You are on page 1of 11
we 12 Perspektif Fiskus FISKUS DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK Fiskus adalah negara dalam melaksanakan fungsi pemungutan pajak dan segala kegiatan terkait, termasuk pengendalian dan pengawasan atas penerimaan pajak. Realisasi penerimaan pajak dalam suatu tahun senantiasa menjadi berita penting di awal tahun berikutnya. Realisasi penerimaan pajak untuk tiga tahun terakhir (2010, 2011, dan 2012) tidak mencapai target yang ditetapkan dalam APBN-P atau APBN Perubahan tahun yang bersangkutan. * 2010—Rp649 triliun atau 98,1% dari dari target sebesar Rp661,4 triliun. © 2011—Rp 872,6 triliun atau 99,3% dari target sebesar Rp878,7 triliun. © 2012—Rp980,1 triliun atau 96,4 persen dari target sebesar Rp1.016,2 triliun. Kotak 12-1 menyajikan penjelasan Menteri Keuangan mengenai realisasi penerimaan pajak tahun 2012 yang tidak mencapai target Kotak 12-1. Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012 JAKARTA, KOMPAS.com - Realisasi penerimaan pajak tahun 2012 meleset dari target APBN- Perubahan. Sampai akhir Desember 2012, penerimaan pajak mencapai Rp980,1 triiun atau 346 persen lebih rendah dari target sebesar Rp1.016,2ttriiun, “Hal ini antara lain disebabkan oleh tidakstercapainyastargetspenerimaan.RRh.nonmigas, pajaklainnya, dan bea-keluar’ kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (7/1/2013). (bersambung) © Dipindai dengan CamScanner Mendetels MaipulasLaporan ky, 232 (lanjutan) Kotak 12-1. Realisasi Per : ! : Menkeu memaparkan reaisas penerimaan pajak penghasiian PPh) mencapai Rp 464.7 - ask 90.3 persen daritargetRp 5137 trun danbeakeluar mencapai Rp 21,2triiunatay : \ i persen dari target Rp 23,2 triliun. imaan Pajak Tahun 2012 (Lanjutan) ta mengatakan, tidak tercapainya realisasi tersebut berkaitan dengan lesy, sektor pertambangan yang dipicu oleh rendahnya kadar Konsentrat mineral age pertambangan. *Selanitu, menurunnya pertumbuhan ekspor berpengaruh pada melambatnya penerimas, pajak di sektor industri pengolahan; kata Menkeu. Dari sisi ekonomi makto, lebih rendahnya realisasi penerimaan perpajakan tersebut trjag, berkaitan dengan menyempitnya basis pajak sehubungan dengan lebih rendahnya realisag, pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada 2012. ‘Sementara realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-BM), cukai, dan bea masuk melampaui target yang telah ditetapkan dalam ‘APBN-Perubahan 2012. ‘Menurut Menkeu, realisasi penerimaan PN mencapai Rp337,6 tilun atau 10,5 persen dar target Rp336,1 trliun, cukai mencapai Rp95 triliun atau 114,1 ersen dari target Rp83,3 trliun, dan bea masuk Rp28,3 triliun atau 114,3 persen dari target Rp24,7 triliun, isis lain, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp351,6 triliun yang berarti3,1 persen lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan sebesar Rp341,1triliun, “Pencapaian tersebut bersumber dari penerimaan sumber daya alam terkait dengan meningkatnya harga gas dan volume penjualan barang tambang serta bertambahryajenis ‘mineral yang dikenakan PNBPY ujar Menkeu. Sumber: Kompas.Com, Selasa, 8 Januari 2013, Penerimaan pajak dan kegiatan terkait merupakan sasaran penjarahan dan korupsi seperti terlihat dalam kasus mantan petugas (Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika) dan mantan Pejabat pajak (Bahasyim Assiffie). Untuk mengamankan target penerimaan yang sedemikian besar, fiskus memerlukan Pengamanan internal dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), penyclidik dan penyidik yang terampil mendeteksi manipulasi perpajaka", dan penegakan hukum pajak yang konsisten, -Pembongkar kasus Asian Agri Group adalah mantan. karyawan perusahaa” tersebut, bukan DJP. Vincentius Amin Sutanto terpidana kasus,pencuci@" tang, menjadi justice collaborator dan memperoleh remisi hukuman.? Kot#k Dipindai dengan CamScanner Bab 12. + Perspektif Pasar Fiskus 233 12-2 menyajikan penjelasan Dirjen Pajak tentang rencana mengejar utang pajak pasca-putusan MA. Namun, cksekusi akhirnya ada pada Kejaksaan? Kotak 12-2 Utang Pajak Asian Agri Group JAKARTA, KOMPAS.com—Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany menjelaskan akan terus ‘mengejar utang pajak dari Asian Agri Group, Meski melakukan peninjauan kembali (PK), Asian Agri tidak akan bisa mengelak. “Asian Agri saat ini tidak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan. Sebab, itu sudah diputuskan oleh Mahkamah Agung (MA),’ kata Fuad saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Senin (7/1/2013), Menurut Fuad, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan akan menagih utang pajak ke Asian Agri Group sebesar Rp1,29 triliun. Nilai tersebut masih ditambah denda pajak Rp 604 miliar. Angka tersebut merupakan 48 persen dari total penggelapan pajak yang dilakukan Asian Agri Rp1,29 triliun itu. Sehingga, pihaknya