Professional Documents
Culture Documents
LP TB
LP TB
NURAIDA KOMALA
22429157034
1. Definisi
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-
lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan
demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran
napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya
dapat tmbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil
tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
mati di dalam cairan yang bersuhu 60⁰ selama 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan factor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya
sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain
yakni mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium
tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme
patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2013).
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacteriumtuberculosis.
Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di
luar paru - paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan,
selaput otak, dan sebagianya (Laban, 2014).
2. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Adapun penyebab dari tuberculosis
pada anak yaitu :
a. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan
penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2011).
b. Faktor Risiko TBC anak
1) Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara
yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau
orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini
disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab
hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
2) Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap
seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya
akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi
sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang
kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
3. Patofiosiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC
anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar,
tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat
lubang untuk keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludahnya
mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru
(Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat
batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut:
tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu suatu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang
hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
(Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya
nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang
terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang
diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi
hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan
bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang
disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat
(Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan demam
tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat
berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak
biasa dan perubahan status mental, demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil
tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan
Bare, 2002).
asam lambung
Resti penyebaran
mual, anoreksia infeksi pada diri
sendiri
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
5. Manifestasi Klinis
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul. Pada
saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit.
Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk
sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang
gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher,
sementara di paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua,
apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini
tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya
tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya. Penyebab TBC adalah
kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC
(dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak
langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat
sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC
anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC
dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):
a. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat
cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus
dicurigai TBC, meskipun jarang.
b. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan
berkurang.
c. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
d. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak
ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak
terkena TBC.
e. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
f. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
g. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test,
MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10
mm. Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya
negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
6. Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:
a. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
b. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
c. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling
singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah
(FKUI, 2010):
a. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan
melakukan :
a. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
b. Pemberian oksigen yang adekuat
c. Latihan batuk efektif
d. Fisioterapi dada
e. Pemberian nutrisi yang adekuat
f. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
g. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan
anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas
sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
- Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
- Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi
bagi anak
- Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
- Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan
9. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil
- Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
- Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
icterus
d. Riwayat Masa Lampau
- Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
- Pernah dirawat dirumah sakit
- Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
- Riwayat kontak dengan penderita TBC
- Alergi
- Daya tahan yang menurun.
- Imunisasi/Vaksinasi : BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
- Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak.
- Kondisi rumah
- Merasa dikucilkan
- Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
- Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
- Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak
- Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga,
Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan
spiritual).
i. Pola fungsi kesehatan.
- Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
- Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
- Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
- Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul
sesak nafas (nafas pendek).
- Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
- Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
- Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
- Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain
(ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat
dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif
Pemeriksaan Fisik
a. Demam
Sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul.
b. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum).
c. Sesak nafas
Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
d. Nyeri dada
Ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
e. Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan
nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).
Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher
(servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit.
Intervensi Keperawatan
2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Observasi adanya pembatasan klien
umum selama …. x 24 jam klien dapat dalam melakukan aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energu secara melakukan aktivitas secara normal dengan b. Dorong anak untuk mengungkapkan
fisiologis maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : perasaan terhadap keterbatasan
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik c. Kaji adanya factor yang menyebabkan
yang diminta atau aktifitas sehari hari. tanpa disertai peningkatan tekanan kelelahan
Batasan karakteristik : darah, nadi dan RR d. Monitor nutrisi dan sumber energi
- Respons tekanan darah abnormal b. Mampu melakukan aktivitas sehari tangadekuat
terhadap aktivitas hari (ADLs) secara mandir e. Monitor pasien akan adanya kelelahan
- Respon frekuensi jantung abnormal fisik dan emosi secara berlebihan
terhadap aktivitas f. Monitor respon kardivaskuler terhadap
- Perubahan EKG yang mencerminkan aktivitas
aritmia g. Monitor pola tidur dan lamanya
- Perubahan EKG yang mencerminkan tidur/istirahat pasien
iskemia h. Kolaborasikan dengan Tenaga
- Ketidaknyaman setelah beraktivitas Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
- Dispnea setelah beraktivitas progran terapi yang tepat.
- Menyatakan merasa letih i. Bantu klien/keluarga untuk
· mengidentifikasi aktivitas yang mampu
Faktor yang berhubungan : dilakukan
- Tirah baring j. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
- Kelemahan umum yangsesuai dengan kemampuan fisik,
- Ketidakseimbangan antara suplai dan psikologi dan social
kebutuhan oksigen k. Bantu untuk mengidentifikasi dan
- Imobilitas mendapatkan sumber yang diperlukan
- Gaya hidup monoton untuk aktivitas yang diinginkan
l. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
m. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
n. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
o. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
p. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
q. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
r. Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
3 Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji adanya alergi makanan
Dari Kebutuhan Tubuh selama …. x 24 jam nutrisi klien dapat b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
b.d Ketidakmampuan untuk terpenuhi dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
mengabsorpsi nutrisi Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien.
a. Adanya peningkatan berat badan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk sesuai dengan tujua intake Fe
keperluan metabolisme tubuh. b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bada protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan e. Berikan substansi gula
- Kram abdomen nutrisi f. Yakinkan diet yang dimakan
- Nyeri abdomen d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk mencegah
- Menghindari makan e. Tidak terjadi penurunan berat badan konstipasi
- Berat badan 20% atau lebih di bawah yang berarti g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
berat badan ideal dikonsultasikan dengan ahli gizi
- Kerapuhan kapiler h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Diare catatan makanan harian
- Kehilangan rambut berlebihan i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Bising usung hiperaktif kalori
- Kurang makan j. Berikan informasi tentang kebutuhan
- Kurang informasi nutrisi
- Kurang minat pada makanan k. Kaji kemampuan pasien untuk
- Penurunan berat badan dengan asupan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
makanan adekuat l. BB pasien dalam batas normal
- Kesalahan konsepsi m. Monitor adanya penurunan berat badan
- Kesalahan informasi n. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Membrane mukosa pucat biasa dilakukan
- Ketidakmampuan memakan makanan o. Monitor interaksi anak atau orangtua
- Tonus otot menurun selama makan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa p. Monitor lingkungan selama makan
- Mengeluh asupan makanan kurang dari q. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
RDA (recommended daily allowance) tidak selama jam makan
- Cepat kenyang setelah makan r. Monitor kulit kering dan perubahan
- Sariawan rongga mulut pigmentasi
- Steatore s. Monitor turgor kulit
- Kelemahan otot pengunyah t. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Kelemahan otot untuk menelan mudah patah
u. Monitor mual dan muntah
Faktor yang berhubungan : v. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
- Faktor biologis dan kadar Ht
- Faktor ekonomi w. Monitor makanan kesukaan
- Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi x. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
nutrisi y. Monitor pucat, kemerahan, dan
- Ketidakmampuan untuk mencerna kekeringan jaringan konjungtiva
makanan z. Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Faktor psikologis aa. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet