You are on page 1of 5

REVIEW

Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 3: 694-698


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Pruritus dan modalitas terapi terkini:


Sebuah tinjauan pustaka

Published by Intisari Sains Medis


Odilia Dea Novena1*, Ni Gusti Putu Raka Ariani1

ABSTRACT
Pruritus or itching is an unpleasant feeling that causes immunomodulators, capsaicin, antihistamines and
the urge to scratch, the most common symptom found topical anesthetics. Oral drugs that are currently the
in skin diseases. Histamine and several other mediators main choice for treating pruritus are antihistamines,
such as opioid peptides and 5-hydroxytryptamine but there are several other options being considered,
(5-HT) also influence the occurrence of pruritus. The namely anticonvulsants, opioid modulators, and
prevalence of pruritus in the general population varies antidepressants. A comprehensive history and physical
from 8% to 38% worldwide. Pruritus is categorized into examination are needed to determine the triggering
4 types, neuropathic, psychogenic, neurogenic, and factors for the onset of pruritus. The management of
pruriroceptive pruritus. When physically examining pruritus depends on the underlying etiology and the
the skin, primary skin lesions must be distinguished success of therapy is also influenced by the patient’s
from secondary lesions due to chronic scratching. adherence to treatment. Treatment of pruritus can
Dermatological signs of chronic scratching include be in the form of non-pharmacological therapy and
excoriation, lichenification, prurigo nodularis or pharmacological therapy. Pharmacological therapy can
a combination of these. Management of pruritus be both topical and systemic. Commonly used topical
depends on the underlying etiology. Therapy should therapies are emollients, corticosteroids and topical
be focused on the underlying etiology. There are anesthetics. Antihistamines remain the mainstay of
pharmacological and non-pharmacological therapies, systemic therapy used for pruritus. The purpose of
where non-pharmacological therapies focus on writing this article is to discuss more deeply about the
avoiding precipitating factors and phototherapy. treatment modalities of pruritus which are summarized
Pharmacological therapy can be in the form of topical from various journals and research in order to provide
and oral therapy. Some examples of topical therapies consideration when choosing the right therapy in daily
used in daily practice are emollients, corticosteroids, practice.

Keywords: pruritus, systemic, topical, treatment.


Cite This Article: Novena, O.D., Ariani, N.G.P.R. 2021. Pruritus dan modalitas terapi terkini: Sebuah tinjauan
pustaka. Intisari Sains Medis 12(3): 694-698. DOI: 10.15562/ism.v12i3.1128

ABSTRAK
Pruritus atau rasa gatal adalah perasaan tidak prurigo nodularis atau kombinasi dari semuanya.
menyenangkan yang menyebabkan keinginan Penatalaksanaan pruritus bergantung pada etiologi
untuk menggaruk merupakan gejala yang paling yang mendasari. Terapi yang diberikan harus
Dokter Magang Rumah Sakit Umum Bangli,
1
umum ditemukan pada penyakit kulit. Histamin dan difokuskan pada etiologi yang mendasari. Terdapat
Bangli, Bali, Indonesia;
beberapa mediator lainnya seperti peptida opiod terapi farmakologi dan non-farmakologi, dimana
dan 5-hidroksitriptamin (5-HT) juga memengaruhi terapi non farmakologi fokus terhadap menghindari
*Korespondensi: terjadinya pruritus. Prevalensi pruritus pada populasi faktor pencetus serta fototerapi. Terapi farmakologi
Odilia Dea Novena; umum bervariasi mulai dari 8% sampai dengan 38% dapat berupa terapi topikal dan oral. Beberapa contoh
Dokter Magang Rumah Sakit Umum Bangli, Bangli, di seluruh dunia. Pruritus dikategorikan menjadi 4 terapi topikal yang digunakan dalam praktik sehari-
Bali, Indonesia; tipe, yaitu pruritus neuropatik, psikogenik, neurogenik, hari adalah emolien, kortikosteroid, imunomodulator,
odiliadeanovenaa@gmail.com dan pruriroseptif. Saat memeriksa kulit secara fisik, capsaisin, antihistamin dan anestesi topikal. Obat
lesi kulit primer harus dibedakan dari lesi sekunder oral yang hingga saat ini menjadi pilihan utama
Diterima: 31-08-2021 akibat garukan kronis. Tanda-tanda dermatologis terapi pruritus adalah antihistamin, namun terdapat
Disetujui: 02-10-2021 dari garukan kronis termasuk ekskoriasi, likenifikasi, beberapa pilihan lain yang dipertimbangkan yaitu
Diterbitkan: 26-10-2021

694 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 694-698
Open| doi: 10.15562/ism.v12i3.1128
access: http://isainsmedis.id/
REVIEW

antikonvulsan, modulator opioid, antidepresan. Terapi topikal yang umum digunakan adalah emolien,
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang komprehensif kortikosteroid dan anestesi topikal. Antihistamin tetap
sangat diperlukan untuk mengetahui faktor pencetus menjadi pilihan utama terapi sistemik yang digunakan
timbulnya pruritus. Penatalaksanaan pruritus untuk pruritus. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
bergantung pada etiologi yang mendasari dan membahas lebih dalam tentang modalitas terapi
keberhasilan terapi juga dipengaruhi oleh ketaatan pruritus yang dirangkum dari berbagai jurnal serta
pasien dalam berobat. Terapi pruritus dapat berupa penelitian agar dapat memberikan pertimbangan saat
terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. memilih terapi yang tepat dalam praktik sehari-hari.
Terapi farmakologis dapat berupa topikal dan sistemik.
Kata kunci: pruritus, sistemik, terapi, topikal.
Sitasi Artikel ini: Novena, O.D., Ariani, N.G.P.R. 2021. Pruritus dan modalitas terapi terkini: Sebuah tinjauan
pustaka. Intisari Sains Medis 12(3): 694-698. DOI: 10.15562/ism.v12i3.1128

