You are on page 1of 94

Irwan Sutiawan, S.Pd.I., M.

Pd
Lora Hamdarida, S.Pd
Ab. Ependi, S.Pd.I
Sumardi, S.Ag

Puncak Ilmu
Adalah Akhlak

PT. Irwan Sutiawan Publishing


Jl. Parungseah No. 26, Rt. 003/006 Parungseah-Sukabumi 43151
 081572913993,  e-mail : irwanpublisher@gmail.com
 Website : https://irwanpublisher.xyz
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
PT. Irwan Sutiawan Publishing
Jl. Parungseah No. 26, Rt. 003/006 Parungseah-Sukabumi 43151
 081572913993
 e-mail : irwanpublisher@gmail.com
 Website : https://irwanpublisher.xyz

Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Penulis : Irwan Sutiawan, S.Pd.I., M.Pd,


Lora Hamdarida, S.Pd
Editor : Ramdan Prayudi, S.HI
Desain Cover : Novia Tri Sapturida, ST
Layout : Sunandar, SH

Diterbitkan Oleh:
PT. Irwan Sutiawan Publishing
No. Akta : AHU-072053.AH.30 Tahun 2023
NPWP. 50.790.702.0-405.000

Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm


Halaman : ix + 151
QRCBN : 12345678
Cetakan : Ke 1 Tahun 2023

© Hak Cipta 2023 pada penulis,


Hak Cipta dilindungi undang-undang, dilarang memperbanyak sebagaian atau
seluruh buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektrik maupun mekanik,
termasuk dalam foto copy, rekaman, atau sistem penyimpanan lainnya tanpa
seizin tertulis dari penulis dan penerbit.

[ 2 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb.


Dengan mengucapkan syukur al-hamdulillah dan rasa terima kasih kepada
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan Buku Puncak Ilmu Adalah Akhlak. Sholawat beserta
salam semoga tercurah limpahkan kepada panutan alam habibana wa
nabiyyana wa maulana Muhammad SAW. Semoga kita dapat meneladani sifat-
sifatnya dan segala perjuangannya, dan nanti kita akan mendapatkan
syafaatnya. Amin
Buku kecil ini, menjelaskan tentang puncaknya Ilmu adalah Akhlak,
disini dijelaskan tentang definisi akhlak, kemudian contoh-contoh akhlak mulia
dan cerminan kita memiliki akhlak kepada Allah, rasulullah, kepada orang tua,
akhlak kepada al-Qur’an dan akhlak dalam keluarga. Semoga buku kecil ini
bermanfaat buat kita semua. Amin
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku ini terutama kepada penerbit
Guepedia.com, dan kami persembahkan buku kecil ini kepada generasi muda
Islam dimanapun berada. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala serta
rezeki yang melimpah. Aamiin
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Sukabumi, 25 Mei 2023


Penulis

[ 3 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................ Error!


Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ........................................................................... Error!
Bookmark not defined.
ISI NASKAH
Bagian Satu Konsep Dasar Akhlak Islami
Bagian Dua Sifat-Sifat Akhlak Mulia
Bagian Tiga Akhlak Kepada Allah SWT
Bagian Empat Akhlak Kepada Rasulullah SAW
Bagian Lima Akhlak Kepada Kedua Orang Tua
Bagian Enam Akhlak Kepada Al-Qur’an
Bagian Tujuh Akhlak dalam Keluarga
Daftar Pustaka
Tentang Penulis ..................................................................... Error!
Bookmark not defined.

[ 4 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Bab 1
Konsep Dasar Akhlak Islami

1.1 Pendahuluan

Pada zaman modern seperti saat ini, kecenderungan kita


seringkali tertuju pada peningkatan kemampuan intelektual,
baik dalam hal pengetahuan maupun teknologi. Namun,
terkadang kita lupa bahwa pada hakikatnya, manusia tidak
hanya memiliki akal semata, melainkan juga hati nurani yang
perlu terus diasah. Oleh karena itu, tidaklah cukup jika kita
hanya fokus pada pengembangan kemampuan intelektual,
tetapi juga harus berupaya untuk meningkatkan Akhlak atau
moralitas kita sebagai manusia.
Mengutip dari ucapan Imam Ali bin Abi Thalib,
"Puncak ilmu adalah Akhlak". Ungkapan ini
menunjukkan betapa pentingnya Akhlak dalam
kehidupan kita sehari-hari. Seberapa cerdas dan berilmu
seorang individu, namun jika tidak memiliki Akhlak yang
baik, maka hal itu tidak akan memberikan manfaat yang
maksimal bagi dirinya maupun orang lain.
Dalam buku ini, kami akan membahas tentang
pentingnya Akhlak dalam kehidupan manusia, dan
bagaimana Akhlak dapat dijadikan sebagai puncak ilmu
yang perlu diperjuangkan. Kami akan membahas

[ 5 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
konsep-konsep moralitas dalam Islam dan mengapa
Islam menempatkan Akhlak pada posisi yang sangat
penting. Kami juga akan membahas bagaimana Akhlak
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam hubungan sosial, bisnis, keluarga, maupun
lingkungan.
Pendidikan akhlak merupakan bagian penting dari
pendidikan anak dalam Islam. Salah satu langkah awal
dalam mendidik akhlak yang benar adalah dengan
menanamkan pendidikan agama Islam di dalam diri
anak sedini mungkin. Dengan begitu, anak dapat
menerima pemahaman tentang nilai-nilai perilaku yang
baik dengan mudah dan terbiasa berprilaku baik sejak
kecil. Namun, untuk melaksanakan peran penting ini,
diperlukan seorang guru pendidikan agama Islam yang
fokus dan efektif dalam membentuk akhlak siswa. Guru
akidah akhlak harus dapat mengoptimalkan perannya
dalam menyerap nilai-nilai murni dari pembelajaran
agama Islam yang diterima siswa, serta membantu siswa
mengambil hikmah dari pelajaran tersebut sehingga
tertanam dengan kuat dan berpengaruh pada
pembentukan akhlak yang baik.
Dalam masyarakat Islam, akhlak menjadi ukuran
tinggi rendahnya derajat seseorang. Meskipun orang
dapat pintar setinggi langit, tetapi jika suka melanggar
norma agama atau melanggar peraturan pemerintah,

[ 6 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
maka ia tidak dapat dikatakan sebagai orang yang mulia.
Akhlak tidak hanya menentukan tinggi derajat
seseorang, melainkan juga masyarakat. Oleh karena itu,
penting bagi kita sebagai masyarakat untuk
memperhatikan dan memperbaiki akhlak kita demi
kemajuan pembangunan dan kehidupan sosial yang
lebih baik.
Buku ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan inspirasi bagi pembaca untuk memperkuat
Akhlaknya dan meningkatkan kualitas hidup secara
menyeluruh. Semoga buku ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pembaca, dan menjadi kontribusi
positif bagi perkembangan moralitas manusia di masa
depan.

1.2 Definisi Akhlak


Akhlak merujuk pada perilaku seseorang, baik itu
perilaku yang terpuji maupun tercela. Kata "Akhlak"
berasal dari kata "khuluq" dalam bahasa Arab yang
berarti perilaku. Secara harfiah, Akhlak berasal dari
rangkaian huruf khalaqa yang berarti menciptakan, yang
menghubungkan antara Allah swt dan makhluk-Nya.
Dalam Islam, kata yang menunjukkan perilaku
seseorang ada beberapa seperti adab dan suluk, namun
yang paling populer adalah Akhlak. Beberapa pakar
memisahkan antara akhlak, adab, dan etika, tetapi

[ 7 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
secara umum, pembahasan mengenai akhlak mencakup
perilaku manusia dan etika manusia, baik dalam
hubungannya dengan Allah swt maupun hubungannya
dengan sesama manusia. Perbedaannya adalah akhlak
menyangkut kondisi internal seseorang sebagai individu,
sedangkan adab lebih berbicara tentang sikap dalam
berhubungan dengan orang lain.(UPI, 2007)
Menurut Warasto (2018) bahwa Akhlak berasal dari
bahasa Arab dan telah diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia dengan arti yang sama yaitu istilah perangai
atau kesopanan. Kata "Akhlak" sendiri berasal dari kata
"khuluq" dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti
menciptakan. Kata ini merupakan bentuk jamak taksir
dari kata "khalq" yang artinya adalah ciptaan atau
penciptaan.
Di sisi lain, kata "kunak" juga merupakan bentuk
jamak taksir dari kata "qunun" yang artinya adalah
batang atau leher. Meskipun kata-kata tersebut berasal
dari bahasa Arab dan memiliki makna yang berbeda,
namun dalam penggunaannya, kedua kata tersebut
seringkali disamakan dengan kata Akhlak yang merujuk
pada perilaku dan sopan santun seseorang.(Warasto,
2018)
Menurut Ardhani yang dikutip Warasto (2018)
secara linguistik, kata "Akhlak" merupakan isim jamid
atau isim ghair mustaq yang tidak mempunyai akar kata.

[ 8 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Isim jamid atau isim ghair mustaq adalah jenis kata
benda dalam bahasa Arab yang tidak memiliki akar kata
atau tidak bisa dikatakan berasal dari kata kerja atau
kata dasar tertentu. Kata ini memiliki bentuk yang tetap
dan tidak dapat diubah bentuknya melalui proses
konjugasi atau infleksi. Dalam hal ini, kata "Akhlak"
tidak bisa diuraikan menjadi bagian-bagian kata yang
memiliki arti sendiri. Kata ini telah menjadi kata yang
baku dalam bahasa Arab dan tidak bisa diubah
bentuknya. Meskipun demikian, kata "Akhlak"
mempunyai makna yang luas dan penting dalam
kehidupan manusia. Kata ini merujuk pada perilaku
manusia yang baik atau buruk, serta merupakan salah
satu konsep penting dalam Islam yang mengatur tata
cara berperilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, pendidikan akhlak yang baik
sangat penting bagi setiap individu, terutama anak-anak
yang sedang dalam masa pembentukan karakter dan
kepribadian.(Warasto, 2018)
Menurut Nata yang di kutip Warasto (2018) dalam
bahasa Arab, Akhlak adalah isim masdar atau bentuk
infinitif dari kata Akhlaka, yukhliqu, ikhlaqan, yang
berarti "menjadikan" atau "membentuk". Akhlak
didefinisikan sebagai perangai atau kesopanan
seseorang, yang mencakup kelakuan, watak dasar,
kebiasaan, peradaban yang baik, dan agama. Kata

[ 9 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
akhlak sendiri memiliki wazan tsulasi mazjid af'ala,
yuf'ilu if'alan, yang berarti kata tersebut tidak memiliki
akar kata, melainkan telah menjadi sebuah kata yang
lengkap. Dalam Islam, akhlak dianggap sebagai salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
akhlak yang baik dapat membantu seseorang untuk
mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, mendidik anak-anak dengan nilai-nilai akhlak yang
baik sejak dini sangatlah penting. Para guru PAI juga
memiliki peran penting dalam membentuk Akhlak siswa,
sehingga mereka dapat menerima pemahaman tentang
nilai-nilai perilaku yang baik dan berprilaku baik sejak
dini. Dengan demikian, nilai-nilai Akhlak yang baik
dapat tertanam dalam diri siswa dan mempengaruhi
pembentukan Akhlak yang diharapkan.(Warasto, 2018)
Akhlak menurut istilah para ahli adalah :
a) Menurut Imam Abu Hamadi Al-Ghazali, akhlak
adalah karakteristik yang terbentuk dalam diri
seseorang sehingga membuatnya mudah
melakukan perbuatan tanpa harus berpikir dan
mempertimbangkan terlebih dahulu.(Maharani &
Syarif, 2022)
b) Menurut Abuddin Nata yang mengutip pendapat
dari Imam al-Ghazali, Akhlak merujuk pada
perbuatan yang dilakukan secara spontan tanpa
memerlukan pemikiran terlebih dahulu, karena

[ 10 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
sudah terlanjur tertanam dalam jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa akhlak merupakan suatu
sikap atau tindakan yang sudah melekat pada
diri seseorang, sehingga saat melakukannya tidak
lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran
yang panjang. Dengan kata lain, akhlak adalah
sebuah karakter yang sudah menjadi bagian dari
kepribadian seseorang, sehingga ia dapat dengan
mudah dan cepat mengambil tindakan yang
sesuai dengan akhlak yang dimilikinya. Hal ini
tentu saja sangat penting dalam membangun
pribadi yang memiliki akhlak yang baik dan
mulia.(Maharani & Syarif, 2022)
c) Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-Jurjani yang
dikutip Warasto (2018), Akhlak merupakan
sebuah istilah yang merujuk pada suatu sifat
yang sangat melekat pada diri seseorang, yang
mana sifat ini mampu menimbulkan perbuatan-
perbuatan yang mudah dilakukan tanpa harus
berfikir terlebih dahulu.(Warasto, 2018)
d) Menurut Warasto, Akhlak adalah suatu sifat yang
terpatri kuat dalam diri seseorang dan dapat
melahirkan perbuatan-perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran atau perenungan terlebih
dahulu. Jadi, perbuatan dilakukan secara refleks
dan spontan. Jika sifat tersebut melahirkan

[ 11 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
perbuatan-perbuatan yang terpuji, maka disebut
sebagai akhlak yang baik menurut rasionalitas
atau akal pikiran. Namun, jika perbuatan-
perbuatan buruk muncul dari sifat tersebut,
maka disebut sebagai akhlak buruk.(Warasto,
2018)
e) Zakiyah Darajat, Akhlak adalah suatu bentuk
perilaku yang berasal dari akumulasi berbagai
aspek dalam diri manusia seperti jiwa, pikiran,
perasaan, kebiasaan bawaan, dan sintetik yang
terbentuk menjadi satu kesatuan perilaku etis
yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini akan membentuk perasaan moral yang
melekat pada diri manusia sebagai fitrah,
sehingga seseorang dapat memahami
permasalahan baik dan buruk, berguna atau
tidak berguna.(Rahmah, 2021)
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sebuah karakteristik
atau sifat yang melekat pada diri seseorang dan dapat
melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah dilakukan
tanpa harus berfikir terlebih dahulu. Akhlak ini dapat
terbentuk dari akumulasi berbagai aspek dalam diri
manusia seperti jiwa, pikiran, perasaan, kebiasaan
bawaan, dan sintetik yang terbentuk menjadi satu
kesatuan perilaku etis yang dirasakan dalam kehidupan

[ 12 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
sehari-hari. Akhlak yang baik akan melahirkan
perbuatan-perbuatan terpuji, sementara Akhlak yang
buruk akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang
buruk pula. Oleh karena itu, penting untuk membangun
pribadi yang memiliki Akhlak yang baik dan mulia agar
dapat memahami permasalahan baik dan buruk,
berguna atau tidak berguna dalam kehidupan sehari-
hari.

