You are on page 1of 20

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

KECAMATAN TEMBALANG
Jl. H. Iman Soeparto Tjakrajoedha, SH No. 1 Semarang

RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT


(RKS) DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Kegiatan :
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Kecamatan

Pekerjaan :
Jalan Tembus RW 01 ke Jalan Raya Kompol R Soekanto
BAB. 1
PEKERJAAN PERSIAPAN & PERSYARATAN UMUM

1.1. Spesifikasi Umum


Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh
Gambar Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis,
seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan Memiliki izin usaha yang terdiri :
a. Nomor Induk Berusaha (NIB);
b. Sertifikat Badan Usaha (SBU);
Dengan Klasifikasi Konstruksi Bangunan Sipil dan subklasifikasi Bangunan Sipil
Jalan (BS001).
Persyaratan Sertifikat Badan Usaha (SBU) tersebut harus diterbitkan oleh
LPJK sesuai yang ditetapkan oleh Pemerintah cq kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
Baik SBU maupun SIUJK wajib masih memiliki masa berlaku dan sudah
diregistrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau
kesimpangsiuran informasi dalam pelaksanaan, Penyedia Jasa konstruksi
diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi / Konsultan Pengawas
untuk mendapat, kejelasan pelaksanaan.

1.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai yang dinyatakan dalam Gambar
Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Teknis.
Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya.
Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan,
alat- alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.
Pekerjaan, pembersihan dan pengamanan dalam Tapak Bangunan
sebelum pelaksanaan dan setelah pembangunan.

1.3. Gambar Dokumen


Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan / atau
ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Penyedia
Jasa konstruksi diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan
Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas
tidak dapat dijadikan alasan dan Penyedia Jasa konstruksi untuk
memperpanjang / meng- claim biaya maupun waktu pelaksanaan.

1.4. Shop Drawing


Penyedia Jasa konstruksi wajib membuat shop drawing untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
1.5. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja (Struktur) pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
Penyedia Jasa konstruksi tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan/Dokumen Kontrak tanpa
sepengatahuan Direksi.
1.6. Sarana Kerja
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identitas, nama, jabatan,
keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identifikasi tempat kerja
(workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan Penyedia Jasa
konstruksi akan dilaksanakan serta jadwal kerja
Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman
dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan
penyimpanan bahan tersebut.
Penyedia Jasa Konstruksi Wajib menyediakan Alat Pelindung Diri, Identitas
Pekerja, Identitas Tenaga Ahli, Rambu-rambu dalam pekerjaan Konstruksi,
dan Peraturan selama Konstruksi berlangsung dengan persetujuan pengawas
dan Direksi.
1.7. Standard Yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
− SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
− SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
− SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung
− NI-2 PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
− PUBI — 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-3 PMI PUBB 1 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-4 Persyaratan Cat Indonesia.
− NI-5 PKKI Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia.
− NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia.
− NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
− PPI-1979 Pedoman Plumbing Indonesia.
− PUIL-1977 Peraturan Umum Instalasi Listrik.
− PPBI-1984 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
1.8. Syarat Bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik
tidak cacat, sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari
noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan
1.9. Merk Pembuatan Bahan
Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan &
persyaratan Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila
ditentukan lain.
Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan
tersebut.
Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran
pabrik harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.
Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk
Pabrik dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana
Diisyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang yang
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang
ditentukan untuk menetapkan standard of appearence. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK turun
1.10. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi
Untuk detail-detail hubungan tertentu, Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan
membuat komponen jadi (mock up) yang harus diperlihatkan kepada Direksi
/ Konsultan Pengawas/ Perencana untuk mendapat persetujuan. Semua
bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standard
yang berlaku.
1.11. Koordinasi Pelaksanaan
Penunjukan Supplier dan/atau Sub Penyedia Jasa konstruksi harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas
Penyedia Jasa konstruksi wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas
petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas/Perencana dengan Penyedia Jasa
konstruksi bawahan atau Supplier bahan.
Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas/
Perencana di lapangan untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi
Pabrik
1.12. Persyaratan Pekerjaan
Penyedia Jasa konstruksi wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan
mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian
bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan &
Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Penyedia Jasa
konstruksi wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja terkait
pekerjaan lain antara lain pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal,
Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.
1.13. Pelaksanaan Pekerjaan
Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan
harus tepat sesuai Gambar Kerja.
Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke
selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa konstruksi wajib
meneliti Gambar Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.
Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi
dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.
Penyedia Jasa konstruksi tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila
terjadi Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Penyedia Jasa
konstruksi, Penyedia Jasa konstruksi harus memperbaikinya sesuai dengan
keadaan semula.
Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.
Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan
kegiatan suatu pekerjaan.
Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa konstruksi.
1.14. Pekerjaan Pembongkaran & Perbaikan Kembali
Penyedia Jasa konstruksi harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang
ada / merkisting di Lapangan dan tidak terbatas pada Saluran Drainase, Pipa
Air Bersih, Pipa lainnya yang masih berfungi dan kabel bawah tanah apabila
ada.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran
untuk pekerjaan lain, maka Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan memperbaiki
kembali atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa
mengganggu sistem yang ada. Dalam kasus ini, Penyedia Jasa konstruksi tidak
dapat menclaim sebagai pekerjaan tambah.
Penyedia Jasa konstruksi wajib melapor kepada Direksi / Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pembongkaran / pemindahan segala sesuatu yang ada di
Lapangan.
1.15. Permukaan Atas Lantai (Peil)
Peil ±0,00 di ambil esuai dengan gambar perencanaan.
Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-
lain harus mengambil patokan dari peil ±0,00 tersebut.
1.16. Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum
3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari
kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan
harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran
harus memakai alat ukur yang disetujui Konsultan Pengawas.
Bouwplank harus menunjukkan ketinggian ±0.00 dan as kolom/dinding. Letak
dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak
berubah selama pekerjaan berlangsung.
1.17. Kantor Kontraktor, Los Dan Halaman Kerja, Gudang Dan Fasilitas Lain
Apabilan di perlukan Kontraktor harus membangun kantor dan
perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam
halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan
buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana
konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar
seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan. Dengan seijin
Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

