You are on page 1of 26

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I (PAI I)

Lingkungan Pendidikan dalam Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Drs. Syahrullah, M.PdI

Disusun Oleh :
Kelompok IX

Emma Ainun (31.16.032)


Hamdi Muntazir (31.16.013)
Chahya Khania (31.16.015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Untaian rasa syukur tak henti kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, akhirnya tugas kelompok
mata kuliah MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I (PAI I) ini dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya. Semoga tugas ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan ataupun petunjuk bagi pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada orang tua
penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Juga kepada
teman-teman yang telah mendukung dan memberikan semangat hingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada dosen mata kuliah MATERI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I (PAI I), Drs. Syahrullah, M.PdI, yang telah
membimbing penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis menunggu saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca. Agar di kemudian hari penulis dapat membuat makalah yang lebih
baik dari sebelumnya.

Jakarta, 27 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam............................................3
B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam................................................3
C. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan..............................................5
D. Lingkungan Pendidikan Islam..............................................................9
1. Lingkungan Pendidikan Islam di Dalam Sekolah...........................9
a. Sekolah Zaman Rasulullah Saw...............................................10
b. Sekolah Periode Abbasiyah Akhir............................................11
c. Sekolah Zaman Modern............................................................11
2. Lingkungan Pendidikan Islam di Luar Sekolah..............................12
a. Keluarga....................................................................................12
b. Masyarakat................................................................................15
c. Negara.......................................................................................17
d. Individu/ Pribadi.......................................................................19
BAB III PENUTUP.........................................................................................21
A. Kesimpulan...........................................................................................21
B. Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan
institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-
Qur’an, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya
lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam
pun lingkungan pendidikan mendapat perhatian. Pengaruh lingkungan ini tentu
dianalisis dengan menggunakan paradigma pendidikan Islam. Lingkungan dalam
Pendidikan Agama Islam (PAI) harus menunjang tercapainya tujuan pendidikan
Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan pencapaian tujuan pendidikan, maka
ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit dilakukan.
Dalam perspektif pendidikan Islam, lingkungan dapat memberi pengaruh
yang positif atau negative terhadap pertumbuhan jiwa dan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada anak diantaranya adalah akhlak dan
sikap keberagamaannya. Mengingat besarnya pengaruh lingkungan terhadap
kepribadian dan watak anak, maka dalam perspektif pendidikan Islam lingkungan
dapat mempengaruhi perkembangan fisiologis, psikologis dan sosio-kultural.
Dari urian diatas dapat diketahui bagaimana pentingnya Lingkungan terhadap
terjadinya proses pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam. Makanya kita
akan menguraikan makalah ini yang berjudul “Lingkungan Pendidikan dalam
Pendidikan Agama Islam”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Lingkungan secara umum?
2. Apa Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam?
3. Apa saja Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam?
4. Apa saja macam-macam lingkungan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Lingkungan secara umum
2. Mengetahui Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam
3. Mengetahui Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
4. Mengetahui macam-macam lingkungan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam


Pengertian lingkungan menurut Sartain (ahli pisikolog Amerika) yang
dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan
atau life processes. Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup
iklim dan geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan
alam, dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat
dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada,
baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak, kejadian-
kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang (Darajat,
2017: 63).
Menurut Abuddin Nata bahwa Lingkungan pendidikan Islam adalah
suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlangsung yang terdapat di
dalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan
Islam dengan baik.

