jadi, nilai debit air limpasan untuk periode ulang 2 tahun pada lokasi
penelitian yang merupakan lahan bekas tambang adalah 76,54 m3/jam, sehingga

Universitas Sriwijaya
84

volume limpasan yang masuk ke dalam saluran perhari dengan asumsi lamanya
hujan 4 jam adalah 306,16 m3 dalam 1 hari.

Universitas Sriwijaya
Lampiran H. Perhitungan Dimensi dan Volume Drainase serta Kecepatan Aliran

1. Perhitungan Dimensi Saluran Drainase


Penentuan dimensi penampang saluran drainase dapat dihitung berdasarkan
rumus Manning, dapat dilihat pada persamaan berikut:

𝑄 = 𝐴 × 1/𝑛 × 𝑅 2/3 × 𝑆 1/2


dimana,
A = b. h + m. h2
R = 0,5 x h
B = b + 2m . h
b/h = 2{(1+ m2)0,5 - m}
a = h/sinα

Harga n yang digunakan adalah 0,030 dikarenakan dinding saluran berupa


tanah, koefesien kekerasan dinding dapat dilihat pada Tabel K.1.

Tabel H.1.Koefesien kekerasan dinding saluran menurut Manning(Gautama,1999)


Tipe Dinding Saluran n
Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040

Sistem saluran yang dipakai dalam pemuatan drainase adalah sistem saluran
terbuka, dimana untuk kemiringan dasar saluran ini adalah 0,25% sampai 0,50%

85 Universitas Sriwijaya
86

yang merupakan syarat agar tidak terjadinya erosi serta merupakan pertimbangan
bahwa suatu aliran dapat mengalir secara alamiah.
Berikut merupakan perhitungan untuk mendapatkan dimensi saluran drainase,
dimana sudut kemiringan yang digunakan adalah 60o, yang merupakan ketetapan
kemiringan saluran trapesium. Perhitungan untuk memperoleh dimensi saluran
sebagai berikut:
a. Kemiringan dinding saluran (m)
m = cotg α
m = cotg 60o
m = 0,58
b. Lebar dasar saluran (b)

𝑏 =2 𝑚2 + 1 − 𝑚 ℎ

𝑏 =2 0,582 + 1 − 0,58 ℎ

𝑏 = 1,15 ℎ
c. Luas penampang basah saluran (A)
A = (b + m.h) h
= 1,15 h2 + 0,58 h2
= 1,73 h2

d. Kedalaman aliran (h)


𝑄 = 1/𝑛 × 𝑆 1/2 × 𝑅 2/3 × 𝐴
1 1 2
0,021 = × 0,005 2 × 0,5ℎ 3 × 1,73 ℎ2
0,03
1 1 2
0,021 = × 0,005 2 × 0,5ℎ 3 × 1,73 ℎ2
0,03
1 1 2 2
0,021 = × 0,005 2 × 0,5 3 × ℎ 3 × 1,73 ℎ2
0,03
8
0,021 = 2,58 ℎ3
ℎ = 0,16 𝑚

Besarnya tinggi jagaan adalah 15% dari 0,16 m, sehingga h= 0,024 m. Untuk
mencegah terjadinya pendangkalan dan pengendapan lumpur, kedalaman saluran

Universitas Sriwijaya
87

rencana akan dibuat dua kali lebih dalam dari perhitungan sehingga kedalaman
saluran menjadi 0,32 m. Berdasarkan persamaan diatas, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Lebar dasar saluran (b)
b = 1,15 h
b = 1,15 (0,32)
b = 0,368 m
b. Luas penampang basah saluran (A)
A = 1,73 h2
A = 1,73 x (0,32)2
A = 0,177 m2
c. Lebar permukaan saluran (B)
B = b + 2.m x h
B = 0,368 + 2(0,58) x 0,32
B = 0,74 m
d. Panjang sisi saluran dari dasar ke permukaan (a)
a = h/sin α
a = 0,32/sin 60o
a = 0,40 m

Berdasarkan perhitungan di atas, dimensi saluran yang akan dibuat pada


saluran drainase yaitu, lebar dasar saluran (b) 0,368 m, panjang sisi saluran dari
dasar ke permukaan (a) 0,40 m, lebar permukaan (B) 0,74 m, dan kedalaman (h)
0,32 m.