1.3 Dalil tentang Akhlak


Akhlak yang baik merupakan bagian dari amal
shalih yang sangat penting dalam Islam karena dapat
meningkatkan keimanan seseorang. Selain itu, akhlak
yang baik juga memiliki bobot yang berat dalam
timbangan amal seseorang di hari kiamat. Seseorang
yang memiliki akhlak yang baik sangat dicintai oleh
Rasulullah SAW.
Rasulullah Saw bersabda:

ِ ‫إن َّ َما ب ُ ِعث ُْت ُألت َ ِِّم َم َم ََك ِر َم إ َألخ‬


‫ْالق‬
ِ
Terjemahnya: “Sesungguhnya aku di utus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari,
Baihaqi, dan Hakim)
Sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam
firmanNya berikut ini :
Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21

[ 13 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

Terjemahnya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)


Rasulullah itu suri teladan yang baik begaimu (yaitu)
bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”. (QS. Al Ahzab: 21)

1.4 Pentingnya Pemahaman Akhlak dalam Kehidupan


Sehari-Hari

Berikut adalah beberapa hal yang sangat penting


bagi kita untuk memiliki pemahaman akhlak dalam
kehidupan sehari:
a) Meningkatkan iman: Pemahaman Akhlak yang
baik akan membantu meningkatkan iman
seseorang. Dengan memiliki akhlak yang baik,
seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah
dan meraih keridhaan-Nya.
b) Meningkatkan kualitas hidup: Akhlak yang baik
juga dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Dengan memiliki akhlak yang baik,
seseorang dapat hidup dalam harmoni dengan

[ 14 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
lingkungan sekitarnya dan memperoleh
kepercayaan dari orang lain.
c) Menciptakan perdamaian dan kemaslahatan:
Akhlak yang baik dapat menciptakan
perdamaian dalam masyarakat. Dengan
memiliki akhlak yang baik, seseorang akan
mampu menyelesaikan masalah dengan cara
yang damai dan menghindari konflik yang tidak
perlu.
d) Meningkatkan hubungan antar sesama: Akhlak
yang baik dapat membantu meningkatkan
hubungan antar sesama. Dengan memiliki
akhlak yang baik, seseorang akan mampu
menjalin hubungan yang baik dengan keluarga,
teman, dan masyarakat sekitarnya.
e) Mendapatkan pahala: Akhlak yang baik dapat
memberikan pahala dari Allah SWT. Dalam
Islam, akhlak yang baik merupakan bagian dari
amal shalih yang akan mendapatkan pahala di
akhirat.
f) Menjadi teladan: Dengan memiliki Akhlak yang
baik, seseorang dapat menjadi teladan bagi
orang lain dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat membantu
menyebarkan kebaikan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

[ 15 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

Menurut Hasan Langgulung yang di kutip Waluyo


pada dasarnya, nilai-nilai akhlak dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu: nilai-nilai perseorangan, nilai-nilai
keluarga, nilai-nilai sosial, nilai-nilai negara, dan nilai-
nilai agama. Setiap kelompok memiliki nilai-nilai yang
berbeda-beda namun saling berkaitan satu sama lain.
Nilai-nilai perseorangan adalah nilai yang
ditanamkan pada diri individu masing-masing yang
menjadikan sebuah akhlak serta nilai-nilai yang
senantiasa dipegang dan dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya adalah menjaga diri, jujur,
sederhana, berhati ikhlas, tidak berbohong, tidak bakhil,
tidak sombong, selaras antar perkataan dengan
perbuatan, dan lain-lain.
Nilai-nilai keluarga adalah nilai yang ditanamkan
dalam lingkungan keluarga sebagai suatu wujud
pendidikan akhlak yang dilaksanakan dalam keluarga.
Contohnya adalah menghormati kedua orang tua,
memelihara kehidupan anak-anak, memberi pendidikan
akhlak kepada anak-anak.
Nilai-nilai sosial adalah sebuah nilai yang menjadi
sebuah acuan serta norma yang berlaku dalam
hubungan sosial dalam suatu masyarakat. Contohnya
adalah tidak mencuri, tidak menipu, menepati janji,
menghargai orang lain, mengutamakan kepentingan

[ 16 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
umum, dan lain-lain.
Nilai-nilai negara merupakan nilai yang dirumuskan
serta disepakati bersama oleh setiap warga negara,
sehingga ketertiban serta keamanan dari setiap
masyarakat dapat terjaga menjadikan suatu negara
tersebut menjadi negara yang damai, sejahtera, serta
aman. Contohnya adalah menjaga perdamaian,
menciptakan ketentraman, menjauhi kerusakan, dan
lain-lain.
Nilai-nilai agama adalah nilai yang diajarkan oleh
Tuhan bagi setiap makhluk. Nilai tersebut diyakini hati
serta dipraktikkan dalam suatu ritual ibadah yang
bertujuan agar umat beragama dapat bahagia di dunia
dan di akhirat kelak. Contohnya adalah ketaatan yang
mutlak akan perintah Tuhan, mensyukuri atas segala
nikmat yang diberikan kepada setiap makhluk, selalu
mengagungkan-Nya.
Pemahaman akan nilai-nilai akhlak menjadi penting
dalam kehidupan sehari-hari karena mampu membentuk
karakter individu yang baik, memperbaiki hubungan
sosial, serta memberikan kontribusi positif terhadap
pembangunan masyarakat dan negara yang lebih baik.
Selain itu, nilai-nilai akhlak juga dapat memberikan
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu yang
mengamalkannya.(Waluyo & Sani, 2019)

[ 17 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
1.5 Persamaan, Perbedaan Akhlak dan Karakter
Menurut Ali Mudhofir yang dikutip Lukmanul Hakim
bahwa konsep Akhlak dan karakter memang memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan, seperti :
Pertama, kedua konsep sama-sama membicarakan
baik dan buruk. Ini menunjukkan bahwa baik akhlak
maupun karakter berbicara tentang moralitas dan etika
dalam berperilaku, dan bahwa keduanya sama-sama
memerhatikan perilaku yang benar dan yang salah.
Kedua, baik akhlak maupun karakter sama-sama
menjadikan jiwa atau nafs sebagai perpaduan antara
akal dan kalbu. Ini menunjukkan bahwa baik akhlak
maupun karakter memerhatikan pentingnya kearifan
dalam mengendalikan emosi dan menyeimbangkan akal
dan hati dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Ketiga, baik akhlak maupun karakter sama-sama
membuka hal-hal yang tidak tampak, atau batiniah. Ini
menunjukkan bahwa baik akhlak maupun karakter
memerhatikan pentingnya spiritualitas dan keberadaan
yang lebih dalam di dalam diri manusia.
Sementara itu, perbedaan antara akhlak dan
karakter adalah bahwa akhlak merupakan kajian dari
ilmu agama, sedangkan karakter merupakan kajian dari
ilmu budaya. Ini menunjukkan bahwa akhlak lebih
berfokus pada nilai-nilai agama dalam mengembangkan
perilaku manusia, sementara karakter lebih berfokus

[ 18 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
pada nilai-nilai budaya dalam mengembangkan
kepribadian manusia.
Selain itu, sumber dari akhlak adalah wahyu, yaitu
ajaran agama yang dianggap berasal dari Tuhan,
sementara sumber dari karakter adalah akal dan budaya
masyarakat setempat, yang telah berkembang dari
pengalaman dan tradisi.(Hakim, 2017)
Menurut Ustadz DR. Adi Hidayat, Lc, perbedaan
antara akhlak dan karakter terletak pada asal-usul atau
cara munculnya kualitas moral tersebut.
Karakter, menurut beliau, adalah hasil dari
pendidikan dan latihan yang terus-menerus dilakukan
oleh seseorang. Karakter bisa dibentuk melalui proses
pembiasaan dan pengulangan dalam tindakan-tindakan
yang dilakukan secara konsisten dan terus-menerus.
Contohnya, seseorang yang terbiasa berlaku jujur akan
memiliki karakter yang kuat dalam hal kejujuran.
Sementara itu, akhlak adalah kualitas moral yang
muncul karena perbuatan ibadah yang benar dan
berkualitas. Akhlak berkaitan erat dengan hubungan
seseorang dengan Sang Pencipta, seperti halnya dalam
ibadah sholat, puasa, zakat, dan lain-lain. Dalam proses
beribadah, seseorang diajarkan untuk meningkatkan
kesadaran dan ketakwaannya kepada Allah, sehingga
dapat memunculkan kualitas moral yang baik dalam
dirinya.

[ 19 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Dengan demikian, karakter dan akhlak memiliki
perbedaan dalam asal-usul atau cara munculnya.
Karakter dihasilkan dari pendidikan dan latihan yang
konsisten, sedangkan akhlak muncul dari perbuatan
ibadah yang benar dan berkualitas. Namun, keduanya
sama-sama penting dalam membentuk kepribadian yang
baik dan bermartabat, serta saling melengkapi dalam
membentuk pribadi yang berakhlak mulia dan
berkarakter kuat.

1.6 Puncaknya Ilmu adalah Akhlak


Puncak Ilmu adalah Akhlak dalam hal ini, karena
akhlak memiliki keistimewaan tersendiri yaitu:
a) Akhlak sebagai penentu keberhasilan seseorang
dalam menguasai ilmu pengetahuan.
Keberhasilan seseorang dalam belajar dan
menguasai ilmu pengetahuan tidak akan
lengkap tanpa diiringi dengan akhlak yang baik.
Akhlak yang baik akan memperkuat
penguasaan ilmu dan mendorong penerapan
ilmu pengetahuan dengan bijaksana dan
bertanggung jawab.
b) Pentingnya pembentukan akhlak dalam
pendidikan. Kurikulum pendidikan dan
infrastruktur pendidikan yang baik hanya akan
berhasil menciptakan generasi yang berkualitas

[ 20 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
jika diiringi dengan pembentukan akhlak yang
baik pada peserta didik. Para pendidik harus
mampu memberikan pengajaran yang
mendorong pembentukan akhlak yang baik
pada peserta didik.
c) Akhlak sebagai penentu kualitas seseorang.
Akhlak yang baik akan membawa manusia pada
kebaikan dan kebahagiaan, sedangkan akhlak
yang buruk akan membawa pada kesengsaraan
dan kerugian. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memperhatikan pembentukan akhlak
dalam kehidupan sehari-hari.
d) Rasulullah sebagai contoh teladan dalam
pembentukan akhlak. Rasulullah merupakan
teladan dalam pembentukan akhlak yang agung,
memiliki kejujuran yang hebat, peduli yang
tinggi, rasa hormat dan kasih sayang pada
sesama yang luar biasa. Oleh karena itu, para
muslim diharapkan meneladani akhlak
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
e) Akhlak sebagai mahkota ilmu. Ilmu
pengetahuan akan memiliki nilai yang tinggi jika
diiringi dengan akhlak yang baik. Sebaliknya,
tanpa akhlak yang baik, seseorang yang berilmu
akan menjadi rendah dan tidak
terhormat.(Saleh, 2020)

[ 21 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Dalam rangka membangun masyarakat yang maju
dan beradab, maka pembentukan akhlak harus
diperhatikan dengan serius dan dilakukan secara
kontinyu. Dalam konteks pendidikan, pembentukan
akhlak harus menjadi salah satu fokus utama dalam
proses pendidikan. Dengan demikian, generasi muda
akan memiliki akhlak yang baik dan siap membangun
masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara.
Menurut KH. Hasyim Asy'ari yang dikutip Nahar,
beliau seorang ulama kharismatik dan sebagai pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), beliau menyatakan puncak
tertinggi ilmu adalah akhlak kepada Allah SWT. Hal ini
ditekankan oleh Hasyim Asy'ari karena ia memahami
bahwa tujuan utama dari belajar ilmu agama adalah
untuk mencapai ridha Allah SWT dan mendapatkan
keberkahan dalam kehidupan.
Dalam pandangan KH. Hasyim Asy'ari, ilmu
pengetahuan agama memiliki nilai yang sangat penting
dalam Islam. Namun, nilai dari ilmu tersebut tidak
hanya terletak pada penguasaan terhadap informasi dan
pengetahuan, tetapi juga pada pemahaman dan
penerapan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-
hari.
Hasyim Asy'ari juga percaya bahwa selama Kiai
Khalil, guru beliau, tinggal di Makkah, beliau lebih fokus
pada pembentukan akhlak daripada hanya mengajarkan

[ 22 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
ilmu pengetahuan agama secara teoretis. Kiai Khalil
berupaya untuk mengajarkan ilmu pengetahuan agama
dengan cara yang memperkuat dan membentuk akhlak
yang baik pada para muridnya.
Dalam pandangan Hasyim Asy'ari, pembentukan
akhlak yang baik sangat penting karena akan
memperkuat hubungan manusia dengan Allah SWT.
Selain itu, akhlak yang baik juga akan membawa
keberkahan dan kemuliaan dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Oleh karena itu, puncak tertinggi ilmu dalam
pandangan Hasyim Asy'ari adalah akhlak yang baik
kepada Allah SWT.(Nahar, 2021)
Kiai Kholil Bangkalan dan diadopsi oleh KH. Hasyim
Asy'ari ada beberapa prinsip belajar supaya memiliki
kelimuan yang bermanfaat. Prinsip-prinsip tersebut yang
tertuang dalam konsep beliau adalah:
a) Ikhlas karena Allah Swt. Prinsip ini menekankan
bahwa ketika seseorang menuntut ilmu, ia
harus menghilangkan ego dan kesombongannya
serta belajar dengan niat yang murni semata-
mata untuk memperoleh ridha Allah Swt. Ikhlas
akan membawa pelajar ke dalam keberkahan
dan kemajuan dalam pengetahuan, serta
membuka jalan untuk mencapai tujuan akhir
yaitu kebahagiaan abadi di akhirat.
b) Puncak tertinggi ilmu adalah akhlak kepada

[ 23 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Allah Swt. Prinsip ini menunjukkan bahwa
sejatinya ilmu tidaklah berharga jika tidak
dibarengi dengan akhlak yang baik dan benar.
Dalam Islam, akhlak diletakkan pada posisi
yang sangat penting, bahkan seringkali disebut
sebagai akhlakul karimah, akhlak yang luhur
dan mulia. Karena itu, setiap pelajar harus
menjadikan akhlak sebagai puncak tertinggi dari
keilmuan yang diperoleh.
c) Sikap hormat (ta'shim), cinta dan patuh kepada
guru. Sikap hormat (ta'shim), cinta, dan patuh
kepada guru adalah nilai-nilai penting dalam
budaya dan tradisi kebanyakan masyarakat di
seluruh dunia, terutama di dalam konteks
pendidikan. Sikap hormat (ta'shim) berarti
menghormati guru sebagai figur yang memiliki
kedudukan tinggi dan memiliki otoritas dalam
memberikan pengajaran dan bimbingan pada
murid-muridnya. Sikap hormat ini ditunjukkan
dengan cara memberikan salam, bersikap sopan
dan santun, serta menghargai perbedaan
pandangan atau pendapat dengan guru. Cinta
kepada guru menunjukkan rasa kasih sayang
dan penghargaan yang dalam terhadap guru,
yang dianggap sebagai figur yang memberikan
ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang

[ 24 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
berharga. Cinta ini ditunjukkan dengan cara
menjaga hubungan yang baik dengan guru,
memberikan perhatian dan penghormatan, serta
berusaha untuk mengikuti petunjuk dan
nasihat yang diberikan oleh guru. Patuh kepada
guru adalah sikap untuk mengikuti dan
mematuhi aturan, tata tertib, dan arahan yang
diberikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan
cara membiasakan diri untuk mematuhi
peraturan di lingkungan sekolah atau tempat
pendidikan, dan tidak melanggar tata tertib yang
sudah ditetapkan. Ta’shim kepada guru sangat
penting untuk menciptakan suasana yang
kondusif dalam proses belajar mengajar. Hal ini
murid dapat membuka diri untuk menerima
ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang
berharga dari guru mereka. Membantu
menciptakan hubungan yang harmonis antara
murid dan guru, serta akan mewujudkan
tingkat kualitas pendidikan yang diberikan
guru.
d) Keempat yaitu rajin belajar. Mencintai ilmu,
terdapat dorongan untuk mencintai ilmu
sebagai faktor penting dalam belajar. Kiai Kholil
Bangkalan percaya bahwa dengan mencintai
ilmu, maka seseorang akan rajin belajar dan

[ 25 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
memiliki semangat yang tinggi dalam mengejar
ilmu.(Nahar, 2021)
Dalam pemikiran Hasyim Asy'ari, keempat prinsip
ini kemudian menjadi bagian dari konsep pendidikan di
pesantren modern. Pendidikan di pesantren modern
tidak hanya menekankan pada penguasaan materi
pelajaran saja, namun juga pada pengembangan akhlak
dan sikap spiritual yang baik.
Konsep pendidikan pesantren modern ini kemudian
melahirkan lembaga pendidikan seperti Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) dan Universitas Islam Negeri (UIN)
yang menjadi wadah bagi peserta didik yang ingin
mengejar pendidikan tinggi dengan tetap berlandaskan
akhlak dan nilai-nilai keagamaan.
Menurut Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
bahwa dengan menekuni ilmu yang mulia, seseorang
akan mampu memperoleh akhlak yang baik dan
terhindar dari perbuatan yang dilakukan oleh setan.
Selain itu, dengan memiliki ilmu yang mulia, seseorang
juga dapat menghindari kebiasaan buruk dan jauh dari
perangai yang tercela. Dengan menekuni ilmu yang
mulia, seseorang dapat keluar dari kebodohan dan
kehinaan serta mencapai puncak ilmu.
Pernyataan ini menekankan pentingnya menuntut
ilmu dalam Islam dan bagaimana ilmu yang benar
sehingga dapat membentuk Akhlak seseorang dan

[ 26 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
membantu seseorang dalam menghindari perbuatan
yang buruk. Dalam Islam, menuntut ilmu dipandang
sebagai suatu kewajiban dan merupakan salah satu cara
untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Selain itu,
memiliki ilmu yang benar juga memungkinkan seseorang
untuk memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan
masyarakat di sekitarnya.(Minangkabawi et al., n.d.)
Menurut Imam Al-Ghazali, seorang tokoh pemikir
Muslim abad ke-11, puncak ilmu adalah akhlak yang
baik. Bagi Al-Ghazali, keberhasilan dalam mencapai
akhlak yang baik adalah tujuan akhir dari ilmu dan
pendidikan. Akhlak yang baik adalah sikap dan perilaku
yang mencerminkan kebenaran dan keindahan hati,
serta mencerminkan karakter seseorang sebagai hamba
Allah yang baik. Sebaliknya, ketika seseorang tidak
memiliki akhlak yang baik, maka ilmu yang dimilikinya
tidak akan memberikan manfaat yang sebenarnya.
Al-Ghazali memandang bahwa tujuan utama ilmu
dan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang
bertaqwa dan memiliki akhlak yang baik, sehingga
mereka dapat hidup bahagia dan damai dengan sesama
manusia, serta mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.
Oleh karena itu, Al-Ghazali menekankan pentingnya
pendidikan karakter dan pengembangan akhlak mulia
dalam pendidikan.
Dalam pandangan Al-Ghazali, akhlak yang baik

[ 27 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
mencakup berbagai aspek, seperti kesederhanaan,
kejujuran, kedermawanan, kerendahan hati, dan cinta
kasih. Seseorang yang memiliki akhlak yang baik akan
memiliki pandangan yang positif terhadap hidup dan
mampu menghadapi berbagai tantangan dengan sikap
yang bijaksana dan sabar. Dalam hal ini, ilmu yang
dimilikinya akan menjadi sarana untuk memperkuat
akhlak yang baik, bukan sekadar menambah
pengetahuan yang bersifat akademis semata. Wallahu
a’lam bil murodih.

[ 28 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Bab 2 Sifat-Sifat Akhlak Mulia

2.1 Kejujuran
Akhlak merupakan sebuah prilaku yang melekat
pada diri seseorang, yang berisi panduan perilaku yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pergaulan,
kejujuran menjadi salah satu sifat utama yang sangat
penting. Namun, sering kali makna jujur hanya diartikan
secara dangkal sehingga belum menyentuh makna jujur
secara menyeluruh. Padahal, kejujuran berhubungan
dengan banyak aspek keislaman, terutama dalam
masalah muamalah seperti perdagangan, pendidikan,
dan lingkungan. Kejujuran ini merupakan sifat dari
baginda Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan
kita semua.
Dalam konteks Islam, perdagangan adalah suatu
bentuk usaha yang dibolehkan, namun harus mengikuti
kaidah-kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah. Perdagangan yang dilakukan sesuai dengan ajaran
agama memiliki nilai ibadah dan dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kejujuran dalam
perdagangan harus ditegakan dalam kehidupan sehari-
hari, terutama dalam konteks muamalah atau sosial.
Selain itu, dalam pendidikan, kejujuran sangat
penting baik dari diri guru dalam mendidik dan

[ 29 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
mengolah nilai siswa. Seorang guru perlu mengajarkan
kejujuran pada siswa agar mereka belajar dengan baik
dan tidak melakukan tindakan menyontek. Hal ini akan
membantu siswa mempercayai diri sendiri dan mencapai
kesuksesan di masa depan. Oleh karena itu, kejujuran
menjadi penting bagi guru dan siswa yang berkualitas.
Dalam buku ini, kejujuran itu perlu dipahami secara
mendalam dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, dapat membantu kita menjadi individu yang
jujur dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam bahasa Arab, kejujuran disebut dengan kata
"shiddiq" yang berarti benar dan dapat dipercaya.
Artinya, kejujuran mengacu pada kata dan tindakan
yang sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, kebohongan
atau dusta disebut "kidzib". Oleh karena itu, kejujuran
mencerminkan kesesuaian antara fakta dan informasi
yang disampaikan. Jika suatu informasi sesuai dengan
fakta, maka dianggap sebagai kejujuran, tetapi jika
tidak, maka disebut sebagai dusta. Sifat jujur adalah
sifat yang dimiliki oleh para nabi dan rasul, yang
diberikan oleh Allah SWT sebagai cahaya penerang bagi
umat pada masa mereka. Meskipun metode (syariah)
yang mereka bawa berbeda-beda, namun mereka semua
menghargai nilai kejujuran.(Nizar, 2018)
Salah satu dari empat sifat yang dimiliki oleh
Rasulullah SAW adalah kejujuran, yang juga termasuk

[ 30 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
dalam sifat amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan
berita), dan fathonah (cerdas). Kejujuran sangat penting
dalam Islam, sehingga Alquran menyebut kata "as-
shidqu" atau jujur sebanyak 153 kali dalam ayat yang
berbeda.
Abu Bakar, sahabat Nabi dan khalifah pertama
dalam Islam, diberi gelar "as-shiddiq" karena dia selalu
jujur, berani, dan konsisten dalam menunjukkan sikap
kejujuran.
Allah SWT memerintahkan orang-orang yang
beriman untuk menjaga kejujuran dan kesungguhan
dalam tindakan dan kata-kata mereka, seperti yang
disebutkan dalam Alquran:

َ َّ ‫يٰٓأَُّيه َا َّ ِإَّل َين َءإ َمنُوإ إت َّ ُقوإ‬


ِّ ‫إَّلل َو ُكونُوإ َم َع‬
‫إلص ِد ِق َي‬
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-
orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah 9:119)
Perintah dalam ayat ini menekankan pentingnya
berpegang teguh pada kejujuran dan bergaul dengan
orang-orang yang jujur. Dengan menjadi jujur, seseorang
mencapai kedamaian batin di dunia ini dan mencapai
kebahagiaan di Akhirat. Nabi Muhammad SAW juga
menekankan pentingnya kejujuran, sebagaimana beliau
menyatakan:

[ 31 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
‫إلصدْ َق ُّيَ ْ ِدى إ ََل إلْ ِ ِِّب َوإ َّن إلْ ِ َّب ُّيَ ْ ِدى إ ََل إلْ َجنَّ ِة َو َما‬ ِ ِّ ‫عَلَ ْي ُ ُْك ِِب ِّ ِلصدْ ِق فَا َّن‬
ِ ِ ِ
‫إَّلل ِص ِِّديقًا َوإ ََّّي ُ ُْك‬ ِ َّ َ‫إلصدْ َق َح ََّّت يُ ِ ْكتَ َب ِعنْد‬ ِ ِّ ‫يَ َز ُإل إ َّلر ُج ُل ي َ ْصدُ ُق َوي َ َت َح َّرى‬
ِ
‫َوإلْ َك ِذ َب فَا َّن إلْ َك ِذ َب ُّيَ ْ ِدى إ ََل إلْ ُف ُج ِور َوإ َّن إلْ ُف ُج َور ُّيَ ْ ِدى إ ََل إلنَّ ِار َو َما‬
ِ ِ ِ
‫إَّلل َك َّذ ًإِب‬ِ َّ َ‫يَ َز ُإل إ َّلر ُج ُل يَ ْك ِذ ُب َوي َ َت َح َّرى إلْ َك ِذ َب َح ََّّت ِ ُي ْكتَ َب ِع ْند‬
"Berpeganglah pada kejujuran, karena kejujuran
akan mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan
akan mengantarkan pada Surga. Seseorang terus
menerus jujur dan berusaha untuk jujur hingga dia
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Berhati-
hatilah terhadap kebohongan, karena kebohongan
akan mengantarkan pada kejahatan, dan kejahatan
akan mengantarkan pada Neraka. Seseorang terus
menerus berbohong dan berusaha untuk berbohong
hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."
(Sahih Muslim)
Hadis diatas menegaskan bahwa kejujuran akan
membawa manusia kepada kebaikan, yang pada
akhirnya mengantarkan dia masuk kedalam Surga. Ini
mendorong individu muslim untuk selalu konsisten
dalam menjalankan kejujuran dan dikenal sebagai orang
yang jujur di sisi Allah SWT. Sebaliknya, kebohongan
dan dusta mengarah pada perbuatan jahat yang pada
akhirnya mengakibatkan hukuman yang sangat pedih di
dalam Neraka.

[ 32 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Nabi (SAW)
berlindung kepada Allah dari sikap munafik dan
ketidakjujuran:

، ‫ َوإل ِنِّ َف ِاق‬، ‫إلش َق ِاق‬ ِ ‫ َوإلْ ُف ُس‬، ‫إللَّهُ َّم إ ِ ِّّن َأعُو ُذ ب َِك ِم َن إلْ َف ْق ِر َوإلْ ُك ْف ِر‬
ِّ ِ ‫ َو‬، ‫وق‬
ِ
‫ َو ِّ ِإلر ََّي ِء‬، ‫إلس ْم َع ِة‬
‫َو ه‬
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
kemiskinan, kekafiran, kefasikan, perpecahan,
kemunafikan, reputasi buruk, dan kemegahan yang
dibuat-buat." (Diriwayatkan oleh Al-Hakim)
Oleh karena itu, sangat penting bagi para mukmin
untuk berjuang dalam kejujuran, berlindung dari
kemunafikan, dan terus menjaga kejujuran agar
mencapai kebaikan dan menghindari akibat dari
kebohongan dan ketidakjujuran. Semoga Allah
melindungi kita dari sifat-sifat tersebut.

2.2 Amanah
Pengertian Amanah – Istilah amanah adalah salah
satu istilah yang cukup familiar di kalangan umat
muslim. Pasalnya memiliki sifat amanah adalah
kewajiban bagi seorang muslim. Seseorang yang memiliki
sifat amanah adalah sosok yang dapat dipercaya serta
memiliki tanggung jawab pada setiap tugas maupun
kepercayaan yang diberikan kepada dirinya. Oleh karena

[ 33 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
itu, setiap muslim dituntut untuk memiliki sifat amanah.
Kata amanah dalam bahasa sehari-hari dapat
diartikan sebagai sikap tanggung jawab. Apabila
seseorang memiliki tanggung jawab pada setiap
tugasnya, maka ia akan dipandang menjadi sosok yang
amanah. Demikian pula sebaliknya, apabila ia
berperilaku khianat, maka ia dianggap menjadi
seseorang yang tidak dapat dipercayai dan tidak dapat
dipercaya. Sebagai seorang muslim yang baik, tentunya
kita harus mengetahui pengertian amanah, ciri serta
dalil-dalilnya. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi
makna dan pentingnya amanah dalam Islam.
Amanah merupakan akhlak penting yang harus
dimiliki oleh seorang muslim. Sifat amanah bahkan
disebutkan dalam dalil-dalil tertentu. Secara harfiah,
amanah berasal dari kata al-amaanah yang memiliki arti
ketenangan jiwa dan bebas dari rasa takut. Secara
bahasa, amanah dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dipercayakan, seperti dalam kalimat "titipan adalah
amanah." Dalam konteks istilah, amanah berarti
menjalankan dan menjaga setiap kewajiban dengan baik.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda
mengenai pengertian amanah. Menurut Abdurrahman
As-Sa'idi, amanah adalah hal-hal yang dipercayakan
pada seseorang dan diwajibkan untuk menjalankannya.
Abul Baqa' Al-Kaffawi menjelaskan bahwa amanah

[ 34 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
mencakup kewajiban-kewajiban bagi setiap hamba,
seperti zakat, sholat, puasa, menjaga titipan, membayar
hutang, dan menjaga rahasia. Quraish Shihab
memandang amanah sebagai kepercayaan yang harus
dijalankan dan dijaga dengan baik. Dalam menjaga
amanah, orang yang dipercayai juga harus menghindari
kemungkinan melalaikannya, baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja.
Terdapat tiga jenis dalam amanah yaitu amanah
kepada Allah, Amanah kepada manusia dan amanah
kepada diri sendiri.
Pertama adalah amanah kepada Allah sebagai sang
pencipta. Manusia diharapkan menjalankan segala
perintah dan menjauhi larangan yang ditetapkan oleh
Allah. Amanah ini ditegaskan dalam Al-Quran, bahwa
seorang muslim tidak boleh mengkhianati Allah, Rasul,
atau amanah yang diberikan kepada mereka.
Kedua adalah amanah pada sesama manusia. Ini
melibatkan menjaga hak-hak dan kewajiban terhadap
individu lain. Contohnya adalah menjaga rahasia orang
lain, menyampaikan kebenaran dengan jujur, dan tidak
menambah atau mengurangi informasi yang
disampaikan.
Ketiga adalah amanah pada diri sendiri. Dalam
Islam, setiap individu dianggap sebagai pemimpin bagi
dirinya sendiri. Oleh karena itu, amanah pada diri

[ 35 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
sendiri melibatkan menjaga kesehatan fisik dan mental,
serta tidak melukai diri sendiri dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal ini penting karena semua yang ada di
dunia ini hanyalah titipan dari Allah.
Dalam agama Islam, sifat amanah adalah salah satu
sifat yang mulia sehingga wajib dimiliki oleh setiap
muslim dan muslimat. Menurut Syaikh Abdurrahman
As-Sa’idi, amanah adalah “segala sesuatu yang
dipercayakan pada seseorang dan harus segera
ditunaikan”.
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
menunaikan amanah dengan sepenuh hati, tanpa
mengurangi, menunda, atau mengkhianatinya. Dalam
surat An-Nisa ayat 58,

ِِ ْْ ‫َّاس أَن ََْت ُك ُموا بِٱلْ ََع‬ ِ ِ


َ ْ َ‫ٱَّللَ ََيْ ُمُرُك ْم أَن تُ َؤُّدوا ْٱْل ََمََٰٰنَت إِ َ ََٰل أ َْهل َها َوإِذَا َح َك ْمتُم ب‬
ِ ‫ْي ٱلن‬ َّ ‫إِ َّن‬
ِ ‫ٱَّلل َكا َن ََِسيَعا ب‬ ِ ِِ ِ ِ ِ َّ ‫إِ َّن‬
‫ص ًريا‬ َ ً ََّ ‫ٱَّللَ عَع َّما عََعكُ ُكم بۦٓ إ َّن‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu


menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (QS. Anisa: 58)

[ 36 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Allah menjelaskan bahwa amanah mencakup


kekuasaan, rahasia, harta, dan tanggung jawab yang
hanya diketahui oleh Allah SWT.
Para ahli fiqih menegaskan bahwa amanah tidak
dapat dilaksanakan tanpa menjaganya, sehingga
menjaga amanah adalah kewajiban setiap muslim.
Amanah harus ditunaikan oleh orang yang berhak
menerimanya atau wakil yang ditunjuk oleh orang yang
berhak. Jika amanah diserahkan kepada orang yang
tidak berhak, maka itu tidak dianggap sebagai
penunaian amanah.
Beberapa dalil yang menjelaskan tentang amanah
antara lain:
QS. Al-Baqarah: 238

ِِ ِ ِ ُ‫ٱلصلَ َٰوةِ ٱلْوسطَى وق‬ ِ َّ ‫َٰح ِفكُوا علَى‬


َ ‫وموا ََّّلل َٰقَنت‬
‫ْي‬ ُ َ َٰ ْ ُ َّ ‫ٱلصلَ ََٰوت َو‬ َ َ
Artinya: Peliharalah semua shalat(mu), dan
(peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyu'.
Ayat ini menjelaskan tentang tanggung jawab dalam
memenuhi hutang dan mengingatkan agar amanah tidak
disembunyikan.
QS. Al-Ahzab: 72-73

‫ْي اَ ْن ََّّْي ِمْلنَ َها‬ ِ ِْ ‫ض و‬ ِ َّ ‫ضنَا ْاْلَماعَةَ علَى‬ ِ


َ ْ َ‫اْلبَاِ فَاَب‬ َ ِ ‫الس َٰم َٰوت َو ْاْلَْر‬ َ َ ْ ‫ا ََّّن َعَر‬

[ 37 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
ِ ِ ِ ِ ِ
َٰٰ ‫ب‬
ُ‫اَّلل‬ َ ‫ لٰيُ ََع ٰذ‬. ‫َواَ ْش َف ْق َن مْن َها َو ََحَلَ َها ْاْلعْ َسا ُن اعَّ َكا َن ظَلُ ْوًما َج ُه ْوًْل‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ
‫ْي‬ َٰٰ ‫ب‬
َ ْ ‫اَّللُ َعلَى الْ ُم ْؤمن‬ َ ‫ْي َوالْ ُم ْش ِرَٰكت َوعَتُ ْو‬
َ ْ ‫ْي َوالْ ُمنَٰفقَٰت َوالْ ُم ْش ِرك‬
َ ْ ‫الْ ُمنَٰفق‬
‫اَّللُ َغ ُف ْوًرا َّرِحْي ًما‬ ِ ِ
َٰٰ ‫َوالْ ُم ْؤمنَٰت َوَكا َن‬
Terjemahnya : “Sesungguhnya Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim
dan sangat bodoh, (72) sehingga Allah akan
mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan
perempuan; dan Allah akan menerima tobat orang-
orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang. (73)

Ayat diatas menegaskan bahwa Allah memberikan


amanah pada langit, bumi, dan gunung, tetapi mereka
menolak karena merasa tidak mampu. Manusia
menerima amanah tersebut meskipun berat, meskipun
manusia cenderung zalim dan bodoh.
QS. Al-Mu’minun: 8

‫عن ُه ْم ِْل ََمََٰٰنَتِ ِه ْم َو َع ْه ِْ ِه ْم ََٰر ُعو َن‬ ِ


َ ‫َوٱلَّذ‬

[ 38 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-
Mu’minun : 8)
Ayat ini menggambarkan orang-orang yang menjaga
amanah yang mereka pikul dan janjinya.
Dengan memahami dalil-dalil ini, diharapkan umat
muslim dapat menjalankan amanah dengan sebaik-
baiknya dan memiliki tanggung jawab mentaati perintah
Allah SWT.

2.3 Tawakal

Tawakal berasal dari kata ‫وكل‬ (wakala) yang

mengandung arti menyerahkan, mempercayakan, dan


mewakilkan urusan kita kepada pihak lain. Dalam
konteks ini, penyerahan tersebut ditujukan kepada Allah
Swt. dengan tujuan mencapai kebaikan dan menghindari
kerugian.
Secara umum, tawakkal dapat diartikan sebagai
menyerahkan suatu urusan kepada kehendak Allah
Swt., yang mengatur segala hal. Berserah diri (tawakkal)
kepada Allah Swt. merupakan kewajiban dalam agama
Islam. Seorang Muslim berserah diri (tawakkal) kepada
Allah Swt. setelah melakukan upaya (iktikad) dengan
sungguh-sungguh dan maksimal sesuai dengan
kemampuannya.

[ 39 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Tawakkal dilakukan setelah manusia berusaha
semaksimal mungkin, sehingga tawakal kepada Allah
Swt. tidak dianjurkan jika seseorang menyerahkan
(tawakkal) segala urusan kepada-Nya sebelum
melakukan usaha sebaik mungkin. Selain itu, tawakkal
yang ditujukan kepada selain Allah Swt. merupakan
perbuatan syirik yang harus dihindari oleh setiap orang
yang beriman.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah : 23
ِ ِِ
ُ‫اب فَِإ َذا َد َخلْتُ ُموه‬
َ َ‫ٱَّللُ َعلَْي ِه َما ْٱد ُخلُوا َعلَْي ِه ُم ٱلْب‬ َ ‫اِ َر ُج ََلن م َن ٱلَّذ‬
َّ ‫عن ََيَافُو َن أَعْ ََع َم‬ َ َ‫ق‬
ِِ َِّ ‫فَِإعَّ ُكم ََٰغلِبو َن وعلَى‬
َ ‫ٱَّلل فَتَ َوَّكلُوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤمن‬
‫ْي‬ ََ ُ ْ
Artinya: Berkatalah dua orang diantara orang-orang
yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan
melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS.
Al-Maidah: 23)

Ayat tersebut diatas QS Al-Maidah ayat 23,


menyatakan bahwa orang-orang yang beriman
seharusnya bertawakkal kepada Allah Swt. Ayat ini
menekankan pentingnya memiliki keyakinan yang kuat
dan mengandalkan Allah dalam segala urusan. Dalam
konteks ayat ini, dua orang yang takut kepada Allah dan
telah diberi nikmat oleh-Nya disarankan untuk masuk ke
dalam kota melalui pintu gerbang yang telah

[ 40 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
ditunjukkan kepada mereka. Ayat ini mengandung pesan
bahwa dengan bertawakkal kepada Allah, mereka akan
mencapai kemenangan. Ayat tersebut mengajarkan
bahwa tawakkal merupakan salah satu aspek penting
dari iman.
Ayat yang lain yang menjelaskan tawakal adalah QS.
Ali Imran : 159

‫ظ أٱلْ َقلْ ِب َألٱن َفضه و ۟إ ِم ْن‬


َ ‫نت فَ ًّظا غَ ِلي‬ َ ‫نت لَهُ ْم َولَ ْو ُك‬ َ ‫فَ ِب َما َر ْ َْح ٍة ِِّم َن أٱ َّ َِّلل ِل‬
ْ َّ ‫َح ْو ِ َِل فَأٱع ُْف َعْنْ ُ ْم َوأٱ ْس َت ْغ ِف ْر لَهُ ْم َو َشا ِو ْر ُ ُْه ِِف أٱ ْ َأل ْم ِر فَا َذإ َع َز ْم َت فَتَ َو‬
‫َّك‬
ِ
‫عَ ََل أٱ َّ َِّلل إ َّن أٱ َّ ََّلل ُ ُِي هب أٱلْ ُمتَ َو ِ ِّ ِّك َي‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
ِ
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.

Ayat kedua yang menjelaskan tawakal dalam al-


Qur’an yaitu Surah Ali Imran :159, ayat ini
menggarisbawahi pentingnya bertawakkal kepada Allah
setelah berusaha dengan sungguh-sungguh. Ayat ini
menyatakan bahwa dengan rahmat Allah, seseorang
harus bersikap lemah lembut terhadap orang lain
sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang. Jika
seseorang bersikap keras dan kasar, orang lain mungkin

[ 41 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
akan menjauhinya. Oleh karena itu, Allah Swt.
menyarankan untuk memaafkan dan memohonkan
ampun bagi orang lain, serta bermusyawarah dengan
mereka dalam urusan yang dihadapi.
Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan agar
seseorang bertawakkal kepada-Nya setelah mereka telah
membulatkan tekad. Hal ini menunjukkan bahwa
tawakkal harus dilakukan setelah seseorang telah
melakukan upaya terbaik dan mengambil keputusan
yang tepat. Bertawakkal kepada Allah Swt. berarti
meletakkan keyakinan dan harapan sepenuhnya kepada-
Nya, mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kendali
penuh atas segala sesuatu.
Ayat ini juga menyampaikan bahwa Allah Swt.
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Ini
menunjukkan bahwa tawakkal bukan hanya sebuah
kewajiban, tetapi juga merupakan sifat yang
dianugerahkan dan dihargai oleh Allah. Dalam tawakkal,
terdapat kekuatan dan ketenangan karena seseorang
percaya bahwa Allah Swt. akan mengurus segala
urusannya dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, kedua ayat tersebut
menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah Swt. adalah
bagian penting dari iman dan bahwa manusia akan
mendapatkan sukacita dan keberkahan dari Allah Swt.
ketika mereka mempercayakan diri sepenuhnya kepada-

[ 42 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Nya setelah melakukan usaha maksimal.
Menurut Ibnu Rajab dalam Jami'ul Ulum wal Hikam
menyampaikan bahwa tawakkal sebenarnya adalah saat
hati seseorang bergantung sepenuhnya pada Allah Azza
wa Jalla untuk mencapai kemaslahatan dan
menghindari bahaya, baik dalam urusan dunia maupun
akhirat. Tawakkal adalah penyerahan semua urusan
kepada Allah dan meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi,
mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat
kecuali Allah semata.
Penting untuk dipahami bahwa tawakkal tidak
hanya sekadar pasrah, tetapi juga harus disertai dengan
melakukan usaha. Ibnu Rajab menjelaskan bahwa
tawakkal tidak berarti meninggalkan sebab-sebab atau
sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh
Allah. Allah memerintahkan kita untuk berusaha
sekaligus memerintahkan kita untuk bertawakkal. Oleh
karena itu, usaha yang dilakukan dengan anggota badan
untuk meraih sebab-sebab tersebut adalah ketaatan
kepada Allah, sementara tawakkal dengan hati adalah
bentuk keimanan kepada-Nya. Perlu diingat bahwa
tawakkal yang sebenarnya adalah kombinasi antara
usaha yang sungguh-sungguh dengan keyakinan penuh
bahwa hasil akhir sepenuhnya ada di tangan Allah.
Tawakkal bukanlah sikap pasrah tanpa melakukan

[ 43 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
upaya apapun dalam diri manusia, tetapi merupakan
keseimbangan antara usaha yang maksimal dan
keyakinan yang mantap kepada Allah dalam mencapai
tujuan setiap usahanya.

2.4 Ikhlas
Ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), memiliki definisi adalah bersih hati atau tulus
hati. Dalam konteks ajaran Islam, ikhlas merupakan
esensi dari setiap amal perbuatan. Ikhlas dalam akhlakul
karimah adalah hasil dari ihsan, yaitu keyakinan bahwa
segala yang kita lakukan diketahui dan dilihat oleh Allah
SWT. Secara etimologi, ikhlas memiliki makna
membersihkan, menjadikan sesuatu jernih, suci dari
pencemaran atau campuran, baik dalam bentuk materi
maupun non-materi. Secara istilah, ikhlas berarti
membersihkan hati agar hanya ditujukan kepada Allah
SWT. Dengan kata lain, dalam melakukan ibadah, hati
kita harus terfokus sepenuhnya kepada Allah SWT dan
tidak tertuju kepada selain-Nya.
Menurut Muhammad Abduh, ikhlas memiliki
pengertian “bahwa agama hanya diniatkan untuk Allah
SWT, dengan selalu berharap kepada-Nya dan tidak
mengakui adanya kesamaan antara Allah dengan
makhluk apa pun, serta tidak memiliki tujuan tertentu di
luarNya”.

