You are on page 1of 16

Published by:

Volume 2 Number 2 2022


Jurusan Tasawuf dan
ISSN: 2775-8362 (Print)
Psikoterapi, Fakultas
2797-779X (Online)
Ushuluddin, Adab dan
Dakwah, UIN K.H.
Journal of Sufism and Psychotherapy Abdurrahman Wahid
Pekalongan

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah Untuk


Menurunkan Tingkat Stres: Studi Eksperimental Pada
Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Izza Himawanti
izza.himawanti@uingusdur.ac.id
Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Article History
Submitted: 30-09-2022; Reviewed: 04-11-2022; Approved: 25-11-2022
URL: http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/jousip/article/view/6537/
DOI: https://doi.org/10.28918/jousip.v2i2.6537

Abstract
Students in college are often have various internal and external stressors, including conflicts with friends, family,
lovers, financial problems, difficulty managing time, academic assignments, health, body image, transportation, etc.
This stressor is the cause of the high level of stress in students. The purpose of this study was to determine the effect of
writing therapy as a media of muhasabah in reducing stress levels in college students. Writing therapy is carried out
for five consecutive days, using muhasabah indicators and psychological writing therapy techniques. This research uses
pre-experimental research method, with pre and post-test one group design. The dependent variable in this research is
the level of stress on students, while the independent variable is the treatment given, namely writing therapy as a
muhasabah. The research subjects totaled 88 students, with the criteria of active students at UIN KH.
Abdurrahman Wahid, had experienced online and offline learning and was willing to pro-actively participate in the
entire series of therapies, subjects were selected by cluster random sampling. Data collection techniques using the stress
scale and hypothesis testing using the t-test. based on the results of the parametric statistical test t-test as obtained t-
test significance of 0.001 which is less than 0.05, this indicates that writing therapy as a of muhasabah has a positive
effect on reducing student in college stress levels.
Keywords: Writing as Therapy, Muhasabah, Stress.

Abstrak
Mahasiswa sering kali dihadapkan oleh berbagai stressor baik internal maupun eksternal,
antara lain seperti konflik tengan teman, keluarga, kekasih, masalah keuangan, kesulitan
mengatur waktu, tugas-tugas akademik, kesehatan, gambaran tubuh yang tidak ideal,
transportasi, dan lain sebagainya. Stressor inilah yang akan menjadi penyebab tingginya
tingkat stres pada mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi menulis sebagai media muhasabah dalam menurunkan tingkat stres pada mahasiswa.
Terapi menulis dilakukan selama lima hari berturut-turut, dengan menggunakan indikator
muhasabah dan teknik-teknik terapi menulis secara psikologis. Metode penelitian pre-
experimental, dengan pre and post-test one group design. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah tingkat stres pada mahasiswa, sedangkan variabel bebas merupakan perlakukan yang

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 137


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

diberikan yaitu terapi menulis sebagai media muhasabah. Subjek penelitian berjumlah 88
mahasiswa, dengan kriteria mahasiswa aktif UIN KH. Abdurrahman Wahid, telah
mengalami pembelajaran online dan offline dan bersedia pro aktif mengikuti seluruh
rangkaian terapi, subjek dipilih dengan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan skala stres dan uji hipotesis menggunakan uji-t, berdasarkan hasil uji
statistik parametrik uji-t seperti diperoleh signifikansi uji-t sebesar 0,001 dimana lebih kecil
dari 0,05. Maka, hal ini menunjukkan bahwa melalui terapi menulis sebagai media
muhasabah dapat memberikan pengaruh positif terhadap penurunan tingkat stres
mahasiswa.
Kata Kunci: Terapi Menulis, Muhasabah, Stres Mahasiswa.

PENDAHULUAN
Di era digital ini mahasiswa dihadapkan dengan berbagai tantangan baik yang muncul
dari internal maupun eksternal (Merida, et al., 2021). Secara internal, mahasiswa yang
termasuk dalam generasi-Z ini memiliki ciri khas yang cukup unik dibandingkan generasi-
generasi sebelumnya. Prof Rhenald Kasali bahkan menganalogikan generasi Z ini sebagai
generasi strawberry, yaitu sebuah generasi yang sangat indah, menarik, namun perlu sangat
dijaga karena mudah rapuh seperti buah strawberry, sedikit benturan bisa membuat buah
ini rusak. Hasil survey awal yang dilakukan pada 243 mahasiswa di UIN KH. Abdurrahman
Wahid, mendapatkan hasil bahwa 78,6% mahasiswa merasa kesal apabila mereka
menghadapi kejadian yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan mereka. Isu-isu
terkait kesehatan mental sangat familiar pada mahasiswa, namun disisi lain kepekaan pada
isu kesehatan mental ini juga membuat mahasiswa mudah merasakan emosi-emosi negatif
bahkan persepsi negatif tentang berbagai hal di kehidupannya, seperti overthingking,
insecure, burnout, dan hal-hal lain.
Selain hal-hal internal, faktor eksternal juga cukup memberikan dampak signifikan
pada mahasiswa. Media sosial dengan informasi yang tidak terbatas memberi tantangan
tersendiri. Mahasiswa sebagai generasi yang dianggap melek teknologi dituntut untuk
memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan adaptif terhadap berbagai perubahan
(Harahap, 2019: 75). Tantangan lain yang dihadapi mahasiswa dalam proses pendidikan
juga cukup berat. Pada masa pandemi covid, mahasiswa dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai sistem pendidikan jarak jauh, kemudian pasca pandemi pun mereka masih
tetap harus mengikuti berbagai perubahan sistem pendidikan (Indrawati, 2020: 42).

