Professional Documents
Culture Documents
Penda Hulu An
Penda Hulu An
Disetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Segala puji bagi Allah Subnallahu Wata’ala yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yang berjudul “Teknik Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”. Sholawat dan salam penulis hadiahkan
kepada nabi Muhammad Shalaallahu Alaihi Wasallam yang telah membawa
umatnya dari alam kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Orang Tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan do’a dan
material kepada penulis. Terimakasih kepada Ibuk Dr. Ir. Muliana, M.P selaku
dosen pembimbing saya yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta
nasehat dalam penyusunan laporan ini. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak
Tri Mangkurat S.P selaku Manager unit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebuh Bah
Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk
melakukan Praktek Kerja lapang (PKL) di perusahaan tersebut. Terimakasih
kepada Bapak Sahat Silvester Sinaga S.P selaku Asisten Kepala dan asisten
lapangan Afdeling 1 Bapak Indra Yudistira S.P., M.P yang telah membimbing
kami selama Praktek kerja Lapang (PKL).
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek kerja Lapang (PKL) ini masih jauh
dari kata sempurna. Penulis memohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan,
penulis menerima saran dan kritik positif dari pembaca. Agar hasil laporan ini
mencapai kesempurnaan dan bisa menjadi referensi yang baik bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
ii
5.2.3. Dosis Pupuk .......................................................................................... 28
5.2.4. Metode Pemupukan ............................................................................. 28
5.3. Pemupukan Pada Tanaman Menghasilkan ................................................. 29
5.3.1. Waktu Pemupukan ............................................................................... 30
5.3.2. Jenis Pemupukan .................................................................................. 30
5.3.3. Dosis pupuk .......................................................................................... 31
5.3.4. Metode Pemupukan ............................................................................. 32
6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 33
6.1. Kesimpulan..................................................................................................... 33
6.2. Saran................................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
LAMPIRAN ......................................................................................................... 37
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1. PENDAHULUAN
1
2
ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia. Industri ini juga mampu menjadi
sarana mencari nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sebagian masyarakat di
pedesaan Indonesia (Djingi et al., 2017). Hal ini dikarenakan kelapa sawit memiliki
nilai ekonomis yang tinggi, sebab buah kelapa sawit dapat dibuat menjadi beberapa
bahan olah setengah jadi seperti Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernell Oil (PKO)
(Faudah dan Ernah, 2018).
Produktivitas tanaman kelapa sawit yang baik dapat dicapai dengan
pemeliharaan yang intensif. Salah satu sumber utama yang berpengaruh dalam
pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Pemupukan
merupakan pemberian unsur hara ke dalam tanah untuk menjaga keseimbangan
hara yang dibutuhkan tanaman dan mengganti hara yang hilang terbawa hasil
panen. Pemupukan menjadi satu keharusan karena kelapa sawit tergolong tanaman
yang sangat konsumtif. Kekurangan salah satu hara akan segera menunjukkan
gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat serta produksi
menurun (Panggabean et al., 2017).
Efektivitas dan efisiensi pemupukan harus menjadi perhatian agar pupuk yang
diaplikasikan dapat bermanfaat dan meningkatkan produktivitas. Efektivitas
pemupukan sangat ditentukan oleh persentase unsur hara dari pupuk yang diserap
tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap
tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya
(bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan.
Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai jika dilakukan dengan tepat jenis
dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan
pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Panggabean et al., 2017).
Jenis dan dosis pupuk sangat penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit
agar produksi minyak kelapa sawit lebih optimal. Pemberian jenis dan dosis
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Setiap tanaman memiliki kebutuhan hara
yang berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dan fase pertumbuhannya.
Selanjutnya apabila pemberian jenis dan dosis sudah diperkirakan sesuai dengan
kebutuhan maka yang perlu diperhatikan adalah cara atau teknik dalam pemupukan.
Cara pemupukan dan waktu pemupukan akan memberikan efek yang besar
terhadap jumlah pupuk yang dapat diserap oleh akar tanaman. Waktu pemupukan
3
berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah hara yang dapat diserap oleh tanaman
dan kemungkinan hilangnya hara. Jika pemupukan dilakukan di waktu yang salah
maka kemungkinan pupuk hilang akan lebih besar (Faudah dan Ernah, 2018).
4
5
sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah bagian buahnya yang tersusun
dalam buah tandan, biasa disebut TBS (tandan buah segar). Buah sawit
pada bagian sabut (daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak
sawit kasar yaitu crude palm oil (CPO) sebanyak 20-24%. Sedangkan,
bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit yaitu palm kernel oil
(PKO) 3-4%. Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran biji dan bobot
yang berbeda. Biji dari Afrika memiliki panjang 2-3 cm dan bobot rata-
rata mencapai 4 gram. Biasanya, dalam 1 kg terdapat 250 biji. Lain halnya
dengan biji dari deli memiliki bobot 1,3 kg per biji. Sementara, itu biji
tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit
umumnya memiliki periode dorman. Perkecambahan dapat berlangsung
lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan
dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji
kelapa sawit memerlukan pretreatment (Sunarko 2014).
Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk)
yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.
Aspek iklim yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah
ketinggian tempat dari permukaan laut (elevast). Umumnya tanaman kelapa sawit
tumbuh optimum pada dataran rendah dengan ketinggian 200-500 mdpl.
Ketinggian lebih dari 600 mdpl tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa
sawit. Perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi suhu, tingkat pencahayaan
dan curah hujan pada tanaman kelapa sawit (Marpaung et al., 2019).
segar (TBS) dan kualitas minyak yang optimal sesuai potensi tanaman. Kekurangan
salah satu unsur hara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif,
penurunan produktivitas tanaman, serta penurunan ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua
yaitu, pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini didasarkan pada tujuan
pemakaiannya. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) lebih
ditujukan untuk memacu pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada
Tanaman Menghasilkan (TM) ditujukan untuk mendukung pertumbuhan generatif.
Secara umum pemupukan bermanfaat menyediakan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal dapat tercapai
(Qomar, 2010).
1. Tepat Jenis
Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dikelompokkan ke dalam
lima kelompok yaitu pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, pupuk
lambat tersedia (tablet) dan pupuk organik. Jenis pupuk yang
direkomendasikan PPKS dalam penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman
kelapa sawit adalah Urea, Rock phosphate atau SP-36, Muriate Of Potash,
Dolomit atau Kieserite dan pupuk HGF-Borate (Winarna et al., 2007).
2. Tepat Dosis
Untuk menentukan dosis pupuk pada setiap tahun dilakukan pengambilan
sampel daun dan setiap lima tahun dilakukan analisis tanah. Pemberian pupuk
kurang dari dosis yang sudah ditentukan akan mengakibatkan hara yang
tersedia di dalam tanah akan berkurang. Dalam jangka panjang akan terjadi
penurunan kesuburan tanah (Sugiyono et al., 2005).
3. Tepat Cara
Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk (P, K, Mg)
secara merata di piringan pada jarak 1.5 meter dari pangkal batang ke arah
pinggir piringan, sedangkan pupuk N dianjurkan agar dibenam dalam tanah.
Pada daerah piringan yang belum dilengkapi dengan tapak kuda, pemupukan
dianjurkan dilakukan dengan cara dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk)
pada beberapa lubang di sekitar pohon (PPKS, 2003).
4. Tepat Waktu
Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah
hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis
dan antagonis antar unsur hara (Adiwiganda, 2007). Menurut Setyamidjaja
(2006) waktu pemberian pupuk pada tanaman belum menghasilkan dan
tanaman menghasilkan didasarkan pada umur tanaman. Jadi, pemupukan tidak
dilakukan pada patokan pemupukan saat awal atau akhir musim hujan.
13
b. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik memiliki daya
serap yang besar terhadap air tanah, itulah sebabnya pupuk organik
sering berpengaruh positif terhadap hasil tanaman, terutama pada musim
kering.
c. Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Hal ini terutama
disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan
organik sebagai makanan.
d. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik mengandung
zat makan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk
anorganik (Lingga dan Marsono, 2013)
2.6.2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya pupuk urea berkadar
N 45-46% artinya setiap 100% kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen. Ada
beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu sebagai berikut:
a. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik
umumnya takaran haranya pas.
b. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang
tepat. Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200
kg/ha sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.
c. Pupuk organik tersedia dalam jumlah cukup. Artinya, kebutuhan akan
pupuk ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.
d. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang.