B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam


Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, karena di dalamnya banyak terdapat segi-segi atau pihak-pihak yang ikut
terlibat baik langsung atau tidak langsung. Adapun segi-segi atau pihak-pihak
yang ikut terlibat baik langsung atau tidak langsung. Adapun segi-segi dan pihka-
pihak yang terlibat dalam pendidikan islam sekaligus menjadi ruang lingkup
pendidikan islam menurut (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 17-18) adalah sebagai
berikut:
a. Perbuatan mendidik itu sendiri, yang dimaksud dengan perbuatan
mendidik disini adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap
yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak
didik.
b. Anak didik, yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam
pendidikan dan hal ini disebabkan oleh perbuatan atau tindakan mendidik
itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik kepada
tujuan pendidikan islam yang kita cita-citakan.
c. Dasar dan tujuan pendidikan islam, yaitu menjadi fundamen serta dari
segala kegiatan pendidikan islam yang dalam hal ini dasar akan sumber
pendidikan islam yaitu arah mana anak didik ini akan dibawa. Secara
ringkas, tujuan pendidikan islam yaitu ingin membentuk anak didik
menjadi manusia dewasa yang muslim dan bertakwa kepada Allah SWT
dan mempunyai kepribadian muslim.
d. Pendidik atau guru, yaitu suatu objek yang melaksanakan pendidikan
Islam yang mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya
pendidikan, baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil
pendidikan Islam.
e. Materi pendidikan islam, yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu
yang disusun sedemikian rupa dengan susunan yang lazim tetapi logis
untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
f. Metode pendidikan Islam, yaitu suatu cara yang paling cepat dilakukan
oleh suatu lembaga pendidikan guna menyampaikan bahan atau materi
pendidikan Islam kepada anak didik.
g. Evaluasi pendidikan, yaitu dengan memuat cara yang lebih praktis dalam
mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
h. Alat-alat pendidikan, yaitu yang berupaalat-alat yang dapat digunakan
selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan islam
tersebut lebih berhasil.
i. Lingkungan sekitar, yaitu keadaan yang ikut berpengaruh dalam
melaksanakan proses pendidikan Islam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup ilmu


pendidikan Islam meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan
pendidikan Islam (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 18).
C. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan
Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif
pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan
adaptasi, meliputi:
1. Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau,
lautan, dsb.
2. Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga atau keluarga, sekolah,dan
masyarakat.
Ki Hajar Dewantara mengartikan lingkungan dengan makna yang lebih
simple dan spesifik. Ia mangatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan
pendidikan berada dalam 2 pusat lembaga pendidikan yaitu:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan Sekolah

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan
karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia
melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.
Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun
kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw
dalam sabda yang berbunyi:

‫ َفَأَبَو اُه ُيَه ِّو َداِنِه َأْو ُيَم ِّج َساِنِه َأْو ُيَن ِّص َر اِنِه‬،‫ُك ُّل َم ْو ُلْو ٍد ُيْو َلُد َع َلى اْلِفْط َر ِة‬
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah, maka
sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi
dan Nasrani” (HR. Mutafaqun Alaih)
Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang
peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan
dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk
mendidiknya.
Dalam hal ini Allah berfirman:

٦ ... ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُقٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو َأۡه ِليُك ۡم َناٗر ا‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka…(at-Tahrim:6) (Depag, 2009: 560)

Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-


anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang
tua yang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-
anaknya.
Dalam hadist lain juga disebutkan yang berbunyi:

‫َع ِّلُموا َأْب َن اَء ُك ُم الِّس َب اَح َة َو الَّر ْم َي‬


Artinya : “Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah” (HR.
Mutafaqun Alaih)

Yang dimasud dengan berenang dan memanah dalam hadist ini adalah
kewajiban orang tua untuk mendidiknya dalam pendidikan agama dan
pendidikan umum, termasuk di dalamnya adalah pendidikan keterampilan.
Keluarga dalam perspektif pendidikan Islam memiliki tempat yang
sangat strategis dalam pengembangan kepribadian hidup seseorang. Baik
buruknya kepribadian seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya
pelaksanaan pendidikan Islam di keluarga.
Fungsi keluarga dalam kajian lingkungan pendidikan sebagai institusi
sosial dan institusi pendidikan keagamaan.
1. Keluarga sebagai Institusi Sosial
Orang tua berkewajiban untuk mengembangkan fitrah dan bakat yang
dimilikinya. Pendidikan dalam perspektif ini, tidak menempatkan anak
sebagai objek yang dipaksa mengikuti nalar dan kepentingan pendidikan,
tetapi pendidikan anak berarti mengembangkan potensi dasar yang dimiliki
anak yang dimaksud. Dalam Islam, potensi yang dimaksud cenderung pada
kebenaran. Karena ia cenderung pada kebenaran, maka orang tua dituntut
untuk mengarahkannya.
Posisi keluarga seperti gambar di atas, menurut M. Noorsyam telah
menunjukkan bahwa keluarga pada hakekatnya berperan sebagai institusi
sosial. Keluarga menjadi bagian dari masyarakat dan Negara. Tanggung jawab
sosial dalam keluarga, akan menjadi kesadaran bagi perwujudan masyarakat
yang baik. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama. Di
lingkungan ini anak akan diperkenalkan dengan kehidupan sosial. Adanya
interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya
menyebabkan ia menjadi bagian dari kehidupan sosial.
2. Keluarga sebagai Institusi Pendidikan/ Keagamaan
Pada prinsipnya Islam mengakui pada diri manusia terdapat potensi
untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat. Sehingga Islam berusaha
mengarahkan potensi tersebut dalam koridor agama, usaha ke arah tersebut
bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu
juga adalah penanaman nilai-nilai moral. Sejalan dengan itu, hakekat
pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi
penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang sekaligus sarana untuk
membentuk peradaban manusia.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat dididik dan
membutuhkan pendidikan. Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting
lagi adalah bagaimana orang tua membantu perkembangan psikologis dan
intelektual anak. Aspek ini membutuhkan kasih sayang, asuhan dan perlakuan
yang baik. Termasuk yang jauh lebih penting lagi adalah peran orang tua
menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan
keimanan yang diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih dapat
merangsang anak dalam melakukan contoh perilaku orang tua (uswatun
hasanah).
Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang
dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan
sekolah oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh dan
berkembang secara wajar keserasian yang pokok harus terbina adalah
keserasian anatara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam
setiap keluarga seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan apa
yang baik dan dapat digunakan sifatnya yang lebih halus dan perasa iru adalah
unsur yang paling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu
keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga.
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh
lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu:
1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini
adakalanya berkebaratan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula
agar sedikit tahu tentang hal itu.
2. Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa
keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak
beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara
kebetulan.
3. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang
kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang
ada.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan
pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pengaruh lingkungan positif
2. Pengaruh lingkungan negative
3. Pengaruh netral