[ 44 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Menurut Muhammad al-Ghazali, “ikhlas berarti
melakukan amal kebaikan semata-mata karena Allah
SWT”.
Imam Al-Qusyairi mengartikan “ikhlas sebagai upaya
menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya yang
dijadikan sebagai sesembahan”.
Menurut Hamka, “ikhlas memiliki makna bersih dan
tanpa campuran”. Ia menggunakan perumpamaan emas,
bahwa ikhlas adalah emas yang tulen tanpa sedikitpun
campuran. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa
ikhlas adalah keadaan yang murni dan suci, seperti
emas tulen yang tidak bercampur dengan perak. Dalam
konteks ini, pekerjaan yang bersih dan ikhlas berarti
melakukan sesuatu dengan tulus dan tanpa ada motif
atau campuran yang tidak murni.
Menurut Syekh Ibnu Atha'illah, “ikhlas memiliki
makna bahwa semua amal ibadah yang dilakukan hanya
ditujukan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya zat
yang memiliki hamba”. Dalam pandangan ini, ikhlas
berarti menjadikan Allah sebagai fokus utama dalam
setiap perbuatan, tanpa ada kesinambungan hati kepada
selain-Nya.
Secara keseluruhan, pandangan para ahli tersebut
menyampaikan bahwa ikhlas adalah ketulusan dan
kesucian hati dalam beragama dan beramal. Ikhlas
mengharuskan kita menjadikan Allah SWT sebagai satu-

[ 45 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
satunya objek ibadah, melaksanakan perbuatan baik
semata-mata karena-Nya, dan membersihkan hati dari
campuran atau motif yang tidak murni. Dengan ikhlas,
setiap perbuatan yang dilakukan akan mendapatkan
nilai dan keberkahan yang lebih tinggi.
Ciri-ciri ikhlas adalah sebagai berikut:
a) Tidak suka dipuji: Orang yang ikhlas tidak
mencari pujian dari orang lain sebagai tujuan
utama dalam melakukan amal perbuatan. Ia
tidak tergantung pada pengakuan atau apresiasi
dari orang lain karena niatnya yang murni
ditujukan hanya kepada Allah SWT.
b) Tidak berambisi menjadi pemimpin: Ikhlas juga
ditandai dengan sikap rendah hati dan
ketidakberambisan untuk mencapai posisi atau
kekuasaan. Seseorang yang ikhlas tidak
menginginkan jabatan atau kekuasaan sebagai
tujuan utama, tetapi lebih fokus pada kebaikan
yang dapat dilakukan tanpa memperhatikan
posisi atau statusnya.
c) Mendengarkan nasihat: Ciri lain dari ikhlas
adalah keterbukaan untuk menerima nasihat dari
orang lain. Orang yang ikhlas mau mendengarkan
saran dan masukan dengan tulus hati, karena
tujuannya bukan untuk mempertahankan ego
atau kepentingan pribadi, melainkan untuk

[ 46 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
menggapai keridhaan Allah SWT.
d) Menganggap sama pujian dan hinaan: Seseorang
yang ikhlas memiliki sikap yang seimbang dalam
menghadapi pujian dan hinaan. Ia tidak terlalu
terpengaruh oleh pujian yang diberikan oleh
orang lain, karena tujuannya bukan untuk
mendapatkan pengakuan dari manusia. Begitu
pula, ia tidak terlalu terhina oleh cemoohan atau
celaan, karena tujuannya bukan untuk menjaga
citra diri di mata orang lain, melainkan mencari
keridhaan Allah SWT.
e) Melupakan amal baik: Ciri ini sebenarnya
membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Dalam
konteks ikhlas, melupakan amal baik berarti
tidak menyombongkan diri atau membanggakan
amal yang telah dilakukan. Orang yang ikhlas
tidak terus-menerus mengingat atau
mempertontonkan amal baiknya kepada orang
lain, melainkan menjaga kerahasiaan amal dan
menghindari riya' (beramal dengan tujuan
memperoleh pujian atau pengakuan dari
manusia).
f) Melupakan hak amal baiknya: Hal ini juga perlu
penjelasan lebih lanjut. Dalam konteks ikhlas,
melupakan hak amal baik berarti tidak
mengharapkan balasan atau penghargaan dari

[ 47 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
orang lain atas amal yang telah dilakukan. Orang
yang ikhlas melakukan amal baik semata-mata
karena Allah SWT dan tidak menginginkan
imbalan atau pengakuan dari manusia.
Dapat disimpulkan, ciri-ciri ikhlas yang disebutkan
diatas mencakup sikap rendah hati, ketulusan niat,
keterbukaan terhadap nasihat, ketenangan dalam
menghadapi pujian dan hinaan, serta sikap tidak
membanggakan atau mengharapkan pengakuan atas
amal yang telah dilakukan. Semua ciri ini merupakan
tanda dari seseorang yang menjalankan amal dengan
ikhlas, yaitu semata-mata karena Allah SWT dan untuk
mencapai keridhaan-Nya.
Adapun manfaat memiliki sifat ikhlas dalam diri
manusia yang beriman adalah :
a) Sebagai salah satu sumber rezeki pahala yang
besar: Ikhlas dalam beribadah dan melakukan
amal baik merupakan salah satu faktor yang
menentukan besar keberkahan dan pahala yang
diperoleh. Allah SWT akan membalas dengan
limpahan pahala yang berlimpah bagi mereka
yang melakukan amal dengan ikhlas.
b) Ikhlas dapat menyelamatkan dari adzab yang
besar pada hari pembalasan: Dengan ikhlas
dalam beramal, seseorang akan mendapatkan
perlindungan dan penyelamatan dari adzab yang

[ 48 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
besar pada hari kebangkitan. Allah SWT akan
melindungi hamba-hamba-Nya yang ikhlas dari
siksaan yang pedih di akhirat.
c) Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk)
sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah:
Ikhlas merupakan kunci untuk mendapatkan
hidayah dan petunjuk dari Allah SWT. Dengan
ikhlas, seseorang akan diberi petunjuk-Nya dan
dijaga agar tidak tersesat atau terjerumus ke
jalan yang salah.
d) Jalan selamat di akhirat hanya dapat diraih
dengan ikhlas: Ikhlas adalah syarat penting
untuk mencapai keberhasilan dan keselamatan
di akhirat. Hanya dengan ikhlas dalam
beribadah dan beramal, seseorang dapat meraih
jalan yang selamat dan mendapatkan
kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT.
e) Amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT:
Allah SWT hanya menerima amal ibadah yang
dilakukan dengan ikhlas. Dengan ikhlas, amal
ibadah kita akan diterima-Nya tanpa cacat atau
cela.
f) Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram:
Ikhlas membawa ketenangan dan kedamaian
dalam hidup. Dengan fokus pada keridhaan
Allah SWT dan melepaskan diri dari motif-motif

[ 49 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
yang tidak murni, seseorang akan merasakan
ketenangan dan kedamaian dalam hati.
g) Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT:
Allah SWT melindungi hamba-hamba-Nya yang
ikhlas. Dengan ikhlas, seseorang akan
mendapatkan perlindungan dan pertolongan
dari Allah dalam segala aspek kehidupan.

2.5 Sabar
Definisi sabar adalah kemampuan menahan diri dari
keinginan dan emosi, serta tetap bertahan dan tidak
mengeluh ketika menghadapi kesulitan atau musibah.
Untuk memiliki sikap sabar, diperlukan kelapangan hati
dan ketabahan, karena keduanya saling terkait dan
diperlukan untuk mengikuti jalan Allah. Kualitas
seseorang akan terbentuk oleh seberapa kuatnya dia
dalam bersabar. Semakin sabar seseorang, semakin kuat
dia dalam menghadapi setiap ujian. Sabar memiliki
makna yang luas, tidak hanya menahan diri dari
pelanggaran aturan Allah SWT, tetapi juga menahan diri
dari nafsu, menjaga diri saat dalam keadaan lapang atau
terbatas.
Manurut Ali bin Abi Thalib RA bahwa kesabaran dan
keimanan saling terkait seperti kepala dan tubuh. Jika
kesabaran hilang, maka iman juga akan hilang.
Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran : 200

[ 50 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

‫ٱ ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
َ ‫ي َ ٰٓأَُّيه َا أ َّ َِّل َين َءإ َمنُو ۟إ أ ْص ِ ُبو ۟إ َو َصا ِب ُرو ۟إ َو َرإب ُِطو ۟إ َوأت َّ ُقو ۟إ أ َّ ََّلل ل َ َعل َّ ُ ُْك تُ ْف ِل ُح‬
‫ون‬
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Dalam Surat Ali Imran : 200 diatas, Allah SWT


memerintahkan orang-orang yang beriman untuk
bersabar, memperkuat kesabaran, tetap siap, dan
bertakwa kepada-Nya agar mereka beruntung.
Menurut Quraish Shihab, berdasarkan ayat
tersebut, bersabar adalah kewajiban. Setiap hamba yang
mengalami musibah diwajibkan bersabar dari awal
hingga menemukan jalan keluar. Sabar merupakan
senjata utama dalam iman, dan semakin tinggi tingkat
kesabaran seseorang, semakin tinggi pula tingkat
imannya.
Sabar merupakan sifat yang penting dalam
kehidupan seorang Muslim dan merupakan sifat yang
sangat mulia. Ulama mengajarkan kepada kita, bahwa
ada tiga macam sabar yang harus kita miliki. Pertama,
sabar dalam ketaatan. Sebagai hamba yang taat, kita
perlu memiliki kesabaran yang berkelanjutan dan terus
meningkat. Dalam menjalankan kewajiban kita kepada
Allah, seperti shalat, puasa, dan sedekah, serta dalam
menjalin hubungan yang baik dengan sesama umat

[ 51 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
manusia, sabar sangatlah penting. Kedua, sabar dalam
menjauhi maksiat. Menahan diri dari godaan dan godaan
untuk melakukan perbuatan dosa adalah bagian dari
rangkaian kesabaran yang harus kita miliki. Kita harus
selalu ingat bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap
tindakan kita. Dengan sabar, kita dapat menghindari
maksiat dan mempertahankan kesucian hati serta
keberkahan dalam kehidupan kita. Ketiga, sabar dalam
menerima takdir Allah. Seringkali kita menolak atau
merasa tidak puas dengan apa yang telah Allah tetapkan
untuk kita. Namun, musibah dan ketidaknyamanan
hidup sebenarnya merupakan ujian dari Allah untuk
menguji kesabaran kita. Sejauh mana kita mampu
bersabar, menerima, dan kuat menghadapi setiap ujian
adalah ukuran sejati dari kesabaran kita. Setelah kita
mampu melewati ujian tersebut, Allah akan memberikan
kabar gembira dan pahala sebagai hasil dari kesabaran
kita.
Dengan memiliki ketiga macam sabar ini, kita dapat
menjadi hamba yang lebih baik di hadapan Allah dan
menghadapi berbagai cobaan hidup dengan penuh
ketenangan dan keyakinan. Sabar membawa manfaat
yang besar dalam kehidupan kita, seperti mendapatkan
pahala yang besar, terhindar dari adzab Allah,
mendapatkan petunjuk-Nya, dan mendapatkan
perlindungan-Nya. Oleh karena itu, kita harus berupaya

[ 52 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
untuk terus meningkatkan dan memperkuat sabar
dalam diri kita agar dapat meraih keberuntungan dan
kebaikan dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan remaja dan dewasa, kesabaran
memiliki peran yang sangat penting. Remaja seringkali
menghadapi berbagai tantangan dalam menemukan jati
diri, menyelesaikan studi, dan menjalin hubungan sosial.
Sementara itu, dewasa dihadapkan pada tanggung jawab
yang lebih besar, seperti mengelola karir, membangun
hubungan keluarga, dan menghadapi tekanan hidup
sehari-hari.
Bagi remaja, kunci untuk tetap bersabar adalah
memiliki niat yang kuat dan tulus karena Allah. Dengan
mengingatkan diri bahwa segala hal yang dilakukan
adalah untuk mendapatkan ridha-Nya, mereka dapat
menghadapi setiap rintangan dengan lebih tabah. Selain
itu, mendekatkan diri kepada Allah melalui membaca Al-
Qur'an, berdzikir, dan memahami ajaran-Nya akan
memberikan ketenangan dan kekuatan dalam
menghadapi segala situasi.
Dalam kehidupan dewasa, mengambil hikmah dari
setiap pengalaman menjadi kunci utama untuk tetap
bersabar. Tidak mengeluh, melainkan tetap
berhusnudzon kepada Allah, mempercayai bahwa segala
sesuatu yang terjadi memiliki hikmah tersendiri. Dalam
perjalanan mencapai kesuksesan, sabar dan ketekunan

[ 53 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
adalah kunci utama. Tanpa usaha yang panjang dan
persiapan yang teratur, kesuksesan tidak akan tercapai.
Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran akan
membuahkan hasil yang baik. Dengan kesabaran,
seseorang dapat menghadapi tantangan dengan lebih
tenang dan bijaksana. Kehidupan remaja dan dewasa
penuh dengan ujian dan cobaan, baik dalam hal
pendidikan, karir, hubungan sosial, maupun tanggung
jawab lainnya.
Dalam menghadapi hal-hal tersebut, kesabaran
memiliki manfaat yang signifikan, antara lain:
a) Meningkatkan ketahanan mental: Kesabaran
membantu remaja dan dewasa menghadapi
tekanan dan stres dengan lebih baik. Dengan
tidak mudah putus asa atau terpancing emosi
negatif, seseorang dapat menjaga keseimbangan
emosional dan mentalnya dalam menghadapi
masalah sehari-hari.
b) Memperkuat ketekunan dan konsistensi: Dalam
meraih tujuan dan kesuksesan, kesabaran
diperlukan untuk tetap bertahan dan berusaha
secara konsisten. Remaja dan dewasa perlu
menyadari bahwa pencapaian yang signifikan
membutuhkan waktu dan upaya yang
berkelanjutan.
c) Meningkatkan hubungan sosial: Dalam interaksi

[ 54 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
dengan orang lain, kesabaran membantu
membangun hubungan yang lebih baik. Dengan
mengendalikan emosi dan bersikap sabar
terhadap perbedaan pendapat atau kesulitan
dalam komunikasi, seseorang dapat menjaga
harmoni dan menghindari konflik yang tidak
perlu.
d) Memupuk rasa syukur dan keikhlasan:
Kesabaran membantu remaja dan dewasa untuk
lebih menghargai dan bersyukur atas apa yang
telah dimiliki. Dengan menghadapi kesulitan
dengan kesabaran, seseorang belajar untuk
merelakan apa yang tidak bisa diubah dan fokus
pada hal-hal yang dapat diperbaiki.
e) Mengembangkan karakter yang kuat: Kesabaran
merupakan salah satu ciri kepribadian yang
kuat dan menunjukkan ketangguhan seseorang.
Dengan menjalani kehidupan dengan sikap
sabar, seseorang dapat mengembangkan
karakter yang lebih baik, termasuk sifat-sifat
seperti ketabahan, keteguhan, dan keberanian
menghadapi tantangan.
Dalam kesabaran memiliki manfaat yang sangat
penting dalam kehidupan remaja maupun dewasa.
Dengan menjaga kesabaran, seseorang dapat
menghadapi tantangan dengan lebih baik, memperkuat

[ 55 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
ketahanan mental, membangun hubungan sosial yang
baik, dan mengembangkan karakter yang kuat.
Kesabaran juga membantu seseorang untuk tetap
bersyukur dan ikhlas dalam menghadapi segala kondisi
dalam kehidupan.

