You are on page 1of 16

NAMA : YUKIARNOL ALIK KARURUKAN

NIM : G30122048
KELAS : KIMIA B

1. Berikut adalah perkiraan hasil pengamatan untuk kelarutan sampel-sampel dalam


berbagai pelarut:
Tabel Kelarutan:

Komposisi Sampel HCl HNO3 H2SO4 NaOH NH3


No (Campuran Padatan) H2O 6M 6M 3M 6M 6M

KCl, K2SO4, NaCl,


1 Na2SO4 Larut Larut Larut Larut Larut Larut

2 NaCl, AgNO3 Larut Larut Reaksi Larut Timbul Larut

CuSO4•5H2O,
3 NiSO4•7H2O Larut Larut Larut Larut Larut Larut

4 CaCO3, MgCO3, Na2CO3 Reaksi Larut Larut Reaksi Timbul Timbul

2. a. Membedakan antara Na2CO3 (natrium karbonat) dan Na2SO4 (natrium sulfat):


Untuk membedakan antara Na2CO3 dan Na2SO4, Anda dapat melakukan uji reaksi
asam karbonat (H2CO3) dengan menggunakan asam sulfat (H 2SO4). Berikut adalah
langkah-langkahnya:
1. Tambahkan sedikit asam sulfat (H2SO4) ke dalam sampel padatan. Jika
padatan tersebut adalah Na2SO4, tidak akan terjadi reaksi kimiawi yang
signifikan.
2. Jika padatan tersebut adalah Na2CO3, maka asam sulfat akan bereaksi dengan
Na2CO3, menghasilkan gas karbon dioksida (CO 2). Reaksinya adalah sebagai
berikut: Na2CO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + CO2
Jika terlihat pembentukan gelembung CO2, itu menunjukkan bahwa sampel adalah
Na2CO3.
b. Membedakan antara CaCl2 (kalsium klorida) dan Ca3(PO4)2 (kalsium fosfat):
Untuk membedakan antara CaCl2 dan Ca3(PO4)2, Anda dapat melakukan uji reaksi
dengan larutan natrium karbonat (Na2CO3). Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Tambahkan larutan natrium karbonat (Na2CO3) ke dalam sampel padatan.
2. Jika padatan tersebut adalah CaCl 2, tidak akan terjadi reaksi kimia yang
signifikan.
3. Jika padatan tersebut adalah Ca3(PO4)2, maka terjadi reaksi antara kalsium
fosfat dan natrium karbonat, menghasilkan endapan putih yang merupakan
kalsium karbonat (CaCO3). Reaksinya adalah sebagai berikut: Ca 3(PO4)2 +
3Na2CO3 → 3CaCO3 + 2Na3PO4
Jika terbentuk endapan putih, itu menunjukkan bahwa sampel adalah
Ca3(PO4)2.
3. (a) Untuk membedakan antara air ledeng dan air destilasi, Anda dapat
menggunakan uji konduktivitas listrik. Air ledeng biasanya mengandung mineral dan
garam yang akan membuatnya menjadi konduktif, sementara air destilasi murni akan
memiliki konduktivitas yang sangat rendah. Mengukur konduktivitas air dengan alat
pengukur konduktivitas listrik akan membantu Anda membedakannya. Air ledeng
akan menunjukkan konduktivitas yang lebih tinggi daripada air destilasi.