2. Volume Saluran Drainasee


Panjang saluran drainase yang akan dibuat adalah 504,15 m, sehingga dengan
menggunakan dimensi yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan, maka dalam
perhitungan volume total saluran drainase menggunakan rumus trapesium sebagai
berikut:

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 + 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛


𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ×𝑡
2

Universitas Sriwijaya
88

504.15 × 0,74 + (504.15 × 0,368)


𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 0,32
2
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 89,38 𝑚3
𝐿𝐶𝑀 = 89,38 𝑚3 /𝑆𝐹
𝐿𝐶𝑀 = 89,38 𝑚3 /0,9
𝐿𝐶𝑀 = 99,31 𝑚3

Jadi, volume total saluran drainase adalah 99,31 m3

3. Kecepatan Aliran Air


Untuk mengetahui kecepatan aliran yang mengalir di saluran drainase
digunakan rumus Manning, dimana perhitungannya adalah sebagai berikut:

𝑄
𝑉 =
𝐴
0,021 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉 =
0,177 𝑚2
𝑉 = 0,12 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Jadi, kecepatan aliran air adalah 0,12 m/detik

Universitas Sriwijaya
Lampiran I. Perhitungan Waktu Pembuatan Drainase

Diketahui:
Merk excavator : Kobelco
Tipe excavator : SK-200-10
Jumlah : 1 unit
Kapasitas bucket (KB) : 0,8 m3
Bucket facor (FB) : 0,9
Waktu kerja excavator perhari : 8 Jam
Waktu edar (CT) : 0,375 menit + waktu pindah posisi
: 0,375 menit +0,167 menit
: 0,542 menit
Volume saluran drainase : 99,31 m3 x 0,85 = 84,4 bcm

Berikut adalah tabel waktu hambatan yang dapat dihindari serta waktu
hambatan yang tidak dapat dihindari.

Tabel I.1. Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari


Rata- Rata Waktu Hambatan
No Hambatan
(Menit)
1 Menuju Lokasi 10,00
2 Makan dan Istirahat 60,00
Jumlah 70,00

Tabel I.2. Waktu hambatan yang dapat dihindari


Rata- Rata Waktu Hambatan
No Hambatan
(Menit)
1 Standby 10,00
2 Berhenti sebelum waktunya 5,00
3 Terlambat memulai pekerjaan 5,00
Jumlah 20,00

89 Universitas Sriwijaya
90

1. Waktu kerja tersedia = 8 jam


= 8 x 60 menit
= 480 menit

2. Waktu kerja tersedia = Waktu kerja tersedia – (waktu hambatan


yang tidak dapat dihindari + waktu
hambatan yang dapat dihindari)
= 480 menit – (70 menit + 20 menit)
= 390 menit

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓


Effisiensi kerja = × 100%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
390
= 480 × 100%

= 81,25 %

𝐾𝐵 ×𝐹𝐵×𝑆𝐹× 60×𝐸𝐹
Produksi excavator / jam =
𝐶𝑇
0,8 ×0,9×0,85×60×0,8125
=
0,542

= 55,05 bcm/jam

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛𝑎𝑠𝑒


Waktu pengerjaan =
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟 /𝑗𝑎𝑚
84,4 𝑏𝑐𝑚
=
55,05 𝑏𝑐𝑚 /𝑗𝑎𝑚

= 1,53 jam

Jadi, waktu pembuatan saluran drainase dapat diselesaikan dalam waktu 1,53 jam

Universitas Sriwijaya
Lampiran J. Penyebaran Top Soil Sistem Pot

Diketahui:
Dimensi lubang tanam = 80 cm x 80 cm x 80 cm
Volume lubang tanam = 0,512 m3
Jarak lubang tanam =4m
Luas daerah rencana = 5,03 Ha = 50.300 m2

Keterangan:
: Jarak tanam

: Lubang tanam

Gambar J.1. Ilustrasi lubang tanam

Berdasarkan ilustrasi lubang tanam di atas dapat ditentukan luas area yang
dibutuhkan untuk satu lubang tanam.