b. Lingkungan Sekolah
Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang
membantu bagi terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat , khususnya
masyarakat Islam dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna
dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi ummat Islam , lembaga pendidikan
yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam , artinya bukan
sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan agama Islam , melainkan suatu
lembaga pendidikan yang secara keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya
mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam
pandangan keagamaan. Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja
dibentuk guna untuk mendidik daan membina generasi muda ke arah tujuan
tertentu,terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan
hidup (life skill) yang dibutuhkan kemudian hari. Sebagai lembaga
pendidikan, sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan anak-anak dan remaja.
Anak-anak dari keluarga muslim yang bersekolah sesungguhnya
secara serempak hidup dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, Masjid dan
sekolah. ketiga unsur itu harus serasi dan saling mengisi dalam membentuk
kpribadian anak didik. Sekolah dan pengaruhnya terhadap pendidikan dalam
perkembangannya, sekolah baru dapat didirikan seperti sekarang setelah
melampauhi periode yang cukup panjang. pengetahuan awal seorang anak
bermula dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung
memberikan berbagai pengetahuan dasar, walaupun tidak sistematis dan
seterusnya.

D. Lingkungan Pendidikan Islam

Dalam pengertian yang luas, lingkungan pendidikan islam terbagi menjadi


dua yaitu lingkungan pendidikan di dalam Sekolah dan lingkungan pendidikan di
luar sekolah, meliputi keluarga, masyarakat, Negara dan individu/ pribadi.