(b) Untuk membedakan antara asam benzoat dan natrium benzoat (keduanya padatan
putih), Anda dapat menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH). Berikut
langkah-langkahnya:
1. Ambil sedikit dari padatan yang ingin diuji.
2. Tambahkan sedikit larutan natrium hidroksida (NaOH) ke dalam sampel.
3. Jika terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam larutan NaOH, itu
menunjukkan keberadaan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi dengan
NaOH, menghasilkan endapan natrium benzoat yang tidak larut.
4. Jika tidak terbentuk endapan dan larutan tetap bening, itu menunjukkan
keberadaan natrium benzoat, yang tidak akan bereaksi dengan NaOH.
(c) Untuk membedakan antara amonium karbonat dan amonium klorida (keduanya
padatan putih), Anda dapat menggunakan uji dengan asam sulfat (H 2SO4) dan
pemanasan. Berikut langkah-langkahnya:
1. Ambil sedikit dari padatan yang ingin diuji.
2. Tambahkan sedikit asam sulfat (H2SO4) ke dalam sampel dan panaskan.
3. Jika tercium bau amonia (NH3) dan terlihat uap putih atau endapan putih, itu
menunjukkan keberadaan amonium karbonat. Amonium karbonat akan terurai
menjadi amonia, air, dan karbon dioksida (NH4)2CO3 → 2NH3 + H2O + CO2.
4. Jika tidak terjadi perubahan atau tidak ada bau amonia, itu menunjukkan
keberadaan amonium klorida.
(d) Untuk membedakan antara tembaga nitrat hidrat dan tembaga sulfat hidrat
(keduanya padatan biru), Anda dapat melakukan uji reaksi dengan natrium hidroksida
(NaOH). Berikut langkah-langkahnya:
1. Ambil sedikit dari padatan yang ingin diuji.
2. Tambahkan sedikit larutan natrium hidroksida (NaOH) ke dalam sampel.
3. Jika terbentuk endapan biru yang tidak larut dalam larutan NaOH, itu
menunjukkan keberadaan tembaga nitrat hidrat. Tembaga nitrat akan
membentuk endapan tembaga hidroksida (biru) ketika bereaksi dengan NaOH.
4. Jika tidak terbentuk endapan atau larutan tetap bening, itu menunjukkan
keberadaan tembaga sulfat hidrat.
4. (a) Cara membedakan larutan asam nitrat (HNO3) dengan larutan asam klorida
(HCl):
1. Uji pereaksi perak nitrat (AgNO3): Tambahkan sedikit larutan perak nitrat
(AgNO3) ke dalam masing-masing larutan. Jika terbentuk endapan putih, itu
menunjukkan keberadaan asam klorida (HCl), karena AgNO 3 akan bereaksi
dengan HCl membentuk endapan AgCl (perak klorida) yang tidak larut dalam
air.
2. Untuk memastikan bahwa larutan yang tidak menghasilkan endapan dengan
AgNO3 adalah asam nitrat, Anda dapat menggunakan indikator pH. Asam
nitrat akan memberikan larutan yang bersifat asam dan memiliki pH rendah,
sementara asam klorida tidak akan memberikan perubahan yang signifikan
pada pH larutan.
(b) Cara membedakan larutan asam sulfat (H 2SO4) dengan larutan asam klorida
(HCl):
1. Uji pereaksi barium klorida (BaCl2): Tambahkan sedikit larutan barium
klorida (BaCl2) ke dalam masing-masing larutan. Jika terbentuk endapan
putih, itu menunjukkan keberadaan asam sulfat (H 2SO4), karena BaCl2 akan
bereaksi dengan H2SO4 membentuk endapan BaSO4 (barium sulfat) yang tidak
larut dalam air.
2. Untuk memastikan bahwa larutan yang tidak menghasilkan endapan dengan
BaCl2 adalah asam klorida, Anda dapat menggunakan indikator pH. Asam
klorida akan memberikan larutan yang bersifat asam dan memiliki pH rendah,
sementara asam sulfat tidak akan memberikan perubahan yang signifikan pada
pH larutan.
(c) Cara membedakan tepung soda kue (NaHCO 3) dengan tepung terigu (tepung
gandum):
1. Uji reaksi dengan asam: Tambahkan sedikit asam (misalnya, asam cuka) ke
dalam masing-masing sampel. Jika ada gelembung gas yang dilepaskan, itu
menunjukkan keberadaan natrium bikarbonat (NaHCO 3). NaHCO3 akan
bereaksi dengan asam untuk melepaskan karbon dioksida (CO2).
2. Uji reaksi dengan larutan iodin: Tambahkan larutan iodin ke dalam masing-
masing sampel. Jika larutan berubah menjadi biru atau ungu, itu menunjukkan
keberadaan amilum, yang biasanya ada dalam tepung gandum (tepung terigu)
sebagai sumber karbohidrat. Tepung soda kue (NaHCO3) tidak mengandung
amilum.
(d) Cara membedakan bijih besi pyrit (FeS) dengan bijih tembaga chalcopyrite
(CuS.FeS):
1. Uji pereaksi asam sulfat (H2SO4): Tambahkan sedikit asam sulfat ke dalam
masing-masing sampel. Jika ada pelepasan gas berbau busuk yang
mengandung belerang dioksida (SO2), itu menunjukkan keberadaan bijih besi
pyrit (FeS). Pyrit akan bereaksi dengan asam sulfat untuk melepaskan gas
SO2.
2. Uji pereaksi asam nitrat (HNO3): Tambahkan sedikit asam nitrat ke dalam
masing-masing sampel. Jika ada pelepasan gas nitrogen dioksida (NO 2)
berwarna coklat, itu menunjukkan keberadaan bijih tembaga chalcopyrite
(CuS.FeS). Chalcopyrite akan bereaksi dengan asam nitrat untuk melepaskan
gas NO2.
5. Analisis kualitatif adalah metode pengujian kimia yang digunakan untuk
membedakan antara berbagai zat kimia berdasarkan sifat-sifat kualitatif tertentu,
seperti warna, bau, rasa, reaksi kimia, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa cara
untuk membedakan antara zat-zat yang disebutkan di atas:
a. Aqua regia dan larutan HNO3 pekat:
 Aqua regia adalah campuran asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl)
dalam perbandingan 1:3. Karena mengandung HCl, aqua regia dapat
menghasilkan gas asam klorida yang kuat ketika bereaksi dengan logam-
logam tertentu.
 Larutan HNO3 pekat adalah asam nitrat murni. Ini biasanya tidak
menghasilkan gas asam klorida. Anda dapat membedakannya dengan
menambahkan logam tembaga ke dalam larutan. Aqua regia akan
menghasilkan gas asam klorida, sementara larutan HNO3 pekat tidak.
b. Serbuk logam nikel dan serbuk logam besi:
 Logam nikel memiliki warna perak yang cenderung putih.
 Logam besi memiliki warna abu-abu atau keperakan yang cenderung lebih
gelap dibandingkan dengan nikel.
 Anda dapat membedakannya dengan melihat warna dan perbedaan
penampilan fisik.
c. Tepung tapioka dan tepung natrium karbonat:
 Tepung tapioka adalah tepung pati yang berasal dari umbi-umbian seperti
singkong. Ini tidak memiliki rasa yang kuat dan tidak berbau.
 Tepung natrium karbonat adalah garam natrium dari asam karbonat. Ini dapat
memiliki rasa yang sedikit asin, dan jika dilarutkan dalam air, itu akan
menghasilkan larutan alkali.
d. Air demineralisasi (aqua DM) dan air hujan:
 Air demineralisasi adalah air yang telah melewati proses demineralisasi atau
deionisasi untuk menghilangkan ion-ion mineral. Ini adalah air murni yang
biasanya tidak memiliki rasa atau bau yang khas.
 Air hujan adalah air yang jatuh dari atmosfer dan mungkin mengandung
sedikit ion-ion mineral, tetapi biasanya tidak seberat air demineralisasi. Anda
dapat membedakannya dengan menganalisis konsentrasi ion-ion mineral
dalam kedua jenis air.
e. Larutan NaCl dan larutan KCl:
 Larutan NaCl adalah larutan garam natrium klorida. Ini memiliki rasa yang
gurih dan rasa asin.
 Larutan KCl adalah larutan garam kalium klorida. Ini juga memiliki rasa asin,
tetapi mungkin memiliki rasa yang sedikit berbeda dibandingkan dengan
NaCl. Anda dapat membedakannya dengan merasakannya, tetapi
perbedaannya mungkin sulit dikenali hanya dengan rasa.
6. a. Berdasarkan hasil uji kelarutan yang Anda sebutkan, kita dapat menyimpulkan
kemungkinan garam-garam yang ada dalam padatan media tumbuh Hoagland.
Berikut adalah kemungkinan garam-garamnya:
1. KCl (Kalium Klorida): Larut dalam air, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan NaOH.
2. KNO3 (Kalium Nitrat): Larut dalam air, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan NaOH.
3. NH4Cl (Amonium Klorida): Larut dalam air, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
4. NH4NO3 (Amonium Nitrat): Larut dalam air, HCl, HNO 3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
5. NaH2PO4 (Natrium Dihidrogen Fosfat): Larut dalam air, HCl, HNO 3, H2SO4,
NH3, dan NaOH.
6. Na2HPO4 (Natrium Hidrogen Fosfat): Larut dalam air, HCl, HNO3, H2SO4,
NH3, dan NaOH.
7. Mg(SO4).7H2O (Magnesium Sulfat Heptahidrat): Larut dalam air, HCl, HNO 3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
8. Ca3(PO4)2 (Kalsium Fosfat): Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam HCl,
HNO3, H2SO4, NH3, dan NaOH setelah perlakuan asam kuat.
Berdasarkan kelarutan ini, garam-garam ini mungkin ada dalam padatan tersebut.

b. Untuk memastikan kation dan anion yang ada dalam padatan tersebut, Anda dapat
melakukan serangkaian uji kualitatif dan uji analisis kimia. Berikut adalah beberapa
uji yang dapat Anda lakukan:

1. Uji Kation (ion positif):


 Uji Reaksi Flaming (flame test) untuk mengidentifikasi kation logam
alkali (Na+, K+).
 Uji Pengendapan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) untuk
mengidentifikasi kation logam alkali tanah (Ca2+, Mg2+).
2. Uji Anion (ion negatif):
 Uji Pengendapan dengan larutan perak nitrat (AgNO3) untuk
mengidentifikasi klorida (Cl-), bromida (Br-), dan iodida (I-).
 Uji Pengendapan dengan larutan barium klorida (BaCl 2) untuk
mengidentifikasi sulfat (SO42-).
 Uji Pengendapan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) untuk
mengidentifikasi hidroksida (OH-).
7. a. Berdasarkan hasil uji kelarutan yang Anda sebutkan, kita dapat menyimpulkan
kemungkinan garam-garam yang ada dalam padatan tersebut. Berikut adalah
kemungkinan garam-garamnya:
1. KCl (Kalium Klorida): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
2. NaCl (Natrium Klorida): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
3. NH4Cl (Amonium Klorida): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
4. KNO3 (Kalium Nitrat): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3, H2SO4, NH3, dan
NaOH.
5. MgSO4.7H2O (Magnesium Sulfat Heptahidrat): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
6. CuSO4.5H2O (Tembaga Sulfat Pentahidrat): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
7. ZnSO4.7H2O (Seng Sulfat Heptahidrat): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
8. MnSO4.H2O (Mangan Sulfat Monohidrat): Larut dalam H2O, HCl, HNO3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
9. FeCl3.7H2O (Besi Klorida Heptahidrat): Larut dalam H 2O, HCl, HNO3,
H2SO4, NH3, dan NaOH.
10. Ca3(PO4)2 (Kalsium Fosfat): Tidak larut dalam H 2O, HCl, HNO3, H2SO4, NH3,
dan NaOH.
Berdasarkan kelarutan ini, garam-garam ini mungkin ada dalam padatan tersebut.
b. Untuk memastikan kation dan anion yang ada dalam padatan tersebut, Anda dapat
melakukan serangkaian uji kualitatif dan uji analisis kimia. Berikut adalah beberapa
uji yang dapat Anda lakukan:
1. Uji Kation (ion positif):
 Uji Reaksi Flaming (flame test) untuk mengidentifikasi kation logam
alkali (K+, Na+).
 Uji Pengendapan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) untuk
mengidentifikasi kation logam alkali tanah (Mg2+).
2. Uji Anion (ion negatif):
 Uji Pengendapan dengan larutan perak nitrat (AgNO 3) untuk
mengidentifikasi klorida (Cl-).
 Uji Pengendapan dengan larutan barium klorida (BaCl 2) untuk
mengidentifikasi sulfat (SO42-)
8. (a) Untuk mengkonfirmasi dugaan bahwa NH4HCO3 (ammonium bikarbonat)
tertukar dengan NaNO3, Anda dapat melakukan uji kimia berikut:
1. Ambil sedikit sampel padatan yang dicurigai (NH4HCO3 atau NaNO3).
2. Tambahkan sedikit asam asetat (CH3COOH) ke dalam sampel tersebut. Jika
bahan tersebut adalah NH4HCO3, maka akan terjadi reaksi kimia yang
menghasilkan gas karbon dioksida (CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut:
NH4HCO3 + CH3COOH → NH4CH3COO + H2O + CO2
Jika terjadi pelepasan gas CO2 dengan gelembung, itu menunjukkan bahwa bahan
tersebut adalah NH4HCO3, yang digunakan sebagai bahan pengembang dalam roti.
(b) Untuk memastikan asam dalam botol pereaksi yang tidak berlabel, Anda dapat
melakukan uji reaksi dengan larutan natrium karbonat (Na 2CO3). Berikut adalah
langkah-langkahnya:
1. Siapkan larutan natrium karbonat (Na2CO3) dengan melarutkan natrium
karbonat dalam air.
2. Ambil sedikit larutan natrium karbonat tersebut.
3. Tambahkan sedikit dari larutan natrium karbonat ke dalam botol pereaksi
yang tidak berlabel.
4. Jika botol pereaksi tersebut menghasilkan gelembung gas ketika larutan
natrium karbonat ditambahkan, itu menunjukkan bahwa botol tersebut berisi
HCl (asam klorida), karena reaksi antara asam klorida dan natrium karbonat
menghasilkan gas CO2. Reaksinya adalah sebagai berikut: HCl + Na 2CO3 →
2NaCl + H2O + CO2
5. Jika tidak terjadi pelepasan gas dan tidak ada perubahan yang signifikan, itu
menunjukkan bahwa botol tersebut tidak berisi HCl. Anda dapat melanjutkan
dengan pengujian tambahan untuk membedakan antara HNO3 dan H2SO4.
Untuk membedakan antara HNO3 dan H2SO4, Anda dapat menggunakan larutan
natrium iodida (NaI). Jika botol tersebut berisi HNO3, reaksi dengan NaI akan
menghasilkan gas beracun NO2 dan I2. Namun, jika botol berisi H2SO4, reaksi dengan
NaI hanya akan menghasilkan I2. Jadi, jika terjadi pembentukan gas NO 2, itu
menunjukkan keberadaan HNO3. Jika hanya terbentuk I2, itu menunjukkan
keberadaan H2SO4.
9. Membedakan antara zat-zat berdasarkan penampilan fisik saja bisa menjadi tugas
yang sulit, terutama jika zat-zat tersebut memiliki penampilan yang serupa. Namun,
Anda dapat menggunakan beberapa metode kualitatif sederhana untuk
