You are on page 1of 49
2A. 2a. BABII KAJIAN PUSTAKA, Teori Kajian teori pada penelitian ini, peneliti telah mengumpulkan beberapa teori pendukung dan menunjang pengertian serta berhubungan dengan masalah-masalah, yang di hadapi, dengan menyesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Self-Efficacy, Ambiguitas Peran, dan Workplace Ostracism Tethadap Kecenderungan Cyberloafing Pegawai melalui variabel mediasi stress. Pada bagian ini diharapkan dapat secara menyeluruh diungkapkan teori-teori tentang Self-Efficacy, Ambiguitas Peran, Workplace Ostracism dan stress kerja Tethadap Kecenderungan Cyberloafing Pegawai yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, Serta penelitian ini melibatkan unsur manajerial ddan bertyjuan untuk membantu manajemen untuk mengambil keputusan-keputusan ‘manajemen, perlu rasanya peneliti menjelaskan secara singkat mengenai teori dan definisi terkait manajemen secara umum, serta manajemen sumber daya manusia secara khusus. ‘Manajemen Pengertian Manajemen secara umum dipandang s agai sebuah disiplin ilmu yang, mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Secara ctimologi (behasa), kata mangjemen berasal dari Bahasa perancis kuno ‘management, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Terdapat beberapa pengertian manajemen dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut, Stoner dan Wankel (1986),; Hayati ef.al,(2019) menyatakan bahwa, ““Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Bateman dan Snell (2014),; Ratnasari (2019) menyatakan bahwa “Manajemen adalah proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya untuk meneapai tujuan”, Kemudian Handoko (2001); Ratnasari (2019) menyatakan manajemen adalah “Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- 14 usaha paraanggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan” Sedangkan Robbins dan Coulter (2014),; Ratnasari (2019) menyatakan manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan tethadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif”. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasi, mengontrol, mengintegrasikan, dan mengarahkan sumber daya yang ada di dalam organisasi untuk mencapai tujuan. .1.1.Pengertian Manajemen ‘Menurut Hasibuan (2014),; Sorongan et.al,, (2015), “Manajemen adalah ilma dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, Secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu’” ‘Menurut Terry (1992),; Sorongan et.al,, (2015) manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan yang telah ditentukan dengan menggunakan tangan orang lain. Manajemen menurut Nitisemito (2012),; Nowo (2018) adalah suatu ilmu dan seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain. Menurut Handoko (2001),; Sorongan et.al., (2015),; Ratnasari (2019), Manajemen adalah Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahe-usaha paraanggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar ‘mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, Sedangkan menurut Siswanto (2007),; Nowo (2018) mengatakan bahwa ‘manajemen adalah seni dan ilmu dalam petencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk ‘meneapai tujuan, Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mengatur dan mengelola berbagai sumber untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien. 15 2.1.1.2.Fungsi Manajemen Menurut Terry (1992),; Sorongan et.al, (2015), ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (actuating), dan fungsi pengendalian (controlling). Berikut penjelasan dan pengertian untuk masing- ‘masing fungsi manajemen: a, Fungsi Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi b, Fungsi Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian merupakan pengumpulan kegiatan yang diperlukan, yaitu ‘menetapkan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam onganisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. ¢. Fungsi Pengarahan (Aetuating) Pengarahan yaitu usaha menggerakkan anggota-anggota organisasi atau perusahaan sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha al untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan secara maks 4, Fungsi Pengendalian (Controlling). Pengendalian dapat diartikan sebagai proses penentuan apa yang dicapai, pengukuran, dan koreksi terhadap aktivitas pelaksanaan dan bilamana perlu ‘mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut reneana, 2.1.1.3.Unsur-unsur Manajemen Manajemen merupakan alat untuk mecapai tujuan yang diinginkan, Manusia yang memiliki sumber daya yang baik akan memudahkan terwujudnya tyjuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Menurut Hasibuan (2014),; Sorongan et.al, (2015), manajemen terditi dari enam unsur (6M) yaitu men, money, method, materials, machines dan market. Dibawah ini penjelasan untuk masing-masing unsur manajemen: a ‘Man (Manusia) Dalam Manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan, Manusia ‘membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa keberadaan manusia, maka tidak akan terjadi proses kerja, sebab pada dasamya manusia adalah makhluk kerja. Money (Uang) Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan, Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dengan jumlah uang yang beredar dalam organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat atau fools yang penting untuk mencapai tujuan arena segala sesuatu harus dipethitungkan secara rasional, Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang diperlukan dalam menunjang proses kerja, serta berapa hasil yang diharapkan atau ditargetkan untuk dicapai suatu organisasi kerja ‘Method (Metode) Saat proses pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja yang sesuai Suatu metode kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas- fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Namun meskipun metode kerja sudah baik namun perlu diingat bahwa jika orang yang melaksanakannya tidak mengerti dan tidak memiliki pengalaman ‘maka hasilnya pun tidak akan memuaskan, Hal ini membuktikan babwa ‘metode tetap dipengaruhi oleh manusia dalam manajemen itu senditi. Materials (Bahan) Materi atau Bahan terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan baban jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang abli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi sebagai salah satu sarana, Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai ha I yang dikehendaki. 17 fe. Machines (Mesin) Kegiatan perusahaan memerlukan mesin, penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan cfisiensi kerja £ Market (Pasar) Memasarkan produk barang/jasa sudah tentu sangat penting, sebab bila barangijasa yang di produksi tidak dapat dipasarkan maka proses produksi barangijasa akan sia-sia, Artinya proses kerja tidak berlangsung, Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti mampu menyebarkan dan menjual hasil produksi merupakan faktor penentu dalam gerak organisasi atau perusahaan, Agar dapat diterima pasar maka kualitas dan harga barang/jasa harus seswai dengan selera konsumen dan kemampuan daya beli konsumen. 2.1.1.4.Tujuan Manajemen Menurut Siswanto (2007),; Nowo (2018) tujuan dari manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu dan ‘menyarankan pengarahan kepada seorang manajer ‘asaran Manajemen ‘Menurut Siswanto (2007),; Nowo (2018) sasaran manajemen terdiri dari: a. Orang (Manusia) Yaitu mereka yang telah memenubi syarat tertentu dan telah menjadi unsur integral dari organisasi atau Badan tempat ia bekerja sama untuk mencapai tujuan. b. Mekanisme Kerja Yaitu tata cara dan tahapan yang harus dilalui orang yang mengadakan kegiatan bersama-sama untuk mencapai tujuan. 2.1.1.6.Konsep Konsep Manajemen Beberapa konsep-konsep manajemen yang telah dipopulerkan oleh para abli diantaranya yang dikutip dari Tabi'in et.al, (2021) a. Manajemen sebagai IImu Menurut Gulick (1937),;Abdullah dan Tantri (2014) Manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja 18 24.2. 24.2. bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemamusiaan b. Manajemen sebagai Seni Menurut Follet (1997) Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain, . Manajemen sebagai Profesi Menurut Schein (2008) Manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional, karakteristiknya adalah para professional membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status ‘mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat, 4, Manajemen sebagai Proses Menurut Terry (1992),; Manajemen adalah proses yang terdiri dati tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pelaksanaan dimana masing-masing bidang tersebut digunakan ilmu pengetahuan dan keahlian yang di ikuti secara berurutan dalam usaha mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan ‘Manajemen Sumber Daya Manusia 1.Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Secara umum manajemen sumber daya manusia merupakan terjemahan dari “Human Resource” namun ada pula ahli yang menyamakan sumber daya manusia dengan “Man Power” yang jika diartikan adalah tenaga kerja. Manajemen sumber aya manusia merupakan bagian dari manajemen yang mengatur unsur manusia (Man), Manusia merupakan suatu asset utama dalam suatu organisasi karen dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, pendayagunaan terhadap ‘manusia merupakan salah satu media pengukuran berjelannya suatu manajemen dalam organisasi tersebut. Maka dari itu, pada bagian manajemen ini unsur manusia sangat diperhatikan. Beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia ‘menurut para abli, antara lain: Dessler (2015) menyatakan: “Manajemen sumber daya manusia adalah proses untuk memperoleh, melatih, dan mengompensasi karyawan, dan untuk mengurus relasi tenaga kerja 19 mereka, Kesehatan dan keselamatan mereka, serta hal-hal yang berhubungan dengan keadilan” Mondy dan Martocchio (2016) menyatakan “Human resource management (HRM) is the use of individuals to achieve organizational objective”. Sedangkan Z inal et.al, (2014) menyatakan Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang dapat meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian, Dari beberapa pengertian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah salah satu bidang manajemen yang secara khusus mengatur peranan manusia dalam menentukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan untuk mewujudkan tujuan organisasi, Fokus utama manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan karyawan, pengembangan potensi yang dimilikikaryawan, pemberian balas jasa, pengarahan perilaku karyawan, serta pengawasan disiplin karyawan, sehingge sumber daya manusia dapat menunjukkan kinerja optimal yang dituntut oleh perusahaan, untuk dapat mewujudkan tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi diperlukan penerapan fungsi-fungsi_manajemen sumber daya manusia secara efektif dan efisien, 2.1.2.2.Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2017) mengemukakan tujuan dari manajemen sumber daya ‘manusia terdiri dari empat (4) tujuan, Empat (4) tujuan manajemen sumber daya yang akan dikemukakan merupakan referensi yang digunakan secara umum dalam, pencarian akan tujuan manajemen sumber daya dalam organisasi. Adapun empat (4) tujuan tersebut, yaitu: a, Tujuan Sosial. bertanggung jawab secara sosial tethadap tantangan dan keperluan yang terjadi di masyarakat khususnya di ruang lingkup organisasi dan ‘mengurangi efek yang merugikan. b. Tujuan Organisasional. kebeberadaan dari suatu organisasi sehingga perlu adanya Kontribusi akan pendayagunaan sumber daya manusia secara keseluruhan, Tujuan organisasional dalam tujuan sumber daya manusia itu senditi merupakan target formal yang ditentukan untuk meneapai tujuan organisasi 20 ¢. Tujuan Fungsional mempertahankan kontribusi dari sumber daya manusia tiap departemen yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia pada tiap departemen dipelihara sedemikian rupa sehingga memberikan kontribusinya secara optimal. ‘Tujuan Individu. Tujuan individu digunakan sebagai motivasi para karyawan untuk lebih berkontribusi dalam melaksanakan tugasnya di dalam organisasi. 2.1.2.3.Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Bangun (2002) menguraikan fungsi-fungsi MSDM: 1. Pengadaan sumber daya manusia 2, Pengembangan sumber daya manusia 3. Pemberian kompensasi 4, Pengintegrasian 5, Pemeliharaan sumberdaya manusia Flippo (2010),; Susan (2019) menguraikan fungsi-fungsi MSDM sebagai berikut: Fungsi Manajerial 1) Perencanaan (Planning), perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 2) Pengorganisasian (Organizing), organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor- faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya. 3) Pengarahan (Directing), pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing adalah menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi, sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan SDM agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. 4) Pengawasan (Controlling), adanya fungsi mangjerisl yang mengatur aktifitas- aktifitas agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan dapat diketahui dan. segera dilakukan perbaikan, 2a b. Fungsi Operatif atau Fungsi Teoritis 1) Pengadaan (Procurement), usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan penentuan kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan penempatan. 2) Pengembangan (Development), usaha untuk meningkatkan keablian karyawan ‘melalui program pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini penting dan akan terus berkembang karena adanya perubahan teknologi, penyesuaian dan ‘meningkatnya kesulitan tugas mangjer. 