2.6 Bersungguh Sungguh Belajar


Bersungguh-sungguh dalam belajar adalah suatu
hal penting bagi siapa pun yang menginginkan
keberhasilan dalam bidang ilmu, terutama ilmu syar'I
dan hal ini merupakan hal yang mulia dan sering
dilaksanakan oleh para ulama dan para cendekia muslim
dalam perjalanan mencari ilmunya salah satu contoh
tokoh ulama Indonesia yang masyhur adalah Imam
Nawawi al-Bantani yang bersungguh-sungguh dalam
mencari ilmu baik di Imdonesia maupun di Mekkah al
hasil menjadi seorang ulama yang berhasil. Ilmu syar'i
merupakan ilmu yang paling mulia dan agung, karena
melalui ilmu tersebut, seseorang dapat mendekatkan diri
kepada Allah dan menuju surga-Nya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat
Muslim : "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
surga." (HR.Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa untuk mencapai
ilmu, seseorang perlu bersungguh-sungguh dan

[ 56 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
berusaha dengan sungguh-sungguh.
Hal yang mulia, agung, dan berharga tidak dapat
diraih dengan cara yang santai dan tidak serius.
Diperlukan perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran
yang panjang untuk meraihnya. Seorang penuntut ilmu
yang sungguh-sungguh akan rela mengurangi waktu
tidur, bermain, dan istirahat, serta mengurangi
kenikmatan makanan dengan berpuasa sunnah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan
bahwa Allah akan memberikan pemahaman agama
kepada orang yang diinginkan kebaikan-Nya. Hal ini
menunjukkan bahwa memperoleh ilmu agama
merupakan sarana untuk mendapatkan kebaikan dan
keberkahan.
Hadis lain yang menjelasan bersungguh-sungguh
dalam belajar adalah hadits dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda:

‫ َس َّه َل هللاُ لَ ُ بِِ طَ ِرع ًقا‬،‫س فِْي ِ ِع ْل ًما‬ ِ ِ َ َ‫َم ْن َسل‬


ُ ‫ك طَرع ًقا عَ ْلتَم‬
‫اْلَن َِّة‬
ْ ‫إِ ََل‬
Terjemahnya : "Barangsiapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa orang yang berusaha


mencari ilmu akan diberi kemudahan oleh Allah dalam
mencapai surga. Ini menunjukkan pentingnya

[ 57 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
kesungguhan dalam menuntut ilmu dan bahwa ilmu
adalah pintu menuju surga.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus
menjadikan motivasi dari ayat-ayat dan hadis-hadis
tersebut untuk tetap bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. Kita harus menyadari bahwa ilmu syar'i
adalah sesuatu yang berharga dan mulia, dan meraihnya
membutuhkan usaha, kesabaran, dan pengorbanan.
Selain itu, kita perlu menjaga penggunaan teknologi
seperti handphone dan internet agar tidak melalaikan
kita dalam belajar, serta memastikan bahwa penggunaan
internet hanya untuk hal-hal yang positif dan
bermanfaat dalam menambah ilmu.
Dengan bersungguh-sungguh dalam belajar, kita
akan mendapatkan keutamaan dan kemudahan dari
Allah, serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kita. Semoga kita semua menjadi penuntut ilmu yang
gigih dan mendapatkan manfaat dunia dan akhirat dari
ilmu yang kita peroleh.
Allah SWT berfirman dalam Surat Az-Zumar : 9
adalah :

ِ
ُ ‫قُ ْل َه ْل عَ ْستَ ِوى الَّذعْ َن عَ َْعلَ ُم ْو َن َوالَّذعْ َن َْل عَ َْع‬
‫لم َن‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad) apakah sama
orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-
orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu) ?” (QS.
Az-Zumar: 9)

[ 58 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Ayat diatas menjelaskan, bahwa orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu itu berbeda. Orang
berilmu itu derajatnya lebih tinggi beberapa derajat dari
orang yang tidak memiliki ilmu, sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

‫اَّللُ الَّ ِذعْ َن ءَا َمنُ ْوا ِمْن ُك ْم َوالَّ ِذعْ َن أُو تُوالَْعِْل َم َد َر َجت‬
َّ ‫عَ ْرفَ ِع‬
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-
Mujadilah: 11)

[ 59 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

Bagian Tiga Akhlak Kepada Allah SWT

Dalam ajaran Islam yang memiliki sifat universal,


penting untuk merealisasikannya secara maksimal
dalam kehidupan individu, masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Aktualisasi tersebut terkait dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban terhadap Tuhan, Rasul-
Nya, sesama manusia, dan lingkungan. Secara khusus,
dalam aktualisasi akhlak (hak dan kewajiban) seorang
hamba kepada Tuhannya, terlihat dari pengetahuan,
sikap, perilaku, dan gaya hidup yang dipenuhi dengan
kesadaran tauhid kepada Allah SWT. Hal ini dapat
dibuktikan melalui berbagai perbuatan amal sholeh,
ketaqwaan, ketaatan, dan ibadah kepada Allah SWT
dengan ikhlas.
Ada empat alasan mengapa manusia harus
berakhlak kepada Allah menurut Abuddin Nata dalam
kutipan Mahud Akilah. Pertama, karena Allah telah
menciptakan manusia. Manusia adalah ciptaan Allah
yang memiliki keistimewaan dan tanggung jawab
tertentu. Kedua, karena Allah telah memberikan

[ 60 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
perlengkapan pancaindra dan kemampuan kepada
manusia. Manusia diberi kekuatan akal pikiran, hati
nurani, dan indra-indra untuk mengenal dan
menghargai kebesaran Allah. Ketiga, karena Allah telah
menyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Allah menciptakan alam
semesta beserta segala isinya sebagai karunia-Nya
kepada manusia. Keempat, karena Allah telah
memuliakan manusia dengan memberikan kemampuan
menguasai daratan dan lautan. Manusia diberi kekuatan
dan wewenang untuk menjaga dan memanfaatkan alam
sesuai dengan kehendak Allah.(Mahmud, 2017)
Dari kesadaran terhadap hal tersebut, timbul
tingkah laku dan sikap manusia kepada Allah SWT.
Beberapa akhlak kepada Allah SWT yang dapat
dijelaskan secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
a) Mensucikan Allah dan memuji-Nya: Manusia
harus mengakui keesaan Allah dan
mengagungkan-Nya dalam segala aspek
kehidupan.
b) Bertawakkal dan berserah diri kepada Allah:
Manusia harus memiliki kepercayaan penuh
kepada Allah dan mengandalkan-Nya dalam
setiap urusan.
c) Berbaik sangka kepada Allah: Manusia harus
meyakini bahwa segala yang datang dari Allah

[ 61 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
kepada makhluk-Nya adalah kebaikan, bahkan
jika terkadang sulit dipahami.
d) Beribadah hanya kepada Allah: Manusia harus
mengarahkan ibadahnya secara eksklusif
kepada Allah dan menjauhkan diri dari
penyembahan terhadap selain-Nya.
e) Berdoa khusus kepada Allah: Manusia dapat
berkomunikasi langsung dengan Allah melalui
doa, memohon kepada-Nya agar apa yang
diupayakan atau diinginkan tercapai.
f) Melakukan zikrullah: Manusia harus senantiasa
mengingat Allah dalam berbagai waktu dan
kondisi, baik dalam keadaan tenang maupun
sulit.
g) Bersyukur kepada Allah: Manusia harus
menyadari bahwa segala nikmat yang ada
merupakan karunia dan anugerah Allah Swt
sesuai dengan perintah-Nya. Syukur dapat
dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu syukur
dengan hati, syukur dengan lisan melalui
perbuatan amal sholeh, dan syukur dengan
perbuatan yang sesuai dengan perintah
Allah.(Mahmud, 2017)
Aktualisasi akhlak seorang hamba kepada Allah juga
melibatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan gaya
hidup yang berlandaskan pada kesadaran akan tauhid

[ 62 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
kepada Allah SWT. Hal ini mencakup pemahaman dan
pengamalan ajaran agama secara holistik, serta
pengaruhnya dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan tentang ajaran Islam menjadi landasan
untuk memahami hak dan kewajiban terhadap Allah dan
makhluk-Nya. Sikap yang muncul dari kesadaran tauhid
adalah mengakui bahwa Allah adalah Pencipta,
Pemelihara, dan Penguasa alam semesta. Perilaku yang
tercermin adalah menjalankan ibadah dan perintah Allah
dengan sungguh-sungguh serta menjauhi larangan-Nya.
Gaya hidup seorang hamba yang berakhlak terhadap
Allah mencerminkan kesadaran akan pentingnya
menjaga hubungan yang baik dengan-Nya. Hal ini
tercermin dalam kepatuhan, kesederhanaan, kerendahan
hati, dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan
ujian hidup.
Dalam konteks masyarakat, aktualisasi akhlak
kepada Allah melibatkan penghargaan terhadap
perbedaan keyakinan dan kebebasan beragama.
Menghormati hak-hak sesama manusia, menolong yang
membutuhkan, dan menjaga keadilan sosial juga
merupakan wujud nyata dari berakhlak kepada Allah
dalam lingkup masyarakat.
Pada tingkat berbangsa dan bernegara, aktualisasi
akhlak kepada Allah berarti menjalankan kepemimpinan
yang adil, bertanggung jawab, dan berpihak kepada

[ 63 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
kepentingan rakyat. Menegakkan hukum yang
berlandaskan nilai-nilai Islam, memelihara keamanan
dan ketertiban umum, serta menjaga keutuhan dan
persatuan bangsa menjadi bagian dari berakhlak kepada
Allah dalam ranah negara.
Akhlak terhadap Allah adalah segala perilaku yang
dilakukan oleh seseorang yang ditujukan kepada Allah.
Hal ini merupakan akhlak yang paling agung dan wajib
bagi umat manusia. Dalam pendidikan anak, penting
untuk menekankan hal ini, karena hanya kepada Allah
SWT-lah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah-
lah rasa syukur harus dipanjatkan. Allah adalah Yang
Maha Pemberi Nikmat, Pencipta, dan Pemberi Rizki yang
sempurna. Umar Bin Achmad Baradja mengatakan
bahwa orang tua telah menanamkan kasih sayang dalam
hati anak hingga memeliharanya dengan baik. Orang tua
juga mengajarkan anak untuk mencintai guru yang
mengajarkan ilmu yang berguna dalam agama dan
dunia, serta mengajarkan anak untuk bersyukur atas
banyak kenikmatan yang diberikan Allah yang tak
terbilang.
Akhlak yang harus dilakukan terhadap Allah
meliputi:
a) Mengagungkan dan mencintai-Nya: Manusia
harus menghormati dan mencintai Allah dengan
sepenuh hati sebagai Pencipta dan Pemberi

[ 64 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
segala nikmat.
b) Mensyukuri semua nikmat yang diberikan-Nya:
Manusia harus memiliki rasa syukur atas segala
nikmat yang Allah berikan, baik yang besar
maupun yang kecil.
c) Menjalankan semua perintah-Nya: Manusia
harus mentaati perintah Allah yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan Hadis agar dapat hidup
sesuai dengan kehendak-Nya.
d) Menjauhi semua larangan-Nya: Manusia harus
menjauhi segala larangan yang ditentukan oleh
Allah untuk menjaga diri dari dosa dan
kemaksiatan.
e) Mengagungkan semua Malaikat-Nya: Manusia
harus menghormati dan mengagungkan
Malaikat yang diciptakan oleh Allah sebagai
makhluk yang taat dan bertugas di sisi-Nya.
f) Mengagungkan semua Rasul-Nya: Manusia
harus menghormati dan mengagungkan para
Rasul yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu dan petunjuk-Nya
kepada umat manusia.
g) Mengagungkan semua Nabi-Nya: Manusia harus
menghormati dan mengagungkan semua Nabi
yang dipilih oleh Allah sebagai teladan dalam
kehidupan beragama dan moral.

[ 65 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
h) Mengagungkan orang-orang saleh dalam
beribadah kepada-Nya: Manusia harus
menghormati dan mengagungkan orang-orang
saleh yang menjalankan ibadah dan ketaatan
kepada Allah dengan baik dan ikhlas.
i) Mencintai semuanya karena Allah juga
mencintainya: Manusia harus memiliki rasa
kasih sayang dan cinta kepada semua makhluk
yang Allah cintai, termasuk sesama manusia,
hewan, dan alam semesta.(Arif, 2018)
Dengan menerapkan akhlak terhadap Allah ini,
seseorang dapat memperkuat hubungan spiritualnya
dengan Allah dan meningkatkan kesadaran akan
kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

[ 66 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Bagian Empat Akhlak Kepada Rasulullah SAW

Berakhlak kepada Rasulullah SAW, pada intinya,


adalah sejauh mana manusia mau mengikuti tuntunan
yang beliau sampaikan dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Semakin dekat seseorang mendekatkan dirinya kepada
Allah dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, maka semakin kuat bukti bahwa orang
tersebut berakhlak kepada Rasul-Nya. Sebaliknya,
semakin jauh seseorang dari Al-Qur'an dan Sunnah,
berarti semakin tidak mengikuti tuntunan Nabi
Muhammad SAW, yang berarti semakin tidak berakhlak
kepada Rasulullah SAW.
Berikut adalah penjelasan lebih spesifik mengenai
akhlak kepada Rasul:
a) Membenarkan apa yang disampaikan: Seseorang
harus meyakini dan membenarkan segala kabar
dan ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW, baik mengenai ajaran agama,
etika, dan petunjuk kehidupan yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan Hadis.

[ 67 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
b) Mengikuti syariatnya: Seseorang harus
mengamalkan dan mengikuti tuntunan syariat
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ini
mencakup pelaksanaan ibadah, perilaku moral,
hukum-hukum agama, dan nilai-nilai etika yang
terkandung dalam ajaran Islam.
c) Mencintai Rasulullah SAW dan mengikuti jejak
langkahnya: Seseorang harus memiliki rasa
cinta dan kasih sayang yang mendalam
terhadap Nabi Muhammad SAW, serta berusaha
meneladani akhlak dan sikap beliau dalam
kehidupan sehari-hari. Ini meliputi budi pekerti,
kejujuran, keadilan, kelembutan,
kedermawanan, dan sifat-sifat terpuji lainnya
yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW.
d) Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah:
Seseorang harus banyak melantunkan shalawat
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
ungkapan rasa cinta, penghormatan, dan
pengagungan terhadap beliau. Shalawat juga
merupakan doa untuk memohon keberkahan
dan rahmat dari Allah SWT.
e) Mewarisi risalahnya: Seseorang harus
menghargai, menjaga, dan menyebarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW kepada generasi
selanjutnya. Ini mencakup menjaga keutuhan

[ 68 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Al-Qur'an dan mengamalkan serta mengajarkan
ajaran Islam yang benar kepada orang lain.
Dengan melaksanakan akhlak kepada Rasul ini,
seseorang menunjukkan penghormatan, pengagungan,
dan kecintaan yang tulus kepada Nabi Muhammad SAW
serta menjadikan beliau sebagai teladan dalam
kehidupan agama dan sosial.(Mahmud, 2017)
Sejarah kehidupan Rasulullah dan segala peristiwa
dalam dakwahnya harus dijelaskan kepada anak sebagai
kewajiban orang tua. Anak perlu diperkenalkan dengan
sejarah kehidupan Rasulullah SAW sebelum mengenal
tokoh lainnya. Penting juga untuk menjelaskan bahwa
pengutusan Rasulullah adalah karunia terbesar yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah
Muhammad SAW adalah manusia yang memiliki akhlak
terbaik. Allah SWT memuji beliau dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya engkau memiliki budi pekerti yang
agung." Allah SWT menjadikan Rasulullah sebagai
teladan bagi umat Muslim dalam perkataan dan
perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT:
"Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat teladan
yang baik." Allah SWT mengutus beliau untuk
menyempurnakan adab dan akhlak. Dalam hadis
disebutkan: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia."
Dalam kitab Akhlakul Lil Banin, dijelaskan beberapa

[ 69 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
akhlak yang harus kita lakukan kepada Nabi
Muhammad SAW, yaitu:
a) Mencintai beliau dengan kecintaan yang sangat
istimewa. Cinta kepada Nabi Muhammad SAW
merupakan wujud penghormatan dan kecintaan
yang mendalam terhadap beliau sebagai utusan
Allah dan pemimpin umat Muslim.
b) Mencintai keluarga dan sahabat Nabi
Muhammad SAW. Kita harus menghormati dan
mencintai anggota keluarga Nabi serta para
sahabat beliau sebagai contoh teladan yang
berharga dalam agama dan kehidupan.
c) Mentaati Nabi Muhammad SAW dengan
melaksanakan semua perintah beliau dan
menjauhi larangan beliau. Ketaatan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah wujud penghormatan
dan kepatuhan terhadap ajaran agama yang
beliau sampaikan.(Arif, 2018)
Dengan mengajarkan anak-anak tentang sejarah
kehidupan Rasulullah dan mendorong mereka untuk
mengikuti akhlak yang diajarkan oleh beliau, kita
membantu mereka memahami agama Islam secara lebih
mendalam dan membangun rasa cinta dan penghargaan
yang kuat terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai
teladan yang mulia.