1.18. Ketentuan Pelaksanaan K3


Ketentuan administrasi
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian
rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan
atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
4) kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat
dan sehat.
5) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
6) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
7) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana pencegahan yang dipandang perlu.
8) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara pelaksanaan kerja yang aman.
9) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja


Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan
tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut
harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap
proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh
(full-time)
2) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
3) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau
kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan
membentuk unit pembina K3.
4) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
5) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-
baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta
bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
6) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja.
7) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas
kejadian yang terkait dengan K3, dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
1) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja,
pekerja masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-
sebabnya.

Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja
pertama kali (pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja
dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada
pekerjaan tersebut.
2) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya
secara teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
4) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-
tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang
terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus
disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu,
kelembaban udara dan lain-lain.
6) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
8) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah
dimengerti.
9) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
10) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
11) ika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain,
alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka
bekerja.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan
adanya risiko tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
13) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan
mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit
atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
lainnya.
14) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
dan strategis yang memberitahukan antara lain :
a. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari petugas K3.
b. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja


Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek jalan dan jembatan.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang
perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini
agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan
pengawasannya.

Ketentuan teknis
Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan
dan jembatan, Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL), bila dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan
dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan harus
mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek
terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
1) Pintu masuk dan keluar
a. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat
kerja.
b. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-
alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di
seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu
mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara
yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus
dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.
c. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas
yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri
untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena
benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya
membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau
proyek dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus
tersedia :
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam
kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju
ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat dan dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia
di tempat-tempat sebagaiberikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun
dimana terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah
terbakar.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas
yang menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau
karbon tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di
tempat yang terbatas (ruangan tertutup, sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air(reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan
sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran

Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata
pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material
keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

Gambar 4.1. Perlengkapan keselamatan kerja

Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk
mengurangi biaya karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang
keselamatan kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada
pada masing masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan
pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar
untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk
memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang
baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis
untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek
konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus
terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak
mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang
tunggal untuk memberhentikan pekerja).
Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk
mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun
yang formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara
lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.
BAB 2
SYARAT SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