138 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

Berbagai kebijakan pemerintah juga memberikan tantangan tersendiri pada mahasiswa.


Diberlakukannya kurikulum merdeka belajar tentu berpengaruh pada berbagai aktifitas
pendidikan yang mereka lakukan (Evi Hasim, 2020: 70). Hasil interview awal yang
dilakukan pada beberapa mahasiswa yang menjadi partisipan penelitian, menjelaskan bahwa
berbagai kondisi eksternal di atas memberikan dampak yang cukup signifikan seperti
burnout atau stres dan kelelahan pada berbagai proses pendidikan.
Faktor internal dan eksternal di atas menjadi indikator kuat tingginya tingkat stres
yang dialami mahasiswa. Asumsi ini juga didukung oleh data survei awal pada 243
mahasiswa yang menunjukkan bahwa 69,2% dari total responden merespn indikator-
indikator yang menunjukkan tingkat stres yang cukup tinggi. Untuk mengatasi stress pada
mahasiswa maka artikel ini akan membahas tentang perlunya terapi menulis dalam
mengatasi tingkat stres mahasiswa. Berbeda dengan berbagai penelitian yang telah ada,
dimana terapi menulis sering kali dibahas sebagai media katarsis, numun dalam penelitian
ini terapi menulis lebih disoroti sebagai media muhasabah. Apabila mengutip dari
pemikiran Imam Al-Ghazali dan diimplementasikan dalam konsep psikoterapi, maka
muhasabah ini bisa menjadi upaya pencapaian kesehatan mental (Ahmad, 2018: 45), dimana
hal tersebut belum banyak dibahas pada penelitian lain.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-experimental, dengan desain pre
and post-test one group design, yaitu salah satu metode dalam eksperimen psikologis, dimana ada
satu kelompok eksperimen yang akan diberikan tes pendahuluan sebelum melakukan terapi,
kemudian kembali diberikan tes untuk melihat pengaruh dari terapi tersebut. Penelitian ini
memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah tingkat stres pada mahasiswa, sedangkan variabel bebas merupakan
perlakukan yang diberikan yaitu terapi menulis sebagai media muhasabah. Terapi menulis
sebagai media muhasabah dilakukan selama 5 hari berturut-turut. Subjek penelitian
berjumlah 88 mahasiswa. Penentuan kriteria subjek dengan purposive sample yaitu sampel
yang diambil memiliki kriteria sebagai berikut: mahasiswa aktif UIN KH. Abdurrahman
Wahid, telah mengalami pembelajaran online dan offline dan bersedia menjadi responden
penelitian. sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu dengan cluster random sampling
yang merupakan teknik sampling dengan mengacak kelas/cluster. Teknik pengumpulan
data dengan menggunakan skala stres yang dibuat oleh peneliti dengan sebelumnya telah
dilakukan uji validitas isi dan uji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 139


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

dengan uji beda atau t-test, dimana sebelum dilakukan pengujian, data diuji terlebih dahulu
linieritas dan homogenitasnya.

PEMBAHASAN
Sebelum melakukan mengujian hipotesis, maka terlebih dahulu data dilakukan uji
normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang dianalisis
memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data memiliki distribusi normal, maka dapat
dilakukan analisis dengan menggunakan statistik parametrik. Sebaliknya, jika data yang
dianalisis memiliki distribusi yang tidak normal, maka harus dinalisis dengan menggunakan
teknik statistik non parametrik (Sugiyono, 1999: 35). Hasil dari uji normalitas adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelompok Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
variabel pretest ,090 88 ,073 ,981 88 ,242
postest ,082 88 ,200* ,984 88 ,377

Berdasarkan uji normalitas terhadap skala stres mahasiswa pada sesi pre-test
didapatkan signifikansi nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,090 dan skala stres mahasiswa
pada sesi post-test memiliki signifikansi nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,082.
Kolmogorov -Smirnov tersebut menunjukkan bahwa sebaran data stres mahasiswa
memiliki distribusi normal.
Berikutnya dilakukan uji homogenitas, uji homogenitas dimaksudkan untuk
menentukan uji-T yang sesuai. Uji homogenitas variasi ini menggunakan uji Levene, kedua
sampel homogen jika signifikansinya >0,05. Uji homogenitas dilakukan pada nilai pretest
dan posttest. Berdasarkan hasil analisis, data bersifat homogen. Sebaran uji homogenitas
data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
variabel Based on Mean ,035 1 174 ,852
Based on Median ,047 1 174 ,828
Based on Median and with ,047 1 173,800 ,828
adjusted df
Based on trimmed mean ,038 1 174 ,845

140 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Uji-t ini digunakan untuk
menjawab hipotesis. Dengan Ha adalah terapi menulis sebagai media muhasabah dapat
menurunkan tingkat stres mahasiswa. Dan H0 adalah terapi menulis sebagai media
muhasabah tidak dapat menurunkan tingkat stres mahasiswa. Hasil dari uji-t adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Standar Deviasi Pre-test dan Post-test
Paired Samples Statistics
Std.
Mean N Std. Error Mean
Deviation
Pair 1 pretest 31,76 88 5,054 0,539
postest 29,82 88 4,910 0,523

