You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU PADA ANAK

NURAIDA KOMALA
22429157034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU PADA ANAK

1. Definisi
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-
lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan
demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi saluran
napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya
dapat tmbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh mycobacterium avium). Basil
tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
mati di dalam cairan yang bersuhu 60⁰ selama 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan factor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya
sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium lain
yakni mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium
tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme
patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2013).
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacteriumtuberculosis.
Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di
luar paru - paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan,
selaput otak, dan sebagianya (Laban, 2014).

2. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Adapun penyebab dari tuberculosis
pada anak yaitu :
a. Merokok pasif
Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan
risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan kemampuan
penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2011).
b. Faktor Risiko TBC anak
1) Resiko infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara
yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau
orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini
disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab
hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
2) Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap
seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya
akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi
sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang
kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
3. Patofiosiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. Pada TBC
anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar,
tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat
lubang untuk keluar melalui jalan napas. Pada saat batuk, percikan ludahnya
mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru
(Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau langsung, seperti saat
batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini diantaranya adalah sebagai berikut:
tuberculosis paru primer dan tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi
pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu suatu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang
hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan alveoli, yang akan terjadi eksudasi
dan dilatasi pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta
makrofag ke dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
(Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui terhirupnya
nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari seseorang yang
terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang
diperantarai oleh sel dengan sel elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T)
sebagai sel imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa reaksi
hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar
membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika leukosit digantikan oleh makropag.
Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat
sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan
bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening regional dan
infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju (nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang
disekitarnya pada sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah bening yang
terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat
(Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien menunjukkan demam
tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat
berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak
biasa dan perubahan status mental, demam , anorexia dan penurunan berat badan. Basil
tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer dan
Bare, 2002).

Patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :


a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran
limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini
disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70% terletak
subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau
penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant
(tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
b. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer adalah kerusakan paru yang
luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

4. Nursing Parthwai Tuberculosis


Udara tercemar dihirup individu rentan kurang informasi
Mycobacterium
Tuberculosis masuk paru
Kurang
pengetahuan
menempel di alveoli

reaksi inflamasi atau peradangan Hipertermi

penumpukan eksudat dalam alveoli

tuberkel produksi sekret berlebih

meluas mengalami perkejuan sekret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin

penyebaran kalsifikasi Bersihan jalan Resti penyebaran


hematogen nafas tidak infeksi pada orang
limfogen efektif lain
mengganggu perfusi
dan difusi O2
Gangguan
peritoneum pertukaran gas

asam lambung
Resti penyebaran
mual, anoreksia infeksi pada diri
sendiri

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
5. Manifestasi Klinis
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta muncul. Pada
saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya demam sedikit.
Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk
sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang
gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher,
sementara di paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua,
apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini
tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya
tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya. Penyebab TBC adalah
kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC
(dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak
langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat
sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC
anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC
dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):
a. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat
cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus
dicurigai TBC, meskipun jarang.
b. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan
berkurang.
c. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah
diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
d. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak
ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak
terkena TBC.
e. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai
kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran
kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
f. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
g. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan tuberkulin (Mantoux Test,
MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10
mm. Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya
negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.

Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara lain :


mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat kecil,
sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan
adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau
orang yang diduga TBC, yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Pada
orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena
mereka, apalagi yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak. Karenanya,
diperlukan alternatif lain untuk mendiagnosa TB pada anak.
Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik
(khas). Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal
sebenarnya tidak atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi
tidak terdeteksi sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Diagnosa TBC pada
anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus
komprehensif. Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-
satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji
Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk
menegakkan diagnosa atas penyakit TB, karena tidak semua orang yang terinfeksi kuman
TB lalu menjadi sakit TB.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah
terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika pada saat
terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada
lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif
tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala. Atau
pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC,
yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada
lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya
untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang
terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter,
bukan centimeter. Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis
sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi
berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan anak sampai usia
2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15
mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika
baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau
anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya
hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB. Anergi dapat terjadi apabila
anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan
anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat
tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja
terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai
terjadi anergi, maka tes harus diulang.

6. Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Meningitis
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
e. Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat)
dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency).

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:
a. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
b. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
c. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling
singkat.

Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah
(FKUI, 2010):
a. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.

8. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan
melakukan :
a. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
b. Pemberian oksigen yang adekuat
c. Latihan batuk efektif
d. Fisioterapi dada
e. Pemberian nutrisi yang adekuat
f. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
g. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan
anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas
sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
- Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
- Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi
bagi anak
- Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
- Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika
memungkinkan

9. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil
- Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
- Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
icterus
d. Riwayat Masa Lampau
- Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
- Pernah dirawat dirumah sakit
- Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
- Riwayat kontak dengan penderita TBC
- Alergi
- Daya tahan yang menurun.
- Imunisasi/Vaksinasi : BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
- Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak.
- Kondisi rumah
- Merasa dikucilkan
- Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
- Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
- Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak
- Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota keluarga,
Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum, Pelaksanaan
spiritual).
i. Pola fungsi kesehatan.
- Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
- Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
- Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
- Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul
sesak nafas (nafas pendek).
- Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
- Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
- Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
- Pola peran hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain
(ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat
dengan ibu daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif

Pemeriksaan Fisik
a. Demam
Sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul.
b. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum).
c. Sesak nafas
Terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
d. Nyeri dada
Ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
e. Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
kering diwaktu malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan
nyaring. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).
Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher
(servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan


a. Uji tuberkulin : uji tuberkulin (+), hipersensitifitas tipe lambat, imunitas seluler
Infeksi TB
b. Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
c. Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak
menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama
radio metrik (Bactec); PCK.
d. Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
e. Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber
infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
f. Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)

Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit.
Intervensi Keperawatan

No NANDA : Nursing Diagnosis Nursing Care Plan


Nursing Outcomes Classification (NOC) Nursing Interventions Classification (NIC)
1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Nafas b.d obstruksi jalan napas selama …. x 24 jam jalan nafas klien suctioning
Definisi : Ketidakmampuan untuk berswuh dengan b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
saluran pernafasan untuk mempertahankan a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan c. Informasikan pada klien dan keluarga
kebersihan jalan nafas. suara nafas yang bersih, tidak ada tentang suctioning
Batasan Karakteristik : sianosis dan dyspneu (mampu d. Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Tidak ada batuk mengeluarkan sputum, mampu dilakukan.
- Suara napas tambahan bernafas dengan mudah, tidak ada e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Perubahan frekuensi napas pursed lips) untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Perubahan irama napas b. Menunjukkan jalan nafas yang paten f. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
- Sianosis (klien tidak merasa tercekik, irama tindakan
- Kesulitan berbicara/mengeluarkan nafas, frekuensi pernafasan dalam g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
suara rentang normal, tidak ada suara nafas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
- Penurunan bunyi napas abnormal. nasotrakeal
- Dispnea c. Mampu mengidentifikasikan dan h. Monitor status oksigen pasien
- Sputum dalam jumlah yang berlebihan mencegah factor yang dapat i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
- Batuk yang tidak efektif menghambat jalan nafas melakukan suksion
- Ortopnea j. Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Gelisah apabila pasien menunjukkan bradikardi,
- Mata terbuka lebar peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
Faktor yang berhubungan: k. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
- Lingkungan lift atau jaw thrust bila perlu
- Perokok pasif l. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Mengisap asap ventilasi
- Obstruksi jalan napas m. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Spasme jalan napas alat jalan nafas buatan
- Mucus dalam jumlah yang berlebiha n. Pasang mayo bila perlu
- Eksudat dalam alveoli o. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Materi asing dalam jumlah napas p. Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Adanya jalan napas buatan suction
- Sekresi yang tertahan/sisa sekresi q. Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Sekresi dalam bronki suara tambahan
- Fisiologis r. Lakukan suction pada mayo
- Jalan napas alergik s. Berikan bronkodilator bila perlu
- Asma t. Berikan pelembab udara Kassa basah
- Penyakit paru obstruksi kronis NaCl Lembab
- Hyperplasia dinding bronchial u. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Infeksi keseimbangan
- Disfungsi neuromuskular v. Monitor respirasi dan status O2

