Professional Documents
Culture Documents
3 BAB II-min
3 BAB II-min
KAJIAN TEORI
7
Jejen Musfah. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. h.27.
8
Tabrani Rusyan, Wiwin Winari, Asep Hermawan. 2020. Seri Pembaharuan Pendidikan
Membangun Kelas dan Inspiratif. Yogyakarta: CV Budi Utama. h.228.
10
11
9
Pribadiyono & Willy Hendarto. 2019. Kompetensi Kerja Perusahaan Perkapalan. Surabaya:
CV. Jakad Publishing. h.19.
12
antara pengetahuan , keterampilan, serta sikap yang harus dimiliki oleh guru
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional.10
10
Iswadi. 2019. Kompetensi Profesional Guru. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia. h.21.
11
Ibid. h.23.
13
pembelajaran, tetapi juga harus memiliki tanggung jawab yang lebih banyak,
yaitu bekerja sama dengan pengelolah pendidikan lainnya di dalam lingkungan
masyrakat, untuk itu guru harus lebih bnayak melibatkan dirinya di luar sekolah.
Perangkat kompetensi yang dijabarkan secara operasional di atas merupakan
bekal bagi calon guru, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab di sekolah
guru di masyarakat.
12
Shilphy Afiattresna Octavia. 2019. Sikap dan Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta:
Deepublish Publisher. h.8.
14
13
Febrialismanto. 2017. Analisis Kompetensi Profesional Guru PAUD. Jurnal PG-PAUD. Vol. 4
No. 2, Oktober. h.104.
15
س
س
14
M. Syaid Mahadhir. 2018. Profesionalisme Guru dalam Pandangan QS. Al-Isra‟: 84. Jurnal
RAUDHAH Proud To Be Professionals. Vol. 3 No. 2. Desember. h.86-87.
16
2. Tafsir Al-Maraghi
Terhadap nikmat Allah swt maka baik yang bersyukur atau yang kufur
keduanya berjalan sesuai dengan jalannya dan tabiat keadaannya apakah
dia memang pada dasarnya berada di jalan kebaikan atau berada di jalan
keburukan. Untuk itu maka Allah swt lebih tahu dari siapapun juga
tentang siapa diantara kamu yang lebih nyata jalannya terhadap
kebenaran dan dia berikan kepada orang tersebut pahala yang sempurna.
Allah swt juga maha tahu siapakah diantara kamu yang lebih sesat
jalannya, lalu dia menghukumnya sesuai dengan yang patut diterima
karena memang tabiat aslinya dan bakat yang mereka peroleh.
3. Tafsir Fi Zhilal Al-Quran
Kenikmatan itu pada tabiatnya menyesatkan dan menyombongkan
selama manusianya tidak mengingat sang pemberi nikmat itu sehingga ia
bersyukur. Sedangkan kesengsaraan pada tabiatnya membuat manusia
putus asa dan pesimis selama manusia tidak tersambung kepada Allah.
Dari sini akan tampak nilai keimanan dan apa yang terkandung
didalamnya berupa rahmat baik dalam keadaan senang atau susah.
Lalu kemudian Allah swt menegaskan bahwa setiap manusia dan setiap
kelompok (organisasi) akan bekerja sesuai dengan jalan dan tujuannya
masing-masing, sedangkan apa yang dikerjakan berikut jalan dan tujuan
dari pekerjaan itu akan menjadi penilaian Allah swt, maka berhati-hatilah
dalam mengambil jalan dan tujuan, pastikan bahwa tujuan dan jalan yang
ditempuh jalan yang penuh petunjuk dan jalan yang akan menuju Allah
swt.
4. Tafsir Marah Labid
Syeikh Nawawi al-Bantani menguraikan bahwa : kata „ala syakilatihi
diartikan dengan: cara atau jalan yang sesuai dengan keadaannya dalam
memperoleh petunjuk Allah dan menghindari kesesatan. Sehingga bila
seseorang mempunyai jiwa yang bersih maka akan memunculkan
17
perbuatan yang baik dan jika seseorang mempunyai jiwa yang kotor
maka akan melahirkan perbuatan yang jelek pula.
15
Zulkipli. 2019. Metode Pembelajaran Pendidikan Profesinal Dalam Alquran. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam. Vol 3 No. 1 Januari-Juni ISSN. 2615-1499.h.113.
16
Suriadi & Triyo Supriyatno. 2018. Profesionalisme Guru Berbasis Religius. Malang: Literasi
Nusantara. h.105.
18
Ketika „Umar bin Khathab menjadi Khalifah sangat marah melihat orang
yang senantiasa berdiam di mesjid untuk beribadah, sementara ia mengabaikan
tugas dan tanggung jawab terhadap keluarganya. Dan ia menggantungkan
kebutuhannya kepada saudaranya. Sehingga kemudian Umar membuat
pernyataan: janganlah seorang diantara kamu tidak mau mencari rizki tetapi
hanya berdoa‟ ya Allah berilah saya rizki padahal kamu tahu bahwa langit
tidak akan menurunkan hujan emas dan perak (baca syarahlhya”Ithaf” jilid 5).