Tabel 5. Uji-t
Paired Samples Test
t df Sig. (2-tailed)
Lower Upper
pretest -
Pair 1 1,943 5,427 0,579 0,793 3,093 3,359 87 0,001
postest

Hasil pre-test dan post-test dianalisis dengan teknik statistic uji t atau uji beda (t-test)
dengan dua rata-rata (paired-samples t-test), pengujiannya dengan menggunakan software
SPSS. Dari hasil analisis ini memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, dan nilai maksimum dan minimum. Uji t ini digunakan untuk
membandingkan nilai rata-rata skor awal sebelum subjek mendapat terapi menulis dan skor
akhir setelah subjek mendapat terapi menulis. Artinya uji-t dapat digunakan untuk
pengujian terhadap satu sampel sesudah dan sebelum mendapatkan sutau treatment.
Berdasarkan hasil uji-t seperti pada tabel di atas, diperoleh signifikansi uji-t sebesar 0,001
dimana lebih kecil dari 0,05, hal ini menunukkan bahwa terapi menulis sebagai media
muhasabah berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres mahasiswa.
1. Stres pada Mahasiswa
Stres pada mahasiswa bersumber dari beberapa stressor atau sumber stres, sumber
stres ini dari masalah interpersonal, intrapersonal, akademik dan lingkungan (Musabiq &
Karimah., 2018: 80). Masalah interpersonal berasal dari konflik dengan kekasih, konflik
dengan teman, konflik dengan keluarga dan salah paham. Sedangkan masalah intrapersonal

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 141


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

meliputi masalah keuangan, adanya tanggung jawab di organisasi kampus, sulit mengatur
waktu, kesehatan, gambaran tubuh yang tidak ideal, adanya keluarga yang sakit, dan pola
hidup yang kurang baik. Kegiatan akademik juga menjadi stressor bagi mahasiswa, antara
lain banyaknya tugas, sulit memahami mata kuliah, rencana studi yang tidak sesuai harapan,
jadwal kuliah yang padat, dan nilai yang jelek. Sumber stres pada mahasiswa yang terakhir
adalah lingkungan. Stres yang berasal dari lingkungan ini antara lain masalah di organisasi
yang sedang diikuti, lingkungan tempat tinggal yang tidak nyaman, transportasi, tidak
adanya waktu liburan, gadget yang rusak, serta cuaca.
Konsep stres pertama kali dikenalkan oleh Canon pada tahun 1929, kemudian
dikembangkan oleh Mayer pada tahun 1951. Secara harfiah stres dapat diartikan sebagai
suatu kondisi yang dapat memicu munculnya emosi negatif seperti sedih, marah, kecewa,
dan dapat berdampak pada kondisi fisik dan psikis individu sebagai bentuk antisipasi
terhadapa ancaman. Canon juga menganalogikan stres sebagai bentuk “the fight-or-flight
response”. Canon menjelaskan bahwa ketika individu stres maka dia mengalami gangguan
keseimbangan fisiologis. Kondisi ini yang menyebabkan seseorang merespon gejala
fisiologisnya dengan berbagai prilaku tertentu sebagai bentuk pertahanan diri (Covid- et al.,
2021: 135). Stres yang dialami mahasiswa 60% berada dikategori sedang (Farmawati et al.,
2022: 83). Apabila mahasiswa tidak mengatasi masalah yang berhubungan dengan stres
dialami, maka berisiko tinggi mengalami hasil akademik yang buruk, atau masalah kesehatan
mental yang lebih serius (Bulanda et al., 2020: 510).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada skor pre-test atau tes awal sebelum
dilakukan terapi menulis skor rata-rata tingkat stres mahasiswa cukup tinggi, yaitu 31,76
dengan standar deviasi sebesar 5,054. Skor ini menunjukkan bahwa mahasiswa sering
merasa kecewa, cemas, marah, sedih, dan berbagai emosi negatif lainnya ketika mereka
menghadapi berbagai kejadian hidup yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Emosi
negatif tersebut diperpanjang dengan berbagai pikiran-pikiran yang negatif pula. Seperti
overthingking, dan adanya kesemasan maupun keraguan untuk dapat mengatasi berbagai
persoalan internal dan eksternal yang mereka alami
Hans Selye (Cooper, 2004: 620) menjelaskan beberapa ciri stres, yang pertama yaitu
dapat dilihat dari tindakan individu peserti semangat dan gairah yang menurun,
meningkatnya konsumsi rokok dan kopi, munculnya tindakan agresif, pola makan yang
tidak teratur, gangguan tidur, problema seksual, kecenderungan menyendiri, banyak

