You are on page 1of 5

Mencintai dan Dicintai: Kunci Menemukan Jati Diri dalam Novel Athlas

Karya Kata Kokoh


Zahra Alisyia Hasanah
Pengantar
Pada novel ini, diceritakan seorang remaja bernama Athlas. Athlas
memiliki saudara kembar yaitu, Athalan dan Athilla serta menjadi anak pertama
dari ketiga bersaudara tersebut. Athlas ialah seorang remaja yang memiliki
kepribadian yang unik dan berbeda dari kedua saudara kembarnya, ia merupakan
pribadi yang lebih pendiam, pemalu, dan tidak terlalu suka untuk bersosialisasi.
Hal ini yang membuat Athlas merasa terasingkan, bahkan dari kedua saudara
kembarnya sendiri.
“Ada beberapa faktor yang bikin gue punya kesimpulan tersebut.
Pertama, fisik. Dilihat dari jendela mana pun, muka gue beda dari
Athalan dan Athilla. Mereka berdua itu identik, cuma beda warna mata aja.
Sisanya? Sama persis.
Kedua, sifat. Sifat Athalan mirip Papa dan Athilla mirip Mama.
Pertanyaan di sini adalah: SIFATGUEMIRIP SIAPA? Masa, Uncle Sadewa?
Emangnya, gue anak Uncle? MUSTAHIL. Lagi pula, gue enggak mirip sama dua
sepupu gue, Benua dan Samudra.
Ketiga, kecerdasan. Otak gue agak tiarap dibandingkan mereka berdua.
Seceroboh-cerobohnya Athilla yang latah dan suka pecahin piring kesayangan
Mama, otaknya mash encer. Sementara, gue? Gue nurun siapa? Mama pinter,
Papa apalagi.
Tapi ini, nih, yang paling penting: Papa selalu bedain gue dari Athalan
dan Athilla! Entah itu makanan, sekolah, dan hal lainnya. Athalan dan Athilla
sekolah di SMA Papa
sama Mama dulu, sedangkan gue disekolahin di sekolah negeri. Emang, sih,
sekolah gue elite juga, tapi intinya: kenapa sekolah gue HARUS beda? Kenapa
Papa enggak usahain gue di sekolah yang sama?
Oke, udah banyak, nih, sue ngetiknya. Satu perta- nyaan yang selalu ada
dalam kepala gue dan masih be- lum terungkap. Kalau memang misalnya gue
bukan anak kandung Papa ....
SIAPA BOKAP KANDUNG GUE? BRUCE WAYNE? TONY STARK?”
(Athlas, 2018: 10-11)
Athlas memiliki seorang sahabat perempuan yang bernama Vella. Vella
merupakan gadis yang ceria, penuh percaya diri, dan selalu bisa membuat Athlas
merasa nyaman. Setelah menghadapi masalah yang menimpa mereka, kejujuran
Vella mengubah kehidupan Athlas. Athlas mulai belajar untuk lebih percaya diri
dan berani untuk mengahadapi tantangan.
“Athlas: Aku sayang banget sama kamu. Apa pun perasaan itu, aku enggak mau
lihat kamu nangis. Karena, kamu adalah salah satu orang penting yang aku miliki.
Athlas: Jadi, mulai saat ini, aku mau kamu terbuka apa pun tentang perasaan
kamu ke aku, dan aku juga akan sangat terbuka untuk mengatakan apa pun yang
aku rasain ke kamu. Supaya kita bisa saling menjaga.
Vella sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya.
Senggukan kecil itu menjadi tanda bahwa dia sangat sedih mendengarkan ucapan
Athlas. Vella sama sekali tidak berharap Athlas akan membalas perasaannya.
Dengan melihat Athlas tersenyum setiap hari, itu sudah lebih dari cukup baginya.”
(Athlas, 2018: 421- 422)

Menghargai Diri Sendiri


Harga diri merupakan penilaian yang dimiliki mengenai diri sendiri. Harga
diri yang tinggi dapat membuat seseorang percaya diri dan layak untuk dicintai.
Harga diri dapat dibangun dengan menerima kekurangan dan kelebihan diri,
mengembangkan potensi diri, serta menghargai diri sendiri apa adanya.
Menghargai diri sendiri merupakan suatu kondisi ketika seseorang dapat
mencintai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat mampu mengambil
keputusan dalam berbagai hal, seperti dalam perkembangan spiritual, fisik, dan
juga dalam psikologis. (Khosaba, 2012)
Athlas adalah sosok yang sering merasa rendah diri karena ia berbeda dari
kedua saudara kembarnya. Namun, dengan bantuan Vella, Athlas mulai belajar
untuk menghargai diri sendiri. Ia menyadari bahwa ia memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, dan bahwa ia layak untuk dicintai.
“Vella: Kamu itu pintar, Athlas. Kamu punya bakat dalam bidang logika dan
pemecahan masalah.
Athlas terdiam. Ia tidak pernah berpikir bahwa ia memiliki bakat apa pun.
Ia selalu merasa kalah dari Athalan dan Athilla.
Vella: Benar, kok. Kamu bisa memecahkan teka-teki itu dengan sangat mudah.
Aku yakin kamu bisa sukses di bidang itu.
Athlas tersenyum. Ia mulai menyadari bahwa ia mungkin memang
memiliki kelebihan. Ia mulai merasa lebih percaya diri.” (Athlas, 2018: 101-102)