Keduanya, oang yang bekerja demi menjaga diri agar tidak meminta-minta
(wata:affufan, an al-mas alah) artinya orang tersebut bekerja agar tidak menjadi beba bagi
oranglain,untuk memperoleh upah yang kemudian digunakan untuk memenuhi keluarga,
kempat, bekerja karena kasih sayang terhadap ttangganya, seorang bekerja ntuk membantu
meringkan.
19
Muhmmad ibn Sinan telah bercerita kepada kami ia berkata: Fulaih telah
bercerita kepada kami dan Ibrahim ibn Mundzir bercerita kepadaku, ia berkata:
Muhammad ibn Fulaih berkata: bapakku bercerita kepadaku, ia berkata: Hial
ibn „Ali telah bercerita kepadaku dari „Atha ibn Yasar dari Abu Hurairah, ia
berkata: “Ketika Nabi sedang memberikan nasehat kepada orang banyak
didalam suatu majelis, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman (Badui) lalu ia
berkata: kapan hari kiamat (kehancuran) terjadi?Namun rasulullah tetap
meneruskan menyampaikan nasehatnya. Sehingga sebagian orang menyatakan
nabi mendengar pertanyaan itu tetapi beliau tidak menyukainya, sementara
sebagian lain menyatakan nabi itu tidak mendengarnya. Kemudian setelah nabi
menyelesaikan nasehatnya, kemudian nabi bertanya: dimana orang yang
bertanya tentang hari kiamat tadi? Orang itu (Badui) menjawab: saya ya
Rasulullah! Nabi Bersabda: apabila amanat itu telah diabaikan maka
tunggulah kehancurannya. Orang itu bertanya: Bagaimana mengabaikan
17
Ibid.h.107
20
Bukhari dalam kitab shaihnya meletakkan hadits ini pada kitab ilmu, bab
orang yang ditanya tentang ilmu dan orang tersebut menyibukkan diri dalam
membahasnya kemudian menuntaskan pembahasan ilmu tersebut, lalu
menjawab pertanyaan orang yang bertanya. Dari segi penempatan hadist ini
pada bab ilmu, hadist tersebut sangat dekat bila dikaitkan dengan pendidikan,
terutama dengan profesionalisme guru. Karena mendidik adalah amanah yang
harus ditunaikan oleh guru, maka guru haruslah orang yang memang betul-betul
mempunyai sifat amanah dan dapat mengemban amanah tersebut. Mempunyai
komitmen, kompetensi, dan kemampuan dan kemauan untuk menjalankan
fungsinya dengan baik.
sesuatu yang terbaik buat murid dengan penuh kasih sayang. Artinya sikap untuk
berbuat secara profesional pasti akan muncul, berbeda dengan apabila guru tidak
punya jiwa kasih sayang terhadap anak didik. Ia akan melakukan tugasnya
dengan semuanya saja, tidak ada kemajuan dalam cara mendidik anak, tidak
berusaha untuk mencari cara baru, strategi baru, metode baru, atau variasi dan
sebagainya akibatnya guru tersebut semakin tidak profesional dan membosankan
dalam cara mengajar, tidak inovatif, statis dan kaku.
“Dari Abu Musa berkata: jika Rasulullah saw mengutus seseorang dari para
Sahabatnya dalam suatu perkara, beliau bersabda: “Berikanlah berita gembira
dan jangan membuat orang lari, permudahlah orang lain jangan ebgkau
persulit”. (HR. Bukhari Muslim, No,)
18
Muhammad Irwaansyah, Melda Diana, & Afrida. 2019. Urgensi Kompetensi Kepribadian
Guru dalam Sistem Pendidikan Persepektif Hadist Nabawi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam. Vol
9 No. 2 2 Juli-Desember ISSN 2579-714X.h. 14.
22
mendorong untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh guru. Pentingnya akhlak
atau kepribadian seorang guru telah menjadi sorotan bagi masyarakat terutama
bagi parang orang tua.
19
Al-Munawi, Faidhul Qadir,juz I, (Beirut:Darul Fikr, cetakan I, 1416 H/1996 M), h.563-564.
23
20
Uzer Usman. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakry.h.14.
24
5) Berwibawaa
6) Ikhlas
7) Mempunyai tujuan yang rabbani, mampu merencanakan dan
melaksanakan evaluasi pendidikan dan menguasai bidang yang
ditekuninya.
Ketujuh syarat ini penting bagi guru profesional, secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu persyaratan administatif, akademis,
dan kepribadian.`
23
Ibid. h.26.