1. Lingkungan Pendidikan Islam di Dalam Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan


pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Guru-guru yang
melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-
orang yang telah memiliki pengetahuan tentang anak didik, dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas pendidikan. Sekolah juga merupakan organisasi kerja
atau sebagai wadah kerja sama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai organisasi atau wadah tentunya ia merupakan alat bukan tujuan.
Dari definisi di atas jelas bahwa sekolah itu adalah suatu lembaga atau
organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan berdasarkan kurikulum tertentu
yang melibatkan sejumlah murid dan guru yang harus bekerja sama untuk suatu
tujuan.
Eksistensi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sudah dikenal sejak
zaman Yunani Kuno. Plato adalah orang pertama yang meninggalkan catatan
tertulis mengenai ruang kelas dan sekolah. Sekolah pertama orang Athena sangat
sederhana. Sekolah itu berupa tambahan dari suatu program pendidikan yang di
titikberatkan pada latihan kemiliteran, atletik, musik, dan puisi. Pengajaran
membaca, menulis dan berhitung hanya pelajaran sampingan saja. Pendidikan di
Athena itu bersifat tutorial. Ketika Athena menjadi lebih demokratis, jumlah
murid yang semakin bertambah, maka secara berangsur-angsur hubungan tutorial
itu diganti dengan pengajaran kelompok.
Adapun pertumbuhan dan perkembangan pendidikan sekolah dalam Islam
meliputi (Riadi, dkk, 2017: 182-183):
a. Sekolah Zaman Rasulullah Saw
Kondisi aktifitas persekolahan baru mengalami perubahan yang
berarti ketika Islam lahir. Bagi bangsa Arab, masjid merupakan sekolah
pertama yang bersifat umum dan sistematis. Di masjid anak-anak dan orang
dewasa menuntut ilmu. Masjid juga digunakan oleh kaum fakir miskin untuk
berlindung dari dinginnya udara sambil belajar agama. Terkadang masjid
digunakan untuk latihan perang. Dengan demikian, masjid tetap difungsikan
untuk dua kepentingan yang saling menunjang hingga pada masa khalifah
Umar bin Khatab yang membangun tempat-tempat khusus untuk anak-anak
menuntut ilmu, di sudut-sudut masjid. Sejak zaman itulah pendidikan anak
mulai tertata. Hari Jumat merupakan hari libur mingguan sebagai waktu
menyiapkan shalat jumat, di mana usulan itu berasal dari Umar bin Khatab.
Masjid menjadi pusat pengajian yang di dalam nya terdapat sekelompok-
kelompok studi yang setara dengan SMA sekarang.
b. Sekolah Periode Abbasiyah Akhir
Setelah kekhalifahan Abbasiyah berpindah dari satu periode ke
periode selanjutnya, banyak negara kecil yang berhasil melepaskan dari dari
kekhalifahan. Mereka mulai membangun tempat-tempat pengajian, ilmu atau
madrasah dengan sistem internal dan setiap lokal madrasah memuat sepuluh
orang siswa. Sekolah terlibat dalam bentuk kubah-kubah yang menyembul
dari kebun-kebun milik masyarakat. Di kota-kota terdapat madrasah seperti
madrasah Al-Zhariyah yang didirikan oleh Raja Zhahir dan madrasah Al-
Nuriyah yang didirikan oleh Nuruddin Zanki. Sistem pengajaran di madrasah
tetap memiliki otonomi sendiri, baik dalam sistem kurikulum, referensi,
metode dan lain-lain. Hubungan madrasah dengan pemerintah hanya
menyangkut masalah pendanaan.
c. Sekolah Zaman Modern
Terselenggaranya sekolah-sekolah modern seperti yang kita lihat
sekarang lebih disebabkan oleh adanya perubahan sistem kehidupan politik.
Artinya, negara merasa perlu mengurus rakyat dan memandang dirinya
bertanggung jawab terhadap seluruh masalah pangan, kekayaan,
kecenderungan politik yang semua itu berkaitan dengan perwujudan
kemerdekaan, kemuliaan dari para pejabat negara, serta kehormatan negara di
mata negara lain. Seluruh persoalan tersebut ditumpukan pada pendidikan.
Itulah alasan sosial dan politik yang memotivasi pemerintah untuk memegang
kendali pendidikan, termasuk dalam penyiapan kurikulum, bangunan sekolah,
maupun tenaga pengajarnya.
Seperti telah disebutkan, bahwa dalam perkembangan dunia
pendidikan Islam, khalifah sangat menaruh perhatian terhadap keberadaan
madrasah, seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul
Aziz, sepintas lalu sistem Islam dan non Islam tidak berbeda. Namun jika
ditinjau lebih jauh, akan ditemukan metode dan aplikasi yang berbeda. Islam
memberikan kebebasan penyelenggaraan pendidikan Islam secara penuh
kepada pengelola dan rakyat pun percaya atas pengelolaan wakil-wakil
mereka karena memiliki aturan dan tujuan yang sama. Sekolah-sekolah Islam
tetap berpegang teguh pada tujuan fundamental, yaitu merealisasikan
pendidikan Islam demi tercapainya ketaatan kepada Allah Swt dan
melahirkan kemanfaatan sosial, ekonomi, keamanan, maupun demokrasi.
Adapun perpindahan lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah
disebabkan semakain banyak penuntut ilmudan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan agama dan umum. Hal ini terjadi pada masa dinasti abbasiyah
akhir dan orang yang berjasa dalam mendirikan madrasah adalah perdana
mentri Nizham Al-Mulk.
Sampai sekarang madrasah berkembang keseuruh Negara Islam.
Sekolah sebagai jalur pendidikan formal diselenggarakan atas syarat-syarat,
tujuan, dan alat-alat tertentu yang pelaksanaannya berpedoman pada:
a. Kurikulum harus bersifat dinamis terhadap perkembangan masyarakat
b. Alat-alat dan media fisik dan nonfisik seperti bahan bacaan Al Qur’an dan
hadits, alat audio visual, mushallah dan lain-lain
c. Administrasi dan supervisi serta organisasi yang mantap
d. System dan metodolaogi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

