You are on page 1of 68

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN SD

Disusun oleh kelompok 3


Baiq Sulislia Lusmayanti (E1E021198)
Baiq Varida Suryani (E1E021199)
Ery Khaerurrafiah (E1E021222)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWI yang telah memberikan hidayab-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Strategi Pembelajaran
Menyenangkan, Implementasi Rencana Pembelajaran; Melaksanakan
Pembelajaran Bermutu dan Kegiatan Peningkatan Pembelajaran Bermutu" ini
tepat pada waktunya. Makalah in disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan pada
mata kuliah Strategi Pembelajam SD. Makalah ini membahas tentang Strategi
Pembelajaran Menyenangkan, Implementasi Rencana Pembelajaran;
Melaksanakan Pembelajaran Bermutu dan Kegiatan Peningkatan Pembelajaran
Bermutu
Kami sampailan terima kasth kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sudah berupaya
untuk memberikan hasil terbaik: kami, namun kami hanya manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan
atau pada isi makalah, kami mengharapkan adanya kritik: dan saran yang dapat
membantu kami dalam menyempurnakan makalah ini, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Mataram, 17 maret 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu
alternatif bagi guru untuk meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta
didik. Untuk itu, guru harus mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran yang
baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru
terhadap hakikat tersebut.Selain dapat meningkatkan semangat belajar,
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat
kekreativan dan keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus
pandai memutar otak.Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan, akan tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik.

Proses tersebut dapat dicapai melalui penciptaan suasana pembelajaran


yang kondusif sehingga berdampak ketercapaian tingkat kedewasaan baik secara
fisik, psikologis, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual pada siswa.
Penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif akan membuat respon siswa
terhadap interaksi yang dilakukan guru cukup positif, siswa juga menjadi lebih
percaya diri dan termotivasi untuk aktif dikelas karena dorongan dan pujian dari
guru.

Berkembangnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajaran


dapat juga terjadi pada saat implementasi pembelajaran, yakni melalui kegiatan
observasi. Melalui kegiatan tersebut setiap observer dapat melakukan pengamatan
secara mendalam tentang respons serta perilaku belajar siswa terhadap rencana
pembelajaran yang sudah dipersiapkan bersama-sama. Latar belakang
pengetahuan observer yang beragam akan menyebabkan bervariasinya hasil
pengamatan yang diperoleh. Temuan hasil observasi yang beragam tersebut
memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan secara lebih produktif sehingga
masing-masing pihak pada akhirnya akan mampu memperoleh pengetahuan
tentang pembelajaran yang terjadi secara lebih komprehensif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pembelajaran menyenangkan?
2. Bagaimana implementasi rencana pembelajaran dalam melaksanakan
pembelajaran bermutu?
3. Bagaimana kegiatan peningkatan pembelajaran bermutu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran menyenangkan?
2. Untuk mengetahui implementasi rencana pembelajaran dalam
melaksanakan pembelajaran bermutu?
3. Untuk mengetahui kegiatan peningkatan pembelajaran bermutu?
BAB II

PEMBAHASAN

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN

A. Definisi Strategi Pembelajaran

Menurut Bobbi DePorter (2000) strategi pembelajaran menyenangkan


adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi dan memudahkan proses
belajar. Definisi di atas didukung oleh pendapat Berk (1998) dengan pernyataan
yang lebih lengkap bahwa pembelajaran yang menyenangkan adalah pola berpikir
dan arah berbuat yang diambil guru dalam memilih dan menerapkan cara-cara
penyampaian materi sehingga mudah dipahami siswa dan memungkinkan
tercapainya suasana pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa. Kedua
pendapat di atas mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan
merupakan upaya guru untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam
pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Sejalan dengan pendapat di atas, Dryden dan Vos (2000) mengungkapkan


bahwa bila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang kelas dapat
menjadi “rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi
juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan mendukung orang lain, tempat
mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar
dan tumbuh. Inilah yang diistilahkan sebagai konteks menata panggung belajar.
“Kita tahu bahwa kesulitan pelajaran atau derajat risiko pribadi itu sendiri cukup
untuk membuat siswa menahan diri atau mengalami bosan dan membenci
pelajaran yang menyebabkan belajar mandek” (Jensen, 1994). Pernyataan Dryden,
Vos dan Jensen dapat diartikan bahwa menerapkan suatu strategi yang tepat dalam
pembelajaran memungkinkan tercapainy efektifitas pembelajaran yang lebih baik.
Sebaliknya, pembelajaran akan menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan
pembelajaran menjadi sesuatu yang membosankan. Oleh karena itu, penting bagi
guru untuk merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu
menyenangkan.

Deporter, Reardon dan Singer (1999), menambahkan dengan uraian yang


terinlci, bahwa strategi pembelajaran yang menyenangkan adalah kemampuan
untuk mengubah komunitas belajar menjadi tempat yang meningkatkan
kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik dan pertumbuhan, di mana emosi
dihargai. Pendapat tersebut diartikan bahwa bila guru mampu menciptakan
suasana pemeblajaran yang menyenangkan akan memberikan dampak posistif
terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran. Selanjutnya ditambahkan
DePorter di lingkungan seperti inilah siswa dapat beranjak ke keadaan prima, mau
bertanggung jawab, saling mempercayai, dan tempat yang tanpa batas untuk
mencapai apapun.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan menurut Deporter,


Reardon dan Singer (1999) adalah konteks menata panggung belajar yang terkait
dengan empat aspek: (1) suasana, (2) landasan, (3)lingkungan dan (4) rancangan.
Satu diantara empat konteks panggung belajar yang dijelaskan DePorter dkk di
atas mencakuo suasana kelas bahsa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati
dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah serta belajar dalam suasana penuh
kegembiraan, cendrung membawa kegembiraan pula dalam belajar. oleh dalam
suasana penuh kegembiraan, cendrung membawa kegembiraan pula dalam belajar.
Oleh karena itu menurut DePorter dkk, jika spek ini ditata denganan cermat, suatu
keajaiban akan terrjadi. Konteks itu sendiri benar-benar menciptakan rasa saling
memiliki, yangg kemudian akan meningkatkan rasa yang amat menyenangkan.
Kelas akan menjadi komunitas belajar dan menjadi tempat yang dituju para siswa
dengan senang hati, bukan kerena keterpaksaan.

Deporter, Reardon dan Singer (1999) menggambarkan trategi pembelajran


menyenangkan dengan menata suasana kelas sebagai berikut: (1) menata
lingkunan kelas, agar dapat dengan baik mempengaruhi kemampuan siswa untuk
terfokus dan menyerap informasi, (2) meningkatkan pemahaman melalui gambar
posteri ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, sementara poster
afirmasi yang lucu dan mengadung humor akan menguatkan dialog internal siswa,
(3) alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti kartun dan karikatur dapat
menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik, (4)
pengaturan bangku mengdukung hasil belajar, (5) musik membuka kunci keadaan
belajar optimal dan membantu menciptakan asosiasi, (6) gaya lain dapat
digunakan pada saat jeda, membuat kuis, pertanyaan lucu, humor, penjelasan
tentang transisi menggunakan berbagai sumber. Pengorkestrasian unsur-unsur
dalam lingkungan tersebut sangat berpengaruh pada kemampuan guru untuk
mengajar lebih banyak dengan usaha lebih sedikit.

Uraian di atas memberikan kesimpulan bahwa strategi pembelajaran


menyenangkan merupakan strategi pengorganisasian pembelajaran dengan cara
meningkatkan daya tarik pembelajaran melalui bahan ajar yang disajikan, media
pengajaran yang digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang
diorganisasikan. Strategi tersebut dapat diciptakan melalui :

1. Menciptakan lingkungan kelas yang dapat memengaruhi kemampuan


siswa untuk berfokus dan menyerap informasi.
2. Meningkatkan pemahaman melalui gambar poster ikon yang dapat
menampilkan isi pelajaran secara visual;
3. Menggunakan poster afirmasi lucu dan mengandung humor yang dapat
menguatkan dialog internal siswa;
4. Menggunakan alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti kartun dan
karikatur yang dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan
pelajaran kinestetik;
5. Merancang waktu jeda strategis dan mengisinya dengan kegiatan yang
menyenangkan seperti membuat kuis, pertanyaan lucu, humor, penjelasan
tentang transisi menggunakan berbagai sumber yang dapat mendorong
siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran.

Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu


alternatif bagi guru untuk meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta
didik. Untuk itu, guru harus mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran yang
baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru
terhadap hakikat tersebut.Selain dapat meningkatkan semangat belajar,
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat
kekreativan dan keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus
pandai memutar otak.Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan, akan tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta
didik.

Pendidikan merupakan investasi masa depan. Melalui pendidikan, peserta


didik dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik
dapat meningkatkan wawasan pengetahuannya dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Pendidikan berupaya untuk mewadahi potensi peserta didik dan membekali
peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan
erat kaitannya dengan proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Keberadaan guru
menjadi salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Tugas guru
adalah membelajarkan peserta didik.

Efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya.


Pembelajraan menyenangkan merupakan satu di antara cara yang dapat dilakukan
untuk mencapai efektivitas pembelajaran. Dryden and Vos (2000) menjelaskan
bahwa pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran di mana interaksi antara
guru dan siswa, lingkungan fisik, dan suasana memberikan peluang terciptanya
kondisi yang kondusif untuk belajar. Ketiga faktor tersebut di atas menurut
Dryden memberikan dampak yang berbeda terhadap kesenangan belajar
tergantung situasi dan kondisi yang ada di dalam kelas. Oleh karena itu, pemilihan
strategi oleh guru menjadi penting artinya dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran.

Berkaitan dengan hal di atas, Dryden dan Vos (2000) memberikan rincian
bahwa interaksi haruslah positif, aman, mendukung, santai / rileks, penjelajahan
(exploratory), mengembirakan, dan menggunakan humor. Lingkungan fisik perlu
adanya penataan ruangan, jenis dan warna cat yang digunakan, penataan bunga
dan aroma, poster berwarna-warni serta kelengkapan kelas lainnya. Penataan
suasana disarankan memilih yang nyaman, cukup penerangan, enak dipandang
mata, diiringi musik dan lain-lain.

B. Prinsip Joyfull Learning


DePorter (1999) menyatakan bahwa pengaruh guru sangat jelas terhadap
keberhasilan siswa. Kemampuan atau ketrampilan baru akan berkembang jika
diberikan lingkungan model yang sesuai. Lebih lanjut beliau menyatakan “guru
adalah faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa”. Jadi, peran
guru lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan. Guru adalah rekan belajar,
model, pembimbing, fasilitator, dan pengubah kesuksesan siswa. Gurulah yang
paling banyak kontribusinya terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui
berbagai dorongan guru yang diidolakan dan disenangi, semangat belajar siswa
akan terpicu dan terpacu.

1. Lingkungan Fisik Kelas

Lingkungan fisik kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan


pembelajaran. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan
bersih berperan penting dalam menunjang keefektifan belajar. Lingkungan juga
akan memengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi
dari guru di dalam kelas. Bahkan, dengan menggunakan berbagai strategi dan
metode tertentu siswa dapat menerima stimulus dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar kelas untuk membantu siswa mengejar prestasinya. Banyak
hal yang bisa dilakukan dalam sebuah kelas untuk memberikan kenyamanan
kepada siswa. Penyusunan meja dan kursi yang dapat memungkinkan siswa
menerima akses informasi dengan baik dan merata. Memberikan aroma
tertentu yang membangkitkan semangat dan motivasi. Menata bunga dan
berbagai tumbuhan yang akan memberikan kesegaran. Memilih warna cat
dinding yang sesuai dengan kebutuhan untuk sebuah ruang belajar. Memasang
poster-poster tentang ikon –ikon tertentu, tentang topik utama pembelajaran.
Menempelkan poster yang berisi kalimat-kalimat afirmasi yang memungkinkan
siswa termotivasi untuk menjadi seseorang yang berprestasi dan pemenang di
kelasnya.

2. Musik dalam Pembelajaran

Pembelajaran yang didukung oleh suasana kondusif akan memberikan


dampak terhadap akan memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar.
Suasana itu kebanyakan dipengaruhi berbagai faktor seperti sirkulasi udara
dalam ruangan, pencajahayaan, dan pengaruh musik dalam suasana belajar.
Khusus mengenai peran musik dalam mendukung terlaksananya suatu
pembelajaran yang efektif telah banyak dibuktikan dalam beberapa penelitian
akhir-akhir ini. Sebagaimana dikatakan Bobbi DePorter dkk (1999) bahwa
musik sekurangkurangnya bermanfaat untuk : (1) menata suasana hati, (2)
meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, (3) menyoroti hal-hal yang
penting. Suasana hati memberikan pengaruh yang berarti terhadap capaian
hasil belajar. Perasaan gembira, nyaman dan relaks dapat membuka peluang
bagi otak untuk bekerja secara ringan. Dengan demikian, informasi yang
masuk mendapat kses lebih dan tentu saja mempermudah kita untuk mengingat
karena adanya bagian tertentu yang disoroti dengan menggunakan latar
belakang musik tertentu. Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai
seorang guru, kita dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati.
Mengubah keadaan mental siswa dan menudukung lingkungan siswa. Musik
membantu siswa belajar lebih baik dan mengingat lebih banyak. Dryden dan
Vos mengatakan “ musik an, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Disamping itu, kebanyakan siswa memang
mencintai musik.

3. Interaksi Guru dan Siswa

Diantara tiga faktor yang berperan dalam menciptakan pembelajaran


menyenangkan tersebut, interaksi antara guru dan siswa merupakan paling
utama. DePorter dkk (2000) menyatakan jika guru ingin komunitas belajarnya
menjadi tempat yang meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan
balik, dan pertumbuhan serta tempat emosi dihargai, maka suasana kelas
termasuk bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati, dan sikap terhadap
sekolah serta belajar harusnyalah yang penuh kegembiraan, yang dapat
membawa kegembiraan pula pada para siswa.

B. Beberapa Aspek Joyfull Learning

1. Tetap berorientasi pada tujuan pembelajaran

Inti dari suatu proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan


pembelajaran, tidak ada batasan cara atau metode yang mesti diterapkan
guru. Melainkan guru diberi keleluasaan untuk berkreasi menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan guna tercapainya tujuan
pembelajaran. Terkadang tujuan pembelajaran bisa tercapai namun tidak
terlalu mementingkan prosesnya maka alangkah baiknya jika proses dan
hasil pembelajaran menjadi fokus untuk dimaksimalkan.

2. Memancing keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran

Pernakah kita melihat guru yang mengajar seolah-olah dialah yang


menguasai kelas, siswa tidak diberi banyak kesempatan untuk terlibat dalam
kegiatan pembelajaran, mungkin hal tersebut pernah kita alami. Cara ini
sedikit keliru karena seharusnya siswalah yang mesti diberi banyak peran
dalam proses pembelajaran agar kemampuannya bisa tereksplorasi.

3. Menyeimbangkan aspek kognitif, aspek afeksi dan psikomotorik

Hal yang terkadang tidak disadari oleh seorang guru adalah mereka hanya
lebih fokus menilai siswa dalam aspek kognitif (kecerdasan) namun
cenderung mengabaikan aspek psikomotor dan afektif. Padahal ke-3 aspek
ini seharusnya diseimbangkan dalam penilain maupun dalam pembelajaran
karena kecerdasan sendiri terbagi 3 yakni kecerdasan kognitif, afektif dan
psikomotor. Jadi alngkah tidak adilnya jika lebih berorientasi pada
kecerdasan kognitif sehingga siswa yang memiliki kecerdasan psikomotor
dan afektif terabaikan.

4. Bersifat student center (pembelajaran berpusat pada siswa)

Dalam pembelajaran yang bersifat student center guru memposisikan diri


sebagai motivator, katalisator, mediator dan siswa diberi keleluasaan dalam
untuk terlibat secara penuh dalam proses belajar. Guru hanya mengarahkan,
memberi penjelasan ketika ada hal yang benar-benar tidak dipahami siswa.

5. Pembelajaran bermakna (materi pelajaran yang diajarkan berbekas


dalam khazanah pengetahuan siswa)

Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang membuat siswa sangat


terkesan dan materi pelajaran yang ia pelajari tertancap kuat dalam pikiran.

6. Membuat siswa selalu bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti


pelajaran

Apa yang membuat siswa selalu bersemangat dalam pembelajaran? tak


lain adalah cara guru yang kreatif, inovatif dalam menyajikan materi
pelajaran sehingga siswa selalu bersemangat dan termotivasi dalam
mengikuti pelajaran

7. Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran yang


bervariatif

Penerapan Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran


yangbervariasi akan membuat siswa tidak jenuh dan bosan untuk belajar
karena mereka merasa selalu menemukan hal baru dengan penerapan
Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran yang
bervariatif.

8. Guru yang komunikatif


Seorang guru yang komunikatif akan dengan cepat memahami keinginan
dari peseta didiknya sehingga bisa membuat proses pembelajran berjalan
lancar.

C. Strategi Joyfull Learning

1. Definisi

Disini akan dijelaskan Joyfull Learning berasal dari kata joyfull


yang berarti menyenangkan sedangkan learning adalah pemberlajaran. Dave
Meier (dalam Indrawati dan Setiawan, 2009: 16) menyatakan bahwa belajar
menyenangkan (joyfull learning) adalah sistem pembelajaran yang berusaha
untuk membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya
makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri siswa.

Menurut Paulo Fraire (2000), Joyfull Learning adalah


pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik tekanan fisik
maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan
mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan
dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang
kondusif.

Dalam Darmansyah (2011) Bobbi DePorter menyatakan bahwa


strategi pembelajaran menyenangkan (Joyful Learning) adalah strategi yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan
kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar yang
mengakibatkan prestasi.

Maka joyfull learning adalah pendekatan yang digunakan oleh


pengajar dalam hal ini adalah guru untuk membuat siswa lebih dapat
menerima materi yang disampaikan yang dikarenakan suasana yang
menyenangkan dan tanpa ketegangan dalam menciptakan rasa senang.
Penciptaan rasa senang berkait dengan kondisi jiwa bukanlah proses
pembelajaran tersebut menciptakan suasana ribut dan hurahura. Dan
menyenangkan atau mengasyikkan dalam belajar dikelas bukan berarti
menciptakan suasana huru-hara dalam belajar di kelas namun kegembiraan
disini berarti bangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh serta terciptanya
makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang
membahagiakan siswa.

Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) bukan


semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa
terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat
kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali
tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling
mendukung.

Belajar sendiripun menurut para ahli berbeda-beda dalam


mengemukakan definisinya. Namun, tampaknya ada semacam kesepakatan
diantara mereka yang menyatakan bahwa perbuatan belajar mengandung
perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar.
Perbuatan tersebut bersifat internasional, positif, aktif dan efektif
fungsional.

Sifat internasional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman


atau praktik yang dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari, bukan
kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan
harapan pelajar, disamping itu menghasilkan sesuatu yang ru yang lebih
baik dibandingkan yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif disini berarti
perubahan yang membangun suasana yang mengembangjkan inisiatif dan
tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar
selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru. Sifat efektif berarti
perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun
sifat fungsional berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat
direproduksikan atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.

Seperti halnya ungkapan yang dipromosikan oleh Mihaly


Csikszentmihalyi ”Syarat bagi pembelajaran yang efektif adalah dengan
menghadirkan lingkungan seperti masa kanak-kanak”. (bukan ”kekanak-
kanakkan”) melainkan yang mendukung dan menggembirakan (”bermain”).
Dan lebih lanjutnya Csikszentmihalyi katakan ”Selama beberapa tahun
pertama kehidupan, setiap anak adalah ”mesin belajar” kecil yang tidak
kenal lelah mencoba lagi gerakan-gerakan baru, kata-kata baru, setiap hari.
Perhatikanlah dengan saksama, pusatkanlah pada wajah seorang anak
tatkala belajar ketrampilan baru. Apa yang mereka perhatikan adalah
indikasi dari ”rasa senang”-nya. Dan setiap pembelajaran yang
menyenangkan menambah kompleksitas perkembangan diri anak tersebut.

2. Tujuan Pembelajaran Joyfull

Sebelum dikenakan pada tujuan pembelajaran joyfull learning


lebih dulu mengetahui tujuan pendidikan nasional sesuai undang-undang
no.02 untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

Siswa akan terdorong untuk terus belajar jika pembelajaran


diselenggarakan secara nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa terlibat
secara fisik dan psikis. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi
pembelajran yang sesuai dengan minat dan kecerdasan siswa. Guru juga
perlu memberikan penghargaan bagi siswa yang berpartisipasi. Penghargaan
dapat bersifat material dan penghargaan, nilai, penghargaan applaus.

Sedangkan tujuan dari pembelajaran yang menyenangkan sendiri


adalah menggugah sepenuhnya kemampuan belajar dari pelajar, membuat
belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan
sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan
keberhasilan mereka sebagai manusia.
Proses pembelajaran yang menyenangkan disini bisa dilakukan
dengan: pertama dengan menata ruangan yang apik menarik yaitu dengan
memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi
serta memenuhi unsur keindahan dengan dipasang karya siswa. Kedua
melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber pembelajran
yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa.

Seperti yang telah dijelaskan pula dari quantum learning sendiri


bahwa belajar itu haruslah mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan
terekan dengan baik.

Dengan adanya pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) ini


maka pesera didik tidak hanya dikurung di dalam ruang kelas belajar saja,
tetapi juga belajar di luar ruangterbuka atau Auditorium dengan arena
bermain edukatif. Menjadikan pelajaran yang selama ini abstrak menjadi
konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Penerapan Joyfull Learning

Aplikasi Joyfull Learning dapat dilakukan dengan memotivasi


tumbuhnya harga diri yang positif kepada anak dan memberikan lingkungan
dan kondisi yang tepat untuk semua anak. Dengan kata lain, semua anak
merasakan bahwa:

a. Kontribusi mereka sekecil apa pun dihargai;

b. Mereka merasa aman (fisik dan psikis) dalam lingkungan belajar;

c. Gagasan mereka dihargai

Dengan kata lain anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus
merasa aman, bisa mengekspresikan pendapatnya, dan sukses dalam
belajarnya. Keramahan inilah yang membantu anak-anak menikmati belajar
dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui penciptaan kelas yang
lebih “menyenangkan”.

Oleh karena itu guru diharapkan untuk tidak membatasi argumen


siswa, karena dengan mendengarkan argumen siswa merasa lebih
diperhatikan dan merasa nyaman berada di kelas. Selain itu penataan kelas
juga bisa membuat siswa merasa nyaman dan senang berada di dalam kelas.

4. Teknik model belajar Joyfull Learning di sekolah:

Teknik joyfull learning yang diterapkan dalam sekolah dapat


dipilih kedalam empat bagian, pertama teknik persiapan, kedua teknik
penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat teknik penutup.[13] Adapun
penjelasannya sebagai berikut.

a. Teknik persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar.


Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan
dari persiapan pembelajaran adalah untuk:

1) Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif


2) Menyingkirkan rintangan belajar
3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa
4) Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang
bermakna dengan topik pelajaran
5) Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar,
menciptakan, dan tumbuh
6) Mengajak orang keluat dari keterasingan dan masuk kedalam
komunitas belajar.
Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri
untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan.
Adapun komponen persiapan pembelajaran antara lain;
1) Sugesti positif
Guru harus peka terhadap sugesti negatif yang mungkin
akan siswa masukkan ke dalam lingkungan belajar dan
menggantikannya dengan sugesti positif.[14] Perasaan takut, terlalu
banyak materi, serta perasaan bosan dan lain sebagainya itu
merupakan sugesti negatif, dengan adanya sugesti negatif ini maka
guru harus mampu mengubahnya menjadi sugesti yang positif
dengan meyakinkan siswa bahwa mereka akan mampu dan bisa serta
siap menghadapinya dengan rasa gembira. Selain itu guru harus
mampu membuat pembelajaran tergugah, terbuka, dan siap untuk
belajar.
2) Lingkungan fisik positif.
Sugesti, baik positif maupun negatif akan sangat
dipengaruhi juga lingkungan. Apabila lingkungan dibuat terkesan
menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tersugesti untuk
belajar dengan menyenangkan. Sebaiknya guru memahami kaitan
antarapandangan sekeliling dan otak itu penting untuk
mengorkestrasikan lingkungan belajar yang mendukung. Untuk itu
persiapan pembelajaran sebaiknya ditata sedemikian rupa agar dalam
kelas bisa mengasyikkan dalam belajar. Misalnya dengan memasang
poster afirmasi pada dinding dengan kata ” Saya mampu
mempelajarinya” dengan menggunakan warna yang menarik,
menggunakan alat bantu benda yang dapat mewakili suatu gagasan,
mengatur bangku (seperti membentuk bangku setengah lingkaran,
bangku berhadap-hadapan).
3) Tujuan yang jelas dan bermakna
Pembelajaran memerlikan gambaran yang jelas tentang
tujuan suatu pembelajaran dan apa yang akan dapat mereks lakukan
sebagai hasilnya. Guru dapat menjelaskan tujuan materi dengan kata-
kata, gambar, contoh, demo, atau apa saja yang membuat tujuan itu
tampak nyata dan konkrit bagi siswa.[17] Dan akan sangat
bermanfaat apabila disampaikan dengan bahasa yang menyentuh hati
dan pikiran siswa.
4) Manfaat bagi siswa
Ada yang menghubungkan antara tujuan dan manfaat,
tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan ”apa”, sedangkan manfaat
dikaitkan dengan ”mengapa”. Siswa dapat belajar paling baik jika
mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa
pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka
sendiri.
5) Sarana persiapan siswa sebelum pembelajaran
Persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya
program belajar. Jika dapat diusahakan, pembelajaran diberi sarana
persiapan sebelum belajar yang diisi aneka pilihan peralatan untuk
membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana itudapat
membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan,
menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu danminat, serta
menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang.
6) Lingkungan sosial yang positif
Kerja sama membantu siswa mengurangi stres dan lebih
banyak memanfaatkan energi kejiwaan untuk belajar (dan bukunya
untuk bersaing atau melindungi diri). Kerja sama antara siswa untuk
menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai
wawasan, gagasan dan informasi mengalir bebas.
Selain itu dengan kerja sama dalam belajar akan
memungkinkan setiap siswa tidak akan terabaikan, sulit pula bagi
siswa untuk sembunyi dan tidak aktif. Oleh sebab itu sebaiknya
sebelum pelajaran melangkah lebih lanjut dibuat kelompok sebagai
mitra belajar. Cara yang paling efektif dan efisien untuk
meningkatkan kegiatan belajar adalah dengan membagi kelas
menjadi pasangan dan membentuk kemitraan belajar.
7) Keterlibatan penuh pembelajaran
Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton,
melainkan sangat membutuhkan peran serta semua pihak. Belajar
bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif
menciptakan pengetahuan dan ketrampilan. Upaya belajar benar-
benar bergantung pada siswa dan bukan merupakan tanggung jawab
perencana atau guru. Guru hanya sebagai fasilitator yang
berkewajiban menata meja dengan makanan yang merangsang selera
dan bergizi, sedangkan kewajiban siswa untuk memakannya sendiri.
Maka siswa diupayakan agar mampu berkreasi dan mandiri.
8) Rangsangan rasa ingin tahu.
Merangsang rasa ingin tahu siswa sangat membuat upaya
mendorong siswa agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran (dan
kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada sesuatu yang bisa
menimbulkan rasa ingin tahu. Guru dapat menggugah rasa ingin tahu
siswa adalah dengan cara: memberi masalah untuk dipecahkan
secara kelompok, menyuruh siswa berpasangpasangan dalam
menjalankan tugas pencarian fakta, memainkan permainan tanya
jawab,menyuruh siswa menyusun pertanyaan

b. Teknik Penyampaikan
Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan pembelajran dengan materi belajar yang
mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Adapun cara
mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar.
1) Presentasi guru (fasilitator)
Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan
hasil karya untuk menampilkannya besar-besar pada dinding,
papan planel, atau papan tulis magnetik. Selanjutnya, suruhlah
siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai
aktivitas belajar ”mengajar-kembali”
2) Presentasi siswa
Sebelum presentasi, mintalah setiap siswa memilih mitra.
Katakan bahwa mereka harus menyusun soal ujian lisan berisi 20
pertanyaan untuk teman mereka berdasarkan presentasi yang akan
mereka dengar. Pada akhir presentasi, mereka harus menyerahkan
soal ujian lisan tersebut pada teman mitranya dan menilai apakah
pasangan mereka mampu atau tidak menangkap materi pelajaran
yangbaru saja diberikan. Semenara itu, saat presentasi, mitra
mereka akan menyiapkan soal ujian lisan 20 pertanyaan untuk
mereka.
3) Presentasi siswa dan berlatih menemukan
Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim
meneliti berkas bahan pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah
presentasi untuk kelompok. Bekali setiap tim dengan materi untuk
membuat pendukung atau bantuan presentasi yang dapat
membantu mereka menyampaikan poin-poin mereka. Karena
siswa lebih banyak mengingat dengan diasosiasikan dengan
sesuatu yang telah atau pernah dilakukan. Seperti yang dikatakan
oleh Harry Lorayne dan jerry lucas yaitu ” anda bisa mengingat
sepotong informasi jika diasosiasikan dengan sesuatu yang telah
anda ketahui atau ingat sebelumnya.
c. Teknik Pelatihan
Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa
yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang
menciptakan pembelajran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan,
dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan
meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu ketrampilan
(andaipun tidak berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik
segera, dan mempraktikkan ketrampilan itu lagi. Mintalah siswa
membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka
mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk
meningkatkan prestasinya.
d. Teknik Penutup
Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester
atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun
dengan ini, malah akan tidak efektif yang seharusnya dilakukan adalah
pada pemahaman guru dalam joyfull learning hendaknya memberi
penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan
memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat
akan apa yang terjadi. Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern,
penulis improving your memory ” alasan utama mengapa kita lupa
adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian”.
Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan
penutup mata pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran
tidak terlupakan dengan cara antara lain:
1) Strategi peninjauan kembali yaitu membahas cara–cara untuk
membuat siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan
menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang sekarang.
Yaitu guru bisa dengan menggunakan kartu indeks yang terpisah,
menuliskan pertanyaan tentang materi yang diajarkan kartu
berisikan pertanyaan dengan jumlah separuh dari jumlah siswa,
dari kartu yang terpisah siswa menuliskan jawaban atas masing-
masing pertanyaan. Guru mencampurkan dua kumpulan kartu dan
mengaduk agar acak. Berikan satu kartu untuk satu siswa, sebagian
jumlah siswa menerima kartu pertanyaan sebagian yang lain
menerima jawaban. Guru memerintahkan siswa untuk mencari
pasangannya atau siswa yang membawa kartu jawaban
pertanyaannya. Bila telah bertemu salah satu siswa diminta untuk
membacanya keras-keras untuk melihat kebenaran dan kecocokkan
jawaban dan pertanyaannya.
2) Penilaian sendiri yaitu membahas cara-cara untuk membantu siswa
untuk menilai sendiri apa yang telah mereka peroleh. Pada awal
sebuah mata pelajaran, perintahkan siswa untuk mengungkapkan
pendapat mereka tentang topik pelajaran, pada akhir mata pelajaran
perintahkan siswa untuk kembali mengemukakan pendapatnnya.
Lalu tanyakan kepada siswa apakah pandangan mereka masih sama
ataukah sudah berbeda antara pendangan pada awal pelajaran dan
akhir pelajaran.
3) Perencanaan masa depan Guru mengungkapkan harapannya agar
siswa tidak berhenti belajar hanya karena pelajaran telah berakhir.
Kemukakan kepada siswa bahwa ada banyak car bagi mereka
untuk terus belajar secara mandiri. Tunjukkan bahwa slah satu cara
dengan membuat daftar berisi gagasan mereka. Buatlah sub-sub
kelompok, perintahkan tiap sub untuk mencetuskan gagasan
mereka.
4) Ucapan perpisahan Beri siswa kertas kosong dan katakan pada
mereka inilah saatnya ”ujian akhir”, katakan pada siswa bahwa
tugas mereka adalah menulis secara urut banyaknya aktifitas
belajar yang telah ditempuh, lalu perintahkan siswa untuk
mengenang masa belajar yang mereka rasakan selama ini.
IMPLEMENTASI RENCANA PEMBELAJARAN; MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN BERMUTU
A. Kegiatan Membuka Pembelajaran: Kegiatan Awal
Secara operasional sebagai mana telah disebutkan dalam perencanaan di
atas, kegiatan awal meliputi 1) memberi/mengucapkan salam; 2) menyapa; 3)
berdoa; 4) memberi motivasi; 5) menyampaikan IPK/tujuan pembelajaran yang
akan dicapai; 6) melakukan apersepsi. Selain keenam langkah tersebut dalam
pendahuluan dapat saja membagi kelompok dan atau kegiatan lainnya sesuai
dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
1. Megucapkan Salam
Pengucapan salam dapat dilakukan oleh guru pada waku masuk
kelas. Setelah di dalam kelas pun dapat disampaikan kembali dengan
khusyuk sebagai da keselamatan, menggunakan suara yang menggema
sehingga menimbulkan semangat bagi peserta didik dan juga menjadi
pembangkit motivasi belajar. ucapan salam waktu masuk kelas dapat
singkat seperti mengucapkan Assalamu’alaikum, sedangkan ketika dalam
kelas mengucapkan salam dengan lengkap: Assalamu’alaikum
Warahmatullah Wabarakatuh, selain sebagai doa, salam dengan lengkap
tujuannya supaya peserta didik dibawa untuk berkonsentrasi pada
pembelajaran yang akan dimulai.
2. Menyapa
Mengapa adalah komunikasi pertama antara guru dan peserta didik
setelah mengucapkan salam, untuk itu jadikan kata menyapa yang
berkesan dan membahagiakan adalah menyapa dengan menggunakan kata-
kata yang baik, kata-kata positif disertai dengan kelembutan dan senyum.
Misalnya kata-kata menyapa; apa kabar? Bagaimana sehat semua?
Semangat semua? Semangat pagi? Dan kata-kata lainnya yang dapat
mengembangakan gairah belajar.
Kata-kata sapaan diusahakan kalau bisa setiap pertemuan cara
menyapa dengan kata berbeda. Misalnya, ada kabar apa hari ini? Atau
menjadi bagaimana kabarnya semua? Dan seterusnya. Dengan kata-kata
sapaan yang berbeda-beda membuat peserta didik penasaran dengan kata
sapaan dipertemuan berikutnya. Membangkitkan sifat penasaran peserta
didik telah menumbuhkan perhatiannya untuk mengikuti pembelajaran.
3. Berdoa
Berdoa merupakan kegiatan penting sebelum pembelajaran.
Dengan berdoa menumbuhkan kesadaran keberagamaan, pembiasaan, rasa
percaya diri peserta didik, dan lain-lain. Berdoa sebelum belajar juga
sekaligus mendoakan peserta didik yang tidak hadir, baik yang sakit
maupun ada kepentingan. Peserta didik yang sakit didoakan cepet sembuh,
dan jika ada yang tidak hadir (karena sakit atau karena kepentingan
lainnya) sebaiknya guru bersama-sama mendoakan kesembuhan dan atau
kelancaran dari peserta didik yang tidak hadir dalam perjalaran tersebut.
Tentu saja sambil penanaman nilai dan pembiasaan sikap ini perlu
diamati oleh guru siapa yang sungguh-sungguh berdoanya dan siapa yang
tidak. Bagi yang tidak sungguh-sungguh bisa ditegur dengan cara yang
baik dan bijaksana dan mengulangi doanya. Sebuah kebiasaan yang kecil,
tetapi sangat bernilai. Kegiatan berdoa dipimpin oleh peserta didik secara
bergiliran, hal ini untuk melatih kepemimpinan, tanggung jawab dan
kemandirian peserta didik.
4. Memberikan Motivasi Belajar
Pemberian motivasi sebelum pembelajaran juga menjadi penting
agar peserta didik siap untuk belajar. pemberian motivasi dapat berupa
kata-kata positif, yel-yel, games, tayangan atau hal lain, yang dapat
membangkitkan motivasi belajar peserta didik. pemberian motivasi juga
kegiatannya dapat digabungkan dengan kagiatan menyapa, misalnya; apa
kabar anak-anak? (kata guru). Al-hamdulillah luar biasa, Allah Akbar (kata
peserta didik) atau kata-kata lain yang dapat membangkitkan semangat
peserta didik.
Games yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik,
misalnya senam otak, games uji konsentrasi atau hal lain yang dapat
memotivasi peserta didik, dapat juga memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membuatr games atau yel-yel secara bergiliran.
5. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Indikator pembelajaran perlu disampaikan agar peserta didik
memahami tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan
memahami tujuan yang akan dilaksanakan memungkinkan
kemampuannya, terutama konsentrasi terhadapat pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Penyampaian indikator juga sebagai sangsangan
(memotivasi) terhadap peserta didik untuk menumbuhkan keingintahuan
tentang materi pelajaran yang akan disampaikan (terlepas dari apakah ia
sudah tahu atau belum).
Dalam penyampaian indikator ditekankan kepada kesadaran
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya, guru mengatakan:
anak-anak yang ibu/bapak sayangi dengan indikator di atas berarti kita
dianggap berhasil dalam pembelajaran ini jika anak-anak ku sudah
menguasai kompetensi yang disebutkan tadi. Bagaimana siappppp?????,
atau ungkap lainnya yang menggugah motivasi peserta didik.
6. Melakukan Apersepsi
Setelah menyampaikan indikator perlu dilakukan apersepsi.
Apersepsi itu bukan hanya terbatas terhadap evaluasi terhadap meteri yang
sudah disampaikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana guru
mengetahui kemampuan peserta didik sebagai modal dasar untuk
mengikuti pembelajaran.
Dalam melaksanakan apersepsi boleh juga guru bertanya kepada
peserta didik untuk berdiskusi tentang seperti apa sebaiknya
pemebelajarannya supaya indikator yang sudah ditetapkan dapat tercapai.
Seperti guru boleh bertanya;”ananda setelah kita mengetahui kompetensi
yang harus dikuasai, kira-kira ada usulan untuk pembelajarannya agar
lebih efektif atau yang biasa saja?” pertanyaan tersebut selintas tidak
penting, tetapi secara psikologis peserta didik merasa dihargai dan
dilibatkan. Awal yang baik untuk memberikan motivasi.
Selain itu, apersepsi juga dilakukan dengan lengkap mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan yang telah dipelajari, supaya keutuhan
materi pembelajaran dapat terjaga. Disamping itu motivasi untuk terus
mempelajari materi yang telah dipelajari menjadi poin penting dalam
apersepsi ini.

B. Menyanmpaikan Materi; Kegiatan Inti


Dalam permendikbud Nomor 81A tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan
inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan
secara intraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristis
peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasi.
Untuk pemebelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk
melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodalan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik
menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik,
dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait
dengan sikap, seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain, yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara
mengumpulan data sedapat mungkin relavan dengan jenis data yang dieksplorasi,
misalnya di labolatorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan
sebagainya. Sebelum menggunakan peserta didik harus tau dan terlatih
dilanjutkan dengan menerapkannya.
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning
event) yang termasuk kegiatan inti.
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesepakatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan pengamatan , melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Kegiatan mengamati tidak terbatas dengan objek yang tersaji dengan
menggunakan IT seperti infokus, CD, dan lainnya. Namun, dapat menggunkan
semua media sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya dan
ketersediaan dari satuan pendidikan. Tidak perlu memaksakan. Misalnya, bisa
dengan mempersiapkan rangkuman materi pembelajaran, gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran, dan sebagainya, bahkan dapat
menggunkan alam semesta sekalipun.
2. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat. Disimak,
dibaca, atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
kongkret samapai yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifatfaktual sampai
pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi ini peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai katingkat
dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Kegiatan
kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan
rasa ingin tahu peserta didik. semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin
tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan
guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai
sampai sumber yang beragam.
Guru dapat memberikan stimulus dan bimbingan supaya peserta didik
terampil bertanya. Dapat dibiasakan dengan menggunakan kata tanya seperti apa,
siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Dalam praktiknya guru malatih
siswa dengan menghubungkan kata tanya tersebut dengan materi pemebelajaran.
Misalnya, katika membahas materi sholat, maka dapat dilatih untuk bertanya apa
itu sholat? Kapan kita harus sholat? Bagaimanakah caranya sholat? Dimana saja
tempat sholat? Dan bagaimananya. Lebih tinggi jenjang pendidikan, maka
pertanyaannya makin kompleks, misalnya, pertanyaan tingkat rendah: apa ibu
kota negara indonesia? Untuk pertanyaan tingkat tinggi, misalnya menjadi:
kenapa jakarta menjadi ibu kota in donesia ? dan seterusnya.
3. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber dan media yng tersedia (dikelas dan luar kelas) dan dengan
berbagai cara dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi.
Dengan banyaknya informasi yang diperoleh, maka peserta didik menjadi
banyak tahu, dengan banyak tahu biasanya akan semakin ingin tahu. Hal inilah
yng diharapkan pada kegiatan pengumpulan informasi. Untuk itu motivasi dan
stimulus dari pendidik sangat diperlukan untuk menjaga rasa ingin tahu dari
peserta didik. guru dan peserta didik bahkan lingkungan sekolah/madrasah dapat
menjadi sumber dan nara sumber dalam kegiatan pengumpulan informasi.
4. Mengasosiasi/Menalar
Mengasosiasikan secara bahasa dapat diartikan kegiatan menghubungkan
atau mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Dalam konteks pendektan
saintifik, langkah ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan mengumpulkan
informasi. Onformasi yang telah terkumpul tersebut menjadi dasar untuk kegiatan
memproses informasi, yaitu menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya. Menemukan pola keterkaitan informasi dan bahkan mengambil
berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kegiatan asosiasi, diantaranya
mengaklasifikasi informasi, membedakan informasi untuk kepentingan tertentu,
menganalisis informasi yang diperoleh, memvertifikasi informasi sesuai dengan
peruntukannya da lain sebagainya.
5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan artinya proses memberitahukan tentang pengetahuan
yang diperoleh atau tukar informasi dalam proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi dan mengasosiasikan. Kegiatan mengomunikasikan ini
adalah dalam perspektif transaksional, yaitu dimaknai sebagai pengetahuan dan
informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Bahkan dalam
perspektif ini mengamati, mananya, mengumpulkan informasi, dan
mengasosiasikan adalah kegiatan komunikasi itu sendiri karena semua proses
tersebut mempunyai tujuan dan disengaja (disadari) kegiatannya.
Kegiatan mengomunikasi dalam pendekatan saintifik dapat berupa
kegiatan menuliskan atau menceritakan apa yang ditentukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Dalam permendikbud Nomor 81A tahun 2013 da
103 tahun 2014 disebutkan bahwa langkah kegiatan pembelajaran
mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kegiatan inti sebagai kegiatan penyampaian materi dan pencapaiaan


tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan inti ini perlu diperhatikan beberapa hal oleh
guru, diantaranya sebagai berikut.
a. Penguasaan Materi
Penguasaan materi pembelajaran yang baik oleh guru merupakan
modal dasar untuk menumbuhkan rasa percaya diri (PD) dalam
pembelajaran. Karena bagaimanapun ketidakmampuan menguasai materi
yang akan dipelajarkan akan berpengaruh kepada totalitas penampilan
guru. Bahkan kalau materi adalah sebuah benda, guru ingin memberikan
apa kalau bendanya tidak dimiliki. Untuk itu penguasaan guru merupakan
kehatusan agar kualitas pembelajaran menjadi tinggi.
Para ulama timur tengah dalam bahasa arab memiliki istilah yang
memandang bahwa penguasaan materi oleh guru adalah mutlak dalam
pembelajaran. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh para ulama Al-Azhar
Mesir, Yaitu:
“orang tidak memiliki apa-apa tidak dapat memberikan apa-apa”
b. Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif
Metode pembelajaran hendaklah dipilih yang paling tepat dengan
tujuan, kondisi peserta didik, situasi, media, sifat bahan ajar, dan
kemampuan guru. Penggunaan metode yang dapat akan efektif untukl
mencapai tujuanpembelajaran, sekaligus pembelajaran dapat berlangsung
secara PAIKEMI Gembrot Daster Bolong Pisan.
Metode dalam pembelajaran adalah seperti obat bagi orang yang
sakit, artinya tidak semua orang cocok dengan satu obat begitu juga tidak
semua cocok dengan semua materi, berarti harus disesuaikan dengn
karakteristik materi dan peserta didiknya. Makin sesuai dengan
karakteristik materi dan peserta didiknya, maka metode tersebut akan
semakin efektif. Jadi, tidak ada metode yang paling efektif. Metode yang
paling efektif adalah metode yang efektif mencapai tujuan pembelajaran
atau dapat membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Evalusi Pencapaian
Tujuan Tujuan pembelajaran yang ditetapkan perlu dievaluasi oleh
guru. Apakah tujuan pemeblajaran telah tercapai apa belum? Cara
mengevaluasi pencapaian tujuan tergantung pada indikator (tujuan
pembelajaran) apakah menekankan aspek sikap, pengetahuan atau
keterampilan. Misalnya, untuk tujuan yang menekankan pada aspek
pengetahuan dapat dievaluasi secara langsung dengan menggunakan
metode tanya jawab, tes tertulis, dan lain-lain.
Titik tekan dari evaluasi pembelajaran adalah mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran. Dari hasil evaluasi harus dapat
diketahui secara pasti mana tujuan pembelajaran yang yang sudah tercapai
dan mana yang belum. Dengan mengetahui ketercapaian teserbut, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan tindak lanjut, misalnya remedial
dan atau pengayaan.
Perlu ditegaskan kembali bahwa pengukuran ketercapaian
pembelajaran meliputi semua aspek pembelajaran, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Jika pengetahuan dan keterampilan tindak
lanjutnya adalah remedial dan atau pengayaan, maka untuk aspek sikap
dapat dilaukan dengan melakukan pembinaan secara berkelanjutan
sehingga sikap siswa dari hari ke hari semakin baik dan akhirnya memilki
akhlak mulia (akhlaq al-karimah).
d. Relevansi Penyampaian Materi dengan RPP
Pada proses pembelajaran yang harus diingat bahwa pembelajaran
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatannya
diatur secara keseluruhan dalam RPP. Memperhatikan revelansi
penyampaian materi dengan silabus/RPP perlu diperhatikan untuk
menghindari guru yang mengajar denga prinsip sakainget (apa yang ingat
saja diajarkan) atau AMK (asal masuk kelas). Tentu hal ini sangat tidak
diharapkan. Agar dapat diminimalisasi, maka perencanaan materi dan
langkah pembelajaran operasional dan terukur.
Prinsip ini sangat penting untuk mengukur kualitas pembelajaran
sekaligus mengukur kualitas perencanaannya. Maksudnya apabila dalam
pembelajaran tersebut ternyata apa yang direncanakan tidak dapat
terlaksana, berarti perencanaannya dapat dievaluasi dalam perencanaan
berarti nanti perencanaannya akan diperbaiki kembali.
C. Menutup Pembelajaran; Kegiatan Penutup
1. Membuat Kesimpulan
Kesimpulan dapat disampaikan oleh guru pada akhir pembelajaran
setelahnya guru meyakini bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.
Penyampaian kesimpulan diperlukan untuk menguatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Penyampaian materi
hendalah disampaikan secara pointer atau cukup key word-nya saja sesuai
dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
Teknik penyampaian kesimpulan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Tanya jawab, guru bertanya kepada seluruh peserta
didik dan peserta didik menjawab secara bersama-sama. Pertanyaan
tersebut mengacu kepada indikator pembelajaran atau dapat juga dengan
teknik lainnya yang efektif. Seperti meminta peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama dalam pembelajaran.
2. Memotivasi Peserta Didik
Memotivasi peserta didik di akhir pertemuan bertujuan agar peserta
didik mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya dalam
pembelajaran. Materi yang telah diajarkan kepada peserta didik dapat
dikuasai secra mendalam dan adanya kesadaran sendiri untuk
menegmbangkan materi tersebut dengan lebih luas. Pemberian motivasi
di akhir pembelajaran sangat diperlukan agar bertumbuhnya kesadaran
siswa untuk senatiasa belajar di mana pun, kapan pun dan dengan siapa
pun. Hal ini juga sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Teknik pemberian motivasi belajar adalah dengan cara
mengungkapkan keterbatasan waktu dan materi yang dipelajari, dengan
alasa keterbatasan waktu itulah, maka guru dapat memberikan motivasi
kepda peserta didik untuk dapat mengembangkan pengetahuannya secara
berkelanjutan.
3. Memberi Tugas kepada Peserta Didik/Program
Tindak Lanjut Salah satu pemberian motivasi kepada peserta didik
supaya dapat belajar secara terus-menerus dapat diintegrasikan dengan
pemebrian tugas. Tugas diberikan kepada peserta didik sebagai program
tindak lanjut dari pembelajaran yang telah diberikan. Paling tidak tugas
itu diarahkan untuk lebih memperdalam dan memperluas materi yang
sudah disampaikan dalam pembelajaran. Tugas ini menjadi penting
sekarang ini karena peserta didik biasanya tidak belajar di rumah jika
tidak ada tugas.
Dengan adanya evaluasi berbentuk Portofolio memungkinkan guru
dapat dengan leluasa memberikan tugas yang sesuai dengan materi yang
dibahas sekaligus sebagai pengembangan terhadap kemampuan peserta
didik. Namun, perlu juga dibuat komunikasi dengan guru mata pelajaran
lainnya agar dapat tugas yang diberikan tidak terlalu banyak dan efektif.
Alangkah lebih baiknya tugas itu berbasis kontekstual atau hal yang
dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari kemudian
dihubungkan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Misalnya, untuk
siswa SD/MI ditugaskan tentang materi wudhu dengan tugas mengamati
10 orang yang berwudhu di masjid dekat rumahnya, dan lain-lain, atau
matematika dapat menghitung uang jajan dan penggunaannya, dan
seterusnya. Intinya tugas dapat memperkuat, memperdalam, memperluas,
dan mengembangkan materi dan tujuan pembelajran.
Pemberian tugas juga dimaksudkan sebagai informasi kepada
peserta diklat tentang materi pembelajaran atau kompetensi mata
pelajaran yang akan datang. Dengan adanya tugas diharapkan peserta
didik dapat menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran. Dengan
kesiapan untuk mengkuti pembelajaran diharapkan pembelajaran dapat
lebi efektif.
4. Melaksanakan Refleksi
Pembelajaran Refleksi adalah suatu kegiatan yang umpan balik
(feed back) yang dilakukan oleh guru dan peserta didik tentang
keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Kegiatan
refleksi menjadi penting agar pembelajaran dapat diperbaiki secara
berkelanjutan. Minimal 3 (tiga) hal yang dapat dijadikan bahan refleksi,
yaitu mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dimasa yang akan
datang.
Teknik refleksi dapat dilaksanakan secara sederhana, yaitu guru
meminta peserta didik mengeluarkan peserta kerta (seminimal munkin)
kemudian diminta untuk menuliskan hal diatas. Misalnya, Tuliskan oleh
ananda materi apa yang bermanfaat pada pembelajaran hari ini?
Bagiamana perasaan belajar pada hari ini? Dan mengapa? Serta
bagaimana menurut ananda seharusnya pembelajaran yang akan datang
supaya lebih baik?
Dengan kegiatan refleksi ini diharapkan peserta didik memiliki
perasaan merasa dilibatkan terhadap pembelajaran serta akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran sekaligus
guru mendapatkan masukan untuk mendesain pembelajaran sesuai
dengan karakteristik siswanya.
5. Berdoa dan Mengucapkan Salam
Pengucapaan salam di akhir pertemuan disampaikan sebagai
bagian keseluruhan etika guru dalam menagajar. Sebelum salam
diucapakan, pembelajaran dapat diakhiri dengan doa, yaitu doa supaya
ilmu yang didapat dalam pembelajaran dapat terus dipahami dan dapat
diamalkan. Selain itu dapat diingatkan peribadatan dan pencarian ilmu
mereka atau akhlak lainnya sebagai bagian dari penanaman nilai dan
pembiasaan sikap. Misalnya, janan lupa sholat dan mengaji yah, jangan
lupa belajar dirumah, salam hangat dari ibu/bapak kepada keluarga
kalian!!! Dan seterusnya.
Dengan kegiatan akhir seperti disebutkan diatas, maka hubungan
antara pendidik dan peserta didik dan peserta didik tidak hanya sebatas
kepentingan dan hubungan formal, tetapi akan terjalin hubungan
emosional yang lebih menguntungkan untuk pembinaan secara
berkelanjutan. Peserta didik akan merasa lebih dekat dengan gurunya.
Dengan kondisi tersebut, maka guru akan lebih mudah menanamkan
nilai, membiasakan sikap, mentransfer pengetahuan dan melatih
keterampilan peserta didik karena guru dan peserta didik mempunyai
ikatan emosional yang baik.

D. Hal-hal yang harus Diperhatikan Guru dalam Pembelajaran


1. Pemilihan Metode/Teknik Pembelajaran Alternatif
Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa metode
pembelajaran perlu dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Selain metode-metode yang konvesional, seperti metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, demontrasi, sosiodrama, resitasi, drill, dan lain-lain. Perlu
juga para guru menguasai beberapa model, metode atau teknik
pembelajaran alternatif yang dapat digunakan agar metode pembelajaran
lebih variatif.
Beberapa model pembelajaran dalam kurikulum 2013, misalnya
ada model pemebelajaran contextual teaching learning (CTL), cooperatif
learning (CL), atau pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning) yang terdiri dari
berbagai metode, atau teknik pemebelajara yang dapat digunakan pada
pembelajaran yang bersifat discovery dan inquiry dapat menggunan
teknik running detection atau running area. Untuk lebih memahami
model pembelajaran tersebut para guru dapat membaca buku-buku
tentang strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Intinya metode
pembelajaran yang digunakan membuat peserta didik menjadi aktif
dalam pembelajaran dan mengalami langkah-langkah pendekatan ilmiah.
Selain mendalami berbagai buku tentang model dan strategi
pembelajaran, guru juga dapat mengembangkan beberapa teknik
pembelajaran mengembangkan dari games-games yang ada, yaitu dengan
mengentegrasikan materi dan tujuan pembelajaran dalam games tersebut
sehingga memperkaya diri dengan berbagai games. Hal tersebut
memungkinkan guru dapat lebih kreatif dalam proses pembelajaran.
2. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Setiap pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah/madrasahnya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan dalam memilih dengan tepat media dan sumber
belajar yang tersedia dilingkungannya dan juga sesuai dengan
kemampuannya untuk menggunakannya. Memang dianjurkan
menggunakan IT, tetapi bagi sebagaian kecil tempat ada yang masih
belum tersentuh listrik dan jauh dari perkotaan dapat menggunkan media
sederhana dan sumber belajar yang tersedia.
Media belajar adalah sebagai alat bantu dalam pembelajaran ini
dapat lebih efektif, sesuai dengan tujuan dan karakteristik media
pembelajaran. Media yang baik adalah yang membeantu terhadap
penyampaian materi dan ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru
sebaiknya membuat, menggunakan, serta mengembangkan berbagai
media sesuai dengan kemampuannya dan tersedia. Perinsipnya apapun
medianya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan
materi pembelajaran atau berkaitan dengan materi dan tujuan
pembelajaran. Sumber belajar yang paling baik adalah sumber belajar
yang mudah dipahami dan berkaitan dengan kehidupan peserta didik
secara langsung. Untuk itu selain buku siswa sehingga dapat lebih efektif
dan berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
3. Kepribadiaan Guru
Kepribadiaan guru juga dalam mengajar harus mendapat perhatian
yang serius sebab kepribadian yang baik akan menumbuhkan
kewibawaan guru dan tentunya rasa suka/senang dari peserta didik.
dalam perspektif psikologis, bilka seseorang telah disukai, apapun yang
dikatakannya walaupun salah dan tidak berkualitas akan di dengarkan.
Namun, apabila seseorang sudah tidak disuka walaupun yang
dikatakannya itu benar, bermanfaat, dan berkualitas jangan pernah
berharap akan didengar. Untuk itu kepribadian guru harus betul- betul
tercermin, baik ketika guru di dalam kelas ataupun diluar kelas harus
dapat menampilkan kepribadian guru yang sejati.
Memang sulit menilai kepribadian beda dengan menilai
kepribadian. Namun, paling tidak didalam kelas yang mencerminkan
kepribadian itu ada tiga hal, yaitu pakaian yang bersih dan rapih, rambut
yang rapi, wajah yang berseri-seri merupakan cermin guru yang siap
mengajar didalam kelas dan kemungkinan peserta didik menyenanginya.
Bandingkan dengan guru yang bajunya tak karuan, rambutnya tak
beraturan, dan wajah kusut, dipastikan akan mengganggu pembelajaran.
Jadi, jagalah penampilan seperti kita mau bertemu dengan orang yang
kita hormati, kita segani dan kita cintai.
Perilaku meliputi seluruh gerakan yang dilakukan oleh guru.
Perilaku guru pasti akan senantiasa diperhatikan oleh peserta didik,
terutama cara memandang, cara bertanya, cara menjawab, cara meminta
bantuan dan perilaku-perilaku edukasi lainnya. Salah satu perilaku yang
baik, misalnya, dalam memandang. Pandangan harus merata kepada
setiap peserta didik janan hanaya terfkus kepada beberapa orang tertentu
saja., maka peserta didik yang lain merasa tidak diperhatikan dan peserta
didik tersebut akan menjadi tidak memperhatikan. Apa lagi hanay
memperhatikan bintang kelas saja, itu berbahaya. Begitu juga dalam
tindakan lainnya harus betul-betul terjaga agar peserta didik merasa
diperlakukan secara adil.
Bahasa juga mencerminkan kepribadian guru. Bahasa yang keras
mencerminkan guru tersebut berwatak keras, dan seterusnya. Hati-hati
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa lain
yang mudah dimengerti peserta didik. kalaupun ada bahasa yang rumit
dapat disederhanakan atau dijelaskan.
Selain itu, bahasa yang lugas dan dapat dimengerti peserta didik
dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik di dalam kelas.
Hindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan dan kata-kata yang
kotor. Pilihlah kata-kata yang bijak dan mendatangkan manfaat. Ingat!
Bahasa adalah cerminan kepribadian sebagaimana filosofi teko yang
dikemukakan KH. Abdullah Gymnastiar. (Bila dalam teko itu berisi air
putih, maka yang keluar juga air putih, dan seterusnya). Artinya bahasa
yang diucapkan merupakan cerminan hati, dan apa yang ada dalam hati
merupakan bagian yang terpisahkan dari kepribadian seseorang.
Bahasa merupakan alat komunikasi agar tercapai tujuan. Dengan
bahasa yang mudah dipahami dan menyenangkan, maka guru telah
menciptakan interaksi pendidikan efektif yang mempermudah terhadap
ketercapaian tujuan pendidikan. Dalam perspektif pendidikan modern
permainan bahasa menjadi penentu terhadap kondusivitas pembelajaran.
Misalnya, pemberian hukum sekarang lebih condong dikatakan hadiah,
terlambat dikatakan karena kita lebih datang duluan dan seterusnya.
Bahkan sebaiknya tidak memakai kata “jangan”. Menurut para psikolog
pendidikan jika sering pakai kata jangan justru hal tersebut yang
dilakukan, misalnya “jangan malas”, maka yang terekam otaknya adalah
malas. “jangan ribut” biasanya siswa akan jadi ribut. Ganti kata “jangan
malas” dengan “belajar terus yah”, kata “jangan ribut” menjadi “ayo
sama-sama kita perhatikan” da seterusnya.
Selain itu, juga muncul masalah sekarang, yaitu tentang
kewibawaan guru. Dahulu muncul persepsi bahwa yang namanya
kewibawaan seseoarang itu ditentukan oleh usia. Maka muncul asumsi
bahwa pendidikan sekarang kualitasnya menurun karena antara peserta
didik dan pedidik usianya tidak terpaut jauh sehingga pendidik tidak
punya karisma dan wibawa. Namun, perkembangan sekarang ini
mengatakan lain. Ada pepatah yang mengatakan: “ the experiences is the
best teacher”. Pengalaman adalah guru terbaik, tetapi kalimat tersebut
diubah menjadi, “memang pengalaman adalah guru terbaik, tetapi tidak
selalu guru yang berpengalaman bukan guru terbaik.”
Kata psikolog dan ahli komunikasi bahwa kewibawaan akan
diperoleh seorang guru apabila ia memiliki minimal 6C, yaitu cassing,
communication, competence, commitment, dan consist of value
(konsisten). Casing, yaitu penampilan yang tampak secara fisik, seperti
pakaian, rambut, sepatu dan tampilan fisik lainnya. Communication
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik
melalui berbagai bahasa, baik lisan, tulisan ataupun simbol-simbol
sehingga peserta didik nyaman dan senang belajar dengan guru tersebut,
minimal guru pandai berbicara untuk mengarahkan pembelajaran sesuai
dengan tujuannya.
Competence (kompetensi) adalah kemampuan guru untuk
mendidik (sikap), mengajar (pengetahuan), dan melatih (keterampilan)
peserta didik sesua tujuan pembelajaran sehingga kompetensi yang
diharuskan peserta didik kuasai efektif ketercapaiannya. Dalam regulasi
kompetensi guru ini ad 4 sebagaimana yang telah dibahas, bahkan bagi
guru PAI ditambah dengan Kompetensi Leadership (kepemimpinan)
sebagaimana yang disebutkan pada Peraturan Menteri Agama Nomor 16
Tahun 2010 pasal 16 ayat 6. Dengan kompetensi yang mumpuni seorang
guru akan dihormati, disegani dan tentunya berwibawa.
Commitment adalah tanggung jawab pendidik untuk memberikan
contoh dan mengamalkan apa yang diajarkannya kepada peserta didik.
misalnya jika seorang guru Akidah Akhlak mengajarkan akhlak terpuji
dalam hal adab berbicara, mak ia sendiri harus dapat menjadi model bagi
materi tersebut sehingga sekaligus akan cepat memahaminya, contoh lain
misalnya tentang shalat tepat waktu dan disiplin, maka guru itu sendiri
telah melakukan shalat tepat waktu dan disiplin. Ketika membahas pokok
bahasan tersebut guru akan percaya diri menjalakannya dan
kewibawaanya akan tampak, beda kalau sebaliknya, yaitu guru
bertentangan dengan yang diajarkan. Dalam bahasa Indramayu “Jarkoni,
yaitu ngajar ora melakoni”.
Terakhir antara Consists of values (konsisten) atau dalam bahasa
agama (islam) adalah istiqomah. Kalau seorang pendidik istiqamah
dalam menjalankan segala hal postif, maka kewibawaan adalah buahnya.
Dahulu mungkin, gru yang berwibawa adalah guru yang galak, tapi
sekarang adalah guru yang mempunyai kompetensi mumpuni, humanis
(kadang humoris) serta mempunyai kepribadian yang mulia sehingga
dapat menjadi suri teladan peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya.
Kepribadian guru sangat diperlukan agar pendidikan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter.
Dengan kepribadian guru yang sempurna, guru tersebut dapat dijadikan
sebagai uswah (role model) bagi peserta didiknya, sehingga pembelajaran
sikap dan pendidikan karakter dapat lebih efektif.
KEGIATAN PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERMUTU

A. Lesson Study
Lesson study merupakan terjemahan langsung dari bahasa jepang
jugyoukenkyuu, yaitu jogyu artinya leson dan kenkyuu artinya study atau research.
Jadi, lesson study merupakan suatu penetian tau pengajian terhadap pembelajaran.
Kegiatn ini mulai berkembang dijepang awal tahun 1900-an yang berjasa besar
mengembangkan lesson study di jepang adalah Makoto Yoshida. Cikal bakal
kegiatan ini adalah konaikenshu yang berarti school-based in service training
yang berkembng sejak awal 1960-an yang awalnya bersifat mandiri, namun sejak
tahun 1970-an dibiayai oleh pemerintah jepang karena dirasakan manfaatnya
dalam meningkatkan kulitas pembelajaran disekolah dasar dan sekolah menengah
pertama. Alasasn mengapa lesson study menjadi populer dijepang karena lesson
study sangat membanatu guru-guru. Walaupun lesson study menyita waktu, guru-
guru memperoleh manfaat yang sanagt besar berupa informasi berharga untuk
meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
Lesson study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran,
tetapi merupakan salah satu upaya pembianaan untuk meningkatkan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengobservasi serta
melaporkan hasil pembelajaran. Lesson study merupakan kegiatan yang
mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara
konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individu
maupun manajerial. Lesson study menargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa
yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap.
Kebiasaan berpikir dan bersikap itu berupa ketekunan, kerja sama, tanggung
jawab dan kemauan untuk bekerja keras. Oleh karena itu, guru harus terus bekerja
sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik.
Lesson study merupakan kegiatan kelaborasi yang secara ideal mula
dengan inisiatif dari kepala sekolah bersama guru sebagai inti kegiatan. Ada dua
macam pelaksanaan lesson study, yaitu berbasis sekola/madrasah dan berbasis
KKG/MGMP. Pada lesson study berbasis sekola/madrasah semua guru dan kepala
sekolah madrasah terlibat langsung, sedangkan yang berbasis KKG/MGMP
melibatkan guru-guru mata pelajaran sejenis dan dengan difasilitasi oleh pengurus
KKG/MGMP setempat.
Lesson study berkembang di indonesia melalui IMSTEP (Indonesia
Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan
sejak oktober tahun 1998 di tiga IKIP, yaitu IKIP bandung yang sekang UPI, IKIP
yogyakarta yang sekarang UNY dan IKIP malang yang sekarang UM bekerja
sama dengan JICA. Tujuan IMSTEP untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika dan IPA diindonesia, sementara tujuan khususnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan matematikan dan IPA di 3 wilayah UPI, UNY, dan
UM. Rancangan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain malakukan revisi
silabus program pre dan in service, pengembangan kegiatan praktikum dan
pengembanagan teaching materials. Piloting lesson study-nya ditiga wilayah,
yaitu di Sumedang, Bantul, dan Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru
matematika dan IPA SMP/MTS di tiga wilayah tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa pengertian lesson study.
1. Lesson study is a cycle in which teacher work together to consider their
long-term goals for student, and callaboratively observe, disccus, and
refine the lessons (wang-Iverson & Yoshida, glossary of lesson study
terms. p.151). lesson study merupakan suatu siklus, dimana para guru
bekerjasama merumuskan tujuan jangka panjang yang akan dicapai siswa
dengan cara berkolaburasi untuk mengamati. Mendiskusikan, dan
menyimpulkan hasil-hasil belajar yang telah dicapai.
2. Lesson study is the lesson that is team-written, taugh in the presence of
observing colleagues, discussed during the discussion session, revised, re-
taught, and reported (Wang-Iverson & Yoshida, Glossary of Lesson Study
Terms, p.154). lesson study merupakan pelajaran yang dirumuskan secara
tim, dengan salah seorang guru mengajar dihadapan para rekan kerja yang
melakukan pengamatan, setelah itu dibahas dalam sesi diskusi, kemudia
ditinjaun ulang, diajarkan kembali dan dilaporkan.

Dalam kegiatan pelaksanaan lesson study akan terjadi intraksi yang


dikembankan seperti halnya dalam suatu kegiatan diskusi, hal ini ternyata secara
nyata dapat menunjang proses perkembangannya pengetahuan pada diri
seseorang. Pada kegiatan tersebut setiap guru atau pihak lain yang terlibat dapat
berkontribusi sesuai denan kemempuan serta pengalamannya masing-masing.
Dengan demikian, sharing pengalaman dan pengetahuan akan terjadi secara
konstruktif sehingga wawasan masing-masing pihak menjadi semakin
berkembang.
Berkembangnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajaran
dapat juga terjadi pada saat implementasi pembelajaran, yakni melalui kegiatan
observasi. Melalui kegiatan tersebut setiap observer dapat melakukan pengamatan
secara mendalam tentang respons serta perilaku belajar siswa terhadap rencana
pembelajaran yang sudah dipersiapkan bersama-sama. Latar belakang
pengetahuan observer yang beragam akan menyebabkan bervariasinya hasil
pengamatan yang diperoleh. Temuan hasil observasi yang beragam tersebut
memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan secara lebih produktif sehingga
masing-masing pihak pada akhirnya akan mampu memperoleh pengetahuan
tentang pembelajaran yang terjadi secara lebih komprehensif.
Berdasarkan hasil implementasi lesson study dapat dikemukakan
gambaran bahwa kegiatan lesson study dapat mendatangkan banyak manfaat,
yaitu meningkatkannya pengetahuan guru tanang materi ajar dan
pembelajarannya, meningkatnya pengetahuan guru tetang cara mengobservasi
aktivitas belajar siswa, menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun
dengan observasi selain guru model, menguatnya hubungan antara pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang,
meningkatnya motivasi guru model untuk senantiasa berkembang, dan
meningkatnya kualitas rencana pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Untuk
menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistematik dan konsisten
serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan mengambil kebijakan.
Melalui lesson study sangat dimungkinkan meningkatkan keprofesionalan
pendidik diindonesia karena lesson study merupakan model pembinaan profesi
pendidik melalui pengajian pembelajaran secara kalobaratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunikasi belajar.
Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa lesson study
dilaksanakan dalam tiga terhadap. Yaitu Plan (merencakan), Do (Melaksanakan),
dan See (Merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain, lesson study
merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir
(continuous improvement).
Tahap pembelajaran bertujuan untuk merancang pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dilakukan melalui kolaborasi beberapa guru modal dan
ahli/pakar untuk memperkaya ide-ide dalam pengelolaan pembelajaran model.
Perencanaan diawali dengan analisis permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi model, metode pembelajaran
yang tepat agar pembelajaran model lebih efektif dan efisien atau masalah tentang
bagaimna menyiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya guru model
secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang
dituangkan dalam rancangan pembelajaran (lesson plan), teaching materials
berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa metode evaluasi.
Teaching materials yang telah dirancang perlu diuji coba sebelum
diterapkan didalam kelas. Kegiatan perencanaan memerlukan beberapa kali
pertemuan (2-3 kali) agar lebih mantap. Pertemuan-pertemuan yang sering
dilakukan dalam rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya
kolegalitas antara guru model dengan guru model, pakar
(widyaiswara/dosen/pengawas dan pakar lainnya) dengan guru model, pakar
dengan pakar sehingga pakar tidak merasa lebih tinggi atau guru model tidak
merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga
melalui kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rangka lesson study ini terbentuk
mutual learning (saling belajar).
Langkah kedua dalam lesson study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran
untuk menerapkan rancanagn pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru model yang akan
mengimplentasikan PLAN (merencanakan), DO (Melaksanakan), SEE
(Merefleksi) pembelajaran dan madrasah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah
ini, misalnya bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang
telah dirancang. Guru-guru lain dari madrasah yang bersangkutan atau dari
madrasah/sekolah lain, serta tidak bertindak sebagai pengamat (observer)
pembelajaran. Kepala madrasah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan
memandu kegiatan ini.
Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefing kepada para
pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
oleh seorang guru model dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran
berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, tetapi
mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran, fokus pengamat ditujukan pada
interaksi siwa-siswa, siswa bahan ajar, siswa guru model, dan siswa lingkungan.
Lembaga opservasi pengamatan perlu dimiliki oleh para pengamat
sebelum pembelajaran dimulai. Paa pengamat dipersilahkan mengambil tempat
diruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktifitas siswa. Selama
pembelajaran berlangsung, para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama
pengamat dan tidak mengganggu aktivitas dan konsentrasi sisawa. Para pengamat
dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui vidio kamera atau
foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan study lebih lanjut.
Keberadaan para pengamat didalam ruang kelas disamping mengumpulkan
informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang
berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru model.
Langkah ketiga dalam kegiatan lesson study adalah refleksi (see). Setelah
selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru model dan pengamat
yang dipandu oleh kepala madrasah atau personel yang ditunjuk untuk membahas
pembelajaran. Guru model mangawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan
dalam melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya pengamatan diminta menyampaikan komentar dan lesson
learn dari pembelajaran terutama berkenan dengan aktivitas siswa. Kritik dan
saran guru model disamapaikan secara bijak demi pembaikan pembelajaran.
Sebaliknya, guru model harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk
perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat
dirancang kembali pembelajaran berikutnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan lesson study pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya sebelum
komunitas belajar (learning community) yang secara konsisten melakukan
continuous improvement baik pada level individu dan kelompok dalam suatu
sistem pendidikan. Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study dapat
menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing-
masing pihak yang terlibat.
Dengan demikian, jelaskan bahwa lesson study sebagai pembelajaran
kolaboratif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara kontinu didasarkan
pada masukan-masukan dari pihak-pihak yang terlibat. Perbaikan pembelajaran
yang dilakukan secara kontinu tersebut difokuskan pada proses dan hasil belajar
yang dianggap belum optimal. Dari kegiatan lesson study akan diperoleh
modifikasi metode, media, bahan ajar, dan hal lainnya yang berhubungan dengan
perbaikan kualitas pembelajaran.
B. Penelitian Tindakan Kelas
Apa itu Penelitian Tindak Kelas (PTK)? Secara bahasa Penelitian Tindak
Kelas (PTK) dalam bahasa ingris dikenal dengan Class Action Research (CAR),
terdiri dari tiga kata, yaitu, penelitian, tindakan dan kelas. Suharsimi Arikunto
(2007:2-3) menjelaskan bahwa penelitian adah kegiatan mencermin suatu objek
tertentu dengan metodologi tertentu dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian, tindakan berbentuk rangkaian
siklus untuk kegiatan siswa, dan kelas tidak hanya berarti ruangan (kelas), namun
dapat diartikan sebagai tempat terjadinya pembelajaran dengan tujuan yang sama,
materi yang sama. Dari rangkaian definisi di atas, maka Suharsimi Arikunto
(2007:3) menyebutkan bahwa penelitian tindak kelas didefinisikan sebagai suatu
pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sangat
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Definisi Penelitian Tindak Kelas (PTK) lebih sederhana dikemukakan oleh
Suhardjono (2009:11) yang menyebutkan bahwa PTK adalah penelitian tindakan
untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya sehingga berfokus
pada proses belajar-mengajar yang terjadi dikelas.
Dari beberapa difenisi diatas sebenernya pengertian PTK dapat lebih
dioperasionalkan lagi. Menurut penulis, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya, pada mata pelajarannya dengan
memberikan tindakan tertentu untuk meningkatkann kualitas pembelajaran dalam
waktu yang ditentukan (siklus).
Dari definisi diatas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut.
1. Dikelasnya adalah kelas yang diajar oleh guru yang akan melaksanakan
penelitian. Kelas tidak diartikan ruangan saja. Menurut Suhardjono
(2009:12) kelas adalah sekelompok siswa yang sedang belajar bersama di
bawah bimbingan guru. Arikunto (2007:3) mengartikan kelas sebagai
sekelompok siswa yang dalam waktu sama, menerima pembelajaran yang
sama dari guru yang sama. Penulis dapat menyimpulkan bahwa kelas
adalah tempat berlangsungnya intraksi edukatif antara peserta didik dan
pendidik dengan tujuan dan materi serta waktu yang sama.
2. Pada mata pelajarannya adalah mata pelajaran yang diajar oleh guru
tersebut. Guru PAI harus melakukan PTK tentang mata pelajarannya, yaitu
mata pelajaran PAI, begitu juga dengan guru yang lainnya harus sesuai
dengan mata pelajarannya. Kecuali PTK untuk tugas akhir seperti skripsi,
diperbolehkan untuk PTK proyek yang biasanya bersifat kolaboratif.
3. Tindakan yang dimaksud dalam PTK dapat berupa teknik pembelajaran,
metode pembelajaran, modal pembelajaran, pendekatan pembelajaran atau
strategi pembelajaran. Tindakan yang disyaratkan adalah yang tidak biasa
dan yakin akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Seperti model
ceramah karena sudah biasa digunakan tidak dapat dijadikan tindakan
dalam PTK.
4. Kualitas pembelajaran terdiri dari dua, yaitu kualitas proses belajar dan
kualitas hasil belajar. proses belajar, seperti motivasi belajar, minat belajar,
kreatifitas belajar, keaktifan siswa dalam belajar, dan lain-lain, sedangkan
hasil belajar, seperti prestasi belajar, kemampuan membaca, kemampuan
berbicara, kemampuan menerjemahkan, dan hasilm belajar lainnya sesuai
dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dalam mata
pelajarannya.
5. Waktu yang dimaksud adalah siklus. Minimal 2 siklus dalam PTK dan
masing-masing siklus minimal 2 atau 3 kali pertemuan. Dalam tiap siklus
ada 4 kegiatan, yaitu pewrencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan
refleksi/evaluasi.

Secara umum dapat dideskripsikan bahwa PTK merupakan kegiatan


individu guru guna meningkatkan mutu pembelajaran dalam mata pelajarannya.
Penelitian ini berbasis terhadap permasalahan yang berada di dalam kelas denn
prinsip APIK (Asli,Perlu,Ilmiah,dan Konsisten). Asli salah satunya bahwa
masalah benar-benar terjadi dikelas dan tidak plagiat. Perlu itu artinya masalah
yang ditinggalkan kualitas pembelajaranya merupakan masalah yang dipilih
paling penting atau perlu segera diselesaikan, biasanya berhubungan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran. Ilmiah adalah sitematika pembahasan masalah
memakai metode ilmiah, sedangkan konsisten adalah pada pelaksanaan tindakan
dan fokus masalah yang ditingkatkannya dan konsisten dalam data penelitian.
Berbeda dengan lesson study yang merupakan pembelajaran secara
kolaboratif. PTK merupakan pembelajaran secara individul. Meskipun demikian,
dalam PTK juga dikelnal istilah triangulasi. Triangulasi sumber, misalnya
penelitian (guru yang melakukan PTK) harus didampingi observer dan juga ahli.
Observer adalah guru sejawat yang sama mata pelajarannya atau yang serumpun.
Kalau tidak ada dapat juga guru senior yang paham tentang PTK, Begitu juga
dengan ahli. Ahli adalah arang yang paham tentang PTK, bisa widyaiswara,
dosen, pengawas, atau kepala sekolah/madrasah yang paham dan pernah
melakukan PTK.
Sebagai gambaran umum dapat PTK yang terpenting adalah jelasnya hal
yang akan ditingkatkannya (kualitas pembelajaran), dengan cara apa
(tindakannya), dimna dan kapan dilaksanakannya. Hal tersebut misalkan
tergambar dari berbagai judul PTK, seperti “peningkatan motivasi belajar siswa
dan kemampuannya dalam membaca Al-quran melalui metode tartila di kelas VII
A MTsN Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2016”. Dalam judul tersebut jelas
yang akan ditingkatkannya adalah motivasi belajar dan kemampuan membaca Al-
Quran siawa. Tindakannya adalah metode tartila,waktunya tahun 2016 bila perlu
tambahkan semester dan tempatnya adalah di kelas VII A MTsN Ciparay
Kab.Bandung.
Salah satu keunggulan PTK adalah guru dapat menemukan berbagai
tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan terus
bertambah wawasan dan keterampilan, guru dapat melaksanakan pengelolaan
pembelajaran yanglebih efektif. Selain itu, hasil PTK dapat dijadikan 3 jenis
(bentuk) publikasi ilmiah bagi guru, yaitu dalam bentuk buku, makalah (jurnal)
dan dipublikasikan di perpustakaan.
Kelemahan guru dalam melaksanakan PTK adalah dalam penyusunan
instrumen penelitian. Sebagai mana diketahui bahwa PTK menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik utama pengumpulan datanya adalah
observasi, wawancara dan tes. Dalam pembuatan instrumen PTK, misalnya
menyusun lembar observasi banyak yang kurang sesuai dengan seharusnya yang
akan diukur peningkatannya. Selain itu, pengolahan data dan analisisnya juga
masih kurang tajam.

C. Pembelajaran Berbasis Multi-Inteligensi


Keragaman kecerdasan dan metode pembelajaran menurut T.Amstrong
(2004) dalam bukunya “kamu itu lebih cerdas dari paad yang kamu duga” (you’re
smarterthan you think), anak-anak memiliki Multiple Intelligence. Dalam buku
tersebut dikatakan sedikitnya ada 8 macam kecerdasan yang salah satu atau
beberapa diantaranya dapat dimiliki oleh seorang anak, yaitu:
1. Kecerdasan dalam menggunakan kata-kata (Linguistic Intelligence);
2. Kecerdasan dalam bermusik (Musical Intelligence);
3. Kecerdasan dalam menggunakan logika ( Logical-Methematical
Intelligence);
4. Kecerdasan dalam menggunakan gambar (Visual-Spatial Intelligence);
5. Kecerdasan dalam memahami tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence);
6. Kecerdasan dalam memahami sesama (Interpersonal Intelligence);
7. Kecerdasan dalam memahami diri sendiri (Intrapersonal Intelligence);
8. Kecerdasan dalam memahami alam (Naturalist Intelligence);
Bahkan Howard Gardner sebagaimana dikutip Mahfoudz (2009: 43-45)
menambahkannya menjadi sembilan kecerdasan. Kecerdasan yang kesembilan,
yaitu kecerdasan memaknain hidup (Existential Intelligence). Dari berbagai
macam kecerdassan tersebut, setiap jenis kecerdasan yang ada juga memiliki ciri-
ciri tertentu. Dari berbagai satu anak tersebut.
Implementasi konsep multiple intelligence yang dilaksanakan dalam
pembelajaran sebgaimana yang telah dicantupkan oleh beberapa penyusun naskah
buku siswa. Dalam buku siswa banyak sekali implementasi konsep multiple
intelligence dalam pembelajaran. Salah satunya (misalnya) dapat dilihat dibuku
siswa Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti untuk siswa kelas IV SD/MI pada
pembelajaran 3 dengan tema Aku Anak Sholeh, pada bagian akhir, yaitu pada
kegiatan siswa, siswa bernyanyi tentang jujur dengan diadaptasi kelagu Lihat
Kebunku. Metode menyanyi dalam pembelajaran adalah salah satu bentuk
kecerdasan dalam multiple Intelligence, yaitu kecerdasan dalam bermusik
( musical intelligence).
Contoh lainnya adalah dapat dengan mengkreasi materi pembelajaran
menjadi puisi. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kecerdasan dalam
multiple intelligence, yaitu kecerdasan dalam menggunakan kata-kata (linguistic
intelligence), dan masih banyak contoh lainnya untuk mengintegrasikan
pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat peserta didik melalui pendekatan
pembelajaran berbasis multiple intelligence.
Pembelajaran berbasis multiple intelligence diyakini sebagai salah satu
kegiatan pembelajaran yang akan menghantarkan menjadi pembelajaran
berkualitas. Hal ini sesuai dengan syarat pembelajaran secara psikologis bahwa
pembelajaran harus sesuai dengan karatkteristik peserta didik, terutama dengan
minat dan bakat peserta didik. dengan kegiatan pembelajaran menjadi
pembelajaran lebih bermutu/berkualitas sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