membedakannya:
a. NaCl dari KCl:
 Cobalah mencicipi sejumlah kecil dari kedua serbuk tersebut. NaCl (garam
meja) memiliki rasa yang biasa kita kenal sebagai "asin," sementara KCl
memiliki rasa yang sedikit berbeda.
 Anda juga dapat melakukan uji reaksi kimia dengan menguapkan sedikit
serbuk dalam air dan kemudian menambahkan perak nitrat (AgNO 3). KCl
akan membentuk endapan putih (AgCl), sedangkan NaCl tidak akan
memberikan reaksi ini.
b. KCl dari KClO3:
 KCl adalah kalium klorida, yang merupakan garam dan tidak mudah terbakar.
 KClO3 adalah kalium klorat, yang adalah bahan peledak. Perbedaan utama
adalah perilaku pembakarannya. KClO3 akan meledak atau membakar ketika
dipanaskan, sementara KCl tidak.
c. FeCl2 dari FeCl3:
 Perbedaan antara FeCl2 (besi klorida dua) dan FeCl 3 (besi klorida tiga) dapat
dilihat dari warnanya. FeCl2 adalah hijau muda, sementara FeCl 3 adalah
cokelat.
 Anda juga dapat melakukan uji dengan natrium hidroksida (NaOH). Ketika
NaOH ditambahkan ke FeCl2, itu akan membentuk endapan hijau Fe(OH) 2.
Ketika ditambahkan ke FeCl3, itu akan membentuk endapan merah-brown
Fe(OH)3.
d. Ni(SO4)•7H2O dari Fe(SO)4•6H2O:
 Meskipun keduanya berwarna hijau, perbedaan utamanya adalah dalam
komposisi kimianya. Ni(SO4)•7H2O adalah nikel sulfat heptahidrat, sementara
Fe(SO)4•6H2O adalah besi(II) sulfat heksahidrat. Anda dapat
membedakannya dengan reaksi kimia:
 Tambahkan natrium hidroksida (NaOH) ke dalam larutan masing-masing.
Larutan Ni(SO4)•7H2O akan membentuk endapan hijau nikel hidroksida
(Ni(OH)2), sedangkan larutan Fe(SO)4•6H2O akan membentuk endapan
cokelat besi hidroksida (Fe(OH)2).
e. ZnSO4 dari CdSO4:
 Keduanya adalah sulfat logam dan berwarna putih. Mereka hampir identik
dalam penampilan fisik.
 Anda mungkin perlu melakukan uji reaksi kimia lebih lanjut untuk
membedakannya. Salah satu uji yang mungkin adalah reaksi dengan natrium
hidroksida (NaOH). Larutan ZnSO4 akan menghasilkan endapan putih seng
hidroksida (Zn(OH)2), sedangkan larutan CdSO4 akan menghasilkan endapan
kuning cadmium sulfide (CdS) ketika direaksikan dengan natrium sulfida
(Na2S). Namun, Anda perlu berhati-hati saat menggunakan natrium sulfida
karena sifatnya yang beracun.
10. Berdasarkan hasil uji kelarutan yang telah dilakukan, kita dapat menyimpulkan
beberapa hal penting tentang sifat-sifat kimia zat tersebut:
1. Zat tersebut larut dalam air, yang menunjukkan sifat hidrofilik (penyukai air).
2. Zat tersebut larut dalam HCl 6M, H2SO4 3M, dan HNO3 3M, dan
menyebabkan perubahan warna ungu kecoklatan dalam larutan HNO 3 3M. Ini
mengindikasikan bahwa zat tersebut mungkin mengandung senyawa yang
dapat bereaksi dengan asam kuat dan menghasilkan warna ungu kecoklatan.
Ini mungkin menunjukkan adanya senyawa organik yang mengandung gugus
aromatik atau senyawa yang dapat mengalami reaksi kimia dengan asam kuat.
3. Zat tersebut larut dalam NaOH 3M dan menghasilkan gelembung gas. Ketika
gas yang dihasilkan dialirkan ke dalam larutan BaCl 2 dan Ca(OH)2, tidak
terjadi perubahan. Namun, jika gas tersebut dialirkan ke dalam pereaksi
Nessler, menghasilkan warna kuning-oranye. Ini menunjukkan bahwa zat
tersebut mungkin mengandung senyawa yang dapat menghasilkan gas amonia
(NH3) ketika direaksikan dengan NaOH. Warna kuning-oranye yang
dihasilkan dalam reaksi dengan pereaksi Nessler menunjukkan keberadaan
amonia atau senyawa yang mengandung amonia.
11. Berdasarkan serangkaian uji yang telah dilakukan, kita dapat menyimpulkan
komposisi kimia sampel tersebut:
1. Larutan padatan yang larut dalam air, HCl 6M, H2 SO4 3M, dan HNO3 3M
tanpa menghasilkan gelembung gas menunjukkan bahwa sampel tersebut
tidak mengandung senyawa yang reaktif dengan asam kuat atau air.
2. Ketika uji dengan larutan NH3 3M, padatan larut baik dan larutan menjadi
lebih hijau. Ini menunjukkan bahwa ada senyawa yang bereaksi dengan basa
(NH3) dan mungkin mengandung ion tembaga (Cu2+).
3. Uji dengan NaOH 3M menghasilkan gelembung gas dan kekeruhan berupa
gelatinous. Gas yang dihasilkan kemudian menghasilkan warna kuning
kemerahan jika dialirkan ke dalam pereaksi Nessler. Ini menunjukkan
keberadaan ion logam besi (Fe2+ atau Fe3+) yang bereaksi dengan NaOH untuk
menghasilkan hidroksida besi dan kemudian membentuk senyawa dengan
reagen Nessler yang menghasilkan warna kemerahan.
4. Ketika gas H2S dialirkan ke dalam sampel, terjadi endapan hitam. Ini
menunjukkan bahwa ada senyawa yang mengandung sulfida (S 2-) atau
senyawa yang dapat bereaksi dengan H2S untuk membentuk senyawa sulfida.
5. Pereaksi dimetil glioksim dan kloroform menghasilkan endapan merah. Ini
menunjukkan keberadaan ion nikel (Ni2+) dalam sampel.
6. Penambahan larutan perak nitrat menghasilkan kekeruhan berwarna putih. Ini
menunjukkan keberadaan ion klorida (Cl-) dalam sampel.
Berdasarkan hasil-hasil uji ini, kita dapat menyimpulkan bahwa sampel tersebut
mengandung senyawa-senyawa berikut:

 Ion tembaga (Cu2+)


 Ion besi (Fe2+ atau Fe3+)
 Ion sulfida (S2-)
 Ion nikel (Ni2+)
 Ion klorida (Cl-)
Namun, perlu diperhatikan bahwa identifikasi yang lebih spesifik dapat dilakukan
dengan lebih banyak uji dan analisis instrumen, terutama untuk mengklarifikasi
apakah besi dalam bentuk Fe2+ atau Fe3+, dan untuk memverifikasi senyawa lain yang
mungkin ada dalam sampel.
12. Berdasarkan informasi yang diberikan, kita dapat melakukan analisis kualitatif
untuk menentukan kandungan utama ion-ion dalam sampel padatan. Mari kita analisis
langkah demi langkah:
1. Padatan tersebut larut dalam air, HCl 6M, dan H 2SO4 6M, menghasilkan
larutan yang bening. Ini menunjukkan bahwa ion-ion garam sulfat (SO 42-),
karbonat (CO32-), dan klorida (Cl-) larut dalam larutan asam (HCl dan H 2SO4),
serta dalam air. Ini berarti padatan tersebut mengandung garam-garam ini.
2. Ketika padatan larut dalam NH3 6M dan NaOH 6M, endapan coklat terbentuk.
Ini menunjukkan bahwa padatan tersebut mengandung ion-ion logam transisi,
seperti Fe3+, Zn2+, Cu2+, dan Mn2+, karena endapan coklat biasanya disebabkan
oleh hidroksida logam transisi.
3. Jika larutan sampel dalam HCl ditambahkan larutan natrium sulfida, endapan
hitam terbentuk. Ini menunjukkan adanya ion logam logam transisi yang ada
dalam bentuk ion sulfida. Jadi, logam transisi seperti Fe 3+ dalam sampel
teridentifikasi.
4. Jika larutan sampel dalam HCl ditambahkan larutan KSCN, terjadi perubahan
warna menjadi merah darah. Ini menunjukkan keberadaan ion besi (Fe 3+),
karena ion Fe3+ dapat membentuk kompleks merah dengan ion tiocianat
(SCN-).
Dengan demikian, berdasarkan uji-tes tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
sampel padatan tersebut mengandung ion-ion utama berikut:
 Garam sulfat (SO42-)
 Karbonat (CO32-)
 Klorida (Cl-)
 Ion-ion logam transisi seperti Fe3+, Zn2+, Cu2+, dan Mn2+
Selain itu, ada indikasi keberadaan ion besi (Fe 3+) dalam bentuk sulfida dan
kemampuan membentuk kompleks dengan tiocianat.
13. Larutan hidroponik adalah larutan nutrisi yang digunakan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman tanpa tanah. Untuk membuat larutan hidroponik yang efektif,
kita perlu memastikan bahwa larutan tersebut mengandung semua nutrien esensial
yang diperlukan oleh tanaman. Nutrien esensial yang umumnya diperlukan oleh
tanaman termasuk nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), sulfur (S), besi (Fe), dan beberapa unsur mikro lainnya.

Dari komposisi senyawa-senyawa yang diberikan, kita dapat mengevaluasi setiap


komposisi untuk melihat apakah mereka mencakup nutrien-nutrien utama yang
dibutuhkan oleh tanaman. Berikut analisis untuk setiap komposisi:

a. Komposisi A: KCl, KNO3, Ca3(PO4)2, Na2CO3, Mg(NO3)2, dan urea.


