Professional Documents
Culture Documents
Upaya Meningkatkan Literasi Di Fatuleu Barat
Upaya Meningkatkan Literasi Di Fatuleu Barat
Pada fase E, pembelajaran (Bahasa Indonesia) di tingkat SMA (kelas 10), seorang
peserta didik harus mampu : 1) memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan
dunia kerja. 2) Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan
mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks tentang topik yang beragam. 3)
Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber. 4)
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi dan debat. 5) Peserta didik
mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan
mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan
etis.
Lima kemampuan di atas, bagi kami di SMAN 2 Fatuleu Barat, adalah sesuatu
yang terlalu besar. Ini tidak berarti menurunkan standar kami. Desa Poto, di Kec.
Fatuleu Barat, Kab. Kupang adalah lokasi sekolah kami. Jaringan internet di sini
belum semutakhir daerah-daerah lain. Listrik pun baru masuk di awal tahun 2022.
Kondisi ini adalah realitas yang tak bisa dihindari dan harus diterima.
Keresahan saya sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Fatuleu Barat
akan kurangnya rendahnya kecepatan membaca ini semakin tinggi manakala saya
mengakses laman rapor Pendidikan. Seperti kita ketahui, Rapor Pendidikan adalah
hasil dari Asesmen yang dilakukan oleh 45 orang siswa sampel dari setiap
sekolah. Rapor Pendidikan SMAN 2 Fatuleu Barat khususnya pada bagian literasi
mengalami penurunan sebesar 40,01 persen dari tahun sebelumnya.
Bertolak dari permasalahan yang ditemukan di atas, memacu saya sebagai Guru
Bahasa Indonesia, harus segera melakukan sesuatu. Untuk paling tidak dapat
membantu menggenjot kecepatan membaca. Memang, untuk bisa memperbaiki
secara keseluruhan, tentu saya tidak bisa bergerak seorang diri. Dibutuhkan kerja
sama yang baik dari semua elemen di sekolah ini jika ingin segera memperbaiki
kondisi ini.
Walau masih sedikit, saya optimis bahwa kecintaan anak-anak didik akan bahan
bacaan mulai mampak, meski itu hanya sebatas mencari dan menemukan kata-
kata mutiara, seminggu berjalan, sudah ada anak didik yang meminta untuk
menggantikan kata Mutiara yang ditempel di dinding.
Hemat penulis, berbicara tentang peningkatan literasi, tentu berkaitan erat dengan
kultur yang terbangun. Dari sejak seorang anak masih berada di tengah keluarga,
mulai berproses di Sekolah Dasar, SMP, hingga ke SMA, perlu diciptakan
budaya
membaca yang baik. Semua elemen perlu bekerja sama demi
berhasilnya
kemampuan literasi yang baik.