You are on page 1of 11

TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II

“ANTI ACNE”

DOSEN PENGAMPU :

apt. DWI NINGSIH, S.Si., M.Farm

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. GUSTA AYU PUTRI (27216686A)


2. FATIKAH RAHMA DUHITTA (27216703A)
3. FANABILA PUTRI BHAYANGKARI (27216707A)
4. GEMA GALGANI RENGGA (27216713A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDISURAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kulit merupakan lapisan jaringan yang menyebar di seluruh permukaan tubuh.
Di permukaan kulit, kelenjar keringat mengeluarkan produk limbah melalui pori-pori
kulit berupa keringat. Jerawat (Acne vulgaris) merupakan suatu kondisi dimana pori-
pori tersumbat dan menyebabkan kantong nanah menjadi meradang. Penyebab pasti
dan patogenesis A. vulgaris masih belum jelas. Namun, banyak faktor yang
berhubungan dengan patogenesis jerawat, seperti peningkatan sekresi sebum,
hiperkeratosis folikel rambut dan koloni bakteri Propionibacterium acnes, dan inflamsi
serta faktor lain yaitu stres, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet dan obat-obatan.
Acne vulgaris dipicu oleh P. Acnes pada masa remaja, di bawah pengaruh sirkulasi
normal dehydroepiandrosterone (DHEA). Mekanisme pembentukan jerawat (A.
vulgaris), yaitu stimulasi pada kelenjar sebasea yang menyebabkan sebum berlebih
biasanya dimulai pada masa puberta, proliferasi keratinosit yang abnormal, adhesi dan
diferensiasi cabang bawah folikel folikel, dan pembentukan lesi inflamasi berperan
pada bakteri P. Acnes. Pengobatan jerawat (A. vulgaris) dilakukan dengan cara
memperbaiki folikel yang abnormal, mengurangi produksi sebum, mengurangi jumlah
koloni P. Acnes atau hasil metaboliknya, dan mengurangi peradangan pada kulit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apa yang dimaksud dengan jerawat (Acne vulgaris)?
2) Apa penyebab terjadinya jerawat (Acne vulgaris)?
3) Apa saja macam-macam golongan obat jerawat (Acne vulgaris)?

1.3 TUJUAN
1) Mengetahui definisi jerawat (Acne vulgaris).
2) Mengetahui penyebab terjadinya jerawat (Acne vulgaris).
3) Mengetahui golongan obat jerawat (Acne vulgaris).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN ACNE VULGARIS


Acne vulgaris merupakan kelainan kulit yang sangat umum serta dapat muncul
dengan lesi inflamasi dan non-inflamasi terutama di wajah tetapi juga dapat terjadi pada
lengan atas, dada, dan punggung (George & Sridharan, 2018; Juhl et al., 2018; Yan et
al., 2018).
Acne vulgaris adalah penyakit yang bisa ditemukan pada semua umur. Ini
adalah peradangan kronis pada unit folikel kelenjar sebaceous. Penyebabnya adalah ciri
klinis yang multifaktorial berupa komedo, papula, pustula, nodul, dan kista (Sibero et
al., 2019). Jerawat adalah penyakit kulit karena adanya penumpukan minyak yang
menyebabkan pori-pori kulit wajah tersumbat sehingga memicu aktivitas bakteri dan
peradangan pada kulit (Nurjanah et al., 2018).

2.2 PENYEBAB ACNE VULGARIS


Penyebab pasti dari Acne vulgaris masih belum diketahui, tetapi beberapa
penyebab telah diajukan, yang diyakini memiliki peran internal, termasuk faktor
internal seperti peningkatan sekresi sebum, hiperkeratosis folikel rambut dan koloni
bakteri propionibacterium (P. Acne), dan inflamsi serta faktor ekstrinsik yaitu stres,
iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet dan obat-obatan (Sibero et al., 2019).
Sejalan dengan litaratur dari (Movita, 2014), penyebab pasti dan patogenesis
acne vulgaris masih belum jelas. Namun, banyak faktor yang berhubungan dengan
patogenesis jerawat, seperti perubahan pola keratinisasi, peningkatan sekresi sebum,
peningkatan kandungan androgen, dan psikologis, perkembangan stres, serta faktor lain
seperti usia, ras, keluarga, makanan, cuaca.