2. Lingkungan Pendidikan Islam di Luar Sekolah


a. Keluarga

Keluarga merupakan suatu unit social terkecil dalam kehidupan


manusia sebagai makhluk sosial. Pengertian keluarga dalam islam adalah
suatu system kehidupan masyarakat terkecil yang dibatasi oleh adanya
keturunan (nasab) atau disebut ummah akibat adanya kesamaan agama
(Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 177).

Masih dalam buku yang sama Riadi, dkk (2017: 177) Keluarga
merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap
awal proses sosialisasi dan berkembangnya individu. Setiap orang tua
memikul tanggung jawab memelihara dan melindungi anaknya, baik dari
segi biologis agar anak-anak dapat tumbuh secara wajar maupun dari segi
Psikologis. Untuk memenuhi kebutuhan biologis anak yang masih bayi itu,
secara alamiah diciptakan Allah air susu ibu dalam kandungan. Inilah
proses sosialisasi anak yang pertama kali dalam keluarga, yang dalam hal
ini sosialisasi dengan ibu. ASI (Air Susu Ibu) juga merupakan manifestasi
tanggung jawab ibu yang diberikan kepada anaknya.

Seringkali harus dilakukan perlakuan maupun didikan yang


berbeda terhadap anak yang dalam keluarganya memperoleh didikan keras
atau lemah terhadap anak yang diterlantarkan. Kemiskinan juga sering
menjadi sebab keterlantaran anak dalam berbagai aspek: jasmaniyah,
sosial, mental, dan hidup keagamaan (Daradjat, 2017: 67)

Firman Allah SWT:

... ‫َو ٱۡل َٰو ِلَٰد ُت ُيۡر ِض ۡع َن َأۡو َٰل َد ُهَّن َح ۡو َلۡي ِن َك اِم َلۡي ِۖن ِلَم ۡن َأَر اَد َأن ُيِتَّم ٱلَّر َض اَع َۚة‬
٢٣٣
Artinya: “para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyepurnakan penyusuan”...
(QS. Al-Baqarah : 233). (Depag, 2009: 37)
Sedangkan sebagai pendidik mereka memikul tanggung jawab
membimbing, membantu, dan mengarahkan perkembangan anak agar
mencapai kedewasaan sebagaimana dicita-citakan. Diharapakan setelah
anak melampaui pendidikan keluarga yang panjang, ia mampu berdiri
sendiri dalam arti dapat hidup layak bersama orang lain dan mampu
bertanggung jawab atas perbuatannya pada diri sendiri, masyarakat, dan
kepada Tuhan (Riadi, dkk, 2017: 178).

Keluarga juga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulannya


diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-
dasar pendidikan. Disini, Pendidikan berlangsung dengan sendirinya tanpa
harus diumumkan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh anggota
keluarga.
Pada umumnya para pendidik muslim menjadikan Luqmanul
Hakim sebagai contoh dalam pendidikan, dimana nasihat kepada anaknya
terdapat dalam surat Luqman ayat 13-19. Allah mengatakan Luqman
dikaruniai hikmah dan kebijaksanaan. Ayat-ayat tersebut mencerminkan:

1. Pembinaan iman dan tauhid


2. Pembinaan akhlak
3. Pembinaan agama
4. Pembinaan kepribadian dan sosial
Untuk mencapai tujuan pendidikan keluarga, orang tua harus
melatih akal anak seperti berdiskusi kecil-kecilan di rumah. Disamping itu,
orang tua harus mendidik anak dengan pendidikan kalbu/ agama.
Keluarga bahagia dan sejahtera yang dijiwai oleh pancaran sinar
tauhid tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses
sosialisasi dengan beberapa metode yang dilakukan orang tua (Riadi,
Nurlaili, Hamzah, 2017: 179), yaitu :
1. Pembiasaan
2. Keteladanan
3. Perintah dan larangan
4. Latiham dan praktikum
5. Ganjaran
6. Hukuman
Pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur enam tahun terkait
dengan alat indranya, atau biasa yang disebut berikir inderawi, artinya
anak belum mampu memahami hal yang abstrak. Karena itu, pendidikan
dan pembinaan iman dan takwa belum dapat menggunakan kata-kata
(verbal), tetapi diperlukan teladan, pembiasaan dan latihan secara alamiah.
Misalnya si anak biasa mendengarkan orang otuanya membaca Al-Qur’an
dan berdoa kepada Allah, mengucap kalimat thayyibah, dan di bulam
Ramadhan melakukan sahur bersama, buka puasa bersama, sholat tarawih
dan witir, tadarus, dan merayakan hari kemenangan (Idul fitri). Anak
memperoleh nilai-nilai keimanan yang sangat penting dan diserapnya
masuk ke dalam perkembangan kepribadiannya.
Kemudian timbul permasalahan, bagaimana anak yang telah
mengenal lingkungan luar, bagaimana anak yang telah mengenal
lingkungan luar, televise dan lainnya, sehingga terkadang teladan dari
orang tua dan nabi tidak begitu dipedulikan? Di sinilah pentingnya
pendidikan keluarga. Jika fondasi pendidikan dari orang tua itu kuat, maka
pengaruh-pengaruh tersebut dapat dikatakan dikatakan sebagai suatu hal
yang mampir dalam kehidupan anak karena orang tua selalu mengarahkan
dan menunjukkan kepeduliannya kepada anak. Dalam suatu keluarga
seharusnya kedua orang tua iti seiman agar pendidikan yang diarahkan
kepada anak tetap pada satu tujuan. Kita pun tidak boleh lupa bahwa untuk
mencapai keluarga yang harmonis unsur utamanya dalam pendidikan
keluarga yaitu adanya rasa kasih sayang dan kewibawaan dari orang tua.
Ayah dan ibu sebagai pendidik utama. Semakin dewasa anak
semakin banyak hal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di masyarakat
secara layak dan wajar. Karenanya untuk dapat mencapai hal tersebut,
anak selain membutuhkan pendidikan keluarga juga membutuhkan
lingkungan lain, seperti pendidikan sekolah.
b. Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan lembaga pendidikan ketiga


setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan masyarakat sudah dimulai sejak
anak-anak lepas dari asuhan keluarga dan sekolah. Pendidikan masyarakat
dilaksanakan denagn sengaja, tetapi tidak terikat dengan peraturan dan
syarat tertentu (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 185).

Di masyarakat terdapat lembaga-lembaga pendidikan, sepeti masjid


asrama, perkumpulan olahraga, KNPI, karang taruna, organisai kesenian
dan, sebagainya tidak terkait dengan peraturan dan syarat tertentu.
Kesemuanya itu membantu pendidikan dalam membentuk sikap,
keagamaan, kesusilaan, dan menambah ilmu. Dalam bukunya Riadi, dkk
(2017: 186) kaitanya dengan pendidikan islam akan diterangkan beberapa
lembaga dan organisasi yang ada di masyarakat.

1. Masjid
Setelah nabi hijrah dari mekkah ke madinah, aktivitas pertama
yang dilakukan nabi adalah membangun masjid yang dapat
menghimpun kaum muslimin. Sebagai lingkungan pendidikan Islam.
Masjid mempunyai fungsi:
a. Fungsi Edukatif.
Masjid berpungsi sebagai tempat pembinaan angkatan perang dan
gerakan kemerdekaan, pembebasan umat dari penyembahan
berhala, jangan tempat manusia dididik supaya memegang teguh
kekuatan, cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunai kesadaran
sosial, serta menyadari hak dan kewajiban mereka dalam Negara
Islam.
b. Fungsi sosial
Ketika perang menerpa kaum muslimin, masjid digunakan sebagai
tempat berlindung, sebagaimana pernah terjadi pada perang salib
pertama dan yang kedua yang ketika itu kaum muslimin melawan
penjajah yang bercokol satu abad lebih. Revolusi Aljazair pun
berbasis di pondok-pondok dan sekolah-sekolah Islam yang berada
di masjid. Demikian pula gerakan Islam di Pakistan, Afganistan
dan sebagainya.
2. Asrama

Dalam waktu tertentu hubungan anak dengan keluarga dapat


terputus. Terputus ini mungkin dapat diartikan seseorang anak yang
salah satu orang tuanya meninggal, sehigga secara lahir terputuslah
hubungannya walaupun, secara batindan hubungan darah tetap dan
selamanya. Asrama bukan hanya sebagai tempat penempatan anak
yang terputus, namun orangtua bias bekerja sama dengan pengurus
asrama untuk penitipan anak.
Jenis-jenis asrama yang dikenal adalah asrama yatim piatu, asrama
tampung karena orangtua tidak mampu atau orangtua menitipkan
pendidikan anak kepadanya, asrama yang didirikan dalam sekolah dan
asrama untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan suatu jabatan.