142 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

mengeluh, dan melamun, dan berbagai prilaku maupun tindakan maladaptive lainnya.
Indikator ataupun ciri stres yang kedua yaitu emosi negatif yang meningkat, seperti cepat
marah, murung, cemas, takut, panik, sensitive dan mudah menangis, depresi / sedih yang
berkepanjangan, merasa tidak berdaya, merasa diabaikan, selalu mengkritik diri sendiri dan
orang lain secara berlebihan. Indikator stres yang terakhir yaitu munculnya gangguan-
gangguan fisik atau fisiologis seperti sakit kepala dan rasa sakit lainnya (seperti leher,
punggung, dan lainnya), jantung berdebar, diare / konstipasi (susah buang air besar), rasa
sakit pada rahang, gigi gemeretak, gangguan kulit/gatal-gatal, kerongkongan kering, pusing
kepala, sering buang air kecil, perubahan pola makan, badan berkeringat tidak wajar,
bernafas terengah-engah, mual-mual. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa stres dapat dijelaskan dengan tiga indikator utama, yaitu perilaku, emosi
dan fisik. Ketiga indikator inilah yang menjadi pedoman utama pembuatan skala stres pada
mahasiswa sebagai parameter hipotesis penelitian.
Setelah dilakukan terapi menulis, diperoleh hasil bahwa tingkat stres pada mahasiswa
menurun secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan nilai rata-rata
stres mahasiswa dari 31,76 menjadi 29,82. Pada skala stres yang dibagikan setelah seluruh
sesi terapi menulis selesai, dilengkapi pulan pertanyaan-pertanyaan terbuka terkait apa yang
subjek rasakan setelah melakukan terapi menulis tersebut. Jawaban dari pertanyaan terbuka
ini menjadi data sekunder yang dapat mendeskripsikan penurunan tingkat stres mahasiswa
secara kualitatif. Beberapa jawaban dari pertanyaan terbuka tersebut antara lain: merasa
lebih lega, merasa lebih tenang dalam menyimpulkan suatu permasalahan, bisa
menyelesaikan menyelesaikan dan mengatasi masalah sendiri, emosi negatif dapat lebih
terkendali sebab dapat meluapkan perasaan melalui tulisan, overthingking berkurang, dapat
berkomunikasi dan bedamai dengan diri sendiri, merasa lebih dapat bersyukur dengan
takdir dari Allah, merasa dapat mengontrol pikiran dan perilaku diri sendiri karena Allah,
endapat kesadaran (awareness) bahwa ternyata mood dan emosi naik turun, kekhawatiran
berkurang, dapat lebih berpikir positif, dapat lebih memahami diri sendiri.
Berdasarkan respon-respon kualitatif subjek tersebut di atas, maka dapat semakin
mempertegas dan mendukung hasil uji hipotesis penelitian. Setelah melakukan terapi
menulis, subjek mengalami penurunan tingkat stres yang ditandai dengan muncul atau
meningkatnya emosi positif seperti merasa lebih lega, merasa lebih tenang, merasa lebih
dapat bersyukur. Selain itu berbagai emosi negatif juga berkurang, yang ditandai dengan

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 143


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

berkurangnya rasa khawatir, emosi negatif dapat terkendali. Selain dimensi afeksi, terapi
menulis ini jg berdampak pada dimensi kognisi penurunan tingkat stres mahasiswa. Hal ini
ditandai dengan dapat berpikir secara positif, overthingking berkurang, self-awareness atau
kesadaran dan pemahaman diri meningkat, dan mulai dapat melakukan probem solving
yang efektif. Aspek perilaku pada penurunan stres yang terungkap dari hasil analisis
kualitatif yaitu pada muncul kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, baik dengan
diri sendiri, dengan orang lain maupun dengan Tuhan. Hasil analisis tambahan secara
kualitatif ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Jeffrey J Bulanda (Bulanda et al.,
2020: 515) yang menjelaskan bahwa ketika mahasiswa mengalami stres maka ada
kecenderungan mencari perlindungan kepada Tuhan dan mendorong dirinya untuk lebih
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah. Didukung pula penelitian dari Kelley
A.Strout, PhD (Strout & Howard, 2015: 14) yang menjelaskan bahwa penurunan tingkat
stres ditandai dengan munculnya kesehatan kognitif dan kesehatan emosional. Pada
kesehatan emosional menunjukkan hubungan yang paling kuat dengan kesehatan kognitif,
diikuti dengan kesehatan fisik dan spiritual.
2. Terapi Menulis dalam Psikologi Positif untuk Menurunkan Tingkat Stres
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terapi menulis terbukti dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi berbagai pikiran negatif (Cooper,
2013: 619). Berbeda dengan menulis secara umum, terapi menulis dilakukan berdasarkan
langkah dan kriteria tertentu, yaitu terstruktur dan rutin, misalkan selama 20 menit dalam 3
hingga 5 hari berturut-turut, dan tanpa intervensi terapis. Dalam psikologi positif, terapi
menulis atau disebut juga dengan Using Writing as Therapy atau menggunakan tulisan sebagai
terapi, dalam perkembangannya, terapi menulis berisi tentang narasi atau kejadian yang
diceritakan; dan plot - peristiwa yang terkait secara berurutan. Narasi dalam terapi menulis
memberikan gambaran mendalam tentang perasaan, dan berbagai pengalaman yang dialami
seseorang bahkan terkait hal-hal yang sangat privasi atau pribadi. Model terapi menulis yang
banyak digunakan kajian psikologi positif adalah model pengungkapan emosi (Cooper,
2013: 620). Menulis bermanfaat sebagai sarana untuk mereduksi stres dan cemas. Setelah
mengekspresikannya, individu diharapkan menjadi lebih sehat secara fisik, membantu
menjernihkan pikiran, memperbaiki perilaku dan mengelola emosi (Mutohharoh, 2022: 81).
Dengan menuliskan berbagai kejadian dan pengalaman hidup yang dialami, secara berturut-
turut minimal 20 menit selama tiga hari berturut-turut dapat mengurangi berbagai bentuk