2.3 PENGOBATAN ACNE VULGARIS


2.3.1 Pengobatan Topikal
1) Antibiotik topical
Antibiotik digunakan dalam kasus yang lebih parah karena aktivitas
antimikroba mereka terhadap P. Acnes bersama dengan sifat anti-inflamasi.
Mereka menjadi kurang efektif dengan meningkatnya resistensi P. Acnes di
seluruh dunia. Antibiotik seperti klindamisin, eritromisin dan tetrasiklin
seperti; doksisiklin, oksitetrasiklin, limesiklin dan minoksiklin diterapkan
secara topikal (Benner & Sammons, 2013).
2) Sulfur Topikal dan Sodium Sulphacetamide
Belerang dapat digunakan sebagai agen pengeringan dan agen
antibakteri. Biasanya digunakan dalam bentuk lotion, krim, formulasi busa,
resep dan masker nonprescription. Bahan ini dapat berguna untuk
pengobatan rosacea dan dermatitis seboroik. Sodium Sulphacetamide sering
dikombinasikan dengan sulfur dan memiliki sifat anti-inflamasi. Sodium
Sulphacetamide dapat mengobati jerawat dan digunakan untuk pasien
jerawat yang memiliki kulit sensitif (Manoj, et al, 2015).
3) Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai sifat bakterisida dan keratolitik sehingga
dapat mengurangi jerawat. Asam salisilat membuka pori-pori kulit dan
mendorong penumpahan sel kulit epitel tetapi menyebabkan hiperpigmentasi
kulit pada individu yang memiliki jenis kulit lebih gelap (Benner &
Sammons, 2013).
4) Retinoid Topikal
Retinoid topikal memiliki sifat anti-inflamasi yang bekerja dengan
menormalkan siklus kehidupan sel folikel dan mencegah hiperkeratinisasi
sel-sel ini yang dapat membuat penyumbatan. Golongan ini termasuk
tretinoin, adapalen dan tazarotene. Mereka terkait dengan vitamin A dan
mirip dengan isotretinoin dan memiliki banyak efek samping yang lebih
ringan seperti iritasi kulit dan pembilasan (Benner & Sammons, 2013).
Secara umum, semua retinoid dapat menimbulkan Dermatitis Kontak
Iritan (DKI). Pasien dapat disarankan menggunakan tretinoin dua malam
sekali pada beberapa minggu pertama untuk mengurangi efek iritasi.
Tretinoin bersifat photolabile sehingga disarankan aplikasi pada malam hari
(Yenni et al, 2013).
2.3.2 Pengobatan oral
1) Isotretinoin
Isotretinoin oral efektif untuk pengobatan jerawat sedang dan berat
setelah satu sampai dua bulan penggunaan terlihat hasilnya. Efek samping
termasuk kulit kering, perdarahan hidung, nyeri otot, peningkatan enzim hati
dan peningkatan kadar lipid dalam darah. Ada risiko tinggi kelainan janin
selama kehamilan. Tidak ada bukti bahwa retinoid oral meningkatkan risiko
efek samping seperti depresi dan bunuh diri (Dawson & Dellavalle, 2013).
Dosis isotretinoin yang dianjurkan adalah 0,5-1 mg/kg/hari dengan dosis
kumulatif 120-150 mg/kg berat badan. Obat ini langsung menekan aktivitas
kelenjar sebasea, menormalkan keratinisasi folikel kelenjar sebasea,
menghambat inflamasi dan mengurangi pertumbuhan P. Acnes secara tidak