PENDAHULUAN menimbulkan pruritus antara lain xerosis di Amerika Serikat selama 11 tahun
(atau kulit kering), dermatitis atopik, menunjukkan bahwa terdapat 11 juta
Pruritus atau rasa gatal adalah perasaan dermatitis kontak alergi, dan infeksi kunjungan untuk keluhan gatal dengan
tidak menyenangkan yang menyebabkan parasit atau kutu, sedangkan penyakit rerata 7 juta kunjungan setiap tahunnya.
keinginan untuk menggaruk, yang secara sistemik yang dapat menimbulkan Keluhan gatal ini muncul kurang lebih
negatif memengaruhi aspek psikologis pruritus antara lain gangguan ginjal pada 1% dari keseluruhan kunjungan ke
dan fisik dari kehidupan seseorang. dan hati dengan maupun tidak dengan dokter.6 Penelitian terkini oleh Carr dkk.
Pruritus merupakan gejala yang paling kolestasis, infeksi seperti HIV dan yang menggunakan survei melalui telepon
umum ditemukan pada penyakit kulit, hepatitis C, penyakit hematologi seperti pada 1.075 veteran militer Amerika
yang dapat bersifat ringan hingga tidak defisiensi besi dan polistemia vera, Serikat menunjukan prevalensi pruritus
dapat ditoleransi. Rasa gatal yang muncul gangguan endokrin seperti penyakit kronis sebanyak kurang lebih 38%.7
dapat bersifat terus menerus atau hilang tiroid dan diabetes mellitus, dan penyakit Prevalensi dan intensitas pruritus yang
timbul, serta bersifat lokal atau umum. paraneoplastik seperti limfoma dan tumor lebih berat telah diketahui meningkat
Rasa gatal terkait dengan teleneuron bebas organ padat. Terapi untuk pruritus terdiri seiring bertambahnya usia.5
yang didistribusikan di lapisan superfisial dari tatalaksana penyakit yang mendasari,
dari epidermis. Secara fisiologis, rasa gatal intervensi nonfarmakologis seperti ETIOPATOGENESIS
muncul dari sensasi kulit secara sadar yang pemberian pelembab, menghindari iritan,
menimbulkan refleks untuk menggaruk. Pruritus dikategorikan menjadi 4 tipe,
mengurangi stres, dan menghentikan
Tujuan dari refleks ini adalah untuk yaitu pruritus neuropatik, psikogenik,
garukan pada kulit, terapi farmakologis
menghilangkan rangsangan tersebut. neurogenik, dan pruriroseptif. Pruritus
lokal seperti pemberian kortikosteroid
Namun, menggaruk dapat menyebabkan neuropatik disebabkan oleh adanya
atau penghambat kalsineurin topikal,
kerusakan lebih lanjut pada kulit dan kerusakan pada neuron sensorik
terapi farmakologis sistemik seperti
dapat memperburuk masalah. Pruritus sentral atau perifer yang menyebabkan
pemberian antihistamin oral, serta
pada dasarnya dapat dihilangkan dengan rangsangan pada neuron pruritus tanpa
fototerapi.1-3
trauma yang menggantikan rasa gatal adanya rangsangan pada kulit yang
dengan rasa sakit, akan tetapi tindakan bersifat pruritogenik. Rasa gatal tipe ini
EPIDEMIOLOGI dapat disebabkan oleh lesi primer atau
tersebut dapat mengakibatkan perubahan
kronis pada kulit, seperti likenifikasi, Pruritus dapat ditemui pada berbagai disfungsi pada titik tertentu sepanjang
eritema, ekskoriasi, dan bahkan laserasi. macam jenis penyakit kulit. Prevalensi jalur aferen dari sistem saraf. Oleh karena
Mekanisme terjadinya pruritus belum pruritus pada populasi umum bervariasi lokasi kerusakan saraf yang sesungguhnya
dapat sepenuhnya dijelaskan. Histamin mulai dari 8% sampai dengan 38% jauh dari lokasi gatal yang sebenarnya,
telah dijelaskan sebagai salah satu mediator di seluruh dunia. Penelitian yang menggaruk rasa gatal neuropatik tidak
terjadinya pruritus dan beberapa studi dilakukan pada 25.441 orang di Perancis efektif. Pruritus neuropatik juga sering
terakhir menunjukkan bahwa terdapat menunjukkan prevalensi pruritus diikuti dengan gangguan sensorik
beberapa mediator lainnya seperti peptida kronis sebanyak 14,4% dalam jangka lainnya seperti parestesi, hiperestesi, atau
opiod dan 5-hidroksitriptamin (5-HT) waktu 2 tahun.4 Sebuah studi di Cina hipoestesi.8
yang juga memengaruhi terjadinya menunjukkan bahwa prevalensi dan Pruritus psikogenik dihubungkan
pruritus.1 intensitas pruritus ditemukan lebih tinggi dengan gangguan psikologis. Rasa gatal
Pruritus dapat muncul karena adanya pada pasien dengan dermatitis eksim atau ini biasanya muncul dengan rangsangan
penyakit kulit maupun penyakit sistemik. urtikaria dibandingkan dengan penyakit berlebihan untuk menggaruk kulit yang
Beberapa penyakit kulit yang dapat kulit lainnya.5 Studi lain yang dilakukan sebenarnya normal. Pruritus psikogenik

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 694-698 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1128 695
REVIEW