Luas area lubang tanam = (0,8 m + 4 m) x (0,8 m + 4 m)


= 23,04 m2

Jadi dibutuhkan luas area 23,04 m2 untuk satu buah lubang tanam

91 Universitas Sriwijaya
92

Jumlah lubang tanam = Luas daerah rencana / luas area lubang tanam
= 50.300 m2 / 23,04 m2
= 2.183,1 buah ≈ 2183 buah

Volume top soil = Jumlah lubang x volume lubang tanam


= 2183 x 0,512 m3
= 1.117,69 m3

Jadi, jumlah lubang tanam yang dapat dibuat di area rencana reklamasi adalah
sebanyak 2183 buah. Dan volume top soil yang dibutuhkan adalah 1.117,69 m3.

Universitas Sriwijaya
Lampiran K. Rincian Rencana Biaya Reklamasi

Untuk rincian biaya reklamasi dibagi menjadi dua bagian yaitu, biaya
langsung dan biaya tidak langsung :
1. Biaya Langsung
a. Penataan Permukaan Tanah
Alat : Bulldozer Komatsu D-65 E-12
Kapasitas Blade : 3,512 m3
Harga Sewa : Rp 300.000 / jam
Konsumsi Bahan bakar : 38 liter/jam
Harga solar industri : Rp 7.750/liter

Tabel K.1. Biaya penataan permukaan tanah


Komponen Satuan Simbol Rumus Nilai
Volume m3 V Menggunakan Minescape 50.930,00
Produktivitas bcm/jam Q Q=KB x Eff x FB/CT 89,09
1 shift Jam Sh - 8,00
Jam yang diperlukan Jam H H= V/Q 485,92
Hari yang diperlukan
Hari D D= H/Sh 61
(jika 8 jam)
Biaya Bahan Bakar Rp 143.103.440
Harga sewa alat Rp 145.776.000
Total Rp 228.879.440

b. Pembuatan Saluran Pembuangan Air (SPA)


Alat : Excavator Kobelco SK-200-10
Kapasitas Bucket : 0,8 m3
Biaya : Rp 125.000/jam
Konsumsi Bahan Bakar : 20 liter/jam
Harga Solar industri : Rp 7.750/liter

93 Universitas Sriwijaya
94

Tabel K.2. Biaya pembuatan drainase


Komponen Satuan Simbol Rumus Nilai
Volume drainase m3 V V= ((LP+LA)/2)xt 99,31
Produktivitas bcm/jam Q Q=KB x Eff x FB/CT 55,05
1 shift Jam Sh - 8,00
Jam yang diperlukan Jam H H= V/Q 1,53≈2
Biaya Bahan Bakar Rp 310.000
Harga yang harus
Rp 250.000
dibayar
Total Rp 560.000

c. Pemupukan
Bibit pohon sengon yang dibutuhkan 2183 bibit untuk luas lahan yang
akan ditanam adalah 5,03 Ha.

Tabel K.3. Jumlah pupuk yang dibutuhkan


Komponen Satuan Simbol Rumus Nilai
Jumlah Bibit Pohon N - 2.183
Kompos untuk 1 bibit Kg P1 - 0,1
NPK untuk 1 bibit Kg P2 - 0,005
Kompos Yang Dibutuhkan Kg Jlh1 Jlh1=N x P1 218,3
NPK Yang Dibutuhkan Kg Jlh2 Jlh2=N x P2 10,9

Komponen yang dibutuhkan untuk pemupukan antara lain adalah pupuk


kandang, pupuk NPK, insektisida, dan pestisida.