Adapun menurut Daradjat (2017: 68) mengatakan jenis dan bentuk


asrama itu bermacam-macam sesuai dengan kepentingan dan tujuan
dari pengadaannya sebagai suatu bentuk lingkungan pendidikan:

 Asrama santunan yatim piatu


 Panti asuhan
 Asrama untuk anak-anak yang membutuhkan kebutuhan
khusus
c. Negara

Negara merupakan alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan


untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat. Karena itu, sebagai
organisasi, negara dapat memaksakan kekuasaan secara sah Riadi, dkk
(2017: 188).

Bagi kita umat islam yang berlandaskan Qur’an dan Sunnah


diperintahkan untuk menaati syariat Allah yang dibawa rasul dan juga
menaati Ulil Amri (QS. An-Nisa ayat 59). Allah memerintahkan kita untuk
membentuk pemerintahan (khilafah) yang dilalukan secara pemilihan.
Karena itu, dalam pemilihan pemerintahan ini umat islam diminta hati-hati
jangan samapi memilih orang-orang anti Tuhan.

Sebelum Indonesia merdeka, peluan pendidikan modern bagi umat


Islam sangatlah sempit karena sikap dan kebijaksanaan colonial yang amat
diskriminatif terhadap umat Islam. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah
RI sangat memperhatikan masalah pendidikan dengan dibentuknya
Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Dalam hal ini
dipilih Ki Hajar dewantara sebagai menterinya (Riadi, Nurlaili, Hamzah,
2017: 189).

Berkaitan dengan pasal 31 UUD 1945, mengenai pengelolaan


pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah umum dikeluarkan
Surat Keputusan Bersama antara Menteri P dan K dan Menteri Agama.
Hal ini diatur secara khusus dalam UU No. 4 tahun 1950 pada Bab XII
pasal 20 dan dalam SKB No. 1432 tanggal 20 Januari 1951 yang isi
pokoknya bahwa tiap-tiap sekolah rendah, sekolah lanjutan umum dan
sekolah kejuruan diberikan pendidikan agama dan siswa yang berbeda
agama dibolehkan meninggalkan jam pelajaran tersebut. Ada satu hal
penting bahwa pada masa Orde Lama dengan pengejawantahan Manipol
Usdek, murid berhak tidak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali
murid menyatakan keberatannya (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 189).

Untuk mengubah mental masyarakat yang sudah terindoktrinasi


manipol Usdek, pemerintah mengeluarkan TAP MPRS No. XXVII/1966
Bab II Pasal 3 yang intinya mempertinggi mental, moral, budi pekerti dan
memperkuat keyakinan beragama.

Masih dalam bukunya (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017: 190) Dalam


TAP MPRS No. IV/MPR/1973 (GBHN) dirumuskan tentang hakikat
pendidikan, yaitu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.
Hal ini jelas sekali bahwa tanggung jawab pendidikan bukan hanya
diserahkan kepada negara, tetapi keluarga, sekolah, dan masyarakat harus
bekerja sama dengan negara untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sebagai usaha untuk menghilangkan dualisme system pendidikan


yaitu di satu pihak Departemen Agama mengelola semua jenis pendidikan
agama maupun umum, dan di lain pihak Departemen Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan melaksanakan system pendidikan nasional,
maka dikeluarkan UU No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan
nasional yang isinya antara lain semua masalah kurikulum pendidikan di
bawah koordinasi Depdikbud sebagai wadah formal terintegrasinya
pendidikan Islam dalam system pendidikan nasional, dan hal ini
ditindaklanjuti dengan PP No. 28/1990.

d. Individu/ Pribadi

Menurut Anton M. maeliono, kata pribadi diartikan keadaan


manusia orang perorang atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak perorangan. Sedangkan kepribadian adalah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan
dirinya dari orang atau bangsa lain. William Stern, seorang pakar psikologi
menyatakan bahwa kepribadian merupakan gambaran totalitas yang penuh
arti dalam diri seseorang yang ditujukan pada satu tujuan tertentu secara
bebas. Selanjutnya dalam Oxford Dictionary dan Webster Dictionary
diterangkan kepribadian sebagai individuality jika berkaitan dengan ciri
khas seseorang, disebut personality jika dihunungkan dengan seluruh sikap
lahir dan batin, disebut mentality jika dihungkan dengan kemampuan
intelektual, dan disebut indentity jika dihubungkan dengan sifat
mempertahankan jati diri.