melibatkan gangguan otak atau psikiatrik MANIFESTASI KLINIS dipikirkan sebuah patogenesis neuropatik
yang belum dapat didefinisikan dengan seperti neuralgia paskaherpetik.
jelas, akan tetapi diagnosis psikiatrik Langkah pertama dalam mengevaluasi Mekanisme pruritus pada penyakit ini
seperti depresi, gangguan obsesif pasien dengan pruritus harus melibatkan berhubungan dengan kerusakkan sistem
kompulsif, cemas, gangguan somatoform, anamnesis riwayat menyeluruh dan saraf.1,2 Penyebab dermatologi lainnya
mania, psikosis, dan penyalahgunaan obat pemeriksaan fisik pada kulit. Riwayat yang dapat menyebabkan pruritus adalah
telah dihubungkan dengan manifestasi komprehensif yang terdiri dari riwayat xerosis, skabies, dermatitis kontak, infeksi
fisik berupa rasa gatal. Mekanisme atau medis, keluarga, dan obat-obatan jamur, gigitan serangga, pedikulosis,
patofisiologi pruritus psikogenik juga di masa lalu, serta tinjauan sistem urtikaria, pitiriasis rosea, dan lain-lain.11
masih belum dapat dijelaskan sepenuhnya. secara menyeluruh, dapat membantu Selain itu, pruritus juga dapat
Pruritus neurogenik dan sistemik muncul memberikan arahan lebih lanjut untuk ditemukan pada penyakit dermatosis
dari gangguan yang terjadi pada sistem diagnosis yang mendasari. Misalnya, autoimun dan inflamasi. Pruritus dapat
organ di luar kulit. Beberapa penyakit gejala konstitusional mungkin ditemui pada dermatitis atopik yang
yang dapat menyebabkan hal ini antara menunjukkan keganasan yang mendasari umumnya ditunjukan dengan adanya
lain gagal ginjal kronik, penyakit hati, dan berkontribusi terhadap pruritus.12 siklus gatal-garuk yang jelas. Psoriasis
hematologi, kondisi limfoproliferatif, dan Pasien dengan riwayat hipertensi awalnya dianggap sebagai dermatosis
keganasan. Rasa gatal ini ditransmisikan harus ditanyakan mengenai penggunaan non-pruritik, akan tetapi 60-90% dengan
melalui sistem saraf pusat, akan tetapi penghambat saluran kalsium atau psoriasis mengalami pruritus. Rasa gatal
belum ada bukti nyata mengenai penghambat angiotensin-converting ini memberat pada pasien dengan kulit
mekanisme patologis saraf yang dapat enzyme (ACE), obat yang umumnya kering, stres, atau disertai dengan depresi
ditemukan. Pruritus pruritoseptif adalah diketahui menyebabkan pruritus tanpa dan gangguan cemas.1,15 Pruritus juga
tipe yang paling umum ditemukan oleh ruam. Obat lain yang secara umum dapat ditemukan pada penyakit autoimun
dokter kulit. Rasa gatal dihasilkan di diketahui dapat menyebabkan pruritus bulosa, bulosa pemfigoid, dan dermatitis
kulit melalui inflamasi atau kerusakan tanpa ruam yang diinduksi obat termasuk herpetiformis (guhring’s disease). Penyakit
pada kulit, dan umumnya dapat terlihat mu-opioid. Pertanyaan mengenai jaringan ikat seperti sklerosis sistemik,
melalui pemeriksaan klinis. Perubahan lokasi pruritus juga sangat penting. morfea, lupus, sindroma sjorgen,
struktur pelindung kulit yang terkait Misalnya, pruritus neuropatik cenderung dermatomiositis, dan vitiligo juga dapat
dengan usia juga dapat menimbulkan bermanifestasi sebagai pruritus lokal menimbulkan keluhan pruritus pada
