You are on page 1of 4

Upaya sederhana meningkatkan Literasi di SMAN 2 Fatuleu Barat

Nama : Adelbertus F. Neonub, S.Pd.

Sekolah : SMA Negeri 2 Fatuleu Barat – Kabupaten Kupang

Email : a de l be rt usne onub34@guru.sm a .be l aj a r.id

Literasi, secara umum diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis.


Tidak terbatas pada sekadar mengeja kata-kata dan menuliskan huruf-huruf di atas
kertas. Literasi tentang bagaimana kemampuan seseorang dalam
mengolah dan
mememahami setiap informasi saat melakukan proses baca dan
tulis.

Pada fase E, pembelajaran (Bahasa Indonesia) di tingkat SMA (kelas 10), seorang
peserta didik harus mampu : 1) memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan
dunia kerja. 2) Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan
mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks tentang topik yang beragam. 3)
Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber. 4)
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi dan debat. 5) Peserta didik
mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan
mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan
etis.

Lima kemampuan di atas, bagi kami di SMAN 2 Fatuleu Barat, adalah sesuatu
yang terlalu besar. Ini tidak berarti menurunkan standar kami. Desa Poto, di Kec.
Fatuleu Barat, Kab. Kupang adalah lokasi sekolah kami. Jaringan internet di sini
belum semutakhir daerah-daerah lain. Listrik pun baru masuk di awal tahun 2022.
Kondisi ini adalah realitas yang tak bisa dihindari dan harus diterima.

Dalam kaitannya dengan literasi, barangkali tak harus mempersalahkan fasilitas


seperti listrik dan jaringan internet. Bicara kebiasaan literasi ini tentu kita kembali
pada kultur / budaya. Seorang anak jika sejak kecil telah dikondisikan untuk selalu
mencintai buku, tentu selanjutnya dalam hal membaca, bukanlah hal yang luar
biasa.
Di awal tahun ajaran 2023/2024, sebagai guru Bahasa Indonesia, saya
ditugaskan
mengajar di kelas 10 dan diberi tugas tambahan sebagai wali kelas 10 A. Tahun
ajaran 2023/2024 adalah awal kami di SMAN 2 Fatuleu Barat mulai menerapkan
kurikulum Merdeka (mandiri berubah). Saat pertama melakukan tatap muka di
kelas, saya melakukan sebuah asesmen sederhana untuk mengetahui kemampuan
membaca anak-anak saya di kelas 10 A, yang berjumlah 30 orang. Sebuah teks
saya siapkan, kemudian satu-persatu peserta didik saya minta untuk membaca
dengan target kata yang harus dicapai minimal 200 kata dalam satu menit. Hasil
yang saya peroleh, tidak ada satupun dari 30 orang anak didik saya yang mencapai
200 kata dalam semenit. Menurut Hamijaya, et al, membaca 150 – 250 kata /
menit tergolong rendah (low grade).

Keresahan saya sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Fatuleu Barat
akan kurangnya rendahnya kecepatan membaca ini semakin tinggi manakala saya
mengakses laman rapor Pendidikan. Seperti kita ketahui, Rapor Pendidikan adalah
hasil dari Asesmen yang dilakukan oleh 45 orang siswa sampel dari setiap
sekolah. Rapor Pendidikan SMAN 2 Fatuleu Barat khususnya pada bagian literasi
mengalami penurunan sebesar 40,01 persen dari tahun sebelumnya.

Bertolak dari permasalahan yang ditemukan di atas, memacu saya sebagai Guru
Bahasa Indonesia, harus segera melakukan sesuatu. Untuk paling tidak dapat
membantu menggenjot kecepatan membaca. Memang, untuk bisa memperbaiki
secara keseluruhan, tentu saya tidak bisa bergerak seorang diri. Dibutuhkan kerja
sama yang baik dari semua elemen di sekolah ini jika ingin segera memperbaiki
kondisi ini.

Sebelum pihak sekolah mengambil kebijakan, saya memulainya pada ruang


lingkup yang terbatas pada kapasitas saya sebagai Guru Bahasa Indonesia dan
Wali Kelas. Upaya sederhana ini, diharapkan nantinya jika berhasil dan memiliki
nilai positif, kiranya dapat diikuti, dan dijadikan sebagai salah satu cara untuk
segera meningkatkan kemampuan berliterasi anak-anak di SMAN 2 Fatuleu Barat.
Mulai saja dulu!. Langkah pertama, Saya mulai memotivasi dan mewajibkan
anak-
anak untuk membaca Alkitab. Mengapa alkitab ? (seluruh siswa di Kelas 10 A,
beragama Kristen). Menurut penulis, Alkitab adalah bahan bacaan yang mudah
didapatkan. Setiap anak tentu memilikinya di rumah. Kewajiban membaca ini
kami sepakati bersama dengan anak-anak di dalam kelas. Walau diwajibkan
dengan kesepakatan, rutinitas membaca alkitab di rumah tidak bisa diukur /
diawasi dengan baik. Butuh kerja sama dengan orang tua siswa agar membantu
suksesnya program sederhana ini. Dalam hal ini saya sebagai wali kelas, belum
sampai menghadirkan orang tua siswa untuk membahasnya lebih lanjut.

Upaya peningkatan literasi di SMAN 2 Fatuleu Barat khususnya pada kelas 10 A,


tidak berhenti di situ. Setelah mempelajari beberapa topik di platform Merdeka
mengajar (PMM), saya mengajak anak-anak untuk membuat lingkungan kaya
teks. Adapun cara yang kami terapkan adalah dengan meminta anak-anak didik
untuk mencari kata-kata mutiara yang menarik dan cocok bagi diri mereka. Setiap
anak wajib mencari satu kata mutiara. Kata Mutiara itu kemudian dikumpulkan
dan diedit menggunakan computer, didesain, dicetak lalu dilekatkan dengan lem
pada sepotong kardus bekas. Hasil karya itu dipajang di dalam ruangan kelas
untuk menciptakan ruangan kaya teks literasi. Harapannya dapat meningkatkan
kemampuan membaca pada anak-anak didik. Hasilnya, di dalam ruangan kelas
dipenuhi tulisan-tulisan kata mutiara, dan sempat mendapat sentilan kecil bahwa
kok mirip café?. Apapun itu, Satu harapan kami sekiranya hal sederhana ini dapat
membuat anak-anak didik kian mencintai bahan bacaan.

Walau masih sedikit, saya optimis bahwa kecintaan anak-anak didik akan bahan
bacaan mulai mampak, meski itu hanya sebatas mencari dan menemukan kata-
kata mutiara, seminggu berjalan, sudah ada anak didik yang meminta untuk
menggantikan kata Mutiara yang ditempel di dinding.

Hemat penulis, berbicara tentang peningkatan literasi, tentu berkaitan erat dengan
kultur yang terbangun. Dari sejak seorang anak masih berada di tengah keluarga,
mulai berproses di Sekolah Dasar, SMP, hingga ke SMA, perlu diciptakan
budaya
membaca yang baik. Semua elemen perlu bekerja sama demi
berhasilnya
kemampuan literasi yang baik.

You might also like