Artinya, hasil kalkulasi biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah
dibanding pupuk organik (Lingga dan Marsono, 2013).
Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik memiliki kelemahan. Selain
hanya unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro. Itu sebabnya pemakaian pupuk anorganik yang
diberikan lewat akar ini perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang
banyak mengandung hara mikro. Kalau tidak diimbangi, tanaman akan tumbuh
tidak sempurna. Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara
15
makro utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara makro sekunder yaitu sulfur,
calcium, magnesium, dan hara mikro yaitu tembaga, seng, mangan, molibdenum,
boron dan kobalt. Pupuk kimia atau pupuk anorganik adalah bahan kimia
mengandung unsur hara yang diberikan ke tanaman sebagai sumber makanan.
Terdapat berbagai macam jenis pupuk kimia berdasarkan kandungan unsur
haranya, yaitu pupuk TSP, SP-36, SP-18, Urea, KCL, ZK, Kieserit,Kapur Dolomit
dan lain sebagainya. Jenis-jenis pupuk tersebut seluruhnya diperlukan oleh tanaman
dan wajib diberikan supaya tanaman tumbuh subur. Pupuk dapat diberikan sebelum
tanam atau sebagai pupuk dasar dan setelah tanaman tumbuh sebagai pupuk
susulan.
Dalam melakukan pemupukan kita harus mengetahui bagaimana teknik
pencampuran beberapa jenis pupuk, agar pupuk yang diberikan tepat sasaran, sesuai
kebutuhan dan tidak sia-sia. Namun, masing-masing jenis pupuk memiliki karakter
dan sifat yang berbeda-beda. Ada pupuk yang bersifat baik dan ada pula yang
bersifat antagonis (berlawanan) jika dicampur. Jenis pupuk yang bersifat antagonis
jika dicampur dapat mengakibatkan hilangnya unsur hara, salah satu unsur hara
tidak dapat diserap oleh tanaman, bahkan ada yang dapat meracuni tanaman.
beberapa jenis pupuk kimia atau pupuk anorganik yang tidak boleh dicampur dalam
satu aplikasi:
1. Pupuk Urea dan Pupuk Phospat
Pupuk nitrogen dan pupuk phospat tidak boleh dicampur dan diaplikasikan
secara bersamaan, karena jika kedua jenis pupuk tersebut dicampur maka akan
terjadi peningkatan keasaman tanah (menurunkan pH tanah) sehingga tidak
baik untuk tanaman dan dapat mematikan mikroorganisme di dalam tanah.
2. Pupuk Urea dan KCl
Pupuk Urea dan Pupuk KCL tidak boleh dicampur. Jika pupuk urea dan
pupuk KCL dicampur dan diaplikasikan secara bersamaan akan membentuk
gumpalan-gumpalan dan tanaman akan sulit menyerapnya.
3. Pupuk Kalium dan Pupuk Kieserite
Pupuk kieserite adalah pupuk yang mengandung unsur magnesium (Mg)
dan belerang (S). Pupuk kalium dan pupuk yang mengandung unsur
magnesium bersifat antagonis sehingga tidak boleh dicampur.
16
17
18
Dimana PTPN IV menjadi induk entity PalmCo yang terdiri menjadi 5 sub regional
perusahaan, yaitu:
1. Regional I eks PTPN III
2. Regional II eks PTPN IV
3. Regional III eks PTPN V
4. Regional IV eks PTPN VI
5. Regional V eks PTPN XIII
1. Manajer Kebun
Tugas dari seorang Manajer Kebun adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan dan memastikan pengendalian mutu untuk aktivitas
operasional di unit usaha (pengelolaan tanaman, pengolahan produksi)
berjalan sesuai standar dan norma yang telah ditetapkan.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan tanaman kelapa sawit di
kebun (pembukaan lahan, pemupukan, penanaman) berjalan sesuai dengan
prosedur yang berlaku untuk mendukung pencapaian target tanam dan
panen yang ditetapkan.
c. Melakukan monitoring dan pengolahan produksi di PKS (pembelian TBS,
pemisahan brondolan, perebusan) berjalan sesuai dengan prosedur yang
berlaku untuk mendukung pencapain target CPO, PKO dan PK yang
ditetapkan.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan mesin, instalasi listrik
dan pembangkit listrik untuk pengolahan tanaman kelapa sawit di unit
usaha.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi utilisasi sarana dan prasarana sipil di
unit usaha (rumah, jembatan, jalan) untuk memastikan efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaannya.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan anggaran serta laporan
keuangan secara rutin untuk memastikan keakuratan dan validitas
informasi sebagai pengambilan keputusan bagi manajemen.
g. Melakukan monitoring pelaksanaan K3 di unit usaha sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang berlaku.