26
Menurut Fadhli Ilahi, untuk menjadi guru yang profesional dalam mendidik
anak usia dini, hendaklah menggunakan dua bentuk pengajaran yang dilakukan
Rasulullah yaitu:24
24
Zulfiana Herni. 2018. Pendidikan Agama Islam Pada PAUD. Jurnal Edudeena. Vol. II No.1
Januari. h.8.
25
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tanggal
14 Mei 2007. h.3.
27
B. Proses Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
29
Dahwadin & Farhan Sifa Nugraha. 2019. Motivasi dan Pembelajaran dalam Agama Islam.
Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media. h.31.
32
30
Abdullah. 2004. Lubaabut Tafsir Min Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir terjemahan Abdul
Ghoffar, Abdurrahim Mut‟hi, Abu Ihsan Al-Atsari. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafai‟I. h.503.
31
Ibid. h.504.
menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali
pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka
33
beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai puncak
gunung, maka malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal yang sama
kepada beliau.
32
Ibid. h.505.
34
Dalam konteks pendidikan , guru mengajar agar peserta didik dapat belajar
dan mengusai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objek yang ditentukan
(aspek kognitif) , juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses
pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan pesera didik. Dapt ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan bau yang berlaku dalam waktu
35
yang relatif lama dan karena adanya usaha. Oleh karena pembelajaran
merupakan proses, tentu dalam sebuah proses terdapat komponen-komponen
pokok dalam pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, pendidik, peserta
didik, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
2) Komponen Pembelajaran
Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang
belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman-temannya, tutor,
media pembelajaran, atau sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari
36
3) Tujuan pembelajaran
33
Nina Khayatul Virdyna. 2019. Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Pamekasan:
Duta Media Publishing. h.3.
34
Ibid. h.4.
37
Pendidikan anak usia dini dalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
1) Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta
mencintai sesamanya.
2) Agar anak mampu mengelola keterampilan termasuk gerakan motorik
kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.
3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan
dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk
berpokir dan belajar.
4) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan
masyarakat dan menghargai sosial dan budaya serta mampu
mengembangkan konsep diri yang positif dan control diri..
5) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan , memecahkan
masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
6) Anak memiliki kepekaan terhdap irama, nada, berbagai bunyi, serta
menghargai kreatif.
35
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
38
4) Prinsip Pembelajaran
Prinsip yang digunkan dalam proses pembelajaran anak usia dini menurut
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu sebagai
berikut:36
36
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. h.1-2.
39
37
Rita Mariyana, Ali Nugraha, Yeni Rachmawati. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. h.67.
41
Dalam kegitan pembelajaran model dapat dimaknai sebagI suatu pola atau
gambaran yang menjelaskan tentang berbagi bentuk, pandangan yang terkait
dengan kegiatan pembelajaran.
38
Khadijah. 2016. Pendidikan Prasekolah . Medan: Perdana Publishing. h.65-78.
44
mencari jejak dan petak umpet, dan ada juga yang dilakukan scara
individual misalnya mencari jejak daalam gambar, merangkai
puzzel, mencocokan gambar, dan sebgainya.
c) Dikembangkan: adalah kegiatan yang dilakukan oleh stimulator
dalam rangka mengoptimalisasi potensi yang muncul sesuai
dengan tahapan dan karakteristik perkembangan anak pada saat
itu.
39
Khadijah. 2015. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. h.31.
50
Metode adalah jalan harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pendapat lain
menngatakan bahwa metode adalah cara yang dalam bekerjanya merupakan alat
untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode pembelajaran adalah metode yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setting
pembelajaran. Metode pembelajaran adalah metode yang diterapkan oleh guru
terhadap anak didiknya di dalam kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak di capai pada akhir
pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Dari beberapa
pengertian diatas tentang metode , pembelajaran dan Pendidikan Anak Usia
Dini, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran untuk Pendidikan Anak
Usia Dini adalah cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan
materi kepada peserta didik yaitu anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran seacra efektif dan efisien sesuai dengan
perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan kejenjang dasar.40
40
Eci Sriwahyuni & Nofialdi. 2016. Metode Pembelajaran Yang Digunakan PAUD. Jurnal
ThufulA. Vol.4 No.1 Desember. h.48-56.
51
41
Dyah Novitasari, Nila Fitria. 2021. Gambaran Kompetensi Profesional Guru PAUD Mangga
Paninggilan Ciledug. Vol.3. h.67.
42
Febri Lismanto. 2017. Analisis Kompetensi Profesional Guru PAUD. Vol.6 No.2 Desember.
h.121.
54
43
Thereseia Alviani Sum.2019. Kompetensi Guru PAUD dalam Pembelajaran di PAUD Di
Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai. Vol.2 No. 1 Januari. h.68.