You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Self-esteem atau harga diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan,
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi
individu akan sifat dan kemampuan, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek,
tujuan serta keinginan. Sel-esteem dipelajari melalui kontak sosial dan
pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu
tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya (Azizah, Zainuri, dan Akbar, 2016 :
225).
Harga diri seseorang dapat mengalami penurunan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga,
tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
inilah yang disebut dengan harga diri rendah (low self-esteem). Individu
dengan harga diri rendah memandang diri mereka sendiri sebagai
seseorang yang tidak kompeten, tidak dicintai, tidak aman, dan tidak layak
(Sutejo, 2017 : 77).
Jadi harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini
dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun (Azizah, Zainuri,
dan Akbar, 2016 :226).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 :231), tanda yang menunjukkan
harga diri rendah adalah sebagai berikut:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi
botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
d. Percaya diri kurang.
e. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
f. Perasaan tidak mampu.
g. Pandangan hidup yang pesimistis.
h. Tidak berani menatap lawan bicara.
i. Lebih banyak menunduk.
j. Penolakan terhadap kemampuan diri.
k. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).

l. Data obyektif :
1) Produktivitas menurun.
2) Perilaku distruktif pada diri sendiri.
3) Perilaku distruktif pada orang lain.
4) Penyalahgunaan zat.
5) Menarik diri dari hubungan sosial.
6) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
7) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
8) Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
3. Akibat
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015 : 106), akibat dari harga diri
rendah adalah isolasi social dengan gejalanya yaitu sebagai berikut :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari
orang lain.
c. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap
dengan orang lain.
d. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar dan menolak berhubungan dengan orang lain.
4. Penyebab
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 229-230), harga diri rendah
sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat
adanya kurang umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung,
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif,
disfungsi sistem keluarga serta terfiksasi pada perkembangan awal. Faktor
predisposisi dan faktor presipitasi dari harga diri rendah adalah sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Kerusakan lobus frontal
b) Kerusakan hipotalamus
c) Kerusakan sistem limbic
d) Kerusakan neurotrasmitter
2) Faktor psikologis
a) Penolakan orang tua
b) Harapan orang tua tidak realistis
c) Orang tua yang tidak percaya pada anak
d) Tekanan teman sebaya
e) Kurang reward system
f) Dampak penyakit kronis
3) Faktor sosial
a) Kemiskinan
b) Terisolasi dari lingkungan
c) Interaksi kurang baik dalam keluarga
4) Faktor kultural
a) Tuntutan peran
b) Perubahan kultur
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah adalah kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang
tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga.
5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Menurut Kusumawati dan Hartono (2011) yang mempengaruhi harga
diri rendah adalah :
a. Ideal diri yaitu harapan, tujuan, nilai dan standar perilaku yang
ditetapkan.
b. Norma social
c. Interaksi dengan orang lain
d. Adanya kesenjangan antara ideal dan konsep diri
Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sudden
berhubungan erat degan interpersonal yang buruk pada akhirnya
dimunculkan dalam bentuk perilaku seseorang dengan harga diri rendah
berhubungan dengan interpersonal atau bentuk pada nilainya, merasa
tidak berharga sehingga menjadi tidak aman berhubungan dengan orang
lain. Individu mempertahankan hubungan masyarakat di isolasi sosial dan
ketergantungan berlebihan pada orang lain. Kemudian dimunculkan dalam
bentuk perilaku.
Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor
presdiposisi yang diantaranya pengalaman kanak-kanak yang merupakan
faktor kontribusi pada gangguan konsep diri, anak yng tidak menerima
kasih sayang. Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan akan gagal menerus tanggung jawab untuk diri sendiri
penolakan orang tua. Harapan yang realistis, selain faktor presdiposisi
faktor presipitasi juga salah satu penyebab terjadinya harga diri
rendahyang diantaranya pola asah anak yang tidak tepat/dituruti, dilarang,
dituntut kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak dapat dicapai,
gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Akibat dari 2 faktor tersebut maka timbullah mekanisme koping
individu untuk memecahkan masalahnya. Individu dengan mekanisme
koping yang pasti maka menghasilkan konsep diri yang positif juga yang
dapat berfungsi lebih efektif yang terdiri dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penggunaan lingkungan sedangkan
mekanisme koping yang negative dan tidak berhasil dapat mengakibatkan
konsep diri yang negative juga yaitu dapat dilihat dari hubungan individu
yang maladaptive atau norma-norma sosial dan kebudayaan yang
menyimpang yang salah satunya adalah HDR / perasaan negative
terhadap diri sendiri yang biasanya muncul dengan perilaku yang negative
terhadap diri sendiri.