langsung. Isotretinoin paling efektif untuk Acne nodulokistik rekalsitran dan
mencegah jaringan parut. Meskipun demikian, isotretinoin tidak bersifat
kuratif untuk Acne.
Penghentian obat ini tanpa disertai terapi pemeliharaan yang memadai,
akan menimbulkan kekambuhan acne. Selain itu, penggunaan obat ini harus
berhati-hati pada perempuan usia reproduksi karena bersifat teratogenik.
Penggunaan isotretinoin dan tetrasiklin bersamaan sebaiknya dihindari
karena meningkatkan risiko pseudo tumor serebri (Yenni et al, 2011).
2) Antibiotik Sistemik
Antibiotik sistemik direkomendasikan dalam penatalaksanaan jerawat
sedang & berat serta bentuk peradangan jerawat yang resisten terhadap
perawatan topikal. Doxycycline dan minocycline lebih efektif daripada
tetracycline, tetapi tidak lebih unggul satu sama lain. Meskipun eritromisin
dan azitromisin oral dapat efektif dalam mengobati jerawat, penggunaannya
harus dibatasi pada mereka yang tidak dapat menggunakan tetrasiklin (yaitu,
wanita hamil atau anak-anak usia 8 tahun).
Penggunaan eritromisin harus dibatasi karena peningkatan risiko
resistensi bakteri. Penggunaan antibiotik sistemik, selain tetrasiklin dan
makrolida, tidak disarankan karena ada data terbatas untuk penggunaannya
di jerawat. Penggunaan Trimethoprim-sulfamethoxazole dan trimethoprim
harus dibatasi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi tetrasiklin atau
pada pasien yang resistan terhadap pengobatan (Zanglein, et al).
Penggunaan antibiotik sistemik harus dibatasi untuk jangka waktu
sesingkat mungkin, biasanya 3 bulan, untuk meminimalkan perkembangan
resistensi bakteri. Monoterapi dengan antibiotik sistemik tidak dianjurkan.
Terapi topikal bersamaan dengan benzoyl peroxide atau retinoid harus
digunakan dengan antibiotik sistemik dan untuk pemeliharaan setelah
selesainya terapi antibiotik sistemik. (Zanglein, et al).
2.4 PENGOBATAN ACNE DENGAN OTC DAN OWA
Untuk swamedikasi terhadap jerawat dapat digunakan obat-obat yang
mengandung :
a. Menggunakan Obat Yang mengandung Sulfur / belerang endap
Cara kerja obat :Mempunyai sifat germisida, fungisida, parasitisida, dan juga
mempunyai efek keratolitik.
Hal yang perlu diperhatikan : Hindarkan kontak dengan mata, mulut dan mukosa.
Efek yang tidak diinginkan : Iritasi kulit
Contoh Obat OTC :
 Acne Feldin® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275)
Komposisi : Sulfur Prespitat 6,6 %
Indikasi : Akne Vulgaris
Dosis : Oleskan 2 x sehari pada kulit berjerawat yang telah
dibersihkan
 Acnomel® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275)
Komposisi : Resorsinol 2%, sulfur 8 %
Indikasi : Pengobatan Jerawat
 Bioacne® ( B )
Komposisi : Per g Cetrimide 5 mg, resorsinol 5 mg, sulfur 50 mg.
Indikasi : Jerawat
Dosis : Oleskan 2-3x/hari

