Professional Documents
Culture Documents
Telaah Jurnal KTK Rinan
Telaah Jurnal KTK Rinan
Disusun Oleh :
Rinanti aulia rahman
NIM : G1B123079
Komunikasi terapeutik adalah teknik komunikasi yang digunakan oleh petugas kesehatan,
baik verbal maupun nonverbal, yang berkonsentrasi pada kebutuhan pasien dan berupaya
memulihkan kesehatan seseorang (Mahyana et al., 2020). Komunikasi terapeutik yang efektif
melibatkan komunikasi langsung dan kontak tatap muka untuk memberikan respon terhadap
pasien. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang efektif
memberikan hasil positif pada proses pemulihan pasien, kerjasama tim dan peningkatan
status fisiologis pasien yang pada akhirnya menghasilkan tingkat kepuasan pasien yang lebih
tinggi (Nisa et al., 2019). Mengukur kualitas pelayanan keperawatan merupakan prioritas
bagi penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan karena perawat merupakan
perwakilan dari sebagian besar segmen petugas kesehatan (Wahdatin et al., 2019).
Komunikasi terapeutik dapat dilakukan pada setiap fase perawatan pasien, antara lain fase
orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Komunikasi terapeutik pada fase orientasi dan fase
kerja berpengaruh pada kepuasan pasien. Pada fase orientasi, perawat akan memperkenalkan
diri dan menciptakan komunikasi yang baik sehingga pasien merasa percaya dan membangun
rasa penerimaan dan pengertian antara perawat dan pasien. Sedangkan pada fase kerja,
perawat akan menjelaskan rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan berusaha
memahami keluhan pasien untuk merencanakan intervensi sesuai kebutuhan pasien. Pada
fase ini, perawat dan pasien akan berkomunikasi secara intens dalam jangka waktu cukup
lama yang menjadi faktor pendukung terbentuknya hubungan terapeutik yang
baik pada keduanya.
Rasa puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit merupakan hak mendasar setiap
pasien. Oleh karena itu, kepuasan pasien biasa digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kinerja atau kualitas suatu rumah sakit karena kepuasan pasien mempengaruhi hasil
kesehatan, retensi pasien, dan tuntutan hukum malpraktik (Lotfi et al., 2019; Prakash, 2010).
Selain itu, melakukan studi kepuasan pasien sangat disarankan karena entitas layanan
kesehatan harus membangun keunggulan kompetitif di pasar layanan medis (Pekacz et al.,
2019).
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut membahas tentang hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap. Konsep
utama yang dijelaskan dalam jurnal tersebut adalah pentingnya komunikasi terapeutik dalam
konteks perawatan kesehatan, khususnya di lingkungan rumah sakit. Komunikasi terapeutik
merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk
membangun hubungan yang positif dengan pasien, memfasilitasi pemahaman dan dukungan,
serta meningkatkan kepuasan pasien.
Dalam konteks ruang rawat inap, komunikasi terapeutik perawat menjadi sangat penting
karena pasien seringkali berada dalam kondisi yang rentan dan membutuhkan perhatian serta
dukungan yang baik dari tim perawatan. Komunikasi terapeutik yang efektif dapat membantu
pasien merasa lebih nyaman, dipahami, dan didukung selama proses perawatan mereka di
rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapeutik, seperti pengetahuan,
sikap, pendidikan, dan pengalaman perawat. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai
komunikasi terapeutik yang efektif, perawat perlu memiliki pengetahuan yang memadai,
sikap yang positif, pendidikan yang baik, dan pengalaman yang relevan dalam berinteraksi
dengan pasien.
Konsep topik yang dapat diidentifikasi dari kutipan-kutipan dalam jurnal yaitu
1. Hubungan Komunikasi Terapeutik dan Kepuasan Pasien :
- Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap.
- Komunikasi terapeutik yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien dan
mempengaruhi citra rumah sakit serta kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik :
- Pengetahuan perawat, sikap, pendidikan, dan pengalaman dapat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi terapeutik.
- Gender, status perkawinan, dan usia responden juga dapat memengaruhi penerimaan
komunikasi terapeutik dan tingkat kepuasan pasien.
3. Fase-fase Komunikasi Terapeutik :
- Fase orientasi dan fase kerja komunikasi terapeutik perawat berpengaruh positif terhadap
kepuasan pasien.
- Perkenalan diri, sikap terbuka, dan komunikasi nonverbal penting dalam membangun
hubungan yang baik dengan pasien.
4. Rekomendasi untuk Meningkatkan Kepuasan Pasien :
- Penting untuk memberikan pelatihan kepada perawat dalam meningkatkan keterampilan
komunikasi terapeutik, terutama pada fase terminasi.
- Meningkatkan komunikasi terapeutik dapat membantu mencapai target kepuasan pasien
yang lebih baik di ruang rawat inap.
Dalam fase terminasi, perawat dan pasien bersama-sama meninjau dan mengevaluasi proses
pengobatan yang telah dilalui. Menurut Živanoviÿ & ÿiriÿ (2017), untuk mencapai tahap
terminasi dengan baik, perawat perlu mengulang kata-kata penting yang telah disampaikan
selama proses komunikasi terapeutik karena pada tahap ini perawat bekerja sama dengan
pasien untuk memecahkan masalah medis pasien. Namun, kepuasan pasien tidak hanya
bergantung pada komunikasi, tetapi juga faktor lain seperti biaya, keamanan, keandalan, dan
keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan.
Penelitian oleh Rochani (2019) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara komunikasi terapeutik pada fase orientasi terhadap kepuasan pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan pasien tidak hanya bergantung pada kinerja satu fase
komunikasi terapeutik, tetapi juga pada suasana yang mendukung bagi pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk
membangun hubungan yang baik dengan pasien sejak awal pertemuan untuk meningkatkan
kepuasan pasien.
Semakin baik komunikasi terapeutik perawat, semakin tinggi kepuasan pasien. Komunikasi
terapeutik yang efektif akan membuat pasien merasa puas sehingga citra rumah sakit akan
meningkat. Perawat yang memiliki kemampuan komunikasi terapeutik yang memadai tidak
hanya dapat menjalin hubungan baik dengan pasien tetapi juga dapat mencegah masalah
hukum, memberikan kepuasan dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan dan citra rumah sakit. Di sisi lain, jika pasien tidak merasa diperhatikan atau
didengarkan dengan baik, ia akan merasa tidak puas, sehingga menyebabkan tumbuhnya
persepsi buruk pada petugas kesehatan dan rumah sakit. Inilah yang menjadi dasar
pentingnya kemampuan untuk berkomunikasi secara terapeutik bagi tenaga kesehatan, yang
dalam penelitian ini adalah perawat, untuk meningkatkan kepuasan pasien.
BAB 2
ANALISIS JURNAL