Professional Documents
Culture Documents
Laprak Fisdas Pesawat Atwood Bab 123 Acc
Laprak Fisdas Pesawat Atwood Bab 123 Acc
BAB I
PENDAHULUAN
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
penerapan dari pesawat atwood dapat di lihat dari system kinerja lift yang dengan
menerapkan newtonika.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerak
Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang diberikan sehingga gaya
dapat dikatakan sesuatu yang menyebabkan sebuah benda bergerak lebih cepat.
Gerak dibagi atas 2 𝑀1 yaitu gerak linear dan gerak rotasi, gerak linear adalah
gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus, sedangkan gerak rotasi
adalah gerak yang bergerak secara mengelending.
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia
menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda
benda berat jatuh bebas dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga
puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang
dimungkinkan oleh Pompa Vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini
tepat benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara.
Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi
kenyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai
dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang
dipercayai orang pada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu
kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa, “ Benda yang beratnya sepuluh
kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang
lebih ringan”.
Ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya
penyebab dari gerak tersebut dinamakan gerak. Seperti yang telah disebutkan tadi
bahwa orang yang sangat berjasa dalam kajian Fisika tentang dinamika adalah Sir
Isac Newton.
2.1.1 Gerak Translasi
Dinamika gerak mempelajari tentang berbagai jenis gerak. Konsep yang
harus dipelajari adalah konsep gerak lurus. Gerak lurus adalah gerak suatu yang
lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini disebut suatu
translasiberaturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang
besarnya sama (Adriasani, 2013).
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan suatu gerakan lurus dari suatu
obyek, yang dimana pada Gerak Lurus Beraturan ini memiliki nilai kecepatan
yang tetap atau bisa disebut juga dengan tidak memiliki nilai percepatan, sehingga
jarak yang ditempuh dalam Gerak Lurus Beraturan adalah kelajuan kali waktu.
Pada Gerak Lurus Beraturan sama sekali tidak memerlukan istilah kecepatan
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
𝑆 =𝑣×𝑡 ..........................................................................................(2.2.1)
Keterangan :
S = jarak tempu (N), v = kecepatan (N/S),t = waktu (s)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu objek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. Akibat adanya percepatan jumlah jarak yang ditempuh tidak lagi liner
melainkan kuadrat. Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton 2 ( F = 0)
(Tunissa, 2014).
Gerak Lurus Beraturan memiliki ciri utama berupa dari waktu menuju
waktu kecepatan benda berubah. Semakin lama maka semakin cepat atau lambat.
Jadi setiap gerakan benda dari waktu ke waktu akan melalui perlambatan dan
percepatan maka nilai percepatan akan menjadi negatif dan dapat pula disebut
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin kecil
(lambat). Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar keatas.Grafik
hubungan antara v terhadap t pada GLBB diperlambat grafik hubungan antara s
terhadap t pada GLBB diperlambat persamaan yang digunakan dalam GLBB
sebagai berikut untuk menentukan kecepatan akhir untuk menentukan jarak yang
ditempuh setelah t detik adalah sebagai berikut yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan persamaan diatas adalah saat GLBB dipercepat tanda yang
digunakan adalah (+). Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-),
catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada GLBB
diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan tanda
negative
Gerak merupakan salah satu konsep yang selalu ada di dalam kehidupan. Suatu benda
dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan kedudukan terhadap suatu titik yang
ditetapkan sebagai titik acuan atau patokan. Kedudukan tersebut dapat dikatakan sebagai
letak benda yang di tentukan oleh jarak pada setiap titik acuan setiap gerak didefenisikan
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
sebagai perubahan posisi relati terhadap titik acuan tertentu. Gerak juga di tentukan oleh
dua faktor yaitu jarak dan perpindahan dengan penghentian.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 + 𝑎 × 𝑡..............................................................................(2.2.2)
..............................
Keterangan:
Vo = kecepatan awal (m/s), Vt =kecepatan akhir (m/s), a = percepatan
Sebuah benda yang bergerak dan berpindah posisi, tidak dapat disebut
sebagai gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) begitu saja. Ada beberapa ciri-
ciri khusus yang dapat dikategorikan sebagai GLBB:
1. lintasan dari gerak benda berupa garis lurus, tidak perlu garis tegak
lurus tetapi bergerak dengan suatu arah tanpa berbelok.
2. Gerak benda mengalami percepatan konstan.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
∑𝐹 =𝑚×𝑎
…………………………………………………………………(2.2.3)
Keterangan :
F = gaya, a = percepatan, m = massa benda.