pruritus pruritoseptif. Tipe pruritus ini (seringkali di sepanjang dermatom), penderitanya.15
ditemukan pada sebagian besar kasus sedangkan pruritus yang diinduksi obat Diagnosis banding untuk pruritus
pruritus klinis karena semua faktor lebih mungkin muncul sebagai pruritus umum tanpa lesi primer membutuhkan
baik mediator endogen maupun alergen umum.13,14 pemeriksaan yang lebih lengkap.
eksogen yang berkontak dengan kulit Saat memeriksa kulit secara fisik, Diagnosis xerosis perlu disingkirkan
dapat menginduksi terjadinya rasa gatal lesi kulit primer harus dibedakan dari terlebih dahulu dan pemeriksaan fisik
pruritoseptif.9,10 lesi sekunder akibat garukan kronis. perlu disesuaikan dengan temuan klinis
Mekanisme dan jalur neurologis Garukan kronis dapat menyebabkan penyakit sistemik yang biasanya dapat
yang mungkin mendasari manifestasi beberapa macam lesi yang nonspesifik. ditandai dengan tanda-tanda khas seperti
pruritus dimulai dari stimulus gatal yang Tanda-tanda dermatologis dari garukan stigmata penyakit hati kronis, konjungtiva
merangsang sel-sel, seperti sel imun dan kronis termasuk ekskoriasi (yaitu, bekas pucat, tiromegali, splenomegali, dan
keratinosit di kulit untuk mengeluarkan garukan), likenifikasi (yaitu, area kulit limfadenopati. Penyakit sistemik yang
mediator rasa gatal. Termasuk di dalamnya yang menebal akibat gosokan berulang), mendasari dapat berupa infeksi sampai
adalah mediator inflamasi, neuromediator, prurigo nodularis (yaitu, lesi nodular) dengan keganasan. Riwayat menggunakan
dan neuropeptida. Mediator ini berikatan atau kombinasi dari semuanya. Selain itu, obat-obatan atau hubungan seksual bebas
dengan reseptor mediator-mediator pasien dengan keluhan gatal kronis sering yang berpotensi menyebabkan infeksi HIV
tersebut dan mengaktivasi saraf sensorik kali datang dengan butterfly sign, suatu area atau hepatitis C. Polidipsia dan poliuria
yang spesifik. Sinyal gatal diteruskan hipopigmentasi yang sering terlihat di area dapat menunjukkan diabetes melitus.
dari jalur sinyal mechanically-insensitive punggung yang tidak terjangkau. Hal ini Penyakit pada ginjal dapat menyebabkan
C-fibers (CMi) atau mechanically-sensitive dapat membantu mengarahkan diagnosis pruritus uremik dan intoleransi suhu
C-type fibers (CMHs) ke dorsal root banding ke penyebab dermatologis atau dapat menandakan disfungsi tiroid.
ganglion (DRG) dari medula spinalis, nondermatologis.14 Perubahan suasana hati, kekhawatiran
menyeberangi traktus spinotalamik Penyebab utama lesi terkadang sulit yang tidak sesuai, atau adanya pola obsesif
ke thalamus, dan pada akhirnya ke diketahui. Jika pruritus terlokalisir, lesi dapat menunjukkan penyebab psikiatri.2,16
korteks somatosensorik. Kemudian, otak primer kulit dapat mengarah ke diagnosis Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
mengartikan sinyal ini sebagai sensasi tertentu.2 Bila muncul dalam distribusi juga disarankan untuk memastikan
gatal.1,11 dermatomal yang diikuti dengan rasa nyeri, etiologi yang mendasari pruritus.14
terbakar, atau kehilangan sensasi, dapat