Persahabatan
Persahabatan adalah salah satu hubungan yang penting dalam kehidupan
manusia dan didasari oleh saling pengertian, saling percaya, serta saling
mendukung. Persahabatan dapat memberikan dukungan, semangat, dan rasa
diterima. Persahabatan dengab Vella telah membantu Athlas untuk merasa lebih
percaya diri dan diterima. Athlas mulai menyadari bahwa ia tidak sendirian dalam
perjalannya menemukan jati diri.
“ Athlas: Aku merasa lelah, Vella. Aku merasa tidak tahu lagi siapa aku dan apa
yang ingin aku lakukan dalam hidup.
Vella: Itu wajar. Menemukan jati diri itu tidak mudah. Butuh waktu dan usaha.
Athlas: Tapi aku merasa putus asa. Aku merasa tidak akan pernah
menemukannya.
Vella: Kamu akan menemukannya. Hanya saja, kamu perlu bersabar. Dan kamu
juga perlu bantuan.
Athlas: Bantuan?
Vella: Ya, bantuan. Dari orang-orang yang peduli padamu. Dari teman-temanmu.
Athlas terdiam. Ia tidak pernah berpikir tentang hal itu sebelumnya. Ia
selalu berpikir bahwa ia harus menemukan jati dirinya sendirian.
Athlas: Kamu benar. Aku perlu bantuan
Vella: Aku ada di sini untukmu. Aku akan selalu ada untukmu.
Athlas memeluk Rinan. Ia merasa bersyukur memiliki sahabat seperti
Vella.” (Athlas, 2018: 155-156)
Cinta
Cinta merupakan salah satu emosi manusia yang paling kuat. Cinta dapat
berasal dari berbagai sumber. Cinta yang berasal dari orang terkasih akan
memberikan rasa aman, dukungan, dicintai, dihargai, serta dapat menjadi sumber
kebahagiaan dan kekuatan. Cinta yang diberikan Vella menjadi salah satu
kekuatan yang mendorong Athlas untuk terus bertumbuh kembang dan
menemukan jati dirinya.
“Athlas: Aku selalu merasa tertekan untuk menjadi seperti Athalan dan Athilla.
Aku selalu merasa bahwa aku tidak cukup baik.
Vella tersenyum.
Vella: Kamu tidak perlu menjadi seperti mereka. Kamu harus menjadi dirimu
sendiri.
Athlas terdiam. Ia tidak pernah berpikir tentang hal itu sebelumnya. Ia
selalu berpikir bahwa ia harus menjadi seperti saudara kembarnya.
Athlas: Kamu benar. Aku tidak perlu menjadi seperti mereka.
Vella memeluk Athlas.
Athlas: Aku akan selalu ada untukmu. Aku akan selalu mendukungmu.
Athlas memeluk Vella kembali. Ia merasa bersyukur memiliki sahabat seperti
Vella.” (Athlas, 2018: 163-164)

Simpulan
Pada novel ini menceritakan mengenai kisah seorang remaja bernama
Athlas yang sedang mencari jati dirinya. Athlas merasa berbeda dan tidak cukup
baik dari saudaranya serta selalu berusaha untuk menjadi seperti mereka. Namun,
semakin keras ia berusaha, semakin jauh ia menjadi dirinya sendiri. Athlas mulai
menyadari bahwa ia harus menjadi dirinya sendiri. Hal ini tidak mudah, tetapi ia
mulai belajar untuk menerima dirinya dan Athlas juga menemukan dukungan dari
orang yang sayang kepadanya. Pada akhirnya, Athlas menemukan jati dirinya dan
menyadari ia adalah pribadi yang unik dan berharga. Novel ini mengajarkan
bahwa kita perlu untuk menerima diri kita apa adanya dan untuk menemukan jati
diri adalah perjalanan yang tidak mudah, tetapi akan menjadi mudah jika memiliki
dukungan dari orang yang sayang pada kita.

You might also like