C. Pohon Masalah
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 236), pohon masalah yang
muncul pada harga diri rendah adalah sebagai berikut :

Isolasi social : menarik diri (Akibat)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (core Problem)

Tidakefektifnya koping individu (Causa/Penyebab)

D. Masalah yang Muncul dan Data yang perlu Dikaji


Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 235), data penting dan masalah
yang perlu dikaji adalah :
1. Masalah utama : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
a. Data subyektif :
1) Menungkapkan ingin diakui jati dirinya.
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
5) Mengkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu.
b. Data obyektif :
1) Merusak diri sendiri maupun orang lain.
2) Ekspresi malu.
3) Menarik diri dari hubungan sosial.
4) Tampak mudah tersinggung.
5) Tidak mau makan dan tidak tidur.
2. Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
a. Data subyektif :
1) Menungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain.
2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan
sesuatu.
3) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
b. Data obyektif :
1) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
2) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat
dilakukan.
3) Wajah tampak murung.
3. Masalah keperawatan : Menarik diri: isolasi sosial
a. Data subyektif :
1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain.
2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain.
b. Data subyektif :
1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata.
2) Ketika diajak bicara suara pelan dan tidak jelas, hanya memberi
jawaban singkat (ya/tidak).
3) Menghindar ketika didekati.

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Azizah, Zainuri, dan Akbar (2016 : 236), diagnosa keperawatan dari
harga diri rendah adalah sebagai berikut :
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Koping individu tidak efektif

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015 : 99-100), rencana tindakan
keperawatan yang sesuai untuk diagnosa harga diri rendah antara lain
sebagai berikut :
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
b. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistis/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif/
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
b) Banttu pasien menyebutkannya dan memberi pengetahuan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif,
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegatan sesuai
dengan kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitass yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-
hari pasien.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.


a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya.
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien
dan keluarga.
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki.
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
2) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan
kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
4) Ajarkan cara keluarga mengamati perkembanagan perubahan
perilaku pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Dx keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Tujuan untuk pasien :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih.
b. Tujuan untuk keluarga :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien.
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
4. Tindakan keperawatan
a. SP 1
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
2) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini
3) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
4) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
5) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari
b. SP 2
1) Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kali kagiatan
masing-masing dua kali per hari

c. SP 3
1) Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
2) Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan,
masing-masing dua kali per hari
d. SP 4
1) Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih
dan berikan pujian
2) Bantu pasien memilih kegatan keempat yang akan dilatih
3) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan : empat kegiatan
masing-masing dua kali sehari
e. SP 5-12
1) Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2) Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah harga diri pasien meningkat

B. Strategi Komunikasi
SP 1 Pasien :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
1. Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat I. Boleh tahu dengan siapa?
Lebih suka dipanggil apa?”.
“Bagaimana keadaan Ibu K hari ini? Ibu K terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah Ibu K lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat Ibu K dilakukan di rumah sakit.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.
Bagaimana menurut Ibu K?”.
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah
cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20 menit”.
2. Kerja
“Ibu K apa saja kemampuan yang Ibu K miliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu K
lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci
piring? Mencuci Pakaian? Menyiram tanaman?”. “Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ibu K miliki”.
“Ibu K, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua : sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang coba Ibu K pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Ibu K”. “Mari kita lihat tempat tidur Ibu K. Coba lihat sudah rapikah
tempat tidurnya?”.
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik.”
“Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki,
Bagus”.
Coba Ibu K lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), tulis B
(Bantuan) jika diingatkan untuk bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu K setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur? Ya, Ibu K ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapikan tempat tidur yang sudah Ibu K praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang”.
“Sekarang mari kita masukkan pada jadual harian. Ibu K mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa? Pagi hari jam 08.00 dan sore jam 15.00 ya?”.
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu K masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok pagi jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi sampai jumpa ya”.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Marifatul, Imam Zainuri, dan Aman Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik.
Indomedia Pustaka, Yogyakarta.

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru, Yogyakarta.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta.

You might also like