3) Kompensasi (Compensation), fangsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk ‘memberikan balas jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai seswai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan atau organisasi 4) Integrasi (Integration), merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu, organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai 5) Pemeliharaan (Maintenance), setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, ‘maka diharapkan organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang baik. Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap pegawai yang menguntungkan perusahaan, 6) Pemutusan Hubungan Kerja (Separation), usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung jawab perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila organisasi atau perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja, Dengan demikian fungsi MSDM menurut uraian di atas terdiri dari fungsi manajemen dan fungsi operatif yang masing-masing terdiri dari mereneanakan, ‘mengorganisasi, mengarakan, mengawasi, mengadakan, mengembangkan, memberikan kompensasi, berintegrasi, memelihara, memutuskan hubungan pekerjaan, Dari uraian di atas menunjukan saling adanya keterkaitan dari fungsi ‘manajemen, 22 213. Self-Efficacy 2.1.3.1. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy terditi dari kata “self” yang diartikan sebagai unsur struktur kepribadian, dan “efficacy” yang berarti penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang di persyaratkan. Teori self efficacy didasarkan pada sosial- kognitif Bandura yang mengartikan bahwa prestasi atau kinerja_seseorang tergantung kepada interaksi antara tingkah Taku, faktor pribadi (misalnya pemikiran dan keyakinan) dan kondisi lingkungan seseorang Efikasi diri (self efficacy) merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari, Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam ‘menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi, Self-Efficacy atau efikesi diri berhubungan dengan keyakinan diri: memiliki kemampuan melaukan tindakan yang diharapkan pada dirinya. Self-Efficacy berbeda dengan cita-cita, aspirasi ataupun harapan dimasa depan, karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, dapat dimiliki, atau dapat dikuasai jcacy menggambarkan _penilaian kemampuan diri atau kepercayaan diri tethadap tindakan yang akan dilakukan. Beberapa teori dari beberapa ahli tentang pengertian Sel/Efficacy : Puspitaningsih (2016), menyatakan pengertian Self-Efficacy adalah Keyakinan individu atas kemampuan mengatur dan_melakukan serangkaian kegiatan yang ‘menuntut suatu pencapaian atau prestasi Ratnasari (2019), menyatakan bahwa Self-Efficacy adalah Pertimbangan seseorang terhadap kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai prestasi tertentu. Kemudian Bandura (1983),; Betz (2004),; Ratnasari (2019) menyatakan bahwa "Self-Efficacy beliefs determine how people feel, think, motivate themselves and behave." fikasi diri adalah keyakinan individu menentukan bagaimana individu ‘merasa, berfikir, memotivasi diri mereka sendiri dan berperilaku) Dari beberapa pengertian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki dalam hal melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, Individu dengan self- efficacy yang baik akan merasa percaya diri mampu untuk melakukan sesuatu yang dapat mengubah lingkungan sekitamya, sedangkan individu dengan self-efficacy yang kurang baik selalu menganggap dirinya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitamya, bahkan dalam kondisi yang sulit orang dengan self- efficacy yang kurang baik lebih mudah menyerah sementata yang self-efficacy baik akan berusaha mencari solusi dan berusaha lebih keras untuk mengatasi kesulitan- kesulitan disekitamya. -Fungsi Self-Efficacy Pada sub bab sebelumnya kita telah menyadari bahwa keberadaan persepsi individu terhadap self-efficacy merupakan fungsi_ yang menentukan bagaimana individu tersebut akan bertindak, membuat pola-pola pemikiran dan reaksi emosi Individu akan bertindak sesuai dengan self-efficacy yang dimilikinya. Apabila self: efficacy yang dimiliki individu tersebut baik, ia akan terus berupaya dan ‘meningkatkan upayanya agar dapat menyelesaikan setiap kesulitan kesulitan yang, dihadapi. Berikut secara rinei penjelasan terhadap fungsi self-efficacy menurut Rahardjo (2014), antara lain : a, Penentu Pemilihan Tingkah Laku, setiap individu cinderung akan melakukan ftugas tertentu dimana ia merasa memiliki kemampuan yang baik untuk menyelesaikannya, Secara sedethana dapat