144 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

emosi negatif dan beriplikasi pada peningkatan kesehatan dan koheren dengan perubahan
kognitif seseorang.
Selain dapat menurunkan tingkat emosi dan perubahan kognitif, beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa terapi menulis juga dapat meningkatkan kesadaran diri. Menulis
tentang peristiwa traumatis telah terbukti meningkatkan kesadaran diri yang dapat
meningkatkan kesehatan dan mengatur perilaku negatif (Thatcher, 2020: 50). Dengan
menggunakan analisis naratif pada tulisan individu, ditemukan bahwa individu yang
mengikuti terapi menulis ini mampu meningkatkan kesadaran diri mereka melalui tulisan
terkait hidup dan diri mereka sendiri (Susilowati & Hasanat, 2011). Tulisan peserta juga
menunjukkan upaya mereka untuk memahami dan memaknai kehidupan mereka yang
merupakan prediktor kuat dari hasil kesehatan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa
terapi menulis merupakan intervensi terapeutik yang bermanfaat secara unik bagi mereka
yang mengalami kesedihan dan berbagai peristiwa berat dalam hidup.
Dari berbagai penelitian tentang terapi menulis, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi menulis secara langsung dapat menurunkan tingkat emosi, memunculkan perubahan
kognitif, memunculkan kesadaran diri dan berimplikasi pada perubahan perilaku dan
peningkatan kesehatan. Elemen introspektif dari terapi menulis ini memunculkan proses
emosional dan kognitif yang dianggap sebagai mekanisme kritis untuk menurunkan tingkat
stres individu (Pankey et al., 2016: 242). Dalam terapi menulis, mengungkapkan perasaan
dapat mengarah pada pengurangan stres dan dapat meningkatkan fungsi kekebalan dan
kesehatan.
Merangkum pendapat dari (Williamson & Wright, 2018: 116) dan (Hynes &
Thompson, 2006), ada beberapa indikator pada terapi menulis, antara lain:
a. Expressive writing
Expressive writing atau tulisan ekspresif merupakan bentuk terapi menulis yang bersifat
pribadi dan emosional. Hal yang paling efektif ketika terlibat dalam penulisan ekspresif
adalah mengakui emosi secara terbuka. Ada beberapa tahapan pada Expressive writing
antara lain:
1) Recognation/Initial writing, merupakan tahap pembukaan sebelum terapi menulis. Tidak
semua individu dapat sengan mudah menuliskan perasaan mereka secara ekspresif,
sehingga pada tahapawal ini individu perlu dibantu untuk lebih memfokuskan pikiran

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 145


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

dan imajinasi mereka, dapat pula diawali dengan relaksasi agar lebih berkonsentrasi.
Kemuadian individu dapat dibantu mengevaluasi mood mereka.
2) Examination/writing exercise, tahap ini merupakan tahap inti dari terapi menulis,
individu mulai diminta untuk menuliskan perasaan mereka secara ekspresif tentang
situasi tertentu. Biasanya pada sesi ini durasi sekitar 10-20 menit. Pada penelitian ini,
topik utama subjek dalam menulis adalah indikator-indikator muhasabah, misalkan
tentang mengingat dosa dan kesalahan-kesalahan. Namun pada sesi ini individu tidak
hanya diminta untuk mengingat kesalahan atau dosa saja, namun justru lebih pada
mengekspresikan perasaan mereka secara jujur dan spesifik ketika mereka mengingat
kejadian tersebut, seperti rasa bersalah, kecewa, sedih, atau apapun. Sesi ini dapat di
ulang dengan topik muhasabah yang lain, dan dapat berganti topik setiap harinya.
3) Juxtaposition/Feedback, tahap ini disebut juga sebagai tahap refleksi. Pada tahap ini
individu diminta untuk membaca kembali tulisan mereka dan merefleksikan perasaan
mereka kembali. Individu juga dapat menambahkan atau mengkoreksi tulisan mereka.
Mengevaluasi dan mengkoreksi tulisan pada tahap ini bukan berfokus pada konten
atau struktur tulisan, namun pada emosi yang mungkin masih belum muncul. Pada
tahap feedback ini, dapat menceritakan tulisannya kepada konselor (apabila
didampingi konselor) atau dapat dengan melakukan self-talk. Tujuan tahap ini adalah
sebagai refleksi dan validasi atas perasaan-perasaan yang dimunculkan dalam tulisan.
4) Application to the self, tahap ini adalah tahap terakhir pada sesi Expressive writing. Pada
tahap ini fungsi kognitif individu mulai diaktifkan kembali, setelah pada tahap-tahap
sebelumnya emosional individu yang lebih dieksplorasi. Individu mulai diminta untuk
mengintegrasikan pengetahuan dan nilai-nilai yang mereka miliki dengan pengalaman
emotional mereka untuk mencari tahu apa saja yang perlu diubah atau diperbaiki dan
dipertahankan. Misalkan pada penelitian ini, ketika indikator muhasabah tentang
mengevaluasi kualitas ibadah, atau pada indikator menghayati berbagai aktifitas yang
telah dilakukan, pada tahap ini individu diminta untuk melakukan integrasi dengan
pemahaman, pengetahuan mereka tentang norma-norma, sehingga mereka dapat
melakukan perubahan dan perbaikan atas kesadaran dan keinginan mereka sendiri.
b. Reflective writing adalah sesi pada terapi menulis yang berisi refleksi dan evaluasi atas
proses Expressive writing yang telah dilakukan. Tahap Reflective writing ini bertujuan
untuk merekam apa yang telah dipikirkan pada proses Expressive writing yang telah