Dalam kaitannya dengan kepribadian, hal-hal yang berkaitan erat


adalah karakter dan temperamen, karakter menuju ke arah tabiat-tabiat
benar atau salah. Pembentukan kepribadian merupakan suatu proses yang
apabila perkembangannya berlangsung baik, maka akan menghasilkan
kepribadian yang harmonis. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa orang
muslim harus memiliki kepribadian yang harmonis.

Allah berfirman:

‫َو َك َٰذ ِلَك َج َع ۡل َٰن ُك ۡم ُأَّم ٗة َو َس ٗط ا ِّلَتُك وُن وْا ُش َهَد ٓاَء َع َلى ٱلَّن اِس َو َيُك وَن ٱلَّرُس وُل‬
١٤٣ ...‫َع َلۡي ُك ۡم َش ِهيٗد ا‬
Artinya: ”Dan demikianlah Kami jadikan kamu suatu umat yang
seimbang, adil dan harmonis, supaya kamu menjadi pengawas bagi
manusia dan rasul menjadi pengawas atas kamu.” (QS. Al-Baqarah :
143). (Depag, 2009: 22)
Pembentukan yang harmonis ini dapat ditempuh dengan tiga tahap.
Pertama, pembiasaan, pembentukan pengertian, sikap dan minat, dan
pembentukan kerohanian yang luhur. Kedua, mengasah pikiran untuk
ditanamkan pengertian ikhlas dan sabar agar terbentuk sikap untuk
menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan sabar dan ikhlas. Ketiga,
pembentukan kerohanian yang luhur dengan alat utamanya adalah budi
dan tenaga-tenaga kejiwaan sebagai alat tambahan. Pikiran dengan disinari
budi akan dapat mengenal Allah dan akan menghasilkan segala yang
dilakukannya berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab dan akan
memberikan manfaat serta pelaksanaan amalan-amalannya lebih sadar dan
khusyu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian lingkungan menurut Sartain (ahli pisikolog Amerika) yang
dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia
yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan perkembangan atau life processes.
2. Menurut Abuddin Nata bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah
suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlangsung yang
terdapat di dalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
3. Ruang lingkup ilmu pendidikan Islam:
a. Perbuatan mendidik itu sendiri
b. Anak didik
c. Dasar dan tujuan pendidikan Islam
d. Pendidik atau guru
e. Materi pendidikan Islam
f. Metode pendidikan Islam
g. Evaluasi pendidikan
h. Alat-alat pendidikan
i. Lingkungan sekitar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
ilmu pendidikan Islam meliputi segala aspek yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan Islam (Riadi, Nurlaili, Hamzah, 2017:
18).

4. Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif


pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak
melakukan adaptasi, meliputi:
a. Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai,
danau, lautan, dsb.
b. Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga atau keluarga,
sekolah,dan masyarakat.
Lingkungan pendidikan islam terbagi menjadi dua yaitu:
a. Lingkungan pendidikan di dalam Sekolah
b. Lingkungan pendidikan di luar sekolah, meliputi: keluarga,
masyarakat, Negara dan individu/ pribadi.

B. Saran
Kepribadian merupakan ciri khas seseorang dan dapat dibentuk melalui
bimbingan dari berbagai pihak terutama diri sendiri. Jadi kepribadian seseorang
sangat menentukan pendidikan keberagamaannya dengan segala sifat yang
dimiliki, namun juga kepribadian itu memerlukan dibimbing oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Al Qur’an dan Terjemahnya


Spesial For Women. Jakarta: PT Sygma Eksamedia Arkatulima.

http://harun-nasution.blogspot.com/2012/08/lingkungan-pendidikan-dalam-
perspektif.html

https://www.kumpulanmakalah.com/2015/11/lingkungan-pendidikan-islam.html
http://blog.re.or.id/pendidikan-islam-indonesia.htm

Riadi, Nurlaili, dan Hamzah. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

You might also like