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan
momen inersia, dan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari
hukum II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:
𝑉 = 𝐼 × 𝐴 ...........................................................................................(2.2.4)
Keterangan:
v = momen gaya (Nm), I = momen inersia (kgN2) ,a = percepatan sudut
(rad/s2)
Untuk memudahkan pemahaman mengenai besaran pada gerak rotasi,
kita bisa menganalogikannya dengan besaran-besaran pada gerak lurus. Berikut
merupakan analogi antara besaran-besaran pada gerak translasi dan besaran-
besaran pada gerak rotasi
Tabel 2.2.1 Analogi Besaran-Besaran pada Gerak Rotasi
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
∑𝐹=0
...........................
…...................................................................................
(2.2.5)
Keterangan :
∑F = jumlah gaya yang bekerja.
Hukum diatas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam
maka benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu
benda diberi gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda
selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya. Konsep
gaya dan massa yang dijelaskan oleh Hukum Newton I mengungkapkan tentang
sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaannya. Sifat ini sering disebut
sebagai Hukum kelembaman.
Jika resultan yang bekerja adalah nol, veckor kecepatan benda tidak akan
berubah. Benda yang berada dalam keadaan diam, dan benda bergerak dengan
kecepatan konstan.
Pernyataan-pernyataan di atas atau hukum Newton I disebut juga hukum
kelemahan atau hukum inersia. Dengan ketentuannya makin besar massa benda
makin besar kelembaman benda. Lembam atau inert artinya sifat benda dalam
mempertahankan keadaannya.
Misalnya pada saat kita naik mobil dan tiba-tiba mobil yang kita
gunakan direm maka kita akan cenderung mempertahankan keadaan kita Newton
mengatakan bahwa “Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka
benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak
dengan kecepatan tetap”. Kesimpulan Newton tersebut dikenal sebagai hukum I
Newton sifat pada hukum newon I cenderung mempertahankan keadaan semula
dengan sifat kelembapan atau kadar intarsia yang sama. Itulah sebabnya mengapa
hukun newton I di sebut juga dengan istilah hukum kelembaman. Bentuk dari
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
momen inersia pada hukum neton 1 terjadi beragam misalnya momen inersia
linear, momen inersia massa, momen inersia polar atau kutub. Hukum newton di
sebut juga dengan hukum inersia (kelembaman). Hal itulah yang menjadi alasan
mengapa mobil memerlukan pengaman airbags yang di jadikan sebagai pelindung
para pengemudi dari bahaya atau ancaman tabrak kaca. kelajuan tetap maka laju
putaran roda juga tetap. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui
porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen
dengan persamaan gerak linier, dimana kedudukan x = besar sudut tempuh
kecepatan v = kecepatan sudut percepatan a = percepatan sudut massa m =
momen inersia I gaya F = momen gaya momentum p = momentum sudut Hukum
II Newton untuk gerak rotasi bisa dinyatakan dengan (terlampir).
Sebuah katrol dengan beban untuk sebuah katrol dengan beban-beban
seperti pada gambar dibawah,maka berlaku persamaan seperti berikut pada saat
M1 berada diklem maka gerak dipercepat dengan persamaan . Pada saat melalui
lubang A, benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang A dan menuju
titik B dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C,
jika M dilepas dari klem maka M2 + m akan turun dari titik C ke B melewati titik
A dengan gerak dipercepat. Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk
yang menjelaskan hubungan antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik
dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada
sebuah katrol.
Benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya dibanding
yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan menarik
benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol. Pesawat atwood merupakan
suatu system mekanika yang terdiri dari dua massa yang dihubungkan dengan tali
melalui katrol. Peristiwa ini sangatlah erat kaitannyadengan Hukum Newton dan
Momen Inersia yang bekerja pada benda dalam tersebut contoh penerapan hukum
I newton yaitu pada saat kita sedang naik bus yang bergerakdengan kecepatan
tetap (konstan). Tubuh kita ada pada posisi duduk nyaman namun ketika supir bus
mengerem mendadak maka otomatis tubuh kita pada saat itu akan terdorong ke
depan. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk
memutar silinder dibandingkan dengan memutar silinder kayu momen inersia
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
𝐹 = 𝑚 × 𝑎 ......................................................................................(2.2.6)
......................
Keterangan:
F = gaya, a = percepatan, m = massa benda
Kesimpulan dari persamaan di atas yaitu arah percepatan benda sama
dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jadi bila gayanya konstan
maka percepatan yang timbul juga akan kontan. Bila pada benda bekerja gaya,
maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari
pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang
menyebabkannya. Untuk sebuah katrol dengan beban-beban akan berlaku:
𝑎 =𝑚×𝑔
.....................................................................................