146 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

dilakukan sebelumnya. Metode reflektif ini dapat digunakan sebagai penguat ataupun
pengunci proses terapi menulis yang telah dilakukan. Individu dapat diminta untuk
menuliskan sesuatu atau teks terkait pengalaman mereka tentang terapi menulis yang
telah merekalakukan, misalkan merasa lega dan tenang setelah melakukan proses
expressive writing. Atau dapat juga dilakukan dengan menuliskan perspektif yang berbeda
dari tulisan mereka sebelumnya, misalkan eksplorasi reaktif mereka tentang pengalaman
mereka dari sudut pandang yang lebih luas. Penggabungan tahap Expressive writing dan
Reflective writing pada terapi menulis ini menjadi bentuk katarsis dan rekonstruksi kognitif
yang menjadi sangat efektif untuk menurunkan tingkat stres. Baik stres yang diakibatkan
oleh pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu maupun disebabkan oleh stressor
yang sedang terjadi saat ini, bahkan ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan.
c. Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah
Dalam mendesain terapi menulis sebagai media muhasabah, peneliti melakukan
berbagai kajian pustakan dan literatur review terlebih dahulu. Merangkum penelitian dari
Cooper (Cooper, 2013: 186-193; Cooper, 2014: 619-622), menunjukkan bahwa terapi
menulis ini dapat menjauhkan diri dari emosi yang menyakitkan dengan menulis individu
dapat mengungkapkan perasaan mereka secara lebih terbuka dan jujur. Dalam studi
kasusnya pada berbagai kasus depresi, penelitian Cooper juga menujukkan bahwa menulis
dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk mengaktifkan perubahan kognitif dan
menyediakan sejumlah 'wadah' untuk kembali merefleksikan pengalaman hidup dan dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang peran dan identitas diri. Penelitian lain
yang dilakukan oleh (Thatcher, 2020) ini juga memberikan gambaran menarik bahwa
analisis naratif yang dilakukan individu ketika melakukan terapi menulis ternyata mereka
mampu meningkatkan kesadaran diri mereka melalui tulisan tersebut. Tulisan peserta juga
menunjukkan upaya mereka untuk memahami diri mereka dan menjadi prediktor kuat dari
kesehatan mental yang positif. Berbagai studi pendahuluan tentang terapi menulis ini
kemudian dikombinasikan dengan berbagai kajian Pustaka tentang muhasabah, sehingga
dapat diperoleh design dari terapi menulis yang memang dapat digunakan sebagai media
bermuhasabah.
Secara etimologi, muhasabah berasal bahasa arab yaitu kata hasaba, yuhasibu,
muhasabah. Muhasabah memiliki arti menghitung, mengevaluasi, mengoreksi, dan juga
bermakna introspeksi diri (Abdullah, 2016: 44; Karzon, 2010: 50; Al-Ghazali, 2017: 35).

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 147


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

Selain itu, muhasabah juga dapat dikatkan dengan pengenalan diri, meliputi bagaimana
seseorang mengetahui hal-hal yang telah ia perbuat sebagai implementasi mengenali
Tuhannyam atau muhasabah al-nafs. Ketika seseorang mengenali dan mengimani
Tuhannya dengan baik, maka hal tersebut akan berimplementasi pada perilaku ataupun
ahlak orang tersebut. Mohamad, Hamjah, & Mokhtar, (2017) memberikan gambaran
muhasabah sebagai proses kognitif individu, dimana dia melakukan proses evaluasi secara
kognitif dan berpikir kritis pada berbagai prilaku dan perbuatan yang telah dia lakukan.
Proses evaluasi ini meliputi apakah perbuatan yang telah dilakukan ini disukai oleh Allah
atau tidak. Tetika individu menyadari bahwa perbuatannya tidak disukai Allah, maka dia
akan berusaha mengontrol perilaku negatifnya dan berusaha merubahnya menjadi prilaku
yang positif. Beberapa tokoh yang telah disebutkan di atas menjelaskan bahwa muhasabah
akan lebih baik dan efektif ketika dilakukan secara pribadi atau individu. Hal ini
dimaksudkan untuk semakin memperoleh kedekatan dengan Tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa muhasabah merupakan bentuk evalusi diri yang bertujuan
untuk mencari pemahaman diri agar diri menjadi lebih baik sesuai dengan ajaran Al-qur’an
dan perintah Allah (Wanti & Subiyantoro, 2022). Muhasabah adalah sarana perbaikan diri,
introspeksi diri, dan keyakinan akan perbuatan hisab terhadap diri sendiri sebelum hisab
dilakukan oleh Allah SWT. Muhasabah meliputi beberapa tahapan, antara lain: membangun
nilai-nilai karakter diri, mempertimbangkan perbuatan yang pernah dilakukan dan
meningkatkan ibadah (nilai-nilai spiritual) kepada Allah SWT (Ariskawanti, 2022;
Mutmainah, 2021). Konsep muhasabah ini yang menjadi esensi dasar dari terapi menulis.
Salah satu bentuk pendekatan penyucian jiwa yang berdasarkan pada nilai-nilai
tasawuf yaitu dengan muhasabah. Hal ini dikarenakan muhasabah dapat dijadikan sebagai
teknik dalam psikoterapi dan konseling berlandaskan tasawuf (Subhi, 2020). Langkah-
langkah dalam terapi menulis pada penelitian ini dikombinasikan dengan indikator
muhasabah sebagai berikut (Salleh & Khafidz, 2017: 130):
a. Mengevaluasi aktifitas yang telah dilakukan tubuh. Seorang muslim yang bermuhasabah
akan melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan dan aktifitas tubuhnya setiap hari.
Seperti, bagaimana lisannya, pendengarannya, serta aktifitas tangan dan kakinya,
termasuk apakah aktifitas tubuhnya dilakukan untuk hal-hal baik atau untuk buruk.
b. Melihat dosa-dosa yang lalu. Seorang muslim juga bermuhasabah dengan menghayati
berbagai kesalahan dan dosa-dosa masalalu yang telah dilakukan. Dengan menghayati hal