Tabel K.4. Biaya pemupukan


Komponen Satuan Jumlah Harga satuan (Rp) Biaya (Rp)
Pupuk Kandang Kg 218,3 5.000 1.091.500
Pupuk NPK Kg 10,9 23.000 250.700
Insektisida Botol 2 50.000 100.000
Pestisida Botol 2 60.000 120.000
Total Biaya Rp 1.662.200

Universitas Sriwijaya
95

d. Pengadaan Bibit Sengon


Pengadaan bibit sengon disesuaikan dengan sistem pot yang dilakukan
untuk penanaman lahan bekas penambangan.

Tabel K.5. Biaya pengadaan bibit sengon


Komponen Satuan Simbol Rumus Nilai
Jumlah Bibit Pohon N - 2.183
Jumlah Bibit Cadangan Pohon Ncad Ncad= 10% x N 218
Jumlah Bibit Total Pohon 2.401
Harga Bibit Rupiah - Rp 5.000
Total Rp 12.005.000

Tabel K.6. Biaya pengadaan bibit LCC


Komponen Simbol Rumus Nilai Satuan
Luas Permukaan Lp - 5,61 Ha
Jumlah Bibit (1Ha) N - 1,00 Bungkus
Jumlah Bibit Total Nt Nt=N x Lp 5,61 Bungkus
Jumlah Bibit Cadangan Ncad Ncad=10% x N 0,56 Bungkus
Jumlah Bibit Total Nt Nt=N+Ncad 6,17≈7 Bungkus
Harga Bibit Pr - 30.000,00 Rupiah
Total Rp 210.000

Jadi total biaya untuk pengadaan bibit adalah Rp 12.215.000

e. Penanaman Sengon
Biaya yang perlu dihitung pada proses penanaman sengon yaitu, biaya
peralatan yang digunakan, biaya pemasangan ajir, dan biaya penanaman bibit.

1). Biaya Peralatan yang Digunakan


Berikut adalah rincian biaya yang dibutuhkan untuk peralatan yang
digunakan pada proses penanaman sengon.

Universitas Sriwijaya
96

Tabel K.7. Biaya peralatan yang digunakan


Peralatan Harga(per unit) Jumlah Harga (Rp)
Ajir 500 2.183 1.091.500
Helm dan Rompi 38.500 10 385.000
Sarung Tangan 15.000 20 300.000
Masker 17.000 10 170.000
Sepatu 65.000 10 650.000
Ember 6.000 13 78.000
Cangkul 95.000 5 475,000
Total 3.149.500

2). Biaya Pemasangan Ajir


Diketahui:
Jumlah tanaman : 2.183 pohon
Waktu pemasangan : 5 menit/buah
Target pengerjaan : 5 hari
Shift kerja : 8 jam
Upah (perhari) : Rp 100.000/orang

5 menit /buah x 2183 pohon


Jumlah orang yang dibutuhkan = 8 jam x 60 x 5 hari

= 4,54 ≈ 5 orang

Total Biaya = 5 orang x 5 hari x Rp 100.000


= Rp 2.500.000

3). Biaya Penanaman Bibit


Biaya penanaman bibit dihitung berdasarkan jumlah bibit yang akan
ditanam, waktu pengerjaan dihitung untuk menentukan jumlah upah yang
harus dibayarkan. Dengan jumlah tenaga kerja yang ada maka akan
menentukan waktu pengerjaan dan upah yang harus dibayar kepada para
pekerja.

Universitas Sriwijaya
97

Tabel K.8. Biaya penanaman bibit


Komponen Satuan Simbol Rumus Nilai
Jumlah Tanaman Batang N - 2.183
Pengerjaan 1 Bibit Menit T - 10
Pengerjaan waktu (1 jam) Kali N(1 jam) N(1 jam)=60/T 6
Jumlah tenaga kerja Orang Tk - 10
Pengerjaan Seluruh Tk Kali H H=Tk x N(1jam) 60
Shift kerja Jam Sh - 8
Pengerjaan sesuai shift Kali Hs Hs=H x Sh 480
Hari yang dibutuhkan Hari D D=N/Hs 4,5≈5
Per
Upah 1 Hari Cost - 100.000
orang
Cost(T)
Upah 1 hari(10 orang) Rupiah Cost(T) 1.000.000
=Cost x Tk
Total Biaya Cost(T) x D Rp 5.000.000

