You are on page 1of 12

TELAAH JURNAL

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Ns. Luri Mekeama, S.Kep., M. Kep

Disusun Oleh :
Rinanti aulia rahman
NIM : G1B123079

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat Rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan telaah jurnal yang berjudul “ Nurses’ Therapeutic
Communication and Its Effect on Hospitalized Patients’ Satisfaction”
Penyusunan telaah jurnal ini merupakan salah satu metode pembelajaran Pada mata
kuliah Blok Komunikasi Terapeutik Keperawatan, pada Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Dalam penyusunan Telaah Jurnal ini penulis menyadari masih jauh dari kata Sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya Konstruktif dari semua
pihak untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga Telaah jurnal ini bermanfaat bagi
pembaca dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jambi, 17 Maret 2024

Rinanti aulia rahman


BAB 1
KONSEP TEORI

Komunikasi terapeutik adalah teknik komunikasi yang digunakan oleh petugas kesehatan,
baik verbal maupun nonverbal, yang berkonsentrasi pada kebutuhan pasien dan berupaya
memulihkan kesehatan seseorang (Mahyana et al., 2020). Komunikasi terapeutik yang efektif
melibatkan komunikasi langsung dan kontak tatap muka untuk memberikan respon terhadap
pasien. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang efektif
memberikan hasil positif pada proses pemulihan pasien, kerjasama tim dan peningkatan
status fisiologis pasien yang pada akhirnya menghasilkan tingkat kepuasan pasien yang lebih
tinggi (Nisa et al., 2019). Mengukur kualitas pelayanan keperawatan merupakan prioritas
bagi penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan karena perawat merupakan
perwakilan dari sebagian besar segmen petugas kesehatan (Wahdatin et al., 2019).
Komunikasi terapeutik dapat dilakukan pada setiap fase perawatan pasien, antara lain fase
orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Komunikasi terapeutik pada fase orientasi dan fase
kerja berpengaruh pada kepuasan pasien. Pada fase orientasi, perawat akan memperkenalkan
diri dan menciptakan komunikasi yang baik sehingga pasien merasa percaya dan membangun
rasa penerimaan dan pengertian antara perawat dan pasien. Sedangkan pada fase kerja,
perawat akan menjelaskan rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan berusaha
memahami keluhan pasien untuk merencanakan intervensi sesuai kebutuhan pasien. Pada
fase ini, perawat dan pasien akan berkomunikasi secara intens dalam jangka waktu cukup
lama yang menjadi faktor pendukung terbentuknya hubungan terapeutik yang
baik pada keduanya.
Rasa puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit merupakan hak mendasar setiap
pasien. Oleh karena itu, kepuasan pasien biasa digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kinerja atau kualitas suatu rumah sakit karena kepuasan pasien mempengaruhi hasil
kesehatan, retensi pasien, dan tuntutan hukum malpraktik (Lotfi et al., 2019; Prakash, 2010).
Selain itu, melakukan studi kepuasan pasien sangat disarankan karena entitas layanan
kesehatan harus membangun keunggulan kompetitif di pasar layanan medis (Pekacz et al.,
2019).
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut membahas tentang hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap. Konsep
utama yang dijelaskan dalam jurnal tersebut adalah pentingnya komunikasi terapeutik dalam
konteks perawatan kesehatan, khususnya di lingkungan rumah sakit. Komunikasi terapeutik
merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk
membangun hubungan yang positif dengan pasien, memfasilitasi pemahaman dan dukungan,
serta meningkatkan kepuasan pasien.
Dalam konteks ruang rawat inap, komunikasi terapeutik perawat menjadi sangat penting