148 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

tersebut diharapkan akan memberikan dorongan dan motivasi untuk melakukan


perubahan. Muhasabah dilakukan dengan proses mengingat kesalahan-kesalahan yang
telah dilakukan, kemudian bertaubat, dan memaafkan diri atas kesalahan yang telah
dilakukan, sebagai bentuk pembelajaran dan pengalaman yang akan memotivasi diri
menuju perubahan yang lebih baik.
c. Mengevaluasi ibadah fardhu. Ciri utama muhasabah yang dilakukan seorang muslim
adalah dengan mengevalusi kualitas dan kuantitas ibadah atau disebut juga dengan
muhasabah ke atas diri sendiri (muhasabah al-nafs).
d. Menghayati nikmat yang Allah berikan. Seseorang Muslim perlu bermuhasabah terhadap
berbagai nikmat yang telah Allah berikan. Menurut Ibn Qayyim nikmat yang akan
ditanya pada hari kiamat adalah nikmat melalui jalan yang halal dan nikmat melalui jalan
yang haram. Ketikmatan baik melalui jalan yang halal maupun haram akan
memunculkan rasa puas, namun nikmat yang diperoleh melalui jalan yang halal akan
memiliki durasi emosi positif yang lebih panjang karena memunculkan perasaan tenang
dan rasa bersyukur atas karunia Allah.
Terapi menulis dapat pula dijadikan sebagai bentuk dari katarsis dan mindfulness
(Petrovic et al., 2022: 10). Ketika subjek penelitian melakukan seluruh proses dan tahapan
terapi menulis, pada dasarnya mereka tengah menyalurkan berbagai emosi negatif yang
mereka rasakan. Selain itu juga pikiran, perasaan dan tubuh sedara sadar terpusat dalam
proses menulis. Hal ini dapat mereduksi tingkat sres secara signifikan dikarenakan dalam
proses terapi menulis, subjek penelitian mengalami kondisi yang mindfull atau kesadaran
dan penerimaan tanpa menghakimi pada pengalaman yang mereka alami saat itu. Misalkan
ketika subjek tengah mengeksplorasi berbagai dosa dan kesalahan-kesalahan masalalu, pada
terapi ini proses muhasabah diarahkan pada proses bertaubat, memaafkan diri dan
diimplementasikan pada motivasi untuk melakukan perubahan positif pada diri. Proses ini
akan memunculkan perasaan lega dan tenang, karena peningkatan keimanan tentang Allah
Maha Pengampun akan mengarahkan subjek pada proses self-forgiveness.

PENUTUP
Hasil penelitian ini memberikan corak dan gambaran baru dalam integrasi ilmu
tasawuf dan psikologi. Tahapan terapi menulis disusun berdasarkan konsep-konsep
terapi menulis dalam psikologi positif dan dikombinasikan dengan indikator muhasabah

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 149


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

dalam perspektif tasawuf. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji-t atau pengujian
perbedaan pada skor pre-test dan post-test diperoleh kesimpulan bahwa terapi menulis
sebagai media muhasabah ini terbukti efektif dalam menurunkan tingkat stres pada
mahasiswa. Konsep ini akan lebih lengkap apabila dikaji lebih dalam dengan penelitian
kualitatif. Penelitian ini dapat direkomendasikan secara praktis sebagai bentuk terapi
islam untuk menurukan tingkat stres. Secara teoretik penelitian ini memperkaya bidang
integrasi ilmu psikologi dan tasawuf psikoterapi, harapannya dapat lebih dikembangkan
dengan metode lain yang lebih komprehensif.

