You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP LAPARATOMI APPENDIKSITIS


DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
(NYERI)

OLEH :

ALVIN RANDI PRIANSA


2206311614401002

PRODI DIII KE PERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TUJUH BELAS
SURAKARTA
2024
1. PENGERTIAN

1. Pengertian rasa aman dan nyaman


a. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006).
b. Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari- hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri)

2. Pengertian Nyeri
a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,
2014).
b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual
dan potensial. Nyeri merupakan salah satu alasan orang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
(Mayasari, 2016)
c. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Wartonah, 2012).

2. ETIOLOGI

1. Faktor Resiko

a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)

b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, fokus pada diri
sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun

2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis

3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

3. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri Akut (Carpenito, 2012)

a. Mayor
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan tentang
kualitas nyeri dan intensitasnya.

b. Minor
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
7) Raut wajah kesakitan
8) Menangis dan merintih

2. Nyeri Kronis (Carpenito, 2012)


a. Mayor
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
b. Minor :
1) Gangguan hubungan sosial dan keluarga
2) Peka rangsangan
3) Ketidakaktifan fisik dan imobilitas
4) Depresi
5) Menggosok bagian yang nyeri
6) Ansietas
7) Tampak lunglai
8) Berfokus pada diri sendiri
9) Tegangan otot rangka
10) Preokupasi somatic
11) Agitasi
12) Keletihan
13) Penurunan libido
14) Gelisah

4. PATHWAY

Sumber : (Muzayyanah, 2013)


5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium klinik


2. Sinar – X (Rontgen)
3. CT-Scan
4. .MRI

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi


penanggulangan konservatif dan operasi.

1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

7. KOMPLIKASI

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan


dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan dan
biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat
merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis
10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak
di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada
anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis,
omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran
kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang
menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga
perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam
sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran
klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.
PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dengan sistematis


dan dikaji dan di Analisa sehingga masalah Kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan pada penkajian ini
biasanya berisikan tentang :

1. Keluhan utama pasien


2. Pengkajian riwayat keluarga
3. Pengkajian riwayat dahulu
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan diagnostic

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan
3. Resiko Infeksi d.d efek prosedur invasif
3. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya, berdasarkan diagnosis keperawatan.
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis, prosedur operasi)
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri akut menurun dengan kriteria hasil :
 Keluhan nyeri dari cukup meningkat 2 ke cukup menurun 4
 Meringis dari cukup meningkat 2 ke cukup menurun 4
 Gelisah dari cukup meningkat 2 ke cukup menurun 4

Intervensi :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

4. Fasilitasi istirahat dan tidur

5. Jelaskan strategi meredakan nyeri

2. Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


gangguan pola tidur membaik dengan kriteria hasil :

 Keluhan sulit tidur membaik dari cukup meningkat 4 ke cukup menurun 2

 Keluhan tidur tidak puas membaik dari cukup meningkat4 ke cukup


menurun2

 Keluhan pola tidur berubah membaik dari cukup meningkat 4 ke cukup


menurun 2

Intervensi :

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Identifikasi factor penganggu tidur (fidik atau psikolohgis)

3. Identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur

4. Modifikasi lingkungan (mis,pencahayaan,kebisingan,suhu)


5. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
6. Tetapkan jadwal tidur rutin
7. Lakukan prosuedur untuk meningkatkan kenyamanan
8. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
9. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit

3. Resiko Infeksi d.d efek prosedur invasif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


resiko infeksi membaik dengan kriteria hasil :

 Kemerahan menurun dari cukup m,eningkat 2 ke cukup menurun 4

 Nyeri menurun dari cukup m,eningkat 2 ke cukup menurun 4

Intervensi :

1. Monitor tanda dan gejala infeksi,lokasi dan sistemik

2. Batasi jumlah pengunjung

3. Berikan perawatan kulit pada daerah edema

4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7.Ajarkan cara memeriksa luka
8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Amadea, K. N. (2010). Appendicitis. Padang: Jurnal Universitas Airlangga.

Briman P. (2010). Referat Apendisitis Akut. Bandung: Bagian Ilmu Bedah


FK Padiadiaran.

Eylin. (2009). Karakteristik pasien dan diagnosis histologi pada pasien


apendisitis berdasarkan data registrasi di departemen patologi anatomi FKUI
RSUPNCM pada tahun 2003-2007. skripsi.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11.Jakarta: EGC.

Muttagin. (2011). Gangguan Gastrointestinal Medical Bedah. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sabiston, D. C. (2012). Buku Ajar Bedah Bagian 2. jakarta: EGC.

Sahara. (2010). Karakteristik Apendisitis di RSUD Sleman Periode Januari


2008-2009. Yogyakarta: http://medicine.uii.ac.id

Sjamsuhidajat R., Jong., & Wim D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta:EGC

Sjamsuhidajat, & jong, d. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:
EGC.

You might also like