696 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 694-698 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1128
REVIEW

MODALITAS TERAPI TERKINI harus merekomendasikan emolien dan Topikal antihistamin hanya
pembersih dengan pH rendah (4,5-6,0) disarankan dalam terapi pruritus yang
Penatalaksanaan pruritus bergantung kepada pasien dengan pruritus. Hal ini disebabkan oleh urtikaria dan pruritus
pada etiologi yang mendasari. Jika dikarenakan zat dengan pH tinggi dapat yang disebabkan oleh gigitan serangga.
memungkinkan, terapi yang diberikan mengaktifkan protease serin di kulit, Doxepin merupakan salah satu agen
harus difokuskan pada etiologi yang yang menyebarkan sensasi pruritus. Oleh antihistamin topikal yang terbukti
mendasarinya. Namun, jika keluhan karena itu, sabun batangan dan pembersih memiliki efikasi dalam mengurangi
masih belum teratasi, pengobatan yang memiliki pH sangat tinggi tidak gejala pruritus, dapat menimbulkan efek
simptomatik diperlukan. Tatalaksana non boleh digunakan selama perawatan kulit samping seperti dermatitis kontak alergi
farmakologis yang dapat dilakukan antara pasien dengan pruritus.14 serta penggunaanya harus berhati-hati
lain menggunakan sampo dan sabun yang Kortikosteroid sebagai agen anti- pada pasien anak-anak dan lansia.18
tidak memiliki deterjen kuat, membilas inflamasi topikal yang paling efektif Anestesi topikal juga dapat berguna
sabun dan sampo secara menyeluruh untuk sering digunakan untuk menghilangkan untuk mengobati berbagai jenis
menghilangkan residu, menghindari air pruritus dari penyakit kulit yang pruritus lokal. Pramoxine telah terbukti
panas ketika mandi, menghindari alat disebabkan oleh mediator gatal, tetapi memberikan efek antipruritik pada
mandi yang dapat menyebabkan sensasi penggunaan kortikosteroid dalam jangka berbagai penyakit, termasuk psoriasis,
terbakar, menghindari penggunaan panjang sebaiknya dihindari karena pruritus uremik, dan dermatitis atopik.
handuk yang kasar atau berbahan nilon, dapat menyebabkan kulit atrofi dan Sediaan obat topikal yang mengandung
jaga suhu ruang dengan kelembaban kering, yang terkadang dapat diikuti ketamin, amitriptilin, dan lidokain (KAL)
yang tepat, potong kuku pendek, dan dengan jerawat, rosasea, dan dermatitis dalam basis liposomal juga telah terbukti
penggunaan sarung tangan atau perban perioral. Oleh karena itu, penggunaan mengurangi rasa gatal pada berbagai
dapat membantu untuk proteksi.3,14 kortikosteroid dalam jangka pendek lebih kondisi pruritus dan dapat digunakan
Emolien atau pelembab topikal adalah disarankan.1 Beberapa kortikosteroid sebagai terapi tunggal atau tambahan
zat yang dapat memperbaiki penghalang yang digunakan untuk mengatasi pruritus yang efektif. Efek samping yang mungkin
kulit melalui pengurangan kehilangan antara lain hidrokortison, betametason muncul yaitu rasa terbakar pada area
air transepidermal [transepidermal water dipropionat, dan klobetasol dipropionat. aplikasi dan eritema, yang terkadang
loss (TEWL)] dan pencegahan penetrasi Pilihan obat topikal lainnya adalah dapat menyebabkan ketidakpatuhan
bahan eksogen. Krim pelembab adalah imunosupresan penghambat kalsineurin pasien. Pilihan lainnya adalah dengan