REFERENSI

Abdullah. (2016). The Power of Muhasabah: Manajemen Hidup Bahagia Dunia Akhirat.
Editor: Abd Rasyid dan Yaseer Arafat. Medan: Perdana Publishing.
Ahmad, J. (2018). Muhasabah Sebagai Upaya Mencapai Kesehatan Mental. Islamic Studies
Al-Ghazali, I. (2017). Ikhtisar Ihya ‘Ulumiddin. Diterjemahkan dari Mukhtashar ‘Ihya
‘Ulumiddin. Penerjemah, Moh. Yusni Amru Ghozaly. Jakarta Selatan: Wali Pustaka.
Cooper, Cary. 2004. A brief history of stress. India: Blackwell Publishing
A, S., Musabiq, S., & Karimah, I. (2018). Gambaran Stress dan Dampaknya Pada
Mahasiswa. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 20(2), 75–83.
Ariskawanti, E. (2022). Manajemen Evaluasi (Muhasabah) Diri. Jurnal Lentera V, ol. 21
No., 221–235. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Bulanda, J. J., Conteh, A. B., & Jalloh, F. (2020). Stress and coping among university
students in Sierra Leone: Implications for social work practice to promote
development through higher education. International Social Work, 63(4), 510–523.
https://doi.org/10.1177/0020872818796136
Cooper, P. (2013). Writing for depression in health care. British Journal of Occupational
Therapy, 76(4), 186–193. https://doi.org/10.4276/030802213X13651610908452
Cooper, P. (2014). Using writing as therapy: Finding identity. British Journal of
Occupational Therapy, 77(12), 619–622.
https://doi.org/10.4276/030802214X14176260335345
Covid-, M. P., Jannah, R., & Santoso, H. (2021). Tingkat Stres Mahasiswa Mengikuti
Pembelajaran Daring pada. 1(1), 130–146.
Evi Hasim. (2020). Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi Di Masa
Pandemi Covid-19. Prosiding Webinar Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana
Universitas Negeri Gorontalo “Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui
Penulisan Karya Ilmiah Menuju Anak Merdeka Belajar,” 68–74.
Farmawati, C., Zulfa, N., & Ulviana, U. (2022). Virtual Counseling To Help College
Students Reduce Stress During Covid-19 Pandemic. Biblio Couns: Jurnal Kajian
Konseling dan Pendidikan, 5(1), 78-88.

150 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

Harahap, N. J. (2019). Mahasiswa Dan Revolusi Industri 4.0. Ecobisma (Jurnal Ekonomi,
Bisnis Dan Manajemen), 6(1), 70–78. https://doi.org/10.36987/ecobi.v6i1.38
Indrawati, B. (2020). Tantangan dan peluang pendidikan tinggi dalam masa dan pasca
Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Ilmiah, 1(1).
Karzon, A.A. (2010). Tazkiyatun Nafs: Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut al-
Qur’an dan as-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Shaalih. Penerjemah, H. Emiel
Threeska. Jakarta: Akbar Media.
Merida, S. C., Fitriyana, R., Afifah, E. N., Virgin, I. R., Badaruzzaman, B., & Raja, B. L.
(2021). Psikoedukasi Dalam Mempersiapkan Mahasiswa Menyongsong Era
Digital. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat), 3(1), 54-68.
Mohamad, A.D., Hamjah, S. H., & Mokhtar, A.I. (2017). “Konsep Tazkiyah al-Nafs
Menurut al-Harith bin Asad al-Muhasibi”. Jurnal Sultan Alauddin Sulaiman Shah, Vol.
4, Bil.1, 115-125.
Mutmainah, M. (2021). Metode Muhasabah: Analisis Pendekatan Psikologi Sufistik
Perspektif Al–Ghazali:(Konsep Pendidikan Ruhaniyah Melalui Tazkiyatun
Nafs). Syaikhuna: Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam, 12(1), 41-51.
Mutohharoh, A. (2022). Self Healing. JOUSIP: Journal of Sufism and Psychotherapy, 2(1),
73-88.
Pankey, T., Kelly, P. J., & Ramaswamy, M. (2016). Stress Reduction Through a Brief
Writing Intervention With Women in Jail. Journal of Correctional Health Care, 22(3),
240–246. https://doi.org/10.1177/1078345816654230
Petrovic, J., Bastien, L., Mettler, J., & Heath, N. L. (2022). The Effectiveness of a
Mindfulness Induction as a Buffer Against Stress Among University Students With
and Without a History of Self-Injury. Psychological Reports, 0(0), 1–23.
https://doi.org/10.1177/00332941221089282
Salleh, N. S. K. N., & Khafidz, H. A. (2017). Penyucian Jiwa Melalui Pendekatan
Muhasabah Dalam Penghayatan Shalat. Fikiran Masyarakat, 4(2), 128–134.
http://www.kemalapublisher.com/index.php/fm/article/view/232/pdf_33
Strout, K. A., & Howard, E. P. (2015). Five Dimensions of Wellness and Predictors of
Cognitive Health Protection in Community- Dwelling Older Adults A Historical
COLLAGE Cohort Study. XX(X), 6–18.
Subhi, M. R. (2020). Bimbingan Pengembangan Pribadi Rendah Hati Berlandaskan
Tasawuf Ulama Mutaakhirin. (Unpublished doctoral’s thesis) Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, Indonesia.
Sugiyono. (1998). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Susilowati, T. G., & Hasanat, N. U. (2011). Pengaruh terapi menulis pengalaman emosional
terhadap penurunan depresi pada mahasiswa tahun pertama. Jurnal psikologi, 38(1), 92-
107.
Thatcher, C. (2020). In Dialogue: How Writing to the Dead and the Living Can Increase
Self-Awareness in Those Bereaved by Addiction. Omega (United States).
https://doi.org/10.1177/0030222820976277

Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti) | 151


ISSN: 2775-8362 (Print) 2797-779X (Online)

Vol. 2 No. 2 November 2022

Wanti, E. A., & Subiyantoro, S. (2022). Manajemen Evaluasi (Muhasabah) Diri. JURNAL
LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, 21(2), 221-235.
Williamson, C., & Wright, J. K. (2018). How creative does writing have to be in order to be
therapeutic? A dialogue on the practice and research of writing to recover and survive.
Journal of Poetry Therapy, 31(2), 113–123.
https://doi.org/10.1080/08893675.2018.1448951.

152 | Terapi Menulis Sebagai Media Muhasabah …. 137-152 (Izza Himawanti)

You might also like