PASAL 1
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk
pekerjaan sub struktur, seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
c. Pembuangan sisa galian yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi, pembuangan hasil galian tidak dapat
dipergunakan sebagai bahan urugan kembali pada konstruksi tersebut.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Kedalaman galian pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai dengan
peil-peil yang tercantum dalam gambar. Semua bekas-bekas pondasi
bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang
terdapat dibagian galian yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan
dibuang.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon
dan lain-lain yang masih digunakan, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus
secepatnya memberitahukan kepada Direksi / Konsultan Pengawas, atau
kepada intansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut,
apabila timbul kerusakan kontraktor berhak bertanggung jawab untuk
mengembalikan atau memindahkan sesuai fungsinya.
c. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus
digali keluar sedang lubanglubang diisi kembali dengan pasir, disiram dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun
pada waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan
kapasitas yang memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat
bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air lumpur pada
dasar galian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi
/ Konsultan Pengawas.
PASAL 2
PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat- alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini
dengan baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan dan
pemadatan kembali untuk pekerjaan substruktur yang ditunjukkan dalam
gambar atau petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Terlebih dahulu lapisan atas dikupas dan dipadatkan hingga mencapai
40% kepadatan maksimum paling sedikit sedalam 15 cm sebelum urugan
dimulai.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal
max tiap- tiap lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan dengan
stemper, baby roller minimum 5 ton atau peralatan yang disetujui oleh
direksi dan konsultan pengawas.
c. Tanah urug yang kering harus dibasahi dengan air, tetapi apabila tanah
sudah mengandung air maka tidak perlu dibasahi kemudian dilakukan
pengilasan atau pemadatan.
d. Pemadatan sebaiknya mencapai 80% kepadatan maksimum dan standar
kepadatan tesebut bisa berubah atas persetujui direksi dan konsultan
pengawas.
e. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah mendapat persetujan dari
Direksi / Konsultan Pengawas.
f. Apabila terdapat gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan
tersebut harus dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya
sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama.
g. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat
tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
h. Setiap kegiatan pemadatan tanah disertai dengan laporan CBR tanah
yang dipadatkan ketinggian per 1 meter dengan pemadatan dianggap cukup,
setelah mendapat persetujan dari Direksi / Konsultan Pengawas.