b. Menggunakan Obat Yang mengandung Asam Salisilat


Cara kerja obat : Mempunyai sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit sehingga
dapat membantu penyerapan obat lain dan fungisida yang lemah.
Efek yang tidak diinginkan : Iritasi kulit
Contoh Obat OTC :
 Verile® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 307 )
Komposisi : Asam Salisilat 0,5 %,Asam Borak 1 %, Resorsinol 2 %, aloe
vera 0,1 %,triklosan 0,1 %, alkohol 25 %.
Indikasi : Akne Vulgaris
 Rosal® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 306 )
Komposisi : Asam Salisilat 0,2 %, Resorsinol 0,5 %
Indikasi : Menghilangkan minyak yang berlebih pada kulit yang
berjerawat, mencegah timbulnya jerawat
Dosis : Tuangkan pada kapas, oles pada bagian yang berjerawat,
digunakan sesudah mandi dan sesudah membersihkan.

c. Menggunakan Obat Yang mengandung Resorsinol


Cara kerja obat : Mempunyai efek anti fungi, anti bakteri dan keratolitik.
Hal yang perlu diperhatikan : Tidak dianjurkan pemakaian jangka lama karena dapat
menggangu fungsi tiroid
Efek yang tidak diinginkan : Iritasi, reaksi alergi pada kulit
Contoh Obat OTC :
 Acnomel® ( B )
Komposisi : Resorsinol 2%, sulfur 8 %
Indikasi : Pengobatan Jerawat
 Rosal® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007; 275 )
Komposisi : Asam Salisilat 0,2 %, Resorsinol 0,5 %
Indikasi : Menghilangkan minyak yang berlebih pada kulit yang
berjerawat, mencegah timbulnya jerawat
Dosis : Tuangkan pada kapas, oleskan pada bagian yang berjerawat,
digunakan sesudah mandi atau sesudah membersihkan muka
(Botol 100 mL)
 Verile® ( B ) ) ( ISO INDONESIA, 2007; 307 )
Komposisi : Asam Salisilat 0,5 %,Asam Borak 1 %, Resorsinol 2 %, aloe
vera 0,1 %,triklosan 0,1 %, alkohol 25 %.
Indikasi : Akne Vulgaris

d. Menggunakan Obat Yang mengandung Benzoil Peroksida


Cara kerja obat : Benzoil Peroksida secara perlahan-lahan melepaskan oksigen aktif
yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek keratolitik dan
mengeringkan sehingga dapat menunjang efek pengobatan.
Hal yang perlu diperhatikan : Hindari kontak dengan mata, mulut dan mukosa.
Efek yang tidak diinginkan : Iritasi kulit.
Contoh Obat OTC :
 Feldixid® ( B ) ( ISO INDONESIA, 2007;300 )
Komposisi : Benzoil Peroksida 5 %, Sulfur Presipitat 2%
Indikasi : Akne Vulgaris
Dosis : Oleskan 2x sehari pada kulit berjerawat yang telah
dibersihkan
 Pimplex® ( T ) ( ISO INDONESIA, 2007;304 )
Komposisi : Benzoil Peroksida 2,5 % / Krim
Indikasi : Akne Vulgaris
 Polybenza AQ® ( B) ( ISO INDONESIA, 2007;275 )
Komposisi : Benzoyl Peroxide 2,5 % / 20 g
Indikasi : Akne Vulgaris
Dosis : Oleskan 1 atau 2 x sehari pada area yang terkena

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/SK/VII/1990 tentang OBAT


WAJIB APOTIK yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di
Apotik tanpa resep dokter. Contoh obat keras untuk mengobati acne, yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik

(obat wajib apotik no 2) :

Jumlah Maksimal Tiap


No. Nama Generik Pembatasan
Jenis Obat Per Pasien

1. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.

2. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.

3. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.

4. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.

2.5 PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL


Pengobatan secara topikal merupakan standar dalam penanggulangan jerawat,
tetapi dalam bab ini juga akan membahas bagaimana cara-cara pencegahan agar tidak
terkena jerawat ;

• Rutin membersihkan wajah


• Minum 8 gelas air sehari

• Kurangi penggunaan kosmetik yang berlebihan

• Makan sayur dan buah yang mengandung antioksidan

• Tidak usil terhadap jerawat sendiri maupun punya orang

Cara mengatasi jerawat yang rasional adalah dengan mengetahui penyebabnya,


dan memilih obat sesuai penyebabnya. Berikut, beberapa zat berkhasiat yang terkandung
dalam obat yang dijual bebas yang dapat digunakan untuk mengatasi jerawat adalah :