Keterangan
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
1. Arah dari sbuah percepatan benda adalah sama arah gaya yang bekerja
pada benda tersebut.
2. Besarnya percepatan benda adalah sebanding dengan gaya yang bekerja
padanya.
3. Jika gaya tersebut konstan, maka akan didapat percepatan yang konstan
seperti yang terdapat pada persamaan.
𝑉 = 𝑉𝑜 + ………………………………………………….....
…………………
𝑎×𝑡 (2.2.8)
𝑉 = 𝑉𝑜 × 𝑡 + 𝑎 × 𝑡
................................... ...................................................................... ...
(2.2.9)
Keterangan
:
VO = kecepatan awal (m/s), Vt = kecepatan akhir (m/s), s=
jarak yang ditempuh (m), t = waktu (s) a = percepatan (m/s2).
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Keterangan :
Faksi = gaya yang diberikan pada suatu benda, -Freaksi = gaya
yang diberikan benda.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Jika dua benda berinteraksi, gaya F 12 yang bekerja oleh benda 2 besarnya
sama dan berlawanan arah dengan arah gaya F121 yang dikerjakan oleh benda 2
pada benda 1 (Muhammad Desar Eka Syaputra, 2020).
Gaya yang diberikan oleh benda 1 dan pada benda 2 disebut gaya aksi,
sedangkan gaya aksi sama besarnya dengan gaya reaksi bekerja pada dua benda
yang berbeda, dan jenis gayanya harus sama. Suatu pasangan gaya disebut aksi-
rekasi apabila memenuhi syarat, syarat tersebut adalah.
1. Sama besar
2. Berlawanan arah
3. Bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
4. Tidak saling meniadakan bekerja pada benda yang berbeda.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
energinya.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Jika gaya pada sistem gerak lurus sulit untuk diketahui maka dapat
ditinjau Pesawat Atwood dengan persamaan lagrange. Pesawat lagrange ini
meninjau sistem dari segi energi total, yakni energi kinetik dan energi potensial.
Persamaan lagrange ini dapat merumuskan sistem gerak pesawat Atwood dengan
jelas. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk penyelesaian masalah
gerak dengan persamaan eular-lagrange untuk merumuskan dinamika sistem
sebagai alternatif dari persamaan Newton. Mesin Atwood atau sering juga disebut
pesawat Atwood diciptakan pada tahun 1784 oleh matematikawan Inggris George
Atwood sebagai percobaan laboratorium untuk memverifikasi hukum mekanika
gerak dengan percepatan yang konstan. Mesin Atwood adalah demonstrasi kelas
yang umum digunakan untuk memahami hukum II Newton tentang gerak (Gabriel
Jonathan, 2020).
Pesawat Atwood ini terdiri dari beberapa beban, yakni massa m 1 dan m2.
Kedua beban tersebut dihubungkan dengan tali yang bermassa kecil. Dengan tali
dihubungkan dengan sebuah katrol dengan massa yang kecil dan hampir tidak
memiliki gaya gesekan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan
menarik benda yang lebih ringan. Pesawat Atwood bisa dilihat dibawah ini:
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Jika massa benda m1 dan massa m2 sama (m1 = m2) maka keduanya akan
diam. Jika massa benda m1 lebih besar daripada massa benda m 2 (m1 > m2) maka
massa m2 akan tertarik oleh massa benda m1. Sebaliknya jika massa benda m1
lebih kecil daripada massa benda m2 (Nova Nurfauziawati, 2015).
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
id.scribd.com)
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
massa yang sama dan di hubungkan dengan tali bermassa kecil. Tali di hubungkan
dengan katrol bermassa kecil dan hamper bebas gesekan. Alat ini awalnya di
gunakan untuk mempelajari konsep gerak dan mengukur percepatan gravitasi
bumi g. Percobann fisika menggunakan pesawat Atwood, gerak benda relative
lambat kemudian gerak beban di percepat untuk memahami hukum newton
tentang gerak. Percepatan system pada pesawat Atwood bergantung pada dua
peubah (gaya F dan massa M, dengan a = F/M). Satu peubah dijaga dengan besar
tetap sementara nilai besaran lainnya diubah-ubah.
Dengan membuat beragam berat beban yang tidak seimbang, beban-
beban akan bergerak ke atas dan satu beban yang di beri beban tambah bergerak
ke bawah. Resultan percepatan di ukur dari data percobaan dan hasilnya di
bandingkan dengan perhitungan menggunakan hukum newton II tentang gerak.