PASAL 3
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Pembetonan dilakukan sesuai gambar kerja yang memiliki material beton
dengan mutu sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada gambar.
2. Beton Adukan Semen
a. Beton merupakan campuran PC, air dan material berbutir dan tidak
boleh memakai bahan lain tanpa ijin direksi. Penggunaan semen SNI 15-
2049-2004. setelah beton mengeras harus didapat bahan yang padat,
awet dan kokoh dan mempunyai sifat yang diisyaratkan.
b. Perbandingan antara butir halus dan kasar tergantung gradasi. Tetapi
butir halus lebih sedikit dan bila dikombinasikan dengan PC akan
menghasilkan adukan yang mengisi rongga antara butiran kasar dan cukup
tersisa untuk membentuk permukaan halus (Beton Merkpose).
c. Sebelum pekerjaan pembetonan dimulai kontraktor akan membiayai
seperti yang disyaratkan sesuai kehendak direksi untuk menentukan
perbandingan material berbutir kasar, persentase semen dan nilai air
semen.
d. Direksi dapat mengubah perbandingan campuran beton itu bilaman
dipandang perlu selama pelaksanaan untuk dapat mencapai persyaratan
yang sesuai.
3. Mutu Beton
a. Mutu beton untuk semua pekerjaan beton, paling sedikit dengan beton
mutu K-100 readymix dan Beton K-250 readymix menyesuaikan dengan
gambar kerja,
b. Agar persyaratan mutu beton tersebut dapat tercapai, maka kontraktor
menghubungi laboratorium yang ditunjuk direksi untuk penentuan
mixed design nya.
c. Jika terjadi penyimpangan mutu beton maka direksi berhak
memerintahkan kontraktor untuk membongkar tanpa ada tuntutan biaya
tambahan.
d. Sebelum disetujui rencana campuran beton, atau ditentukannya
perubahan suatu rencana campuran yang telah ada maka direksi
menunjuk perlu diadakan percobaan.
e. Bila percobaan pendahuluan memenuhi syarat maka dapat
dipakaipada pekerjaan selanjutnya yang sesuai.
f. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton yang besar lebih dari 60 m3,
harus dibentuk benda uji setiap 5 m3, atau setiap truck mixer
datang dengan minimum tiga benda uji setiap hari/ kedatangan, kecuali
permulaan pekerjaan dimana frekuensi pembuatan benda uji harus
lebih besar, agar segera terkumpul 20 benda uji.
g. Dalam hal khusus pada konstruksi memungkinkan direksi untuk
mempertimbangkan agar tentang pengurangan beton itu, maka diadakan
percobaan pembebanan, sehingga pembongkaran beton pada tempat itu
tidak dilaksanakan.
h. Penyimpanan dari gambar konstruksi rencana, dapat mengakibatkan
pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbaharui lagi sesuai dengan
spesifikasi dan petunjuk direksi.
i. Keropos pada waktu pelaksanaan dapat dipertimbangkan oleh direksi
untuk dibongkar bila dianggap membahayakan konstruksi, dan
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor dan biaya sepenuhnya ditanggung
kontraktor.
j. Sebelum pengecoran dimulai harus mendapat ijin tertulis direksi tentang
rangkaian pembesian dan kebersihan material dan air yang digunakan,
serta hal lainnya.
k. Sebelum menuangkan beton mortel kearah cetakan beton, harus
diperiksa dahulu slumpnya, apabila memenuhi syarat dan dipandang
menurut direksi pekerjaan dapat dilaksanakan, jika tidak maka dibuang
dan tidak digunakan.
4. Penyimpanan Material
a. Cara pengerjaan dan penyimpangan agregate beton hendaknya
diusahakan sedemikian agar tidak terjadi satu pemisahan (segregation
atau pengotoran bahan lain dari luar). Agregat disimpan terpisah-pisah
menurut ukurannya gara tidak saling tercampur.
b. Semen harus disimpan yang rapi menurut datangnya sehingga
pemakaian dapat diusahakan sedemikian agar tidak ada semen yang
terlalu lama berada di penyimpanan. Umur semen yang dapat digunakan
pada konstruksi beton tidak melebihi 3 bulan. Direksi tidak
memperkenankan semen yang melebihi umur 3 bulan asal didasarkan hasil
test yang memuaskan dimana test tadi atas biaya dari kontraktor.
c. Semen yang telah menggumpal tidak dipebolehkan untuk dipakai dalam
pekerjaan konstruksi. Penggudangan tersebut hendaknya disesuaikan agar
jumlah material cukup banyak untuk menjaga kemacetan pekerjaan yang
diakibatkan keterlambatan pengiriman material.
d. Pengiriman semen ke tempat penyimapanan atau pekerjaan harus dijaga
agar semen tidak lembab.
5. Pengadukan Beton
a. Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dari mengaduk sampai
perawatannya hendaknya sesuai dengan yang diisyaratkan dalam SNI 03-
2847-2002.
b. Pengadukan pengangkutan dan pengecoran sebaiknya dilakukan pada
cuaca yang baik. Bila hari hujan atau panas maka harus dilakukan suatu
usaha-usaha untuk dapat melindungi alat-alat pengadukan atau
pengerjaan pengadukan, pengangkutan dan pengecoran sedemikian
sehingga didapat jaminan sehingga nilai air semen tidak akan berubah.
c. Bila dalam hal ini direksi berpendapat usaha-usaha untuk melindungi
pengadukan, pengecoran dan pengangkutan tidak cukup, atau
dalam beberapa hal tidakdapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, direksi dapat memutuskan agar pengecoran dapat ditunda
sampai pada cuaca yang lebih baik. Akibat penundaan ini daoat dijadikan
alasan untuk menuntut ganti rugi.
d. Beton harus diaduk di dalam lapangan yaitu pada central mixingplant,
dengan alat-alat yang sesuai dimana akan dapat dihasilkan adukan yang
homogen. Semen ditakar dengan jumlah terdiri dari saknya, maka harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga saknya berjumlah bulat. Kapasitas
mesin pengaduk hendaknya jangan dilampaui.
e. Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh kurang dari 1,5 menit,
dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-bahan beton termasuk air.
Untuk mixer kapasitas lebih dari 1m3, maka waktu minimum tersebut
dapat ditambah sesuai petunjuk direksi. Sebelum waktu minimum selesai
tidak diperbolehkan menghentikan mesin dan atau mengambil sebagian
isinya.
f. Pada permulaan pengadukan, semen, pasir dan air dari adukan itu
akan menempel pada dinding kontainer. Karena itu hendaknya pada
pengadukan pertama dipertahankan sedemikian rupa agar hasil adari
adukan pemula itu jumlah semen, air dan pasir tidak kurang dari
pesyaratan yang sebenarnya.
g. Sebelum membuat adukan baru, hasil adukan sebelumnya harus sudah
keluar semua dari kontainer.
h. Harus selalu disediakan ditempat pekerjaan sebuah atau beberapa buah
mixer yang selalu siap digunakan bila digunakan antara lain dalam
keadaan dimana segera dibutuhkan adukan beton untuk mengisi kembali
bagian-bagian yang rusak (reserve mixer).
i. Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras
tidak diperbolehkan. Beton didalam keadaan seperti itu bila
rusak harus dibuang/disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
j. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat
dicegah segredasi dan kehilangan bahan-bahan (air, semen atau butir
halus).
k. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak
terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah dicor dan kan diberi cor.
l. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat
dilakukan dengan ijin direksi.
m. Adukan beton umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang.
6. Pengecoran Beton
a. Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan
pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui oleh direksi.
b. Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat material pekerja-pekerja
harus sudah ada di tempat dimana harus bekerja, dan semua alat-
alat dalam keadaan bersih serta siap pakai. Permukaan sebelah dalam
dari acuan harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan lepas maupun
potongan kawat/besi. Acuan yang terbuat dari kayu dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, maka acuan harus
dibasahi dengan air dahulu hingga jernih.
c. Tulang-tulangan harus disetujui dahulu oleh direksi mengenai
penempatannya dan harus diberi beton dekking sedemikiam sehingga
untuk pengecoran dan pemadatan beton nantinya akan menyebabkan
tulangan bergeser terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
d. Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan
pelepasan acuan setelah beton mengeras dan sudah betul-betul diperiksa
sehingga tidak mengganggu pelekatan antara besi dan beton. Bidang
beton lama akan berhubungan dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan dan disiram dengan air semen hingga jenuh.
e. Dekat dengan pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton
lama tersebut harus sudah disapu dengan mortal yang cmapurannya sesuai
dengan betonnya. Atau diberi pengait beton lama dan beton baru.
f. Bilamana pengecoran yang akan dilakukan diperkirakan sampai malam
hari perelengkapan-perlengkapan penerangan dan lain-lain harus sudah
dipersiapkan sebelumnya.
g. Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum
beton mulai mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar dari mixer
kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
h. Cara pengerjaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregation) dan
pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor itu.
i. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi tinggi 1,5 meter dan
tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak disuatu
tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang acuan.