karena pasien seringkali berada dalam kondisi yang rentan dan membutuhkan perhatian serta
dukungan yang baik dari tim perawatan. Komunikasi terapeutik yang efektif dapat membantu
pasien merasa lebih nyaman, dipahami, dan didukung selama proses perawatan mereka di
rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapeutik, seperti pengetahuan,
sikap, pendidikan, dan pengalaman perawat. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai
komunikasi terapeutik yang efektif, perawat perlu memiliki pengetahuan yang memadai,
sikap yang positif, pendidikan yang baik, dan pengalaman yang relevan dalam berinteraksi
dengan pasien.
Konsep topik yang dapat diidentifikasi dari kutipan-kutipan dalam jurnal yaitu
1. Hubungan Komunikasi Terapeutik dan Kepuasan Pasien :
- Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap.
- Komunikasi terapeutik yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien dan
mempengaruhi citra rumah sakit serta kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik :
- Pengetahuan perawat, sikap, pendidikan, dan pengalaman dapat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi terapeutik.
- Gender, status perkawinan, dan usia responden juga dapat memengaruhi penerimaan
komunikasi terapeutik dan tingkat kepuasan pasien.
3. Fase-fase Komunikasi Terapeutik :
- Fase orientasi dan fase kerja komunikasi terapeutik perawat berpengaruh positif terhadap
kepuasan pasien.
- Perkenalan diri, sikap terbuka, dan komunikasi nonverbal penting dalam membangun
hubungan yang baik dengan pasien.
4. Rekomendasi untuk Meningkatkan Kepuasan Pasien :
- Penting untuk memberikan pelatihan kepada perawat dalam meningkatkan keterampilan
komunikasi terapeutik, terutama pada fase terminasi.
- Meningkatkan komunikasi terapeutik dapat membantu mencapai target kepuasan pasien
yang lebih baik di ruang rawat inap.
Dalam fase terminasi, perawat dan pasien bersama-sama meninjau dan mengevaluasi proses
pengobatan yang telah dilalui. Menurut Živanoviÿ & ÿiriÿ (2017), untuk mencapai tahap
terminasi dengan baik, perawat perlu mengulang kata-kata penting yang telah disampaikan
selama proses komunikasi terapeutik karena pada tahap ini perawat bekerja sama dengan
pasien untuk memecahkan masalah medis pasien. Namun, kepuasan pasien tidak hanya
bergantung pada komunikasi, tetapi juga faktor lain seperti biaya, keamanan, keandalan, dan
keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan.
Penelitian oleh Rochani (2019) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara komunikasi terapeutik pada fase orientasi terhadap kepuasan pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan pasien tidak hanya bergantung pada kinerja satu fase
komunikasi terapeutik, tetapi juga pada suasana yang mendukung bagi pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk
membangun hubungan yang baik dengan pasien sejak awal pertemuan untuk meningkatkan
kepuasan pasien.
Semakin baik komunikasi terapeutik perawat, semakin tinggi kepuasan pasien. Komunikasi
terapeutik yang efektif akan membuat pasien merasa puas sehingga citra rumah sakit akan
meningkat. Perawat yang memiliki kemampuan komunikasi terapeutik yang memadai tidak
hanya dapat menjalin hubungan baik dengan pasien tetapi juga dapat mencegah masalah
hukum, memberikan kepuasan dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan dan citra rumah sakit. Di sisi lain, jika pasien tidak merasa diperhatikan atau
didengarkan dengan baik, ia akan merasa tidak puas, sehingga menyebabkan tumbuhnya
persepsi buruk pada petugas kesehatan dan rumah sakit. Inilah yang menjadi dasar
pentingnya kemampuan untuk berkomunikasi secara terapeutik bagi tenaga kesehatan, yang
dalam penelitian ini adalah perawat, untuk meningkatkan kepuasan pasien.
BAB 2
ANALISIS JURNAL