D. Penerapan Prinsip Quantum Learning dalam Pembelajaran


Pembelajaran pada jenjang dasar dan menengah telah diorientasikan
menjadi pembelajaran orang dewasa dapat menerapkan pendekatan, metode atau
strategi yang lebih menekankan pada keaktifan peserta didik. dalam pembelajaran
tersebut prinsip-prinsip quantum learning dapat diterapkan sebagai bagian dari
prinsip pembelajaran. Untuk lebih memahami tentang quantum learning, maka
diuraikan duku tentang quantum learning secara umum kemudia akan dibahas
bagaimana penerapan prinsip-prinsip quantum learning tersebut dalam
pembelajaran.
Quantum learning merupakan pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang
normal dan dibarengi kegembiaraan (Porter, 2011). Quantum learning adalah kiat,
petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam
pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan
teknik meningkatnya kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan.
namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya
ditunjukkan untuk membantu para peserta diklat menjadi responsif dan bergairah
dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang berkaitan dengan sifat
jurnalisme). Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria.
Lozanov melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology
(suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Paar peserta
diklat di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka
didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel.
Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,
percepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan peserta didik
belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan
dibaringi dengan kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui
campuran, antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan
emosi yang sehat.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolinguistik (NLP), yaitu suatau penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku, dapat
digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian peserta didik dan guru. Para
pendidik dengan pengetahuan NPL mengetahui bagaimana menggunakan bahasa
yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif, faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan
dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan
Hernacki, 2011).
Selanjutnya Porter, dkk. Mendefinisikan quantum learning sebagai
“interaksi-intraksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Mereka
mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap intraksi manusia.
Dengan mengutip rumus klasik E=m c2, mereka alihkan ihwal energi itu kedalam
analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “sebagai pelajar, tujuan
kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: intraksi, hubungan, inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pencepatan belajar, dan NPL dengan teori,
keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan
strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori truine (3 in 1), pilihan
modalitas (visual, auditorial,dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan
holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric
learning), simulasi/permainan.
Beberapa hal penting yang dicatat dalam quantum learning adalah sebaai
berikut. Para peserta didik dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.
Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimiliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah
yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian
global learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip kerjanya otak seorang
anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan
kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”.
Bagaimana faktor-faktor umpam balik dan rangsangan dari lingkungan telah
menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan
bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk
terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan
dalam proses belajar. setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan
tepukan”.
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan
struktur oatak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat
mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika,
visual/spasial,nkinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan
instuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sinsorik (melalui kontak
langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognif ( melalui bermain,
meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui
perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana
memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.
Proses berpikir otak kiri ( yang bersifat logis, sekuensial, linear, dan
rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas
teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menepatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan
( yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses
pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan
emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau
sesuatu benda), kesadaran spesial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni,
kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan
tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.”
Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri,
misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan
menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-
langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar
aktif dengan gambaran kegiatan, seperti “belajar apa saja dari setiap situasi,
menggunkan apa yang anda pelajari untuk keuntungan anda, mengumpayakan
agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan,” gambaran ini disandingkan
dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi
belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.
Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang
“menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”. Penataan lingkungan ditunjukkan
kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif
merupakan aset penting untuk belajar. peserta didik quantum dikondisikan
kedalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.
Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan
mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua, yaitu lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat peserta didik melakukan
proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quanti learning menekankan penataan
cahaya. Musik, dan desain ruang karena semua itu dinilai memengaruhi peserta
diklat dalam menerima, menyerap, dan mengelola informasi. Ini tampaknya yang
menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Namun, dalam kaitan pengajaran
umumnya di ruang-ruang pendidikan di indonesia. Lebih baik memfokuskan
perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur, seperti meja, kursi,
tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya adalah
menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan
santai mendorong peserta didik untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik
dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran
darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi peserta didik.
Lingkungan makro adalah “dunia yang luas”. Peserta didik diminta untuk
menciptakan ruang belajar di masyarakat.mereka diminta untuk memperluas
lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berintekrasi sosial kelingkungan
masyarakat yang diminatinya. “semakin peserta didik berintekrasi dengan
lingkungan, semakin mahir mangatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin
mudah anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter setiap peserta didik diminta
berhubungan secara aktif dan mendapat ransangan baru dalam lingkungan
masyarakat agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan
pengetahuan pribadi. Selain itu, berintekrasi dengan masyarakat juga berarti
mengambil peluang-peluang yang akan datang , dan menciptakan peluang jika
tidak ada, dengan catatan terlibat aktif didalam tiap proses intraksi tersebut ( untuk
belajar lebih banyak mengenai sesuatu ). Pada akhirnya, intraksi ini diperlukan
untuk mengenalkan peserta didik kepada kesiapan diri dalam melakukan
perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang
diciptakan didalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan
lingkungan belajar kearah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu
yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari
peserta didik.
Hal-hal yang menjadi perhatian khusus dalam quantum learning
sebagaimana dijelaskan dalam buku Porter (2011) secara umum ada 12
penekanan, yaitu: 1) belajar tentang cara belajar; 2) kekuatan pikiran yang tak
terbatas; 3) kekuatan AMBAK; 4) menata pentas; 5) menumpuk sikap juara; 6)
menemukan gaya belajar anda; 7) teknik mencatat tingkat tinggi; 8) menulis
dengan penuh percaya diri; 9) mengupayakan keajaiban memori; 10) melaju
dengan kekuatan mebaca; 11) berpikir logis, berpikir kreatif; 12) menjadikan
quantum learning melejit.
Manfaat yang diharapkan dengan penerapan quantum learning minimal
peserta didik mempunyai 1) sikap positif; 2) motivasi; 3) keterampilan belajar
seumur hidup; 4) kepercayaan diri; 5) sukses (Porter, 2011). Manfaat diatas dapat
diperoleh jika ke-12 hal di atas dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
Peserta didik diharapkan mampu berkontribusi terhadp pembelajaran
dengan memberikan pendapat, bertanya dan memberikan stimulasi lainnya agar
pembelajaran menjadi kondusif. Pasifnya peserta didik terutama pada materi-
materi tertentu yang masih baru menjadikan widyaiswara terjebak pada
pembelajaran yang terpusat kepada widyaiswara bahkan satu arah. Di sisi lain
karakteristik guru juga terkadang maih dipengaruhi oleh gaya mengajarnya.
Misalnya yang mempunyai suara bagus, pemahaman yang bagus, keilmuannya
tinggi, dan lain-lain. Maka lebih cendrung menunjukkan dirinya memang pintar.
Padahal yang ideal pembelajaran ini bukan menunjukkan guru pintar, tetapi bisa
menunjukkan bahwa semua peserta didik adalah pintar.
Dari beberapa hal di atas, maka diperlukan adanya metode atau
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat memaksimalakan potensi peserta
diklat sekaligus dapat “memaksa” guru menjadi fasilitator sepenuhnya dalam
pembelajaran. Selain itu metode/pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran adalah quantum learning. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
kerangka teoritis diatas, ada dua hal prinsip utama dalam quantum learning yang
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran, yaitu AMBAK dan TANDUR. AMBAK
merupakan kepanjangan dari Apa Manfaat Bagi Ku dan TANDUK kepanjangan
dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Dua
prinsip utama ini yang dapat di terapkan dalam pembelajaran. Langkah-
langkahnya secara praktis penerapan dua prinsip ini akan di bahas seperti di
bawah ini.
Penerapan prinsip pertama, yaitu AMBAK dalam pembelajaran dapat
diterapkan pada beberapa kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) pembukaan atau
pendahuan, 2) kegiatan inti pembelajaran, dan 3) kegiatan penutup pembelajaran.
Pada kegiatan pendahuluan pembelajaran guru biasanya menyampaikan
perkenalan, deskripsi mata diklat dan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
didik. pada perkenalan AMBAK belum dapat diterapkan, sedangkan dalam
penyampaikan deskripsi materi pembelajaran dan penyampaian kompetensi yang
harus dikuasai peserta diklat AMBAK sudah mulai dapat diterapkan.
Pada penyampaian deskripsi materi pembelajaran dan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik, guru sebagai fasilitator dapat menyampaikan
manfaat-manfaat materi yang akan disampaikan/di diskusikan secara prontal.
Artinya menggunakan pendekan-pendekatan yang dihubungkan dengan
pelaksanaan tugas, fungsi, dan peran peserta didik. penyampaian diskripsi dan
kompetensi dapat menggunakan pilihan kata yang dapat memotifasi peserta didik
untuk merasa perlu/penting tentang materi yang akan di diskusikan bersama
fasilitator. Selain itu, memancing kedalaman materi juga merupakan hal yang
dapat dilakukan dalam AMBAK ini dalam pendahuluan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran prinsip AMBAK ini sangat penting agar
motivasi, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik terus terjaga. Penerpaan prinsip
AMBAK pada proses pembelajaran dapat di terapkan dalam langkah praktis yang
dilakukan oleh guru sebagai fasilitator adalah melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) mengulang-ulang materi pembelajaran secara terus-menerus, (2) menerapkan
materi pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari atau paling tidak
menghubungkan dengan aktivitasnya sesuai dengan tugas, fungsi, dan peranan
peserta didik, dan (3) melakukan refleksi terhadap materi pembelajaran dan tugas,
fungsi, dan peranan peserta didik. dengan melakukan langkah-langkah tersebut,
maka diharapkan prinsip AMBAK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Prinsip AMBAK dalam akhir pembelajaran (kegiatan penutup
pembelajaran), yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap ketercapaian
kompetensi/indikator/tujuan pembelajaran serta melakaukan refleksi terhadap
proses pembelajaran. Kegiatan penutup juga dapat digunakan sebagai sesi untuk
lebih menekankan kembali pentingnya materi yang telah dipelajari dan
dihubungkan dengan materi yang harus dialami oleh peserta didik setelah selesai
pembelajaran dikelas.
Prinsip utama kedua dalam quantum learning adalah TANDUR. Prinsip ini
dapat diimplikasikan oleh guru sebagai narasumber/fasitator pembelajaran dengan
menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tumbuhkan, yaitu menumbuhkan pentingnya materi yang akan dipelajari,
yaitu menumbuhkan motivasi dan keaktifan peserta diklat supaya terlibat
aktif dalam pembelajaran. Langkah praktis dalam menumbuhkan rasa
tanggung jawab dan motivasi peserta diklat dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan, diantaranya: mengemukakan yel-yel, memberi ice
breaking, pembentukan kelompok. Dan lain-lain.
2. Alami, yaitu peserta didik digiring untuk mengalami kegiatan belajar
bersama dengan peserta didik yang lainnya secara aktif. Ketika sudah
dibagi kelompok, maka pastikan setiap individu , mempunyai peran
masing-masing, dengan mempunyai peran masingmasing memungkinkan
peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan menyenangkan,
dalam langkah ini peserta didik dalam kelompok juga mengalami proses-
proses awal, inti, dan penutup kegiatan pembelajaran.
3. Namai, yaitu menamai setiap kegiatan yang diarahkan oleh guru. Seperti
menamai kelompok serta dengan memberikan alasannya, menamai hasil
kerja kelompok, dan menamai kegiatan atau menamai materi/konsep
dalam pembelajaran, dan kegiatan lainnya. Kegiatan ini diterapkan dengan
harapan peserta didik tentang materi pembelajaran, dan kegiatan lainnya.
Kegiatan ini diterapkan dengan harapan peserta didik terlibat langsung
terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
4. Demonstarsikan, yaitu langkah mendemostarsikan setiap materi
pembelajaran. Kegiatan ini memberikan pemahaman yang mendalam
terhadap peserta didik tentang materi pembelajaran. Mendempstrasikan
dapat berarti mengopsionalisasikan setiap konsep yang dipelajari dengan
contoh praktis atau juga contoh kasus. Dalam kegiatan diskusi
mendemostrasikan dapat juga dilakukan dengan memberikan kesempatan
peserta didik untuk mempresentasikan hasil pekerjaan.
5. Ulangi, yaitu kegiatan untuk mengulangi materi yang telah dbahas dan
didemostarsikan, kegiatan ini dimaksudkan sebagai langkah penguatan
agar peserta didik dapat memahami terhadap materi yang telah
dipelajarinya. Semakin sering diulangi, maka akan semakin kuat
pemahaman dan keterampilan peserta didik.
6. Rayakan, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik baik secara
individu, kelompok maupun secara klasikal untuk merayakan atas
keberhasilan peserta diklat dalam memahami materi pembelajaran. Supaya
individu ataudapat merayakan hasil kerjanya, maka guru atau peserta didik
dapat memberikan apresiasi dan penilaian atas hasil kerja individu atau
kelompok. Dengan pemberian nilai dan apresiasi dari pihak lan individu
atau kelompok dapat merayakan hasil yang diperolehnya tersebut.
Jika dua prinsip utama quantum learning tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran, maka diharapkan peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan terlibat dalam pembelajaran secara
berkesinabungan menjadikan peserta didik merasa lebih senang, lebih merasa
dihargai, dan juga dituntut untuk dapat memberikan konstrubusi terhadap
pembelajaran.
Selain itu, mempertajam pencapaian kompetensi/indikator/tujuan
pembelajaran secara ideal menurut Jensen (2008) dapat menerapkan 5 langkah
pemeblajaran yang ideal, yaitu: 1) persiapan; 2) akuisisi, yaitu pembelajaran
efektif sesua dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3) elaborasi (koreksi
kesalahan, pendalaman dan pemantapan penguasaan materi); 4) formasi memori,
yaitu menyimpanan hasil belajar ke dalam memori supaya pemahamannya dapat
diingat selamanya; 5) integrasi fungsional, yaitu memanfaatkan hasil belajar ke
dalam kehidupan nyata sehingga apa yang telah dipelajari bermanfaat untuk
hidup.
Penerapan 2 (dua) prinsip quantum learning dalam pembelajaran, yaitu
AMBAK dan TANDUR diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi
peserta diklat sehingga situasi pemeblajaran menjadi lebih kondusif dan
menyenangkan. TANDUR diharapkan mampu membangkitkan minat dan
motivasi peserta didik serta pemahamannya terhadap materi pembelajaran lebih
mendalam karena peserta didik daiajak untuk mengalami langsung materi yang
disajikan melalui berbagai teknik dan metode pembelajaran berbasis keaktifan
peserta didik.
Keterarampilan guru yang terasah dengan pembiasaan menerapkan
prinsip-prinsip quantum learning dalam pembelajaran, memungkinkan guru akan
semakin terampil mengelola pembelajaran menyenangkan dan interaktif.
Pengelolaan pembelajaran yang secara kontinu menyenangkan dan interaktif
menjadikan pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran bermutu.