2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Observasi adanya pembatasan klien
umum selama …. x 24 jam klien dapat dalam melakukan aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energu secara melakukan aktivitas secara normal dengan b. Dorong anak untuk mengungkapkan
fisiologis maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : perasaan terhadap keterbatasan
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik c. Kaji adanya factor yang menyebabkan
yang diminta atau aktifitas sehari hari. tanpa disertai peningkatan tekanan kelelahan
Batasan karakteristik : darah, nadi dan RR d. Monitor nutrisi dan sumber energi
- Respons tekanan darah abnormal b. Mampu melakukan aktivitas sehari tangadekuat
terhadap aktivitas hari (ADLs) secara mandir e. Monitor pasien akan adanya kelelahan
- Respon frekuensi jantung abnormal fisik dan emosi secara berlebihan
terhadap aktivitas f. Monitor respon kardivaskuler terhadap
- Perubahan EKG yang mencerminkan aktivitas
aritmia g. Monitor pola tidur dan lamanya
- Perubahan EKG yang mencerminkan tidur/istirahat pasien
iskemia h. Kolaborasikan dengan Tenaga
- Ketidaknyaman setelah beraktivitas Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
- Dispnea setelah beraktivitas progran terapi yang tepat.
- Menyatakan merasa letih i. Bantu klien/keluarga untuk
· mengidentifikasi aktivitas yang mampu
Faktor yang berhubungan : dilakukan
- Tirah baring j. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
- Kelemahan umum yangsesuai dengan kemampuan fisik,
- Ketidakseimbangan antara suplai dan psikologi dan social
kebutuhan oksigen k. Bantu untuk mengidentifikasi dan
- Imobilitas mendapatkan sumber yang diperlukan
- Gaya hidup monoton untuk aktivitas yang diinginkan
l. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
m. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
n. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
o. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
p. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
q. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
r. Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

3 Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji adanya alergi makanan
Dari Kebutuhan Tubuh selama …. x 24 jam nutrisi klien dapat b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
b.d Ketidakmampuan untuk terpenuhi dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
mengabsorpsi nutrisi Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien.
a. Adanya peningkatan berat badan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk sesuai dengan tujua intake Fe
keperluan metabolisme tubuh. b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bada protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan e. Berikan substansi gula
- Kram abdomen nutrisi f. Yakinkan diet yang dimakan
- Nyeri abdomen d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk mencegah
- Menghindari makan e. Tidak terjadi penurunan berat badan konstipasi
- Berat badan 20% atau lebih di bawah yang berarti g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
berat badan ideal dikonsultasikan dengan ahli gizi
- Kerapuhan kapiler h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Diare catatan makanan harian
- Kehilangan rambut berlebihan i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Bising usung hiperaktif kalori
- Kurang makan j. Berikan informasi tentang kebutuhan
- Kurang informasi nutrisi
- Kurang minat pada makanan k. Kaji kemampuan pasien untuk
- Penurunan berat badan dengan asupan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
makanan adekuat l. BB pasien dalam batas normal
- Kesalahan konsepsi m. Monitor adanya penurunan berat badan
- Kesalahan informasi n. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Membrane mukosa pucat biasa dilakukan
- Ketidakmampuan memakan makanan o. Monitor interaksi anak atau orangtua
- Tonus otot menurun selama makan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa p. Monitor lingkungan selama makan
- Mengeluh asupan makanan kurang dari q. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
RDA (recommended daily allowance) tidak selama jam makan
- Cepat kenyang setelah makan r. Monitor kulit kering dan perubahan
- Sariawan rongga mulut pigmentasi
- Steatore s. Monitor turgor kulit
- Kelemahan otot pengunyah t. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Kelemahan otot untuk menelan mudah patah
u. Monitor mual dan muntah
Faktor yang berhubungan : v. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
- Faktor biologis dan kadar Ht
- Faktor ekonomi w. Monitor makanan kesukaan
- Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi x. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
nutrisi y. Monitor pucat, kemerahan, dan
- Ketidakmampuan untuk mencerna kekeringan jaringan konjungtiva
makanan z. Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Faktor psikologis aa. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

You might also like