You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

oleh:
ALBI SAPUTRA
2330282019

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024

A. Konsep Storoke
a. Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan pembuluh
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2011).
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak biasanya
timbul secara mendadak.
Stroke merupakan ketidaknormalan fungsi sistem syaraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak (Ginting dkk, 2015).
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO],
2014). Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke
otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi
control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart
Association [AHA], 2015)

B. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Suiraoka (2012), penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk

menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel

dalam tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Menurut

(Mujahidullah, 2012) dan (Wallace, 2007), beberapa perubahan yang akan terjadi

pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan :

a. Perubahan fisik

Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah,

seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga mekanisme

perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah.

b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami

perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran

seperti hilangnya kemampuanpendengaran pada telinga, pada indra penglihatan

akan terjadi seperti kekeruhan kornea, hilangnya daya akomodasi dan


menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon

terhadap nyeri menurun dan kelenjer keringat berkurang. Pada indra pembau

akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernapasan, sehingga

kemampuan membau juga berkurang.

c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera makan,

seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur (saliva) dang era

peristaltic usus juga menurun.

d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga

aliran darah ke ginjal menurun.

e. Sistem musculoskeletal, kehilangan cairan pada tulang dan makin rapuh,

keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.

f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang

menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidanya penyakit

klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan

kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia

karena hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau

meningkat.

g. Perubahan intelektual, Akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran

pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu

fungsi otak kanan mengalami penurnan sehingga lansia akan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima


rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat

pada lansia juga menurun (Mujahidullah, 2012).

h. Perubahan keagamaan, Pada umumnya lansia akan semakin teratur dalam

kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia

yang akan meninggalkan kehidupan dunia.

C.Patofisiologis

Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bahkan defisit permanen. Sedangkan iskemik
yang terjadi dalam waktu lama daat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.

Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah arteri karotis interna. Defisit lokal permanen dapat tidak diketahui jika klien
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.

Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai
terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu
menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuronneuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.

Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme


sel-sel neuron, diaman sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-
arteri yang menuju otak.

Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau


kedalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degenratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluhan darah otak.

Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombuss oleh fibrin trombosit


dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.

Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu,


menimbulkan iskemik fokal dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat menimbulkan
gegar otak dan kehilangan kesadaran, peningkatan tekanan cairan serebrospinas (CSS)
dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi
ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.

Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan


tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan
intrakranial yag tidak diobati mengakibatkan herniasi serebellum. Disamping itu, terjadi
bradikardi, hipertensi iskemik dan gangguan pernapasan.

Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, meningen dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri
atau vasopasme biasanya terjadi pada hari ke 4 sampai ke 10 setelah terjadinya
perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi
yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskemik otak, dan sebelum
nya ( Farida dan Amelia, 2009)

D. Manifestasi Klinis
1. Defekasi sulit
2. Feses keras
3. Defekasi kuragdari 3x seminggu
4. Perus terasa penuh (distensi)
5. Bising usus menurun
6. Kembung
7. Mual dan mules (Atoilah & Kusnadi, 2013).

a. Penatalaksanaan
1. Monitor tanda-tanda dan gejala konstipasi
2. Monitor feses meliputi frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna
dengan tepat
3. Monitor bising usus
4. Anjurkan keluarga untuk memberi diet tinggi serat, dan cairan dengan
tepat
5. Anjurkan untuk memperbanyak minum
6. Lakukan mobilisasi
7. Lakukan ROM pasif
8. Lakukan masssage abdomen
9. Berikan obat pencahar (Bulechek G M dkk, 2013)

b. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
- Identitas klien
Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait dengan identitas
klien maupun keluarga yang menjadi penanggung jawab klien tersebut.
Pada identitas didapatkan nantinya nama klien, alamat, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, umur, suku/ras, agama, nomor telepon dan lain-lain.
Sedangkan untuk penanggung jawab, juga akan didapatkan data-data yang
sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor telepon dan diagnosa klien.
- Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap sendi seperti tangan dan
kaki.
 Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan
tidak nyaman dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
 Riwayat penyakit dahulu
Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu organ
tubuh waktu dulu, adanya mengalami penyakit yang sama waktu
dahulu.
 Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus dan penyakit yang lain-lain.
- Pemeriksaan fisik
Kepala dan wajah :
 Inspeksi : Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada
kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan umur. Wajah biasanya
tidak simetris kiri dan kanan, wajah terlihat pucat.
 Palpasi : tidak terjadi nyeri pada kepala
Mata :
 mata tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan pada
kornea, lapang pandang terdapat penurunan lapang pandang.
 Inspeksi : Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi,
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
 Palpasi : tidak ada pembengkakan pada mata
Telinga : telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak
pembengkakan.
 Inspeksi : Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa
serumen.
 Palpasi : Tidak ada nyeri pada daun telinga, pembengkakan pada
daun telinga tidak ada.
 Hidung : Hidung tampak simetris, tidak terdapat perdarahan,tidak
terdapat polip. Adanya penurunan kemampuan membau.
 Inspeksi : Simetris hidung kiri dan kanan, tidak
terlihat perdarahan pada hidung.
 Palpasi : Tidakadanya nyeri saat diraba pada hidung,
pembengkakan tidak ada.
Mulut : Mulut tampak kotor terdapat mulut berbau.
 Inspeksi : Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab, dan
utuh. Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi.
 Palpasi : Tidakada nyeri pada mulut , tidak
adanya pembengkakan pada mulut
Leher
 Inspeksi : Posisi trakea apakah mengalami kemiringan atau tidak,
vena jugularis tidak terlihat,
 Palpasi : Tidak teraba nodul pada leher, tidak terjadi pembengkakan,
apakah terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe ada
pembesaran atau tidak
Paru-paru
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau tidaknya
retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
 Auskultasi : Vesikuler

 Perkusi : Sonor

 Palpasi : Ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus teraba


jelas

Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi diarea jantung atau
tidak, pembengkakan pada jantung atau tidak

 Palpasi : Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula untuk
menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran pada jantung

 Perkusi : Redup

 Auskultasi : Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada


bunyi jantung II,

Abdomen

 Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites

 Palpasi : tidak adanya distensi pada abdomen

 Perkusi : Tympani

 Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : Biasanya didapatkan bahwa pada ektremitas yang tidak


normal, jalan kemungkinan tidak nrmal, atau tangan susak digerakkan
terasa kaku

Neuro Sensori : Klien merasakan kebas, semutan pada kaki dan


tangan, hilangnya sensasi pada jari tangan, pembengkakan pada sendi

 Interaksi sosial : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/


orang lain, terjadi perubahan peran

 Riwayat Psikososial : Pasien dengan reumatik mungkin


merasakan adanyan kecemasan yang cukup tinggi apalagi pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan
kegiatan sehari-hari menjadi berubah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d kondisi muskuloskeletal kronis.
b. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal.
d. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit.
e. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal.
Rencana Tindakan Keperawan (SIKI)

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


O (SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut b/d kondisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
muskuloskeletal kronis. keperawatan 1x 24 jam diharapkan Observasi
tingkat nyeri menurun Kriteria
Hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, intensitas
nyeri.
- Keluhan nyeri berkurang
 Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis menurun
- Sikap protektif menurun.
 Indentifikasi factor penyebab nyeri
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupeutik
 Berikan teknik non farmakologi (kompres jahe merah)
 Kontak lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
 Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
 Jelasakan strategi pereda nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk ,emgurangi
nyeri.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian amalgetik (jika perlu)
2. Gangguan mobilitas fisik b/d Setealh dilakukan tindakan Observasi
gangguan muskuloskeletal. perawatan selama 1x 24 jam  identifikasi kesiapan dan kemampuan
didapatkan mobilisasi fisik
meningkat Kriteria Hasil:  menerima informasi

- Pergerakan sendi meningkat  identifikasi indikasi dan kontra indikasi mobilisasi