diharapkan bisa menerima piutang pajak dari perusahaan milik Sukanto Tanoto itu sebesar Rp 1,91 triliun. Saat ini, Ditjen Pajak telah memiliki dasar hukum yang jelas untuk menagih kewajiban pajak tersebut. Namun, jika ternyata Asian Agri mempunyai keberatan, maka perlu mengajukan bubkti baru. “Meski Asian Agri mengajukan permohonan peninjauan kembali, hal itu akan sia-sia. Sebab Asian Agri tidak memiliki bukti baru (novum) dalam mengajukan upaya permohonan Peninjauan kembali tersebut’ tambahnya. ‘Seperti informasi, pada 18 Desember 2012 lalu, Mahkamah Agung menghukum Asian Agri membayar pajak sebesar Rp2,5 triliun kepada kelompok perusahaan yang bernaung dalam bendera Asian Agri Group. Majelis hakim kasasi menyatakan, Asian Agri telah menggunakan surat pemberitahuan dan keterangan palsu dalam pembayaran pajak. Ketua majelis hakim Djoko Sarwoko menyatakan Suwir Laut (mantan manajer pajak Asian Agri yang kini menjadi tersangka) terbukti melanggar Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang tentang Perpajakan. Untuk itu, Suwir Laut divonis 2 tahun penjara dengan masa percobaan 3 tahun. Tak hanya menghukum Suwir, Mahkamah Agung memvonis 14 anak usaha Asian Agri Group untuk membayar dua kali jumlah nilai pajak yang diduga digelapkan. Nilai totalnya Rp2,5, triliun. Sumber: Kompas Com, Senin, 7 Januari 2013. © Dipindai dengan CamScanner 234 ‘Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan TERMINOLOGI “PEMERIKSAAN” PAJAK Dalam pandangan orang awam, semua interaksi antara fiskus dengan Wajib Pajak? merupakan pemeriksaan pajak. Fiskus berwenang menguji kepatuhan Wajib Pajak dengan melakukan penelitian, verifikasi, pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, atau penyidikan. Istilah-istilah ini dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 74/2011 dan disajikan dalam Kotak 12-3. Istilah Penjelasan Mengenai Makna Istilah yang Bersangkutan. Penelitian Serangkaian Kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk perilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya. Verifikasi Serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak, berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak, dalam rangka menerbitkan surat ketetapan Pajak, menerbitkan/menghapus Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan/mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Pemeriksaan Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewjiban perpajakan dan/atau untuktujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Pemeriksaan Bukti fan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan Permulaan tindak pidaa’ di bidang Penyidikan Tindak Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari Pidana di Bidang serta mengumpulkan buktyang dengan buktitu membuat terang-—=» Perpajakan tna pidana dibidang perpaakanyang tradi sertamienemukan fersangkanya Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2012. Peraturan ini memberi pedoman mengenai Dipindai dengan CamScanner Bab12 + Perspektif Pasar Fiskus 235 penggunaan metode dan teknik pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban pemeriksaan. Pedoman ini mirip dengan teknik audit yang dikenal dengan baik oleh akuntan publik. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih dan Pendekatan Penghitungan Biaya Hidup yang disebut dalam Lampiran I PER-04/PJ/2012 dapat ditemukan dalam AFAI Bab 14, sedangkan teknik pemeriksaan lainnya dalam lampiran yang sama (Lampiran 1) dan Lampiran II PER-04/P3/2012 dibahas dalam AFAI Bab 13. ¢ Artinya, jikaspemeriksa-pajakedan-akuntan-publikemenggunakan-data keuanganedari.wajib»pajak-yang-sama, mereka-akan-sampai-pada-angka yang,sama, atau jikasada-perbedaan, inti Jika terjadi perbedaan yang material, pada angka penghasilan/laba kena pajak dan angka penjualan/penyerahan kena pajak, maka pemeriksa pajak dan akuntan publik menggunakan data keuangan yang berbeda. Inilah makna manipulasi laporan keuangan dari perspektif fiskus. Sedangkan kemampuan mendeteksi manipulasi laporan keuangan antara pemeriksa pajak dan akuntan publik, seharusnya tidak berbeda. Lalu mengapa auditor/akuntan publik tidak mendeteksi manipulasi laporan keuangan, sedangkan fiskus mengetahuinya? Ada dua gagasan yang akan dibahas selanjutnya. BANYAK LAPORAN UNTUK PERIODE YANG SAMA Jika fiskus mempunyai akses terhadap lebih dari satu perangkat laporan keuangan untuk periode yang sama, wajib pajak rentan terhadap tuntutan kurang bayar pajak. Bab 13 menyajikan kasus dugaan penggelapan pajak penghasilan dan pajak penjualan dari dua perusahaan di Solo. Fiskus mempunyai akses terhadap beberapa perangkat laporan keuangan. Kotak 12-4 menyarikan berita-berita koran setempat. | Kotak 12-4 A4N/3 Dugan Penggelapan Pajak Analisis A,M, [empat Apa dan tiga Mana: Apa, Siapa, Mengapa, Berapa, Bagaimana, Bilamana,

You might also like