2. Asisten Kepala (ASKEP )
Tugas dari seorang Asisten Kepala adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan Rencana Kerja Operasional yang meliputi
target tanam, target panen, biaya produksi, dan sebagainya di Kebun
berjalan selaras dengan sasaran organisasi.
b. Menyusun dan memonitor pelaksanaan Rencana Kerja Operasional
Bidang tanaman untuk pencapaian target yang ditetapkan.
22
23
24
di lapangan untuk memperoleh data dari perkebunan tersebut. Tahap ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pengamat di
lapangan dan wawancara dengan pihak manajemen perkebunan kelapa sawit.
Pengumpulan data sekunder berupa peta administrasi, peta wilayah yang ada di
kantor perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi.
4.2.4. Tahap Penyajian Hasil
Tahap penyajian hasil dilakukan setelah selesai melakukan kegiatan praktek
kerja lapang dan mendapatkan data pendukung penyusun dari lapangan. Data
tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk laporan yang menjadi hasil
pelaksanaan praktek kerja lapang di lapangan.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
25
26
berdasarkan atas umur tanaman. Umur tanaman belum menghasilkan (TBM) pada
Tabel 2.
Tabel 2. Umur Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Kelapa Sawit
No. Kelapa Sawit Umur (bulan)
1 Tanaman Belum Menghasilkan I 0-12
2 Tanaman Belum Menghasilkan II 13-24
3 Tanaman Belum Menghasilkan III 25-36
Sumber: Kantor Administrasi PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi
memproduksi bunga betina. Selain itu, pemilihan jenis pupuk harus memenuhi SNI
(Standar Nasional Indonesia) karena telah banyak jenis pupuk yang beredar di pasar
yang tidak memenuhi SNI (Winarna et al., 2007).
5.2.3. Dosis Pupuk
Penentuan dosis pupuk untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) mengacu
pada umur tanam, dosis yang diberikan berdasarkan umur tanam. Alat yang
digunakan pada saat pemupukan adalah mangkuk yang telah dikalibrasi. Satu
mangkuk 0,4 kg pupuk urea. Dengan dosis 0,8 kg/tanaman. Sehingga diperlukan
0,8 atau dua mangkuk pupuk per tanaman. Dalam pemilihan jenis dan dosis pupuk
perlu memperhatikan jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya atau
keseimbangan ketersediaan hara. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara
tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya fiksasi imobilisasi, serta
tersedianya hara pada zona perakaran (Pahan, 2007).
Dosis pupuk yang diberikan harus optimal dan berimbang. Dosis pupuk yang
diberikan secara berlebihan tidak hanya dapat merugikan tanaman tetapi dapat
membuat biaya pemupukan semakin tinggi (Natalia et al., 2016).
5.2.4. Metode Pemupukan
Pengaplikasian pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) di PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi yaitu dilakukan dengan cara disebar
ke daerah permukaan tanah atau daerah piringan sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Pemupukan tanaman belum menghasilkan dilakukan di Afdeling IV
pada blok G,H dan I dengan luas 45 ha dengan total pupuk yang digunakan
sebanyak 1.506,25 kg atau setara dengan 30 goni, dosis per pokok sebanyak 0,25
kg dan pada blok J,K,M dan L dengan luas 50 ha dengan total pupuk 1.807,50 kg
atau setara dengan 36 goni, dosis per pokok 0,25 kg. Adapun beberapa tahap
pemupukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum pengaplikasian pupuk, dilakukan pengangkutan pupuk dari gudang
ke blok tanaman yang akan dipupuk beserta dilakukan pengenceran pupuk.