pengobatan andalan untuk gejala pruritus seperti takrolimus dan pimekrolimus, menggunakan agen pendingin, seperti
ringan yang terlokalisir, yang mungkin yang memiliki efektivitas serupa dengan mentol, kamper, dan fenol, yang telah
merupakan manifestasi xerosis. Pelembab kortikosteroid dalam pengelolaan gatal, terbukti berhasil dalam mengobati
topikal juga merupakan komponen tetapi dengan efek samping signifikan berbagai jenis gatal melalui modulasi
penting dalam pengobatan dermatitis yang lebih sedikit.1,17 saluran termosensitif di kulit. Konsentrasi
atopik dan harus digunakan setiap hari Imunomodulator topikal seperti mentol yang cenderung mengurangi
untuk terapi pemeliharaan. Pelembab pimecrolimus berperan dalam aktivasi sensasi pruritus berkisar antara 1% hingga
komersial mungkin tersedia dalam bentuk sel T, dan menghambat sitokin pro- 3%, konsentrasi yang lebih tinggi dapat
atau formulasi yang berbeda (seperti krim, inflamasi serta memperbaiki lapisan kulit. menyebabkan iritasi kulit.14
salep, dan lotion), dan pilihan yang paling Efek antipruritus dimediasi oleh aktivasi Pilihan terapi sistemik yang dapat
tepat untuk setiap pasien tergantung dan desentisasi TRPV1. Pimecrolimus digunakan untuk tatalaksana pruritus
pada preferensi individu, biaya, dan area 1% digunakan dua kali sehari selama 3 antara lain antihistamin, seperti
tubuh. Pasien harus diperingatkan untuk minggu terbukti menurunkan TEWL dan hidroksizin, difenhidramin, dan doksepin;
menghindari penggunaan produk yang memperbaiki lapisan lipid pada stratum antikonvulsan, seperti gabapentin
mengandung lanolin dan wewangian, korneum. Penggunaaan calcineurin dan pregabalin; modulator opioid,
karena pasien dengan atopi seringkali inhibitor harus dimonitor secara ketat seperti butorfanol dan naltrekson; serta
sensitif terhadap zat ini. Kortikosteroid pada pasien anak karena terdapat risiko antidepresan, seperti sertraline, paroksetin,
topikal potensi rendah juga dapat terjadinya leukemia.1,18 fluvoksamin, dan mirtazapin.3,14 Beberapa
ditambahkan ke formulasi emolien pada Capsaisin topikal bekerja dengan modalitas terapi yang diteliti sebagai
pasien dengan eksim berat sebagai terapi menimbulkan influx kalsium yang pilihan terapi untuk pruritus kronik
wet-wrap pajama. Metode ini meliputi berefek pada penurunan neuropeptide adalah opioidergic drugs (mu-opioid
menutupi area tubuh yang terkena pruritogenik seperti substansi P. Krim antagonists dan kappa-opioid agonists),
dengan krim kortikosteroid-emolien, capsaisin digunakan 3-4 kali sehari. Efek neurokinin-1 receptor antagonists, biologic
mengenakan piyama basah, mengenakan samping umum yang mungkin timbul drugs, Janus kinase inhibitors, ileal bile acid
piyama kering di atas piyama basah, dan adalah eritema lokal, dan sensasi terbakar transporter inhibitors, aryl hydrocarbon
dibiarkan semalaman. Perawatan ini harus sementara. Hal tersebut dapat diatasi receptor agonists, dan histamine H4
digunakan hanya sekali setiap minggu dengan anestesi topikal yang diaplikasikan receptor antagonists.19
karena risiko terkait penyerapan steroid pada beberapa hari pertama.17,18
topikal dan folikulitis. Selain itu, dokter