Judul Nurses’ Therapeutic Communication and Its Effect on


Hospitalized Patients’ Satisfaction

Penulis Farah Yasmine Ainun Nisa, Ratna Dwi Wulandari, Tatin


Wahyanto
Tahun 2022
Sumber Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume dan halaman Volume 7, Issue 3, September 2022
Reviewer Rinanti aulia rahman
Tanggal 17 Maret 2024
Abstrak Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pengukuran
mutu rumah sakit, tetapi hasil dari pengukuran kepuasan
pasien di ruang rawat inap RS Muji Rahayu menunjukkan
bahwa tingkat kepuasan pasien masih dibawah target. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan serangkaian proses komunikasi
terapeutik sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan
pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari komunikasi terapeutik perawat terhadap
kepuasan pasien di ruang rawat inap RS Muji Rahayu
Surabaya. Penelitian ini berjenis analitik dengan rancang
bangun cross-sectional yang
dilakukan pada bulan Mei–Juni 2022 di RS Muji Rahayu
Surabaya dengan jumlah 70 responden dan diambil
menggunakan teknik systematic random sampling. Data
primer diperoleh dari kuesioner yang disebar ke responden.
Analisis data menggunakan SPSS dengan uji Spearman. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 48,6%
perawat telah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fase orientasi dan fase
kerja berpengaruh terhadap kepuasan pasien, tetapi fase
terminasi tidak berpengaruh. Secara bersama-sama, terdapat
pengaruh yang signifikan antara komunikasi terapeutik
terhadap kepuasan pasien.
Pendahuluan Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pengukuran
mutu rumah sakit, tetapi hasil dari pengukuran kepuasan
pasien di ruang rawat inap RS Muji Rahayu menunjukkan
bahwa tingkat kepuasan pasien masih dibawah target. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan serangkaian proses komunikasi
terapeutik sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan
pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari komunikasi terapeutik perawat terhadap
kepuasan pasien di ruang rawat inap RS Muji Rahayu
Surabaya. Penelitian ini berjenis analitik dengan rancang
bangun cross-sectional yang
dilakukan pada bulan Mei–Juni 2022 di RS Muji Rahayu
Surabaya dengan jumlah 70 responden dan diambil
menggunakan teknik systematic random sampling. Data
primer diperoleh dari kuesioner yang disebar ke responden.
Analisis data menggunakan SPSS dengan uji Spearman. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 48,6%
perawat telah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik.
Studi ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman
tentang hubungan antara komunikasi perawat-pasien dan
kepuasan pasien di lingkungan rumah sakit. Ditemukan
bahwa fase orientasi dan kerja dari komunikasi terapeutik
memiliki dampak signifikan terhadap kepuasan pasien,
sementara fase terminasi tidak menunjukkan dampak yang
signifikan. Faktor-faktor seperti pengenalan perawat,
penjelasan rencana perawatan, dan pemahaman pasien
menjadi kunci dalam memengaruhi kepuasan pasien.

Artikel-artikel yang dibahas dalam referensi menyoroti


pentingnya komunikasi terapeutik dalam meningkatkan
kepuasan pasien di berbagai pengaturan layanan kesehatan.
Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi yang
efektif antara perawat dan pasien dapat meningkatkan
kepuasan pasien. Selain itu, faktor-faktor seperti jenis kelamin
pasien, pendidikan, dan usia juga dapat memengaruhi
persepsi pasien terhadap komunikasi perawat-pasien dan
kepuasan pasien secara keseluruhan.

Meskipun hasil penelitian ini memberikan wawasan yang


berharga, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan. Misalnya, ukuran sampel yang relatif kecil dan
penelitian dilakukan hanya di unit rawat inap. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
dan melibatkan berbagai unit layanan kesehatan mungkin
diperlukan untuk memperkuat temuan ini. Penelitian ini
menegaskan pentingnya komunikasi terapeutik perawat-
pasien dalam meningkatkan kepuasan pasien di lingkungan
rumah sakit. Disarankan agar rumah sakit memberikan
pelatihan kepada perawat untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi terapeutik, terutama dalam fase terminasi, guna
meningkatkan kepuasan pasien secara keseluruhan.
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah
studi kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian
dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Muji Rahayu
Surabaya dengan menggunakan metode pengambilan sampel
secara purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari
pasien yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Data
dikumpulkan melalui kuesioner yang berisi pertanyaan terkait
komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kepuasan pasien.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi


linier sederhana untuk melihat hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Selain itu,
uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk memastikan
keakuratan dan keandalan data yang diperoleh. Hasil analisis
data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
memudahkan pemahaman.
Hasil penelitian Penelitian ini menemukan bahwa komunikasi terapeutik yang
dilakukan oleh perawat memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap.
Ditemukan bahwa fase orientasi dan kerja dari komunikasi
terapeutik secara signifikan memengaruhi kepuasan pasien,
sementara fase terminasi tidak menunjukkan dampak yang
signifikan. Faktor-faktor seperti pengenalan perawat,
penjelasan rencana perawatan, dan pemahaman pasien
terbukti menjadi kunci dalam memengaruhi kepuasan pasien.
Komunikasi non-verbal dan demografi pasien juga
memainkan peran penting dalam kepuasan pasien. Sikap dan
perilaku komunikasi perawat. dapat mempengaruhi kepuasan
pasien. Terapeutik. Komunikasi pada fase orientasi dan kerja
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien, namun
tidak pada fase terminasi. Pelatihan bagi perawat dalam
komunikasi terapeutik dianjurkan untuk meningkatkan
kepuasan pasien. Penelitian ini memiliki keterbatasan seperti
ukuran sampel yang kecil dan hanya dilakukan di unit rawat
inap. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk bukti yang lebih
substansial

Berikut adalah temuan utama dari hasil penelitian ini :


1. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap
Kepuasan Pasien
- Terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap.
- Sebanyak 48,6% perawat melaksanakan komunikasi
terapeutik dengan baik.
- Fase orientasi dan fase kerja komunikasi terapeutik
berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.
- Fase terminasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pasien.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
dan Kepuasan Pasien
- Pengetahuan, sikap, pendidikan, dan pengalaman perawat
dapat mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapeutik.
- Gender, status perkawinan, dan usia responden juga dapat
memengaruhi penerimaan komunikasi terapeutik dan tingkat
kepuasan pasien.
- Mayoritas responden adalah perempuan, bekerja di sektor
swasta, dan memiliki pendidikan SMA.
3. Rekomendasi
- Disarankan agar rumah sakit memberikan pelatihan kepada
perawat untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
terapeutik, terutama pada fase terminasi, guna meningkatkan
kepuasan pasien.
- Pentingnya memperhatikan komunikasi nonverbal dalam
fase kerja komunikasi terapeutik untuk meningkatkan
kepuasan pasien.

Temuan dari penelitian ini menegaskan bahwa komunikasi


terapeutik yang baik oleh perawat dapat meningkatkan
kepuasan pasien di ruang rawat inap. Terdapat korelasi positif
yang signifikan antara komunikasi terapeutik dan kepuasan
pasien. Pasien merasa terawat dengan baik dan didengarkan
ketika perawat berkomunikasi secara efektif, yang pada
akhirnya meningkatkan kepuasan pasien. Hal ini menekankan
pentingnya keterampilan komunikasi bagi tenaga kesehatan
dalam meningkatkan kepuasan pasien.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa komunikasi
terapeutik pada fase orientasi dan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pasien. Sebaliknya pada fase
terminasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pasien, namun komunikasi terapeutik berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pasien secara gambaran besar di ruang
rawat
inap RSUD Muji Rahayu. Disarankan kepada pihak rumah
sakit untuk melakukan pelatihan kepada perawatnya untuk
melakukan komunikasiterapeutik yang baik baik verbal
maupun non verbal terutama pada fase
terminasi agar kepuasan pasien meningkat.
ANALISIS JURNAL 2

You might also like