diartikan bahwa setiap individu akan memilih melaksanakan suatu penugasan yang dirinya yakin atau memiliki keyakinan diri yang besar untuk dapat diselesaikan dibanding melakukan tugas lainnya, Ini menunjukkan bahwa selfefficacy juga mendorong individu untuk ‘memilih suatu tingkah laku. b. Penentu Besarnya upaya dan keyakinan, Penilaian efficacy menentukan seberapa besar usaha yang akan dikeluarkan, dan seberapa kuat individu bertahan dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu tugas atau rintangan serta pengalaman menyakitkan, Semakin kuat persepsi diri atas selfefficacy maka 24 akan semakin besar dan gist serta tekun usaha individu itu menghadapi permasalahannya, Alib-alih menyerah, individu dengan self-efficacy yang baik akan menggunakan usaha yang lebih besar untuk mengatasi tantangannya. Sedangkan individu yang mempunyai keraguan tentang kemampuannya akan mengurangi usahanya dan memilih menyerah, dan keadaan ini akan lebih mudah untuk menyebabkan keputusasaan. ¢. Penentu Pola Pikir dan Reaksi Emosional, individu dengan self-efficacy yang baik memiliki kepercayaan diri bahwa dirinya selalu mampu dan yakin dirinya mampu mengatasi masalah yang dihadapinya, schingga dirinya selalu merasa mampu menangani situasi apapun yang dihadapinya kedepan, Dalam mengantisipasi Keadaan, individu tersebut akan mempersepsikan masalah- masalah yang timbul akan mudah dihadapi daripada yang sesungguhnya terjadi, akibatnya fikiran tersebut menimbulkan reaksi emosi yang positif, tidak panik, tidak terburu-buru, dan tenang dalam menangani situasi yang dihadapinya, d. Peramal tingkah laku lanjutan, individu dengan self-efficacy yang baik memilikiminat dan keterlibatan yang tinggi dan lebih baik dengan lingkungennya, Demikian juga dalam menghadapi tugas, dimana individu tersebut memiliki keyakinan yang tinggi. Mereka tidak mudah putus asa dan menyerah dengan keadaan, serta menampilkan usaha yang lebih keras lagi. Pun sebaliknya individu dengan selfefficacy yang buruk cenderung pemalu dan menarik diri dari keterlibatan dalam tugas yang diberikan daripada berusaha merubah situasi atau keadaan yang dihadapinya. Dalam memecahkan suatu masalah, individu dengan selfefficacy yang baik cenderung lebih memiliki keyakinan atas kemampuannya dan mengotribusikan kegagalannya pada upaya-upaya yang kurang keras, serta akan semakin giat_ dan tekun menyelesaikan masalah yang sulit tersebut. Sedangkan individu dengan self- efficacy yang buruk menganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan dan individu tersebut akan ragu terhadap kemampuannya schingga dapat mengurangi usahanya bahkan menyerah tethadap keadaan. 25 -Dimensi Self-Efficacy Self-efficacy dibedakan atas tiga dimensi yaitu dimensi level (tingkat), dimensi strenght (Kekuatan), dimensi generality (keumuman). Menurut Zimmerman (2000),; Puspitaningsih (2016) berikut ini penjelasan. masing-masing dimensi a. Dimensi Level (tingkat); Dimensi ini berkaitan dengan derajat atau tingkat kesulitan tugas, dimana individu merasa mampu atau tidak untuk menyelesaikannya, sebab kemampuan diri individu dapat berbeda-beda, Konsep dalam dimensi ini terletak pada keyakinan individu atas kemampuannya terhadap tingkat kesulitan tugas. Jika individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut_ tingkat kesulitannya, maka keyakinan individu akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, kemudian sedang hingga tugas-tuges yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang, dibutuhkan pada masing-masing tingkat, Makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Keyakinan individu berimplikasi pada pemilihan tingkah laku berdasarkan hambatan atau tingkat kesulitan suatu tugas atau aktivitas. Individu terlebih dahulu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada diluar batas kemampuannya. Rentang, kemampuan individu dapat dilihat dari tingkat hambatan atau kesulitan yang bervariasi dari suatu tugas atau aktivitas tertentu. b. Dimensi Strenght (kekuatan); Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dan keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya, Pengharapan atau tingkat kekuatan yang, Jemah, mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, Pengharapan atau tingkat kekuatan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang mendukung. Dimensi ini mengacu pada derajat kemantapan individu terhadap keyakinan yang dibuatnya. Kemantapan ini menentukan ketahanan dan keuletan individu 26 21 dalam usaha, Dimensi ini merupakan keyakinan individu dalam ‘mempertahankan perilaku tertentu. Dimensi Generality (keumuman). Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas. Aktivitas yang bervariasi menurut individu yang yakin atas kemampuannya dalam melaksanakan tugas atau aktivitas tersebut. Apakah individu merasa yakin atau tidak. Individu mungkin yakin akan kemampuannya pada banyak bidang atau hanya pada beberapa bidang tertentu, 2.1.3.4.Indikator Self-Efficacy Menurut Zimmerman (2000),; Puspitaningsih (2016). Indikator self efficacy mengacu pada tiga dimensi level (tingkat), dimensi strenght (kekuatan), dimensi generality (keumuman). Berikut ini adalah dimensi dan indikator dari Self Efficacy 1. Level / Magnitude (Tingkat kesulitan tugas) a. Menghindari situasi dan perilaku di Iuar batas kemampuan. , Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba, ©. Menyesuaikan dan menghadapi langsung tugas-tugas yang sulit 2. Generality (Luas bidang perilaku) a. Keyakinan yang menyebar pada berbagai bidang perilaku. b. Keyakinan hanya pada bidang khusus. 3. Strength (Derajat keyakinan atau pengharapan) a. Keyakinan efikasi yang lemah. b, Menilai ditinya tidak mampu menyelesaikan tugas, c. Keyakinan yang mantap bertahan dalam usahanya. 4. Memiliki keyakinan akan kesuksesan terhadap apa yang dikerjakannya. Dari tiga dimensi menurut Zimmerman (2000); Puspitaningsih (2016), merumuskan beberapa indikator selfefficacy yaitu: a. Yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu, individu yakin bahwa dirinya ‘mampu menyelesaikan tugas tertentu, yang mana individu sendirilah yang ‘menetapkan tugas (target) apa yang harus diselesaikan, b. Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas, individu mampu menumbuhkan motivasi pada iri sendiri untuk bisa memilih dan melekukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka menyelesaikan tugas. Yakin bahwa dirinya mampu berusaha dengan keras, gigih dan tekun. Adanya usaha yang keras, gigih dan tekun dari individu untuk menyelesaikan tugas yang ditetapan dengan menggunakan segala yang dimitiki. 4. Yakin bahwa diri mampu menghadapi hambatan dan kesulitan, Individu yang mampu bertahan saat mengahadapi kesulitan dan hambatan yang muncul serta mampu bangkit dari kegagalan, individu tersebut mempunyai self-efficacy yang tinggi ©. Yakin dapat menyelesaikan tugas yang memiliki range yang luas ataupun sempit (spesifik). Individu yakin bahwa setiap tuges apapun dapat ia selesaikan meskipun itu luas atau spesifik. 2.1,3.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Efficacy. Self-Efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau Kombinasi beberapa faktor. Menurut Puspitaningsih (2016), Ratnasari (2019) ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi Self-Efficacy diantaranya: a. Pengalaman keberhasilan (Mastery Experince) Pengalaman keberhasilan merupakan sumber yang sangat berpengaruh dalam Self-Efficacy, karena hal tersebut memberikan bukti secara otentik apakah seseorang akan sukses. Sehingga pengalaman keberhasilan yang didapatkan oleh individu meningkatkan Self-Efficacy tersebut, sedangkan kegagalan menurunkan Se/f-Efficacy. Keberhasilan menghasilkan kekuatan dan kepercayaan diri, Pengalaman keberhasilan individu lain tidak dapat mempengaruhi Self-Efficacy pada diri sendiri tetapi apabila pengalaman keberhasitan itu dan ditinya maka akan mempengaruhi peningkatan Self- Efficacy. b, Keberhasilan orang lain (Vicarious Experience or Modelling) Peran vicarious experience tethadap Self Efficacy individu tidak dapat hanya mengandalkan pengalaman keberhasilan sebagai sumber informasi tentang kemampuan mereka. Penilaian efikasi merupakan bagian yang dipengaruhi oleh pengalaman orang lain sebagai contoh untuk mencapai keberhasilan. Modelling merupakan cara Jain yang efektif untuk ‘menunjukkan kemampuan efikasi individu. Kemampuan individu dinilai dari aktivitas yang dihasilkan dengan indikator memuaskan. ©. Persuasi verbal (Verbal Persuasion) Persuasi verbal sebagai sarana untuk memperkuat keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki individu dalam mencapai tujuan. Individu yang diyakinkan secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk ‘menguasai tugas-tugas yang diberikan cenderung berusaha secara maksimal dan mempertahankannya. 