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 694-698 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1128 697
REVIEW

Selain itu, fototerapi telah digunakan dipengaruhi oleh ketaatan pasien dalam Ambulatory Care Visits in the US. J Am Acad
dalam berbagai penyakit kulit inflamasi. berobat. Dermatol. 2014; 69:550–6.
7. Carr CW, Veledar E, Chen SC. Factors mediating
Sinar ultraviolet (UV) dapat secara the impact of chronic pruritus on quality of life.
langsung memengaruhi serabut saraf UCAPAN TERIMA KASIH JAMA Dermatology. 2014; 150:613–20.
sensorik atau secara tidak langsung Ucapan terima kasih penulis berikan 8. Oaklander AL. Common Neuropathic Itch
melalui pelepasan mediator dari sel-sel kepada seluruh pihak atas dukungan yang Syndromes. Acta Derm Venerol. 2012; 92:118–
25.
di dalam kulit, memodulasi fungsi serta telah diberikan dalam penulisan tinjauan 9. Greaves MW. Pathogenesis and Treatment
transmisi gatal ke sistem saraf pusat dan pustaka ini. of Pruritus. Curr Allergy Asthma Rep. 2010;
menginduksi efek anti gatal.20 UVB pita 10:236–42.
sempit (narrow band UVB / NB-UVB) KONFLIK KEPENTINGAN 10. Cevikbas F, Lerner EA. Physiology and
telah terbukti menjadi bentuk fototerapi pathophysiology of itch. Physiol Rev. 2020;
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik 100:945–82.
yang efektif dengan efek eritemogenik
kepentingan (conflict of interest) pada 11. Tivoli YA, Rubenstein RM. Pruritus an Updated
yang lebih sedikit dibandingkan dengan Look at an Old Problem. J Clin Arthetic
penulisan laporan tinjauan pustaka ini.
UVB pita lebar (broad band UVB / BB- Dermatology. 2009; 2:30–6.
UVB) dan potensi karsinogenik yang lebih 12. Hashimoto T, Yosipovitch G. Itching as a
PENDANAAN systemic disease. J Allergy Clin Immunol. 2019;
rendah dibandingkan dengan PUVA. 144:375–80.
Oleh karena itu, NB-UVB adalah pilihan Penulis bertanggung jawab terhadap 13. Rosen JD, Fostini AC, Yosipovitch G. Diagnosis
pertama dalam pengobatan pruritus yang seluruh pembiayaan dalam pembuatan and Management of Neuropathic Itch.
berhubungan dengan dermatitis atopik, laporan tinjauan pustaka ini. Dermatol Clin. 2018; 36:213–24.
14. Golpanian RS, Gonzalez JM, Yosipovitch G.
psoriasis, urtikaria, limfoma sel T kulit,
Practical Approach for the Diagnosis and
dan prurigo.21 KONTRIBUSI PENULIS Treatment of Chronic Pruritus. J Nurse Pract.
Seluruh penulis bertanggung jawab 2020; 16:590–6.
SIMPULAN dalam pembuatan dan penulisan laporan
15. Zeidler C, Pereira MP, Huet F, Misery
L, Steinbrink K, Ständer S. Pruritus in
Pruritus atau rasa gatal adalah perasaan tinjauan pustaka ini. Autoimmune and Inflammatory Dermatoses.
tidak menyenangkan yang menyebabkan Front Immunol. 2019; 10:1–8.
keinginan untuk menggaruk, dan DAFTAR PUSTAKA 16. Tarikci N, Kocatürk E, Güngör F, Topal
IGOL, Can PÜ, Singer R. Pruritus in Systemic
merupakan gejala yang paling umum 1. Song J, Xian D, Yang L, Xiong X, Lai R, Zhong Diseases: A Review of Etiological Factors and
ditemukan pada penyakit kulit. Secara J. Pruritus: Progress toward Pathogenesis and New Treatment Modalities. Sci World J. 2015;
patofisiologi, terjadinya pruritus belum Treatment. Biomed Res Int. 2018; 9625936. 803752.
dapat sepenuhnya dijelaskan. Pruritus 2. Nowak D, Yeung J. Diagnosis and treatment of 17. Harrison IP, Spada F. Breaking the Itch – Scratch
pruritus. Can Fam Physician. 2017; 63:918–24. Cycle: Topical Options for the Management of
dikategorikan menjadi 4 tipe, yaitu pruritus 3. Satoh T, Yokozeki H, Murota H, Tokura Y, Chronic Cutaneous Itch in Atopic Dermatitis.
neuropatik, psikogenik, neurogenik, dan Kabashima K, Takamori K, et al. 2020 guidelines Medicines. 2019;6(3):76.
pruriroseptif. Secara onset, pruritus dapat for the diagnosis and treatment of cutaneous 18. Yosipovitch G, Misery L, Proksch E, Metz M,
dibedakan menjadi akut dan kronik, pruritus. J Dermatol. 2021; 130:1589–1606. Ständer S, Schmelz M. Skin Barrier Damage
4. Ständer S, Weisshaar E, Mettang T, Szepietowski and Itch: Review of Mechanisms, Topical
dikatakan kronik jika terjadi lebih dari JC, Carstens E, Ikoma A, et al. Clinical Management and Future Directions. Acta
6 minggu. Anamnesis dan pemeriksaan Classification of Itch: a Position Paper of the Derm Venereol. 2019;99(13):1201-9.
fisik yang komprehensif sangat diperlukan International Forum for the Study of Itch. Acta 19. Reszke R, Krajewski P, Szepietowski JC.
untuk mengetahui faktor pencetus Derm Venerol. 2007; 87:291–4. Emerging Therapeutic Options for Chronic
timbulnya pruritus. Diagnosis banding 5. Wang X, Lai Q, Ye L, Wen S, Yan Y, Yang B, et Pruritus. Am J Clin Dermatol. 2020; 21:601–18.
al. Both Prevalence and Severity of Pruritus are 20. Legat FJ. The Antipruritic Effect of
untuk pruritus umum tanpa lesi primer Associated with Age in Chinese Patients with Phototherapy. Front Med. 2018; 5:333.
membutuhkan pemeriksaan yang lebih Skin Diseases. Clin Cosmet Investig Dermatol. 21. Wallengren J. Ultraviolet Phototherapy of
lengkap karena adanya keterkaitan dengan 2021; 14:217–23. Pruritus. In: Misery L, Stander, editors. Pruritus.
penyakit penyerta lain. Penatalaksanaan 6. Shive M, Linos E, Berger T, Wehner M, Chren New York: Springer; 2016. p. 425–36.
M-M. Itch as a Patient-Reported Symptom in
pruritus bergantung pada etiologi yang
mendasari dan keberhasilan terapi juga

698 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(3): 694-698 | doi: 10.15562/ism.v12i3.1128

You might also like