• Benzoil peroksida
• Asam salisilat
• Sulfur
• Kombinasi sulfur dan resorsinol

 Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida efektif untuk mengatasi jerawat ringan sampai sedang. Zat
ini juga bersifat keratolitik (mengelupaskan lapisan tanduk kulit) karena dapat
mengurangi sel kulit mati pada kulit. Selama menggunakan produk yang mengandung
Benzoil Peroksida hindari kontak dengan pakaian dan rambut karena dapat
menyebabkan pemutihan (bleaching) dan hindari paparan sinar matahari langsung,
disarankan menggunakan tabir surya. Pengunaan Benzoil Peroksida pada wanita
hamil harus dengan kehati-hatian. Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat muncul
setelah penggunaan Benzoil Peroksida diantaranya adalah dapat menyebabkan kulit
kemerahan pada awal penggunaan namun akan menghilang setelah penggunaan 1–2
minggu, selain itu dapat menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang tertentu.
Apabila terjadi reaksi alergi berupa kemerahan pada kulit saat produk dioleskan maka
hentikan penggunaan dan segera konsultasikan ke dokter.
 Asam Salisilat
Asam salisilat adalah juga bersifat keratolitik yang sering digunakan pada obat
jerawat dengan konsentrasi 0,5% sampai 2%.
 Sulfur
Obat jerawat dengan kandungan sulfur 3% sampai 10%, bersifat sebagai
keratolitik dan antibakteri sehingga efektif untuk mengatasi komedo. Obat dioleskan
pada kulit yang berjerawat 1 - 3 kali sehari sehingga membentuk lapisan tipis.
Lapisan tipis ini berwarna kuning dan biasanya membuat pasien kurang nyaman
karena baunya.
 Kombinasi Sulfur Dan Resorsinol
Kombinasi sulfur 3-8% dan resorsinol 2-3% sering digunakan pada obat
jerawat. Produk ini digunakan sebagai keratolitik, dan mempercepat pertumbuhan
sel baru.
Selain zat-zat kimia yang dapat menghilangkan jerawat, juga dapat digunakan
bahan lain yang berasal dari alam, baik untuk pencegahan maupun pengobatan :
- Jeruk nipis (Citrus aurantium), yang dioleskan pada wajah pada malam hari sebelum
tidur dan baru dibersihkan pada pagi harinya, ini dapat menjadi solusi untuk
mengobati jerawat.
- Tumbukan Daun Jambu biji juga berfungsi mengobati jerawat dan menghaluskan kulit
wajah. Oleskan di wajah kemudian di diamkan beberapa menit. Sama seperti halnya
penggunaan masker.
- Pepaya. Alternatif pertama adalah pepaya yang telah matang di lumat dan di campur
dengan air sedikit saja hingga menjadi adonan kental bisa anda gunakan sebagai
masker untuk mengobati dan membasmi jerawat. Kemudian alternatif kedua adalah
gunakan sebagai masker tumbukan daunnya.
- Tomat. Buah ini ampuh juga sebagai tips obat jerawat. Pilih buah tomat yang sudah
masak dibelah dua atau 3, kemudian langsung dipakai untuk menggosok wajah
berjerawat
- Lidah buaya, yaitu dengan cara mengoleskan batang lidah buaya pada bagian yang
tumbuh jerawat,dan lakukan berulang-ulang setiap pagi dan sore hari.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, ISO Indonesia, Volume 43, PT. Isfi Penerbitan, Jakarta.

Mutschler E., Dinamika Obat, Edisi V, diterjemahkan oleh M.B. Widianto & A.S. Ranti,
Penerbit ITB, Bandung, 1991.
George, R. M., & Sridharan, R. 2018. Factors Aggravating or precipitating acne in Indian
adults: A hospital-based study of 110 cases. Indian Journal of Dermatology. Vol 63(4):
328–331.

Nurjanah, N., Aprilia, B. E., Fransiskayana, A., Rahmawati, M., & Nurhayati, T. 2018.
Senyawa bioaktif rumput laut dan ampas teh sebagai antibakteri dalam formula masker
wajah. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. vol 21(2): 304-316.

Wibawa, I. G. A. E., & Winaya, K. K. 2019. Karakteristik penderita Acne vulgaris di Rumah
Sakit Umum (RSU) Indera Denpasar periode 2014-2015. Jurnal Medika Udayana. vol
8(11): 1–4.

You might also like