7. Besi Beton ( Steel Bar ).


Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir2.
b. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
c. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan
bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan
Peraturan Beton Indonesia.
d. Mempunyai penampang yang sama rata.
e. besi beton menggunakan produk dalam negeri dan ber TKDN minimal 25%
ditunjukkan dengan sertifikat TKDN dari Kemenperin atau ditunjukkan
print screen website TKDN Kemenperin.
- Kecuali bila ditentukan lain di dalam gambar maka mutu besi beton
yang digunakan adalah :
- ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos )
- > ø12mm : BJTD U-32 ( Tulangan Ulir )

Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan


diatas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Besi beton
harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
Sebelum mengadakan pemesanan Penyedia Jasa Konstruksi harus mengadakan
pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjk
dari Direksi / Konsultan Pengawas.
Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Direksi / Konsultan Pengawas,
berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang
diameternya sama dan panjangnya ± 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga
akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh Direksi / Konsultan
Pengawas.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Direksi /
Konsultan Pengawas tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang
bersangkutan tidak sah.
Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang
semacam itu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana Struktur.
Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan
tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk
besi tersebut.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dengan site setelah
menerima instruksi tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas, dalam waktu
2x24 jam atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Untuk menjamin mutu besi beton, Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai
wewenang untuk juga meminta Penyedia Jasa Konstruksi melakukan pengujian
tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh
untuk masing-masing diameter atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi atau setiap
saat apabila Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai keraguan terhadap
mutu besi beton yang dikirim.

PASAL 4
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang
pada bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh
Direksi.
2. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Pemborong.
3. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar
detail maka segera dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan
kepentingan bangunan itu sendiri.
4. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu
mutlak dibutuhkan, maka hal tersebut harus dikerjakan / dilaksanakan.
5. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam Pasal-Pasal RKS ini
akan dijelaskan dalam Aanwijzing.

Pejabat Pembuat Komitmen


Kecamatan Tembalang Kota Semarang

AGUS PRIHARWANTO, S.SOS., MM.


NIP. 19650818 198603 1 011

You might also like