[ 70 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Bagian Lima Akhlak Kepada Kedua Orang


Tua

Landasan dasar pendidikan Islam adalah al-Qur'an


dan Hadis, yang bertujuan agar manusia tunduk dan
patuh kepada ajaran agama serta memiliki akhlak yang
mulia. Hanya melalui jalan ini seseorang dapat
memperoleh kemuliaan di hadapan Allah. Ilmu
pengetahuan adalah kunci untuk mencapai hal ini.
Dengan memiliki pengetahuan, diharapkan manusia
dapat hidup memuaskan, terus berkembang, dan
mencapai cita-cita mereka.
Pendidikan memberikan manusia peran penting
sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di dunia ini.
Namun, penting juga untuk memahami bahwa
pendidikan tidak hanya tentang memperoleh
pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan akhlak
yang baik. Banyak orang yang rajin belajar dan memiliki
gelar pendidikan tinggi, namun kurang memperhatikan

[ 71 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
akhlak mereka terhadap orang lain, terutama terhadap
orang tua.
Oleh karena itu, penting untuk mempelajari ilmu
akhlak sebelum memulai pembelajaran lainnya. Ilmu
akhlak akan membantu kita dalam menjalani kehidupan
dengan baik, menghormati orang lain, dan memiliki nilai-
nilai moral yang tinggi. Dengan memadukan pendidikan
ilmu pengetahuan dan akhlak, kita dapat menjadi
manusia yang berakhlak mulia dan memberikan
kontribusi positif dalam masyarakat.
Sebagai seorang Muslim, penting bagi kita untuk
menginternalisasi dan mengamalkan akhlak terpuji
seperti kesopanan, kesabaran, kejujuran, kerendahan
hati, berbicara dengan kata-kata yang lembut dan sopan,
ketekunan, kesiapan untuk berkorban, keadilan,
tawakal, menepati janji, menjauhi segala yang
diharamkan oleh Allah Swt., berbuat baik kepada
tetangga, memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan sesuai dengan kemampuan, dan
sejumlah nilai-nilai lainnya. Prinsip-prinsip akhlak ini
didasarkan pada ajaran yang terdapat dalam al-Qur'an
dan hadis, yang memberikan panduan tentang
pentingnya mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan mengadopsi akhlak yang terpuji, seorang
Muslim dapat memperoleh adab yang baik dalam

[ 72 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
menjalani kehidupannya. Konsep-konsep akhlak ini
memberikan panduan tentang tindakan dan sikap yang
diharapkan dari seorang Muslim. Mereka diajarkan
untuk bersikap sopan dan sabar dalam menghadapi
tantangan, untuk berlaku jujur dan rendah hati, serta
untuk menggunakan kata-kata yang lembut dan santun
dalam berkomunikasi. Selain itu, mereka diingatkan
untuk memiliki ketekunan dalam mencapai tujuan,
keadilan dalam perilaku, dan tawakal kepada Allah
dalam segala aspek kehidupan.
Hal ini mencakup tata krama anak terhadap orang
tua dan guru, di mana setiap murid diharapkan untuk
menghormati dan taat kepada keduanya. Orang tua
adalah sosok yang pertama kali merawat dan mencintai
anak-anak. Mereka adalah pahlawan bagi anak-anak,
terlepas dari keadaan mereka. Oleh karena itu, seorang
anak harus berbakti dan taat kepada orang tua, selama
tindakan tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam.
Ketaatan kepada orang tua merupakan bentuk
"birrulwalidain," yang berarti berbakti kepada orang tua.
Berbakti kepada orang tua dianggap sebagai salah satu
amalan paling mulia dalam agama Islam.
Keterikatan yang kuat antara anak dan orang tua
memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan
moral anak. Pendidikan agama Islam juga berperan
dalam membentuk karakter bangsa melalui ajaran-

[ 73 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an
dan sunnah. Adab kepada orang tua tidak hanya
mencakup ketaatan dalam hal tindakan, tetapi juga
sikap dan perilaku yang penuh hormat dan
penghormatan.
Selain itu, adab kepada guru juga merupakan aspek
penting dalam pendidikan Islam. Guru memiliki peran
sebagai pembimbing dalam memberikan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan kepada murid.
Seorang murid diharapkan untuk menghormati guru,
mendengarkan dengan baik, dan mengikuti petunjuknya.
Dengan adab yang baik terhadap guru, seorang murid
dapat mencapai manfaat maksimal dari proses
pembelajaran.
Pendidikan akhlak yang ditanamkan dalam
pendidikan Islam melalui adab kepada orang tua dan
guru bertujuan untuk membentuk pribadi yang
berakhlak mulia, menghargai dan menghormati orang
lain, serta memiliki tanggung jawab sosial yang baik.
Melalui pendidikan karakter yang kuat, diharapkan
setiap individu dapat menjadi khalifah Allah yang
bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai
hamba-Nya.
Hal ini pernah dijelaskan Rasulullah saw. dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Mas’ud r.a.; Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata, ‘Aku

[ 74 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang amalan
yang paling disukai Allah Swt? beliau menjawab, Shalat
pada waktunya. Kemudian apa? Kataku, beliau
menjawab, “berbuat baik kepada kedua orangtua”.
Kemudian apa? Kataku lagi. Beliau menjawab, “jihad fi
sabilillah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut menggarisbawahi pentingnya akhlak
dan ketaatan kepada orang tua dalam Islam. Meskipun
jihad di jalan Allah adalah amalan yang mulia, hadis ini
menunjukkan bahwa ketaatan kepada orang tua
memiliki prioritas yang lebih tinggi.
Hal ini mengandung makna bahwa menjaga
hubungan yang baik dengan orang tua, menghormati
dan berbakti kepada mereka, serta memenuhi
kebutuhan dan harapan mereka merupakan kewajiban
yang sangat penting dalam agama Islam. Ketaatan
kepada orang tua ditempatkan di urutan kedua setelah
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan jihad
dijalan Allah berada di urutan ketiga.
Makna dari hadis ini adalah untuk mengingatkan
umat Muslim bahwa menghormati, berbakti, dan
memenuhi kebutuhan orang tua adalah tugas yang tidak
boleh diabaikan. Bahkan, dalam menjalankan kewajiban
agama lainnya seperti berjihad, ketaatan kepada orang
tua tetap harus dijaga dan diberikan prioritas yang
tinggi.

[ 75 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Dengan mengutamakan akhlak dan ketaatan kepada
orang tua, seorang Muslim dapat mencapai keberkahan
dan mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini juga
mengajarkan kita untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan orang tua, menghormati dan
menghargai peran mereka sebagai pemimpin dan
pembimbing dalam kehidupan kita.
Dalam konteks pendidikan Islam, pengajaran adab
kepada orang tua dan pentingnya ketaatan kepada
mereka merupakan bagian integral dalam membentuk
karakter yang baik. Melalui pemahaman dan
implementasi nilai-nilai ini, diharapkan umat Muslim
dapat menjalankan tanggung jawab sosial dan agama
dengan penuh keikhlasan dan ketaatan.
Orang tua adalah individu yang memberikan
kelahiran, pengasuhan, pembesaran, dan pendidikan
kepada kita sejak kita masih berada dalam kandungan
hingga kita dewasa. Mereka memiliki peran penting
dalam membentuk kita sebagai individu yang kita adu
saat ini. Demikian pula, guru merupakan figur kedua
yang turut berjasa dalam memberikan pendidikan
melalui lembaga pendidikan baik formal maupun
nonformal.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk
menunjukkan sikap sopan dan santun terhadap orang
tua dan guru, sesuai dengan tuntunan agama dan sesuai

[ 76 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Hal ini berarti kita harus berperilaku dengan penuh rasa
hormat dan mengikuti aturan-aturan yang ada.
Adab kepada orang tua dan guru melibatkan
perilaku yang sopan dan sesuai dengan nilai-nilai agama
serta tidak melanggar norma-norma sosial. Dalam
menjalankan kewajiban ini, kita diharapkan untuk
menunjukkan sikap penghormatan, menghargai
kontribusi mereka, serta patuh terhadap petunjuk dan
arahan yang diberikan.
Melalui adab kepada orang tua dan guru, kita dapat
membangun hubungan yang harmonis dan saling
menghormati. Ini juga berkontribusi pada pembentukan
karakter yang baik dalam diri kita, karena perilaku
sopan dan santun merupakan bagian penting dalam
menjalin hubungan yang sehat dan menjaga tata krama
dalam masyarakat.
Bukti utama bahwa berbakti kepada orang tua
merupakan salah satu ajaran Islam yang paling tinggi
setelah iman kepada Allah SWT adalah karena tersurat
dalam al-Qur'an dan Hadis Rasulullah sebagai sumber
utama ajaran Islam. Kewajiban ini begitu kukuh
sehingga Allah SWT mengulang-ulang perintah berbakti
kepada orang tua setelah perintah beribadah kepada-Nya
dalam beberapa ayat al-Qur'an dan Hadis.
Al-Qur'an dan Hadis menyatakan dengan tegas

[ 77 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Allah
SWT dalam al-Qur'an menyebutkan bahwa berbakti
kepada orang tua adalah salah satu perbuatan baik yang
harus dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini dinyatakan
dalam berbagai ayat al-Qur'an, seperti dalam Surah Al-
Isra' (17:23) dan Surah Luqman (31:14).
Rasulullah SAW juga menguatkan ajaran ini melalui
Hadis-hadisnya. Beliau menjelaskan bahwa berbakti
kepada orang tua adalah kewajiban yang harus dipenuhi
oleh setiap muslim. Rasulullah SAW mengajarkan betapa
pentingnya menghormati dan menghargai orang tua,
serta melaksanakan segala perintah mereka selama tidak
bertentangan dengan ajaran agama.
Dengan demikian, keberadaan ayat-ayat al-Qur'an
dan Hadis yang memperkuat perintah berbakti kepada
orang tua menjadi bukti yang kuat bahwa ajaran Islam
mengajarkan pentingnya sikap berbakti kepada orang
tua. Melalui berbakti kepada orang tua, seorang muslim
dapat menunjukkan penghormatan, kasih sayang, dan
kesetiaan kepada mereka, serta memperoleh keberkahan
dan rahmat dari Allah SWT.
Dalam Islam, sangat penting untuk menghormati
dan menghargai kedua orang tua, meskipun mereka
melakukan kesalahan terhadap anak-anak mereka.
Seorang anak diperbolehkan menasehati mereka, tetapi
tidak boleh berbicara kasar atau membalasnya.

[ 78 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Bertindak baik kepada ayah dan ibu dikenal dengan
istilah Birrul Walidain, yang berarti menghormati hak
dan kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya.
Dalam Islam, perintah untuk menghormati orang
tua disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis
Rasulullah Saw. Orang tua, baik yang beragama Islam
maupun yang berbeda agama, tetap wajib dihormati.
Sebagai anak, kita memiliki ikatan batin yang kuat
dengan orang tua kita. Sang ibu mengandung kita
selama sembilan bulan dan ayah mencari nafkah untuk
keluarga. Mereka berkorban banyak untuk
membesarkan kita, dan kita harus menghormati dan
menghargai mereka.
Menjaga akhlak terhadap orang tua dapat dilakukan
dengan cara menghormati, berbicara dengan kasih
sayang, dan memenuhi kebutuhan mereka sesuai
kemampuan kita. Dalam Al-Qur'an, Allah
memerintahkan kita untuk tidak menyembah selain-Nya
dan berbuat baik kepada ibu bapak. Kita juga
dianjurkan untuk berbicara dengan baik kepada mereka,
rendah hati, dan menghormati mereka sebagaimana
mereka telah mendidik kita sejak kecil.
Dalam Islam, kita dilarang mengucapkan kata-kata
yang marah, melecehkan, atau kejam terhadap orang
tua, terlepas dari seberapa banyak atau sedikit perhatian
yang mereka berikan kepada kita. Kita harus

[ 79 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
menggunakan kata-kata yang baik, manis, dan penuh
rasa hormat saat berbicara dengan mereka.
Penting untuk menjaga sopan santun dan perilaku
yang baik terhadap orang tua, baik ayah maupun ibu.
Dalam Islam, menghormati orang tua adalah tugas
utama manusia setelah mengabdikan diri kepada Allah.
Menghargai dan menghormati orang tua adalah wujud
pengabdian kita kepada mereka.
Inilah doa untuk orang tua yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal dapat dipanjatkan setiap
selesai melaksanakan shalat lima waktu. Doa untuk
kedua orang tua dalam bahasa Arab adalah :

‫صغِْي َرا‬ ِ
َ ‫اِن‬ َّ َْ ِ‫ِل َولَِوال‬
ْ َ‫ي َو ْار ََحْ ُه َما َك َما َربَّي‬
ِ ِ‫ر‬
ْ ِ ‫ب ا ْغف ْر‬
َٰ
Terjemahnya : "Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa
kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka menyayangiku saat aku masih
kecil."

Kewajiban ini dapat ditemukan dalam Surat Al-Isra


ayat 23 dalam Al-Qur'an, yang berarti, "Tuhanmu telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orangtuamu
dengan sebaik-baiknya."
Berikut ini adalah beberapa doa untuk orang tua
yang dapat dipanjatkan pada waktu-waktu tertentu.
Untuk doa untuk orang tua yang sudah meninggal,
doanya adalah "Ya Allah, ampunilah orang-orang muslim

[ 80 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
dan muslimah, mukmin dan mukminah, yang masih hidup
dan yang telah meninggal, dari timur hingga barat, di
darat dan di laut, khususnya untuk ayah, ibu, kakek,
nenek, ustadz, guru, dan semua orang yang berbuat baik
terhadap kami dan yang memiliki hak atas kami."
Setelah itu, doa dapat dilanjutkan dengan
permohonan rahmat, ampunan, dan syafaat secara
umum bagi mereka yang telah bersyahadat, yaitu "Ya
Allah, ampunilah mereka, berikanlah rahmat dan
ampunan kepada mereka, dan maafkanlah mereka. Ya
Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, dan syafaat bagi
orang-orang yang berada di kuburan, yang beriman
kepada-Nya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Terakhir, doa dapat ditutup dengan doa sapu jagad,
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan pembacaan
Surat Al-Fatihah.