2. Lalu 1 goni pupuk urea dengan berat 50 kg dibagi menjadi 4 rinjing atau ember
dengan berat per rinjing 12,5 kg yang dapat diaplikasikan untuk 20 sampai 21
pohon
29
dan diduga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pengambilan sampel LSU
dilakukan satu kali dalam satu tahun.
Pada kondisi kekurangan hara kalium pada tanaman mengakibatkan
rentannya terserang penyakit. Gejala kekurangan unsur hara kalium menyebabkan
daun berwarna orange kemerahan yang perlahan – lahan mengering (nekrosis) pada
awal terdapat bintik-bintik berwarna kuning kemerahan yang selanjutnya berubah
merah semua dan akhirnya mengering.
5.3.3. Dosis pupuk
Semua tanaman harus dipupuk dengan menggunakan takaran yang memenuhi
syarat. Setiap tanaman harus mendapatkan pupuk yang sesuai dosis yang
direkomendasikan untuk mendapatkan jaminan pertumbuhan kelapa sawit yang
baik dan seragam. Penetapan jumlah pupuk yang harus diberikan dilakukan melalui
proses analisa tanah, analisa daun, analisa produksi/blok/tahun tanam dan
pemeriksaan visual. Berdasarkan analisa ini ditetapkan jenis dan jumlah pupuk
yang harus diberikan. Dosis pemupukan pada TM dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan
Dosis Pupuk
No Tahun Tanam Dolomit Urea MOP
(kg/pokok) (kg/pokok) (kg/pokok)
1 2007 1,25 0,75 1,50
2 2010 1,25 1,00 1,25
3 2015 1,25 0,50 1,25
4 2017 1,25 0,25 1,25
Dosis ini telah disesuaikan dengan hasil analisis daun yang telah dilakukan
departemen riset dan diduga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Tepat dosis
artinya pupuk yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak boleh
berlebihan dan tidak boleh kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya
membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga akan merugikan tanaman.
Pemberian dosis yang berbeda di setiap tahun tanam dikarenakan semakin tua umur
tanaman maka semakin banyak unsur hara yang hilang terangkut saat panen. Pupuk
yang ditambahkan ke tanah akan menggantikan unsur hara yang hilang karena
terangkut melalui produk yang dihasilkan dan memperbaiki kondisi tanah untuk
pertumbuhan serta perkembangan tanaman karet (Arsyad et al., 2012).
32
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Unit Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dapat disimpulkan:
1. Teknik pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan harus menjadi perhatian agar pupuk yang
diaplikasikan dapat bermanfaat dan meningkatkan produktivitas.
2. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) dilakukan dua kali dalam setahun atau dua semester. Pada
semester pertama dari bulan januari-juni semester kedua dari bulan juli-
desember.
3. Pupuk yang diberikan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu urea.
Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada tanaman berbeda-beda sesuai
dengan umur tanaman.
4. Pupuk yang diberikan pada tanaman belum menghasilkan (TM) yaitu UREA
HL, NPK, BIONEENSIS, dan DOLOMITE. Pengaplikasian pupuk dilakukan
dengan cara disebar di atas permukaan tanah pada daerah piringan kelapa
sawit.
5. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada tanaman kelapa sawit telah
disesuaikan dengan hasil analisis LSU (Leaf Sampling Unit) yang dilakukan di
laboratorium.
6.2. Saran
Dalam pelaksanaan pemupukan diperlukan pengawasan yang ketat agar tidak
terjadi penyimpangan atau kesalahan dalam pemupukan, serta perlunya pengarahan
kepada para pekerja pupuk agar prinsip 4T pemupukan yang optimal dapat tercapai.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35
Suherman C. 2007. Pengaruh campuran tanah lapisan bawah (subsoil) dan kompos
sebagai media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) kultivar sungai pancur 2 (SP 2) di pembibitan awal.
Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agro Media
Pustaka. Jakarta
Suryantoro, W. B., & Sudradjat. 2017. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, Ketapang,
Kalimantan Barat. Agrohorti, 1-2.
Winarna. Darmosarkoro, W., Sutarta, S.E. 2007. Teknologi Pemupukan Tanaman
Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
Yuniwati. 2012. Optimasi kondisi proses pembuatan kompos dari sampah organik
dengan cara fermentasi menggunakan EM4. Jurnal Teknologi. 5(2): 172- 18.
LAMPIRAN
37
38