E. Pemberdayaan KKG dan MGMP


Pemberdayaan KKG dan MGMP merupakan salah satu kegiatan yang
dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Kegiatan ini dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Biokrasi Nomor 16 Tahun 2009
dapat dikategorikan sebagai kegiatan kolektif (PKB) yang merupakan salah satu
unsur yang harus dilaksanakan oleh guru.
KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru dan MGMP adalah
Musyawarah Guru Mata Pelajar. MGMP merupakan Kumpulan semua guru
dengan basic (dasar) atau bidang yang sama. Di samping kualitas pembelajaran,
juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengembangkan dirinya,
terutama dalam penulisan karya ilmiah, membuat inovatif, misalnya menulis ptk,
artikel, membuat model yang bisa digunakan di dalam pengembangan diri
maupun dalam peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas.
Dengan adanya MGMP ini, maka guru dapat mengembangkan program
karier sehingga hasil pertemuan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan
guru, termasuk untuk kenaikan pangkat. Tujuan MGMP adalah menemukan
permasalahan yang tidak bisa terpecahkan di satuan pendidikan terkait dengan
adanya MGMP proses dang evaluasi pembelajaran sehingga dengan adany
MGMP ini bisa dimusyawarahkan (dibahas dan didiskusikan) setia hal yang
berkenaan dengan kompetensi yang harus ditingkatkan.
Salah satu meningkatkan profesional guru adalah pembentukan sistem
pembinaan profesional (professional support), yaitu melalui pembentukan gugus
sekolah. Pada setiap gugus sekolah dibentuk kelompok kegiatan guru, di SD/MI
disebut Kelompok Kerja Guru (KKG), sedangkan di SMP/MTS disebut
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kegiatan guru yang dimaksud
adalah pelaksanaan kegaiatan mengajar model/metode pemeblajaran KBM,
penguasaan materi, penguasaa model/metode pembelajaran, penyusunan
instrumen penilaian, keterampilan menggunakan sumber belajar, pengelolaan
kelas, penilaian dan pengunaan buku teks/ referensi. Selama ini KKG/MGMP
telah berjalan, tetapi pelaksanaannya belum optimal, belum efektif, dan belum
menantang sehingga kurang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah/kelas. Salah satu yang menyebabkan tidak berjalannya kegiatan
KKG/MGMP adalah karena fasilisator da pemandu tidak dilatih serta pembinaan
dari pihak terkait masih tidak peduli.
Beberapa tujuan dari kegiatan KKG dan MGMP , di antarannya sebagai berikut.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal,
khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan
perencanaan pembelajaran, penyusuna bahan-bahan ajar, memaksimalkan
pemakaian sarana prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar, dan
bertukan pengalaman mengajar.
2. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah
kerja untuk berbagai pengalaman serta saling memberi bantuan umpan
balik.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kereapilan, serta mengedopsi pendekatan
pembaruan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta
kelompok kerja atau musyawarah kerja.
4. Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam
melaksanakan tugas-tugas pemeblajaran disekolah.
5. Mengubah budaya kerja anggota atau musyawarah kerja (meningkatkan
pengetahuan, kompetensi, dan kinerja), dan mengembangkan
profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan
profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan
profesionalitas di tingkat KKG/MGMP.
Adapun beberapa fungsi dari KKG dan MGMP, di antarannya sebagai berikut.
1. Fungsi silaturahmi, yaitu wadah bertemunya guru-guru disetiap desa,
kecamatan, kabupaten, atau bahkan pada tingkat provinsi.
2. Fungsi informasi, yaitu KKG dan MGMP menyediakan berbagai informasi
kedinasan yang dibutuhkan anggotanya.
3. Fungsi produksi, yaitu KKG dan MGMP mampu menyediakan kebutuhan
pembelajaran bagi anggotanya.
4. Fungsi Pengembangan profesi, yatu KKG dan MGMP memfasilitasi dan
memberikan bimbingan kepada anggotanya dalam pengembangan profesi
guru. Misalnya, kenaikan pangkat, angkat kredit yang dibutuhkan,
melakukan pendamping dalam penulisan PTK, dan lain-lain.
Organisasi KKG dan MGMP merupakan organisasi yang startegis untuk
peningkatan kompetensi guru dan kinerja atau profesionalisme guru. Upaya
peningkatan profesionalisme guru, antara lain dapat dilaukan melalui kegiatan
pelatihan, penelitian karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Dalam kaitan
peningkatan profesionalisme guru tersebut, pengurus KKG dan MGMP harus
memiliki kemauan untuk mengembangkan program organisasi yang sesua dengan
kebutuhan anggota sebab program yang didasarkan atas kebutuhan itulah yang
akan menjadi basis dari eksistensi organisasi KKG dan MGMP.
Pengembangan Program Kerja KKG dan MGMP adalah upaya yang
dilakukan pengurus KKG dan MGMP dalam membuat program organisasi KKG
dan MGMP sesuai dengan kebutuhan anggota khususnya dalam peningkatan
profesionalitas guru. Pengembangan Program tersebut harus mengacu pada
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu Kompetensi profesional,
kepribadian, Pedagogik dan Kompetensi sosial (UU Guru dan Dosen No 14 tahun
2005 pasal 10). Pengembangan Program KKG dan MGMP terbagi atas program
umum serta program inti/pokok, dan program penunjang.
1. Program Umum adalah program yang bertujuan untuk memberikan wawasan
kepada guru tentang kebijakan-kebijakan pendidikan di tingkat daerah sampai
pusat.
2. Program inti adalah program-program yang ditunjukan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru. Program inti dapat dikelompokkan ke
dalam program rutin, program pengembangan dan program penunjang.
Program rutin terdiri dari hal-hal berikut ini.
1. Diskusi permasalahan pembelajaran, yaitu analisis dan pengembangan
sialbus, program semester, dan rencana program pembelajaran. Analisis
Kurikulum, Penyusunan laporan hasil belajar siswa, pendalaman materi.
Pelatiah terkat dengan penguasaan materi yang mendukung tugas mengajar.
Pembahasan materi yang pematapan Ujian Sekolah.
2. Program Pengembangan sekurang-kurangnya dapat dipilih lima dari kegiatan
berikut ini.
a. Penelitian, di antaranya Penilitian Tindakan Kelas/Studi Kasus.
b. Penulisan Karya Ilmiah.
c. Seminar, lokakarya, kolokium.
d. Pendidikan dan Pelatihan berjenjang.
e. Penerbitan jurnal dan buletin KKG/MGMP.
f. Penyusunan dan pengembangan website KKG/MGMP.
g. Komptensi kinerja guru.
h. Pendampingan pelaksanaan tugas oleh
pembimbing/tutor/instruktur/fasilisator KKG/MGMP.
Optimalisasi kegiatan KKG/MGMP menjadi salah satu wadah
pengembangan profesioanalisme guu. Di KKG/MGMP guru saling melengkapi
dan membantu dalam melaksanakan tugas. Kegiatan-kegiatan tersebut
membiasakan guru untuk selalu menge,bangkan bebrbagai hal baik keterampilan
untuk menguasai peralatan (komputer, dan lain-lain) maupun keterampilan yang
berkaitan dengan penguasaan motede, pengelolaan pembelajaran, dan lain-lain.

F. Menjadi Guru Pembelajaran


Sebagaimana yang dibahas dalam bagian terdahulu bahwa guru di tunutut
untuk menjadi orang frofesional. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008)
orang profesional cirinya adalah memiliki kompetensi standar dan kinerja atandar.
Selain itu, profesional menarik diungkap oleh mantan Sekretaris Jendral (Sekjen)
Kementrian Agama yang selama menjabat sering memberikan kebijakan bahwa
orang profesional mempunyai indikator sebagai berikut; 1) self develpment; 2)
self supervision; 3) self sertification; 4) memiliki mission; 5) memiliki integrasi.
Seorang guru yang profesional adalah yang memiliki kemampuan untuk
self develpment, yaitu selalu mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan, baik
tuntutan regulasi maupun tuntutan kondisi dilapangan. Seorang yang profesional
tidak menunggu bantuan dan motivasi dari pihak luar, tetapi berinisiatif untuk
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Ketika ada kebijakan penerapan
Kurikulum 2013, guru profesional tersebut mencari tahu dan meningkatkan
kemampuan dirinya agar dapat melaksanakan kebijakan tersebut, dan contoh
lainnya yang sesuai.
Indikator berikutnya adalah guru yang memiliki self supervision, yaitu
guru yang mengawasi dirinya dalam melaksanakan tugasnya, tidak memerlukan
pengawasan orang lain karna keyakinan bahwa ada yng maha menguasai, yaitu
Allah (Tuhan). Self supervision menjadikan guru senantiasa meningkatkan
kinerjanya ada ataupun tidak ada alasan yang mengawasinya sehingga kinerjanya
akan terus meningkat dan terus meningkat.
Self sertification adalah penjaminan diri bahwa dirinnya layak dalam
jabatan/profesinya sebagai guru, baik kompetensinya, kepribadiaannya, sosialnya
maupun penguasaan subtansinya (msterinya) sehingga masyarakat dan pihak
terkait menilai guru tersebut “pantas” menjadi guru. Penjaminan diri layak pada
profesinya menjadi penting agar guru terus dituntut untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerjanya.
Mission diartikan misi, guru profesional adalah guru yang memiliki misi
dalam melaksanakan tugasnya. Secaa sederhana guru yang memiliki misi adalah
guru yang menginginkan dirinya menjadi guru yang terbaik yang pernah ada di
satuan pendidikannya. Misalnya, ketika seorang guru menjadi guru PKN, maka
dalam dirinya tertanam misi: “saya ingin menjadi guru Pkn yang pernah ada di
sekolah/madrasah ini.” Misi ini menjadi penting agar guru tidak mengurangi mutu
pembelajarannya dalam keadaan bagaimanapun.
Indikator yang terakhir adalah memiliki integrasi. Intgrasi adalah kesatuan
antara apa yang dikatakannya dengan apa yng dilakukannya atau dengan kata lain
guru yang berintegrasi adalah guru yang satu kata dan satu pembuatan. Yaitu
antara perkataannya berkesesuaian dengan apa yang dilakukannya. Guru Pai,
misalnya mengatakan tentang akhlak berbicara, maka ia sebgai guru dapat
menjadi contoh/role model (uswah) bagi peserta didik di satuan pendidikannya.
Untuk menjadi guru profesional bagaimana yang dituntut di atas, maka
sebagai yang paling pokok adalah adanya kesadaran guru untuk meningkatkan
dirinya dalam segala aspeknya. Salah satu kebijakan pemerintah agar guru
dituntut meningkatkan profesionalismenya, di antaranya menjadikan seorang guru
sebagai guru pembelajar. Guru pembelajar adalah suatu program agar guru secara
mandiri dapat meningkatkan kompetensinya sekaligus profesionalismenya.
Program guru pembelajar merupakan program tindak lanjut hasil Uji
Kompetensi Guru (UKG). Tujuan dari program guru pembelajaran adalah
menjadikan guru profesional yang dapat berfungsi sebgai agen perubahan dan
sumber utama belajar bagi peserta didik. progam guru pembelajaran merupakan
pelatihan bagi guru pasca UKG agar kompetensi guru meningkat secara
berkelanjutan.
Peningkatan kompetensi guru melalui program guru pemebelajran dengan
pelatihan melalui pola tatap muka, daring (online), dan campuran (blended) tatap
muka dan daring. Ada 10 peta kompetensi yang akan ditingkatkan dalam program
guru pembelajar, baik yang berkaitan dengan kompetensi profesional maupun
dengan kompetensi pedagogik. Namun, setiap modul berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran. Secara umum kompetensi pendagogik berkaitan
dengan teori belajar dan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran, media
pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran, penilaian pembelajaran,
analisis instrumen penilaian, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan kompetensi
lainnya.
Dengan program guru pembelajaran diharapkan kompetensi dan
profesionalisme guru dapat meningkat secara mandiri, guru dapat mengafaluasi
dan merefleksikan dirinya, mengetahui kekurangannya, dan selanjutny
mengembangkan diri dengan cara menjadi pembelajar. Program ini jika
dikembangkan, dimonitor, dilaksanakan oleh pihak terkait secara berkelanjutah
dan beryanggung jawab akan terjadi akselerasi terhadap profesionalisme guru.
Jika guru sudah profesional, maka hampir dapat dipastikan guru tersebut dapat
mengelola pembelajaran secara bermutu.
Perlu diingatkan juga bahwa tidak selamanya program didanai pemerintah,
seperti program guru pembelajaran awalnya akan didanai oleh pemerintah, namun
karena pemerintah sedang sakit (anggaran terbatas, bahkan tidak ada) diharapkan
guru tetap semangat untuk mengembangkan dirinya sebagai bagian tuntutan
profesinya dengan senantiasa mengembangkan dirinya (self development) secara
berkelanjutan dan mandiri (mandiri program/kegiatannya dan mandiri finalisnya).
Hal tersebut sebgai antisipasi bahwa programnya tidak dikanjutkan oleh
pemerintah karena bergant mentri pendidikannya. Karena bisa jadi “beda mentri
beda kebijakan”.
BAB III
PENUTUP
Strategi pembelajaran menyenangkan merupakan strategi
pengorganisasian pembelajaran dengan cara meningkatkan daya tarik
pembelajaran melalui bahan ajar yang disajikan, media pengajaran yang
digunakan, mengelola jadwal dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan
pembelajaran yang berarti penerapan secara nyata rencana pembelajaran yang
telah dibuat oleh guru, dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan
membuat pelaksanaan pembelajaran akan berjalan baik pula.
Untuk menjadi guru profesional bagaimana yang dituntut di atas, maka
sebagai yang paling pokok adalah adanya kesadaran guru untuk meningkatkan
dirinya dalam segala aspeknya. Salah satu kebijakan pemerintah agar guru
dituntut meningkatkan profesionalismenya, di antaranya menjadikan seorang guru
sebagai guru pembelajar. Guru pembelajar adalah suatu program agar guru secara
mandiri dapat meningkatkan kompetensinya sekaligus profesionalismenya.

You might also like