- Status neurologi membaik  monitor kemajuan pasien/ keluarga dalam melakukan


mobilisasi
- Aktivitas tidak dibantu lagi
terapeutik
 persiapan materi, media, dan alat-alat seperti bantal, gait
belt
 jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai
sekepakatan dengan pasien dengan keluarga
 berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya
edukasi
 jelasakan prosedur, tujuan, indikasi, dan kotra indikasi
mobilisasi serta dampak imobilisasi
 ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan prasarana yang
mendukung untuk mobilisasi di rumah.
 Demotrasi cara melatih rentang gerak (misalkan gerakan
dilaukan dengan perlahan, dimulai darai kepala ke
esktremitas, gerakan semua persendian sesuai dengan
rentang gerak normal, cara melatih rentang gerak para
sisi ekstremitas yang parese dengan menggunkan
ekstremitas yang normal, frekuensi tiap gerakan)
3. Gangguan citra tubuh b/d Setalh dilakukan tindakan Observasi
proses penyakit. keprawatan selam 1x 24 jam  Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
diharapkan pemikiran positif perkembangan
terhadap citra tubuh Kriteria Hasil:
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
- Harga diri meningkat terkaid citra tubuh
- Identitas diri positif  Identifikasi perubahan citra tubh yang mengakibatkan
- Status coping positif isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyatan kritik terhadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagain tubuh yang
berubah
Teraupetik
 Diskusiakn perubahn tubh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri
 Diskusikan perubahn akibat pubertas kehamilan dan
penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang memperngaruhi cintra
tubuh (luka,penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubh
secara relitis
 Diskusiakn persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahn citra tubuh
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
 perubahan citra tubh
 Ancurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra
tubuh
 Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (misal
kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki

4. Defisit perawatan diri b/d Setalh dilakukan tindkan Observasi


gangguan muskuloskeletal keperawatan selama 1x24 jam di  Identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri
harapkan keberishan diri meningkat
Kriteria Hasil:  Identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang
dialami
- Kenyaman meningkat
 Identifikasi metode pembelajaran yang sesuai (diskusi,
- Kebersihan diri meningkat
tanya jawab, penggunan alat bantu,audio atau visual,
lisan, tulisan)
Teraupetik
 rencanakan strategi edukasi, termsuk tujuan yang
realities
 jadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai
penyakit
 berikan penguatan positif terhadap kemampuan yang di
dapat
edukasi
 ajarkan perawatan diri, praktek keperawan diri, dan
aktivitas kehidupan sehhari-hari
 anjurkan mendemostrasikan praktek perawatan diri
sesuai kemampuan
 anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang
perawatan mandiri

5. Defisit pengetahuan b/d kurang Setelah dilakukan tindakan Observasi
terpapar informasi. keperawatan 1x 24 jam di harapkan  Identifikasi informasi uang akan disampaikan
pengetahuan meningkat Kriteria
Hasil:  Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat
ini
- Kepatuhan meningkat
 Identifikasi kesiapan menerima informasi.
- Pengetahuan meningkat
Terapeutik
 Lakukan penguatan potensi pasien dan kleuarga untuk
menerima informasi
 Libatkan pengambilan keputusan dalam untuk menerima
informasi
 Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang membutuhkan
layanan keperawatan
 Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi
 jika pasien membutuhkan bantuan
 Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow up kondisi pasien
 Fasilitasi akses pelayanan pada saat dibutuhkan
Edukasi
 Berikan informasi berupa alur, leafket atau gambar untuk
memudahkan pasien mendapatkan informasi kesehatan
 Anjurkan keluarga mendampingi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Azis.2008 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses


Keperawatan, Jakarta:EGC

Alimul, Azis. 2005 Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta :EGC

Drs. Sunaryo,M. Kes, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi.

Havard. 2009. Pengaruh Senam Rematik Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri.

Maryam, Siti. R.dkk. 2008 Mengenal usia lanjut dan perawatannya . Jakarta : Salemba
Medika.

Misnadiarly, 2007 Rematik (RadangSendi) Jakarta :PustakaOborPopuler Potter,dkk. 2005

You might also like