4). Total Biaya Penanaman

Tabel K.9. Biaya total penanaman


Komponen Biaya
Peralatan Rp 3.149.500
Pemasangan Ajir Rp 2.500.000
Penanaman Pohon Rp 5.000.000
Total Biaya Rp 10.649.500

f. Pemeliharaan Tanaman

Tabel K.10. Biaya pemeliharaan tanaman


Peralatan Jumlah Satuan Harga/Satuan Harga
Mesin rumput merk tanaka
2 unit 4.000.000 8.000.000
328SEII
Pisau mesin rumput 2 buah 40.000 80.000
Oli mesin 2 tak 2 Tak 35.000 70.000
Bensin 2 liter 6.450 15.480
Cangkul 2 buah 95.000 190.000
Sekop 2 buah 12.000 24.000
Gergaji kayu besar 1 buah 2.040.000 2.040.000
Tenaga kerja 2 orang 100.000 200.000
Total Biaya Rp 10.619.480

Universitas Sriwijaya
98

Total biaya langsung ialah Rp 264.585.620,00 dan dikonversikan ke dollar


Amerika (bulan Maret 2020) untuk digunakan menghitung biaya tidak langsung
dengan grafik perhitungan biaya tidak langsung reklamasi.
1 dollar = Rp 15.913
Maka, total biaya langsung yaitu = Rp 264.585.620,00 / Rp 15.913,00
= $ 16.627,01

2. Biaya Tidak Langsung


a. Biaya mobilitas dan demobilitas alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung
atau berdasarkan perhitungan .
Biaya mobilitas dan demobilitas alat = 2,5 % x Rp 264.585.620,00
= Rp 6.614.640,5

b. Biaya perencanaan reklamasi, grafik pada gambar K.1. menyatakan


bahwa persentase pada biaya perencanaan reklamasi adalah 9,2 %, maka
biaya perencanaan reklamasinya:
Biaya perencanaan reklamasi = 9,2 % x Rp 264.585.620,00
= Rp24.341.887,04

c. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana


reklamasi tahap operasi produksi. Grafik K.2. menyatakan bahwa
persentase pada biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai
pelaksana reklamasi tahap operasi produksi adalah 14 %, maka :
Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga =14% x Rp264.585.620
= Rp 37.041.986,80

d. Biaya supervisi sebesar 2 % sampai dengan 6,6 % dari biaya langsung.


Grafik K.3. menyatakan bahwa persentase pada biaya supervisi adalah
6,6 %.
Biaya supervisi = 6,6% x Rp264.585.620,00
= Rp 17.462.650,92

Universitas Sriwijaya
99

Tabel K.11. Total biaya perencanaan reklamasi


Komponen Harga (Rupiah)
Biaya Langsung
Biaya Penatagunaan Lahan
1. Penataan Permukaan Tanah 228.879.440,00
2. Pembuatan Drainase 560.000,00
Biaya Revegetasi
1. Pemupukan 1.662.200,00
2. Pengadaan Bibit 12.215.000,00
3. Penanaman 10.649.500,00
4. Pemeliharaan Tanaman 10.619.480,00
Total Biaya Langsung 264.585.620,00
Biaya Tidak Langsung
1. Mobilitas dan Demobilitas alat 6.614.640,50
2. Perencanaan Reklamasi 24.341.887,04
3. Biaya Administrasi dan Keuntungan Pihak Ketiga 37.041.986,80
4. Biaya Supervisi 17.462.650,92
Total Biaya Tidak Langsung 85.461.165,26
Total Biaya 350.046.785,26

Universitas Sriwijaya
100

Gambar K.1. Grafik biaya perencanaan reklamasi

Universitas Sriwijaya
101

Gambar K.2. Grafik biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai
pelaksana reklamasi tahap operasi produksi

Universitas Sriwijaya
102

Gambar K.3. Grafik biaya supervisi

Universitas Sriwijaya

You might also like