4, Keadaan Fisiologis dan Afektif (Physiological and Affective State) Informasi kemampuan individu sebagian besar di dapatkan dari somatik yang diteruskan ke fisiologis dan afektif. Indikator somatik individu sangat relevan dalam keschatan fisik, fungsi keschatan dan stres. Treatment yang ‘menghilangkan reaksi emosional melalui pengalaman. Kebethasilan dapat meningkatkan keyakinan keberhasilan dengan memperbaiki perilaku yang sesuai pada kinerja, Stres dapat mengurangi Self-Efficacy pada diri individu, jika tingkat stres individu rendah maka tinggi Self-Efficacy, sebaliknya jika sttes tinggi maka SelfEfficacy pada individu rendab, 2.1.4. Ambiguitas Peran 2.1.4.1 Pengertian Ambiguitas Peran Fromkin dan Rodman (1983),; Bustam (2012) menyatakan bahwa “4 Word or a sentences is ambiguous if it can be understand or interpreted in more than one way”, artinya sebuah kata atau kalimat bersifat ambigu jika kata atau kalimat itu dipahami dan diinterpretasikan lebih dari satu cara atau satu makna Ambiguitas menyebabkan seseorang menjadi salah paham atau salah mengerti dengan bahasa yang dibacanya atau bahasa yang didengamya. Ambiguitas ‘merupakan hal yang bermakna ganda dan kemungkinan mempunyai lebih dari satu pengertian. Secara umum dapat dipahami bahwa ambiguitas adalah suatu kondisi yang tidak pasti atau tidak jelas. Pada kamus Bahasa Indonesia, istilah ambiguitas dapat diartikan dengan suatu jenis kata sifat yang memiliki makna lebih dari satu atau bermakna ganda, Hal ini menyebabkan munculnya ketidakjelasan, keraguan, dan kekaburan dalam memahamai suatu makna atau kalimat, Peran menurut kamus umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemain, Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyaraket. Peran (Role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status, Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam menjalankan satu peranan, Apabila sescorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya berarti ia telah menjalankan suatu peranan, Hal ini sekaligus berarti bahwa peran ‘menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat, kelompok atau organisasi serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat, kelompok atau organisasi kepadanya Pengertian peran menurut beberapa ahli dirangkum sebagai berikut: a, Menurut Anton Moelyono, Peranan adalah sesuatu yang dapat diartikan ‘memiliki arti positif yang diharapkan akan mempengaruhi orang lain b. Menurut Soerjono Soekanto, Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannye. ¢. Menurut Dougherty dan Pritchard, Teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan, Dari pengertian peran menurut abli diatas dapat disimpulkan bahwa peran ialah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya yang 30 diharapkan berpengaruh pada orang Iain. Peran menentukan apa yang harus Giperbuat individu bagi masyarakat, kelompok atau organisasinya serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan kepadanya, Peran mengatur perilaku seseorang, peranan menyebabkan individu dengan batas-batas tertentu dapat ‘meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Menurut Kreitner dan Kinicki, (2005); Sorongan, (2015), ambiguitas peran adalah pengharapan orang lain yang tidak diketahui, Kurangnya informasi atau karena tidak adanya informasi sama sekali atau informasinya tidak disampaikan akan muncul ambiguitas peran, Ketika tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya maka akan timbul ambiguitas peran (Rivai dan Mulyadi (2011) .; Triyono dan Prayitno (2017). Ambiguitas peran merupakan suatu kondisi dimana karyawan atau dalam. penelitian ini adalah pegawai negeri sipil tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai arahan dan tujuan yang jelas terhadap perannya baik hak maupun kewajibannya schingga pegawai tersebut tidak mendapatkan gambaran apa yang, harus diperbuat bagi masyarakat, kelompok ataupun organisasinya, Keadaan ambiguitas peran dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi pekerjaan yang nantinya dapat menghambat pencapaian kinerja yang diharapkan dan tentunya akan merugikan organisasi ataupun perusahaan, 2.1.4.2.Munculnya Ambiguitas Peran Ambiguitas peran sering muncul ketika individu berharap memegang suatu peran tertentu tetapi tidak secara jelas dimengerti dan tidak yakin pada apa yang. akan dilakukannya, atau dalam kata lain ambiguitas peran muncul ketika karyawan ‘merasa bahwa terdapat banyak sekali ketidakpastian dalam aspek-aspek peran atau keanggotaan karyawan tersebut dalam organisasi atau kelompok. Ambiguitas peran dapat terjadi ketika individu mengalami ketidakpastian mengenai beberapa hal yang, berhubungan dengan pekerjaannya, seperti: mengenai lingkup tanggung jawabnya, apa yang diharapkan darinya, dan bagaimana mengerjekan pekerjaan yang beragam. 31 32 Nimran (2004); Triyono dan Prayitno (2017) menyatakan individu dapat

You might also like