Professional Documents
Culture Documents
LP Appendiks
LP Appendiks
OLEH :
2. Pengertian Nyeri
a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,
2014).
b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual
dan potensial. Nyeri merupakan salah satu alasan orang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
(Mayasari, 2016)
c. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Wartonah, 2012).
2. ETIOLOGI
1. Faktor Resiko
a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, fokus pada diri
sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Mayor
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan tentang
kualitas nyeri dan intensitasnya.
b. Minor
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
7) Raut wajah kesakitan
8) Menangis dan merintih
4. PATHWAY
6. PENATALAKSANAAN
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
7. KOMPLIKASI
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7.Ajarkan cara memeriksa luka
8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R., Jong., & Wim D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta:EGC
Sjamsuhidajat, & jong, d. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:
EGC.