[ 81 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

Bagian Enam Akhlak Kepada Al-Qur’an

Al-Quran adalah sebagai kitab suci dalam agama


Islam dan sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad (SAW). Al-Quran merupakan pedoman
utama bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan
mereka, baik secara individual maupun sosial.
Menurut Ustadz Atabik Luthfi dalam ceramahnya
adalah panduan untuk membaca Al-Quran dengan baik
dan memperoleh manfaat yang lebih dalam dari tilawah
atau membaca Al-Quran. Berikut ini adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai adab-adab tersebut:
a) Memilih waktu yang istimewa: Salah satu waktu
yang disarankan untuk berinteraksi dengan Al-

[ 82 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Quran adalah 1/3 malam terakhir, malam hari,
waktu fajar, dan waktu senggang di siang hari.
Waktu-waktu tersebut dianggap sebagai waktu
di mana Allah berinteraksi dengan hamba-Nya
secara khusus.
b) Memilih tempat yang sesuai: Disarankan untuk
membaca Al-Quran di tempat yang tenang dan
bebas dari gangguan agar dapat fokus dan
merenungkan makna yang terkandung dalam
Al-Quran. Tempat-tempat seperti masjid atau
ruangan yang sepi sering menjadi pilihan yang
baik.
c) Posisi tilawah yang penuh ketundukan: Saat
membaca Al-Quran, disarankan untuk
menghadirkan perasaan tunduk dan pasrah di
hadapan Allah, karena apa yang kita baca
adalah firman Allah yang merupakan bentuk
komunikasi dengan-Nya.
d) Keadaan fisik yang suci: Disunahkan untuk
berada dalam keadaan suci secara fisik, seperti
berwudhu atau mandi junub jika diperlukan,
sebelum membaca Al-Quran.
e) Mensucikan indra-indra yang dimiliki: Sebelum
membaca Al-Quran, dianjurkan untuk
membersihkan dan menyucikan indera kita,
seperti mata, telinga, dan lainnya, agar dapat

[ 83 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
lebih fokus dan khusyuk dalam membaca.
f) Menghadirkan niat yang ikhlas: Dalam
membaca Al-Quran, penting untuk
menghadirkan niat yang ikhlas semata-mata
karena Allah dan mengharapkan pahala-Nya.
Niat yang tulus akan meningkatkan nilai ibadah
kita.
g) Mengharapkan naungan dan pertolongan Allah:
Dalam membaca Al-Quran, kita harus seimbang
antara rasa takut (khauf) akan azab Allah dan
harapan (raja') akan rahmat dan pertolongan-
Nya.
h) Membaca isti'adzah dan basmalah sebelum
membaca al-Qur’an
i) Konsentrasi dan mengosongkan pikiran: Saat
membaca Al-Quran, penting untuk fokus dan
mengosongkan pikiran dari hal-hal yang dapat
mengganggu konsentrasi, sehingga dapat lebih
mendalami makna dan hikmah yang terkandung
dalam setiap ayat.
j) Membatasi pikiran hanya pada bacaan Al-
Quran: Dalam membaca Al-Quran, disarankan
untuk membatasi pikiran dan fokus hanya pada
bacaan Al-Quran itu sendiri. Hal ini membantu
untuk lebih terhubung dengan isi Al-Quran dan
memahaminya dengan lebih baik.

[ 84 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
k) Menghadirkan Al-Quran dalam kekhusyukan:
Dalam membaca Al-Quran, kita perlu
menghadirkan rasa khusyuk dan penuh
perhatian. Kekhusyukan ini mencakup sikap
hati, pikiran, dan tubuh yang tenang dan fokus
saat membaca.
l) Merasakan keagungan Allah dan
mengagungkan-Nya: Saat membaca Al-Quran,
kita perlu menyadari keagungan Allah dan
mengagungkan-Nya dalam hati. Ini akan
meningkatkan penghormatan dan rasa takjub
terhadap firman-Nya.
m) Memperhatikan ayat-ayat untuk ditadabburi:
Dalam membaca Al-Quran, disarankan untuk
memperhatikan ayat-ayat dengan seksama dan
merenungkan maknanya. Melalui tadabbur
(kontemplasi), kita dapat menggali pemahaman
yang lebih mendalam dari ayat-ayat Al-Quran.
n) Menghadirkan perasaan dan emosi sesuai
dengan ayat yang dibaca: Saat membaca Al-
Quran, penting untuk merasakan dan
mengekspresikan perasaan dan emosi yang
sesuai dengan ayat yang dibaca. Misalnya,
merasa senang saat membaca tentang surga
atau merasa sedih dan khawatir saat membaca
tentang neraka.

[ 85 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
o) Merasakan bahwa kita sedang berdialog dengan
Allah: Ketika membaca Al-Quran, kita harus
menghadirkan perasaan bahwa kita sedang
berdialog dengan Allah. Menyadari bahwa Allah
sedang berbicara kepada kita melalui firman-
Nya akan memberikan pengaruh yang lebih
mendalam.
(https://rssyarifhidayatullah.com/berita/akhlak
-terhadap-al-quran. Diakses Tanggal 25 Mei
2023 Pukul 23.01)

Bagian Tujuh Akhlak dalam Keluarga

Menurut Siti Rahmah untuk mewujudkan


keharmonisan dalam keluarga, setiap anggota keluarga
perlu memiliki sikap-sikap berikut:
a) Tanggung Jawab: Setiap anggota keluarga harus
bertanggung jawab dalam menjalankan
peraturan dan kedisiplinan yang ada.
Kepemimpinan dalam keluarga adalah tanggung
jawab yang harus diemban dengan penuh
kesadaran.
b) Kerjasama: Keharmonisan keluarga
membutuhkan kerjasama dari semua pihak,

[ 86 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
termasuk suami, istri, dan anak-anak.
Kerjasama yang baik akan menjadi pondasi
utama dalam membangun keteraturan keluarga.
c) Kasih Sayang: Kasih sayang adalah fondasi yang
penting dalam membangun keluarga yang
bahagia. Setiap anggota keluarga perlu saling
melengkapi dan saling mengasihi. Meskipun ada
perbedaan pendapat dan konflik, kasih sayang
tetap harus menjadi landasan hubungan.
d) Disiplin: Disiplin dalam keluarga merupakan
kunci keberhasilan keluarga.
e) Perhitungan dan Keseimbangan: Dalam
menjalankan keluarga, penting untuk memiliki
perhitungan yang tepat dan mencari
keseimbangan dalam kehidupan keluarga. Ini
melibatkan penyesuaian antara tanggung jawab
terhadap keluarga dan kebutuhan individu,
serta menjaga keseimbangan antara kehidupan
pribadi, pekerjaan, dan keluarga.(Rahmah,
2021)
Dalam ajaran Islam, keluarga dibentuk melalui
pernikahan yang didasari oleh cinta, kasih sayang,
keikhlasan, dan ibadah. Pernikahan ini menjadi
landasan bagi keluarga yang saling memahami,
melengkapi, saling mengorbankan dengan tulus, dan
memiliki kesabaran dalam menciptakan kebahagiaan

[ 87 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
keluarga.
Dalam Islam, terdapat tuntunan yang mengatur
hubungan antara suami dan istri, hubungan antara
orang tua dan anak-anak, serta hak dan kewajiban
setiap individu. Orang tua diharapkan membangun
hubungan yang harmonis dan penuh kasih dengan
anak-anak mereka. Sebagai orang tua yang baik, mereka
bertanggung jawab untuk membentuk anak-anak
menjadi generasi yang memiliki akhlak dan budi pekerti
yang sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW.
Dengan menerapkan sikap-sikap ini, diharapkan
keluarga dapat mencapai keharmonisan dan
kebahagiaan yang diridhai oleh Allah SWT serta
memberikan contoh yang baik bagi masyarakat sekitar.

Daftar Pustaka

Arif, M. 2018. Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab


Kitab Ahlakul Lil Banin Karya Umar Ibnu Ahmad
Barjah. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan
Kemanusiaan, 2(2): 401–413.
Hakim, L. 2017. ANALISIS PERBEDAAN ANTARA
KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013. Jurnal
Ilmiah Didaktika, 17(2): 280.
Maharani, A. & Syarif, C. 2022. Manajemen Pendidikan

[ 88 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak
Karakter Dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1): 763–769.
Mahmud, A. 2017. Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah
saw. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 11(2).
Minangkabawi, S.A.K.A., Muhammad Husni, L.M.A.,
Zulhamdi Malin Mudo, L.M.A. & Afdhil Fadli, L.M.A.
n.d. Otobiografi Syeikh Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi (1860 – 1916 M): DARI
MINANGKABAU UNTUK DUNIA ISLAM. Gre
Publishing.
Nahar, S. 2021. GUGUSAN IDE-IDE PENDIDIKAN ISLAM
KH. HASYIM ASY’ARI. Penerbit Adab.
Nizar, M. 2018. Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan
Versi Islam. Jurnal Istiqro, 4(1): 94–102.
Rahmah, S. 2021. Akhlak dalam Keluarga. Alhadharah:
Jurnal Ilmu Dakwah, 20(2): 27–42.
Saleh, A.M. 2020. Komunikasi Intruksional dalam
Konteks Pendidikan: Pandangan Barat, Islam, dan
Nusantara. Inteligensia Media (Kelompok Penerbit
Intrans Publishing).
UPI, T.P.I.P. 2007. ILMU & aplikasi pendidikan. Bandung:
Grasindo.
Waluyo, A. & Sani, M.R. 2019. Konsep Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Az-Zarnuji
Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlak Di
Indonesia. Jurnal Tawadhu, 3(2): 874–882.

[ 89 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Warasto, H.N. 2018. Pembentukan Akhlak Siswa. Jurnal
Mandiri: Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi, 2(1):
65–86.

[ 90 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Tentang Penulis 1

Irwan Sutiawan, S.Pd.I, M.Pd


akrab di panggil Irwan Gi-Pu, Lahir
di Kutai, 09 Mei 1983, dari seorang
Ibu bernama Ummi Nengsih (alm)
dan Bapak Amat. Beliau seorang
pendidik di Madrasah Tsanawiyah
Mathlaul ‘Ulum, MA Bina Cendekia
Nyalindung Sukabumi, dan dosen
di STAI Al-Mas'udiyah Jurusan
Tarbiyyah Program Studi Pendidikan Agama Islam dan di
Institut Madani Nusantara (IMN) Sukabumi, Jawa Barat.
Selain pendidik dan dosen beliau aktif mengisi pengajian
di Mesjid Jami Al-Ikhas, Nurul Amal. Ia menyelesaikan
pendidikan SD di SDN Pasirsalam Tahun 1996, MTs.
Miftahul Huda Al-Mas’udiyah Tahun 1999 dan MAK
Miftahul Huda Al-Mas’udiyah Tahun 2002 di Yayasan Al-
Mas'udiyah, S-1 di STAI Al-Mas'udiyah Sukabumi Tahun
2006, dan S-2 di Universitas Pakuan Bogor Tahun 2014.
Karya buku yang beliau sudah tulis adalah Perencanaan
Sistem Pendidikan Agama Islam Tahun Terbit 2023.
Buku Chatgpt Pengetahuan Robot, Teknologi Browser
Ilmiah Terdahsyat 2023? Terbit 2023, Pengembangan
Kurikulum PAI, Panduan Praktis Ilmu Tajwid Pemula.
Manajemen Strategi Madrasah Bermutu. Mengenal
Metode Talaqqi. Percakapan Bahasa Arab Untuk Pemula.
Pemuda Harus Tahu Sejarah Kebudayaan Islam.
Madrasah Menghadapi Era Society 5.0, Konsep Dasar
Ilmu Pendidikan Islam, Pengantar Sejarah Peradaban
Islam, Kepemimpinan Transformasional meningkatkan
Motivasi Kerja dan Produktifitas Kerga Guru, Peranan
Guru PAI dalam Pendidikan Karakter Era Society 5.0,
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Agama Islam.
Pengalaman Pendidik. MTs. Miftahul Huda Al-
Mas’udiyah sejak Tahun 2002 s/d 2021, MTs. Bina
Bangsa sejak Tahun 2006 s/d 2016, MA. Bina
[ 91 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak
Cendekia sejak Tahun 2011 s/d sekarang, MTs. Mathlaul
‘Ulum 2022 s/d Sekarang. STAI Al-Mas’udiyah sejak
Tahun 2008 s/d sekarang, STAI Sukabumi / IMN sejak
2009 s/d Sekarang. Non Formal Guru MDTA Darul
‘Ulum Liunggunung Tahun 1999 s/d sekarang. Motto
Hidup “Berkarya untuk maju dan maju untuk berkarya”.

Tentang Penulis 2

Lora Hamarida, S.Pd. yang akrab di


panggil Neng Lora. Lahir di Sukabumi,
31 Maret 1982, dari seorang Ibu Ida
Murnawati dan ayah Bapak H. Isad
Hambali, S.Pd. Beliau seorang pendidik
di Madrasah Tsanawiyah Mathlaul
‘Ulum, SMP PGRI Karawang Sukabumi.
Beliau menyelesaikan pendidikan SD di
SDN Parungseah 1 Tahun 1995, SMP 4 Kota Sukabumi
Tahun 1997 dan SMA PGRI Kota Sukabumi Tahun 2000,
S-1 di STKIP PGRI Kota Sukabumi Tahun 2005,
Pengalaman Pendidik. MTs. Miftahul Huda Al-
Mas’udiyah sejak Tahun 2001 s/d 2021, SMP PGRI
Karawang Sukabumi sejak Tahun 2004 s/d sekarang,
MTs. Mathlaul ‘Ulum 2022 s/d Sekarang. Karya tulis
yang dipublishkan Pengembangan Kurikulum PAI,
Manajemen Strategi Madrasah Bermutu, Pemuda Harus
Tahu Sejarah Kebudayaan Islam. Madrasah Menghadapi
Era Society 5.0, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam,
Pengantar Sejarah Peradaban Islam, Kepemimpinan
Transformasional meningkatkan Motivasi Kerja dan
Produktifitas Kerga Guru, Peranan Guru PAI dalam
Pendidikan Karakter Era Society 5.0, Konsep Dasar
Manajemen Pendidikan Agama Islam. Beliau memiliki
buah hati atas pernikahanya dengan Ustadz Irwan
Sutiawan, S.Pd.I., M.Pd adalah M. Azka Aulia Al-Adha
(alm), Balqis Aulia Safira Quinn’, M. Khalif Aulia Husnuts
Tsawab. Motto : “Hidup hanya sekali, perbanyaklah
kebaikan”.
[ 92 ]
Puncak Ilmu Adalah Akhlak

Tentang Penulis 3

Ustadz Abdurrahman Ependi, S.Pd.I. yang akrab di


panggil Ustadz Ab. Ependi. Beliau Pimpinan Pondok
Pesantren Salafi dan Yayasan Ibtidaul Muta’alimin
Gunung Batu Kertaangsana Nyalindung Sukabumi.
Pengalaman Pendidik. MTs. Bina Bangsa, MA. Bina
Cendekia. Pengasuh Pondok Pesantren Ibtidaul
Muta’alimin, Kepala PAUD Ibtidaul Muta’alimin. Beliau
juga aktif sebagai Wakil Ketua di Organisasi MUI
Kecamatan Nyalindung dan sebagai pengisi pengajian di
Masjid Jami’ Darus Salam Gunung Batu, Masjid Jami’
Nurul Iman Ranca Oray.

Tentang Penulis 4

Sumardi, S.Ag. yang akrab di panggil Pa Ustadz


Mardi. Beliau lahir di Cirebon, 10 Februari 1970.
Pengalaman sebagai pendidik. MTs. Miftahul Huda Al-
Mas’udiyah sejak Tahun 2003 s/d 2021, MA/MAK
Miftahul Huda Al-Mas’udiyah Tahun 1996 s/d 2021. MA.
Peduli Lingkungan Hidup Nyalindung 2022 s/d
Sekarang. Dosen STAI Al-Mas’udiyah (STAIMAS) sejak
Tahun 1999 s/d Tahun 2021.

[ 93 ]
Punca k Ilmu Adalah Akhlak

[ 94 ]

You might also like