Pengukuran waktu pada percobaan gerak menggunakan pesawat Atwood
dapat di ukur dengan stopwatch atau untuk keakuratan yang lebih baik dapat di
gunakan system pengukuran waktu yang terdiri atas gerbang cahaya dan pewaktu
cacah
Besaran fisis merupakan yang memiliki nilai yang dapat diukur dan
memiliki nilai atau angka yang dapat dinyatakan dalam suatu satuan tertentu.
Berdasarkan dalam satu satuan tertentu. Berdasarkan definisi di atas, ada tiga
kriteria yang harus dimiliki besaran agar layak disebut sebagai besran fisika, yaitu
dapat diukur, memiliki nilai atau angka. Dinyatakan dengan satuan besaran fisika
terdiri dari 4 jenis yang dibedakan berdasarkan asal satuan yang dapat dinyatakan
dalam suatu tertentu. Berdasarkan defenisi di atas ada tiga kriteria yang harus di
miliki besaran agar layak disebut sebagai besaran fisika yaitu dapat diukur
memiliki nilai atau angka dinaytakan dengan satuan. Besaran fisika terdiri dari 4
jenis yang dibedakan berdasarkan asal satuannya besaran fisika terdiri dari
besaran pokok dan besaran turunan. Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan
gerak melingkar suatu benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar bila
sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini
akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier.
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
kelajuan tetap maka laju putaran roda juga tetap. Bila sebuah benda mengalami
gerak rotasi melalui porosnya ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan
gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier dimana: Kedudukan x = besar
sudut tempuh Kecepatan v = kecepatan sudut Percepatan a = percepatan sudut
Massa m = momen inersia I Gaya F = momen gaya Momentum p = momentum
sudut Hukum II Newton untuk gerak rotasi bisa dinyatakan dengan: sebuah katrol
dengan beban untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada gambar
dibawah,maka berlaku persamaan seperti berikut, pada saat M 1 berada diklem
maka gerak dipercepat dengan persamaan pada saat melalui lubang A, benda m
akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang A dan menuju titik B dengan
kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C, jika M1
dilepas dari klem maka M2 + m akan turun dari titik C ke B melewatititik A
dengan gerak dipercepat Pesawat Atwood Pesawat atwood adalah alat yang
digunakan untuk yang menjelaskan hubungan antara tegangan, energi pontensial
dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda)
dihubungkan dengan tali padasebuah katrol. Benda yang yang lebih berat
diletakan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang
berat akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena ada
tali dan katrol. Pesawat atwood merupakan suatu system mekanika yang terdiri
dari dua massa yang dihubungkan dengan tali melalui katrol. Peristiwa ini
sangatlah erat kaitannya dengan hukum newton dan momen Inersia yang bekerja
pada benda dalam system tersebut.Selain itu pesawat atwood merupakan alat
eksperimen. Gerak Rotasi Gerak atau gerak rotasi merupakan gerak awal suatu
benda pada porosnya pada suatu lintasan meling kar. Bila sebuah benda
mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku
persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier. Inersia momen
merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang bergerak rotasi.
Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar dari
keadaan diam, dan semakin malas pula untuk mengubah kecepatan sudutnya
ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah
silinderyang terbuat daris ebuah besi memiliki moment inersia yang lebih besar
daripada silinder kayu. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
PESAWAT ATWOOD
a
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB I V
PENGOLAHAN DATA
TBC
5.1 Menentukan Ʃ
n
TBC T1 + T2 + T3
TBC = Ʃ =
n n
TBC1 0,63 + 0,59 + 0,60
TBC1 = Ʃ = = 0,606 𝑆
n 3
TBC2 1,20 + 1,20 + 1,18
TBC2 = Ʃ = = 1,193 𝑆
n 3
TBA
5.2 Menentukan ∑
n
TBA T1 + T2 + T3
TBA = ∑ =
n n
TBA1 1,42 + 1,42 +
TBA = ∑ 1,46 = 1,426 s
n =
3
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar 𝑚
= 0,467
𝑠2
(𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎
𝑔 =
𝑚𝑏
(𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎1 (0,0116 + 0,1575) 0,993 𝑚
𝑔1 = = = 1,06
𝑚𝑏 0,1575 𝑠2
(𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎2 (0,0116 + 0,1575) 0,462 𝑚
𝑔2 = = = 0,495
𝑚𝑏 0,1575 𝑠2
5.4 Teori Ketidakpastian
Untuk Percepatan
𝑋𝑏𝑎2
𝑎=
2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2
δa 2
2 2
∆a = √( ) + (δa∆Xba)2+ ( ) + (∆Xbc )2+ ( ) + (∆Tba)2
δa
δa 2
( ) = Xba2
δXba 2Xbc .Tba2
Keterangan =
u = 𝑋𝑏𝑐2 u’ = 1
v = 2𝑋𝑏𝑎 . 𝑇𝑏𝑐2 v’ = 2
δa u'.v-u.v'
2
( )=
δXba v2
2 × (2.0,606×1,4262)−0 .0,62
= (2 .0,606 .1,2462)
=2
1
∆Xba =
2 x skala terkecil
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
= 5 . 10−5
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
= 0,00005
δa 2
( ) Xba2
=
δXba 2Xbc .Tba2
Keterangan=
u = 𝑥𝑏𝑎2 u’ = 0
v =2𝑋𝑏𝑐 . 𝑇𝑏𝑎2 v’ = 2
δa 2
( ) u'.v-u.v'
= 2
δXbc v
0 .2 . 𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 − 2 . 𝑋𝑏𝑐2
= (2 . 𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎)2
= 0,298
1
∆Xbc =
2 x skala terkecil
= 5 . 10−5
= 0,00005
δa
( ) XBa2
=
δxbc 2XBc .TBc2
Keterangan=
u = 𝑋𝑏𝑎2 u’ = 0
v = 2 ∙ 𝑇𝑏𝑐 ∙ 𝑇𝑏𝑎2 v’ = 2
δa 2
) = u .v-u.v'
'
(
2
δTbc v
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
0 (2. 0,606 . 1,4262)−2 . 0,6062
= (2 .0,606 . 1,4262)2
= 0,298
(1,42−1,426)2 + (1,42−1,426)2+(1,46−1,426)2
=√ 3(3−1)
= 0,01430
δa
∆a = √( 2 2 2
) + (∆Tba)2
δa δa
) + (∆Xba)2+ ( ) + (∆Xbc)2+ (
δXba δXbc δTba
= 2,0439
∆a
KR =
2(∆a+a)
2,0439
= 2(2,0439+0,993)
= 0,336
KB = 100 % - KR
= 100% − 0,336
= 99,67%
Untuk Gravitasi
(ms + mb) 𝑎
g= mb
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
δg 2
( ) = (ms+mb)a
δms mb
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
Keterangan=
u = (𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎 u’ = 𝑚𝑏
v=𝑎 v’ = 0
δg 2
u'.v-u.v'
( )=
δms v2
𝑎 × 𝑚𝑏 − 0(𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
= 𝑣2
1,426× 0,0116−0(0,01575+0,0116)1,426
= 1,4262
= 0,008134
1
∆ms x skala terkecil
2
=
= 0,5 . 10−4
= 5 . 10−5
= 0,00005
δg 2
( ) = (ms+mb)a
δmb mb
Keterangan=
u = (𝑚𝑠 + 𝑚𝑏)𝑎 u’ = 𝑎
v = 𝑚𝑏 v’ = 1
δg 2
( ) = u'.v-u.v'
δmb
v2
𝑎 × 𝑚𝑏 −1 ( 𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
= 𝑣2
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
=
0,01162
= −166,910
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
= 5 . 10−5
= 0,00005
δg 2 (ms+mb)a
( )
δa =
mb
Keterangan=
v = 𝑚𝑏 v’ = 0
δg 2 u'.v-u.v'
(
v δ) = 2
a
(𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑚𝑏 − 0 (𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
=
𝑣2
(0,01575+0,0116)0,0116− 0(0,01575+0,0116)1,426
=
0,01162
= 2.357
(0,993−0525)2+(0,647−0,0525)
=√ 2(2−1)
= 0,111194
δg
2 δg 2
∆g = √ ( ) + (∆ms) + (
2
δg 2 + (∆mb)2 + + (∆a)2
) ( )
δms δmb δa
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
= 2.359
∆a
KR =
2(∆a+a)
0,111194
=
2(0,111194 +𝑜,525)
= 0,087
KB = 100 % - KR
= 100% − 0,087
= 99,91
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
BAB VII
PENUTU
P
7.1 Kesimpulan
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
DAFTAR PUSTAKA
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
r
Makassar
LAPORAN
PRAKTIKUM
PESAWAT ATWOOD
DISUSUN OLEH :
STAMBUK 09320220056
KELOMPOK : II B/4
JURUSAN TEKNIK PETAMBANGAN
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
PESAWAT ATWOOD