 KCl dan KNO3 menyediakan kalium (K) dan nitrogen (N).
 Ca3(PO4)2 dapat memberikan fosfor (P) dan kalsium (Ca), tetapi fosfor dalam
bentuk ini mungkin tidak tersedia dengan mudah.
 Na2CO3 mungkin akan meningkatkan pH, tetapi tidak menyediakan nutrien.
 Mg(NO3)2 memberikan magnesium (Mg).
 Urea adalah sumber nitrogen (N).
b. Komposisi B: KCl, Na2SO4, NH4NO3, MgCl2, Ba(NO3)2, dan urea.
 KCl memberikan kalium (K).
 Na2SO4 memberikan sulfur (S).
 NH4NO3 adalah sumber nitrogen (N).
 MgCl2 memberikan magnesium (Mg).
 Ba(NO3)2 mungkin tidak berguna dan bahkan beracun bagi tanaman.
 Urea adalah sumber nitrogen (N).
c. Komposisi C: KCl, NH4NO3, MgSO4, urea, NaH2PO4, Na2HPO4.
 KCl memberikan kalium (K).
 NH4NO3 adalah sumber nitrogen (N).
 MgSO4 memberikan magnesium (Mg) dan sulfur (S).
 Urea adalah sumber nitrogen (N).
 NaH2PO4 dan Na2HPO4 menyediakan fosfor (P) dan natrium (Na).
d. Komposisi D: K2SO4, NH4NO3, NaH2PO4, Na2HPO4, MgCl2, dan urea.
 K2SO4 memberikan kalium (K) dan sulfur (S).
 NH4NO3 adalah sumber nitrogen (N).
 NaH2PO4 dan Na2HPO4 menyediakan fosfor (P) dan natrium (Na).
 MgCl2 memberikan magnesium (Mg).
 Urea adalah sumber nitrogen (N).
Dari keempat komposisi di atas, Komposisi C dan Komposisi D mungkin cocok
untuk membuat larutan hidroponik karena mereka mencakup sebagian besar nutrien
yang diperlukan oleh tanaman, termasuk kalium, nitrogen, fosfor, magnesium, sulfur,
dan natrium. Namun, selalu penting untuk melakukan pengujian dan penyesuaian
sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam dan kondisi lingkungan.
14. Berdasarkan informasi yang diberikan, kita dapat melakukan analisis kualitatif
terhadap senyawa-senyawa dalam sampel padatan. Mari kita analisis langkah demi
langkah:
1. Ketika air ditambahkan ke dalam sampel, terjadi pelarutan sebagian
komponen dengan adanya kekeruhan. Setelah didiamkan, supernatan (larutan
di atas endapan) tampak bening tidak berwarna, sementara endapan berwarna
oranye terbentuk. Ini mengindikasikan adanya senyawa yang larut dalam air
(supernatan bening) dan senyawa yang tidak larut (endapan oranye).
2. Ketika larutan HCl 6M ditambahkan ke sampel, gejala yang sama seperti pada
pengujian dengan air terlihat, dan terbentuk gelembung-gelembung gas. Ini
menunjukkan adanya reaksi kimia antara HCl dan salah satu komponen dalam
sampel yang menghasilkan gas. Reaksi ini biasanya terjadi ketika HCl
bereaksi dengan karbonat (CO32-) atau bikarbonat (HCO3-) yang ada dalam
sampel.
3. Ketika larutan NaOH 6M ditambahkan ke sampel, hasilnya sama dengan
pengujian dengan air dan tercium bau cuka. Ini menunjukkan bahwa ada asam
asetat (CH3COOH) dalam sampel, yang bereaksi dengan NaOH untuk
menghasilkan bau cuka (CH3COOH adalah asam asetat yang mempunyai bau
khas).
Dengan informasi ini, kita dapat menyimpulkan sementara tentang senyawa-senyawa
dalam sampel sebagai berikut:
 Senyawa yang larut dalam air adalah AgNO 3, karena menghasilkan endapan
oranye yang mungkin merupakan Ag2O.
 Terdapat senyawa yang mengandung karbonat (CO 32-) atau bikarbonat
(HCO3-), yang bereaksi dengan HCl 6M dan melepaskan gas CO2.
 Terdapat asam asetat (CH3COOH) dalam sampel, yang menghasilkan bau
cuka ketika bereaksi dengan NaOH 6M.
Senyawa-senyawa lain seperti KNO3, K2CrO4, NaCl, (NH4)2CO3, FeCl3.7H2O, dan
CuSO4.5H2O tidak memiliki indikasi reaksi pada langkah-langkah pengujian ini, jadi
kita tidak dapat memberikan kesimpulan tentang keberadaan mereka berdasarkan
informasi yang telah diberikan. Diperlukan pengujian tambahan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa ini.
15. Dari hasil uji kelarutan yang diberikan, kita dapat mengidentifikasi senyawa-
senyawa penyusun sampel berdasarkan reaksi yang terjadi. Mari kita analisis langkah
demi langkah:
(1) Kesimpulan berdasarkan uji kelarutan:
a. Dalam air: Sebagian padatan larut dan menyisakan endapan putih. Fasa larutan
berwarna kebiruan. Ini mengindikasikan keberadaan ion-ion yang mungkin berasal
dari senyawa tembaga (Cu2+) atau besi (Fe3+).
b. Dalam H2SO4 3M: Sebagian padatan larut dengan timbulnya gelembung gas dan
menyisakan endapan putih. Fasa larutan berwarna kebiruan. Ini menunjukkan bahwa
ada karbonat (CO32-) dalam sampel yang bereaksi dengan asam sulfat, melepaskan
CO2, dan membentuk endapan karbonat.
c. Dalam HCl 6M dan HNO3 6M: Memberikan peristiwa yang serupa seperti pada
perlakuan dengan H2SO4 3M, yang menunjukkan bahwa ada karbonat dalam sampel.
d. Dalam NH3 6M: Memberikan peristiwa yang serupa dengan pengujian asam sulfat.
Ini menunjukkan keberadaan karbonat dalam sampel. Fasa larutan berwarna biru tua,
menunjukkan keberadaan ion tembaga (Cu2+).
e. Dalam NaOH 6M: Sebagian padatan larut, dan terbentuk endapan putih yang mirip
gelatin. Fasa larutan tidak berwarna biru lagi, yang mengindikasikan bahwa ion
tembaga (Cu2+) dalam sampel mungkin telah mengendap.
Dengan demikian, dari hasil uji kelarutan, kita dapat menyimpulkan bahwa sampel
tersebut kemungkinan mengandung senyawa-senyawa berikut:
 Klorida (Cl-), yang terkandung dalam HCl dan HNO3.
 Karbonat (CO32-), yang terkandung dalam Na2CO3.
 Ion tembaga (Cu2+), yang memberikan warna biru pada larutan NH3 6M.
(2) Untuk mengidentifikasi lebih lanjut anion (Cl- dan CO32-) dan kation (Cu2+),
reaksi identifikasi berikut bisa dilakukan:
 Uji Reagen AgNO3: Untuk mengkonfirmasi keberadaan ion Cl - (klorida),
tambahkan AgNO3 ke dalam larutan sampel. Jika terbentuk endapan putih, itu
adalah tanda keberadaan klorida (AgCl adalah endapan putih).
 Uji Reagen Ba(NO3)2: Untuk mengkonfirmasi keberadaan ion CO 32-
(karbonat), tambahkan Ba(NO3)2 ke dalam larutan sampel. Jika terbentuk
endapan putih, itu adalah tanda keberadaan karbonat (BaCO 3 adalah endapan
putih).
 Uji Reagen NH4OH: Untuk mengkonfirmasi keberadaan ion tembaga (Cu 2+),
tambahkan NH4OH ke dalam larutan sampel. Jika endapan biru terbentuk, itu
adalah tanda keberadaan ion tembaga (Cu(OH)2 adalah endapan biru).
16. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, kita dapat menyimpulkan
senyawa yang ada dalam setiap botol timbang dengan label A, B, C, D, dan E:

A: Larutan AgNO3
 Percobaan menunjukkan bahwa ketika AgNO 3 (larutan perak nitrat) dicampur
dengan larutan KSCN (senyawa yang berada di botol A), maka terjadi
timbulnya endapan putih. Ini menunjukkan reaksi pembentukan senyawa
AgSCN (perak tiocianat). Sebagai tambahan, AgSCN memiliki kelarutan
yang rendah sehingga membentuk endapan putih.
B: Larutan Na2S
 Percobaan menunjukkan bahwa ketika Na2S (larutan natrium sulfida)
dicampur dengan larutan AgNO3 (senyawa yang berada di botol B), maka
terjadi timbulnya endapan hitam. Ini menunjukkan reaksi pembentukan
senyawa Ag2S (perak sulfida) yang bersifat endapan hitam. Ag 2S adalah
senyawa yang memiliki kelarutan rendah dalam air.
C: Larutan BaCl2
 Percobaan menunjukkan bahwa ketika BaCl 2 (larutan barium klorida)
dicampur dengan larutan KSCN (senyawa yang berada di botol C), maka
terjadi timbulnya endapan putih. Ini menunjukkan reaksi pembentukan
senyawa Ba(SCN)2 (barium tiocianat) yang memiliki kelarutan rendah dan
membentuk endapan putih.
D: Larutan NH4Cl
 Percobaan menunjukkan bahwa ketika NH4Cl (larutan amonium klorida)
dicampur dengan larutan KSCN (senyawa yang berada di botol D), tidak
terjadi reaksi yang menghasilkan endapan. Oleh karena itu, botol D
kemungkinan berisi NH4Cl yang tidak bereaksi secara kimiawi dengan
KSCN.
E: Larutan KSCN
 Percobaan menunjukkan bahwa ketika KSCN (larutan kalium sianida)
dicampur dengan larutan Na2S (senyawa yang berada di botol E), terjadi
timbulnya endapan kuning. Ini menunjukkan reaksi pembentukan senyawa
K2S (kalium sulfida) yang bersifat endapan kuning. Sulfida yang dihasilkan
dari reaksi adalah senyawa yang larut dalam air dengan kelarutan yang cukup
baik.
Dengan demikian, berdasarkan hasil percobaan, kita dapat menyimpulkan bahwa
senyawa dalam botol timbang dengan label A, B, C, D, dan E adalah sebagai berikut:
 A: KSCN (Kalium sianida)
 B: Na2S (Natrium sulfida)
 C: AgNO3 (Perak nitrat)
 D: NH4Cl (Amonium klorida)
 E: KSCN (Kalium sianida)
17. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diberikan, kita dapat mengambil
beberapa kesimpulan awal tentang senyawa penyusun sublimat dan penjelasannya:

a. Saat ditambahkan air, sebagian besar larut dan menyisakan padatan berwarna hitam
dan padatan berwarna putih. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa senyawa yang
larut dalam air dan senyawa yang tidak larut dalam air. Warna hitam dan putih
mungkin merupakan indikasi adanya senyawa berbeda.
b. Penambahan larutan HCl 6M menghasilkan reaksi dengan timbulnya gelembung
gas pada padatan hitam dan padatan putih. Selain itu, ada bau telur busuk. Ini
menunjukkan bahwa ada senyawa yang menghasilkan gas (mungkin belerang
dioksida) dan bau telur busuk. Ini mungkin menunjukkan adanya senyawa sulfida.
c. Penambahan larutan NaOH 6M juga menghasilkan reaksi dengan larutnya sebagian
besar padatan. Namun, padatan hitam dan putih tidak menunjukkan reaksi. Ini
menunjukkan adanya senyawa yang dapat bereaksi dengan basa (mungkin senyawa
asam) yang larut dalam NaOH.
d. Uji nyala menunjukkan nyala berwarna ungu dengan intensitas tinggi saat
menggunakan filter kaca kobalt. Ini adalah indikasi adanya ion logam nikel atau ion
kobalt.
Berdasarkan informasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa sublimat mungkin
mengandung senyawa-senyawa seperti:
 Senyawa sulfida, yang dapat menghasilkan gas belerang dioksida dan bau
telur busuk ketika bereaksi dengan HCl.
 Senyawa asam, yang bereaksi dengan NaOH.
 Senyawa yang mengandung ion logam nikel atau ion kobalt.
Untuk mengkonfirmasi identifikasi senyawa-senyawa ini dan melakukan uji kimia
lebih lanjut, beberapa uji tambahan yang mungkin perlu dilakukan termasuk:
 Uji pengendapan dengan reagen yang sesuai untuk mengidentifikasi senyawa
sulfida yang mungkin hadir.
 Uji kimia untuk mengidentifikasi senyawa asam yang mungkin hadir.
 Uji untuk mengkonfirmasi keberadaan ion logam nikel atau ion kobalt,
mungkin dengan menggunakan reagen yang lebih spesifik.
 Analisis lebih lanjut untuk menentukan persentase masing-masing senyawa
dalam sampel sublimat.
18. membedakan larutan
(a) Larutan asam nitrat dengan larutan asam klorida:
 Larutan asam nitrat adalah asam kuat yang mengandung ion nitrat (NO 3-).
Untuk membedakannya dari asam klorida, Anda dapat menambahkan larutan
perak nitrat (AgNO3). Jika larutan asam nitrat mengandung klorida, maka
akan terbentuk endapan putih AgCl, yang merupakan reaksi khusus untuk
klorida.
 Larutan asam klorida juga adalah asam kuat yang mengandung ion klorida
(Cl-). Untuk membedakannya dari asam nitrat, Anda dapat menggunakan uji
reaksi larutan. Asam nitrat akan memberikan uji gas NO 2 dengan
menambahkan tembaga (Cu), sedangkan asam klorida tidak.
(b) Larutan asam sulfat dengan larutan asam klorida:
 Larutan asam sulfat adalah asam kuat yang mengandung ion sulfat (SO 4²⁻).
Untuk membedakannya dari asam klorida, Anda dapat menambahkan larutan
perak nitrat (AgNO3). Jika larutan asam sulfat mengandung klorida, maka
akan terbentuk endapan putih AgCl, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
 Larutan asam klorida adalah asam kuat yang mengandung ion klorida (Cl -).
Uji reaksi untuk membedakannya dari asam sulfat adalah reaksi dengan gas
HCl yang akan tercium jika asam klorida ada.
(c) Tepung soda kue (NaHCO3, putih) dengan tepung terigu (putih):
 Tepung soda kue (natrium bikarbonat, NaHCO3) dapat dibedakan dari tepung
terigu dengan cara mencicipinya. Tepung soda kue bersifat basa dan jika
Anda mencicipinya, Anda akan merasakan rasa ringan yang berbeda dengan
tepung terigu. Ini karena tepung soda kue mengandung natrium bikarbonat,
yang akan melepaskan gas karbon dioksida saat terkena panas atau reaksi
asam.
 Selain itu, Anda juga dapat mencampurkan masing-masing tepung dengan
sedikit cuka. Tepung soda kue akan menghasilkan gelembung gas karbon
dioksida, sementara tepung terigu tidak akan memberikan reaksi yang sama.
(d) Bijih besi pyrit (FeS) dengan bijih tembaga chalcopyrite (CuS):
 Bijih besi pyrit (FeS) adalah bijih besi yang mengandung sulfida besi. Ini
biasanya memiliki warna keemasan atau kuning kecoklatan dan sering
menghasilkan endapan sulfur ketika dipanaskan.
 Bijih tembaga chalcopyrite (CuS) adalah bijih tembaga yang mengandung
sulfida tembaga. Ini memiliki warna kuning keemasan yang lebih cerah
daripada pyrit.
 Untuk membedakan keduanya, Anda dapat memeriksa warna dan ciri fisik
mereka. Juga, Anda dapat melakukan uji kimia untuk mengkonfirmasi
keberadaan tembaga dalam chalcopyrite, seperti menggunakan reagen yang
menghasilkan warna khusus pada tembaga.
19. Untuk menentukan jenis garam-garam yang mungkin terkandung dalam sampel
padatan tersebut, Anda dapat menggunakan serangkaian uji kimia untuk
mengidentifikasi kation (ion positif) dan anion (ion negatif) yang ada. Berikut adalah
beberapa uji kimia yang dapat dilakukan untuk menentukan komposisi garam dalam
sampel padatan tersebut:
1. Uji Kelarutan:
 Larutkan sejumlah kecil sampel padatan dalam air dan amati kelarutan
padatan. Ini dapat memberikan petunjuk awal tentang jenis garam
yang ada dalam sampel.
 Selanjutnya, Anda dapat mencoba melarutkan padatan dalam larutan
HCl 6M, H2SO4 3M, HNO3 6M, dan NaOH 6M untuk memeriksa
respons padatan terhadap berbagai asam dan basa. Reaksi dengan
asam dan basa tertentu mungkin mengindikasikan kation atau anion
tertentu.
2. Uji Grup Kation:
 Uji untuk mengidentifikasi kation-kation dalam sampel, seperti K+,
Na+, NH4+, Cu²⁺, Zn²⁺, Mn²⁺, dan Fe³⁺, melibatkan reaksi dengan
reagen kimia yang khusus untuk masing-masing kation. Misalnya,
penggunaan larutan NH3 6M dapat membantu mengidentifikasi ion
logam berat seperti Cu²⁺, Zn²⁺, Mn²⁺, dan Fe³⁺.
3. Uji Grup Anion:
 Uji untuk mengidentifikasi anion-anion dalam sampel, seperti Cl-,
NO3-, SO4²⁻, dan PO4³⁻, melibatkan reaksi dengan reagen kimia
yang khusus untuk masing-masing anion. Misalnya, penggunaan
larutan AgNO3 dapat membantu mengidentifikasi ion klorida (Cl-)
dan ion nitrat (NO3-), sedangkan penggunaan larutan BaCl2 dapat
mengidentifikasi ion sulfat (SO4²⁻).
4. Uji Khusus:
 Beberapa garam mungkin memerlukan uji khusus yang lebih rinci
untuk identifikasi, terutama jika ada banyak kemungkinan garam yang
dapat terkandung dalam sampel. Misalnya, untuk mengidentifikasi
fosfat (PO4³⁻), Anda dapat menggunakan reagen khusus seperti
larutan asam amonium molibdat.

You might also like